PELUANG DAN TANTANGAN KURIKULUM 2013 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi bangsa Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama dengan adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia pasifik (APEC), maupun dunia. Era globalisasi dan pasar bebas telah menimbulkan berbagai kesemrawutan sehingga manusia dihadapkan pada perubahan-perubahan yang sangat kompleks dan tidak menentu. Kita juga dihadapkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar yang mengakibatkan bebasnya akses terhadap media massa terutama media elektronik, seperti jejaring sosial internet. Akibat pengaruh iptek dan globalisasi telah terjadi pergeseran yang ada dalam kehidupan masyarakat. Hampir setiap hari, kita disuguhi contoh-contoh menyedihkan melalui film dan televisi yang secara bebas mempertontonkan perilaku sadisme, mutilasi, kekerasan, premanisme, kejahatan, dan korupsi. Tidak sedikit dari para pemuda, pelajar, mahasiswa yang diharapkan menjadi tulang punggung bangsa telah terlibat dengan perkelahian antar pelajar, narkoba, perjudian, dan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PELUANG DAN TANTANGAN KURIKULUM 2013
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang MasalahDalam era globalisasi bangsa Indonesia
dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama
dengan adanya perdagangan bebas, baik tingkat
ASEAN, Asia pasifik (APEC), maupun dunia. Era
globalisasi dan pasar bebas telah menimbulkan
berbagai kesemrawutan sehingga manusia dihadapkan
pada perubahan-perubahan yang sangat kompleks dan
tidak menentu. Kita juga dihadapkan pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
begitu cepat dan mendasar yang mengakibatkan
bebasnya akses terhadap media massa terutama media
pemuda, pelajar, mahasiswa yang diharapkan menjadi
tulang punggung bangsa telah terlibat dengan
perkelahian antar pelajar, narkoba, perjudian, dan
1
lain-lain. Nilai-nilai tradisional yang dianggap
sangat menjunjung tinggi moralitas kini sudah
bergeser seiiring dengan pengaruh iptek dan
globalisasi.
Dalam rangka mengantisipasi perubahan-
perubahan global dan persaingan pasar bebas, serta
tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
khususnya teknologi informasi, diperlukan
perubahan yang cukup mendasar dalam sistem
pendidikan nasional, yang dipandang oleh berbagai
pihak sudah tidak efektif, bahkan dari segi mata
pelajaran yang diberikan dianggap kelebihan muatan
tetapi tidak mampu memberikan bekal dan
mempersiapkan peserta didik untuk bersaing dengan
bangsa-bangsa lain di dunia. Perubahan mendasar
tersebut berkaitan dengan kurikulum, yang dengan
sendirinya menuntut dan mempersyaratkan berbagai
perubahan pada komponen-komponen pendidikan yang
lain.
Berkaitan dengan perubahan kurikulum, dalam
perjalanan dunia pendidikan Indonesia telah
menerapkan tujuh kurikulum yaitu kurikulum 1968,
kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994,
kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetensi
(KBK), kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
2006 dan terakhir kurikulum 2013 yang lebih
2
menekankan pada pendidikan karakter. Berbagai
pihak menganalisis dan melihat perlunya diterapkan
kurikulum berbasis kompetensi sekaligus
berkarakter (competency and character based curriculum),
yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai
sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan
zaman dan tuntutan teknologi yang akan menjawab
tantangan arus globalisasi.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
dalam pengembangan kurikulum?
b. Bagaimana Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dalam pengembangan kurikulum?
c. Bagaimana peluang dan tantangan Kurikulum
2013 dalam pembaharuan kurikulum?
3. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) dalam pengembangan kurikulum
b. Untuk mengetahui Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dalam pengembangan kurikulum
c. Untuk mengetahui peluang dan tantangan
kurikulum 2013 dalam pembaruan kurikulum.
3
B. PEMBAHASAN
1.KEBIJAKAN PEMBAHARUAN KURIKULUMIstilah “Kurikulum berasal dari bahasa latin
“curiculum”, sedang menurut bahasa Perancis “cuurier”
artinya “to run” berlari. Istilah kurikulum pada
awalnya dipakai dalam dunia olahraga dengan
istilah “curriculae” yaitu suatu jarak yang harus
ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan,
dari awal sampai akhir. Dari dunia olahraga
istilah kurikulum masuk ke dunia pendidikan yang
berarti jangka waktu pendidikan yang harus
ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk
memperoleh ijazah.”1
Beberapa tafsiran dalam Oemar Hamalik
mengemukakan “Kurikulum antara lain adalah :
a. Kurikulum memuat isi pelajaran.Kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran yangharus ditempuh dan dipelajari oleh siswauntuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
b. Kurikulum sebagai rencana Pembelajaran.Kurikulum adalah suatu program pendidikanyang disediakan untuk membelajarkan siswa.Dengan program itu para siswa melakukankegiatan belajar, sehingga terjadi perubahandan perkembangan tingkah laku siswa, sesuaidengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.Dengan kata lain, sekolah menyediakan
1 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010),hal. 122
4
lingkungan bagi siswa yang memberikankesempatan belajar.
c. Kurikulum sebagai pengalaman belajar.Pengertian ini menunjukkan kurikulum tidakterbatas dalam ruang kelas saja, melainkanmencakup juga kegiatan-kegiatan di luarkelas. Tak ada pemisahan yang tegas antaraintra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatanyang memberikan pengalamanbelajar/pendidikan bagi siswa padahakikatnya adalah kurikulum.”2
Menurut Crow and Crow dalam Ramayulis,
“Kurikulum adalah rancangan pengajaran atau
sejumlah mata pelajaran yang disusun secara
sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk
memperoleh ijazah.”3 Sedangkan menurut M. Arifin
memandang “Kurikulum sebagai seluruh bahan
pelajaran yang harus disajikan dalam proses
kependidikan dalam suatu sistem institusional
pendidikan.”4
Selanjutnya Zakiah Daradjat memandang
“Kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan
dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk
mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan
tertentu.”5
2 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hal. 163 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2011), hal. 1504 Ibid.,5 Ibid.,
5
Selain itu, Addarmasyi Sarhan dan Dr. MunirKamil yang ditulis kembali oleh Al-Syaibani,menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah sejumlahpengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial,olahraga, dan kesenian yang disediakan olehsekolah bagi murid-muridnya di dalam dan diluar sekolah dengan maksud menolong untukberkembang menyeluruh dalam segala segi danmerubah tingkah laku mereka sesuai dengantujuan-tujuan pendidikan.”6
Sementara itu menurut PP nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, “Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan tertentu.”7
Dari beberapa defenisi di atas dapat
disimpulkan bahwa kurikulum merupakan program
pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak
hanya sebatas bidang studi dan dan kegiatan
belajarnya saja, akan tetapi, meliputi segala
sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan
pendidikan yang diharapkan sehingga dapat
meningkatkan mutu kehidupannya yang pelaksanaannya
6 Ibid.,7 Kunandar, op. cit, hal.124
6
tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar
sekolah.
Salah satu variabel yang mempengaruhi sistem
pendidikan nasional adalah kurikulum. Oleh karena
itu, kurikulum harus dapat mengikuti dinamika yang
ada dalam masyarakat. Kurikulum harus bisa
menjawab kebutuhan masyarakat luas dalam
menghadapi persoalan kehidupan yang dihadapi.
Dalam pembaharuan kurikulum, Indra Djati Sidiberpendapat bahwa: “Salah satu upayapeningkatan mutu pendidikan adalah denganpembenahan kurikulum yang dapat memberikankemampuan dan keterampilan dasar minimal(minimum basic skill), menerapkan konsep belajartuntas (mastery learning), dan membangkitkansikap kreatif, inovatif, demokratis dan mandiri bagipeserta didik.”8
Menurut Sudjana, “Ada sepuluh langkah yang
harus ditempuh dalam melakukan pembaharuan
kurikulum, yakni :
a. Mengenal atau mengidentifikasi kebutuhanperubahan kurikulum, artinya menilai adatidaknya masalah-masalah pokok yang harusdilakukan perubahan. Oleh karena itu perludilakukan penilaian dan pengukuranpendahuluan terhadap kurikulum yang sedangberjalan.
b. Mobilisasi suatu perubahan kurikulum,artinya setelah ditemukan pokok yang menjadigarapan perubahan kurikulum, barulahdipikirkan wadah yang akan mengorganisasi
8 Ibid., hal. 114
7
perubahan tersebut. Wadah tersebut bisaberupa badan atau komite yang bisa bekerjasecara rutin.
c. Studi tentang masalah dan kebutuhanmasyarakat, artinya dalam mengembangkansuatu kurikulum dilakukan analisis terhadapsektor-sektor masyarakat, baik masalahnyamaupun kebutuhannya.
d. Studi tentang karakteristik dankebuttuhan peserta didik, artinyamemperhatikan perkembangan, pertumbuhan,bakat, minat, kesanggupan, dan kebutuhanpeserta didik.
e. Formulasi tujuan pendidikan, artinyadalam mengembangkan kurikulum harusmenjabarkan tujuan pendidikan secara umumyang bersifat filosofis, sosiologis, dan psikologiske dalam tujuan institusional yang bersifattingkah laku operasional sehingga mudahdipahami oleh para guru di lapangan.
f. Menetapkan aktivitas belajar dan matapelajaran,artinya memilih dan menerapkanaktivitas belajar (sebagai isi kurikulum)yang memadai dan menunjang tercapainyatujuan pendidikan tersebut.
g. Mengorganisasi pengalaman belajar danperencanaan unit-unit pelajaran.
h. Pengujian kurikulum yang diperbaharui,artinya kurikulum yang diperbaharui sebelumdilaksanakan di lapangan harus diujicobakanterlebih dahulu (tryout) terlebih dahulu agarmencapai hasil yang optimal.
i. Pelaksanaan kurikulum baru, artinyakurikulum baru yang telah disusun, direvisidan telah diujicobakan hendaknya diterapkandengan mengerahkan seluruh opini masyarakatagar meneima ide-ide pembaharuan dalamkurikulum tersebut.
8
j. Evaluasi dan revisi berikutnya, artinyakurikulum baru yang sudah diberlakukandievaluasi dan dimonitoring untuk melihatkualitas dan efektivitas kurikulum tersebutuntuk selanjutnya dilakukan revisi kalaudiperlukan.”9
Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum
bersifat dinamis serta harus selalu dilakukan
perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti
perkembangan dan tantangan zaman. Dari penjelasan
di atas dapat disimpulkan bahwa pembaharuan
kurikulum adalah suatu keharusan dalam kerangka
menuju mutu pendidikan yang berkualitas dan mampu
merespon terhadap tuntutan terhadap kehidupan
berdemokrasi, globalisasi.
2.Kurikulum 2004 (KBK), KTSP 2006, dan Kurikulum
2013
a. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi digagas ketika
menteri Pendidikan dijabat oleh Abdul Malik
Fadjar. Dalam dokumen kurikulum 2004 dirumuskan
bahwa kurikulum berbasis kompetensi merupakan
perangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai
oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar
9 Ibid, hal. 119
9
mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan. KBK lebih ditekankan pada kemampuan
atau kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
siswa setelah mereka melakukan proses
pembelajaran tertentu. McAshan menyatakan bahwa:
“Kompetensi adalah suatu pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas
yang dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi
bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku
kognitif, afektif, dan psikomoriknya.”10
Sebagaimana Gordon dalam Ramayulis
menjelaskan bahwa: “Aspek yang terkandung dalam
kompetensi sebagai berikut :
1. Pengetahuan (knowledge), yaitupengetahuan seseorang untuk melakukansesuatau, misalnya akan dapat melakukanproses berpikir ilmiah untuk memecahkansuatu persoalan manakala ia memilikipengetahuan yang memadai tentang langkah-langkah berpikir ilmiah.
2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalamankognitif dan afektif yang dimiliki olehindividu. Misalnya siswa hanya mungkindapat memecahkan masalah ekonomi manakalaia memahami konsep-konsep ekonomi.
3. Keterampilan (skill), adalah sesuatu yangdimiliki oleh individu untuk melakukantugas yang dibebankan.
4. Nilai (value), adalah suatu standarperilaku yang telah diyakini dan secara
10 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Kencana, 2008), hal. 2
10
psikologis telah menjadi bagian daridirinya, sehingga akan mewarnai dalamsegala tindakannya.
5. Sikap (attitude), yaitu perasaan ataureaksi terhadap sesuatu yang datang dariluar, misalnya perasaan senang atau tidaksenang terhadap munculnya aturan baru.
6. Minat (interest), yaitu kecendrunganseseorang untuk melakukan suatu tindakanatau perbuatan.”11
Selanjutnya Masnur Muslich menyatakan bahwa:
“Proses pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi didasarkan pada beberapa prinsip
yaitu :
1. Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur2. Penguatan integritas nasional3. Keseimbangan antara etika, logika,
estetika, dan kinestika4. Kesamaan dalam memperoleh kesempatan5. Abad pengetahuan dan teknologi informasi6. Pengembangan kecakapan hidup (lifeskill)7. Belajar sepanjang hayat8. Berpusat pada anak dengan penilaian yangberkelanjutan dan dan komprehensif
9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan”12
Berdasarkan pendapat para ahli di atas
disimpulkan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi
memiliki empat komponen, yaitu :
11 Ibid, hal. 612 Masnur muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), hal. 18
11
1. Kurikulum dan hasil belajar (KHB). KHB memuat
perencanaan pengembangan kompetensi siswa yang
perlu dicapai secara keseluruhan, yaitu sejak
TK sampai dengan kelas 12. Dan ini merupakan
rangkaian kompetensi siswa untuk maju secara
bertahap seiring dengan perkembangan dan
kematangan psikologisnya. KHB ini juga memberikan
kesempatan guru untuk mengembangkan program
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan
kehidupan, keadaan sekolah atau lingkungan,
dan kebutuhan serta kemampuan siswa
2. Penilaian berbasis kelas (PBK). PBK memuat
prinsip, sasaran, dan pelaksanaan penilaian
berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten
sebagai akuntabilitas public melalui identifikasi
kompetensi atau hasil belajar yang telah
dicapai, pernyataan standar yang harus
dicapai, peta kemajuan belajar siswa, dan
pelaporan. Penilaian ini disebut berbasis
kelas karena penilaian dilaksanakan secara
terpadu dalam pembelajaran di kelas.
3. Kegiatan belajar mengajar (KBM), memuat
gagasan-gagasan pokok pembelajaran untuk
mencapai kompetensi yang ditetapkan. Komponen
ini menyebutkan bahwa belajar merupakan
kegiatan aktif siswa dalam membangun makna dan
12
pemahaman. Dengan demikian, dalam praktiknya,
guru perlu memberikan dorongan kepada siswa
untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun
gagasan
4. Pengembangan kurikulum berbasis sekolah
(PKBS). PKBS memuat berbagai pola
pemberdayaaan tenaga kependidikan dan sumber
daya lain untuk meningkatkan mutu hasil
belajar yang dilengakapi dengan gagasan
pembentukan jaringan kurikulum, pengembangan
perangkat kurikulum pembinaan profesional
tenaga kependidikandan pengembangan sistem
informasi kurikulum.
Keempat komponen KBK ini merupakan satu
kesatuan yang utuh karena praktiknya komponen-
komponen ini saling menunjang. Dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi siswa dituntut untuk bisa
mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan siswa masing-masing. Kurikulum
Berbasis kompetensi juga memberikan kesempatan
kepada orangtua untuk peduli dan terlibat dalam
kegiatan persekolahan sejak jenjang TK hingga
pendidikan menengah. Selain itu, para pemangku
kepentingan (stakeholders) diharapkan untuk
berperan aktif di setiap tingkat satuan
pendidikan.
13
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dalam Masnur Muslich adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan. Menurut Masnur
Muslich,
“Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)disusun dalam rangka memenuhi amanat yangtertuang dalam Undang-Undang RepublikIndonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional dan Peraturan PemerintahRepublik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005tentang Standar Nasional Pendidikan.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004(KBK) adalah kurikulum operasional yangdisusun dan dilaksanakan oleh masing-masingsatuan pendidikan/sekolah.”13
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-
prinsip berikut :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan,kebutuhan, dan kepentingan peserta didikdan lingkungannya
2. Beragam dan terpadu3. Tanggap terhadap perkembangan ilmupengetahuan, teknologi dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan5. Menyeluruh dan berkesinambungan6. Belajar sepanjang hayat
13 Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahamandan Pengembangan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hal. 10
14
7. Seimbang antara kepentingan nasional dankepentingan daerah14
KTSP memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1. KTSP menekankan pada ketercapaiankompetensi siswa baik secara KurikulumTingkat satuan Pendidikan individualmaupun klasik
2. KTSP berorientasi pada hasil belajar(learning outcomes) dan keberagaman
3. Penyampaian dalam pembelajaranmenggunakan pendekatan dan metode yangbervariasi
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapisumber belajar lainnya yang memenuhi unsuredukatif
5. Penilaian menekankan pada proses danhasil belajar dalam upaya penguasaan ataupencapaian suatu kompetensi15
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
memiliki empat komponen, yaitu tujuan pendidikan
tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
KTSP, kalender pendidikan dan silabus dan RPP
(Rencana Pelaksanaan Pengajaran). Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan menekankan pada
kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu
jenjang pendidikan. Kemampuan yang harus dicapai
dinyatakan dengan standar kompetensi, yaitu
kemampuan minimal yang harus dicapai lulusan.
14 Ibid, hal.1115 Kunandar, op. cit, hal. 138
15
Standar kompetensi lulusan merupakan modal utama
untuk bersaing di tingkat regional maupun global,
karena persaingan yang terjadi dalam era
globalisasi adalah persaingan sumber daya
manusia.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006 ditemukan beberapa kelemahan :
1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu
padat, yang ditunjukkan dengan banyaknya mata
pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan
kesukarannya melampaui tingkat perkembangan
usia anak.
2. Kurikulum belum mengembangkan kompetensi
secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan
tujuan pendidikan nasional.
3. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi
oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya
menggambarkan pribadi peserta didik
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
4. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai
dengan perkembangan masyarakat seperti
pendidikan karakter, kesadaran lingkungan,
pendekatan dan metode pembelajaran konstruktifistik
serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi
dalam kurikulum.
16
5. Kurikulum belum peeka dan tanggap terhadap
berbagai persoalan sosial yang terjadi pada
tingkat lokal, nasional maupun global.
6. Standar proses pembelajaran belum
menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci
sehingga membuka peluang penafsiran yang
beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran
yang berpusat pada guru.
7. Penilaian belum menggunakan standar penilaian
berbasis kompetensi, serta belum tegas
memberikan layanan remediasi dan pengayaan
secara berkala.
Implementasi KTSP bermuara pada pelaksanaan
pembelajaran yakni bagaimana agar isi atau
pesan-pesan kurikulum (SK-KD) dapat dicerna oleh
peserta didik secara tepat dan optimal. Guru
harus berupaya agar peserta didik dapat
membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa
yang digariskan dalam kurikulum (SK-KD),
sebagaimana dijabarkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Dalam hal ini akan terjadi interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya sehingga
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Dalam hal ini tugas guru yang paling utama
adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang
17
terjadinya perubahan perilaku tersebut. Pada
umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga
kegiatan, yakni pembukaan, pembentukan
kompetensi dan penutup.
c. Kurikulum 2013
Menurut Mulyasa, “Kurikulum 2013 yang
berbasis karakter dan kompetensi lahir sebagai
jawaban terhadap berbagai kritikan terhadap
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006,
serta sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan
dunia kerja. Mengacu pada penjelasan UU no. 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
bagian umum dikatakan bahwa :
“Strategi Pembangunan pendidikan nasional dalamundang-undang ini meliputi..., 2. Pengembangan danpelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi...” danpenjelasan pasal 35 bahwa “Kompetensi lulusanmerupakan kualifikasi kemampuan lulusan yangmencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuaidengan standar nasional yang telah disepakati” makadiadakan perubahan kurikulum dengan tujuanuntuk “melanjutkan pengembangan kurikulum berbasiskompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 denganmencakup kompetensi sikap, pengetahuan danketerampilan secara terpadu.”16
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah
16 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosda Karya), hal. 153
18
diuji cobakan pada tahun 2004. KBK atau
(Competency Based Curriculum) dijadikan sebagai
acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan
untuk mengembangkan ranah pendidikan
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam
seluruh jenjang dan jalur pendidikan khususnya
pada jalur pendidikan luar sekolah. Pada
hakikatnya kompetensi merupakan perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak.
Kurikulum 2013 memfokuskan pada pemerolehan
kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta
didik. Kurikulum ini mencakup sejumlah
kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran
yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga
pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk
perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai
suatu kriteria keberhasilan.
Selain itu, kurikulum 2013 menekankan pada
pendidikan berbasis karakter. Menurut Simon
Philips, “Karakter adalah kumpulan tata nilai
yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi
pemikiran, sikap, dan perilaku yang
ditampilkan”17. Sementara itu, Koesema A17 Manur Muslich, Pendidikan Karakter, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hal. 70
19
menyatakan bahwa “Karakter sama dengan
kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri
atau karakteristik atau gaya atau sifat khas
dari diri seseorang yang bersumber dari
bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,
misalnya keluarga.”18
Sedangkan Imam Ghozali berpendapat bahwa:
“Karakter lebih dekat dengan akhlak yaitu
spontanitas manusia dalam bersikap, atau
perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia
sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan
lagi.”19
Dalam Masnur Muslich, “Istilah karakter yang
diambil dari bahasa Yunani berarti “to mark”
(menandai) lebih fokus pada tindakan atau
tingkah laku. Ada dua pengertian tentang
karakter. Pertama ia menunjukkan bagaimana
seseorang berperilaku tidak jujur, kejam,
tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku
buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku
jujur, suka menolong tentulah seseorang tersebut
memanifestasikan karakter mulia. Kedua, karakter
erat ikatannya dengan personality. Seseorang baru
18 Ibid19 Ibid
20
disebut orang yang berkarakter apabila tingkah
lakunya sesuai dengan kaidah moral.”20
Dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa karakter berkaitan dengan
kekuatan moral. Orang yang berkarakter adalah
orang yang mempunyai kualitas moral yang
positif. Dengan demikian, melalui kurikulum 2013
yang berfokus pada pembentukan kompetensi dan
karakter peserta didik diharapkan akan memberi
peluang dalam menghasilkan insan Indonesia yang
produktif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap
(afektif), keterampilan (psikomotorik), dan
pengetahuan (kognitif) yang terintegrasi.
3.Pengembangan Kurikulum 2013Pengembangan kurikulum 2013 adalah proses
perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana
kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini
berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian
berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara
lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum
dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata
pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengembangan
kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber
unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum
20 Ibid, hal. 71
21
ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar
mengajar.
Oemar Hamalik menyatakan bahwa: “Ada beberapa
karakteristik dalam pengembangan kurikulum 2013
sebagai berikut :
a. Rencana kurikulum harus dikembangkandengan tujuan yang jelas.
b. Suatu program atau kegiatan yangdilaksanakan di sekolah merupakan bagiandari kerikulum yang dirancang selaras denganprosedur pengembangan kurikulum.
c. Rencana kurikulum yang baik dapatmenghasilkan terjadinya proses belajar yangbaik, karena berdasarkan kebutuhan dan minatsiswa.
d. Rencana kurikulum harus mengenalkan danmendorong diversitas di antar pelajar.
e. Rencana kurikulum harus menyiapkan semuaaspek situasi belajar mengajar, sepertitujuan, konten, aktivitas, sumber, alatpengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yangmenunjang.
f. Rencana kurikulum harus dikembangkansesuai dengan karakteristik siswa pengguna.
g. The subject arm approach adalah pendekatankurikulum yang banyak digunakan di sekolah.
h. Rencana kurikulum harus memberikanfleksibilitas untuk memungkinkan terjadinyaperencanaan guru-siswa.
i. Rencana kurikulum sebaiknyamerefleksikan keseimbangan antara kognitif,afektif, dan psikomotorik.”21
pendidikan, pengembangan silabus, dan pengembangan
program pembelajaran.
a. Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional
Dalam tingkat nasional dilakukan penataan
terhadap Standar nasional Pendidikan (SNP),
terutama pada Standar kompetensi Lulusan (SKL),
standar isi, standar proses, dan standar
penilaian yang dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 32 tahun 2013. Di samping itu,
juga dilakukan penataan terhadap empat mata
pelajaran, yakni : agama, PPKN, Matematika dan
bahasa Indonesia. Pada tingkat nasional,
pengembangan kurikulum meliputi jalur pendidikan
sekolah, luar sekolah, baik secara vertikal
maupun horizontal dalam rangka merealisasikan
tujuan pendidikan nasional.
b. Pengembangan kurikulum tingkat wilayah
Pengembangan kurikulum tingkat wilayah
bermuara pada wilayah tingkat I (Provinsi).
23
Pengembangan kurikulum tingkat wilayah berkaitan
dengan pengembangan kompetensi dan silabus untuk
berbagai mata pelajaran di luar matapelajaran
kurikulum nasional. Pengembangan kurikulum untuk
kelompok wilayah ini dilakukan oleh tim
pengembang kurikulum tingkat wilayah di bawah
koordinasi dinas pendidikan provinsi. Termasuk
dalam kurikulum tingkat wilayah ini adalah
muatan lokal dan bahasa daerah.
c. Pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan
Pada tingkat dibahas pengembangan kurikulum
untuk setiap jenis lembaga pendidikan pada
berbagai satuan dan jenjang ppendidikan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara
lain :
1. Mengembangkan kompetensi lulusan, dan
merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada
berbagai jenis lembaga pendidikan
2. Berdasarkan kompetensi dan tujuan di atas
selanjutnya dikembangkan bidang studi-bidang
studi yang akan diberikan untuk merealisasikan
tujuan tersebut
3. Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-
tenaga kependidikan (guru dan nonguru) sesuai
dengan kualifikasi yang diperlukan
24
4. Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang
diperlukan untuk memberi kemudahan belajar
d. Pengembangan Silabus
Dalam kurikulum 2013, pengembangan silabus
tidak lagi oleh guru, tetapi sudah disiapkan
oleh tim pengembang kurikulum, baik di tingkat
pusat maupun wilayah. Dengan demikian guru
tinggal mengembangkan RPP berdasarkan buku
panduan guru, buku panduan siswa dan buku sumber
yang semuanya telah disiapkan.
e. Pengembangan program pembelajaran
Berdasarkan silabus, kompetensi inti, dan
kompetensi lulusan yang telah diidentifikasi dan
diurutkan sesuai dengan tingkat pencapaiannya,
selanjutnya dikembangkan program-program
pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 program
pembelajaran dikembangkan adalah tematik, dan
terpadu, sehingga kegiatan pengembangan
kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan
mengembangkan rencana pembelajaran terpadu.
4.Inovasi Kurikulum 2013Implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat
menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan
inovatif. Secara konseptual, kurikulum 2013
memiliki beberapa keunggulan, antara lain :
25
a. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang
bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat,
berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta
didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi
sesuai dengan potensinya masing-masing.
b. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan
kompetensi boleh jadi mendasari kemampuan-
kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan
keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan,
kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari serta aspek-aspek kepribadian dapat
dilakukan secara optimal berdasarkan standar
kompetensi tertentu.
c. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran
tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat
menggunakan pendekatan kompetensi, terutama
berkaitan dengan keterampilan.
Hal-hal yang mendasari lahirnya kurikulum 2013
setidaknya ada tujuh asumsi antara lain :
a. Banyak sekolah yang memiliki sedikit guru
profesional dan tidak mampu melakukan proses
pembelajaran secara optimal.
b. Banyak sekolah yang mengoleksi sejumlah mata
pelajaran dan pengalaman, sehingga mengajar
diartikan hanya sebagai kegiatan menyajikan
26
materi yang terdapat dalam setiap mata
pelajaran.
c. Peserta didik bukanlah tabung kosong yang
dapat diisi atau ditulis sekehendak guru
melainkan individu yang memiliki sejumlah
potensi yang harus dikembangkan.
d. Peserta didik memiliki potensi yang berbeda
dan bervariasi.
e. Pendidikan berfungsi mengkondisikan
lingkungan untuk membantu peserta didik
mengembangkan berbagai potensi yang dimilkinya
secara optimal.
f. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus
berisi kompetensi-kompetensi potensial yang
tersusun secara sistematis sebagai jabaran dari
seluruh aspek kepribadian peserta didik, yang
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan
dalam kehidupan.
g. kurikulum sebagai proses pembelajaran harus
menyediakan berbagai kemungkinan kepada seluruh
peserta didik untuk mengembangkan berbagai
potensinya secara optimal.
Berdasarkan asumsi di atas, “menurut Mulyasa
dalam penerapan kurikulum 2013 dilakukan
penambahan beban belajar pada semua jenjang
pendidikan, sebagai berikut :
27
Beban belajar di SD/MIKelas I, II, III, masing masing 30, 32, 34sedangkan untuk kelas IV, V, VI masingmasing36 jam setiap minggu, dengan lama belajarnyayaitu 35 menit.
Beban belajar di SMP/MTsDari semula 32 menjadi 38 jam untuk masing-masing kelas VII, VIII dan IX, dengan lamabelajar untuk setiam jam belajarnya yaitu 40menit.
Beban belajar di SMA/MAKelas X bertambah dari 38 jam menjadi 42 jambelajar, dan untuk kelas XI dan XII bertambahdari 38 jam menjadi 44 jam belajar, denganlama belajar untuk setiap jam belajarnya yaitu45 menit.”22
Kebijakan penambahan jam ini dimaksudkan agar
guru memiliki waktu yang lebih leluasa
mengembangkan proses pembelajaran yang
berorientasi paada peserta didik atau
mengembangkan pembelajaran aktif, kreatif, dan
menyenangkan. Selain itu, guru dituntut untuk
secara kreatif menciptakan lingkungan yang
kondusif, dengan manajemen kelas yang efektif,
untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan
sehingga peserta didik dapat belajar dengan
menyenangkan (joyfull teaching and learning).
a. Kompetensi Inti
22 Mulyasa, op.cit., hal. 166
28
Kompetensi inti merupakan kompetensi
operasionalisasi standar kompetensi lulusan
dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh
peserta didik yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, yang
menggambarkann kompetensi utama yang
dikelompokkan ke dalam aspek sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang
sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur
pengorganisasi kompetensi dasar. Sebagai unsur
pengorganisasi, kompetensi inti merupakan
pengikat untuk organisas vertikal dan organisasi
horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikal
kompetensi dasar adalah keterkaitan antar konten
kompetensi dasar satu kelas atau jenjang
pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga
memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
akumulasi yang berkesinambungan antar konten
yang dipelajari peserta didik.
Organisasi horizontal adalah keterkaitan
antara konten kompetensi dasar satu mata
pelajaran dengan isi isi kompetensi dasar dari
mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan
29
mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi
proses saling memperkuat.
b. Silabus dan Rencana Pembelajaran
Istilah silabus dapat didefenisikan sebagai
garis besar, ringkasan, ikhtisar atau pokok-
pokok isi materi pelajaran. Menurut Abdul Majid,
“Silabus merupakan seperangkat rencana serta
pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan
penilaian yang disusun secara sistematis memuat
kompnen-komponen yang saling berkaitan untuk
mencapai penguasaan kompetensi dasar.”23
Sedangkan menurut Masnur Muslich, “RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) adalah
rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit
yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di
kelas.”24
Dalam kurikulum 2013, silabus sudah
disiapkan oleh pemerintah sehingga guru tinggal
mengembangkan rencana pembelajaran. Di samping
silabus, pemerintah juga sudah menyiapkan buku
panduan untuk guru dan peserta didik. Dengan
demikian guru tidak perlu lagi mengembangkan
perencanaan tertulis, yang penting bagi guru
adalah memahami pedoman guru dan pedoman peserta23 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2011), hal. 3924 Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman
dan Pengembangan, op.cit, hal. 45
30
didik, kemudian memahami dan menguasai materi
yang akan diajarkan. Setelah itu, mengembangkan
rencana pembelajaran tertulis secara singkat
tentang apa yang akan dilakukan dalam pembukaan,
pembentukan karakter, dan kompetensi peserta
didik serta penutup pelajaran.
Dalam kurikulum 2013, kemampuan dan
kreativitas guru sangat di nanti, dalam rangka
menumbuhkembangkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi secara efektif, berpikir jernih dan
kritis, mempertimbangkan segi moral suatu
permasalahan, menjadi warga negara yang
bertanggung jawab, kemampuan mencoba untuk
mengerti dan toleran terhadap pandangan yang
berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang
mengglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan,
memiliki kesiapan untu bekerja memiliki
kecerdasan sesuai bakat/minatnya serta memiliki
tanggung jawab terhadap lingkungan.
5.Peluang dan Tantangan Kurikulum 2013 dalam
Pembaharuan Kurikuluma. Peluang Kurikulum 2013
Mutu pendidikan merupakan konsekuensi
langsung dari suatu perubahan dan perkembangan
berbagai aspek kehidupan. Tuntutan terhadap mutu
31
pendidikan tersebut menjadi syarat terpenting
untuk dapat menjawab tantangan perubahan dan
perkembangan itu. Hal itu diperlukan untuk
mendukung terwujudnya manusia Indonesia yang
cerdas dan berkehidupan yang damai,terbuka, dan
berdemokrasi, serta mampu bersaing secara
terbuka di era global. Untuk itu, pembenahan dan
penyempurnaan kinerja pendidikan menjadi hal
pokok, terutama terhadap aspek substantif yang
mendukungnya yaitu kurikulum.
Perubahan dan penyempurnaan kurikulum
merupakan hal biasa terjadi dinegara manapun
didunia, sebagai wujud dari reponsifnya sebuah
kurikulum dengan adanya perubahan dan
perkembangan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa,bernegara. Perubahan tersebut menjadi
alasan utama yang digunakan oleh “perancang
kurikulum” untuk melakukan perubahan kurikulum
tersebut . Tantangan bagi para perancang
kurikulum yang sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan perkembangan terkini sesungguhnya
adalah bagaimana merancang kurikulum yang sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan.
Adanya perubahan kurikulum dari kurikulum
2006 yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013
32
adalah merupakan bagian dari upaya untuk
menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas
dalam membangun identitas budaya bangsa, karena
titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah
penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola
kurikulum, pendalaman dan perluasan materi,
penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian
beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian
antara apa yang diinginkan dengan apa yang
dihasilkan.
Pengembangan kurikulum menjadi amat penting
sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta
perubahan masyarakat pada tataran lokal,
nasional, regional, dan global di masa depan.
Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan
tantangan internal dan eksternal yang di bidang
pendidikan pendidikan. Karena itu, implementasi
Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam
menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat
Indonesia masa depan.
Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan
atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama,
standar kompetensi lulusan diturunkan dari
kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari
standar kompetensi lulusan melalui kompetensi
33
inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua
mata pelajaran harus berkontribusi terhadap
pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik. Keempat, mata pelajaran
diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai.
Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh
kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan
kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran,
dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari
prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam
mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum
2013. Keberhasilan implementasi kurikulum 2013
diharapkan memberi peluang dalam menghasilkan
insan Indonesia yang mamp bersaing di era
globalisasi.
b. Tantangan Kurikulum 2013
Pelaksanaan Kurikulum 2013 merupakan
Tantangan dan bagian dari upaya perbaikan
kondisi pendidikan di Indonesia, dan kurikulum
2013 ini di harapkan akan mampu menjadi pedoman
pendidikan di tanah air. Disadari bahwa guru
merupakan kunci utama keberhasilan proses
pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu,
harapan keberhasilan pendidikan sering
dibebankan pada guru. Salah satu hal mendasar
34
yang penting disikapi oleh guru adalah kesiapan
mental terhadap perubahan perubahan kurikulum.
Substansi suatu kurikulum adalah program
pendidikan yang bertujuan membentuk siswa
berkarakter, bertanggung jawab, pantang
menyerah, dan tertanam jiwa nasionalisme.
Penerapan kurikulum 2013 menjadi tantangan
sekaligus peluang bagi guru untuk mewujudkan
cita-cita pendidikan. Tenaga pendidikan dan
kependidikan ditantang untuk menjembatani
kondisi ideal dan kondisi nyata dunia
pendidikan.
C. PENUTUP1.Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
a. Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam
pengembangan kurikulum lebih menekankan pada
kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki
siswa setelah melakukan pembelajaran.
b. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam
pengembangan kurikulum lebih menekankan pada
kemampuuan yang harus dimiliki oleh lulusan
suatu jenjang pendidikan
c. Adanya perubahan kurikulum dari kurikulum
tingkat satuan pendidikan menjadi kurikulum 2013
35
diharapkan memberi peluang dalam menghasilkan
tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun
budaya bangsa. Kurikulum 2013 yang berusaha
memadukan pesan-pesan dari kurikulum berbasis
kompetensi dengan kurikulum tingkat satuan
pendidikan diharapkan memberi wawasan baru
terhadap sistem pendidikan. Implementasi
kurikulum 2013 menjadi tantangan sekaligus
peluang untuk mewujudkan cita-cita pendidikan
yaitu menghasilkan insan Indonesia yang produktif,
kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap,