OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Lucia Esti Purwandari NIM : 038114061 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
127
Embed
OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN … PDF/F. Farmasi/Farmasi/038114061_full.pdf · optimasi campuran asam sitrat–asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT–ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Lucia Esti Purwandari NIM : 038114061
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dunia ini penuh dengan kebaikan..........
Hal-hal kecil yang mendatangkan kesenangan..........
Namun Kristus memenuhi hidup kita dengan sukacita,
Yang melampaui segala harta dunia
Tuhan, kiranya aku menjadi cahaya gemilang,
Dalam segala perkataan dan perbuatan,
Kasih-Mu yang terpancar melalui hidupku,
Kiranya menuntun seseorang kepada-Mu
(Sper)
Kupersembahkan karya kecil ini untuk : Tuhan Yesus Kristus Juru Selamatku
Bapak‐ibu tercinta sebagai rasa hormat dan baktiku….. Adikku Anggara dan Sinta Teman‐teman angkatan 2003
Sahabat‐sahabatku untuk segala dukungannya Almamaterku
v
PRAKATA
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, dan penyertaan yang dilimpahkan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana farmasi (S. Farm) pada program studi ilmu
farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Agatha Busi Susiana Lestari, S.Si., Apt., yang telah banyak meluangkan
waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan motivasi dan arahan kepada penulis.
5. Ibu Rini Dwiastuti, S.Farm., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
vi
6. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Bapak Prof. Dr. Sudibyo Martono, M. Si., Apt., selaku dosen yang telah
memberikan arahan, saran, dan bantuan kurkumin baku hasil sintesis.
8. Bapak Ign. Kristio Budiasmoro, M.Si., selaku dosen yang telah meluangkan
waktu untuk memberi pengarahan dan saran kepada penulis demi
kesempurnaan skripsi ini.
9. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen yang telah meluangkan
waktu untuk memberi pengarahan dan saran kepada penulis demi
kesempurnaan skripsi ini.
10. Bapak Musrifin, Mas Agung, Bapak Iswandi, Bapak Sukiran, Mas Ottok, Mas
Wagiran, dan Mas Andri, selaku laboran yang telah memberikan bantuan
selama penelitian ini berlangsung.
11. Rekan-rekan kelompok effervescent (Tyas Ayu Puspita dan Made Dwi
Rantiasih ), atas kerja sama dan kebersamaannya mulai dari awal penelitian
sampai akhir penyusunan skripsi ini. Nunuk yang telah banyak memberikan
bantuan selama penelitian berlangsung.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan kepada penulis.
Penulis telah berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin.
Namun, penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun,
vii
demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Harapan penulis skripsi ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
viii
ix
INTISARI
Temulawak termasuk jenis temu-temuan yang mempunyai banyak khasiat. Granul effervescent dipilih sebagai alternatif bentuk sediaan karena dapat memberikan sensasi yang menyegarkan, nyaman, mudah digunakan, dan penyiapan larutan dengan dosis obat yang tepat dapat dilakukan dalam waktu seketika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah granul effervescent yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan uji sifat fisik granul effervescent yang berlaku, mengetahui efek yang paling dominan dalam menentukan masing-masing sifat fisik granul effervescent, dan mencari komposisi optimum yang dapat menghasilkan granul effervescent yang baik. Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode desain faktorial, dengan 2 faktor dan 2 level. Sifat fisik granul effervescent yang diuji untuk melihat faktor yang paling dominan adalah kecepatan alir, kandungan lembab, dan waktu larut. Uji sifat fisik tersebut digunakan untuk menentukan area komposisi optimum formula granul effervescent yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa granul effervescent yang dihasilkan memenuhi persyaratan uji kecepatan alir, kandungan lembab, dan waktu larut. Natrium bikarbonat berpengaruh dominan terhadap semua sifat fisik granul effervescent. Pada level yang diteliti diperoleh area komposisi optimum campuran asam sitrat-asam tartrat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan granul effervescent dengan sifat fisik yang dikehendaki. Kata kunci : asam sitrat, asam tartrat, natrium bikarbonat, granul effervescent,
ekstrak rimpang temulawak, metode desain faktorial
x
ABSTRACT
Turmeric was claimed of having many indications. Effervescent granules were chosen as the alternative of dosage form because effervescent granules gave the fresh sensation, comfortable, easy to use, and preparation of liquid with accurate dosage could be done as soon as possible. This research was aimed to find out whether effervescent granules which was produced could fulfill the requirement of valid effervescent granules’ physical properties test, to know the most dominant effect in defining each of effervescent granules’ physical properties, and to find out the optimum composition which could produce good effervescent granules. This research was done according to factorial design method, with two factors and two levels. The effervescent granules’ physical properties that are tested to find out the most dominant factors are flow rate, moisture content, and dissolution time. These physical properties tests were used to get to know the most optimum composition area of granules formula produced. The result of this research showed that effervescent granules which were produced had fulfilled the test requirement of flow rate, moisture content, and dissolution time. sodium bicarbonate had a dominant effect toward the entire physical properties of effervescent granules. At this researched level, the optimum composition of combination between citric acid-tartaric acid and sodium bicarbonate which was produced a certain physical properties of effervescent granules was found. Keywords: citric acid, tartaric acid, sodium bicarbonate, effervescent granules,
turmeric extract, factorial design method.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... v
Waktu larut (detik) 97,96±1,26 119,09±0,54 94,90±2,60 84,64±2,73
Hasil yang telah diperoleh tersebut kemudian diolah dengan
menggunakan aplikasi desain faktorial. Dari perhitungan besarnya masing-masing
efek, diperoleh hasil seperti yang tertera pada tabel VIII :
Tabel VIII. Hasil perhitungan efek berdasarkan desain faktorial
Sifat fisik granul Efek A Efek B Efek interaksi
Kecepatan alir 0,24 0,25 0,04
Kandungan lembab |-0,02| |-0,03| 1,99x10-3
Waktu larut 5,43 |-18,76| |-15,70|
Keterangan :
Efek A : efek campuran asam sitrat-asam tartrat
Efek B : efek natrium bikarbonat
Efek interaksi : efek interaksi antara campuran asam sitrat-asam tartrat dan
natrium bikarbonat
1. Kecepatan alir
Pengukuran sifat alir pada penelitian ini dilakukan dengan menghitung
kecepatan alir granul effervescent yang dibuat. Pengukuran kecepatan alir
merupakan metode penentuan sifat alir secara langsung dengan menggunakan
61
corong ukur dan stopwatch. Pengukuran dilakukan dengan menghitung waktu
yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir keluar dari corong pengukur
waktu alir. Kecepatan alir granul yang baik diperlukan untuk memberikan
kemudahan pada saat pengepakan (packaging). Berdasarkan acuan Guyot dalam
Fudholi (1983), waktu alir untuk 100 gram granul sebaiknya tidak melebihi 10
detik. Dengan kata lain bahwa granul yang baik mempunyai kecepatan alir tidak
kurang dari 10 gram/detik. Berdasarkan data pada tabel VII, keempat formula
granul yang dihasilkan mempunyai kecepatan alir lebih dari 10 gram/detik.
Dengan demikian, granul effervescent ekstrak temulawak yang dihasilkan dalam
penelitian ini memenuhi syarat kecepatan alir granul yang baik.
Untuk melihat hubungan antara pengaruh peningkatan level campuran
asam (asam sitrat-asam tartrat) dan level basa terhadap kecepatan alir granul
effervescent, dapat dilihat dalam grafik berikut :
a b
Gambar 7. Pengaruh level campuran asam (a) dan basa (b) terhadap kecepatan alir granul effervescent
Peningkatan kecepatan alir pada penggunaan basa level tinggi lebih
tajam dibandingkan pada penggunaan basa level rendah. Dengan meningkatnya
Pengaruh asam terhadap kecepatan alir
64.864.9
6565.165.265.3
65.465.5
500 550 600 650 700 750 800
Asam (mg)
Kec
epat
an a
lir
(g/d
etik
)
level rendah basa level tinggi basa
Pengaruh basa terhadap kecepatan alir
64.8
64.9
65
65.165.2
65.3
65.4
65.5
585 635 685 735 785 835 885 935
Basa (mg)
Kec
epat
an a
lir (g
/det
ik)
level rendah asam level t iggi asam
`
62
level campuran asam, perubahan kecepatan alir granul effervescent lebih
dipengaruhi oleh penggunaan basa level tinggi daripada penggunaan basa level
rendah. Hal ini dapat dilihat pada gambar 7a bahwa pada penggunaan basa level
tinggi menghasilkan kurva perubahan kecepatan alir yang lebih curam
dibandingkan pada penggunaan basa level rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai kecuraman (slope) pada basa level tinggi (9,5556 x 10-4) lebih besar daripada
slope pada basa level rendah (6,6667 x 10-4).
Peningkatan kecepatan alir granul effervescent pada penggunaan
campuran asam level tinggi lebih tajam dibandingkan pada penggunaan campuran
asam level rendah. Dengan meningkatnya level basa, perubahan kecepatan alir
granul effervescent lebih dipengaruhi oleh penggunaan campuran asam level
tinggi daripada penggunaan campuran asam level rendah. Hal ini dapat dilihat
pada gambar 7b bahwa pada penggunaan campuran asam level tinggi
menghasilkan kurva perubahan kecepatan alir yang lebih curam dibandingkan
pada penggunaan campuran asam level rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
kecuraman (slope) pada asam level tinggi (8,4520 x 10-4) lebih besar daripada
slope pada asam level rendah (5,9829 x 10-4).
Gambar 7a dan 7b memperlihatkan kurva yang tidak sejajar pada
masing-masing grafik. Hal ini menunjukkan bahwa antara campuran asam dan
basa terjadi interaksi dalam menentukan kecepatan alir granul effervescent.
Kedua fenomena yang tersirat dalam gambar 7a dan 7b dapat dijelaskan
melalui perhitungan desain faktorial. Hasil perhitungan desain faktorial kecepatan
alir granul menunjukkan bahwa besarnya efek campuran asam adalah 0,24, efek
63
basa adalah 0,25, dan efek interaksinya 0,04. Dapat dilihat bahwa campuran asam,
basa, dan interaksi campuran asam dan basa masing-masing memiliki efek
meningkatkan kecepatan alir granul effervescent, namun efek basa lebih besar
dibandingkan dengan efek campuran asam maupun efek interaksinya. Dengan
demikian diprediksi bahwa basa lebih dominan dalam menentukan kecepatan alir
granul effevescent. Hal ini disebabkan karena penggunaan natrium bikarbonat
akan mempengaruhi kerapuhan granul yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan, semakin banyak jumlah natrium bikarbonat yang digunakan akan
menghasilkan granul effervescent yang semakin tidak rapuh. Semakin tidak rapuh
granul yang dihasilkan, maka granul tersebut akan semakin tahan terhadap
goncangan mekanis sehingga fine partikel yang dihasilkan akan semakin sedikit.
Dengan kata lain, granul akan semakin mudah mempertahankan ukuran granul
yang dihasilkan sehingga kecepatan alir yang diperoleh juga akan semakin baik.
2. Kandungan lembab
Pada penelitian ini dilakukan uji kandungan lembab untuk mengetahui
kandungan lembab pada granul effervescent kering. Kandungan lembab dalam
granul dapat mempengaruhi sifat alir dan stabilitas granul selama penyimpanan.
Kandungan lembab granul yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya reaksi
effervescent yang prematur sehingga granul menjadi tidak stabil. Kandungan
lembab granul yang terlalu rendah dapat menyebabkan granul menjadi rapuh,
sedangkan kandungan granul yang terlalu tinggi dapat menyebabkan granul sulit
mengalir dan tidak stabil selama penyimpanan (Voigt, 1994). Granul effervescent
yang baik memiliki kandungan lembab 0,4-0,7% (Dash, 2000). Pengukuran
64
kandungan lembab pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan oven pada
suhu 105oC. Hasil pengukuran kandungan lembab granul effervescent dapat
dilihat dalam tabel VII. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa keempat formula
granul yang dihasilkan memiliki kandungan lembab 0,4-0,7%. Dengan demikian,
keempat formula granul memenuhi syarat kandungan lembab granul yang baik,
terbatas pada level yang diteliti.
Untuk melihat hubungan antara pengaruh peningkatan level campuran
asam (asam sitrat-asam tartrat) dan level basa terhadap kandungan granul
effervescent, dapat dilihat dalam grafik berikut :
Pengaruh asam terhadap kandungan lembab
0.630.640.650.660.670.680.69
0.7
500 550 600 650 700 750 800
Asam (mg)
Kan
dung
an le
mba
b
level rendah basa level tinggi basa
Pengaruh basa terhadap kandungan lembab
0.630.640.650.660.670.680.69
0.7
585 635 685 735 785 835 885 935
Basa (mg)
Kan
dung
an le
mba
b
level rendah asam level tinggi asam
a b Gambar 8. Pengaruh level campuran asam (a) dan basa (b) terhadap
kandungan lembab granul effervescent
Dengan meningkatnya level campuran asam, perubahan kandungan
lembab granul effervescent lebih dipengaruhi oleh penggunaan basa level rendah
daripada penggunaan basa level tinggi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 8a
bahwa pada penggunaan basa level rendah menghasilkan kurva perubahan
kandungan lembab yang lebih curam dibandingkan pada penggunaan basa level
65
tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai kecuraman (slope) pada basa level rendah
(-7,8667 x 10-5) lebih besar daripada slope pada basa level tinggi (-6,5389 x 10-5).
Dengan meningkatnya level basa, perubahan kandungan lembab granul
effervescent lebih dipengaruhi oleh penggunaan campuran asam level rendah
daripada penggunaan campuran asam level tinggi. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 8b bahwa pada penggunaan campuran asam level rendah menghasilkan
kurva perubahan kandungan lembab yang lebih curam dibandingkan pada
penggunaan campuran asam level tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
kecuraman (slope) pada asam level rendah (-9,5204 x 10-5) lebih besar daripada
slope pada asam level tinggi (-8,3856 x 10-5).
Gambar 8a dan 8b memperlihatkan kurva yang tidak sejajar pada
masing-masing grafik. Hal ini menunjukkan bahwa antara campuran asam dan
basa terjadi interaksi dalam menentukan kandungan lembab granul effervescent.
Kedua fenomena yang tersirat dalam gambar 8a dan 8b dapat dijelaskan
melalui perhitungan desain faktorial. Hasil perhitungan desain faktorial
kandungan lembab granul menunjukkan bahwa besarnya efek campuran asam
adalah |-0,02|, efek basa adalah |-0,03|, dan efek interaksi campuran asam dan basa
adalah 1,19x10-3. Dapat dilihat bahwa campuran asam, basa, masing-masing
memiliki efek menurunkan kandungan lembab granul effervescent, sedangkan
interaksi campuran asam dan basa memiliki efek meningkatkan kandungan
lembab granul effervescent. Efek basa lebih besar dibandingkan dengan efek
campuran asam maupun efek interaksinya. Dengan demikian diprediksi bahwa
basa lebih dominan dalam menentukan kandungan lembab granul effevescent.
66
Sumber asam dan basa yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam dan basa
anhidrat. Tipe anhidrat dapat meminimalkan kandungan lembab granul
effervescent yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa granul
effervescent yang dihasilkan memiliki kandungan lembab. Hal ini mungkin terjadi
karena selama penyimpanan terjadi penyerapan lembab oleh bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan granul effervescent. Kemampuan natrium bikarbonat
dalam menyerap lembab selama penyimpanan lebih kecil daripada campuran
asam, sehingga lembab yang terkandung dalam natrium bikarbonat lebih sedikit
daripada lembab yang terkandung dalam campuran asam. Dengan demikian,
semakin banyak jumlah natrium bikarbonat yang digunakan dalam pembuatan
granul efferverscent akan semakin menurunkan kandungan lembab granul
effervescent yang dihasilkan.
3. Waktu larut
Pengamatan waktu larut granul effervescent dilakukan dengan
melarutkan sejumlah granul sesuai dengan bobot masing-masing formula ke
dalam 200 ml air. Waktu larut granul effervescent menggambarkan cepat atau
lambatnya granul efferverscent larut di dalam air. Proses larutnya granul
effervescent diawali dengan adanya penetrasi air ke dalam granul effervescent.
Bahan pengikat yang digunakan dalam penelitian in adalah PVP 3% (Polivinil
Pirolidon). PVP mempunyai sifat hidrofilik yang akan mempermudah terjadinya
penetrasi air ke dalam granul effervescent, sehingga akan mempercepat larutnya
granul effervescent di dalam air.
67
Adanya penetrasi air ke dalam granul effervescent akan menyebabkan
terjadinya reaksi antara asam dan basa yang melepaskan CO2 yang lama-kelamaan
akan menyebabkan granul menjadi hancur, dan akhirnya terlarut. Menurut Mohrle
(1980), waktu larut granul effervescent yang baik adalah kurang dari 120 detik dan
membentuk larutan yang jernih, sehingga residu yang tidak terlarut dalam air
harus seminimal mungkin.
Hasil uji waktu larut granul effervescent dapat dilihat dalam tabel VII.
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa hasil uji waktu larut dari
keempat formula granul effervescent telah memenuhi syarat waktu larut granul
effervescent yang baik, yaitu kurang dari 120 detik, dengan menghasilkan larutan
yang berwarna kuning.
Untuk melihat hubungan antara pengaruh peningkatan level campuran
asam dan level basa terhadap perubahan waktu larut granul effervescent, dapat
dilihat dalam grafik berikut :
a b Gambar 9. Pengaruh level campuran asam (a) dan basa (b) terhadap
waktu larut granul effervescent
Pengaruh asam terhadap waktu larut
80859095
100105110115120
500 550 600 650 700 750 800Asam (mg)
Wak
tu la
rut
level rendah basa level tinggi basa
Pengaruh basa terhadap waktu larut
80859095
100105110115120
585 635 685 735 785 835 885 935
Basa (mg)
Wak
tu la
rut
level rendah asam level tinggi asam
68
Dengan meningkatnya level campuran asam, perubahan waktu larut
granul effervescent lebih dipengaruhi oleh penggunaan basa level rendah daripada
penggunaan basa level tinggi. Hal ini dapat dilihat pada gamba 9a bahwa pada
penggunaan basa level rendah menghasilkan kurva perubahan waktu larut yang
lebih curam dibandingkan pada penggunaan basa level tinggi. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai kecuraman (slope) pada basa level rendah (0,0704) lebih besar
daripada slope pada basa level tinggi (-0,0342).
Dengan meningkatnya level basa, perubahan waktu larut granul
effervescent lebih dipengaruhi oleh penggunaan campuran asam level tinggi
daripada penggunaan campuran asam level tinggi. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 9b bahwa pada penggunaan campuran asam level tinggi menghasilkan
kurva perubahan waktu larut yang lebih curam dibandingkan pada penggunaan
campuran asam level rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai kecuraman (slope)
pada asam level tinggi (-0,0982) lebih besar daripada slope pada asam level
rendah (-8,7085 x 10-3).
Gambar 9a dan 9b memperlihatkan kurva yang tidak sejajar pada
masing-masing grafik. Hal ini menunjukkan bahwa antara campuran asam dan
basa terjadi interaksi dalam menentukan waktu larut granul effervescent.
Kedua fenomena yang tersirat dalam gambar 9a dan 9b dapat dijelaskan
melalui perhitungan desain faktorial. Hasil perhitungan desain faktorial waktu
larut granul menunjukkan bahwa besarnya efek campuran asam adalah 5,43, efek
basa adalah |-18,76|, dan efek interaksi campuran asam dan basa adalah |-15,70|.
Dapat dilihat bahwa campuran asam memiliki efek memperlama waktu larut
69
granul effervescent, sedangkan basa dan interaksi campuran asam dan basa
masing-masing memiliki efek mempersingkat waktu larut granul effervescent.
Efek basa lebih besar dibandingkan dengan efek campuran asam maupun efek
interaksinya. Dengan demikian diprediksi bahwa basa lebih dominan dalam
menentukan waktu larut granul effevescent. Semakin banyak jumlah natrium
bikarbonat yang digunakan, kandungan lembab granul effervescent yang
dihasilkan akan semakin kecil. Hal ini akan mempengaruhi waktu larut granul
effervescent yang dihasilkan. Saat granul dimasukkan ke dalam air, semakin
rendah kandungan lembab granul, maka akan semakin mudah untuk menarik air
yang ada di sekitarnya sehingga granul akan mudah pecah dan akhirnya terlarut.
Dengan demikian, semakin banyak jumlah basa yang digunakan, maka waktu
larut granul yang dihasilkan juga akan semakin cepat.
H. Contour Plot Sifat Fisik Granul
Dari masing-masing uji sifat fisik granul yang dilakukan akan diperoleh
persamaan berdasarkan desain faktorial. Persamaan desain faktorial tersebut
digunakan untuk membuat contour plot masing-masing sifat fisik granul,
kemudian dipilih kurva yang dikehendaki dan dibuat grafik super imposed dalam
suatu contour plot. Area formula granul yang optimum ditentukan berdasarkan
grafik super imposed dari gabungan sifat fisik granul.
Dari hasil pengujian kecepatan alir granul effervescent diperoleh suatu
persamaan berdasarkan desain faktorial, yaitu Y = 64,4457 + 0,0002 (A) + 0,0002
(B) + 8,2305 x 10-7 (A)(B), dimana Y adalah kecepatan alir (gram/detik), A
70
adalah level campuran asam (asam sitrat-asam tartrat), dan B adalah level basa.
Berdasarkan persamaan desain faktorial tersebut dibuat suatu contour plot.
Kecepatan alir
585
635
685
735
785
835
885
935
500 550 600 650 700 750 800
Asam (mg)
Bas
a (m
g)
64,9 g/dt 65 g/dt 65,1 g/dt 65,2 g/dt 65,3 g/dt
Gambar 10. Contour plot kecepatan alir granul effervescent
Dari contour plot di atas dapat ditentukan komposisi campuran asam dan
basa yang diinginkan untuk menghasilkan kecepatan alir granul effervescent
tertentu. Karena nilai dari kecepatan alir yang dihasilkan memenuhi syarat
kecepatan alir granul effervescent yang baik menurut Guyot (1983) yaitu tidak
kurang dari 10 gram/detik, maka dari contour plot dapat ditentukan komposisi
campuran asam dan basa yang diinginkan untuk menghasilkan kecepatan alir
granul effervescent tertentu, terbatas pada level yang diteliti. Semua area dipilih
sebagai area optimum untuk menghasilkan kecepatan alir seperti yang
dikehendaki, sehingga diperoleh area yang cukup luas yang memenuhi syarat
kecepatan alir granul yang baik pada level yang diteliti.
71
Dari hasil pengujian kandungan lembab granul effevescent diperoleh
suatu persamaan berdasarkan desain faktorial, yaitu Y = 0,7998 - 0,0001 (A) -
0,0001 (B) + 3,7828 x 10-8 (A)(B), dimana Y adalah kandungan lembab granul
effervescent (%), A adalah level campuran asam (asam sitrat-asam tartrat), dan B
adalah level basa. Berdasarkan persamaan desain faktorial tersebut dapat dibuat
suatu contour plot. Dari contour plot di bawah ini dapat ditentukan komposisi
campuran asam (asam sitrat-asam tartrat) dan basa yang diinginkan untuk
menghasilkan kandungan lembab granul effervescent tertentu, terbatas pada level
yang diteliti.
Kandungan lembab
585
635
685
735
785
835
885
935
500 550 600 650 700 750 800
Asam (mg)
Bas
a (m
g)
0,645 % 0,655 % 0,665 %0,675 % 0,685 % 0,69 %
Gambar 11. Contour plot kandungan lembab granul effervescent
Berdasarkan kurva di atas, ternyata semuanya memenuhi persyaratan
kandungan lembab granul effervescent yang baik menurut Dash (2000) yaitu 0,4-
0,7%. Oleh karena itu semua area dipilih sebagai area yang optimum untuk
menghasilkan kandungan lembab granul effervescent seperti yang diinginkan,
72
sehingga diperoleh area yang cukup luas yang memenuhi syarat kandungan
lembab granul yang baik pada level yang diteliti.
Dari hasil perhitungan desain faktorial waktu larut granul effervescent
diperoleh persamaan Y = -19,3870+0,2449 (A)+0,1404 (B)-0,0003 (A)(B),
dimana Y adalah waktu larut granul effevescent (detik), A adalah level campuran
asam (asm sitrat-asam tartrat), dan B adalah level basa. Berdasarkan persamaan
tersebut dibuat suatu contour plot waktu larut granul effervescent.
Waktu larut
585
635
685
735
785
835
885
935
500 550 600 650 700 750 800Asam (mg)
Bas
a (m
g)
85 dtk 90 dtk 95 dtk100 dtk 110 dtk 115 dtk
Gambar 12. Contour plot waktu larut granul effervescent
Dengan contour plot tersebut dapat ditentukan area komposisi optimum
granul effervescent untuk memperoleh respon waktu larut granul seperti yang
dikehendaki, terbatas pada level yang diteliti. Waktu larut granul effervescent
yang dikehendaki adalah kurang dari 120 detik (Mohrle, 1980). Oleh karena itu
semua area dipilih sebagai area yang optimum untuk menghasilkan waktu larut
73
granul effervescent seperti yang diinginkan, sehingga diperoleh area yang cukup
luas yang memenuhi syarat waktu larut granul yang baik pada level yang diteliti
I. Penentuan Area Formula Granul Effervescent Optimum
Dari contour plot masing-masing uji sifat fisik granul yang sudah
ditentukan area optimumnya, dibuat suatu contour plot super imposed dengan
menggabungkan area optimum dari masing-masing contour plot uji sifat fisik
granul effervescent, kemudian ditentukan area komposisi optimum campuran
asam (asam sitrat-asam tartrat) dan basa (natrium bikarbonat) sebagai formula
otimum granul effervescent, terbatas pada level yang diteliti.
Formula optimum granul effervescent ekstrak rimpang temulawak dapat
diprediksi dengan mencari area komposisi optimum untuk seluruh uji sifat fisik
granul effervescent yang dilakukan. Kurva area optimum uji sifat fisik granul
effervescent yang telah dipilih digabungkan dalam suatu contour plot super
imposed. Pada level yang diteliti ditemukan area komposisi optimum campuran
asam (asam sitrat-asam tartrat) dan basa (natrium bikarbonat) untuk semua uji
sifat fisik granul effervescent.
74
Gambar 13. Contour plot super imposed granul effervescent ekstrak
rimpang temulawak
Dari hasil contour plot super imposed tersebut dapat ditemukan area
yang diprediksi sebagai area komposisi optimum granul effervescent ekstrak
rimpang temulawak pada level yang diteliti.
585
635
685
735
785
835
885
935
500 550 600 650 700 750 800Asam (mg)
Bas
a (m
g)
kecepatan alir (65,1 g/dt) kandungan lembab (0,645 %)waktu larut (90 dtk) kecepatan alir (65 g/dt)kandungan lembab (0,685 %)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. granul effervescent dari setiap formula yang dihasilkan memenuhi syarat uji
kecepatan alir, kandungan lembab, dan waktu larut.
2. natrium bikarbonat diprediksi berpengaruh dominan terhadap semua uji sifat
fisik yang dilakukan dalam penelitian ini.
3. pada level yang diteliti, diperoleh area komposisi optimum campuran asam
sitrat-asam tartrat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan granul
effervescent dengan sifat fisik yang dikehendaki.
B. Saran
Meninjau penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk dilakukan
penelitian lanjutan untuk membuat tablet effervescent ekstrak rimpang temulawak
dengan menggunakan komposisi optimum hasil penelitian ini.
75
76
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, E., 2003, Khasiat dan Manfaat Temulawak : Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit, 1-3, 12-13, Agromedia Pustaka, Jakarta
Allen, V.L., 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical
Compounding, 2nd Ed, 99-101, American Pharmaceutical Assosiation, Washington D.C
Anonim, 1979a, Farmakope Indonesia, Edisi III, 6-9, 782, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1979b, Materia Medika Indonesia, Edisi III, 63-67, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1986, Sediaan Galenika, 5-20, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta Anonim, 1994, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan makanan, Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 4-6, 48, 53, 488, 515, 601, 771,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2004, Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia,http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/Kep.Ka.BPOM-Pemanis, Diakses pada 17 April 2006
Anonim, 2006, Product Information Curcumin, http://www.caymanchem.com,
Diakses pada 19 September 2006 Ansel, H.C., 1989, Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, diterjemahkan
oleh Farida Ibrahim, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 147-148, 214, 244-245, 249, 255, 261-264, Indonesia University Press, Jakarta
Banker, G.S., and Anderson, N.R., 1986, Tablet, in Lacman, L., Lieberman, H.A.,
and Kanig, L., The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Jilid II, Ed. III, 463-737, Universitas Indonesia Press, Jakarta
Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistics, Practical and Clinical Application,
Chrystyani, N.B., 2005, Optimasi Campuran Asam Tartrat dan Asam Fumarat Sebagai Eksipien Pada Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah : Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Dalimarta, S., 2003, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid II, 182-185, Trubus
Agriwidya, Jakarta Dash, K.A., 2000, Evaluation of Quick Disintegrating Calcium Carbonate
Tablets, http://www.pharmscitech.com, Diakses pada 03 Maret 2006 Fassihi and Kanfer, 1986, Effect of Compressibility and Powder Flow Properties
on Tablet Weight Variation in Drug Development and Industrial Pharmacy, 12th , Marcel Dekker, Afrika
Fudholi, A., 1983, Metode Formulasi dalam Kompresi Direk, Medika no. 7, 586-
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Edisi II, 147-154, Institut Teknologi Bandung, Bandung
Hardjono, S., 1985, Kromatografi, 32-34, Laboratorium Analisa Kimia Fisika
Pusat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Lachman, L., dan Lieberman, H.A., 1989, The Teory and Practice of Industrial
Pharmacy, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Jilid II, Edisi III, 3-5, 43-54, 141-143, 158-166, 643-644, 648-658, 673-732, Universitas Indonesia Press, Jakarta
Lelo, A., Rasyid, A., Misra, Hamid, Z., 1998, Efek Kurkumin pada Kandung
Empedu Manusia : Dalam Bentuk Sediaan Tablet, Kapsul, dan Bubuk, Majalah Kedokteran UNIBRAW, vol. XIV, No. 3, 131-132
Lindberg, N., Engfors, H., Ericsson, T., 1992, Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology, Effervescent Pharmaceutical in Swarbricck, J., Boylan, J.C., Vol 5, 45-71, Marcel Dekker, Inc., New York
Majeed, M., Badmaev, V., Shivakumar, U., Rajendran, R., 1995, Curcuminoid
Antioxidant Phytonutriens, Nutriscience Publisher Inc., Piscataway, New Jersey
Martin, Alfred, 1993, Farmasi Fisik, edisi III, Jilid II, Edisi III, 1077-1193,
Martono, S., 1996, Penentuan Kadar Kurkumin Secara Kromatografi Lapis Tipis-Densitometri, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mintarsih, E.R.R., 1990, Penetapan Kadar Alkaloid Kinnina Dalam Akar, Batang,
dan Daun Chinchona succirubra Pavon et Klotzch Dari Daerah Kaliurang Secara Spektrodensitometri (TLC-Scanner), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Mohrle, R., 1980, Effervescent Tablet, in Lieberman, H.A., Lachman, L., (eds),
Pharmaceutical Dosage Form, Tablet, Vol. I, 284-362, Penerbit Warner Lambert Company, Morris Pliains, New Jersey
Mulja, M., dan Hanwar, D., 2003, Prinsip-Prinsip Cara Berlaboratorium Yang
Baik, Majalah Farmasi Airlangga, III, 2, 31-36 Natalia, L., 2006, Optimasi Natrium Sitrat dan Asam Fumarat Dalam Pembuatan
Granul Effervescent Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Rubinstein, M.H., 1994, Tablet in Aulton, Michael E., Pharmaceutics The Science
of Dosage Form Design, 304-308, ELBS with Curchill Livingtone, Hongkong
Rukmana, R., 1994, Temulawak Tanaman Rempah dan Obat , 16, Kanisius,
Yogyakarta Sari, Y.P., 2006, Optimasi Formula Granul Effervescent Ekstrak Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Dengan Kombinasi Asam Sitrat dan Asam Tartrat Aplikasi Metode : Desain Faktorial, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Soedibyo, B.B.A., Mooryati, 1998, Alam Sumber Kesehatan, Manfaat dan
Kegunaan, 368-370, Balai Pustaka, Jakarta Stahl, 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, diterjemahkan
oleh Patmawinata, K., dan Sudiro, I., 2-17, 190-195, Institut Tekhnologi Bandung, Bandung
Supardjan, A.M., 1987, Pemisahan Tetrasiklin dan Hasil Uraiannya dalam
Sediaan Tetrasiklin Secara KLT Densitometri, Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian, Penerbit Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
79
Tonnesen, H.H., dan Karisen, J., 1985, Studies of Curcumin and Curcuminoid V. Alkaline, Degradation of Curcumin, 132-134, 180, Z. Lebensm Unters Forsch, Departemen of Galenical Pharmacy, Norway
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi ke-5, 10-11, 165-167,
172, 177,199-202, 219-224, 579-580, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Wadke, D.A., Serajuddin, A.T.M., and Jacobson, H., 1980, Preformulation
Testing, in Lieberman, H.A., Lachman, L., and Schawtz, J.B., Pharmaceutical Dosage Form : Tablet, Vol I, 2nd Ed., 53-57, Marcel Dekker, Inc., New York
Wehling and Fred, 2004, Effervescent Composition Including Stevia, http://
www.Pharmcast.com, Diakses pada 16 April 2006 Wolfram, Tritthart, Psikerning, Maria Andre, Kolb, Gottfried, 1999, Effervescent
Formulation, http://www.Pharmacast.com.patents, Diakses pada 03 Maret 2006
Wulandari, F., 2006, Optimasi Formula Tablet Effervescent Ekstrak Rimpang
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Dengan Kombinasi Asam Sitrat dan Asam Tartrat : Aplikasi Metode Desain Faktorial, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Oven1 jam (g) 91,9894 93,7800 85,0150 NA NA NA2 jam (g) 91,8426 93,7316 84,9606 NA NA NA3 jam (g) 91,6044 93,5560 84,7600 NA NA NA4 jam (g) 91,5218 93,4804 84,6592 NA NA NA
86
5 jam (g) 91,4527 93,4076 84,5980 NA NA NA6 jam (g) 91,3528 93,3212 84,4858 NA NA NA7 jam (g) 91,2880 93,2639 84,4305 NA NA NA8 jam (g) 91,2281 93,1907 84,3698 NA NA NA9 jam (g) 91,1986 93,1683 84,3429 94,6349 104,1386 97,5226Bobot akhirekstrak (g)
6,8250 7,6863 7,8991 7,4875 7,8543 7,6513
Keterangan : NA = Not Available
Kandungan lembab (MC) ekstrak ditentukan dengan rumus :
MC =ekstrakakhirbobot
ekstrakakhirbobotekstrakawalbobot x 100 %
Tabel XIX. Hasil uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak