139 Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016 Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan PELUANG DAN TANTANGAN KURIKULUM 2013 Oleh: Sridayani NPM: 12020006/Program Studi Pendidikan Agama Islam Mahasiswa “STAITA” Padangsidimpuan ABSTRAKSI: The curriculum is a set of plans and arrangements regarding the objectives, content and learning materials as well as the means used to guide the implementation of learning activities to achieve specific educational objectives. In the history of education in Indonesia has undergone many curriculum renewal. Ranging from the traditional to the modern curriculum curriculum. Then the modern curriculum to the Competency Based Curriculum (CBC), Education Unit Level Curriculum (SBC), and the latter is Curriculum 2013. In a competency-based curriculum (KBK), students are required to have a competence resulting from the learning process in schools, and teachers in this curriculum only run a curriculum that has been designed by the center. At the curriculum level education unit (SBC), students are required to be active in the learning and the curriculum used is the result of the design of each educational unit respectively with the view of some aspects. Curriculum 2013 is the complement of the existing curricula previous. Key Words: Competency-Based Curriculum, Education Unit Level Curriculum, Curriculum 2013. A. Pendahuluan Dalam era globalisasi bangsa Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama dengan adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia pasifik (APEC), maupun dunia. Era globalisasi dan pasar bebas telah menimbulkan berbagai kesemrawutan sehingga manusia dihadapkan pada perubahan-perubahan yang sangat kompleks dan tidak menentu. Kita juga dihadapkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar yang mengakibatkan bebasnya akses terhadap media massa terutama media elektronik, seperti jejaring sosial internet.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
139
Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016
Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan
PELUANG DAN TANTANGAN KURIKULUM 2013 Oleh: Sridayani
NPM: 12020006/Program Studi Pendidikan Agama Islam Mahasiswa “STAITA” Padangsidimpuan
ABSTRAKSI:
The curriculum is a set of plans and arrangements regarding the objectives, content and learning materials as well as the means used to guide the implementation of learning activities to achieve specific educational objectives. In the history of education in Indonesia has undergone many curriculum renewal. Ranging from the traditional to the modern curriculum curriculum. Then the modern curriculum to the Competency Based Curriculum (CBC), Education Unit Level Curriculum (SBC), and the latter is Curriculum 2013. In a competency-based curriculum (KBK), students are required to have a competence resulting from the learning process in schools, and teachers in this curriculum only run a curriculum that has been designed by the center. At the curriculum level education unit (SBC), students are required to be active in the learning and the curriculum used is the result of the design of each educational unit respectively with the view of some aspects. Curriculum 2013 is the complement of the existing curricula previous. Key Words: Competency-Based Curriculum, Education Unit Level
Curriculum, Curriculum 2013.
A. Pendahuluan
Dalam era globalisasi bangsa Indonesia dihadapkan pada berbagai
tantangan, terutama dengan adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN,
Asia pasifik (APEC), maupun dunia. Era globalisasi dan pasar bebas telah
menimbulkan berbagai kesemrawutan sehingga manusia dihadapkan pada
perubahan-perubahan yang sangat kompleks dan tidak menentu. Kita juga
dihadapkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu
cepat dan mendasar yang mengakibatkan bebasnya akses terhadap media
massa terutama media elektronik, seperti jejaring sosial internet.
Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016
140
Akibat pengaruh iptek dan globalisasi telah terjadi pergeseran yang ada
dalam kehidupan masyarakat. Hampir setiap hari, kita disuguhi contoh-contoh
menyedihkan melalui film dan televisi yang secara bebas mempertontonkan
perilaku sadisme, mutilasi, kekerasan, premanisme, kejahatan, dan korupsi. Tidak
sedikit dari para pemuda, pelajar, mahasiswa yang diharapkan menjadi tulang
punggung bangsa telah terlibat dengan perkelahian antar pelajar, narkoba,
perjudian, dan lain-lain. Nilai-nilai tradisional yang dianggap sangat menjunjung
tinggi moralitas kini sudah bergeser seiiring dengan pengaruh iptek dan
globalisasi.
Dalam rangka mengantisipasi perubahan-perubahan global dan persaingan
pasar bebas, serta tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi informasi, diperlukan perubahan yang cukup mendasar dalam sistem
pendidikan nasional, yang dipandang oleh berbagai pihak sudah tidak efektif,
bahkan dari segi mata pelajaran yang diberikan dianggap kelebihan muatan tetapi
tidak mampu memberikan bekal dan mempersiapkan peserta didik untuk bersaing
dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Perubahan mendasar tersebut berkaitan
dengan kurikulum, yang dengan sendirinya menuntut dan mempersyaratkan
berbagai perubahan pada komponen-komponen pendidikan yang lain.
Berkaitan dengan perubahan kurikulum, dalam perjalanan dunia pendidikan
Indonesia telah menerapkan tujuh kurikulum yaitu kurikulum 1968, kurikulum
1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis
kompetensi (KBK), kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 dan terakhir
kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada pendidikan karakter. Berbagai pihak
menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi
sekaligus berkarakter (competency and character based curriculum), yang dapat
membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai
dengan tuntutan zaman dan tuntutan teknologi yang akan menjawab tantangan
arus globalisasi.
B. Kebijakan Pembaharuan Kurikulum
Istilah “Kurikulum berasal dari bahasa latin “curiculum”, sedang menurut
bahasa Perancis “cuurier” artinya “to run” berlari. Istilah kurikulum pada
Peluang dan Tantangan Kurikulum…SRIDAYANI
141
awalnya dipakai dalam dunia olahraga dengan istilah “curriculae” yaitu suatu
jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan, dari awal
sampai akhir. Dari dunia olahraga istilah kurikulum masuk ke dunia
pendidikan yang berarti jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh
siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.”1
Beberapa tafsiran dalam Oemar Hamalik mengemukakan “Kurikulum
antara lain adalah:
1. Kurikulum memuat isi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
2. Kurikulum sebagai rencana Pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar.
3. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Pengertian ini menunjukkan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Tak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum.”2
Menurut Crow and Crow dalam Ramayulis, “Kurikulum adalah
rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara
sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah.”3
Sedangkan menurut M. Arifin memandang “Kurikulum sebagai seluruh bahan
pelajaran yang harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem
institusional pendidikan.”4
Selanjutnya Zakiah Daradjat memandang “Kurikulum sebagai suatu
program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk
mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.”5
1Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses
dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 122. 2Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 16. 3Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), hlm. 150. 4Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 150. 5Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 150.
Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016
142
Selain itu, Addarmasyi Sarhan dan Dr. Munir Kamil yang ditulis kembali oleh Al-Syaibani, menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolong untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.”6
Sementara itu menurut PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan tertentu.”7
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum
merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak hanya
sebatas bidang studi dan dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi, meliputi segala
sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi
siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan sehingga dapat
meningkatkan mutu kehidupannya yang pelaksanaannya tidak hanya di sekolah
tetapi juga di luar sekolah.
Salah satu variabel yang mempengaruhi sistem pendidikan nasional adalah
kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum harus dapat mengikuti dinamika yang ada
dalam masyarakat. Kurikulum harus bisa menjawab kebutuhan masyarakat luas
dalam menghadapi persoalan kehidupan yang dihadapi.
Dalam pembaharuan kurikulum, Indra Djati Sidi berpendapat bahwa: “Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan adalah dengan pembenahan kurikulum yang dapat memberikan kemampuan dan keterampilan dasar minimal (minimum basic skill), menerapkan konsep belajar tuntas (mastery learning), dan membangkitkan sikap kreatif, inovatif, demokratis dan mandiri bagi peserta didik.”8
Menurut Sudjana, “Ada sepuluh langkah yang harus ditempuh dalam
melakukan pembaharuan kurikulum, yakni:
1. Mengenal atau mengidentifikasi kebutuhan perubahan kurikulum, artinya menilai ada tidaknya masalah-masalah pokok yang harus dilakukan
6Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 150. 7Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan…, hlm. 124. 8Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan…, hlm. 114.
Peluang dan Tantangan Kurikulum…SRIDAYANI
143
perubahan. Oleh karena itu perlu dilakukan penilaian dan pengukuran pendahuluan terhadap kurikulum yang sedang berjalan.
2. Mobilisasi suatu perubahan kurikulum, artinya setelah ditemukan pokok yang menjadi garapan perubahan kurikulum, barulah dipikirkan wadah yang akan mengorganisasi perubahan tersebut. Wadah tersebut bisa berupa badan atau komite yang bisa bekerja secara rutin.
3. Studi tentang masalah dan kebutuhan masyarakat, artinya dalam mengembangkan suatu kurikulum dilakukan analisis terhadap sektor-sektor masyarakat, baik masalahnya maupun kebutuhannya.
4. Studi tentang karakteristik dan kebuttuhan peserta didik, artinya memperhatikan perkembangan, pertumbuhan, bakat, minat, kesanggupan, dan kebutuhan peserta didik.
5. Formulasi tujuan pendidikan, artinya dalam mengembangkan kurikulum harus menjabarkan tujuan pendidikan secara umum yang bersifat filosofis, sosiologis, dan psikologis ke dalam tujuan institusional yang bersifat tingkah laku operasional sehingga mudah dipahami oleh para guru di lapangan.
6. Menetapkan aktivitas belajar dan mata pelajaran,artinya memilih dan menerapkan aktivitas belajar (sebagai isi kurikulum) yang memadai dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan tersebut.
7. Mengorganisasi pengalaman belajar dan perencanaan unit-unit pelajaran. 8. Pengujian kurikulum yang diperbaharui, artinya kurikulum yang
diperbaharui sebelum dilaksanakan di lapangan harus diujicobakan terlebih dahulu (tryout) terlebih dahulu agar mencapai hasil yang optimal.
9. Pelaksanaan kurikulum baru, artinya kurikulum baru yang telah disusun, direvisi dan telah diujicobakan hendaknya diterapkan dengan mengerahkan seluruh opini masyarakat agar meneima ide-ide pembaharuan dalam kurikulum tersebut.
10. Evaluasi dan revisi berikutnya, artinya kurikulum baru yang sudah diberlakukan dievaluasi dan dimonitoring untuk melihat kualitas dan efektivitas kurikulum tersebut untuk selanjutnya dilakukan revisi kalau diperlukan.”9
Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum bersifat dinamis serta harus
selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti
perkembangan dan tantangan zaman. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa pembaharuan kurikulum adalah suatu keharusan dalam kerangka menuju
mutu pendidikan yang berkualitas dan mampu merespon terhadap tuntutan
terhadap kehidupan berdemokrasi, globalisasi.
C. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Kurikulum Berbasis Kompetensi digagas ketika menteri Pendidikan dijabat
oleh Abdul Malik Fadjar. Dalam dokumen kurikulum 2004 dirumuskan bahwa
kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan
9Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan…, hlm. 119.
Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016
144
tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian,
kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan. KBK lebih
ditekankan pada kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. McAshan
menyatakan bahwa: “Kompetensi adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi
bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif, dan
psikomoriknya.”10
Sebagaimana Gordon dalam Ramayulis menjelaskan bahwa: “Aspek yang
terkandung dalam kompetensi sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan seseorang untuk melakukan sesuatau, misalnya akan dapat melakukan proses berpikir ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan manakala ia memiliki pengetahuan yang memadai tentang langkah-langkah berpikir ilmiah.
2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya siswa hanya mungkin dapat memecahkan masalah ekonomi manakala ia memahami konsep-konsep ekonomi.
3. Keterampilan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas yang dibebankan.
4. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga akan mewarnai dalam segala tindakannya.
5. Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap sesuatu yang datang dari luar, misalnya perasaan senang atau tidak senang terhadap munculnya aturan baru.
6. Minat (interest), yaitu kecendrungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan.”11
Selanjutnya Masnur Muslich menyatakan bahwa: “Proses pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi didasarkan pada beberapa prinsip yaitu:
1. Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur
2. Penguatan integritas nasional 3. Keseimbangan antara etika, logika, estetika, dan kinestika 4. Kesamaan dalam memperoleh kesempatan 5. Abad pengetahuan dan teknologi informasi 6. Pengembangan kecakapan hidup (lifeskill) 7. Belajar sepanjang hayat
10Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana,
2008), hlm. 2. 11Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi…, hlm. 6.
Peluang dan Tantangan Kurikulum…SRIDAYANI
145
8. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan dan komprehensif
9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan”12
Berdasarkan pendapat para ahli di atas disimpulkan bahwa Kurikulum
Berbasis Kompetensi memiliki empat komponen, yaitu:
1. Kurikulum dan hasil belajar (KHB). KHB memuat perencanaan
pengembangan kompetensi siswa yang perlu dicapai secara keseluruhan,
yaitu sejak TK sampai dengan kelas 12. Dan ini merupakan rangkaian
kompetensi siswa untuk maju secara bertahap seiring dengan perkembangan
dan kematangan psikologisnya. KHB ini juga memberikan kesempatan guru
untuk mengembangkan program pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan
kehidupan, keadaan sekolah atau lingkungan, dan kebutuhan serta
kemampuan siswa
2. Penilaian berbasis kelas (PBK). PBK memuat prinsip, sasaran, dan
pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai
akuntabilitas public melalui identifikasi kompetensi atau hasil belajar yang
telah dicapai, pernyataan standar yang harus dicapai, peta kemajuan belajar
siswa, dan pelaporan. Penilaian ini disebut berbasis kelas karena penilaian
dilaksanakan secara terpadu dalam pembelajaran di kelas.
3. Kegiatan belajar mengajar (KBM), memuat gagasan-gagasan pokok
pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan. Komponen ini
menyebutkan bahwa belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam
membangun makna dan pemahaman. Dengan demikian, dalam praktiknya,
guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan
otoritasnya dalam membangun gagasan
4. Pengembangan kurikulum berbasis sekolah (PKBS). PKBS memuat berbagai
pola pemberdayaaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk
meningkatkan mutu hasil belajar yang dilengakapi dengan gagasan
pembentukan jaringan kurikulum, pengembangan perangkat kurikulum
12Masnur muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), hlm. 18.
Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016
146
pembinaan profesional tenaga kependidikandan pengembangan sistem
informasi kurikulum.
Keempat komponen KBK ini merupakan satu kesatuan yang utuh karena
praktiknya komponen-komponen ini saling menunjang. Dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi siswa dituntut untuk bisa mengembangkan potensinya sesuai
dengan kemampuan siswa masing-masing. Kurikulum Berbasis kompetensi juga
memberikan kesempatan kepada orangtua untuk peduli dan terlibat dalam
kegiatan persekolahan sejak jenjang TK hingga pendidikan menengah. Selain itu,
para pemangku kepentingan (stakeholders) diharapkan untuk berperan aktif di
setiap tingkat satuan pendidikan.
D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Masnur Muslich
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan. Menurut Masnur Muslich,
“Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah.”13
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
2. Beragam dan terpadu 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan 5. Menyeluruh dan berkesinambungan 6. Belajar sepanjang hayat 7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah14
13Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan Pengembangan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 10. 14Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)…, hlm. 11.
Peluang dan Tantangan Kurikulum…SRIDAYANI
147
KTSP memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan individual maupun klasik
2. KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman 3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi 4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif 5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi15
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki empat komponen,
yaitu tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP,
kalender pendidikan dan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pengajaran).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menekankan pada kemampuan yang harus
dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kemampuan yang harus dicapai
dinyatakan dengan standar kompetensi, yaitu kemampuan minimal yang harus
dicapai lulusan. Standar kompetensi lulusan merupakan modal utama untuk
bersaing di tingkat regional maupun global, karena persaingan yang terjadi dalam
era globalisasi adalah persaingan sumber daya manusia.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ditemukan
beberapa kelemahan:
1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukkan dengan
banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya
melampaui tingkat perkembangan usia anak.
2. Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi,
misi, dan tujuan pendidikan nasional.
3. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan,
belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap).
4. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan
masyarakat seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan
dan metode pembelajaran konstruktifistik serta jiwa kewirausahaan, belum
terakomodasi dalam kurikulum.
15Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan…, hlm. 138.
Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016
148
5. Kurikulum belum peeka dan tanggap terhadap berbagai persoalan sosial yang
terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global.
6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang
rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan
berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
7. Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta
belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.
Implementasi KTSP bermuara pada pelaksanaan pembelajaran yakni
bagaimana agar isi atau pesan-pesan kurikulum (SK-KD) dapat dicerna oleh
peserta didik secara tepat dan optimal. Guru harus berupaya agar peserta didik
dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa yang digariskan dalam
kurikulum (SK-KD), sebagaimana dijabarkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
Dalam hal ini akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Dalam hal ini tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan
agar menunjang terjadinya perubahan perilaku tersebut. Pada umumnya
pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yakni pembukaan,
pembentukan kompetensi dan penutup.
E. Kurikulum 2013
Menurut Mulyasa, “Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi
lahir sebagai jawaban terhadap berbagai kritikan terhadap Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, serta sesuai dengan perkembangan kebutuhan
dan dunia kerja. Mengacu pada penjelasan UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, bagian umum dikatakan bahwa:
“Strategi Pembangunan pendidikan nasional dalam undang-undang ini meliputi..., 2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi...” dan penjelasan pasal 35 bahwa “Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati” maka diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan untuk “melanjutkan pengembangan kurikulum berbasis
Peluang dan Tantangan Kurikulum…SRIDAYANI
149
kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.”16
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. KBK atau
(Competency Based Curriculum) dijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi
pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan ranah pendidikan (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan khususnya
pada jalur pendidikan luar sekolah. Pada hakikatnya kompetensi merupakan
perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Kurikulum 2013 memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi
tertentu oleh peserta didik. Kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan
seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga
pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta
didik sebagai suatu kriteria keberhasilan.
Selain itu, kurikulum 2013 menekankan pada pendidikan berbasis karakter.
Menurut Simon Philips, “Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada
suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan”17.
Sementara itu, Koesema A menyatakan bahwa “Karakter sama dengan
kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau
sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang
diterima dari lingkungan, misalnya keluarga.”18
Sedangkan Imam Ghozali berpendapat bahwa: “Karakter lebih dekat dengan
akhlak yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah
menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan
lagi.”19
Dalam Masnur Muslich, “Istilah karakter yang diambil dari bahasa Yunani
berarti “to mark” (menandai) lebih fokus pada tindakan atau tingkah laku. Ada dua
pengertian tentang karakter. Pertama ia menunjukkan bagaimana seseorang
16Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosda Karya), hlm.
153. 17Manur Muslich, Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 70. 18Manur Muslich, Pendidikan Karakter…, hlm. 70. 19Manur Muslich, Pendidikan Karakter…, hlm. 70.
Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016
150
berperilaku tidak jujur, kejam, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku
buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong tentulah
seseorang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, karakter erat ikatannya
dengan personality. Seseorang baru disebut orang yang berkarakter apabila tingkah
lakunya sesuai dengan kaidah moral.”20
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter
berkaitan dengan kekuatan moral. Orang yang berkarakter adalah orang yang
mempunyai kualitas moral yang positif. Dengan demikian, melalui kurikulum
2013 yang berfokus pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik
diharapkan akan memberi peluang dalam menghasilkan insan Indonesia yang
produktif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap (afektif), keterampilan
(psikomotorik), dan pengetahuan (kognitif) yang terintegrasi.
F. Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum 2013 adalah proses perencanaan kurikulum
agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini
berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi
belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum
dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber dan
alat pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit,
rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk
memudahkan proses belajar mengajar.
Oemar Hamalik menyatakan bahwa: “Ada beberapa karakteristik dalam
pengembangan kurikulum 2013 sebagai berikut:
1. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan yang jelas. 2. Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan
bagian dari kerikulum yang dirancang selaras dengan prosedur pengembangan kurikulum.
3. Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses belajar yang baik, karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa.
4. Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong diversitas di antar pelajar.
20Manur Muslich, Pendidikan Karakter…, hlm. 71.
Peluang dan Tantangan Kurikulum…SRIDAYANI
151
5. Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar mengajar, seperti tujuan, konten, aktivitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yang menunjang.
6. Rencana kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa pengguna.
7. The subject arm approach adalah pendekatan kurikulum yang banyak digunakan di sekolah.
8. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk memungkinkan terjadinya perencanaan guru-siswa.
9. Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara kognitif, afektif, dan psikomotorik.”21
Pengembangan kurikulum 2013 seperti pengembangan kurikulum pada
umumnya terdiri dari beberapa tingkat, yaitu pengembangan kurikulum
tingkat nasional, pengembangan kurikulum tingkat wilayah, pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, pengembangan silabus, dan
pengembangan program pembelajaran.
1. Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional
Dalam tingkat nasional dilakukan penataan terhadap Standar nasional
Pendidikan (SNP), terutama pada Standar kompetensi Lulusan (SKL),
standar isi, standar proses, dan standar penilaian yang dituangkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013. Di samping itu, juga dilakukan
penataan terhadap empat mata pelajaran, yakni: agama, PPKN, Matematika
dan bahasa Indonesia. Pada tingkat nasional, pengembangan kurikulum
meliputi jalur pendidikan sekolah, luar sekolah, baik secara vertikal maupun
horizontal dalam rangka merealisasikan tujuan pendidikan nasional.
2. Pengembangan kurikulum tingkat wilayah
Pengembangan kurikulum tingkat wilayah bermuara pada wilayah
tingkat I (Provinsi). Pengembangan kurikulum tingkat wilayah berkaitan
dengan pengembangan kompetensi dan silabus untuk berbagai mata
pelajaran di luar matapelajaran kurikulum nasional. Pengembangan
kurikulum untuk kelompok wilayah ini dilakukan oleh tim pengembang
kurikulum tingkat wilayah di bawah koordinasi dinas pendidikan provinsi.
21Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007),
hlm. 184.
Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016
152
Termasuk dalam kurikulum tingkat wilayah ini adalah muatan lokal dan
bahasa daerah.
3. Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan
Pada tingkat dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap jenis
lembaga pendidikan pada berbagai satuan dan jenjang ppendidikan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
a. Mengembangkan kompetensi lulusan, dan merumuskan tujuan-tujuan
pendidikan pada berbagai jenis lembaga pendidikan
b. Berdasarkan kompetensi dan tujuan di atas selanjutnya dikembangkan
bidang studi-bidang studi yang akan diberikan untuk merealisasikan
tujuan tersebut
c. Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kependidikan (guru
dan nonguru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan
d. Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk memberi
kemudahan belajar
4. Pengembangan Silabus
Dalam kurikulum 2013, pengembangan silabus tidak lagi oleh guru,
tetapi sudah disiapkan oleh tim pengembang kurikulum, baik di tingkat
pusat maupun wilayah. Dengan demikian guru tinggal mengembangkan
RPP berdasarkan buku panduan guru, buku panduan siswa dan buku
sumber yang semuanya telah disiapkan.
5. Pengembangan program pembelajaran
Berdasarkan silabus, kompetensi inti, dan kompetensi lulusan yang
telah diidentifikasi dan diurutkan sesuai dengan tingkat pencapaiannya,
selanjutnya dikembangkan program-program pembelajaran. Dalam
kurikulum 2013 program pembelajaran dikembangkan adalah tematik, dan
terpadu, sehingga kegiatan pengembangan kurikulum pada tingkat ini
adalah menyusun dan mengembangkan rencana pembelajaran terpadu.
Peluang dan Tantangan Kurikulum…SRIDAYANI
153
G. Inovasi Kurikulum 2013
Implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang
produktif, kreatif, dan inovatif. Secara konseptual, kurikulum 2013 memiliki
beberapa keunggulan, antara lain:
1. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah
(kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat
peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan
potensinya masing-masing.
2. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi
mendasari kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan,
dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari serta aspek-aspek kepribadian dapat
dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
3. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi,
terutama berkaitan dengan keterampilan.
Hal-hal yang mendasari lahirnya kurikulum 2013 setidaknya ada tujuh
asumsi antara lain:
1. Banyak sekolah yang memiliki sedikit guru profesional dan tidak mampu
melakukan proses pembelajaran secara optimal.
2. Banyak sekolah yang mengoleksi sejumlah mata pelajaran dan pengalaman,
sehingga mengajar diartikan hanya sebagai kegiatan menyajikan materi yang
terdapat dalam setiap mata pelajaran.
3. Peserta didik bukanlah tabung kosong yang dapat diisi atau ditulis
sekehendak guru melainkan individu yang memiliki sejumlah potensi yang
harus dikembangkan.
4. Peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan bervariasi.
5. Pendidikan berfungsi mengkondisikan lingkungan untuk membantu peserta
didik mengembangkan berbagai potensi yang dimilkinya secara optimal.
6. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus berisi kompetensi-
kompetensi potensial yang tersusun secara sistematis sebagai jabaran dari
Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016
154
seluruh aspek kepribadian peserta didik, yang mencerminkan keterampilan
yang dapat diterapkan dalam kehidupan.
7. kurikulum sebagai proses pembelajaran harus menyediakan berbagai
kemungkinan kepada seluruh peserta didik untuk mengembangkan
berbagai potensinya secara optimal.
Berdasarkan asumsi di atas, “menurut Mulyasa dalam penerapan
kurikulum 2013 dilakukan penambahan beban belajar pada semua jenjang
pendidikan, sebagai berikut:
Beban belajar di SD/MI Kelas I, II, III, masing masing 30, 32, 34 sedangkan
untuk kelas IV, V, VI masingmasing 36 jam setiap minggu, dengan lama
belajarnya yaitu 35 menit. Beban belajar di SMP/MTs dari semula 32 menjadi
38 jam untuk masing-masing kelas VII, VIII dan IX, dengan lama belajar untuk
setiam jam belajarnya yaitu 40 menit. Beban belajar di SMA/MA Kelas X
bertambah dari 38 jam menjadi 42 jam belajar, dan untuk kelas XI dan XII
bertambah dari 38 jam menjadi 44 jam belajar, dengan lama belajar untuk setiap
jam belajarnya yaitu 45 menit.”22
Kebijakan penambahan jam ini dimaksudkan agar guru memiliki waktu
yang lebih leluasa mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi
paada peserta didik atau mengembangkan pembelajaran aktif, kreatif, dan
menyenangkan. Selain itu, guru dituntut untuk secara kreatif menciptakan
lingkungan yang kondusif, dengan manajemen kelas yang efektif, untuk
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik dapat
belajar dengan menyenangkan (joyfull teaching and learning).
1. Kompetensi inti
Kompetensi inti merupakan kompetensi operasionalisasi standar
kompetensi lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta
didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan
tertentu, yang menggambarkann kompetensi utama yang dikelompokkan ke
dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
22Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013…, hlm. 166.
Peluang dan Tantangan Kurikulum…SRIDAYANI
155
Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi kompetensi
dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, kompetensi inti merupakan pengikat
untuk organisas vertikal dan organisasi horizontal kompetensi dasar.
Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan antar konten
kompetensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di
atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi
yang berkesinambungan antar konten yang dipelajari peserta didik.
Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten kompetensi
dasar satu mata pelajaran dengan isi isi kompetensi dasar dari mata
pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang
sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
2. Silabus dan rencana pembelajaran
Istilah silabus dapat didefenisikan sebagai garis besar, ringkasan,
ikhtisar atau pokok-pokok isi materi pelajaran. Menurut Abdul Majid,
“Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan
pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat
kompnen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan
kompetensi dasar.”23
Sedangkan menurut Masnur Muslich, “RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang
akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.”24
Dalam kurikulum 2013, silabus sudah disiapkan oleh pemerintah
sehingga guru tinggal mengembangkan rencana pembelajaran. Di samping
silabus, pemerintah juga sudah menyiapkan buku panduan untuk guru dan
peserta didik. Dengan demikian guru tidak perlu lagi mengembangkan
perencanaan tertulis, yang penting bagi guru adalah memahami pedoman
guru dan pedoman peserta didik, kemudian memahami dan menguasai
materi yang akan diajarkan. Setelah itu, mengembangkan rencana
pembelajaran tertulis secara singkat tentang apa yang akan dilakukan dalam
-------- , Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2011 Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku guru Al’qur-an dan Hadis
Madrasah Tsanawiyah kelas VII, Jakarta: Kementerian Agama, 2014 Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: Rajawali Pers, 2010 Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011 Mulyasa. H. E, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2013 Muslich, Masnur, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman
dan Pengembangan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008 ------- , KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi
Aksara, 2009 ------- , Pendidikan karakter, Jakarta: Bumi Aksara, 2011 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2011 Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,