LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA TAHUN 2020 PANDUAN PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BAHAN AJAR DAN LITERATUR REVIEWTAHUN AKADEMIK 2019/2020 (DALAM RANGKA MENDUKUNG UPAYA PEMERINTAH UNTUK PENCEGAHAN DAN PENYEBARAN COVID-19)
51
Embed
PANDUAN PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BAHAN AJAR DAN … · PANDUAN PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BAHAN AJAR DAN LITERATUR REVIEWTAHUN AKADEMIK 2019/2020 ... Berdasarkan bahan ajar yang sudah penulis
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
0
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA TAHUN 2020
PANDUAN PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BAHAN AJAR DAN LITERATUR REVIEWTAHUN AKADEMIK 2019/2020 (DALAM RANGKA MENDUKUNG UPAYA PEMERINTAH UNTUK PENCEGAHAN DAN PENYEBARAN COVID-19)
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1
PRA KATA
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji dan puja saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan saya
kemudahan dan kelancaran sehingga panduan ini bisa diselesaikan dengan tepat waktu dan
dengan baik. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya saya tidak akan bisa untuk menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik ini. Shalawat serta salam saya limpahkan kepada baginda nabi kita
Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. penulis juga
mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmatnya sehingga saya
bisa mengerjakan panduan dalam keadaan yang sehat baik sehat fisik maupun akal pikiran.
Panduan alternatif penyelesaian tugas akhir ini disusun untuk memberikan informasi,
memandu atau memberikan tuntunan kepada mahasiswa dalam menyusun tugas akhir di era
pandemic covid-19 . Buku panduan ini juga diharapkan dapat mendekatkan hubungan antara
pembimbing dan mahasiswa serta memberikan wawasan tambahan kepada mahasiswa agar
tugas akhir dapat diselesaikan tepat waktu. Pedoman umum tata tulis, dan sebagainya mengacu
pada pedoman skripsi.
Purwokerto, 21 April 2020
Wakil Rektor I
Ns. Murniati., S.Kep., M.Kep
NIK. 106610090483
Ketua LPPM
Mariah Ulfah, S.Si.T, S.Kep, Ns, M.Kes
NIK. 111002141181
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2
Latar Belakang: Secara global 34 juta orang hidup dengan HIV AIDS (Human Immunodeficiency
Virus Acquired Immuno Deficiency Syndrom) dan 23,5 juta berada di Afrika Sub-Sahara. Peningkatan
prevalensi HIV terjadi karena penurunan dramatis dalam kematian akibat AIDS sebesar 32%,
demografi atau lingkungan sekitar (pedesaan), perubahan status dari HIV negatif menjadi HIV positif
dan tantangan ekonomi dan sosial Setelah didiagnosis dengan HIV. transformasi penderita HIV yang
menjadi kronis dapat ditangani dengan meningkatkan efektivitas pengobatan imunologi dengan
program terkait kualitas hidup kesehatan atau yang biasa disebut Health Related Quality of Life
(HRQOL). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas hidup ODHA dalam lingkup kesehatan. Metode: Studi penilaian menggunakan Critical
Appraisal Skills Program (CASP), dan metode sintesis menggunakan modifikasi PEOS dengan sumber
data yang diperoleh dari PubMed, Medline, dan ProQuest. Hasil: Hasil dan pembahasan jurnal
memberikan gambaran yang sangat besar tentang tingkat perkembangan status agama ODHA yang
sangat kuat yang mempengaruhi kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi ARV dan ODHA dapat
menyalin masalah kesehatan dengan baik, terutama masalah pengaruh psikososial pada peran ODHA
itu sendiri, tidak seperti tingkat agama ODHA di negara-negara berkembang, mereka cenderung kurang
dalam pemaksaan agama atau spiritual yang mempengaruhi rasa takut, ketidakpercayaan atau stigma
buruk masyarakat dan cenderung tidak taat dalam mengkonsumsi. Kesimpulan: HRQOL pada orang
dengan HIV AIDS mempengaruhi 50% dalam kesehatan fisik, 30% kesehatan psikososial, mental-
emosional 20% pada spiritual atau agama 10%.
Kata kunci: HRQOL, HIV / AIDS, Psicho-Sosial, Kesehatan Mental, Agama
0
PENDAHULUAN
Secara global 34 juta orang hidup dengan
HIV AIDS (Human Immunodeficiency
Virus Acquired Immuno Deficiency
Syndrom) pada saat ini, 23,5 juta berada di
Afrika Sub-Sahara. 1,1 juta orang berasal
dari Uganda, sebuah negara di Afrika timur
dengan populasi 30 juta. Hasil survei data
Uganda AIDS melaporkan peningkatan
prevalensi penderita HIV pada 2016
menjadi 7,3% dibandingkan dengan tahun
2012 yang 6,4%. Ini berarti peningkatan
0,9% dan ini merupakan masalah utama
bagi populasi dan pemerintah Uganda
(Mutabazi et al, 2014). Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan
kualitas hidup sebagai: "Persepsi individu
tentang posisi mereka dalam kehidupan
dalam konteks sistem budaya dan nilai-nilai
di mana mereka hidup dalam kaitannya
dengan tujuan, harapan, standar, dan
masalah mereka. Ini adalah konsep dari
spektrum yang luas, menggabungkannya
dengan cara kompleks kesehatan fisik,
keadaan psikologis, tingkat kemandirian
dan hubungan sosial masyarakat serta
antarmuka mereka dengan fitur-fitur
penting dari lingkungan mereka (WHO
1996, dalam Oliveria et al, 2012). Kualitas
hidup juga digunakan untuk
menggambarkan sejauh mana kebutuhan
manusia terpenuhi atau tingkat persepsi
kepuasan atau ketidakpuasan individu atau
kelompok dalam berbagai bidang
kehidupan. Ini diringkas sebagai indikator
pemenuhan kebutuhan manusia objektif
dalam kaitannya dengan persepsi pribadi
atau kelompok subjektif kesejahteraan
(Surur et al, 2017). Transformasi penderita
HIV yang menjadi kronis dapat ditangani
dengan meningkatkan efektivitas
pengobatan imunologi dengan kualitas
kesehatan Program terkait kehidupan atau
yang biasa disebut Health Related Quality
of Life (HRQOL). HRQOL dinilai
menggunakan instrumen WHOQOLBREF
(Kualitas Hidup Organisasi Kesehatan
Dunia-BREF), instrumen ini menilai
kualitas faktor kehidupan untuk ODHA
lintas budaya. WHOQOL-BREF terdiri
dari 26 item yang digunakan untuk
mengukur empat domain: kesehatan
somatik, kesehatan psikologis, hubungan
sosial, dan lingkungan. Nilai yang lebih
tinggi menunjukkan kualitas hidup yang
lebih tinggi di setiap domain (Rzeszutek et
al, 2018). Kualitas Hidup Terkait
Kesehatan pada Odha ditinjau dan
dikembangkan melalui empat aspek
kesehatan fisik, kesehatan mental-
emosional, kesehatan psikososial, dan
kesehatan spiritual atau agama. Keempat
aspek ini diharapkan menjadi faktor yang
dibangun berdasarkan peningkatan kualitas
hidup ODHA (Shao et al, 2018).
Tujuan
Tujuan umum literatur review adalah untuk
menyimpulkan dan memeriksa literatur
(memeriksa literatur) terkait dengan
Kualitas Hidup yang Berasal dari
Kesehatan pada Odha.
Bahan dan Metode
Menurut tujuan dan pertanyaan penelitian,
literatur yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh melalui sistem pencarian
sistematis. HRQOL di ODHA akan di
review termasuk cara pengambilan sampel,
variabel yang terkandung dalam jurnal yang
diambil, dan hasil penelitian. Metode
pencarian literatur dari penelitian ini
dimulai pada periode 2008 hingga 2018,
diidentifikasi menggunakan database
elektronik PubMed, Proquest, dan One
Search. Pencairan database, pemindaian,
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1
dan penyaringan artikel dilakukan secara
independen oleh para peneliti mengikuti
ketentuan dalam memenuhi kriteria inklusi.
Strategi pencarian literatur menggunakan
PEOS
Criteria Inclusion Exclusion
Population/
Problem
Acquired Immunodeficiency Syndromes
Immunodeficiency Syndromes, Acquired
Syndrome, Acquired Immunodeficiency
Syndromes, Acquired Immunodeficiency
Species
Exposure/
Event
HIV
Human Immunodeficiency Virus
Immunodeficiency Virus, Human
Immunodeficiency Viruses, Human
Virus, Human Immunodeficiency
Viruses, Human Immunodeficiency
Human Immunodeficiency Viruses
Outcomes HRQOL
Health-Related Quality Of Life
Health Related Quality Of Quality of Life
Study Design Qualitative Study
Dalam pencarian artikel yang diidentifikasi
1424 artikel, setelah menyaring judul,
abstrak, metode penelitian diperoleh 152
artikel untuk diambil dan ditinjau secara
independen berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi. Kemudian dilakukan penyaringan
artikel lebih lanjut untuk menemukan
referensi yang tepat dan lengkap mengenai
kualitas yang berhubungan dengan
kesehatan di ODHA yang diperoleh 10
artikel untuk melakukan penilaian kritis
kemudian memperoleh 10 artikel untuk
melakukan tinjauan akhir. Para peneliti
melakukan penilaian dengan melihat
kesehatan yang dilepaskan kualitas hidup
pada orang dengan HIV AIDS
menggunakan desain penelitian kualitatif,
penilaian kritis pada literatur yang telah
dieliminasi dari dimasukkannya Kreteria.
Pengumpulan dan Temuan Data
Data yang diekstrak dari artikel tinjauan
literatur sistematis disusun dalam beberapa
tema, yaitu:
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1
Gambar 2.2. HRQOL pada orang dengan HIV AIDS.
(Sumber: Rzeszutek et al (2018), Mutabazi et al (2017), dan Lessa et al (2015).
Gambar tersebut menunjukkan hasil
pencarian literatur ulasan dari Health
Relaten Quality Of Life Journal pada orang
dengan HIV AIDS yang meliputi kesehatan
fisik, mental-emosional, psikososial,
spiritual atau agama, serta fasilitas layanan
ODHA yang terkandung. Dalam semua
jurnal diambil dalam tinjauan literatur
sistematis.
Hasil dan Diskusi
Temuan dengan pencarian yang diperoleh
secara sistematis artikel yang diterbitkan
pada 2008-2018, penulis dan sumber data
berasal dari Brasil (n = 1), Afrika (n 2),
Francis (n = 1), Polandia (n = 2), Malaysia
(n = 2), Iran (n = 1), Florida (n = 1).
Pengelompokan temuan artikel terdiri dari
6 artikel tentang negara maju (Brasil,
Polandia, Francis, Florida) dan 4 artikel
tentang negara berkembang (Afrika,
Malaysia, dan Iran). 10 artikel yang diambil
dalam tinjauan sistematis literatur ini
adalah jurnal dengan kualitas Q1 sebanyak
10 jurnal. Semua artikel menggunakan
metode penelitian kualitatif. Sepuluh
penelitian dengan kualitas Q1. HRQOL
pada orang dengan HIV AIDS termasuk
kesehatan fisik, mental-emosional,
psikososial, dan spiritual atau agama).
1. Kesehatan fisik
Hasil penelitian Khan et al (2012)
menyatakan bahwa salah satu dampak HIV
AIDS pada kesehatan fisik adalah adanya
lesi oral di mulut ODHA, kemudian
diperkuat oleh hasil penelitian Massarente
et al (2017) juga menyebutkan bahwa anak
yang terinfeksi HIV dari ibunya memiliki
kemungkinan lebih besar 25-50% dari lesi
oral daripada penderita HIV yang terinfeksi
oleh agen lain di luar kehamilan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa 40-50%
orang HIV-positif memiliki infeksi jamur,
bakteri atau virus di rongga mulut yang
mungkin terjadi pada awal perjalanan
penyakit. Lesi oral ini memiliki
konsekuensi ekonomi, sosial, dan
psikologis fisik pada individu dan
gangguan selanjutnya dari kualitas
kehidupan yang berhubungan dengan
kesehatan mulut (Rzeszutek, 2018). Lesi
yang sangat oral terkait dengan infeksi HIV
termasuk kandidiasis oral, leukoplakia
berbulu, sarkoma Kaposi, gingiva linier
eritema, gingivitis ulseratif nekrotikans,
periodonon ulseratif nekrotikan nekrotik,
dan limfoma non-Hodgkin. Efek dari lesi
oral antara lain dapat mengubah
penampilan wajah, penampilan dan gaya
bicara, kesulitan mengunyah dan menelan
dan rasa sakit. Fungsi mulut yang buruk
dapat menyebabkan eksaserbasi masalah
gizi yang selanjutnya dapat mempengaruhi
kualitas hidup. (Khan et al, 2012).
a. Psikososial
Hasil penelitian Vosvick et al. (2010)
menunjukkan bahwa kondisi
psikososial ODHA adalah aspek
penting dari pengobatan atau
pengobatan HIV. Psikososial berperan
dalam mengatasi masalah di sekitar
lingkungan ODHA, terutama masalah
interaksi dengan lingkungan. Aspek
psikososial adalah informasi dari rekan-
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1
rekan di lingkungan dan tenaga
kesehatan, sikap ODHA terhadap HIV
AIDS di alam, perasaan dan keyakinan
tentang penyakit dan pengobatan
ODHA yang dialami, harga diri dan
dukungan sosial untuk Odha. Ada tiga
cara untuk mengatasi odha itu sendiri;
menghindari stigma negatif yang akan
mempengaruhi situs ODHA terhadap
penyakit, dan fokus pada herbal atau
pengobatan (Rzeszutek et al, 2018). Ini
sejalan dengan jurnal ketiga yang
menyatakan bahwa coping aktif
memiliki korelasi positif tidak hanya
untuk hasil klinis terkait dengan
pengobatan HIV, tetapi juga untuk
meningkatkan HRQOL di antara
ODHA (Vedhara et al, 2009).
b. Mental, Emosional
Dalam sebuah jurnal yang diperiksa
oleh Pierre et al (2017) Dikatakan
bahwa kondisi mental dan emosional
dipengaruhi oleh interkasi dari
penyedia layanan kesehatan.
Tanggapan ini menyoroti ikatan kuat
antara pasien dan penyedia mereka.
Peran penyedia sangat penting bagi
ODHA, karena sebagian besar ODHA
tidak memiliki banyak kepercayaan
kepada orang lain untuk bersikap
terbuka tentang status mereka. Penyedia
merupakan sumber penting dukungan
emosional dan nyata bagi pasien yang
sering kehilangan kebutuhan pribadi
dan kebutuhan dasar mereka. Penyedia
diharapkan dapat hidup berdampingan
dengan ODHA dalam dukungan moral
atau menyediakan akses ke makanan
dan tempat tinggal. Dukungan ini dapat
dalam bentuk pendampingan ODHA,
kaderisasi ODHA ditunjukkan oleh
semua anggota tim kesehatan, dokter,
perawat dan staf. Penyedia yang sangat
dihormati dan dihargai (Pierre et al,
2017).
c. Spiritual, Religius
Hasil penelitian Pierre et al, (2017)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas dasar hidup
ODHA adalah dalam ikatan budaya dan
agama yang sangat terikat di Haiti.
Respons masing-masing responden
sangat beragam, di mana rata-rata
Responnden mengungkapkan tentang
penggambaran Allah atau Allah dan
keyakinan dalam kehidupan masing-
masing responden. Peserta yang
menyinggung pertanyaan Allah
menjawab bahwa Allah digambarkan
sebagai alasan utama dan tempat akhir
meminta bantuan untuk kelangsungan
hidup mereka.
Pernyataan berikut adalah contoh
pentingnya aspek spiritual ODHA:
"Spiritual Ini membantu saya mengatasi
efek samping dari kondisi penyakit
yang saya alami saat ini dan membuat
saya percaya diri dapat melewati
penyakit ini. '1. Fasilitas yang berfokus
pada ODHA dan petugas layanan.
Penyedia perawatan kesehatan
merupakan sumber penting dalam
dukungan emosional, psikososial dan
medis untuk ODHA yang sering
mengalami kehilangan paling mendasar
dari kebutuhan pribadi dan sosial.
Penyedia layanan kesehatan diharapkan
dapat hidup berdampingan dengan
ODHA dalam dukungan moral atau
menyediakan akses ke makanan dan
tempat tinggal. Dukungan ini
ditunjukkan oleh semua anggota tim
layanan kesehatan, dokter dan perawat
atau staf di fasilitas layanan kesehatan,
dan penyedia layanan yang sangat
dihormati dan dihargai.
Kesimpulan
Hasil dan diskusi jurnal memberikan
gambaran yang sangat besar tentang
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2
tingkat perkembangan tingkat agama
ODHA yang sangat kuat yang
mempengaruhi kepatuhan ODHA
dalam mengkonsumsi ARV dan ODHA
dapat melakukan masalah kesehatan
dengan baik, terutama masalah
pengaruh Psikososial pada peran
ODHA itu sendiri, tidak seperti tingkat
agama ODHA di negara-negara
berkembang, mereka cenderung kurang
dalam pemaksaan agama atau spiritual
yang mempengaruhi rasa takut,
ketidakpercayaan atau stigma buruk
dari Komunitas dan cenderung tidak
taat dalam mengonsumsi ARV.
Rekomendasi
Pemerintah diharapkan menyediakan
fasilitas khusus ODHA dan pelatihan
keterampilan yang dapat memberikan
bantuan kepada ODHA untuk
kemudian dapat bekerja sama dengan
masyarakat membentuk kaderisasi
ODHA yang mampu keterampilan
ODHA, dapat dari kalangan ODHA
sendiri dan dari masyarakat.
1. HRQOL dalam ODHA
diharapkan menjadi perhatian
pemerintah sebagai pemangku
kepentingan kebijakan dalam
meningkatkan kualitas hidup
ODHA dengan mengadakan
konseling dan kegiatan
pengembangan ODHA potensi
diri.
2. Upaya pencegahan harus
ditingkatkan dan semakin
dikembangkan ke lingkungan
masyarakat secara luas dan
mendasar, seperti anak-anak
sekolah dan anak-anak yang
putus sekolah, di mana merek
sangat rentan terhadap
penularan HIV AIDS.
3. Perlu ada upaya bersama untuk
membantu layanan kesehatan
yang membangun ODHA untuk
bekerja dengan lingkungan
kerja yang aman, sehat dan
layak, sebagai cara paling
efektif untuk mengurangi
penularan HIV dan patogen
transmisi darah lainnya dan
meningkatkan penyediaan
layanan kepada pasien.
Trad. Med. J., September - December 2017 Vol. 22(3), p 182-189 ISSN-p : 1410-5918 ISSN-e : 2406-9086
182 Traditional Medicine Journal, 22(3), 2017
Submitted : 17-06-2017 Revised : 07-09-2017
Accepted : 23-10-2017
Aktivitas Antikanker Tanaman Genus Clerodendrum (Lamiaceae): Sebuah Kajian
Anticancer Activity Of Plant Genus Clerodendrum (Lamiaceae): A Review
Donald Emilio Kalonio1,2*, Rini Hendriani1 dan Elisabeth N. Barung2
1Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran 2Jurusan Farmasi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado, Jl. Raya Bandung, Sumedang Km 21 Jatinangor 45363
ABSTRAK
Tanaman dari genus Clerodendrum (Lamiaceae) tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Tanaman dari genus ini digunakan secara empiris maupun ilmiah sebagai antiinflamasi, antidiabetes, antimalaria, antivirus, antihipertensi, hipolipidemik, antioksidan, dan antitumor. Hasil prediksi simulasi penambatan molekul kandungan kimia tanaman ini berpotensi memberikan efek antikanker. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas antikanker tanaman genus Clerodendrum berdasarkan data ilmiah. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah studi literatur. Pencarian data ilmiah dilakukan secara online (pada database PubMed, Science Direct dan Google Scholar) dan penelusuran pada berbagai buku (Farmakope Herbal Indonesia dan PROSEA). Sebanyak 12 tanaman dari genus Clerodendrum memiliki aktivitas antikanker in vitro maupun in vivo, sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber senyawa aktif baru dengan aktivitas antikanker. Kata Kunci: Genus Clerodendrum; Aktivitas Antikanker; In Vitro; In Vivo
ABSTRACT
Plants of the genus Clerodendrum (Lamiaceae) is widespread in tropical and subtropical regions. Plants of this genus are used both empirically and scientifically as anti-inflammatory, antidiabetic, antimalarial, antiviral, antihypertensive, hypolipidemic, antioxidant, and antitumor. Results of the molecular docking simulation of chemical content of these plants could potentially provide an anticancer effect. This paper aims to review the anticancer activity of plant genus Clerodendrum based on scientific data. The method used in this study is the literature study. Searches were conducted online (in the database PubMed, Science Direct and Google Scholar) and on various books (Farmakope Herbal Indonesia and PROSEA). A total 12 plants of the genus Clerodendrum have anticancer activity in vitro and in vivo, thus potentially to be developed as a source of new active compounds with anticancer activity. Keywords: Genus Clerodendrum; Anticancer Activity; In Vitro; In Vivo
PENDAHULUAN Kanker adalah salah satu penyebab
kematian terbanyak pada manusia. Pada tahun 2015, kanker menempati urutan kedua (8,8 juta atau 22%) penyebab kematian akibat penyakit tidak menular terbanyak pada populasi global (WHO 2017). Tingginya kasus kanker baru dan angka kematian akibat kanker dapat disebabkan oleh faktor resiko perilaku dan pola makan. Faktor-faktor tersebut adalah indeks massa tubuh yang tinggi, kurangnya konsumsi sayur dan buah, kurangnya aktivitas fisik, merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan (Pusdatin 2015). Berbagai upaya dilakukan untuk mengobati kanker, termasuk didalamnya menggunakan Correspondence author: Donald Emilio Kalonio Email: [email protected]
tanaman obat. Produk alami telah terbukti bermanfaat dalam pengembangan obat antikanker terutama yang berasal dari tumbuhan tinggi (Pan et al. 2012)
Tumbuhan obat telah digunakan sejak zaman dahulu untuk pengobatan berbagai macam penyakit termasuk kanker. Keanekaragaman tumbuhan yang sangat besar merupakan sumber yang sangat potensial dari bahan alam/senyawa kimia yang memiliki aktivitas antitumor dan sitotoksik. Banyak penelitian melaporkan hubungan antara mengkonsumsi tanaman obat dan karsinogenitas. Kandungan berbagai senyawa fitokimia dalam tanaman obat telah terbukti mampu mengobati kanker pada tahap inisiasi, promosi dan progresi (Shanmugapriya et al. 2016; Gogoi et al. 2017). Tanaman yang memiliki potensi sebagai antikanker adalah tanaman genus Clerodendrum.
Donald Emilio Kalonio
Traditional Medicine Journal, 22(3), 2017 183
Tanaman dari genus Clerodendrum (Lamiaceae) tersebar luas di daerah tropis dan subtropis sebagai pohon-pohon kecil, semak atau herba (Shrivastava & Patel 2007) dan pertama kali dideskripsikan oleh Linnaeus pada tahun 1753 dengan mengidentifikasi C. infortunatum L. (Leeratiwong et al. 2011). Genus Clerodendrum terbagi atas tiga kelompok besar berdasarkan distribusi geografi yaitu klade Asia, klade Afrika dan klade Pantropical Coastal (Steane et al. 1997; Steane et al. 1999; Yuan et al. 2010). Di Indonesia terdapat 17 tanaman dari genus Clerodendrum yang tumbuh, yaitu C. calamitosum, C. colebrookianum, C. deflexum, C. disparifolium, C. haematolasium, C. indicum, C. infortunatum, C. intermedium, C. japonicum, C. laevifolium, C. minahassae, C. myrmecophila, C. nutans, C. paniculatum, C. umbratile, dan C. villosum (Leeratiwong et al. 2011) dan C. serratum (Depkes RI 2011)
Tanaman genus Clerodendrum digunakan dalam pengobatan tradisional oleh berbagai suku yang tersebar di Asia dan Afrika. Secara empiris tanaman genus Clerodendrum digunakan untuk pengobatan rematik, asma, inflamasi, batuk, infeksi serofulous, penyakit kulit, penurun demam, penyakit Beriberi, diabetes, hipertensi, jaundice, tifoid, sifilis, tumor, ascariasis, gonoroe, dispepsia, dan batu ginjal. Tanaman genus Clerodendrum memiliki efek sedatif, astringensia, diuretik, antibakteri, dan dapat digunakan sebagai antidotum keracunan ikan. Berdasarkan hasil penelitian secara in vitro maupun menggunakan hewan uji, tanaman genus Clerodendrum memiliki potensi sebagai antiinflamasi, antidiabetes, antimalaria, antivirus, antihipertensi, hipoli-pidemik, antioksidan (Shrivastava & Patel 2007).
Kandungan kimia dalam tanaman genus Clerodendrum terdiri atas golongan steroid, terpen, flavonoid, konstituen volatil, glikosida cianogenik, fenolik, karbohidrat, ribosome-inactivating protein, pheophorbide sitotoksik (Shrivastava & Patel 2007), saponin (van Valkenburg & Bunyapraphatsara 2002). Sebanyak 53 senyawa fitokima yang terkandung dalam tanaman genus Clerodendrum diuji secara simulasi penambatan molekul (molecular docking simulation) pada 18 target protein kanker yang potensial. Hasil simulasi menyimpulkan bahwa lima senyawa yaitu apigenin 7-glucoside, hispidulin, scutellarein-7-O-beta-D-glucuronate, acteoside dan verbascoside memiliki potensi berikatan dengan target protein kanker dan menimbulkan efek terapi. Interaksi ikatan maksimum dengan 17 target obat kanker ditunjukan oleh apigenin 7-glucoside dan hispidulin (Gogoi et al. 2017)
Tanaman genus Clerodendrum secara tradisional dimanfaatkan sebagai antitumor (Patel et al. 2014) dan untuk membuktikan secara ilmiah dilakukan penelitian baik in vitro maupun in vivo. Tulisan ini bertujuan mengkaji aktivitas antikanker tanaman genus Clerodendrum berdasarkan data ilmiah yang dikumpulkan.
METODOLOGI Metode yang digunakan adalah studi
literatur. Pencarian data ilmiah dilakukan secara online dan penelusuran pada berbagai buku. Pencarian secara online dilakukan pada database PubMed, Science Direct dan Google Scholar dengan menggunakan kata kunci “Clerodendrum”, “Clerodendrum + anticancer” “Clerodendrum + antitumor”, “Clerodendrum + anti proliferation” dan “Clerodendrum + cytotoxicity”. Tidak ada batasan bahasa dan waktu publikasi untuk artikel yang disitasi. Artikel ilmiah dari database online yang masuk dalam kriteria inklusi adalah original research dan menggunakan metode in vivo atau metode in vivo untuk uji aktivitas antikanker. Penelusuran pada buku dilakukan pada Farmakope Herbal Indonesia (literatur resmi) dan Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) Aktivitas Antikanker Tanaman Genus Clerodendrum
Sebanyak 12 tanaman genus Clerodendrum memiliki aktivitas antikanker, dan empat diantaranya yaitu C. calamitosum, C infortunatum, C. paniculatum dan C. serratum dibudidayakan atau tumbuh liar di Indonesia (Leeratiwong et al. 2011; Depkes RI 2011). Secara tradisional tanaman ini digunakan sebagai antitumor (Patel et al. 2014). Data ilmiah dalam tulisan ini membuktikan bahwa tanaman genus Clerodendrum memiliki efek sitotoksik sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber senyawa aktif baru dengan efek antikanker.
Kandungan kimia dalam tanaman genus Clerodendrum yang terdiri atas golongan steroid, terpen, flavonoid, konstituen volatil, glikosida cianogenik, fenolik, karbohidrat, ribosome-inactivating protein, pheophorbide sitotoksik (Shrivastava & Patel 2007), saponin (van Valkenburg & Bunyapraphatsara 2002) diduga berkontribusi pada efek antikankernya. Lima senyawa yang berhasil diidentifikasi dalam tanaman genus ini yaitu apigenin 7-glucoside, hispidulin, scutellarein-7-O-beta-D-glucuronate, acteoside dan verbascoside menunjukan interaksi dengan protein kanker melalui simulasi penambatan molekul dan berpotensi menimbulkan efek terapi (Gogoi et al. 2017). Senyawa yang telah diisolasi dan terbukti
Aktivitas Antikanker Tanaman Genus Clerodendrum
184 Traditional Medicine Journal, 22(3), 2017
Tabel I. Aktivitas antikanker tanaman dari genus Clerodendrum
No Nama Tanaman Bagian Tanaman Model Pengujian Referensi 1 C. calamitosum Daun dan batang In vitro dengan sel line kanker KB,
A549, HCT-8, CAKI-1, MCF-7, SK-MEL-2, 1A9
Cheng et al. 2001
2 C. cyrtophyllum Daun In vitro dengan sel line kanker KB, A549, HCT-8, CAKI-1, MCF-7, SK-MEL-2, 1A9
Cheng et al. 2001
3 C. capitatum Daun In vitro dengan sel line kanker DLD-1, MCF-7, M14
Bayor et al. 2007
4 C. infortunatum (C. viscosum)
Akar In vitro pada crown gall tumors, sel kanker serviks, sel DLA
Haque et al. 2000; Sun et al. 2013; Chacko et al. 2015
Daun In vivo pada mencit yang diinduksi sel EAC
Das et al. 2010; Sannigrahi et al. 2012
5 C. volubile Daun In vitro dengan sel line kanker MCF-7, MDA-MB-231
Erukainure et al. 2016
6 C. paniculatum Daun In vivo pada tikus Wistar yang diinduksi sel EAC dan DLA
John et al. 2008
7 C. inerme Daun In vivo pada hamster golden Syrian dan mencit Swiss yang diinduksi DMBA In vitro dengan sel line kanker A549, HeLa, HepG2
Manoharan et al. 2006; Renju et al. 2007; Kalavathi & Sagayagiri 2016b; Kalavathi & Sagayagiri 2016a
8 C. myricoides Kulit akar In vitro dengan sel line kanker HeLa, HT29, A431, HEp-2
Kamuhabwa et al. 2000; Njeru et al. 2016
9 C. phlomidis Daun dan Silver nanopartikel (AgNPs) ekstrak daun
In vitro dengan sel line kanker MCF-7, EAC, HT29 In vivo pada tikus Wistar yang diinduksi dengan DEN.
Lakshmi & Bai 2016a; Lakshmi & Bai 2016b; Sriranjani et al. 2016
10 C. serratum Daun dan Silver nanopartikel (AgNPs) ekstrak daun
In vitro dengan sel EAC In vivo pada mencit Swiss yang diinduksi sel DLA.
Nagdeva et al. 2012; Raman et al. 2015
11 C. bungei In vivo pada mencit Shi et al. 1993 12 C. trichotomum Akar In vitro dengan sel line kanker
A549, 293T WT, BGC-823, KE-97, KB, Huh-7, Jurkat, HeLa
Wang, Zhu, et al. 2013; Wang, Xiong, et al. 2013; Xu et al. 2013
memiliki aktivitas antikanker dari tanaman genus Clerodendrum adalah pheophorbide-related compounds (purpurin 7 dimethyl ester, pheo-phorbide a, methyl (10S)-hydroxypheophorbide a) (Cheng et al. 2001); asam lemak (asam oleat, asam oktadekanoat, asam n-heksadekanoat, dan 6-metil-2-heptanon) (Erukainure et al. 2016); asam oleanolik dan clerodinin A (Sannigrahi et al. 2012); abitane diterpenoid (trichotomone, trichotomone D, trichotomone F, uncinatone, mandarone E, teuvincenone E, dan trichotomone
H) (Wang, Xiong, et al. 2013; Wang, Zhu, et al. 2013) dan dua senyawa steroid (Xu et al. 2013).
Mekanisme antikanker beberapa tanaman genus Clerodendrum melalui aktivitas fotositoksisitas (Nakamura et al. 1996; Choi et al. 2014; Cheng et al. 2001), apoptosis, anti-proliferatif dan anti-migrasi (Sun et al. 2013; Chacko et al. 2015). Aktivitas apoptosis ditunjukan oleh peningkatan rasio bax/bcl-2 dan peningkatan ekspresi caspase 9 (Chacko et al. 2015). Sedangkan aktivitas antiproliferasi melalui
Donald Emilio Kalonio
Traditional Medicine Journal, 22(3), 2017 185
inaktivasi MMP-9 dan induksi cell cycle arrest (Erukainure et al. 2016). Aktivitas antikanker juga ditunjukan melalui aktivitas antioksidan, modifikasi lipid peroksidasi, menghambat metabolisme karsinogen dan meningkatkan proses detoksifikasinya (Manoharan et al. 2006; Renju et al. 2007; Lakshmi & Bai 2016a). Pada hewan yang diinduksi sel tumor atau senyawa kimia karsinogen, tanaman genus Clerodendrum dengan aktivitas antikanker mampu memper-panjang rentang hidup, mengurangi volume dan jumlah tumor.
Beberapa penelitian yang menunjukan aktivitas antikanker tanaman genus Clerodendrum dapat dilihat pada tabel I. Clerodendrum calamitosum
Cheng et al. (2001) mengisolasi tiga pheophorbide-related compounds yaitu purpurin 7 dimethyl ester, pheophorbide a dan (10S)-hydroxypheophorbide a dari daun dan batang tanaman C. calamitosum serta menguji aktivitas sitotoksiknya pada sel epidermoid carcinoma of the nasopharynx (KB), human lung carcinoma (A549), ileocecal carcinoma (HCT-8), kidney carcinoma (CAKI-1), breast adenocarcinoma (MCF-7), malignant melanoma (SK-MEL-2), dan ovarian carcinoma (1A9) menggunakan SRB assay. Senyawa purpurin 7 dimethyl ester dan pheophorbide a menunjukan aktivitas sitotoksik yang kuat. Nilai ED50 dari kedua senyawa tersebut berturut-turut sebesar 0,7 dan 0,46 μg/ml (sel KB); 1,8 dan 1,5 μg/ml (sel A549); 1,6 dan 1,5 μg/ml (sel HCT-8); 1,3 dan 0,88 μg/ml (CAKI-1); 0,64 dan 0,48 μg/ml (sel 1A9); 1,6 dan 1,6 μg/ml (sel MCF-7); 1,1 dan 0,91 (sel SK-MEL). Sedangkan senyawa (10S)-hydroxypheophorbide a memiliki aktivitas sitotoksik yang lebih rendah. Clerodendrum cyrtophyllum
C. cyrtophyllum menunjukan aktivitas antikanker terhadap berbagai sel kanker. Aktivitas ini dihasilkan oleh dua pheophorbide-related compounds yaitu methyl (10S)-hydroxy-pheophorbide a dan (10S)-hydroxypheophytin a yang diisolasi dari daun tanaman ini. Methyl (10S)-hydroxypheophorbide a menunjukan
aktivitas sitotoksik yang terkuat dibandingkan pheophorbide-related compounds lainnya yang terkandung dalam C. calamitosum dan C. cyrtophyllum, dengan ED50 sebesar 0,3 μg/ml (sel KB); 0,47 μg/ml (sel A549); 0,4 μg/ml (sel HCT-8); 1,9 μg/ml (sel CAKI-1); 0,27 μg/ml (sel 1A9); 0,45 μg/ml sel MCF-7); dan 0,84 μg/ml (sel SK-MEL-2), yang ditentukan dengan SRB assay. Sedangkan senyawa (10S)-hydroxypheophytin a dilaporkan tidak aktif (Cheng et al. 2001).
Efek sitotoksik Pheophorbide-related compounds yang diisolasi dari tanaman C. calamitosum dan C. cyrtophyllum melalui mekanisme fotositotoksisitas pada sel tumor (Nakamura et al. 1996; Choi et al. 2014). Clerodendrum capitatum
Daun tanaman C. capitatum dilaporkan memiliki aktifitas antikanker terhadap sel kanker kolon DLD-1, sel kanker payudara MCF-7 dan sel kanker melanoma M14. Dengan menggunakan metode MTT diperoleh nilai IC50 berturut-turut 86,5; 80 dan 128 μg/ml pada sel-sel kanker tersebut. Mekanisme aktivitas antikanker C. capitatum diduga sama dengan aktivitas antikanker yang ditunjukan oleh C. calamitosum dan C. cyrtophyllum (Bayor et al. 2007) Clerodendron infortunatum (C. viscosum)
Akar C. infortunatum memiliki kemampuan yang signifikan dalam menghambat 33,31% pertumbuhan crown gall tumors yang disebabkan oleh bakteri Agrobacterium tumefaciens dengan menggunakan metode potato disk bioassay (Haque et al. 2000). Fraksi air akar C. viscosum memiliki aktivitas antikanker serviks. Mekanisme antikanker melalui aktivitas pro-apoptosis, anti-proliferatif, dan anti-migrasi yang tergantung pada dosis (Sun et al. 2013) Ekstrak etanol akar C. infortunatum menunjukan aktifitas antiproliferasi pada sel Dalton’s Lymphoma Ascites (DLA) dengan menggunakan trypan blue dye exclusion assay. Aktivitas antiproliferasi akar C. infortunatum yaitu menginduksi mekanisme apoptosis yang ditunjukan oleh peningkatan rasio bax/bcl-2 bersamaan dengan peningkatan ekspresi caspase 9 (Chacko et al. 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Das et al. (2010) dan Sannigrahi et al. (2012) juga melaporkan bahwa ekstrak metanol daun C. infortunatum memiliki aktivitas antikanker in vivo pada sel Ehrlich Ascites Carcinoma (EAC). Pemberian ekstrak daun C. infortunatum dapat meningkatkan rentang hidup dan mengurangi volume tumor pada hewan uji tersebut. Aktivitas antikanker ekstrak daun C. infortunatum diduga oleh asam oleanolik dan clerodinin A yang terkandung di dalamnya (Sannigrahi et al. 2012). Clerodendrum volubile
Erukainure et al. (2016) mengisolasi asam lemak dari daun C. volubile dan dilaporkan memiliki aktivitas antikanker pada sel kanker payudara MCF-7, dengan sedikit atau tidak memiliki efek pada sel kanker payudara MDA-MB-231 dan sel normal CC1. Komponen asam lemak yang berhasil diisolasi terdiri atas asam oleat yang
Aktivitas Antikanker Tanaman Genus Clerodendrum
186 Traditional Medicine Journal, 22(3), 2017
merupakan kandungan terbesar, asam oktadekanoat, asam n-heksadekanoat, dan 6-metil-2-heptanon. Nilai IC50 dari isolat asam lemak sebesar 6,5 μg/ml yang ditentukan dengan metode MTT. Hasil analisis dengan fluorescence activated cells sorting (FACS), isolat asam lemak dapat menghambat proliferasi >90% sel MCF-7, yang bergantung pada peningkatan konsentrasi. Hasil analisis siklus sel dengan flow cytometry, penentuan ekspresi protein dengan western blotting, reduksi glutation (GSH), katalase, superoksida dismutase (SOD), dan lipid peroksidasi, Erukainure et al. (2016) menyimpulkan bahwa aktivitas antiproliferasi asam lemak isolat daun C. volubile melalui mekanisme 1) penghambatan ekspresi MMP-9 melalui inaktivasi MMP-9 yang mengaktivasi siklus sel, 2) modulasi homeostatis redoks yang menginaktivasi ekspresi MMP-9 dan fase G0/G1 dari siklus sel dan 3) inaktivasi fase G0/G1 yang menginduksi cell cycle arrest. Clerodendron paniculatum
Ekstrak etanol daun C. paniculatum dengan dosis 200 dan 400 mg dapat meningkatkan lama waktu hidup tikus Wistar dengan tumor cair yang diinduksi dengan sel Ehrlich Ascites Carcinoma (EAC) dan dapat mereduksi volume tumor yang diinduksi dengan sel Dalton’s Lymphoma Ascites (DLA), meskipun tidak signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (John et al. 2008). Clerodendrum inerme
Pemberian oral ekstrak air daun C. inerme (500 mg/kg) mampu mengurangi kejadian, volume, beban dan jumlah tumor dari karsinoma sel skuamosa oral (intra bukal) pada hamster golden Syrian yang diinduksi 7,12-dimethylbenz(a)anthracene (DMBA) (Manoharan et al. 2006). Ekstrak etanol daun C. inerme (300 mg/kg) secara signifikan mencegah kejadian tumor, menurunkan volume dan beban tumor kulit pada mencit Swiss yang diinduksi DMBA (Renju et al. 2007). Potensi antikanker ekstrak etanol daun C. inerme diuji pada Human Lung Adenocarcinoma Epithelial (A549) Cell Line (Kalavathi & Sagayagiri 2016a), Human Cervical Carcinoma (HeLa) Cell Line dan Liver Cancer (HepG2) Cell Line (Kalavathi & Sagayagiri 2016b), dengan menggunakan metode MTT. Nilai IC50 untuk ketiga sel kanker tersebut adalah 15,6 μg/ml. Efek kemopreventif C. inerme melalui mekanisme modulasi peroksidasi lipid dan aktivitas antioksidan (Manoharan et al. 2006; Renju et al. 2007).
Clerodendrum myricoides Ekstrak metanol kulit akar C. myricoides
memiliki aktivitas antikanker pada Human Cervical Carcinoma (HeLa), Human Colon Adenocarcinoma (HT29) dan Human Skin Carcinoma (A431) Cell Lines. Aktivitas antiproliferasi ditentukan menggunakan metode kuantifikasi protein selular dengan naphthol blue black. Ekstrak metanol kulit akar C. myricoides konsentrasi 100 μg/ml menunjukan hambatan proliferasi 50-75% pada sel HeLa, 75-100% pada sel HT29 dan 50-75% pada sel A431 (Kamuhabwa et al. 2000). Fraksi diklorometana, petroleum eter dan etil asetat akar C. myricoides memiliki aktivitas sitotoksik pada sel Human Laryngeal Carcinoma (HEp-2), dengan menggunakan metode MTT diperoleh IC50 fraksi tersebut berturut-turut 20,53; 14,05; dan 4,22 μg/ml (Njeru et al. 2016) Clerodendrum phlomidis
Ekstrak daun C. phlomidis dan sediaan silver nanoparticles (AgPNs)-nya menunjukan aktivitas antikanker pada sel Human Breast Cancer (MCF-7) (Lakshmi & Bai 2016b), sel Ehrlich Ascites Carcinoma (EAC), Human Colorectal Adenocarcinoma (HT29) (Sriranjani et al. 2016) dan pada tumor hati tikus Wistar yang diinduksi dengan 0,01% Diethylnitrosamine (DEN) (Lakshmi & Bai 2016a). Dengan menggunakan metode MTT, ekstrak dan AgPNs C. phlomidis konsentrasi 25 μg/ml dan 200 μg/ml mampu menghambat proliferasi sel MCF-7 berturut-turut 18% dan 51% (ekstrak), 36% dan 71% (AgPNs). Pada sel EAC dan HT29, AgPNs C. phlomidis mampu menghambat proliferasi berturut-turut sebesar 91,84% (IC50 36,72 μg/ml) dan 84,91% (IC50 32,64 μg/ml) lebih besar dari yang dihasilkan oleh ekstrak (IC50 115,9 μg/ml dan 179,1 μg/ml). Ekstrak dan AgPNs C. phlomidis (500 mg/kg dan 10 mg/kg) dapat mereduksi maker tumor alpha-fetoprotein, serum homocysteine, α2M, CEA, DNA dan RNA pada tumor hati tikus.
Mekanisme antikanker C. phlomidis melalui modifikasi aktivitas antioksidan enzimatik dan nonenzimatik, menghambat metabolisme karsinogen serta meningkatkan proses detoksifikasinya (Lakshmi & Bai 2016a). Efek sitotoksik C. phlomidis juga melalui pembentukan radikal bebas oleh bentuk sediaan silver nanoparticles-nya pada tumor sehingga menyebabkan degradasi seluler yang berujung pada kematian sel (Sriranjani et al. 2016) Clerodendron serratum
Ekstrak etanol dan ekstrak air daun C. serratum 300 mg/kg mampu mengurangi volume
Donald Emilio Kalonio
Traditional Medicine Journal, 22(3), 2017 187
tumor pada mencit Swiss yang diinduksi dengan sel Dalton’s Lymphoma Ascites (DLA). Ekstrak C. serratum juga dapat merubah parameter hematologi pada mencit tumor mendekati normal, perubahan maksimum ditunjukan oleh mencit yang diberi ekstrak air (Nagdeva et al. 2012). Ekstrak air dan silver nanoparticles (AgNPs) daun C. serratum memiliki aktivitas sitotoksik pada sel EAC. Ekstrak air (10-250 mg/ml) dan AgNPs (5-60 μg/ml) menunjukan aktivitas antiproliferasi yang meningkat dengan bertambahnya konsentrasi, menggunakan metode trypan blue dan MTT. AgPNs C. serratum menunjukan aktivitas sitotoksik yang signifikan dibandingkan ekstrak air. Aktivitas sitotoksik ini dihasilkan oleh pembentukan Reactive Oxygen Species yang merusak sel tumor sehingga menyebabkan kematian sel (Raman et al. 2015). Clerodendrum bungei
C. bungei dengan dosis 100 g/kg yang diberikan secara intraperitoneal atau subkutan mampu menghambat karsinoma hati dan sarkoma 180 pada mencit (Shi et al. 1993). Clerodendrum trichotomum
Abitane diterpenoid yang berasal dari akar C. trichotomum seperti Trichotomone, Trichotomone D, Trichotomone F, Uncinatone, Mandarone E, Teuvincenone E, dan Trichotomone H memiliki aktivitas sitotoksik pada sel kanker A549, sel 293T WT, sel BGC-823, sel KE-97, sel KB, sel Huh-7 dan sel Jurkat. Dengan menggunakan CellTiter GloTM luminescent cell viability assay, nilai IC50 tujuh senyawa abitane diterpenoid pada sel kanker tersebut antara 0,83 – 50,99 μM (Wang, Zhu, et al. 2013; Wang, Xiong, et al. 2013). Dua senyawa steroid yang diisolasi daun C. trichotomum menunjukan aktivitas sitotoksik pada sel HeLa dengan nilai IC50 35,67 dan 28,92 μg/ml menggunakan metode MTT (Xu et al. 2013)
KESIMPULAN Terdapat 12 tanaman genus Clerodendrum
yang memiliki aktivitas antikanker baik secara in vitro dengan sel line kanker maupun in vivo pada hewan model kanker. Tanaman tersebut adalah C. calamitosum, C. cyrtophyllum, C. capitatum, C. infortunatum, C. volubile, C. paniculatum, C. inerme, C. myricoides, C. phlomidis, C. serratum, C. bungei, dan C. trichotomum. Empat dari tanaman-tanaman tersebut yaitu C. calamitosum, C infortunatum, C. paniculatum dan C. serratum dibudidayakan atau tumbuh liar di Indonesia. Oleh karena itu tanaman genus Clerodendrum berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber senyawa aktif baru dengan aktivitas antikanker.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Prof. Dr. Anas Subarnas, M.Sc.,Apt untuk masukannya dalam penulisan review artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA Bayor, M.. et al., 2007. The Evaluation of Selected
Ghanaian Medicinal Plants for Cytotoxic Activites. Journal of Science and Technology, 27(3), pp.16–22.
Chacko, T. et al., 2015. Cytotoxic and Antitumor Activity of the Extract of Clerodendron infortunatum : A Mechanistic Study. American Journal of Phytomedicine and Clinical Therapeutics, 3(2), pp.145–158.
Cheng, H.H. et al., 2001. Cytotoxic Pheophorbide-Related Compounds from Clerodendrum calamitosum and C. cyrtophyllum. J. Nat. Prod., 64(7), pp.915–919.
Choi, B.H. et al., 2014. The Sensitivity of Cancer Cells to Pheophorbide a-Based Photodynamic Therapy is Enhanced by NRF2 Silencing. Plos One, 9(9), p.e107158.
Das, S. et al., 2010. Anticancer Activity of Clerodendron infortunatum Linn . Extract in Swiss Albino Mice. Asian J. Chem., 22(8), pp.6387–6392.
Depkes RI, 2011. Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia Edisi I., Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Erukainure, O.L. et al., 2016. Dietary Fatty Acids from Leaves of Clerodendrum Volubile Induce Cell Cycle Arrest , Downregulate Matrix Metalloproteinase-9 Expression, and Modulate Redox Status in Human Breast Cancer. Nutrition and Cancer, 68(4), pp.634–645.
Gogoi, B. et al., 2017. Network Pharmacology-Based Virtual Screening of Natural Products from Clerodendrum Species for Identification of Novel Anti-Cancer Therapeutics. Mol. BioSyst., 13, pp.406–416.
Haque, N. et al., 2000. Evaluation of Antitumor Activity of Some Medicinal Plants of Bangladesh by Potato Disk Bioassay. Fitoterapia, 71, pp.547–552.
John, J., Mathew, A.J. & Setty, M.M., 2008. Free Radical Scavenging and Anticancer Activity of Clerodendron paniculatum. Pharmacologyonline, 3, pp.730–743.
Kalavathi, R. & Sagayagiri, R., 2016a. Anticancer Activity of Ethanolic Leaf Extract of Clerodendrum inerme Against Lung Adenocarcinoma Epithelial Cell Line. European Journal of Molecular Biology and Biochemistry, 3(2), pp.69–72.
Kalavathi, R. & Sagayagiri, R., 2016b. Anticancer
Aktivitas Antikanker Tanaman Genus Clerodendrum
188 Traditional Medicine Journal, 22(3), 2017
and Cytotoxicity Activities of Clerodendrum inerme Against Human Cervical Carcinoma and Liver Cancer Cell Lines. American Journal of Biological and Pharmaceutical Research, 3(2), pp.46–49.
Kamuhabwa, A., Nshimo, C. & De Witte, P., 2000. Cytotoxicity of Some Medicinal Plant Extracts Used in Tanzanian Traditional Medicine. J. Ethnopharmacol., 70(2), pp.143–149.
Lakshmi, V. & Bai, G.V.S., 2016a. Anticancer Activity of Clerodendrum Phlomidis (L) Leaves and Its Nanoparticles. World Journal of Science and Research, 1(1), pp.12–25.
Lakshmi, V. & Bai, G.V.S., 2016b. In Vitro Anticancer Activity of Clerodendrum phlomidis Leaves and Its Silver Nanoparticles on Human Breast Cancer Cell Line (MCF-7). Asian Journal of Innovative Research, 1(2), pp.1–5.
Leeratiwong, C., Chantaranothai, P. & Paton, A.J., 2011. A Synopsis of the Genus Clerodendrum L. (Lamiaceae) in Thailand. Tropical Natural History, 11(2), pp.177–211.
Manoharan, S. et al., 2006. Evaluation of Anticarcinogenic Effects of Clerodendron inerme on 7,12-Dimethylbenz(a) Anthracene-Induced Hamster Buccal Pouch Carcinogenesis. Singapore Med J, 47(12), pp.1038–1043.
Nagdeva, Katiyar, P.K. & Singh, R., 2012. Anticancer Activity of Leaves of Clerodendron Serratum Spreng. Am. J. PharmTech Res, 2(4), pp.452–461.
Nakamura, Y. et al., 1996. Inhibitory Effect of Pheophorbide α, A Chlorophyll-Related Compound, on Skin Tumor Promotion in ICR Mouse. Cancer Letters, 108(2), pp.247–255.
Njeru, S. et al., 2016. Antimicrobial and Cytotoxicity Properties of The Organic Solvent Fractions of Clerodendrum myricoides (Hochst.) R. Br. ex Vatke : Kenyan Traditional Medicinal Plant. J Intercult Ethnopharmacol, 5(3), pp.226–232.
Pan, L., Chai, H.-B. & Kinghorn, A.D., 2012. Discovery of New Anticancer Agents from Higher Plants. Frontiers in Boscience (Scholar edition), 4, pp.142–156.
Patel, J.J., Acharya, S.R. & Acharya, N.S., 2014. Clerodendrum serratum (L.) Moon. - A Review on Traditional Uses, Phytochemistry and Pharmacological Activities. J. Ethnopharmacol., 154(2), pp.268–285.
Pusdatin, 2015. Situasi Penyakit Kanker. Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan, Semester 1, pp.1–11.
Raman, R.P. et al., 2015. Biogenic Silver
Nanoparticles Synthesis Using The Extract of The Medicinal Plant Clerodendron serratum and Its In-Vitro Antiproliferative Activity. Materials Letters. Available at: http://dx.doi.org/10.1016/j.matlet.2015.08.009.
Renju, G.L. et al., 2007. Chemopreventive and Antilipidperoxidative Potential of Clerodendron inerme (L) Gaertn in 7,12-Dimethylbenz(a)anthracene Induced Skin Carcinogenesis in Swiss Albino Mice. Pak J Biol Sci, 10(9), pp.1465–1470.
Sannigrahi, S. et al., 2012. Terpenoids of Methanol Extract of Clerodendrum infortunatum Exhibit Anticancer Activity Against Ehrlich’s Ascites Carcinoma ( EAC ) in Mice. Pharm. Biol., 50(3), pp.304–309.
Shanmugapriya et al., 2016. Effects of Calophyllum inophyllum Fruit Extract on The Proliferation and Morphological Characteristics of Human Breast Cancer Cells MCF-7. Asian Pac J Trop Dis, 6(4), pp.291–297.
Shi, X.F. et al., 1993. Studies on The Antitumor Effect of Clerodendrum bungei Steud or C. foetidum Bge. China Journal of Chinese Materia Medica, 18(11), pp.687–690.
Shrivastava, N. & Patel, T., 2007. Clerodendrum and Heathcare: An Overview. Medicinal and Aromatic Plant Science and Biotechnology, 1(1), pp.142–150.
Sriranjani, R. et al., 2016. Silver Nanoparticle Synthesis Using Clerodendrum phlomidis Leaf Extract and Preliminary Investigation of Its Antioxidant and Anticancer Activities. J. Mol. Liq., 220, pp.926–930.
Steane, D.A. et al., 1999. Molecular Systematics of Clerodendrum (Lamiaceae) : Its Sequences and Total Evidence. , 86(1), pp.98–107.
Steane, D.A. et al., 1997. Phylogenetic Relationships of Clerodendrum s.l. (Lamiaceae) Inferred from Chloroplast DNA. Systematic Botany, 22(2), pp.229–243.
Sun, C. et al., 2013. First Ayurvedic Approach Towards Green Drugs : Anti Cervical Cancer-Cell Properties of Clerodendrum viscosum Root Extract. Anticancer Agents Med Chem, 13(10), pp.1469–1476.
van Valkenburg, J.L.C.H. & Bunyapraphatsara, N., 2002. Clerodendrum L. In J. L. C. H. van Valkenburg & N. Bunyapraphatsara, eds. Plant Resourches of South-East Asia No.12(2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor, Indonesia: Prosea Foundation, pp. 171–175.
Wang, W.X., Xiong, J., et al., 2013. Rearranged Abietane Diterpenoids from The Roots of Clerodendrum trichotomum and Their
Donald Emilio Kalonio
Traditional Medicine Journal, 22(3), 2017 189
Cytotoxicities Against Human tumor cells. Phytochemistry, 89, pp.89–95.
Wang, W.X., Zhu, J.J., et al., 2013. Trichotomone, A New Cytotoxic Dimeric Abietane-Derived Diterpene from Clerodendrum trichotomum. Tetrahedron Lett., 54, pp.2549–2552.
WHO, 2017. NCD Mortality and Morbidity. Global Health Observatory (GHO). Available at: http://www.who.int/gho/ncd/mortality_mo
rbidity/en/ [Accessed September 5, 2017]. Xu, R.L. et al., 2013. New Cytotoxic Steroids from
The Leaves of Clerodendrum trichotomum. Steroids, 78, pp.711–716.
Yuan, Y.W. et al., 2010. Further Disintegration and Redefinition of Clerodendrum (Lamiaceae) : Implications for The Understanding of The Evolution of An Intriguing Breeding Strategy. Taxon, 59(1), pp.125–133.