Nyeri tenggorok (Odinofagia) Odinofagia atau nyeri tenggorok merupakan gejala yang sering dikeluhkan akibat adanya kelainan atau peradangan di daerah nasofaring, orofaring dan hipofaring (laringofaring). Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir dan otot. Mukosa Bentuk mukosa laring bervariasi, tergantung pada letaknya. Pada nasofaring karena fungsinya untuk bernapas maka mukosanya bersilia, sedang epitelnya torak berlapis dengan sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring, karena fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia. Paut Lendir Daerah nasofaring dilalui oleh udara penapasan yang diisap melalui hidung. Di bagian atas, nasofaring ditutupi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Nyeri tenggorok (Odinofagia)
Odinofagia atau nyeri tenggorok merupakan gejala yang sering dikeluhkan akibat
adanya kelainan atau peradangan di daerah nasofaring, orofaring dan hipofaring
(laringofaring). Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang bentuknya seperti corong,
yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Unsur-unsur faring meliputi mukosa,
palut lendir dan otot.
Mukosa
Bentuk mukosa laring bervariasi, tergantung pada letaknya. Pada nasofaring karena
fungsinya untuk bernapas maka mukosanya bersilia, sedang epitelnya torak berlapis dengan
sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring, karena fungsinya untuk
saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia.
Paut Lendir
Daerah nasofaring dilalui oleh udara penapasan yang diisap melalui hidung. Di bagian
atas, nasofaring ditutupi oleh paut lendir yang terletak di atas silia dan bergerak sesuai
dengan arah gerak silia ke belakang.palut lendir berfungsi menangkap partikel kotoran yang
terbawa udara dan palut lendir mengandung lyzozyme yang penting untuk proteksi.
Otot
Otot faring tersusun dalam lapisan sirkular dan memanjang. Otot-otot sirkular terdiir
dari m.konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot –otot ini berada dibagian luar.
Otot-otot ini berbentuk kipas dengan tiap bagian bawahnya bertemu satu sama lain. Di
sebelah depan,otot-otot ini bertemu satu sama lain pada jaringan ikat yang disebut rafe faring.
Otot-otot longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring. letaknya ada di sebelah dalam.
Perdarahan
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan.
Yang utama berasal dari cabang a.karotis eksterna. Serta cabang dari a.maksila interna yakni
cabang palatina superior.
Persarafan
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang
ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari n.vagus, n.glosofaring dan serabut
simpatis.
Berdasarkan letaknya faring dibagi atas:
1. Nasofaring
batas nasofaring dibagian atas adalah dasar tengkorak, dibagian bawah adalah
palatum mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra
servikal.
2. Orofaring
Orofaring disebut juga mesofaring, dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas
bawahnya adalah tepi atas epiglois, ke depan adalah rongga mulut dan ke belakang
adalah vertebra servikal.
3. Laringofaring (Hipofarinjg)
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anteriornya
adalah laring, batas inferiornya adalah esofagus dan batas posteriornya adalah
vertebra servikal.
Ruang Faringal
Ada dua ruang yang berhubungan dengan faring dan mempunyai arti penting secara
klinik, yaitu ruang retrofaring dan ruang parafaring.
Fungsi Faring
Fungsi faring yang terutama adlah untul respirasi, pada waktu menelan, resonansi
suara dan artikulasi.
Faringitis
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus (40-
60%). Bakteri (5-40%). Alergi, trauma, toksin dan lain-lain. Virus dan bakteri melakukan
invasi ke faring dan menyebabkan inflamasi lokal.
1. Faringitis akut
a. Faringitis viral
Rinovirus menimbulkan gejala rinitis dn beberapa hari kemudian akan menimbulkan
faringitis. Gejala dan tandanya adalah demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit
menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza,
coxachievirus dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Adenovirus selain
menghasilkan gejala faringitis juga menimbulkan konjungtivitis pada anak. Epstein Barr
Virus menyebabkan faringitis beserta eksudat pada faring. Terdapat pembesaran kelenjar
limfa diseluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis oleh HIV-1
menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan
tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut pada leher dan pasien tampak
lemah.
Terapi yang diberikan adalah istirahat dan minum yang cukup. Kumur dengan air
hangat. Analgetika jika perlu. Antivirus metisoprinol diberikan dpada infeksi herpes simpleks
dengan dosis 660-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian per hari pada orang dewasa
dan pada anak < 5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian per hari.
b. Faringitis bakterial
Infeksi grup A Steptokokus beta hemolitikus merupakan penyebab faringitis pada
dewasa (15%) dan anak (30%). Gejala dan tandanya adalah nyeri kepala hebat, muntah,
kadang-kadang disertai demam dengan suhu tinggi dan batuk. Pada pemeriksaan tonsil
membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat pada permukaannya. Timbul
petechiae pada palatum dan faring beberapa hari kemudian.kelenjar limfa leher anterior
membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan.
Terapinya adalah pemberian antibiotik, kortikosteroid, analgetika dan kumur dengan
air hangat atau antiseptik. Antibiotik yang diberikan bila diduga penyebabnya adalah grup A
streptokokus beta hemolitikus. Bisa berupa penicillin G banzatin, amoksisilin atau
eritromisin.
c. Faringitis Fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa mulut dan faring. Gejala dan tandanya adalah keluhan
nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan
mukosa faring lainnya hiperemis. Jamur ini bisa dibiakkan di agar Saboraud dextrosa. Terapi
dengan nystatin 100.000-400.000 IU 2 kali sehari. Analgetika juga bisa diberikan untuk
mengurangi nyeri.
2. Faringitis Kronik
Terdapat dua bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi. Faktor
presdiposisinya adalah rinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok dan alkohol, inhalasi
uap yang merangsang mukosa faring dan debu. Penyebab lainnya adalah pasien yang
bernapas lewat mulut karena hidung tersumbat.
a. Faringitis kronik hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring.
Tampak kelenjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada
pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular. Gejala
yang timbul adalah tenggorok kering dan gatal hingga akhirnya batuk berserak. Terapi
yang diberikan adalah dengan kaustik faring dengan menggunakan zat kimia argenti
atau dengan listrik.
b. Faringitis kronik atrofi
Faringitis kronika trofi sering timbul bersamaan dengan rinitis atrofi. Pada rinitis
atrofi, udara napas tidak diatur suhu dan kelembabannya sehingga menimbulkas
rangsangan dan infeksi pada faring. Gejala dan tanda yang timbul adalah tenggorokan
kering dan tebal serta berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh
lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering. Terapi ditujukan untku
rinitis atrofi dan untuk faringitis atrofinya ditambahkan obat kumur dan menjaga
kebersihan mulut.
3. Faringitis spesifik
a. Faringitis luetika
Treponema palidum dapat menimbulkan infeksi di daerah faring seperti juga
penyakit lues di organ lain. Gambarannya tergantung stadium penyakitnya.
Stadium primer
Kelainan pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil dan dinding
posterior faring berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi terus berlangsung maka
timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri. Juga
didapatkan pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan.
Stadium sekunder
Stadium ini jarang ditemukan. Terdapat eritema pada dinding faring menajlar ke arah
laring.
Stadium tertier
Pada stadium ini terdapat guma. Predileksinya pada tonsil dan palatum. Jarang pada
dinding posterior faring. Guma pada dinding posterior faring dapat meluas ke
vertebra servikal dan bila pecah menyebabkan kematian. Guma yang terbentuk pada
palatum mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan parut yang menimbulkan
gangguan fungsi secara permanen.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan serologik. Terapi penisilin dalam dosis
tinggi merupakan obat pilihan utama.
b. Faringitis tuberkulosis
Faringitis tuberkulosis merupakan proses sekunder dari TB paru. Pada infeksi
kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberkulosis faring primer. Cara
infeksi eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi
melalui udara. Cara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darah pada TB
miliaris. Gejala tandanya adalah keadaan umum pasien buruk karena anoreksi dan
odinofagia. Nyeri hebat di tenggorok, nyeri telinga atau otalgia serta pembesaran
kelenjar limfa servikal.
Diagnosis diperlukan pemeriksaan sputim BTA, foto toraks untuk melihat TB
paru dan biopsi jaringan untuk menyingkirkan proses keganasan dan mencari BTA di
jaringan. Terapi sesuai TB paru (OAT).
Tonsilitis
Pengertian
Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau kuman
streptococcusi beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes dapat
juga disebabkan oleh virus.
Etiologi
Disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan
streptococcus pyogenes yang menjadi penyebab terbanyak dapat juga disebabkan oleh virus.
Faktor predisposis adanya rangsangan kronik (rokok, makanan), pengaruh cuaca, pengobatan
radang akut yang tidak adekuat dan higiene, mulut yang buruk.
Patofisiologi
Penyebab terserang tonsilitis akut adalah streptokokus beta hemolitikus grup A. Bakteri lain
yang juga dapat menyebabkan tonsilitis akut adalah Haemophilus influenza dan bakteri dari
golongan pneumokokus dan stafilokokus. Virus juga kadang – kadang ditemukan sebagai
penyebab tonsilitis akut.
1.Pada Tonsilitis Akut
Penularan terjadi melalui droplet dimana kuman menginfiltrasi lapisan Epitel kemudian bila
Epitel ini terkikis maka jaringan Umfold superkistal bereaksi dimana terjadi pembendungan
radang dengan infiltrasi leukosit polimorfo nuklear.
2.Pada Tonsilitif Kronik
Terjadi karena proses radang berulang maka Epitel mukosa dan jaringan limpold terkikis,
sehingga pada proses penyembuhan jaringan limpold, diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini
akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan di isi oleh
detritus proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul purlengtan dengan
jaringan sekitar fosa tonsilaris.
Jadi tonsil meradang dan membengkak, terdapat bercak abu – abu atau kekuningan pada
permukaannya, dan jika berkumpul maka terbentuklah membran. Bercak – bercak tersebut
sesungguhnya adalah penumpukan leukosit, sel epitel yang mati, juga kuman – kuman baik
yang hidup maupun yang sudah mati.
Manisfestasi Klinis
Keluhan pasien biasanya berupa nyeri tenggorokan, sakit menelan, dan kadang – kadang
pasien tidak mau minum atau makan lewat mulut. Penderita tampak loyo dan mengeluh sakit
pada otot dan persendian. Biasanya disertai demam tinggi dan napas yang berbau.
Komplikasi
• Otitis media akut.
• Abses parafaring.
• Abses peritonsil.
• Bronkitis,
• Nefritis akut, artritis, miokarditis.
• Dermatitis.
• Pruritis.
• Furunkulosis.
Pemeriksaan Penunjang
• Kultur dan uji resistensi bila perlu.
• Kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil.
Penatalaksanaan Medis
Sebaiknya pasien tirah baring. Cairan harus diberikan dalam jumlah yang cukup, serta makan
– makanan yang berisi namun tidak terlalu padat dan merangsang tenggorokan. Analgetik
diberikan untuk menurunkan demam dan mengurangi sakit kepala. Di pasaran banyak
beredar analgetik (parasetamol) yang sudah dikombinasikan dengan kofein, yang berfungsi
untuk menyegarkan badan.
Jika penyebab tonsilitis adalah bakteri maka antibiotik harus diberikan. Obat pilihan adalah
penisilin. Kadang – kadang juga digunakan eritromisin. Idealnya, jenis antibiotik yang
diberikan sesuai dengan hasil biakan. Antibiotik diberikan antara 5 sampai 10 hari.
Jika melalui biakan diketahui bahwa sumber infeksi adalah Streptokokus beta hemolitkus
grup A, terapi antibiotik harus digenapkan 10 hari untuk mencegah kemungkinan komplikasi
nefritis dan penyakit jantung rematik. Kadang – kadang dibutuhkan suntikan benzatin
penisilin 1,2 juta unit intramuskuler jika diperkirakan pengobatan orang tidak adekuat.
• Terapi obat lokal untuk hegiene mulut dengan obat kumur atau obat isap.
• Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamida selama 5 hari.
• Antipiretik.
• Obat kumur atau obat isap dengan desinfektan.
• Bila alergi pada penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamigin.
TONSILITIS KRONIS
Etiologi
Seperti tonsilitis akut
Anamnesis
- Ringan à tanpa keluhan sakit tenggorok
- Hebat à eksaserbasi akut
- Rasa ada benda asing
- bau mulut
Pemeriksaan
Gambaran klinis bervariasi tergentung bentuk infeksi