-
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi
Sosial Ekonomi Pertanian 421
PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN DAN GIZI
PADA MASA PANDEMI COVID-19
Juni Hestina1, Helena J. Purba1, Saktyanu K. Dermoredjo1
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Jln. Tentara Pelajar No. 3B, Bogor 16111
Korespondensi penulis: [email protected]
PENDAHULUAN
Kebutuhan mendasar bagi manusia agar dapat hidup sehat,
aktif,
serta produktif secara berkelanjutan, dapat diperoleh melalui
pangan.
Menurut UU No.18 Tahun 2012, setiap orang dalam wilayah
Negara
Kesatuan Republik Indonesia wajib memperoleh pangan dengan
kuantitas, kualitas, keamanan, beragam, gizi seimbang, secara
merata,
dan terjangkau. Sudut pandang untuk menjaga kualitas dan
keamanan
pangan selama pandemi Covid-19, tidak hanya cukup dalam hal
memenuhi persyaratan teknis, tetapi juga faktor-faktor lain
(yaitu
pasokan pangan, keterjangkauan dan keamanan). Menurut UU
No.18
Tahun 2012, setiap orang dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik
Indonesia wajib memperoleh pangan dengan kuantitas,
kualitas,
keamanan, beragam, gizi seimbang, secara merata, dan
terjangkau.
Sudut pandang untuk menjaga kualitas dan keamanan pangan
selama
pandemi Covid-19, tidak hanya cukup dalam hal memenuhi
persyaratan teknis, tetapi juga faktor-faktor lain (yaitu
pasokan pangan,
keterjangkauan dan keamanan).
Pandemi Covid-19 membawa dampak pada berbagai aspek
kehidupan masyarakat yang akarnya datang dari kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dampak yang paling
nyata
adalah terjadinya resesi dan penurunan pertumbuhan ekonomi
di
berbagai negara termasuk Indonesia. Menurut data BPS (2020),
ekonomi Indonesia triwulan I-2020 dibandingkan triwulan
I-2019
1 Kontributor utama
-
422 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi
Covid-19
tumbuh 2,97%. World Bank (2020) juga memproyeksikan bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 hanya akan
mencapai 2,1% dan skenario terburuk, angka proyeksi tersebut
dapat
turun menjadi -3,5%. Perlambatan ekonomi tersebut pada saat
yang
sama akan berakibat pada peningkatan kemiskinan. Kemiskinan
indentik dengan penurunan atau bahkan kehilangan sumber
pendapatan, yang pada akhirnya akan berujung pada perubahan
struktur pengeluaran kuantitas dan kualitas pangan yang
dikonsumsi.
Mengurangi proporsi pengeluaran nonpangan dapat
mengimbangi penurunan pendapatan rumah tangga. Hal ini
bertujuan untuk mengimbangi pengeluaran pangan guna menjaga
kuantitas dan komposisi asupan pangan. Dengan
memprioritaskan
pangan pokok dan pangan dengan harga murah, struktur
pengeluaran pangan juga akan berubah. Untuk itu, masyarakat
menurunkan kualitas konsumsi makanannya dengan membatasi
pilihan makanan sumber protein hewani dan vitamin mineral
(terutama dari buah-buahan), dan bergeser kepada pangan
sumber
karbohidrat (Ariani 2020).
Di sisi lain, pola pangan antarkelas sosial akan berbeda.
Keluarga
miskin akan menjaga kebutuhaan pangan pokoknya, sementara
keluarga kaya akan banyak mengonsumsi makanan sehat dengan
menjaga pola makan seimbang memperhatikan kebutuhan asupan
protein, vitamin, dan mineral. Hal ini didasarkan pada
kesadaran
peningkatan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang
penyakit,
terutama Covid-19 (Ariani 2020). Tulisan ini bertujuan untuk
membahas permasalahan dan upaya pencapaian ketahanan pangan
dan gizi pada masa dampak pandemi Covid-19.
METODE
Sistem pangan terdiri dari tiga subsistem, yaitu
ketersediaan,
keterjangkauan, dan pemanfaatan atau konsumsi pangan.
Pandemi
Covid-19 berpengaruh signifikan terhadap kinerja sistem
pangan
tersebut. Tulisan ini membahas permasalahan dan upaya
pencapaian
ketahanan pangan dan gizi dengan menggunakan data dan
informasi
-
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi
Sosial Ekonomi Pertanian 423
dari Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian
(Kementan), kepustakaan yang terkait dengan isu sistem pangan
dari
jurnal ilmiah, publikasi dari Pusat Sosial Ekonomi Pertanian
(PSEKP),
dan sumber lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyediaan Pangan untuk Memenuhi Asupan Pangan Memenuhi
Kaidah Gizi
Pandemi Covid-19 berdampak pada seluruh aspek kehidupan
masyarakat, berbagai kebijakan yang dilakukan seperti PSBB
membuat
intensitas kehidupan sosial menjadi menurun, karena relasi
sebagai
dasar kehidupan perekonomian dibatasi. Dampak pandemi
Covid-19
terhadap sistem mutu dan pangan adalah (1) dampak ekonomi,
turunnya pendapatan rumah tangga akibat terganggunya
aktivitas
ekonomi sehingga masyarakat umumnya mengurangi kualitas
konsumsi makanan dengan membatasi pilihan makanan sumber
protein hewani dan vitamin mineral terutama dari
buah-buahan,
bergeser ke pangan sumber karbohidrat, dan (2) terhambatnya
lalu
lintas barang, termasuk pangan antarwilayah sehingga
ketersediaan
pangan di tingkat pengecer dan rumah tangga terganggu.
Menurut Ariani (2020), respons untuk menjaga sistem
ketersediaan pangan dengan keragaman yang memenuhi kaidah
gizi
pada masa pandemi Covid-19 yang dapat diusulkan untuk jangka
pendek dan menengah adalah: Pertama, pemerintah harus terus
berupaya menyediakan makanan pokok seperti beras dalam
jumlah
cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemerintah harus
memastikan bahwa petani tidak mengalami kendala dalam
menjalankan usaha tani padi, yang menunjukkan bahwa petani
selalu
dalam kondisi sehat, memiliki sarana produksi yang memadai,
tersedianya tenaga kerja (pengolahan, menyiang, panen), dan
memastikan akses pemasaran dengan harga yang menarik. Kedua,
memastikan tersedianya pangan sumber protein hewani seperti
telur
dan daging ayam dalam jumlah cukup dan harga yang terjangkau
bagi masyarakat yang daya belinya menurun. Pemerintah dapat
-
424 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi
Covid-19
bekerja sama dengan layanan pengiriman online (Gojek, Grab,
dan
lainnya), sehingga masyarakat memperoleh kemudahan dalam
memperoleh makanan dan mengurangi biaya pengeluaran untuk
pangan, minimal sampai kebijakan PSBB dicabut. Jika
diperlukan,
pemerintah dapat memberikan subsidi harga untuk beras dan
telur
bagi masyarakat miskin. Pemerintah menjaga ketersediaan
pangan
strategis lain seperti bawang merah, gula pasir, dan cabai
merah
mengingat komoditas ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat
dengan tingkat partisipasi konsumsi tinggi. Ketiga,
diversifikasi
produksi pangan harus didorong kembali, terutama pangan
sumber
karbohidrat, sehingga diharapkan keragaman konsumsi pangan
lokal
akan semakin meningkat. Indonesia memiliki keanekaragaman
serta
sumber daya genetik pangan lokal dalam jumlah besar yang
spesifik
untuk setiap daerah. Keempat, pemanfaatan pekarangan, dengan
peserta program tidak hanya kelompok wanita tani (KWT) namun
juga karang taruna, santri, dan organisasi pemuda lainnya.
Jenis
pangan yang dikembangkan dalam program ini antara lain
sayuran,
pangan lokal, bumbu-bumbuan, buah-buahan, serta unggas.
Penyediaan Pangan Berbasis Produksi Pangan Domestik
Untuk memenuhi ketersediaan dan keterjangkauan pangan
masyarakat yang memiliki kualitas jaminan mutu yang baik,
pemerintah telah menjamin stok pangan strategis. Berdasarkan
hasil
perhitungan yang dilakukan BKP yang disampaikan pada rapat
terbatas 30 Maret 2020, prognosa ketersediaan dan kebutuhan
pangan
pokok nasional untuk periode Juni-Agustus 2020 masih
tercukupi
hingga kebutuhan bulan Desember 2020 (Tabel 1). Hanya tiga
komoditas yang memerlukan penambahan pasokan dari impor
yaitu
bawang putih, daging sapi/kerbau, dan gula. Hal ini terjadi
karena
produksi lokal belum dapat memenuhi kebutuhan domestik
(Damanik 2020).
Untuk meningkatkan daya beli dan konsumsi pangan yang
berkualitas masyarakat di tengah pandemi Covid-19, pemerintah
juga
telah memberikan stimulus fiskal sebesar Rp405,1 triliun,
dengan
rincian: (1) untuk pemulihan ekonomi nasional Rp150 trilliun,
(2)
-
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi
Sosial Ekonomi Pertanian 425
insentif perpajakan dan stimulus KUR Rp70,1 triliun, (3)
perlindungan sosial Rp110 triliun, dan (4) bidang kesehatan
Rp75
triliun (Ika 2020). Hal tersebut setidaknya dapat mengurangi
beban
masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah atau
yang
rentan terhadap dampak sosial dan ekonomi dari pandemi
Covid-19.
Tabel 1. Perkiraan ketersediaaan dan kebutuhan pangan pokok
nasional periode Juni-Agustus 2020
No. Komoditas
Jumlah
perkiraan
ketersediaan
(ton)
Perkiraan
kebutuhan
(ton)
Perkiraan
neraca s.d
Agustus (ton)
1 Beras 15.741.809 7.492.056 8.249.753
2 Jagung 9.134.664 4.599.959 4.534.705
3 Bawang merah 655.669 354.094 301.575
4 Bawang putih 131.107 146.444 15.337
5 Cabai besar 294.758 273.713 21.045
6 Cabai rawit 282.878 251.998 30.880
7 Daging sapi/kerbau 170.648 192.110 21.462
8 Daging ayam ras 1.197.396 854.604 342.792
9 Telor ayam ras 1.293.023 1.203.041 89.982
10 Gula pasir 2.159.092 691.436 1.467.656
11 Minyak goreng 21.273.274 2.299.897 18.973.377
Sumber: data prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan, BKP
(2020)
Indeks harga pangan FAO (FAO Food Price Index/FFPI)
rata-rata
naik 1,8 poin dari periode Juli, nilai tertinggi sejak Februari
2020
(Gambar 1). Kenaikan harga pangan terlihat pada komoditas gula
dan
minyak nabati (FAO 2020). Kenaikkan harga pangan diakibatkan
turunnya nilai mata uang dolar Amerika Serikat (AS) yang
memengaruhi kenaikkan harga dan permintaan komoditas
pertanian
di pasar dunia. Harga komoditas pangan periode Juni-Agustus
2020
cenderung tetap, kecuali untuk daging sapi dan bawang merah.
Terbatasnya ketersediaan daging sapi di dalam negeri, hal ini
meme-
ngaruhi harga, sementara untuk bawang merah disebabkan belum
masuknya masa panen produksi sehingga stok dalam negeri
terbatas.
-
426 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi
Covid-19
Sumber : FAO (2020) dan PIHPS (2020)
Gambar 1. Indeks harga pangan dunia (A) dan harga pangan
pokok
dan penting nasional (B)
Meskipun secara perkiraan ketersediaan stok dan kebutuhan
pangan mencukupi hingga akhir tahun, ketersediaan pangan
untuk
periode selanjutnya harus diperhatikan mengingat secara
historis
Rp-
Rp20.000
Rp40.000
Rp60.000
Rp80.000
Rp100.000
Rp120.000
Rp140.000
Ha
rga
Harga komoditas pangan utama periode Juni-Agustus 2020
Jun-20 Juli 2020 Agustus 2020
A
B
-
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi
Sosial Ekonomi Pertanian 427
bulan November sampai Januari adalah musim paceklik karena
sumber utama persediaan pangan dari produksi dalam negeri
pada
periode tersebut berasal dari hasil panen Musim Tanam (MT) II
dan
sisa stok dari hasil panen MT I. Bahkan dalam kondisi normal,
pada
periode tersebut produksi pangan hanya sekitar 40% dari
produksi
pangan MT II, sedangkan produksi MT II hanya sekitar 70%
jika
dibandingkan dengan MT. Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) memperkirakan bahwa secara umum musim
kemarau 2020 relatif lebih basah daripada 2019 akan tetapi ada
sekitar
30% wilayah yang menurut zona musim (ZOM) akan lebih kering
dari
kondisi normalnya (Sumaryanto 2020).
Selain air, kendala pada peringkat berikutnya adalah
kemampuan
dan akses terhadap modal bagi usaha pertanian. Menipisnya
simpanan dan berkurangnya pendapatan petani dari kegiatan
nonpertanian, menyebabkan pasokan modal untuk usaha tani
menjadi sangat terbatas. Untuk ketersediaan tenaga kerja
diperkirakan cukup. Menurut Sumaryanto (2020), fasilitasi
produksi
yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah
manajemen air pada jaringan irigasi agar kebutuhan air pada
musim
ini tercukupi dan lebih efisien. Hal itu dapat dilakukan
dengan
menerapkan teknik irigasi berjeda (intermittent) dan penggunaan
air
irigasi macak-macak. Untuk mengantisipasi risiko kekeringan,
pemanfaatan irigasi pompa perlu disiapkan sejak awal dan
pemeliharaan saluran irigasi harus lebih diintensifkan. Selain
untuk
meningkatkan efisiensi penyaluran air, hal ini juga diperlukan
untuk
meningkatkan kinerja irigasi tanam padi MT I tahun depan.
Upaya lainnya untuk meningkatkan produksi dan ketersediaan
pangan beragam adalah: (1) perluasan areal tanam padi pada
sawah
rawa lebak, varietas yang cocok untuk ditanam di jenis lahan
ini
adalah Inpara (Inbrida padi rawa); (2) peningkatan
diversifikasi
tanaman selain padi, seperti jagung, kedelai, kacang hijau, dan
sayur-
sayuran dengan sistem pemupukan dan pengendalian organisme
pengganggu tanaman sesuai rekomendasi; (3) intensifikasi
pemanfaatan lahan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan
rumah tangga juga perlu diintensifkan dengan jenis tanaman
sayuran
-
428 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi
Covid-19
seperti cabai, bawang daun, terong, dan sayuran lainnya.
Sejalan
dengan upaya ini, di kota dan di pinggiran perkotaan dapat
dilakukan dengan memanfaatkan tanaman dalam pot atau bagi
yang
mampu dapat memanfaatkan teknik hidroponik.
Terkait dengan upaya diversifikasi pangan, selama ini BKP
telah
merintis program pemanfaatan pekarangan melalui program
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Program ini kemudian
dilanjutkan dengan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L).
Selain
Kelompok Wanita Tani (KWT), peserta program ini juga terdiri
dari
karang taruna, santri, dan organisasi pemuda lainnya. Beberapa
jenis
pangan yang dikembangkan dalam program ini antara lain
sayuran,
pangan lokal, bumbu-bumbuan, buah-buahan, serta unggas. BKP
juga mengembangkan Program Pengembangan Industri Pangan
Lokal (PIPL1000) pada tahun 2020. Program ini berupa
pendampingan teknologi, pengemasan (packaging), pemasaran,
dan
akses permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kedua
program ini dapat dilengkapi dengan jaring pengaman sosial
bagi
keluarga berpenghasilan rendah/miskin untuk meningkatkan
kemampuan memproduksi pangan untuk tanaman sayur/buah
semusim dan sumber protein unggas di sekitar rumah (Saliem
2020).
Penyesuaian Pemasaran dan Penjualan Pangan Saat Pandemi
Covid-19
Secara umum tersendatnya logistik dan distribusi akibat PSBB
berdampak pada menurunnya permintaan transportasi barang
(Direktorat Jendral Perhubungan Darat 2020). Mayasari (2020)
melaporkan bahwa Aptrindo (Asosiasi Pengusaha Truk
Indonesia)
menyampaikan bahwa terjadi penurunan permintaan hingga
mencapai 60%. Demikian juga halnya dengan transportasi
barang
melalui laut yang mengalami penurunan pada periode Maret dan
April 2020 sebesar 2,31%. Volume angkutan barang melalui laut
pada
Maret 2020 sebesar 25,49 ton, dan menurun pada April 2020
hingga
sebesar 24,91 ton. (Azka 2020a). Moda transportasi barang
menggunakan moda udara, menurut ALFI (Asosiasi Logistik dan
Forwarder Indonesia), juga mengalami penurunan permintaan
-
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi
Sosial Ekonomi Pertanian 429
sebesar 15% (Azka 2020b). Sementara itu, distribusi dan
logistik
pangan merupakan aspek penting untuk menjaga mutu dan
keamanan pangan. Kebijakan PSBB berdampak pada terputusnya
rantai pasok pangan sehingga arus komoditas pangan tersendat
dari
hulu ke hilir yang dapat memengaruhi kualitas dan keamanan
produk pangan.
Di sisi lain, kegiatan e-commerce mengalami pertumbuhan pada
masa pandemi. Menurut data Direktorat Jendral Perhubungan
Darat
(2020), penjualan industri melalui e-commerce meningkat 26%
dari
rata-rata bulanan tahun 2019, volume transaksi harian meningkat
dari
rata-rata 3,1 juta menjadi 4,8 juta, dan pengguna belanja
online
diperkirakan meningkat hingga 12 juta pada tahun 2020.
Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dominan digunakan dalam
sistem logistik adalah Logistics Information System (LIS) atau
sistem
informasi logistik dan Electronic Data Interchange (EDI)
atau
pertukaran data elektronik (Javanovic dan Colovic 2017).
Sistem
informasi logistik memungkinkan semua peserta dalam rantai
pasokan untuk berkomunkasi satu sama lain dan menciptakan
peluang untuk manajemen yang efisien dari semua proses
logistik..
Pertumbuhan e-ecommerce pada masa pandemi dengan kondisi
kenormalan baru di pengaruhi oleh perubahan perilaku
masyarakat
(lebih spesifik konsumen). Menurut Ashari (2020), paling sedikit
ada
lima perubahan utama perilaku masyarakat yang diprediksi
terjadi
pada masa pandemi Covid-19, yaitu:
1. Pembelian secara daring mulai mengalami pergeseran dari
produk
yang sifatnya hanya keinginan (wants) beralih ke produk yang
sifatnya kebutuhan (needs). Perubahan ini akan menguntungkan
karena sebagian besar produk pertanian merupakan kebutuhan
pokok. Produk-produk pertanian akan mengalami peningkatan
atau setidaknya sama seperti sebelum pandemi Covid-19.
2. Konsumen mulai mengurangi makan di restoran (eating out)
dan
beralih ke layanan pesan antar (delivery). Pola pembelian
makanan
“pesan antar” yang sebelumnya sesekali menjadi lebih rutin.
Ini
berarti, hotel, restoran, dan kafe (horeka) akan terpengaruh
karena
berkurangnya permintaan untuk makan di tempat. Namun,
-
430 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi
Covid-19
penurunan tersebut dapat dikompensasi melalui pemberian
layanan delivery, meskipun penurunan ini tidak proporsional
dengan penurunan yang terjadi di horeka.
3. Diberlakukannya kebijakan bekerja dari rumah atau Work
From
Home (WFH) menjadikan ibu rumah tangga lebih sering memasak
makanan sendiri di rumah. Situasi ini dapat meningkatkan
permintaan produk segar dan berkualitas, seperti sayuran dan
daging.
4. Gemar akan hal yang praktis, pasangan rumah tangga
milenial
diperkirakan akan lebih banyak memasak makanannya sendiri
dengan bahan yang siap masak (ready to cook) atau frozen
food.
Fakta ini dapat berimbas pada peningkatan permintaan produk
pangan berupa bahan/produk beku siap olah.
5. Model belanja online yang berulang (biasanya digunakan
untuk
kebutuhan dasar dan pokok) akan mendorong berkembangnya
model berlangganan. Model ini akan mengarah pada peningkatan
intensitas belanja online, yang diharapkan akan tumbuh lebih
cepat
pada masa new normal maupun masa yang akan datang.
Model penjualan daring (online) dengan e-commerce bisa
menjadi
pilihan karena semakin diminati konsumen pada masa pandemi
Covid-19. Pelaku agribisnis e-commerce seperti Sayurbox
mengakui
adanya peningkatan penjualan seiring dengan pandemi
Covid-19.
Disebutkan bahwa omset penjualan meningkat sejak Maret dan
perusahaan e-commerce ini mencatat kenaikan pemesanan lima
kali
lipat dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Peningkatan
penjualan terbesar adalah sayuran.
Perubahan perilaku konsumen yang lebih menyukai belanja dari
rumah, menuntut produsen (termasuk kelompok tani dan
koperasi
tani) untuk beradaptasi dan beralih dari melakukan pemasaran
secara offline ke e-commerce. Melalui sistem e-commerce,
kontak
langsung antarmanusia dapat dikurangi. Dalam penggunaannya,
sistem ini memiliki kelebihan, yaitu cepat dan praktis.
Namun,
dikarenakan minimnya jaringan internet, membuat e-commerce
sulit
diakses di banyak daerah.
-
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi
Sosial Ekonomi Pertanian 431
Terkait dengan e-commerce ini, terdapat dua alternatif yang
dapat
dimanfaatkan oleh pelaku usaha pertanian, yaitu bekerja sama
dengan marketplace atau membuat online shop sendiri. Mubarok
(2020)
mendefinisikan marketplace sebagai perantara antara penjual
dan
pembeli berbasis website melalui jaringan internet.
Marketplace
bertindak sebagai pihak ketiga dalam transaksi online dengan
menyediakan fasilitas penjualan dan pembayaran. Di Indonesia
terdapat beberapa marketplace yang menjual berbagai produk
pertanian. Saat ini setidaknya terdapat lima marketplace, yaitu
(1)
TaniHub, (2) Petani, (3) PantauHarga, (4) Limakilo, dan (5)
SiKumis.com. Kegiatan e-commerce baik itu melalui marketplace
atau
belanja daring sendiri menjadi salah satu alternatif untuk
mengatasi
masalah logistik dan distribusi yang terganggu akibat pandemi
Covid-
19, dengan memangkas rantai distribusi hasil produksi dari
petani
kepada konsumen. Ashari (2020) menyebutkan setidaknya
terdapat
tiga kementerian yang terlibat dalam sinergi pemasaran ini,
yaitu
Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian
Perdagangan
serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.
Upaya Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi
Pencapaian ketahanan pangan dan gizi masyarakat pada masa
pandemi Covid-19 tetap perlu diupayakan dengan
sungguh-sungguh
karena berkaitan dengan upaya membangun sumber daya manusia
yang sehat aktif dan produktif. Dalam konsep ketahanan pangan
dan
gizi, ketiga subsistem pangan yang harus tetap berkinerja baik
dalam
masa pandemi ini, adalah subsistem ketersediaan,
keterjangkauan,
dan pemanfaatan atau konsumsi pangan.
Suryana (2020) menyatakan kebijakan subsistem penyediaan
pangan bertujuan untuk menjamin tersedianya pangan pokok dan
utama yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan
nasional. Dalam konteks ini perlu memastikan pertumbuhan
produksi pangan cukup tinggi, terutama untuk pangan pokok
dan
penting, dengan (a) guna meningkatkan produktivitas dan
efisiensi
usaha, perlu dilakukan intensifikasi pemanfaatan teknologi
produksi
pertanian frontir dan memastikan penerapan teknologi
rekomendasi
-
432 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi
Covid-19
oleh petani; (b) penyediaan air sesuai kebutuhan tanaman
dalam
rangka peningkatan Indeks Pertanaman (IP); (c) peningkatan
produksi pertanian per hektare melaui ekstensifikasi pada lahan
yang
belum dimanfaatkan secara optimal, baik itu lahan rawa
maupun
lahan kering; (d) mengurangi kerugian produksi dari proses
pemanenan dan pengolahan pascapanen menjadi makanan yang
dapat diperdagangkan; dan (e) pemanfaatan sumber daya pangan
lokal dalam pengembangan dan peningkatan produksi pangan. Di
samping itu, perlu dilakukan perlindungan petani, melalui
asuransi
pertanian, dan mengembangkan Cadangan Pangan Nasional (CPN)
untuk pangan pokok dan penting, yang terdiri dari cadangan
pangan
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Kebijakan subsistem keterjangkauan pangan bertujuan untuk
memastikan bahwa semua warga negara memiliki akses terhadap
pangan yang layak dan bergizi, dengan harga yang wajar setiap
saat.
Dalam bentuk ini dinilai penting untuk mengelola kelancaran
distribusi pangan pokok dan penting sampai ke daerah
terpencil
melalui upaya (a) mendorong pembangunan sarana distribusi
pangan
melalui regulasi, insentif, maupun pembangunan infrastruktur;
dan
(b) mendukung pembangunan sarana distribusi pangan untuk
memperpanjang umur simpan produk pangan serta
mempertahankan mutu dan kehalalan pangan. Menstimulalsi dan
memfasilitasi kemudahan perdagangan pangan antardaerah
surplus
dan defisit, antarpulau, hingga ke pulau-pulau terkecil dan
terluar.
Di samping upaya tersebut, diperlukan juga peningkatan
efisiensi
pemasaran pangan melalui: (a) pembangunan pasar pangan
(kolektor)
atau subterminal agribisnis di daerah produsen, (b)
pengembangan
toko/pasar tani guna memotong rantai pemasaran pangan dari
petani/kelompok tani ke konsumen, (c) menjalin kemitraan
dengan
para pelaku usaha pemasaran dan perdagangan pangan, (d)
mengembangkan pemasaran melalui e-commerce , dan (e)
menetapkan
kebijakan harga pangan dan kebijakan terkait guna memberikan
perlindungan, baik itu kepada konsumen maupun
produsen/petani.
Kebijakan pada subsistem pemanfaatan atau konsumsi pangan
diarahkan agar setiap individu atau perorangan mampu
-
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi
Sosial Ekonomi Pertanian 433
mengonsumsi pangan yang memenuhi standar kecukupan gizi
untuk
hidup sehat, aktif, dan produktif, dengan upaya: (a)
meningkatkan
daya beli masyarakat melalui penciptaan kesempatan kerja
produktif
terutama bagi keluarga berpendapatan rendah dan pemberian
bantuan sosial tunai untuk pangan bagi masyarakat miskin;
(b)
melanjutkan program diversifikasi konsumsi pangan melalui
kampanye dan sosialisasi pola konsumsi pangan beragam,
bergizi
seimbang dan aman (B2SA) kepada ibu rumah tangga, anak
sekolah,
dan masyarakat; dan memanfatkan lahan pekarangan dan kebun
di
sekitar rumah, dengan menanam tanaman pangan, sayuran, buah
berumur pendek dan memelihara unggas (ayam, dan itik) dan
ikan;
(c) meningkatkan pemberdayaan dan pengawasan usaha mikro
kecil
menengah (UMKM) pangan untuk menerapkan dan mematuhi
proses produksi dan penjualan pangan yang memenuhi
persyaratan
keamanan dan mutu pangan; dan (d) mengembangkan pengayaan
(fortifikasi) pangan dengan zat gizi mikro yang dibutuhkan
guna
mengatasi permasalahan gizi, seperti mengurangi prevalensi
kerdil (stunting) anak di bawah lima tahun (balita) dan
menjaga
kesehatan ibu hamil dan menyusui.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Selama pandemi Covid-19, struktur belanja pangan masyarakat
mengalami perubahan. Masyarakat mengutamakan pemenuhan
pangan pokok dan beberapa pangan lainnya dengan harga lebih
murah, membatasi pilihan pangan protein hewani dan vitamin
mineral (terutama dari buah-buahan), sehingga dapat
mengurangi
konsumsi pangan karbohidrat.
Pemerintah mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat
tersebut dengan melaksanakan kebijakan pemberian bantuan
sosial
dalam bentuk uang dan pangan kepada masyarakat berpendapatan
rendah termasuk kelompok pekerja yang terkena PHK. Selain
itu,
Kementan melaksanakan berbagai program peningkatan produksi
dan
upaya mendorong kelancaran rantai pasok pangan dilaksanakan.
-
434 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi
Covid-19
Sementara itu, para pengusaha dan konsumen mengatasi
hambatan
rantai pasok dengan memanfaatkan penjualan dan pembelian
secara
daring.
Saran
Kebijakan yang dapat dilakukan dalam masa pandemi Covid-19
adalah memastikan ketersedian pangan pokok dan penting yang
mencukupi bagi kebutuhan konsumsi pangan secara nasional.
Selain
itu, pemerintah perlu memastikan penyediaan pangan, terutama
melalui produksi domestik yang beranega ragam, sehingga
asupan
pangan dengan kandungan gizi berimbang terpenuhi. Beberapa
upaya yang disarankan adalah melanjutkan dan meningkatkan
intensitas pemanfaatan teknologi produksi pertanian,
menerapkan
manajemen air irigasi untuk meningkatkan indeks pertanaman,
optimalisasi lahan rawa dan lahan kering untuk produksi
berbagai
jenis pangan, mengurangi kehilangan hasil panen serta
pengolahannya, mengintensifkan upaya diversifikasi pangan
dengan
mengembangkan dan mempromosikan pangan lokal yang beragam.
Dalam rangka memastikan seluruh warga negara memiliki akses
atas pangan yang cukup, bergizi, mudah diperoleh sepanjang
waktu
dan dengan harga yang wajar, diperlukan pemberlakuan
kebijakan
pada subsistem keterjangkauan pangan, antara lain melalui
pengelolaan kelancaran distribusi pangan pokok dan penting
sampai
ke daerah terpencil; memfasilitasi kelancaran perdagangan
pangan
antardaerah surplus dan defisit, serta antarpulau melalui pasar
pangan
(kolektor), memotong rantai pemasaran pangan dari petani/
kelompok
tani ke pasar konsumen, dan mengembangkan pemasaran pangan
dengan e-commerce. Kebijakan pada subsistem pemanfaatan atau
konsumsi pangan diarahkan agar setiap individu atau
perorangan
mampu mengonsumsi pangan yang memenuhi standar kecukupan
gizi untuk hidup sehat, aktif, dan produktif, antara lain
melalui
pemberdayaan dan pengawasan UKM pangan untuk menerapkan dan
mematuhi proses produksi dan penjualan pangan yang memenuhi
persyaratan keamanan dan mutu pangan, pemberian bantuan
sosial
tunai untuk pangan bagi masyarakat berpendapatan rendah,
-
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi
Sosial Ekonomi Pertanian 435
melanjutkan program diversifikasi konsumsi pangan melalui
sosialisasi pola konsumsi pangan B2SA, dan pemanfaatan lahan
pekarangan dan kebun di sekitar rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani M. 2020. Antispasi menyikapi pergeseran prilaku konsumsi
pangan
pada masa pandemi Covid-19. [Internet]. Opini. Web Jendela
Covid-19
PSEKP. [diakses 2020 Oct 20]. Tersedia dari:
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/Covid-19/opini/443-
diversifikasi-pangan-hikmah-di-balik-pandemi-Covid-19.
Ashari. 2020. Peluang bisnis pertanian pada masa pandemi dan era
new
normal. [Internet]. Opini. Web Jendela Covid-19 PSEKP.
[Internet].
[diakses 2020 Oct 20]. Tersedia dari:
http://pse.litbang.pertanian.go.id/
ind/index.php/Covid-19/opini/443-diversifikasi-pangan-hikmah-di-balik-
pandemi-Covid-19.
Azka R. 2020a. Volume angkutan barang via laut bisa terus
menanjak di tengah
pandemi Covid-19. [Internet]. Bisnis.com. [diakses 2020 Oct 20].
Tersedia
dari:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200603/98/1247757/volume-angku
tan-barang-vialaut-bisa-terus-menanjak-di-tengahpandemi-Covid-19.
Azka R. 2020b. Beberkan kondisi kargo udara di tengah pandemi.
[Internet].
Bisnis.com. [diakses 2020 Oct 20]. Tersedia dari:
https://ekonomi.bisnis.com/
read/20200503/98/1235753/alfi-beberkan-kondisi-kargoudara-di-tengah-
pandemi.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020. Berita Resmi Statistik. 5 Mei
2020. Jakarta
(ID): Badan Pusat Statistik.
Damanik RS. 2020. Membangun sinergitas lintas sektor dalam
menghadapi
Covid-19. Bul Perenc Pembang Pertan. 1(2):28–40.
Direktorat Jendral Perhubungan Darat. 2020. Tantangan industri
logistik
dalam masa pandemi COVID-19. Dalam: Webinar Transportasi dan
Logistik Saat dan Pasca Pandemi Covid-19 di Indonesia; 2020 Jun
10;
Jakarta, Indonesia. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Perhubungan
Darat
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2020. Smallholders data
portrait.
Food Agric Organ. [Internet]. [diunduh 2020 Oct 2]. Tersedia
dari:
www.fao.org/family-farming/data-source/dataportrait/farm-size/en.
Javanovic I, Colovic A. 2017. ICT in Logistics: Possibilities
and The Areas of
Application. In Vidovic M, Kilibarda M, Ze«evic S, MiljušM,
Radivojevic
-
436 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi
Covid-19
G, editors. Proceeding of the 3rd Logistics International
Conference; 2017
May 25-27; Belgrade, Serbia. Bergrade (CS): University of
Belgrade,
Faculty of Transport and Traffic Engineering Mayasari S. 2020.
Ada
corona, permintaan jasa truk anjlok hingga 60%. [Internet]
Kontan.co.id.
[diakses 2020 Sep 24]. Tersedia dari:
https://industri.kontan.co.id/news/
ada-corona-permintaan-jasa-truk-anjlok-hingga-60.
Mubarok I. 2020. Apa itu marketplace? pengertian, jenis, dan
contohnya.
[Internet]. Niagahoster. [diakses 2020 Jun 6]. Tersedia
dari:
https://www.niagahoster.co.id/blog/marketplace-adalah/.
[PIHPS] Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional. 2020.
Tabel harga
berdasarkan daerah. [Internet]. [diakses 2020 Oct 5]. Tersedia
dari:
https://hargapangan.id/tabel-harga/pasar-tradisional/daerah.
Saliem HP. 2020. Diversivikasi pangan : Hikmah di balik pandemi
Covid-19.
[internet]. [diakses 2020 Oct 2]. Tersedia dari:
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/Covid-19/opini/443-
diversifika.
Sumaryanto. 2020. Urgensi peningkatan produksi untuk
mengamankan
pasokan pangan Nasional pada masa pandemi Covid-19.
[Internet].
Opini. Web Jendela Covid-19 PSEKP. [diakses 2020 Oct 2].
Tersedia dari:
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/Covid-19/opini/443-
diversifikasi-pangan-hikmah-di-balik-pandemi-Covid-19.
Suryana A. 2020. Memperkokoh sistem pangan untuk
mengantisipasi
dampak pandemi Covid-19. [Internet]. Opini. Web Jendela
Covid-19
PSEKP. [diakses 2020 Oct 2]. Tersedia dari:
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/Covid-19/opini/443-
diversifikasi-pangan-hikmah-di-balik-pandemi-Covid-19.
World Bank. 2020. Indonesia Economic Prospects (IEP). World
Bank.
[internet]. [accessed 2020 Sep 25]. Available from:
https://www.worldbank.org/en/country/indonesia/publication/indonesia
-economic-prospect.