BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangKebijakan deviden merupakan salah satu
kebijakan dalam perusahaan yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan secara seksama. Dalam kebijakan deviden ditentukan
jumlah alokasi laba yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham
(deviden) dan alokasi laba yang dapat ditahan perusahaan. Dalam
pengalokasian laba tersebut timbullah berbagai masalah yang
dihadapi. Konflik agency muncul sebagai akibat adanya pemisahan
antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Konflik kepentingan
tidak hanya terjadi antara pemegang saham dengan manajer, konflik
kepentingan dapat terjadi antara pemegang saham dengan kreditor.
Pada umumnya para pemegang saham menginginkan proyek dengan
expected return yang tinggi. Sayangnya dalam dunia nyata, investasi
yang memberikan return yang tinggi, resikonya juga tinggi (Sartono,
2001). Tingginya resiko akan menyebabkan kreditur ikut menanggung
resiko.Bagi para investor faktor stabilitas deviden akan lebih
menarik dari pada dividend payout ratio yang tinggi. Bagi investor
pembayaran deviden yang stabil merupakan indikator prospek
perusahaan yang stabil pula dengan demikian resiko perusahaan juga
relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan
perusahaan yang membayar deviden tidak stabil (Sartono, 2001).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa investor
menginginkan kebijakan deviden yang stabil. Namun kenyataanya,
rata-rata perkembangan dividend payout ratio selama periode
2005-2009 mengalami fluktuasi besar kecilnya deviden yang
dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan deviden
masing-masing perusahaan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan
berbagai faktor. Berdasarkan faktor-faktor yang dipertimbangkan
oleh manajemen dan keputusan investor yang didasarkan pada kinerja
keuangan maka penelitian ini mengidentifikasi variabel-variabel
yang diduga berpengaruh terhadap rasio pembayaran deviden. Investor
dan manajemen perusahaan lebih menekankan pada preferensi jangka
panjang. Mengingat masih terbatasnya penelitian yang menguji
faktor-faktor yang mempengaruhi dividen, maka perlu dilakukan
penelitian sejenis sebagaimana penelitian yang dilakukan di luar
negeri (Amerika dan Australia). Sementara penelitian yang dilakukan
di luar negeri tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
dividen didasarkan pada persepsi para manajer perusahaan melalui
metode kuesioner (Partington, 1989), sehingga hasil penelitiannya
lebih bersifat kebijakan manajemen dalam menentukan besarnya
pembayaran dividen.Investor mengharapkan untuk mendapatkan tingkat
kembalian (return) baik berupa dividen maupun capital gain tidak
didasarkan pada kebijakan manajemen (intern) perusahaan tetapi
didasarkan pada hasil/kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan
yang tercermin dalam laporan keuangan yang dipublikasikan.
Kebijakan apapun yang ditempuh oleh manajemen perusahaan, bagi
investor tidak terlalu penting dipertimbangkan, karena kebijakan
manajemen hanya dapat diketahui oleh pihak intern perusahaan. Lagi
pula, bagi investor yang terpenting adalah melihat bagaimana
perkembangan perusahaan terutama dari kinerja keuangannya.Bertitik
tolak dari faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh manajemen dan
kepentingan investor yang didasarkan pada kinerja keuangan maka
berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dapat diidentifikasi
variabel-variabel yang mungkin berpengaruh terhadap pendapatan
dividen, terutama dividen tunai (cash dividend). Sebagaimana hasil
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap kebijakan dividen terdiri dari:
profitabilitas, stabilitas dividen dan earning, likuditas,
investasi, dan pembiayaan. Sementara berdasarkan laporan keuangan
variabel-variabel tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
(1) profitabilitas (diukur dengan laba bersih setelah pajak), (2)
likuiditas (diukur dari cash ratio dan current ratio), (3)
investasi (diukur dari jumlah dana yang ditanamkan pada aktiva
tetap operasi), dan (4) pembiayaan (terutama dana yang diperoleh
dari utang jangka panjang plus utang jangka pendek) yang diukur
dengan rasio leverage. Sementara earning dapat dilihat dari earning
per share (EPS), sedangkan dividen (terutama cash dividend)
merupakan tujuan yang dinginkan oleh investor dalam rangka
memperoleh pendapatan dalam bentuk dividen dari hasil investasinya.
Perusahaan yang menunjukkan kendala pembayaran (kekurangan
likuiditas) mengarahkan manajemen untuk membatasi pertumbuhan
dividen. Hasil penelitian tersebut masih menunjukkan hasil yang
kontradiktif, sehingga perlu dilakukan penelitian hubungan antara
ROI dengan dividen serta hubungan antara cash ratio dan current
ratio dengan dividen. Terlebih hasil penelitian terdahulu,
pengujiannya tidak didasarkan dari kinerja keuangan perusahaan;
tetapi lebih ditekankan pada respon (tanggapan) manajemen dalam
kebijakan dividen. Berdasarkan pertimbangan dan tujuan investasi
dari investor, maka perlu dilakukan perluasan penelitian untuk
mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dividen
(pendapatan dividen per lembar saham) berdasarkan informasi
keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan, dan bukan didasarkan
pada kebijakan yang ditempuh oleh manajemen perusahaan.
B. Rumusan Masalaha. Faktor faktor apa yang mempengaruhi
kebijakan deviden ?b. Bagaimana Alternatif pembayaran deviden ?c.
Pemahaman tentang Stock Repurchase, Stock Dividend, dan Stock Split
?
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kebijakan DevidenMenurut Aharony dan Swary (1980)
dalam Nurhidayati (2006) mengemukakan bahwa informasi yang
diberikan pada saat pengumuman dividen lebih berarti daripada
pengumuman earning. Bagi para investor, dividen merupakan hasil
yang diperoleh dari saham yang dimiliki, selain capital gain yang
didapat apabila harga jual saham lebih tinggi dibanding harga
belinya. Dividen tersebut didapat dari perusahaan sebagai
distribusi yang dihasilkan dari operasi perusahaan.Kebijakan
dividen menurut Martono dan D. Agus Harjito (2000:253) merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan
perusahaan. Kebijakn dividen (dividend policy) merupakan keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi
kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan
datang.Menurut Dr.Dermawan Sjahrial, M.M. (2002:305), perusahaan
akan tumbuh dan berkembang, kemudian pada waktunya akan memperoleh
keuntungan atau laba. Laba ini terdiri dari laba yang ditahan dan
laba yang dibagikan.Pada tahap selanjutnya laba yang ditahan
merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk
pembiayaan pertumbuhan perusahaan. Makin besar pembiayaan
perusahaan yang berasal dari: laba yang ditahan di tambah
penyusutan aktiva tetap, maka makin kuat posisi finansial
perusahaan tersebut. Dari seluruh laba yang diperoleh perusahaan
sebagian dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen. Mengenai
penentuan besarnya dividen yang akan dibandingkan itulah yang
merupakan kebijakan dividen dari pimpinan perusahaan.Menurut James
C. Van Horne (2002), evaluasi pengaruh rasio pembayaran dividen
terhadap kekayaan pemegang saham dapat dilakukan dengan melihat
kebijakan dividen perusahaan sebagai keputusan pendanaan yang
melibatkan laba di tahan. Setiap periode, perusahaan harus
memutuskan apakah laba yang diperoleh akan ditahan atau
didistribusikan sebagian atau seluruhnya pada pemegang saham
sebagai dividen. Sepanjang perusahaan memiliki proyek investasi
dengan pengembalian melebihi yang diminta, perusahaan akan
menggunakan laba untuk mendanai proyek tersebut. Jika terdapat
kelebihan laba setelah digunakan untuk mendanai seluruh kesempatan
investasi yang diterima, kelebihan itu akan di distribusikan kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen kas. Jika tidak ada kelebihan,
maka dividen tidak akan di bagikan.Kebijakan dividen dalam Werner
R.Murhadi (2008:4) merupakan suatu kebijakan yang dilakukan dengan
pengeluaran biaya yang cukup mahal, karena perusahaan harus
menyediakan dana dalam jumlah besar untuk keperluan pembayaran
dividen. Perusahaan umumnya melakukan pembayaran dividen yang
stabil dan menolak untuk mengurangi pembayaran dividen. Hanya
perusahaan dengan tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke
depan yang cerah, yang mampu untuk membagikan dividen. Banyak
perusahaan yang selalu mengkomunikasikan bahwa perusahaannya
memiliki prospektif dan menghadapi masalah keuangan sudah tentu
akan kesulitan untuk membayar dividen. Hal ini berdampak pada
perusahaan yang membagikan dividen, memberikan tanda pada pasar
bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek kedepan yang cerah dan
mampu untuk mempertahankan tingkat kebijakan dividen yang telah
ditetapkan pada periode sebelumnya. Perusahaan dengan prospek ke
depan yang cerah, akan memiliki harga saham yang semakin
tinggi.Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2000:255-256) sejauh
ini pembahasan dividen hanya menyangkut aspek-aspek teoritis dari
kebijakan dividen. Namun, ketika perusahaan menetapkan suatu
kebijakan dan memperhatikan sejumlah hal, pertimbangan-pertimbangan
ini harus dikaitkan kembali ke teori pembayaran dividen dan
penilaian perusahaan. Beberapa pertimbangan manajer dalam
pembayaran dividen antara lain:1. Kebutuhan dana bagi
perusahaanSemakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin
kecil kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan
digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi dananya baru sisanya untuk
pembayaran dividen.2. Likuiditas perusahaanLikuiditas perusahaan
merupakan salah satu pertimbangan utama dalam kebijakan dividen.
Karena dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah
kas yang tersedia dan likuiditas perusahaan, semakin besar pula
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Apabila manajemen
ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya
ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan,
kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam jumlah
yang besar.3. Kemampuan untuk meminjamPosisi likuiditas bukanlah
satu-satunya cara untuk menunjukkan fleksibilitas dan perlindungan
terhadap ketidakpastian. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan
yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan
fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk
membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan
melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh
dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.4. Pembatasan-pembatasan
dalam perjanjian hutangKetentuan perlindungan dalam suatu
perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap
pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur
untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya.
Biasanya, pembatasan ini dinyatakan dalam persentase maksimum dari
laba kumulatif. Apabila pembatasan ini dilakukan, maka manajemn
perusahaan dapat menyambut baik pembatasan dividen yang dikenakan
para kreditur, karena dengan demikian manajemen tidak harus
mempertanggungjawabkan penahanan laba kepada para pemegang saham.
Manajemen hanya perlu mentaati pembatasan tersebut.5. Pengendalian
perusahaanApabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat
besar, maka perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan
datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan
investasi yang menguntungkan.Dividen diumumkan secara priodik oleh
dewan direktur. Biasanya tiap setengah tahun atau tiap satu tahun.
Pembayaran dividen menjadi sulit karena komposisi pemegang saham
berubah-ubah. Pengukuran jual-beli saham sangat cepat berubah-ubah.
Karena cepatnya perpindahan pemegang saham maka sulit untuk
dipantau daftar pemegang saham. Dividen mengkin dapat diberikan
kepada pemegang saham baru lima hari kerja setelah pembelian saham
(Sunariyah, 2004).
B. Teori Kebijakan DevidenRobert Ang (1997) menyatakan bahwa
dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak
dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) yang ditahan
sebagai cadangan bagi perusahaan. Deviden ini untuk dibagikan
kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan.
Manajemen mempunyai 2 alternatif perlakuan terhadap penghasilan
bersih sesudah pajak ( EAT ) perusahaan yaitu : Dibagi kepada para
pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen Diinvestasikan
kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan ( retaired earning
).Pada umumnya sebagian EAT ( Earning After Tax ) dibagi dalam
bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali, artinya
manajemen harus membuat keputusan tentang besarnya EAT yang
dibagikan sebagai dividen. Pembuat keputusan tentang dividen ini
disebut kebijakan dividen ( dividen policy ).Persentase dividen
yang dibagi dari EAT disebut Dividend Payout Ratio ( DPR ). Dividen
Yang DibagiDPR =EAT
Prosentasi laba ditahan dari EAT adalah 1 DPR a. Teori Dividen
Tidak Relevan Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu
perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya presentase laba
yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai atau
DPR (Dividen Payout Ratio) , tapi ditentukan oleh laba bersih
sebelum pajak atau EBIT (Earning Before Interest and Tax) dan kelas
risiko perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah tidak relevan.
Pernyataan ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang lemah
seperti : (1) Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah
rasional, (2) Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan
menerbitkan saham baru, dan (3) Tidak ada pajak Kebijakan investasi
perusahaan tidak berubah.Sedangkan kenyataannya : (1) Pasar modal
yang sempurna sulit ditemui, (2) Biaya emisi saham baru pasti ada,
(3) Pajak pasti ada, dan (4) Kebijakan investasi perusahaan tidak
mungkin tidak berubah.b. Teori Dividen yang Relevan (The Bird in
the Hand)Teori ini menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan
akan naik jika presentase laba yang dibayarkan kepada pemegang
saham dalam bentuk uang tunai atau DPR (Dividen Payout Ratio)
rendah, karena investor lebih suka menerima dividen dari pada
Perolehan modal (Capital Gains). Investor memandang keuntungan
dividen (dividend yield) lebih pasti dari pada keuntungan capital
gains (capital gains yield). Perlu diingat bahwa dilihat dari sisi
investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan adalah tingkat
keuntungan yang disyaratkan investor pada saham. Laba ditahan
adalah keuntungan dari dividen ( dividend yield ) ditambah
keuntungan dari capital gains ( capital gains yield ).Modigliani
dan Miller menganggap bahwa argumen Gordon dan Lintner ini
merupakan suatu kesalahan ( MM menggunakan istilah The Bierd in the
hand Fallacy ). Menurut MM, pada akhirnya investor akan kembali
menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama
atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama.c. Teori
Perbedaan Pajak (Tax Differential Theory)Teori ini menyatakan bahwa
karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains,
para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda
pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu
tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan
dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham
dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika
pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains,
perbedaan ini akan makin terasa.Jika manajemen percaya bahwa teori
Dividen tidak relevan dari MM adalah benar, maka perusahaan tidak
perlu memperdulikan berapa besar dividen yang harus dibagi, tapi
jika mereka menganut teori Dividen yang relevan, maka mereka harus
membagi seluruh laba setelah pajak atau EAT (Earnig After Tax)
dalam bentuk dividen. Dan bila manajemen cenderung mempercayai
teori perbedaan pajak ( Tax Differential Theory ), mereka harus
menahan seluruh EAT atau DPR = 0 %. Jadi ke 3 teori yang telah
dibahas mewakili kutub kutub ekstrim dari teori tentang kebijakan
dividen. Sayangnya test secara empiris belum memberikan jawaban
yang pasti tentang teori mana yang paling benar.d. Teori Signaling
Hypothesis.Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen,
sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan
diveden pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini
dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai
dividen dari pada capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu
kenaikan dividen yang diatas biasanya merupakan suatu tanda kepada
para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu
penghasilan yang baik dividen masa mendatang. Sebaliknya, suatu
penurunan dividen atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan
normal (biasanya ) diyakini investor sebagai suatu tanda bahwa
perusahaan menghadapi masa sulit dividen waktu mendatang.Seperti
teori dividen yang lain, teori ini juga sulit dibuktikan secara
empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen mengandung beberapa
informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga
setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata
disebabkan oleh efek tanda atau disebabkan karena efek tanda dan
preferensi terhadap dividen.e. Teori Clientele Effect.Teori ini
menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda
akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen
perusahaan.Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan
pada saat ini lebih menyukai suatu presentase laba yang dibayarkan
atau DPR (Dividend Payout Ratio) yang tinggi. Sebaliknya kelompok
pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih
senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih
perusahaan.Jika ada perbedaan pajak bagi individu ( misalnya orang
lanjut usia dikenai pajak lebih ringan ) maka pemegang saham yang
dikenai pajak tinggi lebih menyukai perolehan modal (capital gains)
karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang
jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebalinya kelompok
pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai
dividen yang besar.Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari
Clientele ini ada. Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa
lebih baik dari dividen kecil, demikian sebaliknya. Kebijakan
dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan
dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang.
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen,
maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi
total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika
perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka
kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Dengan
demikian kebijakan dividen ini harus dianalisa dalam kaitannya
dengan keputusan pembelanjaan atau penentuan struktur modal secara
keseluruhan.
Kebijakan dividen merupakan keputusan pembayaran dividen yang
mempertimbangkan maksimalisasi harga saham saat ini dan periode
mendatang. Dalam penentuan besar kecilnya dividen yang akan
dibayarkan ada perusahaan yang sudah merencanakan dengan menetapkan
target Devidend Payout Ratio didasarkan atas perhitungan keuntungan
yang diperoleh setelah dikurangi pajak. Untuk dapat membayar
dividen dapat dibuat suatu rencana pembayaran dividen sebagai
berikut:1. Perusahaan mempunyai target Devidend Payout Ratio jangka
panjang2. Manajer memfokuskan pada tingkat perubahan dividen dari
pada tingkat absolut.3. Perubahan dividen yang meningkat dalam
jangka panjang, untuk menjaga penghasilan. Perubahan penghasilan
yang sementara tidak untuk mempengaruhi Devidend Payout Ratio.4.
Manager bebas membuat perubahan deviden untuk keperluan
cadangan.
Penentuan besarnya Devidend Payout Ratio akan menentukan besar
kecilnya laba yang ditahan. Setiap ada penambahan laba yang ditahan
berarti ada penambahan modal sendiri dalam perusahaan dengan biaya
murah.
C. Tipe Tipe Kebijakan Dividena. Kebijakan dividen dengan
presentase tetap pembayaran dividen tunai (constant payout ratio
divident policy) Kebijakan dividen dengan presentase tetap
pembayaran dividen tunai (constant payout ratio divident policy)
adalah kebijakan dividen yang didasarkan dengan presentase tertentu
dari pendapatan. Rasio pembayaran dividen adalah presentase dari
setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan kepada pemilik dalam bentuk
tunai, dihitung dengan membagi dividen kas per saham dengan laba
per saham. Jumlah pembayaran dividen dengan presentase tetap dari
EPS akan mempengaruhi posisi harga saham di pasar. Pada saat laba
menurun, pembayaran dividen juga menurun, dan hal ini akan
menyebabkan harga saham menurun.b. Kebijakan dividen biasa atau
stabil (reguler dividen policy) Kebijakan dividen biasa atau stabil
(reguler dividen policy) adalah kebijakan dividen yang didasarkan
atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam satu
periode. Seringkali kebijakan ini digunakan dengan memakai target
rasio pembayaran dividen, dimana perusahaan mencoba membayar
dividen dalam persentase tertentu seperti dividen yang dinyatakan
dalam rupiah serta disesuaikan terhadap target pembayaran yang
membuktikan terjadinya peningkatan hasil. Kebijakan ini meniadakan
keragu-raguan investor atau pemegang saham sekaligus
menginformasikan bahwa perusahaan dalam keadaan baik dan lancar.
Dengan kebijakan ini pembayaran dividen persaham hampir tidak
pernah turun.c. Kebijakan dividen rendah plus ekstra (low regular
an extra dividend policy).Menurut kebijakan ini perusahaan membayar
dividen tunai secara rutin setiap periode dalam jumlah yang tetap
dan rendah, jika laba perusahaan periode yang bersangkutan sangat
baik maka jumlah pembayaran tetap tersebut akan ditambah pembayaran
dividen ekstra. Dengan jumlah pembayaran reguler atau biasa yang
tetap ini menjamin kepastian bagi pemilik saham dan arena jumlahnya
rendah, hal ini juga akan menentramkan perusahaan. Bila ada laba
yang sangat bagus perusahaan akan membayarkan ekstra dividen bagi
pemegang saham. Pembayaran ekstra ini akan disambut baik oleh pasar
dan akan menaikkan harga saham.
D. Macam Macam Kebijakan Deviden Kebijakan Deviden yang
fleksibel, Merupakan besarnya setipa tahun yang disesuaikan dengan
posisi financial dan kebijakan financial dari perusahaan yang
bersangkutan tersebut. Kebijakan Deviden yang stabil, merupakan
jumlah devideb per lembar dibayarkan nsetiap tahun tetap selama
jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per
tahunnya berfluktuasi. Kebijakan Deviden dengan penetapan jumlah
deviden minimal ditambah jumlah ekstra tertentu. Merupakan
kebijakan yang menentukan jumlah rupiah minimal deviden per lembar
saham setiap tahunnya apabila keuntungan perusahaan lebih baik akan
membayar deviden ekstra. Kebijakan Deviden dengan penetapan deviden
payout ratio yang konstan, merupakan kebijakan yang member deviden
yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh
perusahaan.
E. Jenis-Jenis DividenMenurut Zaki Baridwan (1993) deviden yang
akan dibagikan oleh perusahaan dapat terbagi dalam beberapa jenis,
yaitu:1. Dividen tunai (cash dividen), yaitu dividen yang dibagikan
kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai dan dikenai pajak
pada tahun pengeluarannya. Dividen ini yang paling umum dan banyak
digunakan dalam pembagian saham.2. Dividen saham (stock dividen),
yaitu dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham
dalam bentuk saham perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan
menjadi bertambah. Jadi, pemberian stock dividen ini dilakukan
dengan cara mengubah sebagian laba ditahan (retained earnings)
menjadi modal saham yang pada dasarnya tidak mengubah jumlah modal
sendiri. Namun demikian cash flow perusahaan tidak terganggu karena
perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang tunai. Peristiwa ini
dilakukan jika posisi kas perusahaan atau likuiditas diperlukan
oleh perusahaan. Investor dalam hal ini akan memiliki lebih banyak
saham tetapi laba per lembar saham lebih rendah. Proporsi pemilikan
investor tidak mengalami perubahan.
Contoh:Beta mempunyai struktur modal sebagai berikut (sebelum
penerbitan dividen saham).Saham biasa (Rp. 5.000,- nominal, 400.000
lembar) = Rp. 2 miliarAgio saham = Rp. 1 miliarLaba saham = Rp. 7
miliarModal sendiri bersih = Rp. 10 miliar
Perusahaan Beta membayar dividen saham 5% atau sebanyak 20.000
lembar (5% x 400.000 lembar).
Nilai pasar saham Rp. 40.000 setiap pemegang saham 20 lembar
saham menerima 1 lembar dividen saham:Saham biasa (Rp. 5.000
nominal, 420.000 lembar) = Rp. 2,1 miliarAgio saham = Rp. 1,7
miliarLaba ditahan = Rp. 6,2 miliarModal sendiri = Rp. 10
miliar
Keterangan :a) Laba ditahan berkurang Rp. 800 juta, yaitu
dividen saham 20.000 lembar x harga pasar Rp. 40.000.b) Saham biasa
ditambah Rp. 100 juta, yaitu 20.000 lembar saham baru x nilai
nominal saham biasa Rp. 5.000,-c) Agio saham bertambah Rp. 700
juta, yaitu 20.000 lembar saham baru x (Rp. 40.000 - Rp. 5.000)
atau saham pasar - harga nominal.d) Jika laba setelah pajak Rp. 1
miliar. EPS (Earning Per Share) = Rp. 2.500 (1 miliar/40.000).
Setelah dividen saham menurun menjadi Rp. 2.380.e) (Rp 1
miliar/420.000 lembar saham),
3. Dividen saham pecahan (stock split), yaitu pemecahan selembar
saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah
stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Dengan
demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari
perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai
ekonomis. Melakukan pemecahan dalam hal, yaitu menambah jumlah
saham dengan cara melalui pengurangan nilai nominalnya. Pada contoh
di atas, jumlah lembar saham 400.000 lembar saham menjadi 2 x
400.000 lembar = 800.000 lembar. Harga nominal saham menjadi Rp.
2.500 (Rp. 5.000/2).Dengan demikian struktur modal tidak berubah,
dan nilai jual saham biasa, agio, dan laba tidak mengalami
perubahan. Tetapi harga nominal dan lembar saham berubah
proporsional.
Tujuan dari stock split: Menurunkan harga saham, sehingga
menarik pembeli/investor. Diharapkan harga akan meningkat.
Menguntungkan bagi investor, jika dividen yang dibayar lebih besar,
misalnya sebelum dipecahkan membayar dividen Rp. 2.000 per lembar.
Setelah dipecahkan hanya membayar dividen Rp. 1.250 per lembar,
maka investor akan menerima dividen Rp. 2.500 dengan nilai
penyertaan yang sama besarnya.
Pada dasarnya ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan,
yaitu Split up (pemecahan saham naik)Adalah penurunan naik nominal
per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar yang
beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 3:1. Pada
awalnya nilai nominal per lembar saham sebelum melakukan stock
split sebesar seribu lima ratus rupiah, maka setelah dilakukan
split up dengan perbandingan 3:1, nilai nominal per lembar saham
yang banx adalah lima ratus rupiah, sehingga awalnya satu lembar
menjadi tiga lembar. Split down (pemecahan saham turun)Adalah
peningkatan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan
berkurangnya jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya split down
dengan faktor pemecahan 1:3 yang merupakan kebalikan dari split up.
Awalnya nilai nominal per lembar saham seribu rupiah, kemudian
dilakukan split down dengan perbandingan 1:3, maka nilai nominal
per lembar saham baru adalah tiga ribu rupiah dan jumlah lembar
saham yang pada awalnya tiga lembar saham menjadi satu lembar
saham.
4. Dividen scrip, yaitu dalam bentuk perjanjian tertulis untuk
membayar dalam jumlah tertentu pada waktu yang disepakati.5.
Dividen property (property dividen), yaitu dividen yang dibagikan
dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva
tetap dan surat-surat berharga.6. Dividen likuidasi (liquidating
dividen), yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham
sebagai akibat dilikuidasikannya perusahaan. Dividen diperoleh dari
selisih antara nilai realisasi aset perusahaan dikurangi dengan
semua kewajibannya.
BAB IIIPEMBAHASAN
A. Faktor Faktor Mempengaruhi Kebijakan DevidenAdapun beberapa
factor-faktor yang sesungguhnya terjadi& harus dianalisis dalam
kaitannya dengan kebijakan deviden a. Kebutuhan Dana
PerusahaanMerupakan factor yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan kebijakan deviden yang akan diambil, yaitu aliran kas
perusahaan yang diharapkan,pengeluaran modal dimasa dating yang
diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan.b.
LikuitidasLikuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnyaterhadap
investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana.deviden
bagi perusahaan merupakan kas keluar maka semakin besar posisi kas
dan likuiditas perusahaan.c. Kebutuhan Pelunasan Hutang Apabila
perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk
mengganti jenis pembiayaan yang lain,perusahaan tersebut menghadapi
2 pilihan, yaitu membiayai hutang pada saat jatuh tempo atau
menggantikan dengan jenis surat berharga yang lain.d. Tingkat
Ekspansi AktivaTingkat Ekspansi Aktiva yaitu semakin cepat suatu
perusahaan berkembang,semakin besar kebutuhannya untuk membiayai
ekspansi aktivanya.e. Stabilitas LabaStabilitas Laba yaitu suatu
perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat
memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang, dalam hal
ini perusahaan cenderung membayarkan deviden payout ratio, dari
pada perusahaan yang labanya berfluktuasi,deviden yang lebih rendah
akan lebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun pada masa yang
akan datang.
B. Alternatif Pembayaran DevidenPerusahaan harus memutuskan
berapa besarnya keuntungan yang ditahan dan berapa besarnya yang
akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Keputusan ini
penting karena menyangkut tanggung jawab terhadap pemegang saham
yang telah menanamkan dananya dan juga terhadap pertumbuhan
perusahaan. Ada tiga macam alternatif pembayaran dividen: a)
Divident pay out yang konstan. Divident pay out yang konstan
merupakan penetapan pembagian rasio yang tetap terhadap keuntungan
yang didapat perusahaan. Berapapun keuntungan yang diperoleh
persentase keuntungan yang dibagikan selalu sama. Sebagai akibat
maka jumlah uang yang dibayarkan akan berbeda tergantung pada
keuntungan yang diperoleh. b) Jumlah yang stabil. Kebijakan ini
akan menyebabkan perusahaan membayarkan jumlah yang tetap untuk
beberapa periode. Pembayaran ini akan dinaikan apabila perusahaan
merasa yakin bahwa kenaikan itu dapat dipertahankan untuk periode
selanjutnya. Perusahaan juga tidak akan melakukan penurunan dividen
sampai benar-benar terbukti bahwa perusahaan tidak sanggup lagi
membayarkan.c) Jumlah yang kecil ditambah dividen ekstra.
Perusahaan membayarkan dividen dalam jumlah yang kecil dan apabila
ada keuntungan yang melonjak maka pada akhir periode perusahaan
menambahkan dividen extra. Tujuan manajemen melakukan hal ini
adalah untuk menghindari konotasi dividen permanen.
C. Stock Repurchase, Stock Split, dan Stock Splita. Stock
RepuchaseSebagai alternatif terhadap pemberian dividen berupa uang
tunai ( cash dividen ) , perusahaan dapat mendistribusikan
pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli kembali saham
perusahaan ( repuchasing stock ). Harga stock repurchase pada
ekilibrium dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
P* = ( S x Pc ) ( S n )dimana:P* : harga stock repurchase
equilibriumS : jumlah saham beredar sebelum stock repurchasePc :
harga saham saat ini sebelum stock repurchaseN : jumlah lembar
saham yang akan dibeli kembali oleh perusahaan.
Keuntungan stock repuchase bagi pemegang saham :1. Stock
repuchase sering di pandang sebagai tanda positif bagi investor
karena pada umumnya stock repuchase dilakukan jika perusahaan
merasa bahwa saham undervalued .2. Stock repuchase mengurangi
jumlah saham yang beredar dipasar. Setelah stock repuchase ada
kemungkinan harga saham naik.
Kerugian bagi pemegang saham :1. Perusahaan membeli kembali
saham dengan harga yang terlalu tinggi sehingga merugikan pemegang
saham yang tidak menjual kembali sahamnya.2. Keuntungan stock
repuchase dalam bentuk capital gains, padahal sebagian investor
menyukai dividen.
Keuntungan bagi perusahaan :1. Menghindari kenaikan dividen.
Jika dividen naik terlalu tinggi dikhawatirkan di masa mendatang
perusahaan terpaksa membagi dividen yang lebih kecil ( pada masa
sulit atau banyak kebutuhan dana investasi ) yang dapat memberi
petanda negatif. Stoc repuchase merupakan alternatif yang baik
untuk mendistribusikan penhasilan yang diatas normal (
extraordinary earnings ) kepada pemegang saham.2. Dapat digunakan
sebagai strategi untuk mengacau usaha pengambil alihan perusahaan (
yang biasanya dilakukan dengan cara membeli saham sebanyak b
anyaknya hingga mencapai jumlah saham mayoritas ) Stock repuchase
dapat menggalkan usaha ini.3. Mengubah struktur modal perusahaan.
Misalnya, perusahaan ingin meningkatkan rasio hutang dengan cara
menggunakan hutang baru untuk membeli kembali saham yang beredar.4.
Saham yang ditarik kembali dapat dijual kembali ke pasar jika
perusahaan membutuhkan tambahan dana.
Kerugian bagi perusahaan adalah :1. Dapat merusak image
perusahaan karena sebagian investor merasa bahwa stock repuchase
merupakan indikator bahwa manajemen perusahaan tidak mempunyai
proyek proyek baru yang baik. Namun demikian, jika perusahaan benar
benar tidak memiliki kesempatan investasi yug baik, ia memang
sebaiknya mendistribusikan dana kembali kepada pemegang saham.
Tidak banyak bukti empiris yang mendukung alasan ini.2. Setelah
stock repuchase, pasar mungkin merasa bahwa risiko perusahaan
meningkat sehingga dapat menurunkan harga saham.
Jika harus memilih antara stock repuchase dan pembayaran dividen
tunai, pada pasar yang sempurna ( dimana tidak ada pajak , biaya
komisi untuk jual beli saham dan efek sinyal dari pemberian dividen
), investor akan indifferent terhadap ke 2 pilihan. Pada pasar yang
tidak sempurna, investor mungkin akan memiliki preferensi terhadap
salah satu dari ke 2 alternatif tersebut.Ada 3 metode yang dapat
digunakan untuk membeli kembali saham :1. Saham dapat dibeli pada
pasar terbuka ( open market )2. Perusahaan membuat penawaran formal
untuk membeli saham perusahaan dalam jumlah tertentu dan harga
tertentu ( pendekatan tender offer )3. Perusahaan membeli sejumlah
sahamnya kembali dari satu atau beberapa pemegang saham besar (
pendekatan negotiated basis )
b. Stock Split dan Stock DividendStock split adalah tindakan
perusahaan memecah saham yang beredar menjadi bagian yang lebih
kecil. Stock dividend adalah tindakan perusahaan memberikan saham
baru sebagai pembayaran dividen .Bagi pemegang saham stock split
tidak membuat mereka bertambah kekayaannya karena kenaikan jumlah
saham diimbangi dengan penurunan nilai saham . Stock dividend juga
tidak menambah kekayaan pemegang saham.Jika tidak ada keuntungan
secara ekonomis mengapa perusahaan melakukan stock split dan Stock
dividend : Stock split dilakukan untuk menjaga agar harga saham
tetap berada pada optimal price range. Harga saham yang tinggi akan
menyulitkan investor untuk membeli saham tersebut sehingga dapat
menurunkan permintaan. Stock dividend digunakan perusahaan yang
ingin menghemat kas atau perusahaan dalam kesulitan keuangan.
Masalah yang muncul jika perusahaan tidak membagi dividen tunai
investor bisa salah persepsi terhadap emiten. Akibatnya harga saham
bisa turun, sehingga untuk menghindari efek negatif ini perusahaan
dapat membagi stock dividen sebagai pengganti dividen kas.
Meskipun stock split dan stock dividen tidak berbeda secara
pertimbangan ekonomis tapi perlakuan akuntansinya berbeda. Untuk
stock dividen perusahaan harus melakukan kapitalisasi nilai pasar
dari stock dividen dengan cara mentransfer sejumlah rupiah dari
stock dividen ke rekening modal.
BAB IIIPENUTUP
KesimpulanKebijakn dividen (dividend policy) merupakan keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi
kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
Perusahaan umumnya melakukan pembayaran dividen yang stabil dan
menolak untuk mengurangi pembayaran dividen. Hanya perusahaan
dengan tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke depan yang
cerah, yang mampu untuk membagikan dividen. Teori Kebijakan Deviden
diantaranya , (1) Teori Dividen Tidak Relevan , (2) teori dividen
yang relavan, (3) Teori Perbedaan Pajak (Tax Differential Theory),
(4) Teori Signaling Hypothesis, (5) Teori Clientele Effect.Faktor
Faktor Mempengaruhi Kebijakan Deviden (1) Kebutuhan Dana
Perusahaan, (2) Likuitidas, (3) Kebutuhan Pelunasan Hutang, (4)
Tingkat Ekspansi Aktiva, (5) Stabilitas Laba.
22