ANALISIS VEGETASI MENGGUNAKAN METODE TITIK DI BEDENGAN DESA SELOREJO KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG Laporan Praktikum Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Analisis Vegetasi yang Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si Oleh: Kelompok 4 Pramesti Dwi R 120342422488 Rahmah Sari N. R 120342422484 Tiara Dwi Nurmalita 120342400172 UNIVERSITAS NEGERI MALANG
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS VEGETASI MENGGUNAKAN METODE TITIK DI
BEDENGAN DESA SELOREJO KECAMATAN DAU KABUPATEN
MALANG
Laporan Praktikum
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Analisis Vegetasi yang Dibimbing
oleh Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si
Oleh:
Kelompok 4
Pramesti Dwi R 120342422488
Rahmah Sari N. R 120342422484
Tiara Dwi Nurmalita 120342400172
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2015
A. Topik
Analisis tumbuhan menggunakan metode titik.
B. Tujuan
1. Mengetahui indeks nilai penting tumbuhan bawah di bedengan.
2. Mengetahui hubungan faktor abiotik dengan indeks nilai penting
tumbuhan bawah di bedengan.
3. Mengetahui indeks similaritas tumbuhan bawah di bedengan.
4. Mengetahui hubungan faktor abiotik dengan indeks similaritas tumbuhan
bawah di bedengan.
5. Mengetahui ordinasi antar stand di bedengan.
6. Mengetahui kadar air tanah di bedengan.
C. Alat dan Bahan
1. Roll meter
2. Point frame
3. Lembar data
4. Soil Termometer
5. Multi Parameter Tester
6. Termo Higrometer
D. Prosedur Kerja
1. Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada pipa
paralon (sudah tersedia yaitu pont frame).
2. Memilih contoh komunitas vegetasi yang akan dipakai untuk pengamatan.
3. Menancapkan kawat pada setiap titik dan menebar pipa (point frame)
tersebut secara sistematis.
4. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variable-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi pada tumbuhan yang mengenai setiap kawat
tersebut.
5. Melakukan 15 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 15 seri titik (15
kali peletakan point frame).
6. Mencatat jumlah jenis yang terkena tusukan, kemudian dimasukkan
kedalam lembar data.
7. Melakukan perhitungan untuk mencari fekuensi relatif, dominansi mutlak,
dominansi realtif dan nilai penting serta perhitungan ordinasi
menggunakan indeks Sorensen.
Besaran yang dapat dihitung:
1. Frekuensi = Jumlah petak contoh yangmemuat jenis tumbuhan
Jumlahtusukan contoh
2. Dominansi (cover) = Jumlah tusukan yangmenyentuh jenis
Brachiaria. Tumbuhan yang mendominasi adalah Equisetum debile Roxb, hal itu
dapat dilihat pada Indeks Nilai Penting yaitu 0.06267%. Hal tersebut menandakan
bahwa faktor lingkungan mendukung vegetasi Equisetum debile Roxb untuk
hidup di daerah tersebut.
Banyak spesies pada genus Equisetum yang lebih suka hidup pada tanah
yang lembab berpasir. Ada juga yang hidup pada tanah yang semi-akuatik dan
tanah berlumpur. Equistum biasa hidup pada kisaran pH 7 hingga 8
(Wikipedia.org). Hal tersebut sesuai dengan data di lapangan yang menunjukkan
bahwa pH pada stand-stand yang terdapat Equisetum debile-nya memiliki pH
sebesar 7.
Menurut Setiadi (2005) dominasi setiap spesies berbeda-beda tergantung
pada kemampuan spesies untuk hidup pada suatu tempat terhadap kondisi
lingkungan di tempat tersebut. Oleh karena itu, lingkungan sangat berperan dalam
menyeleksi spesies untuk dapat bertahan pada suatu habitat. Secara ekologi dapat
dikemukakan bahwa nilai penting (NP) yang diperlihatkan oleh setiap spesies
merupakan indikasi bahwa spesies yang bersangkutan dianggap dominan di
tempat tersebut yaitu mempunyai nilai frekuensi, densitas, dan dominansi lebih
tinggi dibandingkan spesies lain.
2. Hubungan Indeks Similaritas Tumbuhan Bawah dengan Faktor Abiotik
Analisis hasil perhitungan indeks similaritas seluruh stand pengamatan
menunjukkan nilai indeks similaritas dibawah 50%. Menurut Djufri (2003) secara
ekologi stand yang memiliki indeks similaritas yang rendah memberikan indikasi
bahwa komposisi yang menyusun komunitas tersebut berbeda. Semakin kecil nilai
indeks similaritas untuk setiap kombinasi stand pengamatan maka semakin rendah
tingkat similaritasnya (kesamaannya). Hal ini disebabkan adanya variasi kondisi
lingkungan fisik, kimia, maupun interaksi antar spesies di sepanjang gradient
wilayah amatan sehingga spesies yang hidup bervariasi. Akibatnya tingkat
kemiripan vegetasi termasuk dalam kategori rendah. Fenomena ini akan menjadi
berbeda jika kondisi lingkungan relatif homogen. Barbour dalam Setiadi (2005)
mengemukakan bahwa kondisi mikrositus yang relatif homogen akan ditempati
oleh individu dari jenis yang sama karena spesies tersebut secara alami telah
mengembangkan mekanisme adaptasi dan toleransi terhadap habitatnya. Loveless
dalam Setiadi (2005) mengemukakan bahwa faktor lain yang menentukan
kehadiran suatu tumbuhan atau komunitas tumbuhan tidak hanya mencangkup
kondisi fisik dan kimia tetapi juga hewan dan manusia yang mempunyai pengaruh
besar terhadap tumbuhan.
3. Ordinasi Antar Stand
Ordinasi adalah suatu penyusunan tegakan (stand) ke dalam suatu susunan
unidimensional atau multidemensional (Mueller-Dombois dalam Jsni, 2012).
Dengan demikian, ordinasi merupakan suatu usaha untuk mengungkapkan data
contoh (sampling) menjadi lebih sederhana, menghemat ruang dan mudah dibaca.
Setiap titik mewakili derajat similaritas dan disimilaritas (Barbour et al. dalam
Jani, 2012). Untuk mengetahui pola vegetasi yang dihubungkan dengan pola
lingkungan lebih cocok dengan menggunakan metode ordinasi, yaitu mencuplik
seluruh tegakan yang mewakili.
Melalui metode ordinasi memungkinkan dapat menunjukkan tegakan
vegetasi dalam bentuk geometrik sedemikian rupa sehingga tegakan komunitas
yang paling serupa berdasarkan komposisi jenis beserta kemelimpahannya akan
mempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan tegakan-tegakan lainnya
yang berbeda akan muncul saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk
menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan faktor lingkungan
(Mueller-Dombois dalam Jani, 2012). Berdasarkan analisis data ordinasi, dapat
diketahui bahwa tegakan vegetasi yang memiliki titik-titik ordinat yang
berdekatan antara lain adalah stand 3 dengan stand 10, lainnya yaitu stand 6, 7,
dan stand 11. Stand lainnya yang titik ordinatnya berdekatan yaitu 9, 12, 13, 14,
dan 15. Pada stand 6, 7 dan 11 memiliki komposisi jenis tanaman antara lain
Equisetum debile Roxb. dan Brachiaria. Hal tersebut dapat dilihat dari komposisi
jenisnya, antara stand 9, 12, 13, 14, dan 15 terdiri atas komposisi jenis tanaman
yang sama, antara lain ada Equisetum debile Roxb.
Sedangkan titik-titik yang memiliki titik ordinat yang berjauhan adalah
stand 1, 2, 4, 5, dan 8. Hal tersebut menunjukkan bahwa masing-masing stand
tersebut memiliki komposisi jenis stand yang berbeda. Pada stand 1 komposisi
jenis tanamannya terdiri atas Equisetum debile Roxb., Panicum repens, Cyperus
compactus Retz., dan Eleusine indica (L.) Gaertn. Sedangkan Pada Stand 2
komposisi jenisnya terdiri atas Paspalum sp, dan Eleusine indica (L.) Gaertn.
Pada stand 4 komposisi jenisnya terdiri atas Equisetum debile Roxb., dan
Panicum repens. Pada stand 5 komposisi jenis tanamannya terdiri atas Brachiaria
saja. Selain itu pada stand 8 komposisi jenis tanamannya terdiri atas Equisetum
debile Roxb., dan Brachiaria.
4. Kadar Air Tanah
Air tanah merupakan salah satu sifat fisik yang berpengaruh langsung
terhadap pertumbuhan tanaman dan aspek kehidupan manusia. Penetapan kadar
air tanah dapat dilakukan secara langsung melalui pengukuran perbedaan berat
tanah (disebut metode gravimetri) dan secara tidak langsung melalui pengukuran
sifat lain yang berhubungan erat dengan air tanah (Gardner dalam Hermawan,
2004).
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh data yaitu pada plot 2 yang
mewakili stand 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 memiliki jumlah kadar air yang tinggi sebesar
25.4 gram. Kadar air yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
yang ada di daerah tersebut. Jenis tanaman yang didapatkan pada lima stand
tersebut yaitu Equisetum debile Roxb, Panicum repens L., Mikania micrantha
Kunth, Oxalis barrelieri L., dan Brachiaria. Kelima tanaman tersebut yang paling
banyak ditemukan yaitu Equisetum debile Roxb. Hal tersebut sesuai dengan
informasi yang didapatkan dari Wikipedia bahwa genus Equisetum hidup pada
tanah yang lembab berpasir atau semi-akuatik dan tanah berlumpur.
H. Simpulan
1. Indeks Nilai Penting terbesar yaitu Equisetum debile Roxb sebesar 0.06267%
menandakan bahwa tanaman ini memiliki kemampuan untuk hidup pada
suatu tempat terhadap kondisi lingkungan di tempat tersebut dan spesies yang
bersangkutan dianggap dominan.
2. Indeks similaritas seluruh stand pengamatan menunjukkan nilai indeks
similaritas dibawah 50% menunjukkan bahwa setiap kombinasi stand
pengamatan rendah tingkat similaritasnya (kesamaannya) yang disebabkan
adanya variasi kondisi lingkungan fisik, kimia, maupun interaksi antar spesies
di sepanjang gradient wilayah amatan sehingga spesies yang hidup bervariasi.
3. Equisetum debile Roxb lebih suka hidup pada tanah yang lembab berpasir
atau hidup pada tanah yang semi-akuatik dan tanah berlumpur kisaran pH 7
hingga 8.
4. Variasi kondisi lingkungan fisik, kimia, maupun interaksi antar spesies di
sepanjang gradient wilayah amatan menyebabkan spesies yang hidup
bervariasi. Akibatnya tingkat kemiripan vegetasi (indeks similaritas)
termasuk dalam kategori rendah.
5. Tegakan vegetasi yang memiliki titik-titik ordinat yang berdekatan antara lain
adalah stand 3 dengan stand 10, lainnya yaitu stand 6, 7, dan stand 11. Stand
lainnya yang titik ordinatnya berdekatan yaitu 9, 12, 13, 14, dan 15. Pada
stand 6, 7 dan 11 memiliki komposisi jenis tanaman antara lain Equisetum
debile Roxb. dan Brachiaria.
6. Plot 2 yang mewakili stand 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 memiliki jumlah kadar air
yang tinggi sebesar 25.4 gram. Jenis tanaman yang didapatkan pada lima
stand tersebut yaitu Equisetum debile Roxb, Panicum repens L., Mikania
micrantha Kunth, Oxalis barrelieri L., dan Brachiaria.
Daftar Rujukan
Djufri. 2003. Analisis Vegetasi Spermathophyta di Taman Hutan Raya (Tahura) Seulawah Aceh Besar. Biodiversitas 4(1): 30-34.
Hermawan, Bandi. 2004. Penetapan Kadar Air Tanah Melalui Pengukuran Sifat Dielektrik pada Berbagai Tingkat Kepadatan. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia 6 (2): 66-74.