OPTIMALISASI PELAKSANAAN MANAJEMAN BERBASIS SEKOLAH DI SMA YAPENDA JAKARTA UTARA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: MOCHAMMAD FAJAR FAJRIN 103018227374 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
90
Embed
OPTIMALISASI PELAKSANAAN MANAJEMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · berjumlah 25 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket untuk guru ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
OPTIMALISASI PELAKSANAAN MANAJEMANBERBASIS SEKOLAH DI SMA YAPENDA JAKARTA
UTARA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
MOCHAMMAD FAJAR FAJRIN
103018227374
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011 M/1432 H
ABSTRAK
Mochammad Fajar Fajrin, Nim: 103018227374, Optimalisasi PelaksanaanManajeman Berbasis Sekolah di SMA Yapenda Jakarta Utara. Skripsi. ProgramStudi Manajemen Pendidikan. Jurusan Kependidikan Islam. Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta2010.
Penelitian dilakukan di SMA Yapenda Jakarta Utara. Adapun tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen kurikulumdan program pengajaran, pelaksanaan manajemen ketenagan/personel, pelaksanaanmanajemen anggaran/biaya pada penerapan manajemen berbasis sekolah dalampeningkatan mutu pendidikan. Populasi dalam penelitian ini adalah guru yangberjumlah 25 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket untuk gurudengan 4 alternatif jawaban dan wawancara kepada Kepala Sekolah, Komite Sekolah,dan Kepala Tata Usaha SMA Yapenda Jakarta Utara.
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian inimenggunakan variabel tunggal yang mana akan dipecah menjadi beberapa sub variabel.Variabel tunggal dalam penelitian yang berjudul Optimalisasi Pelaksanaan ManajemanBerbasis Sekolah di SMA Yapenda Jakarta Utara. Pendidikan adalah penerapanmanajemen berbasis sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan dengan sub variabelmanajemen kurikulum dan program pengajaran, manajemen ketenagaan/personel, danmanajemen anggaran/biaya.
Hasil penelitian dianalisis menggunakan teknik statistik deskriptif persentase.Kontribusi Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dalam kemandirian, keterbukaanmanajeman sekolah, dan profesional sumberdaya manusia dalam keadaan baik (76,41%),artinya pelaksanaan telah berjalan baik dan mempunyai kontribusi positif dalamkemandirian, keterbukaan manajeman sekolah, dan profesional sumberdaya manusiadalam mengelola sekolah. Implikasi pelaksanaan Manajeman berbasis sekolah dalampengambilan keputusan, cukup (75,75%), artinya pelaksanaan MBS mempunyaiimplikasi dan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Usaha Komite Sekolahdalam Pelaksanaan Manajeman bembasis sekolah, belum maksimal (60%), artinya usahakomite sekolah belum optimal dalam pelaksanaan MBS. Jadi, Partisipasi Orang tua danMasyarakat dalam Pelaksanaan Manajeman berbasis sekolah, baik (68,51%), artinyaorang tua dan masyarakat telah berpartisipasi dengan cukup baik dan mendukungpelaksanaan MBS. Akuntabilitas dalam pelaksanaan manajeman berbasis sekolah baik(70,37%), artinya akuntabilitas dalam pelaksanaan MBS terhadap stekholder mampudipertanggung jawabkan kepada warga sekolah. Hal ini berarti bahwa Pelaksanaanmanajeman berbasis sekolah di SMA Yapenda upaya memperbaiki kinerja sekolah agardapat mencapai tujuan secara optimal, efektif dan efisien.
i
Berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan 1) kepada guru untuk lebihmemperdalam dan menguasai konsep manajemen berbasis sekolah dalam peningkatanmutu pendidikan serta harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen pengajaran. 2)kepada kepala sekolah untuk memiliki perencanaan dan pandangan luas tentang sekolahdan pendidikan, melakukan fungsinya sebagai manajer sekolah dalam meningkatkanpendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin puji dan puja syukur penulis panjatkan kepada Allah
S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Sholawat dan salam tak lupa pula penulis curah limpahkan kepada junjungan
kita, suri tauladan yang baik, Nabi besar Muhammad S.A.W yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh dengan ilmu dan teknologi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan
dan kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan dan motivasi yang tak ternilai
harganya dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini selesai dengan baik.
Tidak ada yang bisa penulis berikan, melainkan ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya dan rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan laporan penelitian ini khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis, baik
secara edukatif maupun administrasi sejak awal hingga akhir perkuliahan.
2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Pd. M.Phil Ketua Jurusan Kependidikan Islam, yang telah
menyediakan sarana kepada penulis.
3. Drs. Muarif Sam, M.Pd Kepala Program Studi Manajemen Pendidikan, yang telah
memberikan dan meluangkan waktunya untuk melayani mahasiswa/ mahasiswi
Manajemen Pendidikan.
4. Drs. Mudjahi Ak, M.Sc., Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya
untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi kepada penulis. Terima
kasih penulis haturkan.
5. Dosen dan seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Syarif Hidayatullah
Jakarta, dengan keramahtamahan dalam melayani kebutuhan penulis dalam rangka
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
iii
6. Petugas perpustakaan utama dan perpustakan fakultas yang melayani penulis dalam
mencari bahan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Kepala Sekolah SMA YAPENDA Jakarta Utara yang bersedia untuk meluangkan
waktu untuk penulis wawancarai, serta kesedian beliau untuk menyediakan segala
kebutuhan penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini.
8. Para guru di SMA YAPENDA Jakarta Utara, yang menyempatkan diri untuk mengisi
angket penulis sebarkan di sela-sela kesibukan.
9. Komite Sekolah yang bersedia untuk meluangkan waktu untuk penulis wawancarai,
serta kesedian memberi informasi.
10. Kepada ayahanda penulis, Bapak H. Abdul Manaf dan Ibu Hj. Sitti Nurjaya, terima
kasih telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu lebih
banyak lagi di perguruan tinggi. Tanpa usaha dan doa kedua orang tua, penulis belum
tentu bisa menyelesaikan pendidikan dan menjadi seorang sarjana..
11. Kepada sahabat- sahabatku di Manajemen Pendidikan : Defri Hamdani, Pribadi
Muslim Prima, Sofa Yunari, Indah Sumaya, M. Nur, M. Arif.
Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini
banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik
sangat penulis butuhkan.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Januari 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Surat Pernyataan Penulis
Lembar Pengesahan Pembimbing
Lembar Pengesahan Panitia Ujian
Abstrak....................................................................................................................... i
Kata Pengantar ......................................................................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................................... v
Daftar Tabel ............................................................................................................... vii
Daftar Lampiran ........................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 3
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................... 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Dasar Manajeman Berbasis Sekolah ....................................... 7
1. Konsep Dasar Optimalisasi Manajeman Berbasis Sekolah............. 7
2. Tujuan Optimalisasi Manajeman Berbasis Sekolah........................ 13
3. Optimalisasi Kepala Sekolah Dalam MBS .................................... 20
4. Upaya Partisipasi Masyarakat dalam Mengoptimalkan MBS ........21
6. Langkah-langkah Manajeman Berbasis Sekolah............................26
B. Kerangka Berpikir............................................................................... 36
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................. 38
B. Sumber Data ....................................................................................... 38
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 39
D. Teknik Analisis Data........................................................................... 39
E. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian............................................................. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tentang SMA Yapenda Jakarta Utara ..................... 45
1. Gambaran Umum SMA Yapenda ................................................. 45
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ...................................................... 46
3. Keadaan Sekolah SMA Yapenda...................................................47
4. Keadaan Siswa SMA Yapenda...................................................... 48
5. Kegiatan Pembelajaran ................................................................. 48
B. Analisis Data Dan Penyajian Hasil Penelitian ..................................... 49
C. Interpretasi Data.................................................................................. 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 66
B. Saran................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk
mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan sehingga kualitas
pendidikan harus senantiasa ditingkatkan. Sebagai factor penentu keberhasilan
pembangunan pada tempatnya kualitas sumber daya manusia ditingkatkan
melalui berbagai program pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan
terarah berdasarkan kepentingan yang memacu kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan.
Pendidikan mempunyai karakteristik pokok yang tidak berbeda dengan
kegiatan inovasi dalam bidang social, menurut Santoso S. Hamiddjojo, Suatu
perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada) sebelumnya dan
sengaja diusahakan untuk meningkatkan kiemampuan guna mencapai tujuan
tertentu dalam bidang pendidikan.1 Upaya mencerdaskan kehidupan berbangsa
dan bernegara menjadi tanggung jawab pendidik, terutama dalam
mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang bertakwa kepada tuhan
1 Din Wahyudin, Supriadi, dan Ishak Abduhak, Pengantar Pendidikan, Universitasterbuka, h 8.5
1
yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, demokratis, dan professional pada
bidangnya masing-masing.
Di era persaingan global dan pasar bebas, manusia dihadapkan pada
perubahan-perubahan yang tidak menentu, untuk menentukan arah mutu
pendidikan dalam menguragi permasalahan pendidikan, maka mengakibatkan
hubungan yang tidak linear antara pendidikan dengan kerja, karena apa yang
terjadi di lapangan tidak sesuai dengan konsep pendidikan yang ada.
Dasar yuridis, penerapan MBS di jamin UU dan peraturan pemerintah
Sisdiknas No 20 Tahun 2003 memberikan landasan hukum yang kuat untuk di
terapkannya MBS atau “School Based Management” dan pendidikan yang
berbasis masyarakat atau “ Community Based Education” sebagai sebuah
inovasi pendidikan untuk mencapai pendidikan yang lebih sempurna dalam
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia bukti empiris yang menunjukan
bahwa manajeman berbasis pusat merupakan salah satu yang menyebabkan
kurang optimalnya kinerja sekolah sehingga perlu diterapkanya MBS.
Bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan serta relevansi dan
efisien manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntunan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu
dilakukan perubahan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan. Bahwa undang-undang No 2 tahun 1989 sistem pendidikan
nasional tidak memadai lagi dan perlu iganti serta perlu disempurnakan agar
sesuai dengan amanat perubahan Undang-undang Negara RI tahun 1945. 2
MBS diarahkan untuk memperbaiki kinerja sekolah dengan
memposisikan sekolah sebagai institusi yang relative otonom, sekolah
2 Undang –undang sisdiknas , No 20 ( Jakarta : Dirjen Pendidikan Islam 2006 ), h.4
2
memiliki kewenangan dalam mengelolah dan pengambilan keputusan secara
mandiri yang tidak tergantung kepada birokrasi3
MBS memberi peluang bagi kepala sekolah, guru, dan peserta didik
untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah
kurikulum, pembelajaran, manejerial yang di miliki, perlibatan masyarakat
dalam dewan sekolah di bawah monitoring pemerintah, mendorong sekolah
lebih terbuka, demokratis, dan bertanggung jawab. Pemberian kebebasan yang
lebih luas member kemungkinan kepada kepala sekolah untuk dapat
menemukan jati dirinya dalam membina peserta didik, guru, dan petugas lain
yang ada di lingkungan sekolah. Sejalan dengan arah kebijakan otonomi dan
desentralisasi yang ditempuh oleh pemerintah, tanggung jawab sekolah akan
meningkat, termasuk dalam manajeman pendidikan. Sekolah diharapkan untuk
meningkatkan kemampuan dalam berbagai tahap pembangunan pendidikan,
pelaksanaan, sampai pemantauan atau monitoring di sekolah masing-masing
sejalan dengan kebijakan pendidikan nasional yang digariskan pemerintah
kota/ kabupaten.
Dalam rangka inilah MBS tampil sebagai paradigma baru
pengembangan pendidikan yang berorentasi pada kebutuhan sekolah dan
masyarakat serta kebutuhan daerah masing-masing. MBS merupakan kebijakan
yang sangat strategis dalam rangka pengembangan kemampuan sekolah dan
daerah dalam bottom-up planing policy, yaitu kebijaksanaan pendidikan yang
diprakarsai oleh setiap sekolah dan daerah, khususnya mengenai masalah-
masalah yang dihadapi sekolah dan daerah yang bersangkutan serta ditindak
lanjuti oleh setiap tingkatan manajeman diatasnya sampai tingkat pusat.
Melalui konsep ini, kemandirian sekolah diwujudkan melalui upaya-
upaya maksimal para guru, kepala sekolah, dan partisipasi masyarakat
(stakeholders) yang merasa ikut bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
pendidikan.
3 Nanang Fatah &Muhammad Ali, Manajemen Berbasis Sekolah, (Universitas Terbuka), hal 312
3
SMA Yapenda dalam memasuki era desentralisasi pendidikan, ikut
berbenah diri dalam pengelolaan sistem pendidikan dan administrasi
pendidikan yang selama ini masih bersifat sentralistik. Oleh karena itu, sangat
penting bagi sekolah ini sebagai langkah awal adalah melaksanakan pemetaan
potensi sumberdaya kependidikan yang ada pada sekolah tersebut dengan
tujuan sejauh mana efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Sejak tahun 2007 SMA Yapenda berkomitmen untuk menerapkan
Manajeman Berbasis Sekolah. MBS dipandang salah satu upaya
memperdayakan sekolah dalam mengelolah sumberdaya manusia..Pendekatan
melalui MBS ini bertujuan agar seluruh sumberdaya dapat dioptimalkan secara
efektif, efisien, kreatif dan inovatif untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Upaya perbaikan mutu yang berkelanjutan memerlukan perubahan
sikap, komitmen dan profesionalisme seluruh personel sekolah. Strategi yang
harus dilakukan adalah peningkatan manajemen secara bertahap, perubahan
budaya, hubungan internal, huibungan sekolah dengan stekholder, dan
pemecahan masalah internal.
Dalam kontek di atas, MBS dipandang akan mendorong sekolah
mampu menciptakan program-program yang lebih baik karena pemikiran dan
sumber daya sekolah dapat diolah secara langsung sesuai dengan kebutuhan
murid yang dilayani. Demikian juga kondisi keterlibatan pihak-pihak yang
berkepentingan memungkinkan lahirnya keputusan-keputusan yang lebih baik
dalam pengelolaan sekolah. MBS diharapkan dapat meningkatkan mutu
komunikasi di antara berbagai pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk
mengangkat permasalahan tersebut ke dalam sebuah penelitian dengan judul
“OPTIMALISASI PELAKSANAAN MANAJEMAN BERBASIS
SEKOLAH SMA YAPENDA JAKARTA UTARA”
4
B. Masalah Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis
mengidentifikasi masalahan sebagai berikut :
a. Apakah MBS memiliki peran penting dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan di SMA Yapenda ?
b. Dalam bentuk apa saja peran MBS mewujudkan untuk meningkatkan
mutu pendidikan ?
c. Bagaimana peran Komite sekolah dalam pelaksanaan MBS ?
d. Bagaimanakah bentuk hubungan sekolah, Masyarakat dalam
meningkatkan mutu pendidikan ?
e. Bagaimana Kepemimpinan Kepala sekolah dalam Pelaksanaan MBS ?
f. Bagaimana Pelaksanaan MBS di SMA Yapenda ?
2. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan penelitian lebih terarah dan mengena serta tidak
melebar pembahasanya, maka penulis membatasi pada “ Optimalisasi
Pelaksanaan MBS di SMA Yapenda Jakarta Utara ”
3. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan kompleksitas masalah, untuk memudahkan
penulis akan merumuskan masalah penulisan karya ilmiah ini sebagai
berikut :
a. Bagaimana konsep dasar MBS
b. Bagaimana peran Kepala sekolah dalam MBS di SMA Yapenda
c. Upaya apa yang dilakukan oleh sekolah dalam melaksanakan dan
meningkatkan mutu pendidikan melalui MBS
d. Bagaimana peran Komite sekolah dalam Pelaksanaan MBS
e. Bagaimana Akuntabilitas Pelaksanaan MBS pada SMA Yapenda
5
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam menyusun skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep dasar MBS
2. Untuk mengetahui pelaksanaan MBS di SMA Yapenda
3. Untuk mengetahui peran Kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di SMA Yapenda
4. Untuk mengetahui peran Komite sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Secara akademik, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang
pelasanaan MBS di SMA Yapenda Jakarta Utara. Selain itu hasil
penelitian sebagai prasyaratan dalam menyelesaikan proses perkuliahan.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menambah koleksi kepustakaan
bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mengenai pelaksanaan
MBS dalam meningkatkan mutu pendidikan.
3. Secara pragmatis, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi kepala
sekolah dan tenaga pengajar di SMA Yapenda
6
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Teori
1. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
a. Pengertian Optimalisasi Manajemen Berbasis Sekolah
Untuk memahami manajeman sekolah, terlebih dahulu perlu ada suatu
pengertian yang oprasional sebagai suatu pedoman dalam mengelolah
sekolah. Untuk sampai pada pengertian manajeman berbasis sekolah (MBS),
terlebih dahulu pengertian optimalisasi, manajeman dan sekolah.
Optimalisasi adalah metode yang digunakan untuk menentukan efektif dan
efisien di dalam proses pelaksanaan4.
Kata manajeman berasal dari bahasa latin, yaitu kata manus yangberarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabungmenjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managemant yangditerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen ataupengelolaan.5 Marry Parker (Stoner & Freeman) ialah seni melaksanakanpekerjaan melalui oreang lain, Lutrher Gulick berpandangan suatu bidang
4 Thomas F. Edgar, David M. Himmelblau, Optimization of Chemical Process,(Departemant of Chemical Engineering University of Texas at Austin) Second Edition, hal 4
5 Husaini Usman, Manajemen ( Teori praktek & Riset Pendidikan), Bumi Aksara), Cet Ke-2hal 4
7
pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa danbagaimana orang bekerja sama.6
Sedangkan pengertian kata sekolah juga mempunyai beberapa definisi, antara lain:
a) Sekolah adalah satuan pendidikan yang berjenjang danberkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajarmengajar ( Undang-undang No.20 tahun 2003).
b) Menurut Peter salim dalam kamus besar bahasa Indonesiakontenporer “Sekolah adalah bangunan atau lembaga untukbelajar-mengajar atau tempat menerima pelajaran.7
Pengertian manajeman adalah proses mencapai hasil dengan
mendayagunakan sumber daya yang tersedia secara produktif. 8 Dengan
pengertian ini kita dapat mengacu manajeman sebagai seni atau kiat, sebagai
ilmu, sebagai sekelompok orang, sebagai disiplin atau sebagai proses.
Manajeman adalah proses prncanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya organisasi lainya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.9
Menurut Gaffar dalam bukunya “Perencanaan Pendidikan Teori dan
Metodologi”, sebagaimana dikutip oleh E. Mulyasa mengatakan “
Manajeman pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama
yang sistematik. Sistimik dan komprehensif dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.10
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan, bahhwa
manajeman pendidikan merupakan proses keseluruhan dari kegiatan-
kegiatan bersama yang harus dilakukan oleh semua pihak yang terlibat di
dalam tugas-tugas pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan,
6 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Remaja Rosdakarya Bandung), hal 17 Peter Salim, dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, ( Jakarta: Modern
English press, 1999, cet. Ke-1, hal. 13548 Pusdiklat Pegawai Depdiknas,Manajeman Sekolah, 2005, h 879 James A. F. Stoner, Managemant, Pretice/ Hall Internasional, Inc, Englewood Chiffs,
New York, 1982, hal 810 E. Mulyasa, Manajeman berbasis sekolah (MBS), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003), cet. Ke-3, hal. 19
8
karena manajeman pendidikan merupakan komponen integral dan tidak
dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan sebab tanpa
manajeman tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara
optimal, efektif, dan efesien.
Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjamahan dari
“School Based Management” sebagai model manajemen sekolah yang
memberikan otonomi kepada sekolah dan mendorong pengambilan
keputusan partisipatif yang melibatkan langsung semua warga sekolah
dan masyarakat (stake holder) yang dilayani.11 Manajeman berbasis
sekolah (MBS) merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan
yang memberi otonomi kepada Kepada sekolah untuk mengatur
kehidupan sesuai potensi, tuntutan dan kebutuhannya. Otonomi dalam
manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan
kinerja para Tenaga kependidikan dan meningkatkan kepahaman
masyarakat terhadap pendidikan.
Kemudian secara leksikal, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
berasal dari tiga kata, yaitu Manajemen, Berbasis, dan Sekolah.
Manajemen adalah proses menggukan sumber daya Secara efektif
untuk mencapai sasaran. Berbasis memiliki kata “basis”, yang berarti
“dasar” atau “asas”. Sekolah adalah tempat untuk belajar dan
mengajar serta tempat menerima dan memberikan pembelajaran.12
Selain itu secara lebih luas dikemukakan oleh Wohlstter dan mohrman
yaitu, “secara luas MBS berarti pendekatan politis untuk mendesain
ulang organisasi sekolah dengan memberikan kewenangan dan
kekuasaan kepada partisipan sekolah.13
Sedangkan dalam buku pedoman Manajemen Berbasis
Madrasah/ sekolah,pengertian Manajemen Berbasis Sekolah adalah
11 Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, Model Pengelolaan Sekolahdi Era Otonomi Daerah), hal 30
12 Nurkholis, Manajeman berbasis sekolah (MBS), (Jakarta: PT Gramedia Widia SaranaIndonesia 2003), cet. Ke-1, hal.1
13 Nurkholis, Manajeman berbasis sekolah. . . , hal. 3
9
suatu ide tentang pengambilan keputusan pendidikan Yang diletakkan
kepada posisi yang paling tepat dengan pembelajaran, yakni sekolah
MBS Juga merupakan suatu stategi untuk mewujutkan sekolah yang
efektif dan produktif. Dengan Adanya pemberian otonomi yang luas
pada sekolah, dimaksudkan agar sekolah lebih leluasa Mengelola
sumber daya ,sumber dana,sumber belejar ,dan mengalokasikanya
sesuai dengan Prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap
kebutuhan setempat.
Dari beberapa definisi di atas, walaupun perumusannya
berbeda-beda tetapi di dalam terdapat unsur-unsur yang sama, dan
dapat dirumuskan, MBS merupakan model pengelolaan sekolah
dengan memberikan kewenangan yang lebih besar pada tingkat
sekolah untuk mengelola sekolahnya sendiri secara langsung, dari hal
tersebut terjadi karena pergeseran kekuasaan dari pemerintah pusat
atau pemerintah daerah kepada sekolah langsung dalam penggelolaan
sekolah. Jadi, Manajeman berbasis sekolah (MBS) merupakan sebuah
strategi untuk memajukan pendidikan dengan menstranfer keputusan
penting member otoritas dari Negara dan pemerintah daerah kepada
individual pelaksana sekolah.
b. Karakteristik Manajeman berbasis sekolah (MBS)
Manajeman berbasis sekolah (MBS) memiliki prinsip yang perlu
dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya, prinsip tersebut
merupakan ciri khas yang dimiliki sehingga membedakan dari sesuatu
yang lain. Manajeman berbasis sekolah (MBS) memiliki prinsip
sebagai berikut:
a) Komitmen, kepala sekolah dan warga sekolah
b) Keterlibatan, pendidikan yang efektif yang melibatkan semua pihak
c) Kelembagaan, sekolah sebagai lembaga adalah unit terpenting bagipendidikan yang efektif.
10
d) Kepemimpinan (kepala sekolah) yang demokratis dan professional
e) Kemandirian, sekolah harus diberi otonomi sehingga memilikikemandirian dalam membuat keputusan pengalokasian dana
f) Adanya team work yang tinggi,dinamis dan profesional.14
Karakteristik manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
(MPMBS) dapat dilihat pula melalui pendidikan system. Hal ini
didasari oleh pengertian bahwa sekolah merupakan “sebuah system
sehingga penguraian karakteristik MPMBS berdasarkan berdasarkan
pada input,proses dan output”.15
1) Input Pendidikan
a) Dalam input pendidikan ini meliputi:
b) Memiliki kebijakan,tujuan, dan sasaran mutu yang jelas,
c) Sumber daya yang tersedia dan siap,
d) Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi,
e) Memiliki harapan perestasi yang tinggi, dan
f) Focus pada pelanggan.
2) Proses
Dalam proses terdapat sejumlah karakter yaitu :a) PBM yang memiliki tingkat efektifitas yang tinggi,
b) Kepemimpinan sekolah yang kuat,
c) Lingkungan sekolah yang aman dan tertib,
d) Pengelolaan tenaga pendidikan yang efektif,
e) Sekolah memiliki buduya mutu, dan
f) Sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas, dan dinamis.
14 Husaini Usman, Manajeman, Teori, praktek, dan Riset Pendidikan, h 49815 Depdiknas, MPMBS, Sekolah sebagai Sistem, ( Jakarta: Depdiknas dirjen direktorat
SLTP, 2007), h 9
11
3) Outputyang diharapkan
Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan
melalui proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada
umumnya output dapt diklarifikasikan menjadi dua yaitu output
berupa prestasi akademik yang berupa NEM, lomba karya
Rasinalog, Induktif, Deduktif dan Ilmiah. Dan output non
akademik, berupa keingintahuan yang tinggi. Harga diri,
kejujuran, kerjasama yang baik, tolearansi, kedisiplinan, prestasi
olahraga, kesenian dari para peserta didik dan sebagainya.
Karakteristik Manajeman berbasis sekolah (MBS) bisadiketahui juga antara lain dari bagaiman sekolah dapatmengoptimalkan kinerja organisasi sekolah. Proses belajarmengajar pengelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaansumber daya admistrasi.16
Sementara itu, menurut Depdiknas fungsi yang dapat
didesentrasasikan ke sekolah adalah sebagai berikut :
a) Perencanaan dan evaluasi program sekolah
Sekolah diberi kewenangan untuk melakukanperencanaan sesuai dengan kebutuhannya, sekolah jugadiberi kewenangan untuk melakukan evaluasi khususnyaevaluasi internal atau evaluasi diri.
b) Pengelolaan kurikulum
Sekolah dapat mengembangkan, namun tidak bolehmengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasionalyang dikembangkan oleh pemerintah pusat. Sekolah jugadiberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulum muatanlocal.
c) Pengelolaan proses belajar mengajar
Sekolah diberi kebebasan untuk memilihstategi,metode, dan teknik pembelajaran dan pengajaran
yang efektif sesuai dengan karakteristik matapelajaran,karakteristik guru dan kondisi nyata sumber dayayang tersedia di sekolah.
d) Pengelolaan ketenagaan
Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisiskebutuhan perencanaan, rekrutmen, pengembangan,penghargaan dan sanksi. Hubungan kerja hingga evaluasikinerja tenaga kerja sekolah dapat dilakukan oleh sekolahkecuali guru pegawai negeri yang sampai saat ini masihditangani oleh birokrasi di atasnya.
e) Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan, terutama pengalokasian ataupengunaan uang sudah sepantasnya dilakukan oleh sekolah.Sekolah juga harus diberi kebebasan untuk melakukankegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan,sehingga sumber keuangan tidak semata-mata bergantungpada pemerintah.
f) Pelayanan Siswa
Pelayanan siswa mulai dari penerimaan siswa baru,pengembangan, pembinaan, pembimbingan, penempatanuntuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki duniakerja sehingga penggurusan alumni dari dulu telahdidesentralisasikan. Yang perlu diperlukan adalahpeningkatan intensitas dan ekstentitasnya.
g) Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Esensi hubungan sekolah dan masyarakat adalahuntuk meningkatkan kepedulian, kepemilikan, dandukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral danfinancial yang dari dulu telah didesentralisasikan. Yangdiperlukan adalah peningkatan intensitas dan eksentitanya.17
2. Tujuan Optimalisasi Manajeman Berbasis Sekolah (MBS)
Manajeman berbasis sekolah (MBS) di Indonesia yangmenggunakan istilah manajeman peningkatan mutu berbasis sekolah(MPMBS) muncul karena beberapa alasan, antara lain yang pertama
17 Nurkholis, Manajeman Berbasis Sekolah, Teori dan Praktek. ( Jakarta: Rosdakarya2004), h 28
13
sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagidirinya sehingga sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber dayayang tersedia untuk memajukan sekolahnya, kedua, sekolah lebihmengetahui kebutuhannya, ketiga, keterlibatan warga sekolah danmasyarakat dalam pengambilan keputusan dapat menciptakan transparansidan demokrasi yang sehat.18
Manajeman berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat dalam penguasaan
ilmu dan teknologi, yang diyatakan dalam GBHN. Hal tersebut diharapkan
dapat dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia
yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro maupun mikro.
Manajeman berbasis sekolah (MBS) yang ditandai dengan otonomi
sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respon pemerintah terhadap
gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan
efesiensi, mutu dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisensi, antara
lain diperoleh melalui keluesan mengelola sumberdaya partisipasi
masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu
dapat diperoleh, antara lain, melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah,
fleksibel pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru
serta kepala sekolah. Peningkatan pemerataan antara lain diperoleh melalui
peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih
berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada
sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap
sekolah.
Sementera itu baik berdasarkan kajian pelaksanaan di Negara-
negara maju, dalam kebijakan pemerintah tentang UU sisdiknas No. 20
tahun 2003, tentang Pendidikan Berbasis Masyarakat pasal 55 ayat 1:
Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan pendidikan berbasis
masyarakat pada pendidikan formal dan non formal sesuai dengan
kekhasan agama, lingkungan social, dan budaya untuk kepentingan
masyarakat. Berkaitan dengan pasal tersebut setidaknya ada empat aspek
18 Nurkholis, Manajeman berbasis sekolah . . . h. 21
14
yaitu: Kualitas (mutu) dan relevansi, keadilan, efisien dan efisien, serta
akuntabilitas.
1) Manajeman berbasis sekolah (MBS) bertujuan meningkatkan mutu
pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdaya sumber daya yang tersedia, dengan tolak
ukur penilaian pada hasil output dan outcome bukan pada metodologi
atau prosesnya. Mutu dan relevansi ada yang memandangnya sebagai
satu kesatuan substansi, artinya hasil pendidikan yang bermutu
segaligus yang relevan dengan berbagai kebutuhan dan konteknya.
Bagi yang memisahkan keduanya, maka mutu lebih merujuk pada
dicapaikanya tujuan spesifik oleh siswa (lulusan), seperti nilai ujian
atau prestasi lainya, sedangkan relevansi lebih merujuk pada manfaat
dari apa yang diperoleh siswa melalui pendidikan dalam berbagai
lingkup/tuntutan kehidupan (dampak) termasuk juga ranah pendidikan
yang tidak diujikan.
2) Manajeman berbasis sekolah (MBS) bertujuan menjamin keadilan
bagi setiap anak untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu
di sekolah yang bersangkutan. Dengan asumsi bahwa setiap anak
berpotensi untuk belajar, maka manajeman berbasis sekolah (MBS)
memberikan keleluasaan kepada setiap sekolah untuk menangani
setiap anak dengan latar belakang social ekonomi dan psikologi yang
beragam untuk memperoleh kesempatan dan layanan yang
memungkinkan semua anak dan masing-masing anak berkembang
secara optimal. Sungguhpun antara sekolah harus saling memacu
prestasi, tetapi setiap sekolah harus melayani setiap anak (bukan
hanya yang pandai), dan secara keseluruhan sekolah harus mencapai
standar kompetensi minimal bagi setiap anak yang diluluskan.
Keadilan ini begitu penting sehingga para ahli sekolah efektif
meningkatkan tujuan sekolah efektif hanya mutu dan keadilan atau
“quality dan equity”
15
3) Manajeman berbasis sekolah (MBS) bertujuan Meningkatkan
efektifitas dan efesien. Efektifitas berhubungan dengan proses,
prosedur, dan ketepat-gunaan semua input yang dipakai dalam proses
pendidikan di sekolah, sehingga menghasilkan hasil belajar siswa
seperti yang diharapkan (sesuai tujuan). Dengan menerapkan
manajeman berbasis sekolah (MBS) diharapkan setiap sekolah, sesuai
kondisi masing-masing, dapat menerapkan metode yang tepat (yang
dikuasai) dan input lain yang tepat pula (sesuai lingkungan dan kontek
social budaya), sehingga semua input tepat guna dan tepat sasaran.
Sementara itu efisien berhubungan dengan nilai uang yang
dikeluarkan atau harga (cost) untuk memenuhi semua input (proses
dan semua input yang digunakan dengan proses) dibandingkan atau
dihubungkan dengan hasilnya (hasil belajar siswa).
4) Manajeman berbasis sekolah (MBS) bertujuan meningkatkan
akuntabilitas sekolah dan komitmen semua stake holders.
Akuntabilitas adalah pertanggung jawab atas semua yang dikerjakan
sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diperolehnya. Selama ini
pertangung jawaban sekolah lebih pada masalah administrative
keuangan dan bersifat vertical sesuai jalur birokrasi. Pertanggung
jawaban yang bersifat teknis edukatif terbatas pada pelaksanaan
program sesuai petunjuk dan pedoman dari pusat (pusat dalam arti
nasional, maupun pusat-pusat birokrasi di bawahanya), tanpa
pertanggung jawaban hasil pelaksanaan program.19
Manajeman berbasis sekoah bertujuan untuk mendirikan atau
memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi)
Kepala sekolah, pemberian fleksibelitas yang lebih besar kepada sekolah
untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga
sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Lebih
19 Umaedi, Hadiyanto, dan Siswantari, Manajeman Berbasis Sekolah, Universitasterbuka, 2008, hal 48
16
rincinya Download, menyebutkan bahwa manajeman berbasis sekolah
(MBS) bertujuan untuk :
a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian.Fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan, kerja sama, akuntabilitas daninisiatif sekolah dalam pengelola, memanfaatkan, dan memperdayakansumberdaya yang tersedia.
b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalampenyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
c) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakatdan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan
d) Meningkatkan kompetisi yang sehat antara sekolah dengan mutupendidikan yang akan dicapai.20
3. Optimalisasi Kepala Sekolah dalam Pelaksanaan MBS
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dengan melihat daristatus dan cara pengangkatan termasuk ke dalam status leader atau formalleader, yang kedudukannya memainkan peranan sebagai pemimpinpendidikan pada sekolah yang menjadi tanggung jawab dalammenjalankan tugas sebagai kepala sekolah mampu berkomunikasi, dengananggota dan mampu membuat keputusan yang tidak mengganggu strukturketerlibatan individu dalam organisasi. ”.21
Optimalisasi kepala sekolah dalam manajeman berbasis sekolah
(MBS), Kepala Sekolah memiliki peran yang sangat kuat dalam
mengkoodinasikan, mengerakkan, dan menyelesaikan semua sumberdaya
pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan
salah satu factor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan
visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang
dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala
sekolah dituntut memiliki kemampuan manajeman dan kepemimpinan
yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif/prakarsa
untuk meningkatkan mutu sekolah. Secara umum, kepala sekolah harus
20 Departeman Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, PelaksanaanManajeman Berbasis Madrasah, 2004, h. 7
21 Nanang fatah & Muhamad Ali, Manajemen berbasis Sekolah, ( Universitas Terbuka,2007), cet Ke- 8, hal 85
17
memiliki kemampuan mobilisasi sumberdaya sekolah, terutama
sumberdaya manusia, untuk mencapai tujuan sekolah.
Optimalisasi Kepala Sekolah dalam kaitanya dengan manajeman
berbasis sekolah (MBS) adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil
yang dapai dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan
manajeman berbasis sekolah (MBS) di sekolahnya untuk mewujudkan
tujuan pendidikan secara efektif dan efesien. Sehubungan dengan itu,
kepemimpinan Kepala sekolah yang efektif dalam manajeman berbasis
sekolah (MBS) dapat dilihat berdasarkan criteria berikut :
1) Mampu memperdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif
2) Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktuyang telah ditetapkan
3) Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakatsehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangkamewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan
4) Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengantingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah
5) Bekerja dengan tim manajeman
6) Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produkif sesuaidengan ketentuan yang telah ditetapkan22
4. Komite Sekolah Dalam Manajeman Berbasis Sekolah (MBS)
Komite sekolah merupakan suatu badan yang berfungsi sebagai
forum resmi untuk mengakomodasikan dan membahas hal-hal yang
menyangkut kepentingan kelembagaan sekolah. Anggota Komite ini terdiri
dari perwakilan stake holder mereka terdiri dari :
22 Nanang fatah & Muhamad Ali, Manajemen berbasis Sekolah, ( Universitas Terbuka,2007), cet Ke- 8, hal 86
18
1) Kepala sekolah,
2) Perwakilan guru,
3) Perwakilan murid,
4) Perwakilan orang tua murid,
5) Perwakilan tokoh masyarakat setempat yang menaruh kepedulianterhadap kemajuan pendidikan di wilayahnya,
6) Perwakilan dari unsure pengendali mutu pendidikan.23
Dalam hal ini diwakili oleh pengawas sekolah. Perwakilan murid dapat
dilihat dari pengurus OSIS, perwakilan guru dipilih dan ditetapkan oleh dewan
guru ; bisa guru senior, koordinator mata pelajaran, wali kelas, atau unsure
pembantu kepala sekolah, perwakilan orang tua dipilih dan ditetapkan sendiri
oleh orang tua murid.
Struktur organisasi komite sekolah menggambarkan tugas-tugas
yang akan menjadi kepedulian komite sekolah. Komite sekolah terdiri dari
ketua, sektetaris, bendahara dan kelompok anggota yang menangani
urusan-urusan khusus; misalnya urusan anggaran sekolah, sarana dan
prasarana sekolah, kurikulum dan layanan belajar, disiplin, kriteria
sekolah, dan lainya.
a. Tujuan Komite Sekolah
Secara prinsipil komite sekolah dilihat dari konsepnyamaka mengacu pada sebuah lembaga yang mandiri yangmewadahi kontribusi dan peran serta masyarakat dalam rangkameningkatkan mutu pendidikan pada unit satuan pendidikan.Tugas komite sekolah antara lain:1) Merumuskan dan menetapkan berbagai kebijakan
pengelolaan sekolah.
2) Mengembangkan program sekolah,
3) Memonitoring pelaksanaan kegiatan pendidikan sekolah,dan
23 Boedjo Sujanto, Manajeman Pendidikan Berbasis Sekolah, Model Pengelolaan Sekolahdi Era Otonomi Daerah, (Jakarta: Rajawali Press), h 59
19
4) Pertanggungjawaban mutu pendidikan sekolah secarademokratis dan tranparan.24
Uraiaan di atas mengisyaratkan bahwa komite sekolah adalah
Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan dan program pendidikan, meningkatkan
tanggungjawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan, menciptakan suasana dan kondisi yang
tranparan akuntabel, demokratis dalam penyelenggaraan dan layanan
pendidikan yang bermutu.
b. Dasar Yuridis Komite Sekolah
Partisipasi masyarakat melalui komite sekolah dalampenyelenggaraan pendidikan khususnya jalur sekolahberazaskan pada Pancasila dan diatur sesuai dengan Undang-undang Dasar No. 20 tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional, bagian Ketiga, pasal 56, mengisyaratkan bahwa:
1) Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayananpendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, danevaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikankomite sekolah
2) Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk danberperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikandengan memberikan pertimbangan, arahan, dan dukungantenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikanpada tingkat nasional, propinsi, dan kabupaten/kota yangtidak mempunyai hubungan hirarkis
3) Komite sekolah sebagai lembaga mandiri, dibentuk danberperan dalam peningkatan mutu pelayanan denganmemberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga,sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan padatingkat satuan pendidikan
4) Ketentuan mengenai pembentukan dewan pendidikan dankomite sekolah, madrasah sebagaimana dimaksud dalam
24 Nanang Fattah, dan Mohammad Ali, Manajeman berbasis sekolah, (UniversitasTerbuka), hal 19
20
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut denganperaturan pemerintah.25
c. Optimalisasi Komite Sekolah dalam MengimplementasikanManajeman Berbasis Sekolah (MBS)
Dalam menyusun dan melaksanakan program sekolah,
maka masyarakat harus dilibatkan, sehingga dapat berperan
mempromosikan kepada masyarakat luas. Secara lebih
operasional, kepala sekolah dapat menggalang partisipasi
masyarakat melalui komite sekolah. Komite sekolah
merupakan suatu lembaga yang perlu dibentuk dalam rangka
pelaksanaan manajeman berbasis sekolah (MBS). Pada
hakekatnya komite sekolah dibentuk untuk membantu
mensukseskan kelancaran proses belajar mengajar di sekolah,
baik menyangkut perencanaan, pelaksanaan, maupun
penilaian. Sehingga apa yang dilaksanakan di sekolah selaras
dan sejalan dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
Jalinan semacam ini dapat membangun hubungan yang saling
menguntungkan.
Dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan
sekolah, kepala sekolah dan guru merupakan kunci
keberhasilan yang harus menaruh perhatian terhadap apa yang
terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan
orang tua dan masyarakat tentang sekolah. Kepala sekolah
dituntut senantiasa berusaha dan mengembangkan hubungan
kerjasama yang baik antara sekolah yang efektif dan efisien.
Hubungan yang harmonis ini akan membentuk:
Thomas (1979) melihat efektifitas pendidikan dalam
kaitannya dengan produktivitas,berdasarkan tiga dimensi
berikut ini.
25 Undang-undang dan Peraturan RI, Pendidikan, ( Dirjen Pendidikan Islam 2006), h 36
21
The administrator production function; fungsi ini
meninjau produktivitas sekolah dari segi keluaran
administratif, yaitu seberapa besar dan baik layanan yang dapat
diberikan dalam suatu proses pendidikan, baik oleh guru,
kepala sekolah, maupun pihak lain yang berkepentingan.
The psyclogist s production funtion; fungsi ini melihat
produktivitas dari segi keluaran, perubahan perilaku yang
terjadi pada peserta didik, dengan melihat nilai-nilai yang
diperoleh peserta didik sebagai suatu gambaran dari prestasi
akademik yang telah di capainya dalam periode belajar
tertentu di sekolah.
The economic s production funtion; fungsi ini melihat
produktivitas sekolah ditinjau dari segi keluaran ekonomis
yang berkaitan dengan pembiayaan layanan pendidikan di
sekolah. Hal ini mencakup harga layanan yang diberikan
(pengorbanan atau cost) dan perolehan (earning) yang
ditimbulkan oleh layanan itu atau di sebut peningkatan nilai
yang baik .26
Dapat disimpulkan bahwa efektifitas dapat dijadikan
barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan antara
lain:
a) Saling pengertian antara sekolah dan masyarakat, lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja
b) Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karenamengetahui manfaat dan pentingnya peran masing-masing
c) Kerjasama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihakyang ada di masyarakat dan mereka merasa bangga sertaikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan disekolah.
26 E. Mulyasa, Manajeman Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan implementasi, h. 83
22
5. Upaya Partisipasi Warga Sekolah dalam Mengoptimalkal MBS
a. Arti Partisipasi
Partisipasi adalah proses dimana stakeholders (warga sekolah
dan masyarakat ) terlibat aktif baik secara individual maupun kolektif,
secara langsung maupun tidak langsung, dalam pengambilan
keputusan.27
Di harapkan, partisipasi dapat mendorong warga sekolah dan
masyarakat sekitar untuk menggunakan haknya dalam menyampaikan
pendapat dalam proses pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan/pengevaluasian yang
menyangkut kepentingan sekolah , baik secara individual maupun
kolektif, secara langsung maupun tidak langsung.
b. Tujuan Partisipasi
Tujuan utama peningkatan partisipasi adalah untuk: (1)
meningkatkan dedikasi/kontribusi stakeholders terhadap
penyelenggaraan pendidikan disekolah, baik dalam bentuk jasa
pemikiran/intelektualitas,keterampilan),moral, finansial, dan
material/barang; (2) memberdayakan kemampuan yang ada pada
stakeholders bagi pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional; (3) meningkatkan peran stakeholders dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, baik sebagai advisor,
supporter, mediator, controller, resource linker, and education
provider, dan (4) menjamin agar setiap keputusan dan kebijakan yang
diambil benar-benar mencerminkan aspirasi : stakeholders sebagai
panglima bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
27 Direktorat PSMP, Manajeman Berbasis Sekolah, 2007, hal 46
23
Keberhasilan peningkatan partisipasi stakeholders dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dapat diukur dengan beberapa
indikator berikut :
a) Kontribusi/dedikasi stakeholders meningkatkan dalam haljasa (pemikiran,keterampilan), finansial, moral,material/barang.
b) Meningkatnya kepercayaan stakeholders kepada kepalasekolah, terutama menyangkut kewibawaan dan kebersihan.
c) Meningkatnya tanggung jawab stakeholders terhadappenyelenggaraan pendidikan di sekolah
d) Meningkatnya kualitas dan kuantitas masukan (kritik dansaran) untuk meningkatkan mutu pendidikan.
e) Meningkatnya kepedulian stakeholders terhadap setiaplangkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkanmutu.
f) Keputusan-keputusan yang di buat oleh sekolah benar-benar mengekspresikan aspirasi dan pendapat stakeholdersdan mampu meningkatkan kualitas pendidikan.28
6. Akuntabilitas
a. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah Pertanggungjawaban atas semua yang
dikerjakan sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diperolehnya.29
Pertanggung jawaban penyelenggaraan sekolah merupakan akumulasi
dari keseluruhan pelaksanaan tugas-tugas pokok dan fungsi sekolah
yang perlu disampaikan kepada publik/stakeholders. Akuntabilitas
kinerja sekolah adalah perwujudan kewajiban sekolah untuk
rencana sekolah dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.
28 Direktorat PSMP, Manajeman Berbasis Sekolah . . .h. 4829 Umaedi, Handiyanto, Siswantar, Manajemen Berbasis Sekolah, Universitas Terbuka,
2008, hal 49
24
Akuntabilitas meliputi pertanggungjawabkan penyelenggaraan
sekolah yang diwujudkan melalui transparansi dengan cara
menyebarluaskan informasi dalam hal:
a) tentukan tujuan program secara jelas dan nyatakan siapa yang
bertanggung jawab,
b) tujuan dijabarkan secara spesifik sehingga dapat diukur,
c) tentukan garis otoritas,
d) tentukan secara spesifik kondisi tempat tanggung jawab, dan
e) penilaian dilakukan untuk menentukan akuntabilitas seseorang.30
Menurut jenisnya, akuntabilitas dapat di kategorikan menjadi 4
: (1) akuntabilitas kebijakan, yaitu akuntabiltas pilihan atas kebijakan
yang akan dilaksanakan,(2) akuntabilitas kinerja (product/quality
accountability), yaitu akuntabiltas yang berhubungan dengan
pencapaian tujuan sekolah, (3) akuntabilitas proses, yaitu akuntabilitas
yang berhubungan dengan proses, yaitu akuntabilitas yang
berhubungan dengan proses, prosedur, aturan main, ketentuan,
pedoman,dsb. Dan (4) akuntabilitas keuangan (kejujuran) atau sering
disebut (financial accountability), yaitu akuntabilitas yang
berhubungan dengan pendapatan dan pengeluaran uang (cash in and
cash out). Sering kali istilah cost accountability juga di gunakan untuk
kategori akuntabilitas ini.
b. Tujuan akuntabilitas
Tujuan utama akuntabilitas adalah untuk mendorong
terciptanya akuntabilitas kinerja sekolah sebagai salah satu persyarat
untuk terciptanya sekolah yang baik dan terpercaya. Penyelenggaraan
sekolah harus memahami bahwa mereka harus mempertanggung
30 Nanang Fattah, Mohammad Ali,Manajeman Berbasis Sekolah, Universitas Terbuka,2007, hal 336
25
jawabkan hasil kerja kepada publik. Selain itu, tujuan akuntabilitas
adalah untuk menilai kinerja sekolah dan kepuasan publik terhadap
pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah, untuk
mengikutsertakan publik dalm pengawasan pelayanan pendidikan, dan
untuk mempertanggung jawabkan komitmen pelayanan pendidikan
kepada publik.
Untuk mengukur kinerja mereka secara obyektif perlu adanya
indikatir yang jelas. Sistem pengawasan perlu di perkuatdan hasil
evaluasi harus dipublikasikan dan apabila terdapat kesalahan harus
diberi sanksi. Sekolah dikatakan memiliki akuntabilitas tinggi jika
proses dan hasil kinerja sekolah dianggap benar dan sesuai tinggi jika
proses dan hasil kinerja sekolah dianggap benar dan sesuai dengan
rencana yangtelah di tetapkan sebelumnya.
Keberhasilan akuntabilitas dapat diukur dengan beberapa
indikator berikut: (a) meningkatkan kepercayaan dan kepuasan publik
terhadap sekolah, (b) tumbuhnya kesadaran publik tentang hak umtuk
menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah, (c)
berkurangnya kasus-kasus KKN di sekolah, dan (d) meningkatnya
kesesuian kegiatan-kegiatan sekolah dengan nilai dan norma yang
berkembang di masyarakat.
7. Langkah-langkah Manajeman berbasis sekolah (MBS)
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan manajeman
berbasis sekolah (MBS) akan berhasil melalui strategi-strategi berikut ini :
Pertama, Sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitudimilikinya otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembanganpengetahuaan dan ketrampilan secara berkesinambungan, akses informasike segala bagian dan pemberian penghargaan kepada setiap yang berhasil
Kedua, Adanya peran serta masyarakat secara aktif, dalam halpembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum. Sekolahharus lebih bayak mengajak lingkungan dalam mengelola sekolah karenabagaimanapun sekolah adalah bagian dari masyarakat luas.
26
Ketiga, Kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunandan pengembangan sekolah secara umum. Kepala sekolah dalammanajeman berbasis sekolah (MBS) berperan sebagai designer, motivator,fasilitator. Bagaimanapun kepala sekolah adalah pimpinan yang memilikikekuatan untuk itu, pengangkatan kepala sekolah harus didasarkan ataskemampuan manajerial dan kepemimpinan dan bukan lagi didasarkan atasjenjang kepangkatan.
Keempat, Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalamkehidupan dewan sekolah yang aktif. Dalam pengambilan keputusankepala sekolah harus mengembangkan iklim demokratis danmemperhatikan aspirasi dari bawah. Konsumen yang harus dilayani kepalasekolah adalah murid dan orang tuanya, masyarakat dan para guru. Kepalasekolah jangan selalu menegok ke atas sehingga hanya menyenangkanpimpinannya namun mengorbankan masyarakat pendidikan yang utama.
Kelima, Semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnyasecara bersungguh-sungguh. Untuk bisa memahami peran dan tanggungjawabnya masing-masing harus ada sosialisasi terhadap konsepmanajeman berbasis sekolah (MBS) itu sendiri. Siapa kebagian peran apadan melakukan apa sampai batas-batas nyata perlu dijelaskan secara nyata.Keenam, Adanya guidelines dari departeman pendidikan terkait sehinggamampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efesien danefektif. Guidelines itu jangan sampai berupa peraturan-peraturan yangmengekang dan membelenggu sekolah. Artinya tidak perlu lagi petunjukpelaksanaan dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan manajeman berbasissekolah (MBS), yang diperlukan adalah rambu-rambu yang membimbing.Ketujuh, Sekolah harus memiliki transparasi dan akuntabilitas yangminimal diwujudkan dalam laporan pertanggung jawabanya setiaptahunya. Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolahterhadap semua stakeholder. Untuk itu sekolah harus dijalankan secaratransparan, demokratis, dan terbuka terhadap segala bidang yangdijalankan dan kepada setiap pihak terkait.
Kedelapan, Penerapan manajeman berbasis sekolah (MBS) harusdiarahkan untuk pencapaiaan belajar siswa. Perlu dikemukakan lagi bahwamanajeman berbasis sekolah (MBS) tidak bisa langsung meningkatkankinerja belajar siswa namun berpotensi untuk itu. Oleh karena itu, usahalebih terfokus pada pencapaian prestasi belajar siswa.
Kesembilan, Implementasi diawali dengan sosialisasi dari konsepmanajeman berbasis sekolah (MBS), identifikasi peran masing-masingpembangunan kelembagaan capacity building mengadakan pelatihanpelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses pembelajaran
27
evaluasi atas pelaksanaan dilapangan dan dilakukan perbaikan-perbaikan.31
Manajeman berbasis sekolah merupakan salah satu upaya
permberdayaan sekolah. Dalam MBS, pengambilan keputusan untuk
sebagian besar berbasis pada kemampuan internal sekolah dan pada
potensi masyarakat lokal. Kepala sekolah dan guru diizinkan dan diberikan
ruang gerak membuat keputusan dan menyusun perencanaan yang dipilih
dalam bentuk atau gaya yang dianggap layak untuk dipergunakan dalam
peningkatan mutu pendididikan.
Bagi sekolah yang sudah beroperasi (sudah ada/berjalan) paling tidak adaenam langkah yaitu :
1) Evaluasi diri self assessment,
2) Perumusan visi, misi, dan tujuan,
3) Perencanaan,
4) Pelaksanaan evaluasi,
5) Evaluasi, dan
6) Pelaporan.32
Masing-masing langkah dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Evaluasi diri self assesment
Evaluasi diri sebagai langkah awal bagi sekolah yang ingin,
atau akan melaksanaan manajeman mutu berbasis sekolah. Kegiatan
ini dimulai dengan curah pendapat brainstorming yang dikutip oleh
kepala sekolah, guru, seluruh staf, dan anggota komite sekolah.
Prakarsa dan pimpinan rapat adalah kepala sekolah. Untuk
memancing minat acara rapat dapat dimulai dengan pertanyaan
seperti: Perlukah kita meningktkan mutu? Seperti apakah kondisi
31 Nurkholis, Manajeman Berbasis Sekolah (MBS) Teori, Model dan Aplikasi,, (Jakarta:Grasindo, 2003), h. 132
32 Umaedi, Hadiyanto, dan Siswantari, Manajeman berbasis Sekolah, Universitasterbuka, cet Ke-1, h 625
28
sekolah/madrasah kita dalam hal mutu pada saat ini? Mengapa
sekolah kita tidak/belum bermutu.
Kegiatan ini bertujuan:
a) Mengetahui kondisi sekolah saat ini dalam segala aspeknya
(seluruh komponen sekolah), kemajuan yang telah dicapai,
maupun masalah-masalah yang dihadapi ataupun kelemahan yang
dialami.
b) Refleksi atau Mawas diri, untuk membangkitkan kesadaran atau
keperhatinan akan penting dan perlunya pendidikan yang
bermutu, sehingga timbul komitmen bersama untuk
meningkatkan mutu sense of quality.
c) Merumuskan titik tolak point of departure bagi sekolah/madrasah
yang ingin atau akan mengembangkan diri terutama dalam hal
mutu. Titik awal ini penting karena sekolah yang sudah berjalan
untuk memperbaiki mutu, mereka tidak berangkat dari nol,
melainkan dari kondisi yang dimiliki.
2) Perumusan Visi, Misi, dan tujuan
Bagi sekolah yang baru berdiri atau baru didirikan, perumusan
visi dan misi serta tujuan merupakan langkah awal yang harus
dilakukan arah pendidikan yang ingin dituju oleh para
pendiri/penyelenggara pendidikan. Kondisi yang diharapkan,
diinginkan, dan diimpikan dalam jangka panjang itu, kalau
dirumuskan secara singkat dan menyeluruh disebut visi. Adalah suatu
inovasi di dalam dunia manajeman modern, teutama manajeman
strategi.33
33 Sudarman Danim, Visi Baru, Manajeman Sekolah, Unit birokrasi ke lembagaAkademik, (Bumi Aksara, 2007), hal 72
29
Sedangkan misi, merupakan jabaran dan visi atau merupakan
komponen-komponen pokok yang harus direalisasikan untuk
mencapai visi yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, misi
merupakan tugas-tugas pokok yang harus dilakukan untuk
mewujudkan visi.34
Tujuan merupakan tahapan antara atau tonggak penting antara
titik berangkat (kondisi awal) dan titik tiba tujuan akhir yang
rumusannya tertuang dalam bentuk visi-misi. Tujuan-tujuan antara ini
sebagai tujuan jangka menengah kalau tiba saatnya berakhir (tahun
yang ditetapkan) akan disusul dengan tujuan berikuutnya, sedangkan
visi dan misi (relative/pada umumnya) masih tetap.
3) Perencanaan
Perencanaan pada tingkat sekolah adalah kegiatan yang
ditujukan untuk menjawab : apa yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukanya untuk mewujudkan tujuan (tujuan-tujuan) yang telah
ditetapkan/disepakati pada sekolah yang bersangkutan, termasuk
anggaran yang diperlukan untuk membiayai kegiatan yang
direncanakan. Dengan kata lain perencanaan adalah kegiatan
menetapkan lebih dulu tentang apa-apa yang harus dilakukan
prosedurnya serta metode pelaksanaanya untuk mencapai suatu tujuan
organisasi atau satuan organisasi.
4) Pelaksanaan
Apabilah kita bertitik tolak dari fungsi-fungsi manajeman yang
umumnya kata kenal sebagai fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan / pengerakkan atau pemimpin, dan kontrol/pengawasan
serta evaluasi, maka langkah pertama sampai dengan ketiga dapat
digabungkan fungsi perencanaan yang secara keseluruhan (untuk
sekolah) sudah dibahas. Di dalam pelaksanaan tentu masih ada