LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI VIROLOGI “ PEMERIKSAAN OBAT TRADISIONAL” Teori 4 / G Kelompok : 4 Anggota : 1. Muhamad Nur Asis ( 19133905 A ) 2. Yanti Anggrenie ( 19133907 A ) 3. Nisa Fitri Andhini ( 19133910 A ) 4. Rani Widyastuti ( 19133911 A )
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI VIROLOGI
“ PEMERIKSAAN OBAT TRADISIONAL”
Teori 4 / G
Kelompok : 4
Anggota : 1. Muhamad Nur Asis ( 19133905 A )
2. Yanti Anggrenie( 19133907 A )
3. Nisa Fitri Andhini( 19133910 A )
4. Rani Widyastuti( 19133911 A )
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2015I. JUDUL
Pemeriksaan Obat Tradisonal “JAMU”
II. TUJUAN
Untuk mengetahui apakah produk farmasi “Obat Tradisional”
yang beredar di masyarakat layak konsumsi secara
mikrobiologi
III. LANDASAN TEORI
Penggunaan tanaman obat di kalangan masyarakat sangat
luas, mulai untuk bahan penyedap hingga bahan baku
industri obat-obatan dan kosmetika. Namun, di dalam
sistem pelayanan kesehatan masyarakat, kenyataannya peran
obat-obat alami belum sepenuhnya diakui, walaupun secara
empiris manfaat obat-obat alami tersebut telah terbukti.
Sebagai salah satu contoh adalah penggunaan jamu
sebagai obat kuat, obat pegal linu, mempertahankan
keayuan, pereda sakit saat datang bulan dan lain-lain,
menyiratkan penggunaan jamu yang sangat luas di
masyarakat. Memang disadari, bahwa produksi jamu belum
banyak tersentuh oleh hasil-hasil penelitian karena
antara lain disebabkan para produsen jamu pada umumnya
masih berpegang teguh pada ramuan yang diturunkan turun-
temurun. Akibatnya, hingga saat ini obat tradisional
masih merupakan bahan pengobatan alternatif di samping
obat modern.
Berkembangnya pasar bagi peredaran obat tradisional
ini juga berperan dalam tumbuhnya industri baru di bidang
obat tradisional maupun meningkatnya peredaran obat
tradisional yang berasal dari negara lain. Kecenderungan
kembali ke alam ini didasari alasan umum bahwa obat bahan
alam merupakan bahan yang aman digunakan dan mudah
didapat.
Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari
bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat
beragam sehingga untuk menjamin mutu obat tradisional
diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih
memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku.
Meningkatnya penggunaan jamu juga disebabkan oleh:
1. Kecenderungan masyarakat mencari alternatif pengobatan
yang kembali ke alam (back to nature) dengan alasan
mempunyai efek samping yang relatif kecil.
2. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial
budaya masyarakat.
3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan modern.
4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam
mengatasi beberapa penyakit tertentu.
5. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari
pengobatan tradisional
6. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan
tradisional.
Masalah dalam penggunaan obat tradisional:
1. Pengobatan alternatif tidak memiliki atau hanya
sedikit memiliki studi tentang efisiensi, efek
samping, dan interaksinya dengan obat-obatan
konvensional
2. Menurut beberapa ahli kesehatan, pengobatan alternatif
tidak teruji atau hanya sedikit bukti berdasarkan
studi kesehatan.
3. Anggapan pengobatan alternatif juga berpotensi
memperlambat penyembuhan, sering terjadi interaksi
yang tidak diketahui dengan obat-obatan konvensi.
Tiga bentuk obat tradisional yang didorong oleh BPOM
yaitu :
1. Jamu adalah obat tradisional Indonesia. Jamu atau obat
alam, akan difokuskan untuk pemulihan penyakit
regeneratif, misalnya kolesterol, asam urat, tekanan
darah tinggi dan diabetes.
2. Herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang
telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di
standarisasi.
3. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan
produk jadinya telah di standarisasi.
IV. ALAT
1. Cawan petri.
2. Lampu spiritus.
3. Tabung reaksi.
4. Pipet ukur steril.
5. Pipet pump.
6. Korek api.
7. Masker.
8. Sarung tangan.
9. Tabung durham
10. Karet gelang
11. Kertas koran
V. BAHAN
1. Sampel (Obat tradisional Jamu)
2. Media Nutrient Agar ( NA )
3. Media Lactosa Broth (LB)
4. Larutan Buffer pepton 1 %
5. Media Sabouraud Glucose Agar (SGA)
6. Media Vogell Johnson Agar (VJA)
7. Larutan kalium Tellurite
8. Pengencer ( Air Fisiologis )
VI. CARA KERJA
Dengan Metode ALT
1. Menyiapkan alat bahan dan bekerja secara aseptis.
2. Mengambil 1 cc sampel ( Jamu ) masukkan kedalam
tabung reaksi (1) yang berisi air fisiologis 9 cc
→ homogenkan.
3. Dari tabung reaksi ( 1 ) diambil 1 cc masukkan
kedalam tabung reaksi (2 ) → homogenkan.
4. Dari tabung reaksi ( 2 ) diambil 1 cc masukkan
kedalam tabung reaksi (3 ) → homogenkan.
5. Dari tabung reaksi ( 3 ) diambil 1 cc masukkan
kedalam tabung reaksi (4 ) → homogenkan.
6. Pengenceran yang diambil adalah 3 pengenceran
terakhir.
7. Mengambil pengenceran pada tabung reaksi ( 2 ) →
cawan petri ( 1 ).
8. Mengambil pengenceran pada tabung reaksi ( 3 ) →
cawan petri ( 2 ).
9. Mengambil pengenceran pada tabung reaksi ( 4 ) →
cawan petri ( 3 ).
10. Cawan petri yang sudah berisi pengenceran 2 +
pengenceran 3 + pengenceran 4 → dituangi media NA
( Nutrient Agar ).
11. Membungkus dengan Kertas Koran → diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37⁰.
12. Setelah diinkubasi lalu dilihat hasilnya serta
menghitung jumlah koloni yang muncul
( kelihatan ).
Dengan Metode MPN
1. Menyiapkan alat bahan dan bekerja secara aseptis
2. Siapkan 9 tabung media Lactosa Broth (LB) yang
telah dilengkapi dengan tabung Durham.
3. Pipet sampel asli (tanpa pengenceran) sebanyak :
- 10 ml sampel jamu dimasukkan masing-masing ke
dalam 3 tabung berisi masing-masing media LB
cair
- 1 ml sampel jamu dimasukkan masing-masing ke
dalam 3 tabung berisi masing-masing media LB
cair
- 0,1 ml sampel jamu dimasukkan masing-masing ke
dalam 3 tabung berisi masing-masing l media LB
cair
4. Membungkus dengan Kertas Koran → diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37⁰.
5. Setelah diinkubasi lalu diamati hasilnya
Untuk mengetahui adanya bakteri Salmonella Sp
Ada 2 tahap , yaitu Resusitasi (Penyehatan),
Enrichment (Penyuburan) dan Selektif. Pada
praktikum kali ini untuk uji Salmonella hanya pada
tahap Resusitasi (Penyehatan).
1. Menyiapkan alat bahan dan bekerja secara aseptis.
2. Pipet 1 ml sampel jamu masukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi larutan Buffer Pepton 1 %.
3. Membungkus dengan Kertas Koran → diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37⁰.
4. Setelah diinkubasi lalu diamati hasilnya
Untuk mengetahui adanya bakteri Staphylococcus
aureus
1. Menyiapkan alat bahan dan bekerja secara aseptis.
2. Pipet 1 ml sampel jamu masukkan ke dalam cawan
petri yang berisi media VJA (Vagell Johnson Agar)
3. Teteskan 3-4 Kalium Tellurite kedalam cawan
petri.
4. Membungkus dengan Kertas Koran → diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37⁰.
5. Setelah diinkubasi lalu diamati hasilnya
Untuk mengetahui adanya bakteri Ragi dan Kapang
1. Menyiapkan alat bahan dan bekerja secara aseptis.
2. Menggunakan pengenceran yang sudah di lakukan
pada Metode ALT
3. Siapkan cawan petri yang sudah berisi sampel jamu
+ pengenceran 1 + pengenceran 2 → dituangi media
Sabouraud Glucose Agar (SGA)
4. Membungkus dengan Kertas Koran → diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37⁰.
5. Setelah diinkubasi lalu dilihat hasilnya serta
menghitung jumlah koloni yang muncul
( kelihatan ).
VII. HASIL PRAKTIKUM
1. Hasil pada metode ALT
Cawan petri I = tidak ada koloni
Cawan petri II = tidak ada koloni
Cawan petri III = terdapat 1 koloni pada pengenceran ke
10-4,
jadi cawan petri III = 1 x 10-4 = 1 x 104 uk/ml.
ALT = 1 x 104 uk/ml.
Syarat jumlah bakteri pada Sediaan Obat asal tanaman
(jamu) versi UNIDO,1990 adalah < 104.
2. Hasil pada metode MPN
Seri A = 0 0 0 (Negative)Seri B = 0 0 0 (Negative)Seri C = 0 0 0 (Negative)<3/100 ml
3. Salmonella sp
Negative (tidak keruh)
4. Staphylococcus aureus
Negative ( tidak ada koloni)
5. Ragi dan kapang
< 3,0x100 (1x100) uk/ml
Foto hasil praktikum
Metode ALT Media NA Metode MPN (seri A) 10
ml
Metode MPN (Seri B) 1 ml Metode MPN (Seri C)
0,1 ml
Salmonella sp Staphylococcus
aureus
Ragi dan Kapang
VIII. PEMBAHASAN
Pada pembahasan praktikum kali ini adalah
pemerikaan obat tradisional yang bertujuan agar
mahasiswa mampu mengetahui apakah obat tradisonal
yang beredar di masyarakat layak dikonsumsi secara
mikrobiologi. Sampel yang digunakan adalah jamu
tradisional. Yang pertama dilakukan adalah
pemeriksaan ALT atau pemeriksaan koloni bakteri yang
terbentuk, pemeriksaan ALT dilakukan dengan cara
pengenceran bertingkat dengan menggunakan media NA
(Nutrient Agar) dan didapatkan ALTnya adalah 1 x 104
uk/ml. Dan berdasarkan versi UNIDO (United Nation
Industrial Development Organization) ,1990 nilai ALT
maksimal <104 /g hal ini membuktikan bahwa obat
tradisonal tersebut layak beredar.
Uji yang kedua yaitu pengujian ragi dan kapang,
pada pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
produk ( sampel ) tersebut terdapat ragi ataupun
kapang. Cara pengujian ragi dan kapang hampir sama
dengan pengujian ALT tetapi bedanya dengan
menggunakan media SGA ( Sabaround Glucose Agar ) ,
berdasarkan pengamatan didapatkan < 3,0x100 (1x100)
uk/ml. Dan berdasarkan versi UNIDO (United Nation
Industrial Development Organization) ,1990 nilai ragi
dan kapang maksimal <102 /g ini membuktikan bahwa
obat tradisonal tersebut layak beredar.
Pengujian yang ketiga adalah pengujian MPN Coliform / APM
tujuannya adalah untuk mendeteksi mikroorganisme yang
dapat memfermentasi laktosa, yang dicirikan oleh
kemampuan bakteri menghasilkan asam dan gaspada tabung
durham setelah di inokulasi 24 jam pada suhu 37⁰C. Uji
MPN menggunakan media LB ( Lactosa Broth) karena media
ini berfungsi sebagai media untuk mendeteksi kehadiran
coliform dalam obat tradisoinal dan dalam mempelajari
fermentasi laktosa oleh bakteri. Pada umumnya dilakukan
hanya uji penduga saja kerana keterbatasan waktu. Setelah
dilakukan pengamatan diperoleh hasil <3/100 ml.
Pengujian yang keempat adalah pengujian Salmonella
sp yang bertujuan untuk mengetahui apakah obat
tradisonal tersebut mengandung bakteri Salmonella sp ,
setelah dilakukan pengamatan pada pengujian Salmonella
didapatkan hasil negative (tidak keruh) yang berarti
sesuai dengan standar versi UNIDO (United Nation
Industrial Development Organization) ,1990..
Uji yang terakhir adalah pengujian Staphylococcus
aureus yang bertujuan untuk mengetahui adanya bakteri
Staphylococcus pada obat tradisonal, setelah dilakukan
pengamatan diperoleh hasil negative (tidak terdapat
koloni) yang berarti sesuai dengan standar versi
UNIDO (United Nation Industrial Development
Organization) ,1990.
IX. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum didapat hasil bahwa Obat Tradisional
“ Jamu” tersebut memenuhi standar versi UNIDO (United
Nation Industrial Development Organization) ,1990 dan
layak untuk dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2005. Pedoman Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik . Jakarta.
Universitas Setia Budi Surakarta. 2015. Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi Virologi. Surakarta.
http://eldadamayan.blogspot.com/2012/12/makalah-obat-
tradisional-tugas-uuk.html
https://www.scribd.com/doc/119272324/LAPORAN-BPOM