Trauma Kimia Basa Pada Mata Risa Sucitra Munthe 102010293 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat PENDAHULUAN Sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat mengalami gangguan penglihatan akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta pada satu mata, dan sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya. Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat menerima pengobatan medis karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari 800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap tahunnya. 1,2 Para pekerja yang mengalami trauma mata kebanyakan adalah pekerja waktu penuh (full time). Para pekerja ini 80% nya adalah laki-laki. Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali lebih besar. Pada 70% kasus, trauma disebabkan oleh kontak dengan objek atau peralatan tertentu. Berikut adalah sumber trauma pada mata: 2
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Trauma Kimia Basa Pada Mata
Risa Sucitra Munthe
102010293
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat
PENDAHULUAN
Sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat mengalami gangguan penglihatan akibat
trauma. 75% dari kelompok tersebut buta pada satu mata, dan sekitar 50.000 menderita
cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya. Setiap hari lebih dari 2000
pekerja di amerika Serikat menerima pengobatan medis karena trauma mata pada saat
bekerja. Lebih dari 800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi
setiap tahunnya.1,2
Para pekerja yang mengalami trauma mata kebanyakan adalah pekerja waktu penuh
(full time). Para pekerja ini 80% nya adalah laki-laki. Dibandingkan dengan wanita, laki-laki
memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali lebih besar. Pada 70% kasus, trauma disebabkan
oleh kontak dengan objek atau peralatan tertentu. Berikut adalah sumber trauma pada mata:2
Sumber: CDC (Center for Disease Control and Prevention)2
Diagnosa pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan dikarenakan
trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan
anamnesa singkat.
Gejala Klinis
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,
blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya
dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea.
Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering bermanifestasi
beberapa hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada
trauma basa lebih berat dibanding trauma asam.8
Anamnesa
Pada anamnesa sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau
tersemprot gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu
diketahui apa persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut
(misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan dengan kecepatan tinggi) serta kapan
terjadinya trauma tersebut.6,12
Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera
terjadi. Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi
secara tiba tiba. Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran umum
trauma. Dan harus dicurigai adanya benda asing intraokular apabila terdapat riwayat
salah satunya apabila trauma terjadi akibat ledakan.8
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat
kimia sudah terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral. Obat
anestesi topikal atau lokal sangat membantu agar pasien tenang, lebih nyaman dan
kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan
dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan keutuhan
kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra okular, konjungtivalisasi pada kornea,
neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang menetap dan berulang.7,12
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH
bola mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata harus dilakukan
sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit
lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan
indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri
untuk mengetahui tekanan intraocular.7,12
Diagnosa Banding
Trauma Asam
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam
kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara
anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi
protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan
tampilan ground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam.
Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan
daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.5
Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati
membran sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan
menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan magnesium
membentuk insoluble complexes. Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari
immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion
potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride memasuki sistem sirkulasi,
dan memberikan gambaran gejala pada jantung, pernafasan, gastrointestinal, dan
neurologik.5
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan
presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari jaringan
terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung
terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga
terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas. Bahan asam tidak
menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea. Bila trauma diakibatkan asam
keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa.7
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel
kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak
tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan
hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak
bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih
dalam.8
Gambar 2 Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Asam
Bahan kimia bersifat asam : asam sulfat, air accu, asam sulfit, asam hidrklorida, zat
pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida. Akibat ledakan
baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin merupakan penyebab
tersering dari luka bakar kimia pada mata. Asam Hidroflorida dapat ditemukan dirumah
pada cairan penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat.6,9
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma
ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam
mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah terjadinya
infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele jangka panjang.
Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak membutuhkan anamnesa
dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma kimia mencakup:
Penatalaksanaan Emergency10
1. Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata
dengan bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang
harus dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus
digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi
normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling
sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Jika perlu dapat
diberikan anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi
dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa
yang terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang
konstan.
2. Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang
terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya
perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva
forniks.
3. Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat
terjadi re-epitelisasi pada kornea.
Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan
artificial tear (air mata buatan).
Gambar 6 Irigasi dan Pembebatan pada Mata
Gambar 8 Irigasi dengan Lensa Morgan6,7
Gambar 7 Irigasi dengan Kanul6
Penatalaksanaan Medikamentosa
Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat-
obatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari.
Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi
inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus kornea.8,10
1. Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun
pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan
sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya
diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1%
ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat
diberikan Prednisolon IV 50-200 mg
2. Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior.
Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.
3. Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan
penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas
kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik
dapat diberikan sampai dosis 2 gr.
4. Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra
okular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral
asetazolamid (diamox) 500 mg.
5. Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin
efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan
mengurangi pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan
sistemik (doksisiklin 100 mg).
6. Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan menstabilkan
barier fisiologis. Asam Sitrat menghambat aktivitas netrofil dan mengurangi
respon inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari.
Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah
trauma.
Pembedahan10
1. Segera. Pembedahan yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi
limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan
forniks. Prosedur berikut dapat digunakan untuk pembedahan:
Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk
mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus
kornea.
Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dar
donor (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi
normal.
Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis
2. Lanjut. Penanganan bedah pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:
Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan
simblefaron.
Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.
Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.
Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini
untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.
Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat
dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk.
Komplikasi
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan
jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada
mata antara lain:10
1. Simblefaron, adalah. Dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus,
sehingga kornea dan penglihatan terganggu.
2. Kornea keruh, edema, neovaskuler
3. Sindroma mata kering
4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak.
Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan akuos dan
menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi akut ataupun perlahan-
lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian dalam mata maka jarang terjadi
katarak traumatik.
5. Glaukoma sudut tertutup
6. Entropion dan phthisis bulbi
Gambar 9 Simblefaron Gambar 10 Phthisis bulbi
Prognosis
Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma
tersebut. Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah
satu indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan. Iskemik yang paling luas
pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk
paling berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran “cooked fish eye” dimana
prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.8
Trauma kimia sedang samapai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat
menyebabkan simblefaron (adhesi anatara palpebra dan konjungtiva bulbi). Reaksi
inflamasi pada kamera okuli anterior dapat menyebabkan terjadinya glaukoma sekunder.8
Gambar 11 Cooked Fish Eye Appearance8
KESIMPULAN
Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam dengan pH < 7
dan bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa biasanya memberikan dampak
yang lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu
hidrofilik dan lipolifik dimana dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran dan
masuk ke sudut mata depan, bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan
menimbulkan koagulasi protein permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung
sehingga zat asam tidak penetrasi lebih dalam lagi. Gejala utama yang muncul pada trauma
mata adalah epifora, blefarospasme dan nyaei yang hebat. Trauma kimia merupakan satu-
satunya jenis trauma yang tidak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap.
Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata dengan segera
samapai pH mata kembali normla dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotik,
multivitamin, antiglaukoma, dll. Selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif
kepada pasien. Menurut data statistik 90% kasus trauma dapat dicegah. Apabila dalam
menjalankan suatu pekerjaan menggunakan pelindung yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika. Jakarta. 2000.
2. Centers for Disease Control and Prevention. Work-related Eye Injuries diunduh pada tanggal 2 Agustus 2011.http://www.cdc.gov/features/dsworkPlaceEye /
3. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.
4. Arthur Lim Siew Ming and Ian J. Constable. Color Atlat of Ophthalmology Third Edition. Washington. 2005.
5. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009.
6. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints. Diunduh tanggal 4 Agustus 2011.http://www.acep.org/content.aspx?id=26712
7. Eye Teachers of American Foundation. Eye Trauma. Diunduh pada tanggal 2 Agustus 2011http://www.ophthobook.com/videos/eye-trauma-video
8. Gerhard K. Lang. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 2nd. Stuttgart · New York. 2006.
9. American Academy of Ophthalmology. Chemical Burn. Diunduh pada 2 Agustus 2011. http://www.aao.org/theeyeshaveit/trauma/chemical-burn.cfm
11. Trudo, Edward W dan William Rimm. Chemical Injuries of the Eye. Washington. 2008.
12. Cohlmia Eye Center. Chemical Eye Burns Emergency Care. Diunduh pada tanggal 2 Agustus 20011.http://www.samcohlmia.com/wichita-chemical-eye-burns.php