BAB I PENDAHULUAN Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum. Pemeriksaan urin terbagi menjadi dua jenis yaitu pemeriksaan kimiawi dan pemeriksaan sedimen. Sebagaimana namanya dalam pemeriksaan kimia yang diperiksa adalah pH urin/ keasaman, berat jenis, nitrit, protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen,dll. Jenis zat kimia yang diperiksa merupakan penanda keadaan dari organ-organ tubuh yang hendak didiagnosa. Seperti penyakit “kuning” yang disebabkan oleh bilirubin darah yang tinggi biasanya menghasilkan urin yang mengandung kadar bilirubin diatas normal. Begitu pula zat kimia lainnya yang dihubungkan dengan keadaan organ tubuh yang berbeda. Dalam pemeriksaan sedimen yang diperiksa adalah zat sisa metabolisme yang berupa kristal, granula termasuk juga bakteri. Dengan pemeriksaan sedimen maka keberadaan suatu benda normal ataupun tidak normal yang terdapat dalam urin kita akan dapat menunjukkan keadaan organ tubuh. Dalam urin yang ditemukan jumlah eritrosit jauh diatas angka normal bisa menunjukkan terjadinya perdarahan di saluran kemih bagian bawah. Begitu juga dengan ditemukannya kristal-kristal abnormal dapat diprediksi jika Pemeriksaan Sedimen Urine | 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis
infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,
memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi),
dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Pemeriksaan urin terbagi menjadi dua jenis yaitu pemeriksaan kimiawi dan pemeriksaan
sedimen. Sebagaimana namanya dalam pemeriksaan kimia yang diperiksa adalah pH urin/
keasaman, berat jenis, nitrit, protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen,dll. Jenis zat kimia yang
diperiksa merupakan penanda keadaan dari organ-organ tubuh yang hendak didiagnosa. Seperti
penyakit “kuning” yang disebabkan oleh bilirubin darah yang tinggi biasanya menghasilkan urin
yang mengandung kadar bilirubin diatas normal. Begitu pula zat kimia lainnya yang
dihubungkan dengan keadaan organ tubuh yang berbeda.
Dalam pemeriksaan sedimen yang diperiksa adalah zat sisa metabolisme yang berupa
kristal, granula termasuk juga bakteri. Dengan pemeriksaan sedimen maka keberadaan suatu
benda normal ataupun tidak normal yang terdapat dalam urin kita akan dapat menunjukkan
keadaan organ tubuh. Dalam urin yang ditemukan jumlah eritrosit jauh diatas angka normal bisa
menunjukkan terjadinya perdarahan di saluran kemih bagian bawah. Begitu juga dengan
ditemukannya kristal-kristal abnormal dapat diprediksi jika seseorang beresiko terkena batu
ginjal, karena kristal-kristal dalam urin merupakan pemicu utama terjadinya endapan kristal
dalam saluran kemih terutama ginjal yang jika dibiarkan berlanjut akan membentuk batu ginjal.
Penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya
penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan
pengawet formalin.
Pemeriksaan Sedimen Urine | 1
BAB II
ISI
Pemeriksaan mikroskopis dari sedimen urin merupakan bagian integral dari urinalisis.
Prinsip pemeriksaan sedimen urine adalah sejumlah sampel urine disentrifugasi dengan
kecepatan rendah, lalu endapan (sedimen) yang terbentuk diperiksa dengan mikroskop. Adapun
prosedur dalam pemeriksaan sedimen urin adalah sebagai berikut :
a. Dituangkan ± 8 mL sampel urine ke dalam sebuah tabung sentrifuge.
b. Dipusingkan pada kecepatan rendah (1500 rpm) selama 5 menit.
c. Bagian supernatannya dibuang.
d. Sedimen yang tersisa dihomogenkan dengan cara dikocok.
e. Objek glass ditetesi 1 tetes sedimen urine, lalu ditutup dengan cover glass.
f. Preparat tersebut diamati dengan mikroskop.
Pada pemeriksaan sedimen urin, sampel urin harus dihomogenkan terlebih dahulu sebelum
dituang ke tabung centrifuge, tujuannya agar unsur-unsur yang mengendap menjadi homogen
kembali. Sampel urin dimasukkan ke dalam tabung centrifuge sebanyak 2/3 tabung (tidak sampai
penuh) adalah untuk menghindari tumpahnya urin saat proses sentrifugasi (Zaman, et.al., 2010).
Sampel urin disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit. Jika proses
sentrifugasi terlalu cepat dan waktunya terlalu lama maka dapat merusak bentukan-bentukan
tertentu yang terkandung dalam urin, sebaliknya jika kecepatan centrifuge terlalu lambat dan
dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan tidak semua analit dapat mengendap menjadi
sedimen. Hal tersebut harus dihindari agar tidak diperoleh hasil pemeriksaan yang negatif palsu
(Zaman, et.al., 2010).
Setelah urin melalui proses sentrifugasi, maka terbentuk 2 lapisan, yaitu sedimen urin dan
supernatant. Lapisan supernatant dibuang karena pada bagian ini tidak terdapat kristal-kristal,
leukosit, eritrosit, bakteri, maupun jamur karena unsur-unsur tersebut telah mengendap di dasar
tabung. Jika lapisan supernatant tidak dibuang, kemungkinan menyebabkan kesalahan hasil
pemeriksaan (negatif palsu) karena pemipetan yang tidak mencapai bagian sedimen (Zaman,
et.al., 2010).
Selanjutnya pada pemipetan sedimen yang telah dibuang supernatannya, sedimen
dihomogenkan agar unsur-unsur pada sedimen menyebar rata (tidak bertumpuk-tumpuk)
Pemeriksaan Sedimen Urine | 2
sehingga lebih memudahkan proses pengamatan bentukan-bentukan yang ada pada mikroskopis
urin (Zaman, et.al., 2010).
Endapan pertama kali diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran rendah
menggunakan lensa obyektif 10X, disebut lapang pandang kecil (LPK) atau low power field
(LPF) untuk mengidentifikasi benda-benda besar seperti silinder dan kristal. Selanjutnya,
pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi menggunakan lensa obyektif 40X, disebut lapang
pandang besar (LPB) atau high power field (HPF) untuk mengidentifikasi sel (eritrosit, lekosit,
epitel), ragi, bakteri, Trichomonas, filamen lendir, sel sperma. Jika identifikasi silinder atau
kristal belum jelas, pengamatan dengan lapang pandang kuat juga dapat dilakukan (Zaman, et.al.,
2010).
Karena jumlah elemen yang ditemukan dalam setiap bidang dapat berbeda dari satu bidang
ke bidang lainnya, beberapa bidang dirata-rata. Berbagai jenis sel yang biasanya digambarkan
sebagai jumlah tiap jenis ditemukan per rata-rata lapang pandang kuat. Jumlah silinder biasanya
dilaporkan sebagai jumlah tiap jenis yang ditemukan per lapang pandang lemah. Lazimnya unsur
sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal
dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel,eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan,
sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan
seperti urat amorf dan kristal. Beberapa bentuk yang mungkin ditemukan:
1. Eritrosit
Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih. Secara
teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit, namun dalam urine normal dapat
ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urin
karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu
saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi saluran kemih
atas dan bawah, nefrotoksin, dll (Aprilia, 2010).
Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil, shadow atau
ghost cells dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan berat jenis 1,010-1,020,
eritrosit berbentuk cakram normal. Eritrosit tampak bengkak dan hampir tidak berwarna pada
urin yang encer, tampak mengkerut (crenated) pada urine yang pekat, dan tampak mengecil
sekali dalam urine yang alkali. Selain itu, kadang-kadang eritrosit tampak seperti ragi
(Aprilia, 2010).
Pemeriksaan Sedimen Urine | 3
Eritrosit dismorfik tampak pada ukuran yang heterogen, hipokromik, terdistorsi dan
sering tampak gumpalan-gumpalan kecil tidak beraturan tersebar di membran sel. Eritrosit
dismorfik memiliki bentuk aneh akibat terdistorsi saat melalui struktur glomerulus yang
abnormal. Adanya eritrosit dismorfik dalam urin menunjukkan penyakit glomerular seperti
glomerulonefritis (Aprilia, 2010).
Eritrosit normal eritrosit dismorfik
2. Leukosit
Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali eritrosit.
Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil (polymorphonuclear, PMN). Lekosit dapat
berasal dari bagian manapun dari saluran kemih (Aprilia, 2010).
Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan jumlah
lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran
kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut.
Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi
atau inflamasi (Aprilia, 2010).
Pemeriksaan Sedimen Urine | 4
3. Sel Epitel
Sel Epitel Tubulus
Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih besar dari leukosit,
mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula dan biasanya terbawa ke urin dalam
jumlah kecil. Namun, pada sindrom nefrotik dan dalam kondisi yang mengarah ke
degenerasi saluran kemih, jumlahnya bisa meningkat. Jumlah sel tubulus ≥ 13 / LPK atau
penemuan fragmen sel tubulus dapat menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif atau
luka pada tubulus, seperti pada nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada ginjal,