7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
1/19
Panduan Kajian dan
Propaganda
HEALTH POLICY STUDIES
#JagoanHPSWilsa
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
2/19
1 | P a g e
Sekapur Sirih
Berikan aku seratus orang tua niscaya akan ku cabut semeru dari akarnya, berikan aku
sepuluh pemuda maka akan ku goncangkan dunia -I r Soekarno
Pemuda itu identik dengan Emosional, Mengebu-gebu, mencoba sesuatu yang baru
dan kritis maka daripada itu pemuda khususnya mahasiswa perlu wadah yag dapat
memfasilitasinya, maka daripada itu kastrat dapat menjadi RUMAH bagi mahasiswa yang
mau berjuang demi Kesejahteraan rakyat Indonesia, Demi Kemajuan Indonesia.
Kastrat sebuah gabungan kata yang terdiri atas Kajian dan Strategis, dua kata yang
mengandung dua arti sebagai sebuah Gerakan Perubahan dan mahasiswa sebagai motorpergerakan tersebut.
Kastrat gabungan kata yang penuh dengan makna perjuangan, kita ibarat sebuah
negara dengan serangkaian fungsi dan tugas yang telah di tetapkan, di perlukan adanya
masukan agar fungsi dan tugas itu dapat berjalan dengan baik dan memehuni target, bila
tidak di kritis maka banyak fungsi dan tugas yang tidak tepat sasaran.
Kastrat identik dengan Kajian, advokasi dan audiensi, maka daripada itu untuk
membantuk tugas dari Kastrat Institusi kami mencoba mempermudahnya dengan membuat
sebuah panduan checklist agar Institusi ikut serta dalam mengkaji dan ikut serta berperanaktif dalam kesejateraan rakyat Indonesia.
Terus lah menjadi Agent of change bukan karena apa yang negara berikan padamu
tapi apa yang kau berikan buat negara mu, karena tanpa mu negara ini tidak bisa menjadi
lebih baik lagi, terus lah berkontribusi buat negara mu, buat kesejahteraan rakyat, buat
kesehatan rakyat.
Do it for your people, do it for your pride, never gonna know if you never even try.
Do it for your country, do it for your name, cause theres gonna be a day
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
3/19
2 | P a g e
Health Policy Studies Wi layah 1
Karena perjuangan itu tidak bisa sendiri, karena sendiri itu hanya buat Tuhan Yang
Maha Esa, kita perlu bersatu dengan segala perbedaan dengan segala keterbatasan demi suatu
kata JAYALAH INDONESIA. Kita satukan langkah, satukan pikiran, satukan hati, satukan
tekad dalam satu perjuangan.
Karena terik matahari tidak se hangat yang kau rasa, karena deras hujan tidak se
dingin yang kau rasa bila harum kejayaan negeri lebih mempesona dan membanggakan,rakyat sehat, pintar dan sejahteran itu cita-cita bangsa.
Semoga dengan panduan kajian dan propaganda kastrat wilayah 1, dapat memberikan
kemudahan kastrat institusi dalam kajian dan propaganda, serta meningkatkan minat institusi
dalam kajian dan propaganda.
Salam hangat dari kami #JagoanHPSWilsa Fahrurido Kusbari, Frans Raffael,Andi
Riza Mirda, Aditya Nur Firmansyah, Fadhilla Maulany El Fajri, Joseline, Kartika Luthfiana,
Muhammad Dimas Pangestu, Pendowo Suraden Putro, Suhaila.
#JagoanHPSWilsa
#SumateraSatu
#SabangMarauke
Sumatera, 09 April 2015
HPS Wilayah 1
Periode 2015-2016
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
4/19
3 | P a g e
CHECK LIST KAJIAN
HPS WILAYAH 1 2015-2016
PENUNTUN PEMBUATAN KAJIAN
NO TAHAPAN CHECK
PENGUMPULAN ISU
1. Dimulai dengan proses Branstroming
2.Pengumpulan isu secara menyeluruh tanpa analisa terlebih dahulu
(untuk menyingkirkan adanya isu yang luput dari perhatian )
3. Mencari sumber isu yang valid
KLASIFIKASI ISU
4. Ruang Lingkup : Internal, regional, nasional, global
5. Tema : Kesehatan, Kebijakan publik terkait kesehatan
6. Stakeholder : Presiden, Kemenkes, Dinkes, IDI, Dekanat, Rektorat
FILTERISASI ISU
7. Relevansi isu : Isu yang kita angkat harus relevan
8. Strategis : Kestrategisannya
9. Dampak dan manfaatnya
10. Urgensi terhadap isu tersebut
11.Kerangka waktu : Insidental dan mendesak, Kebijakan jangka
panjang
HIPOTESIS
12. Buatlah sedikit kesimpulan tentang isu yang akan dikaji
PENGUMPULAN DATA
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
5/19
4 | P a g e
13. Carilah data dari isu yang telah dipilih berdasarkan refrensi yang
valid dan dapat dipertanggung jawabkan ( media cetak, elektronik,wawancara langsung dengan pakar, dan audiensi dengan pemangku
kebijakan )
PROSES MENGKAJI
14. Judul : Harus Informatif, Menarik, dan Mudah Dimengerti
15. Latar Belakang : ( berisi )
Penyebab terjadinya isu Dampaknya
Siapa yang dirugikan
Fakta yang ada di lapangan
16. Identifikasi Masalah
17. Pembahasan : ( meliputi )
Analisa Penyebab
Analisa Efek
Analisa Pihak-Pihak yang Terlibat
18. Rekomendasikan solusi
19. Penutup : ( berisi )
Kesimpulan
Pernyataan sikap
FOLLOW UP
20. Kertas kajian tidak akan bermakna bila tidak diperjuangkan kepada
pemangku kebijakan. Setelah melakukan audiensi dan pernyataan,
sikap kastrat harus senantiasa melakukan follow up kepada pihak-pihak yang berkaitan dalam isu yang diangkat
21. Dapat juga membentuk sebuah tim yang siap untuk selalu
memfollow up kepada Stakeholder
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
6/19
5 | P a g e
CHECK LIST PROPAGANDA
HPS WILAYAH I 2015-2016
No. Komponen Goal
1. PRA PROPAGANDA
Melakukan analisis dan melakukan pemetaan
strategi propaganda
- Merangkum isi kajian dalam bentuk poin
- Melakukan analisis
WHAT Propaganda apa dan seperti apa
yang dibutuhkan?
WHY Mengapa harus melakukan
propaganda?
WHEN Kapan kita harus melakukan
propaganda?
WHERE Dimana kita melakukan
propaganda?
WHO Siapa yang melakukan propaganda?
Siapa yang bertanggung jawab? Siapa yang
menjadi pihak oposisi?
Propaganda yang dibenarkan
adalah white propagandayang
mengutamakan kebenaran
sebagai informasi.
Mengidentifikasi tujuan dan
latar belakangpropaganda.
Melihat golden perioduntuk
sebuah isu. Untuk
memudahkan bisa dibagidalam kerangka kerja dengan
time table*
Melihat di mana perlu
dipublikasikan isu tersebut
untuk membentuk opini
publik.
Ini menjabarkan aktor dari
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
7/19
6 | P a g e
HOW Bagaimana cara melakukan
propaganda? (metode)
propaganda, siapa yang
melakukan pergerakan dan
mempertanggungjawabkannya.
Jika cakupan target luas,
metode seperti media sosial
bisa menjadi pilihan. Jika
sempit, propaganda melalui
media massadapat dilakukan.
2. MEKANISME PROPAGANDA
Mengemas isu dalam bentuk propaganda
- Deliberation:menuliskan pertimbangan atau
urgensi isu untuk dipropagandakan dengan
kehati-hatian dan daya pandang yang
efektif.
Contoh:
RUU bukan dagelan! Efektif karena
cukup mengungkapkan kondisi bahwa
pembuatan RUU sekarang dinilai dibuat
tanpa pertimbangan serius dan diumpakan
dengan dagelan (read: permainan).
-
Sistematis:isu yang akan dipropagandakantersusun dalam sistem yang terorganisir dan
reguler.
Contoh:
Untuk isu yang bahasannya banyak, atau
perlu penekanan, maka propaganda dapat
dilakukan dengan cara dibagi menjadi
beberapa term seperti: seminggu sekali,
setiap Jumat malam dilakukan boom
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
8/19
7 | P a g e
pukul19.00, dan cara lainnya.*
-
Attempt (usaha dalam melakukannya):
adanya komitmen dalam menjalankan apa
yang sudah direncanakan sesuai kesepakatan
dan memanfaatkan communication skill
dengan sebaik-baiknya
3. POST PROPAGANDA
Melakukan evaluasi dari propaganda denganindikator:
- Pembentukan opini publik
- Mendapatkan respon
Pembentukan opini publik
ditujukan untuk memberikan
pengaruh. Pembentukan opini
publik merupakan indikator
bahwa media kita telah
benar, bahasa kita telah
menarik dan berhasil
memberikan pengaruh.
Respon merupakan
indikator bahwa pesan yang
kita propagandakan telah
mampu dicerna dengan baik.
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
9/19
8 | P a g e
Dan isu yang berkembang
masih mampu diolah lagi. Di
sini, kita bisa dapat saran dan
kritik. Semuanya perlu dicatat
untuk bahan evaluasi.
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
10/19
9 | P a g e
CONTOH KAJIAN
HPS WILAYAH 1 2015-2016
FCTC: MASIHKAH INDONESIA PEDULI?
Kajian dari HPS ISMKI Wilayah Satu
Andi Riza Mirda I, Fadhilla Maulany El Fajri, Pendowo Suraden Putro
LATAR BELAKANG
Indonesia adalah salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia. Secara
nasional, konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2002 berjumlah 182 milyar batang
yang merupakan urutan ke-5 diantara 10 negara di dunia dengan konsumsi tertinggi
pada tahun yang sama (Depkes RI, 2004). Konsumsi rokok di Indonesia meningkat 7
kali lipat selama periode 1970-2000 dari 33 milyar batang pada tahun 1970 menjadi
217 milyar batang pada tahun 2000. Antara tahun 1970 dan 1980 konsumsi meningkat
sebesar 159%, yaitu dari 33 milyar batang menjadi 84 milyar batang. Antara tahun
1990 dan 2000 peningkatan lebih jauh sebesar 54% terjadi dalam konsumsi tembakau
walaupun terjadi krisis ekonomi. Prevalensi merokok di kalangan dewasa meningkat
menjadi 31,5% pada tahun 2001 dari 26,9% pada tahun 1995 (Depkes RI, 2003).
Kebiasaan merokok ini tidak hanya menjadi masalah di Indonesia saja. Seluruh negara
di dunia saat ini juga tengah gencar-gencarnya memerangi bahaya yang ditimbulkanrokok ini. Hingga akhirnya negara-negara anggota WHO mulai banyak melakukan
pertemuan dan diskusi untuk mencari solusi pemecahan masalah yang sekiranya dapat
mengurangi efek yang ditimbulkan rokok ini.Adapun salah satu hasil yang didapatkan
atas diskusi tersebut ialah di keluarkannya FCTC sebagai instrument hukum bagi
Negara-negara yang meratifikasinya.
Judul Ka ian
Latar Belakang
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
11/19
10 | P a g e
Apa itu FCTC? Dan bagaimana dampaknya terhadap ancaman bahaya rokok? Bagi
sebagian orang yang mengikuti perkembangan pertembakauan mungkin tidak asing lagi
dengan akronim tersebut.
Sejatinya FCTC (Framework Conventi on of Tobacco Control)adalah sebuah perjanjian
internasional yang dikeluarkan oleh WHO, yang meregulasi masalah pertembakauan,
hasil negosiasi 192 negara anggota WHO.
FCTC ini memulai opened signaturenya pada 16 Juni hingga 23 Juni 2003 di Geneva,
dan mulai berlaku sejak 27 Februari 2005. Sebagai internationally legally binding
instrument, FCTC ini bersifat mengikat bagi Negara yang menerapkannya. FCTC
mengatur masalah pertembakauan dalam 11 parts dan 38 articles, yang menekankan atas
demand reduction strategies(pasal 6-14) dansupply reduction(Pasal 15-17).
PEMBAHASANFramework Convention Tobacco Control adalah kerangka perjanjian tentang
pengendalian tembakau yang dibuat dan dikeluarkan oleh WHO dan diikuti oleh 192
negara anggota WHO. Perjanjian ini berlaku sejak tauhun 2005 dan bersifat mengikat bagi
Negara yang menerapkannya. Perjanjian ini berisi tentang :
Ketentuaan penguranan permintaan tembakau yang intinya terdapat pada pasal (6-
14): Harga dan pajak langkah-langkah untuk mengurangi permintaan tembakau,
dan
Tindakan-tindakan non-harga untuk mengurangi permintaan tembakau, yaitu:
Perlindungan dari paparan asap tembakau;
Peraturan isi produk tembakau;
Peraturan pengungkapan produk tembakau;
Kemasan dan pelabelan produk tembakau;
Identifikasi Masalah
Pembahasan
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
12/19
11 | P a g e
Pendidikan, komunikasi, pelatihan dan kesadaran masyarakat;
Iklan rokok, promosi dan sponsor; dan,
Permintaan langkah-langkah pengurangan mengenai ketergantungan tembakau
dan penghentian.
Ketentuan pengurangan pasokan inti di WHO FCTC yang terkandung dalam artikel
15-17:
Perdagangan ilegal produk tembakau;
Penjualan ke dan oleh anak di bawah umur; dan,
Penyediaan dukungan untuk kegiatan alternatif ekonomis.
Urgensi dari FCTC itu sendiri dipaparkan dalamframework tersebut dengan isi:
The objective of this Convention and its protocols is to protect present and future
generations from the devastating health, social, environmental and economic
consequences of tobacco consumption and exposure to tobacco smoke by providing a
framework for tobacco control measures to be implemented by the Parties at the national,
regional and international levels in order to reduce continually and substantially the
prevalence of tobacco use and exposure to tobacco smoke (Article 3 FTCF).
Dengan berbagai aturan yang ditetapkan dalam FCTC, sudah seharusnya FCTC menjadi
salah satu jalan keluar bagi Indonesia untuk mengatasi kompleksnya permasalahan rokok
dan tembakau di negara ini.Namun, hingga saat ini pemerintah Indonesia belum
meratifikasi FCTC di Indonesia. Bahkan yang lebih disayangkan lagi adalah Indonesia
telah kehilangan kesempatan untuk meratifikasi FCTC.
Mengapa? Sebab batas tahap penandatanganan ratifikasi FCTC telah ditutup. Ratifikasi
adalah proses penerimaan dan pengesahan terhadap suatu perjanjian internasional yang
dilakukan oleh negara perunding. Indonesia sebenarnya merupakan salah satu negara
perunding dan penggagas FCTC, namun hingga batas penandatanganan pemerintahIndonesia menolak menandatanginya.
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
13/19
12 | P a g e
Di tinj au dari sisi perekonomian, pemerintah mengganggap FCTC akan mematikan
petani tembakau lokal. Dengan dalih memikirkan nasib petani tembakau, pemerintah
menolak untuk mengaksesi FCTC ini di Indonesia. Lalu malah membuat RUU
Pertembakauan yang jika dilihat lebih dalam, RUU ini lebih banyak menyinggung
kepentingan industri rokok daripada aturan etika merokok dan perlindungan masyarakat
terhadap dampak yang ditimbulkannya.
Hal ini tentu saja menjadi tanda tanya tersendiri. Jika memang petani tembakaulah yang
menjadi alasannya untuk menolak, bukankah ini menjadi hal yang sangat aneh.FCTC
sejatinya menguntungkan petani tembakau di Indonesia.Mengapa?
Karena FCTC meregulasi penjualan hasil tembakau suatu negara, dimana penjualan hasil
tembakau petani lokal suatu negara lebih diprioritaskan.Faktanya saat ini jumlah impor
tembakau di Indonesia melebihi jumlah ekspor tembakau yang sangat merugikan petani
tembakau Indonesia.Lalu mengapa pemerintah menjadikan ini sebagai alasan?Kepentingan apa yang coba dilindungi dari penolakan ini?
Selain itu, Pasal 9 dan 10 dalam FCTC mengenaiRegulation of the contents of tobacco
products & Regulation of tobacco product disclosuresjuga sering kali disangkut-pautkan
atas penolakan yang dilakukan selama ini. Banyak orang yang menilai bahwa melalui
pasal tersebut, ada skenario yang dimainkan oleh negara lain untuk mematikan industri
rokok kretek/tradisional Indonesia, karena kandungan beberapa zat dalam rokok tersebut
melebihi standar yang telah ditetapkan, sehingga tidak dapat bersaing dengan rokok putih
yang kandungannya dapat diatur sesuai dengan standar.
Di tin jau dari segi kesehatanpun, selama ini Indonesia belum memiliki peraturan yang
benar-benar membahas masalah dampak kesehatan yang ditimbulkan dari produk
tembakau ini. Aplikasi dari peraturan yang telah ada tidak pernah tampak.
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
14/19
13 | P a g e
Banyak manfaat yang dapat diperoleh oleh Indonesia apabila meratifikasi FCTC.
Diantaranya yaitu Indonesia dapat menjadi bagian dari COP (Conference of parties)
yaitu suatu forum internasional dari negara-negara anggota yang meratifikasi FCTC
yang bertujuan sebagai media penghubung negara-negara anggota agar dapat saling
bahu-membahu menciptakan kondisi masyarakat dunia yang lebih sehat, yang
berkaitan dengan penerapan FCTC di negara masing-masing termasuk evaluasinya.
Salah satu programnya yaitu pemberian bantuan hukum bagi negara yang baru
mengaksesi FCTC seperti bantuan penyusunan UU dan bantuan financial untuk negara
dengan ekonomi yang buruk karena usaha pengendalian tembakau.Selain itu COP juga
melakukan riset mengenai inovasi terhadap produk tembakau.
SARAN
Dengan dibuatnya FCTC ini adalah momentum untuk negeri ini untuk menyelamatkan
generasi muda dari dampak buruk dari rokok. Walaupun kita sudah kehilangan
momentum untuk ikut bergabung dengan forum negara-negara yang meratifikasi FCTC
ini, namun kita masih memiliki kesempatan untuk dapat bergabung menjadi bagian dari
negara-negara yang peduli dengan dampak buruk rokok. Indonesia masih dapat
mengaksesi FCTC yang sama dampak hukum dan implementasinya dengan ratifikasi.
Dengan adanya FCTC sebagai payung hukum internasional, diharapkan nantinya akan
terciptanya regulasi yang lebih mengikat lagi di Indonesia, yang akan terwujud dalam
UU ataupun PP. Hal yang dapat kita lakukan :
1. Memberi edukasi pada masyarakat, terutama anak sekolah, guru dan
pemuka masyarakat.
2. Mendorong pemerintah untuk membuat kerangka kerja dan regulasi yang
lebih ketat yang mencakup :
Pembatasan pemasaran dan batas usia minimal pembelian produk
tembakau
Penyeleksian pesan peringatan kesehatan
Rekomendasi
Solusi
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
15/19
14 | P a g e
Pembatasan penggunaan rokok di ruang tertutup dan
tempat umum
3.
Pihak-pihak yang peduli terhadap problematika Tobacco control di
Indonesia segera melakukan diskusi mendalam mengenai plan of action
untuk mendorong pemerintah mengaksesi FCTC dengan langkah
pencerdasan masyarakat.
Dan izinkan kami mengutip pesan yang pernah dituliskan Dante Alighieri dalam
karyanya The Divine Comedy :
Tempat tergelap di neraka dicadangkan bagi mereka yang tetap
bersikap netral di saat krisis moral
Semoga para pemangku kebijakan dapat melihat urgensidari aksesi FCTC ini dan tidak
hanya duduk diam dalam menyikapinya, dengan lebih mempertimbangkan kepentingan
rakyat, bukan hanya dari kacamata industri rokok saja. Kita membutuhkan aksi. Kita
membutuhkan kerja nyata untuk mengatasi permasalahan ini. Bukan menunggu
Indonesia penuh dengan perokok ataupun menjadi target utama penjualan rokok dunia.
Dengan mengaksesi FCTC, Indonesia telah membentengi diri terhadap segala ancaman
yang dapat ditimbulkan.
DAFTAR PUSTAKA
www.who.int/fctc/implementation/database
www.fctc.org
www.bnn.go.id/portal
www.depkes.go.id
PP No. 109 Tahun 2012
Penutup
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
16/19
15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Jowett GS, ODonnell V. Propaganda and Persuasion. Newbury Park, CA: Sage; 1989
HPS Nasional ISMKI Periode 2010-2011. Buku Putih Kastrat ISMKI. 2010.
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
17/19
16 | P a g e
LAMPIRAN
Gambar 1. Anggota HPS Wilsa
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
18/19
17 | P a g e
Bulan Kajian Indikator Keberhasilan
Maret RUU Pertembakauan + FCTC 1. 70% Intitusi di
wilayah satu ikut
dalam HTTS yang
akan di adakan
pada tgl 31 Mei
2. 70% Intitusi
mengkaji dan
melakukan audensi
terhadap Isu RUUPertembakauan +
FCTC3.
70% Intitusi
menentukan sikapterhadap RUU
Pertembakauan dan
FCTC
April RUU Pertembakauan + FCTC
Mei RUU Pertembakauan + FCTC
Juni KIA 1. 70% Intitusimengetahui,
mengkaji,menentukan sikap
terhadap isutersebut, dan
melakukan aksi
terhadap Isu
tersebut.
2. 70% Intitusi
Melakukan Aksi
(pasif/aktif)
mengenai Isu
tersebut
Juli Kenakalan Remaja
(Free Sex, Alkohol Holic, Merokok)
Agustus JKN dan APBN Kesehatan
September JKN dan APBN Kesehatan 1. 70% Intitusi
mengetahui,
mengkaji,
menentukan sikap
terhadap isu
tersebut, dan
melakukan aksi
terhadap Isu
tersebut.
7/24/2019 Panduan Kajian Dan Propaganda (Revisi)
19/19
18 | P a g e
Oktober JKN dan APBN Kesehatan 1.
70% Intitusi
mengetahui,mengkaji,
menentukan sikap
terhadap isu
tersebut, dan
melakukan aksi
terhadap Isu
tersebut.
November AEC 1. 70% Intitusi
mengetahui, mengkaji,
menentukan sikapterhadap isu tersebut, dan
melakukan aksi terhadap
Isu tersebut.
Desember AEC
Tabel 1. Timeline Kajian Wilayah 1