Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Infeksi pada telinga bagian luar atau yang sering disebut sebagai otitis eksterna (OE) memiliki beberapa penyebab seperti bakteri dan jamur. Dua penyebab ini terkadang sulit dibedakan karena memiliki keluhan yang hampir sama dan tidak spesifik. Hal ini menyebabkan pengobatan dari infeksi itu sendiri sering tidak tepat sasaran . Kesalahan pengobatan dari otitis eksterna (OE) oleh bakteri akan merugikan penderita karena dapat menyebabkan bertambah banyaknya jamur penyebab infeksi. 1 Otomikosis sebagian besar disebabkan oleh organisme komensal normal dari kulit liang telinga yang tidak bersifat patogen pada kondisi normal. Namun beberapa keadaan dapat menggeser keseimbangan antara bakteri dan jamur di liang telinga. Beberapa faktor predisposisi yang dapat mencetuskan terjadinya otomikosis, antara lain kebiasaan penggunaan alat pembersih telinga, dermatitis, hygiene yang baruk, individu dengan immunocompromised, penyakit telinga sebelumnya, penggunaan berkepanjangan dari obat antibiotik tetes telinga, antibiotik spektrum luas, steroid, dan terpapar dengan kemoterapi. 2 1
24

Otomikosis Fix

Jan 17, 2016

Download

Documents

unggah mulu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Otomikosis Fix

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi pada telinga bagian luar atau yang sering disebut sebagai otitis

eksterna (OE) memiliki beberapa penyebab seperti bakteri dan jamur. Dua

penyebab ini terkadang sulit dibedakan karena memiliki keluhan yang hampir

sama dan tidak spesifik. Hal ini menyebabkan pengobatan dari infeksi itu sendiri

sering tidak tepat sasaran. Kesalahan pengobatan dari otitis eksterna (OE) oleh

bakteri akan merugikan penderita karena dapat menyebabkan bertambah

banyaknya jamur penyebab infeksi.1

Otomikosis sebagian besar disebabkan oleh organisme komensal normal

dari kulit liang telinga yang tidak bersifat patogen pada kondisi normal. Namun

beberapa keadaan dapat menggeser keseimbangan antara bakteri dan jamur di

liang telinga. Beberapa faktor predisposisi yang dapat mencetuskan terjadinya

otomikosis, antara lain kebiasaan penggunaan alat pembersih telinga, dermatitis,

hygiene yang baruk, individu dengan immunocompromised, penyakit telinga

sebelumnya, penggunaan berkepanjangan dari obat antibiotik tetes telinga,

antibiotik spektrum luas, steroid, dan terpapar dengan kemoterapi.2

Penegakan diagnosis otomikosis dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan tambahan berupa otoskopi, mikrobiologi, tes KOH, dan kultur.

Penatalaksanaan otomikosis tersedia dalam preparat dengan tingkat efektifitas

yang cukup tinggi mencapai 50-100%.3 Namun, penyakit ini sering menjadi

tantangan bagi para klinisi karena angka rekurensi yang tinggi, menyebabkan

penyakit ini sulit diatasi.2

1

Page 2: Otomikosis Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Telinga

2.1.1. Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran

timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga

berbentuk huruf S, dan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan

dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang, dengan panjang 2,5–3

cm.3

  Gambar 1. Anatomi telinga

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar

serumen (modifikasi kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat

terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya

sedikit dijumpai kelenjar serumen. Serumen memiliki sifat antimikotik dan

bakteriostatik dan juga repellant terhadap serangga.3

2

Page 3: Otomikosis Fix

Serumen terdiri dari lemak (46-73%), protein, asam amino, ion-ion

mineral, dan juga mengandung lisozim, immunoglobulin, dan asam lemak tak

jenuh rantai ganda. Asam lemak ini menyebabkan kulit yang tak mudah rapuh

sehingga menginhibisi pertumbuhan bakteri. Oleh karena komposisi

hidrofobiknya, serumen dapat membuat permukaan kanal menjadi impermeable,

kemudian mencegah terjadinya maserasi dan kerusakan epitel. Otomikosis sendiri

merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur yang terjadi di telinga bagian luar,

yang terkadang disebabkan oleh ketiadaan serumen.3

2.1.2. Telinga tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :

- Batas luar : membran timpani Batas depan : tuba eustachius

- Batas bawah : vena jugularis ( bulbus jugularis )

- Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis.

- Batas atas : tegmen timpani ( meningen/otak )

- Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis

horizontalis, kanalisfasialis, tingkap lonjong (oval window) dan tingkap

bundar ( round window) dan promontorium.3

  Membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah

liang telinga danterlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut

pars flaksida (membran sharpnell), sedangkan bagian bawah pars tensa ( membran

propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel

kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel

mukosa saluran nafas. Pars tensa mempunyai satu lagi di tengah,yaitu lapisan

yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier

di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Tulang pendengaran didalam

telinga saling berhubungan. Prosessus longus maleus melekat pada membran

timpani, maleus melekat dengan inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes

terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar

tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk

3

Page 4: Otomikosis Fix

dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring, dengan telinga

tengah.3

2.1.3. Telinga dalam

  Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah

lingkaran danvestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semi sirkularis. Ujung

atau puncak koklea disebut elikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani

dengan skala vestibuli.3

Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan

membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea, tampak

skala vestibuli disebelah atas, skala timpani disebelah bawah, dan skala media

diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi cairan perilimfa, sedangkan

skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat pada perilimfa berbeda

dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli

disebut dengan membrane vestibuli (Reissner’s membrane), sedangkan

dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak Organ

corti. Pada skala mediaterdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut

membran tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari

sel rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis Corti, yang membentuk organ

corti.3

2.1.4. Fisiologi Pendengaran

  Telinga berfungsi sebagai indra pendengaran. Adapun fisiologi

pendengaran adalah sebagai berikut : Proses mendengar diawali dengan

ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang

dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan

membran timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian

tulang pendengaran yang akan mengamplifikasikan getaran melalui daya ungkit

tulang pendengaranvdan perkalian perbandingan luas membran timpani dan

tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasikan ini akan diteruskan ke

stapes yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga perilimfa pada skala

4

Page 5: Otomikosis Fix

vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang

mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran

basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang

menyebabkan terjadiny adefleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion

terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini

menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan

neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada

saraf auditorius sampai ke korteks pendengaran ( area 39-40 ) di lobus temporalis. 3

2.2. Otomikosis

2.2.1. Definisi

Otomikosis atau otitis eksterna fungi adalah infeksi akut, subakut, dan

kronik pada epitel skuamosa dari kanalis auditorius eksterna oleh ragi dan

filamen jamur. Komplikasi otomikosis dapat mencapai ke telinga tengah dan

kavitas terbuka mastoid.4,5,6

2.2.2. Prevalensi

Prevalensi tertinggi terjadi pada area tropis dan subtropis yang hangat,

lembab, dan berdebu. Kasus ini merupakan 5-20% dari kasus otitis eksterna.

Otomikosis unilateral dilaporkan pada 90% dari kasus dan tidak penunjukan

sisi mana yang lebih sering terjadi.7

2.2.3. Etiologi

Infeksi jamur di liang telinga berhubungan dengan kelembaban yang

tinggi di suatu daerah. Jamur yang menyebabkan otomikosis pada umumnya

adalah spesies jamur saprofit yang berlimpah di alam dan bentuk itu adalah

bagian dari flora komensalis dari meatus akustikus eksternus (MAE) yang

sehat. Jenis jamur yang paling sering adalah Pityrosporum dan Aspergillus (A.

niger, A. flavus, A. funigatus, A. terreus), Candida albikans, dan C.

5

Page 6: Otomikosis Fix

parapsilosis (yeast-like fungi) juga sering. Kadang-kadang juga ditemukan

Phycomycetes, Rhizopus, Actinomyces, dan Penicillium.8,9

Pada penelitian pasien otomikosis Kumar (2005) didapatkan prevalensi

penyebabnya Aspergillus fumigates (34,14%), Candida Albicans (11%),

Candida pseudotropicalis (1,21%) dan Mucor sp. (1,21%). Beberapa peneliti

melaporkan adanya organisme penyebab lainnya seperti Penicillium sp dan

spesies lain seperti Candida seperti C.parapsilosis, C.gulliermondi dengan

berbagai persentasi.10

2.2.4. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi otomikosis adalah kebiasaan penggunaan alat

pembersih telinga, dermatitis, kurangnya kebersihan, individu dengan

immunocompromised, penyakit telinga sebelumnya, penggunaan

berkepanjangan dari obat antibiotik tetes telinga, antibiotik spektrum luas,

steroid, dan terpapar dengan kemoterapi. Selain itu, sering juga menyerang

pasien yang melakukan mastoidektomi open cavity dan mereka yang

menggunakan alat bantu dengar. 2,11

Otomikosis dapat terjadi karena hilangnya proteksi lipid atau asam dari

telinga. Kegagalan dari mekanisme pertahanan dari telinga (perubahan pada

lapisan epitel, perubahan PH, perubahan kualitas dan kuantitas serumen,

infeksi bakteri, alat bantu dengan atau prosthesis hearing, trauma yang

ditimbulkan sendiri (membersihkan telinga menggunakan Q-tips, berenang,

atau neoplasma). Host dengan immunocompromised lebih rentan menderita

otomikosis. Pasien dengan diabetes, lymphoma atau AIDS dan pasien yang

menjalani atau mendapatkan kemoterapi atau terapi radiasi memiliki resiko

tinggi untuk terjadinya komplikasi dari otomikosis. 12,13,14

2.2.5. Patofisiologi

Serumen memiliki bahan antimikotik, bakteriostatik, dan perangkap

serangga. Serumen terdiri dari lipid (46-73%), protein, asam amino bebas, dan

ion mineral yang juga mengandung lisozim, imunoglobulin dan asam lemak.

6

Page 7: Otomikosis Fix

Asam lemak rantai panjang terdapat pada kulit yang tidak rusak dapat

mencegah pertumbuhan bakteri. Karena ia memiliki komposisi hidrofobik,

serumen memiliki kemampuan menghambat air, membuat permukaan kanal

tidak permeabel dan mencegah maserasi dan kerusakan epitel.8

Pada hasil penelitian didapatkan C. Albicans dan C. parapsilosis dan

jamur mycelia yang lainnya adalah bagian dari flora normal dari MAE dan

terkadang berubah menjadi patogen karena pengaruh beberapa faktor.

Mikroorganime normal ditemukan pada MAE seperti Staphylococcus

epidermis, Corrynebacterium sp, Bacillus sp, Gram-positive cocci

(Staphylococcus aureus, Streptococcus sp, non-patogen micrococci), Gram

negative bacilli (Pseudomonas aeruginosa, Escheria coli, Haemophilus

influenza, Moraxella catharalis, dll) dan jamur mycelia dari genus Aspergillus

dan Candida sp. Mikroorganisme komensal ini tidak patogen hingga

keseimbangan antara bakteri dan jamur terjaga. 4,11

Beberapa faktor yang menyebabkan transformasi jamur saprofit menjadi

patogen antara lain:

1. Faktor lingkungan (panas, kelembaban) biasa didapatkan pasien pada saat

musim panas dan gugur.

2. Perubahan pada epitel yang menutupi (penyakit dermatologi, mikro

trauma)

3. Peningkatan PH pada MAE (mandi).

Ozcan et al (2003) mendapati perenang memiliki faktor predisposisi untuk

otomikosis.

4. Pergeseran kualitas dan kuantitas serumen.

5. Faktor sistemik (perubahan imunitas, penyakit yang melemahkan,

kortikosteroid, antibiotik, sitostatik, neoplasia).

Jackman et al (2005) mendapati ofloxacin berkontribusi dalam

perkembangan otomikosis.

6. Riwayat otitis bakterialis, otitis media supuratif kronis (OMSK) dan post

bedah mastoid. Kontaminasi bakteri dari kulit MAE awalnya terjadi pada

OMSK atau otitis media eksternus. Kerusakan pada permukaan epitel

7

Page 8: Otomikosis Fix

adalah media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Kerusakan

epitel juga menyebabkan penurunan sekresi apokrin dan glandula serumen

dimana mengubah lingkunga MAE menjadi cocok untuk pertumbuhan

mikroorganisme (pH normal 3-4).

7. Dermatomikosis dapat menjadi faktor resiko untuk rekurensi karena

autoinokulasi menjadi mungkin di antara bagian-bagian dari tubuh.

8. Kondisi dan kebiasaan sosial. Penutup kepala tradisional contohnya dapat

meningkatkan kelembaban dari kanal telinga dan menciptakan lingkungan

yang ideal untuk pertumbuhan jamur. 12,16,17

Jamur sangat banyak pada tanah atau pasir yang mengandung bahan

organik yang membusuk. Materi ini cepat mengering pada kondisi tropis dan

tertiup oleh angin sebagai partikel debu yang kecil. Spora jamur yang

menyebar melalui udara terbawa oleh uap air, suatu fakta bahwa adanya

hubungan antara tingginya jumlah infeksi dengan monsoon, dimana terjadi

peningkatan kelembapan relatif hingga 80%.

Jamur mengakibatkan inflamasi, eksfoliasi epitel superfisial, massa

debris yang mengandung hifa, supurasi, dan nyeri. Karakteristik yang paling

banyak ditemukan pada pemeriksaan telinga adalah munculnya debris tebal

berwarna putih keabu-abuan yang sering dikenal sebagai “wet blotting paper”. 17,18

Jamur tidak pernah menonjol keluar dari MAE, bahkan pada kasus

kronis sekalipun. Hal ini dikarenakan jamur tidak menemukan kebutuhan

nutrisinya di luar MAE. Hasil penelitian terbaru didapatkan pertumbuhan

Aspergillus ditemukan paling banyak pada temperatur 370C, sebuah fakta

bahwa kondisi klinis ini didukung oleh predileksi dari jamur untuk tumbuh di

sepertiga dalam dari MAE.19

2.2.6. Gambaran Klinis

Gejala dari otitis eksterna bakteri dan otomikosis sering sulit dibedakan.

Bagaimanapun pruritus merupakan karakteristik paling sering dari infeksi

mikosis dan juga tidak nyaman di telinga, otalgia (nyeri telinga), rasa penuh di

8

Page 9: Otomikosis Fix

liang telinga, rasa terbakar pada telinga, ottorhoea, hilangnya pendengaran,

tinnitus, keluarnya cairan tetapi sering juga tanpa keluhan.17,20

Pytirosporum menyebabkan terbentuknya sisik yang menyebabkan

terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan perdisposisi

otitis eksterna bakterialis maupun furunkel. Demikian pula dengan jamur

Aspergillus. Jamur ini terkadang didapatkan di liang telinga tanpa adanya

gejala apapun kecuali rasa tersumbat dalam telinga, atau dapat berupa

peradangan yang menyerang epitel kanalis atau gendang telinga dan

menimbulkan gejala-gejala akut. Kadang-kadang didapatkan pula Candida

albicans. 20

Pada otoskopi sering ditemukan mycelia yang dapat menegakkan

diagnosis. MAE menjadi eritem dan debris jamur tampak putih, abu-abu, atau

hitam. Pasien biasanya tidak ada perbaikan signifikan dengan pengobatan

antibiotik. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan preparasi KOH atau

positifnya kultur jamur. 21

Karakteristik pemeriksaan fisik dari infeksi jamur pada umumnya

terlihat hifa halus dan spora (conidiophores) tampak pada Aspergillus,

Candida, ragi, mycelia dengan karakteristik putih ketika bercampur dengan

serumen menjadi kekuningan. 18

Infeksi kandida dapat lebih sulit dideteksi secara klinis karena

kurangnya penampakan karakteristik layaknya Aspergillus seperti otorrhea

dan tidak respon terhadap antimikroba. Otomikosis oleh kandida biasanya

diidentifikasi oleh kultur mikroorganisme.6

2.2.7. Pemeriksaan Laboratorium

Morfologi dari koloni dapat membedakan antara yeast-like dan

filamentous fungi. Mayoritas koloni dengan krim putih, halus, dan kasar

adalah ragi atau, sangat jarang, yeast-like colonies dari jamur dismorfik.

Filamentous fungi cenderung tumbuh membentuk debu, helaian, untaian,

berudu, atau lipatan yang terlihat dengan rentang berbagai warna seperti putih,

kuning, hijau, biru kehijauan, hitam, dll.8

9

Page 10: Otomikosis Fix

2.2.8. Diagnosis Banding

Otomikosis terkadang sulit dibedakan dari otitis eksterna terutama otitis

eksterna difusa. Infeksi campuran kadang terjadi. Biasanya isolasi bakteri

terdiri dari negative coagulase staphylococci, pseudomonas sp.,

Staphylococcus aureus, E. coli, dan Klebsiella sp. Infeksi jamur dapat juga

berkembang dari OMSK. 23

2.2.9. Penatalaksanaan

Pengobatannya adalah dengan membersihkan liang telinga. Larutan

asam asetat 2% dalam alkohol, larutan iodium povidon 5% atau tetes telinga

yang mengandung campuran antibiotik dan steroid yang diteteskan ke liang

telinga biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat

anti jamur yang dibagi menjadi tipe non-spesifik dan spesifik.

1. Nonspesifik

1) Boric acid adalah medium asam dan sering digunakan sebagai

antiseptik dan insektisida. Dapat diberikan bila penyebabnya adalah

Candida Albicans.

2) Gentian Violet

3) Castellani’s paint (acetone, alkohol, fenol, fuchsin, resocinol)

4) Cresylate (merthiolate, M-cresyl acetate, propyleneglycol, bric acid,

dan alkohol)

5) Nystatin adalah antibiotik makrolid polyene yang dapat menghambat

sintesis sterol di membran sitoplasma. Keuntungan dari nistatin adalah

tidak diserap oleh kulit yang intak. Dapat diresepkan dalam bentuk

krim, salep, atau bedak. Efektif hingga 50-80%.

6) Azole adalah agen sintetis yang mengurangi konsentrasi ergosterol,

sterol esensial pada membran sitoplasma normal. 22,24,25

2. Spesifik

10

Page 11: Otomikosis Fix

1) Cotrimoxazole

Cotrimoxazole digunakan secara luas sebagai topikal azole. Efektif

hingga 95-100%. Clotrimoxazole memiliki efek bakterial dan ini adalah

keuntungan untuk mengobati infeksi campuran bakteri-jamur.

Clotrimazole tersedia dalam bentuk bubuk, lotion, dan solusio dan telah

dinyatakan bebas dari efek ototoksik.11

2) Ketokonazole dan Fluconazole

Ketokonazole dan fluconazole memiliki spektrum luas. Ketokonazole

(2% krim) efektif hingga 95-100% melawan Aspergillus dan C.

Albicans. Fluconazole topikal efektif hingga 90% kasus.

3) Miconazole 2% krim

Miconazole 2% krim adalah imidazole yang digunakan selama lebih

dari 30 tahun untuk pengobatan penyakit superfisial dan kulit. Agen ini

dibedakan dari azole yang lainnya dengan memiliki dua mekanisme

dalam aksinya. Mekanisme pertama adalah inhibisi dari sintesis

ergosterol. Mekanisme kedua dengan inhibisi dari peroksida, dimana

dihasilkan oleh akumulasi peroksida pada sel dan menyebabkan

kematian sel. Efektif hingga 90%.

4) Bifonazole Solusio 1%

Obat ini memiliki potensi sama dengan klotrimazol dan miconazole.

Efektif hingga 100%.

5) Itraconazole

Itraconazole memiliki efek in vitro dan in vivo melawan spesies

Aspergillus 22,24

Bentuk salep lebih memiliki beberapa keuntungan dibandingkan

dengan formula tetes telinga karena dapat bertahan di kulit untuk waktu

yang lama. Salep lebih aman pada kasus perforasi membran timpani karena

akses ke telinga tengah sedikit diakibatkan tingginya viskositas. Penggunaan

11

Page 12: Otomikosis Fix

cresylate dan gentian violet harus dihindari pada pasien dengan perforasi

MT karena memiliki efek iritasi pada mukosa telinga tengah.22

Serta menghentikan penggunaan antibiotik topikal bila dicurigai

sebagai penyebabnya. Pada pasien immunocompromised, pengobatan

otomikosis harus lebih kuat untuk mencegah komplikasi seperti hilangnya

pendengaran dan infeksi invasif ke tulang temporal.25

Otomikosis terkadang sulit diatasi walaupun telah diobati dengan

pengobatan yang sesuai. Maka dari itu perlu ditentukan apakah kondisi ini

akibat penyakit otomikosis itu sendiri atau berhubungan dengan gangguan

sistemik lainnya atau hasil dari gangguan immunodefisiensi yang

mendasari.26

Pengobatan lain selain medikamentosa yaitu menjaga telinga tetap

kering dan mengarahkan pada kembalinya kondisi fisiologis dengan

mencegah gangguan pada MAE.27

2.2.10. KOMPLIKASI

Perforasi membran dapat terjadi sebagai komplikasi dari otomikosis

yang bermula pada telinga dengan membran timpani intake. Insiden perforasi

timpani pada mikosis ditemukan menjadi 11%. Perforasi lebih sering terjadi

pada otomikosis yang disebabkan oleh Candida albicans. Kebanyakan

perforasi terjadi pada bagian malleus yang melekat pada membran timpani.

Mekanisme dari perforasi dihubungkan dengan trombosis mikotik dari

pembuluh darah membran timpani, menyebabkan nekrosis avaskuler dari

membran timpani. Enam pasien pada grup immunocompromised mengalami

perforasi timpani. Perforasi kecil dan terjadi pada kuadran posterior dari

membran timpani. Biasanya akan sembuh secara spontan dengan pengobatan

medis. Namun, walaupun jarang jamur dapat menyebabkan otitis eksterna

invasif, terutama pada pasien immunocompromised. Terapi antifungal

sistemik yang adekuat sangat diperlukan pada pasien ini. 26

12

Page 13: Otomikosis Fix

BAB III

KESIMPULAN

Otomikosis atau otitis eksterna fungi adalah infeksi akut, subakut, dan

kronik pada epitel skuamosa dari kanalis auditorius eksterna oleh ragi dan filamen

jamur. Komplikasi otomikosis dapat mencapai ke telinga tengah dan kavitas

terbuka mastoid. Sebagian besar disebabkan oleh organisme komensal normal dari

kulit liang telinga yang tidak bersifat patogen pada kondisi normal.3,4,5

Beberapa faktor predisposisi yang dapat mencetuskan terjadinya otomikosis,

antara lain kebiasaan penggunaan alat pembersih telinga, dermatitis, hygiene yang

baruk, individu dengan immunocompromised, penyakit telinga sebelumnya,

penggunaan berkepanjangan dari obat antibiotik tetes telinga, antibiotik spektrum

luas, steroid, dan terpapar dengan kemoterapi. 2

Gejala dari otitis eksterna bakteri dan otomikosis sering sulit dibedakan.

Bagaimanapun pruritus merupakan karakteristik paling sering dari infeksi mikosis

dan juga tidak nyaman di telinga, otalgia (nyeri telinga), rasa penuh di liang

telinga, rasa terbakar pada telinga, ottorhoea, hilangnya pendengaran, tinnitus,

keluarnya cairan tetapi sering juga tanpa keluhan.

Penatalaksanaan otomikosis adalah dengan membersihkan liang telinga.

Larutan asam asetat 2% dalam alkohol, larutan iodium povidon 5% atau tetes

telinga yang mengandung campuran antibiotik dan steroid yang diteteskan ke

liang telinga biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga

obat anti jamur yang dibagi menjadi tipe non-spesifik dan spesifik.

13

Page 14: Otomikosis Fix

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Kelainan Telinga

Tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, dll. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI. 2012. P 66-8

2. Guiterrez P.H, Alvavez S.J. Sanudo E C G, Sanchez C R., Valdezate I, A V

Garcia L M G. Presumed diagnosis –Otomycosis: A Sutdy of 415 patients.

Acta Otorhinolaryngol Esp 2005; 56:181-86.

3. Soetirto, I. Hendarmin, H. Bashiruddin, J. Gangguan Pendengaran. Dalam :

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga - Hidung – Tenggorok Kepala Leher. Eds

6. Jakarta : FK UI. 2007

4. Guitterez PH, Alvarez Sj, Sanudo et al. Presumed diagnosis: Otomycosis. A

study 451 patients. Acta Otorinolaringol Esp 205; 56: 181-6

5. Carney AS. Otitis externa and otomycosis. In: Gleeson MJj Jones NS, Clarke

R, et al. (eds). Scott-Brown’s Otolaryngology, Head and Surgery, vol 3, 7 th

edn. London: Hodder Arnold Publishers; 2008:3351-7

6. Ho T, Vrabec JT, Yoo D, Coker NJ. Otomycosis: Clincal feaures and

treatment implications. Otolaryngol-Head Neck Surg. 2006;135:787-91.

7. Ahmed Z, Hafeez A, Zahid T, Jawaid MA, Mutiullah S, Marfani MS.

Otomycosis: clinical presentation and management. Pak J Otolaryngol

2010;26:78-80.

8. Gutierrez P, Alvarez J, Sanudo E, et al. Presumed diagnosis: Otomycosis. A

study of 451 patients. Acta Otorrinolaringol Esp 2005;56:181-6.

9. Lawani AK. External & middle ear: Diseases of the external ear. In: Lawani

AK ed. Current diagnosis & treatment, Head & Neck Surgery. 2nd ed. Mc

Graw Hill’s-Lange. Chapter 47.

10. Kumar A. Funal spectrum in Otomycosis patients. JK science 2005;7:152-5.

11. Pradhan B, Tuladhar N, Amatya R, et al. Prevalence of otomycosis In

outpatient deepartment of otolaryngology in Tribhuvan University TMAEhing

Hospital, Kathmandu, Nepal. Ann Otol Rhinol Laryngol 2003; 112: 384-387.

14

Page 15: Otomikosis Fix

12. Jadhav VJ, Pal M, Mishra GS. Etiological significance of Candida Albicans in

otitis externa. Mycopathologia 2003;156(4):313-15.

13. Pontes Z, Silva A, Lima. Etomycosis: a retrospective study. Braz J

Otorhinolaringol 2009; 75(3):367-70.

14. Viswanatha. B et al. Otomycosis in immunocompetent and

immunocompromised patients: comparative study and literature review, ENT

Journal 2012 Mar; 91(3):114-21.

15. Romsaithonng S. Long-term follow-up of otomycosis and its treatment with

bifonazole. International short course training in research methodology &

biostatistics 2011:18

16. Ozcan K, Ozcan M, Karaarsian A, Karaarsian F. Otomycosis in Turkey;

Predisposing Factors, Etiology and Therapy. J Laryngol & Otol 2003; 117:39-

42.

17. Jackman A, Ward R, April M, Bent J. Topical antibiotik induced otomycosis.

Int J Ped Otorhinolaringol 2005; 69: 857-60.

18. Kaur R, Mittal N, Kakkar M, Aggarwal AK, Mathur MD. Otomycosis a

clinicomycologic study. ENT J 2000;79:606-9.

19. Munguia R, Daniel SJ. Ototopical antifungal and otomycosis: a rivew. Int J

Pediatr Otorhinolaryngol 2008;72:453-9

20. Dorko E, Jenca A, Orensak M, et al. Otomycosis of candidal origin in eastern

Slovakia. Folia Microbial 2004; 49(5): 601-4.

21. Satish HS, Viswanatha B, Manjuladevi M. A Clinical Study of Otomycosis.

IOSR Journal of Dental and Medical Sciences 2013; 5 (2):57-62.

22. Lee Kj. Infection of the ear. In: Lee Kj, editor. Essential otolaryngology Head

& Neck surgery. New York: McGraw Hill;2003:p.462-511.

23. Probst R, Grevers G, Iro H. Ear: External ear. In: Psrobst R, Grevers G, Iro

Heinrich editors. Basic otorhinolaryngology: a step by step learning guide.

Thieme New York, 2006. P:2007-26.

24. Munguia R, Daniel Sj. Ototpical antifungals and Otomycosis: A review. Int J

Ped Otorhinolaryngol 2008; 72:453-9

15

Page 16: Otomikosis Fix

25. Fothergill AW. Miconazole: a hisrorical perspective. Expert Rev Anti Infect

Ther 2006;4(2):171

26. Carney AS. Otitis externa and otomycosis. In: Gleeson MJj Jones NS, Clarke

R, et al. (eds). Scott-Brown’s Otolaryngology, Head and Surgery, vol 3, 7 th

edn. London: Hodder Arnold Publishers; 2008:3351-7.

16