Top Banner
BAB II PEMBAHASAN TEORI 2.1 Embriologi Rongga mulut, faring dan esofagus berasal dari foregut embrionik. Foregut juga berkembang menjadi rongga hidung, gigi, kelenjar liur, hipofise anterior, tiroid dan laring, trakea, bronkus, dan alveoli paru. Mulut terbentuk dari stomodeum primitif yang merupakan gabungan ektodermal dan endodermal, yan membelah. Bibir bagian atas dibentuk oleh bagian prosesus nasalis medial dan lateral dan prosesus maksilaris. Celah bibir biasanya tidak terletak di garis tengah tetapi di lateral dari prosesus nasalis media, yang membentuk premaksila. Bibir bagian bawah berkembang dari bagian prosesus mandibula. Otot bibir berasal dari daerah brankial kedua dan dipersarafi oleh saraf fasialis. Batas vermilion bibir tampak seperti busur; takik pada busur ini merupakan cacat kosmetik yang sangat nyata. Gigi berasal dari lamina dentalis, yang berkembang menjadi sementum dan enamel dari gigi tetap. Perkembangan gigi manusia dari gigi susu sampai pertumbuhan gigi molar ketiga dewasa berhubungan dengan usia penderita, dan grafik dapat mengikuti pertumbuhan gigi yang normal. Terdapat beberapa macam kista dan 3
47

Anatomi Tenggorok

Apr 08, 2016

Download

Documents

Amalia Rosdiani

anatomi tenggorok
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Anatomi Tenggorok

BAB IIPEMBAHASAN TEORI

2.1 EmbriologiRongga mulut, faring dan esofagus berasal dari foregut embrionik.

Foregut juga berkembang menjadi rongga hidung, gigi, kelenjar liur, hipofise

anterior, tiroid dan laring, trakea, bronkus, dan alveoli paru. Mulut terbentuk

dari stomodeum primitif yang merupakan gabungan ektodermal dan

endodermal, yan membelah. Bibir bagian atas dibentuk oleh bagian

prosesus nasalis medial dan lateral dan prosesus maksilaris. Celah bibir

biasanya tidak terletak di garis tengah tetapi di lateral dari prosesus nasalis

media, yang membentuk premaksila. Bibir bagian bawah berkembang dari

bagian prosesus mandibula. Otot bibir berasal dari daerah brankial kedua

dan dipersarafi oleh saraf fasialis. Batas vermilion bibir tampak seperti

busur; takik pada busur ini merupakan cacat kosmetik yang sangat nyata.

Gigi berasal dari lamina dentalis, yang berkembang menjadi sementum dan

enamel dari gigi tetap. Perkembangan gigi manusia dari gigi susu sampai

pertumbuhan gigi molar ketiga dewasa berhubungan dengan usia

penderita, dan grafik dapat mengikuti pertumbuhan gigi yang normal.

Terdapat beberapa macam kista dan tumor jinak maupun ganas yang

beasal dari sisa lamina dentalis. Gigi dipersarafi oleh cabang dari saraf

trigeminus cabang maksilaris dan mandibularis. Pada rahang atas, ada

beberapa variasi dan tumpang tindih pada daerah yang dipersarafi oleh

cabang saraf maksilaris.

Palatum dibentuk oleh dua bagian: premaksila yang berisi gigi seri dan

berasal dari prosesus nasalis media, dan palatum posterior baik palatum

durum dan palatum mole, dibentuk oleh gabungan dari prosesus palatum.

Oleh karena itu, celah palatum terdapat garis tengah belakang tetapi dapat

terjadi kearah maksila depan. Pada tahap pertama, lempeng palatum

terdapat dilateral lidah dan jika lidah tidak turun maka lempeng palatum

3

Page 2: Anatomi Tenggorok

tidak dapat menyatu. Hal ini merupakan dasar di mana celah palatum

berhubungan dengan mikrognasia dari Sindrom Pierre Robin.

Lidah dibentuk dari beberapa tonjolan epitel didasar mulut. Lidah bagian

depan terutama berasal dari daerah brankial pertama dan dipersarafi oleh

saraf lingualis, dengan cabang korda timpani dari saraf fasialis yang

mempersarafi cita rasa dan sekresi kelenjar submandibula. Saraf

glosofaringeus mempersarafi rasa dari sepertiga lidah bagian belakang.

Otot lidah berasal dari miotom posbrankial yang bermigrasi ke depan,

bersama saraf hipoglosus. Migrasi saraf hipoglosus diduga mempunyai

hubungan denga fistula brankial. Tiroid berkembang dari foramen sekum

yang terdapat di lidah bagian belakang dan bermigrasi sepanjang duktus

tiroglosus ke leher. Jika migrasi ini tidak terjadi, mengakibatkan tiroid

lingualis. Sisa dari duktus tiroglosus dapat menetap, dan letaknya di

belakang korpus tulang hyoid.

Kelenjar liur tumbuh sebagai kantong dari epitel mulut dan terletak dekat

sebelah depan saraf-saraf penting. Duktus submandibularis dilalui oleh

saraf lingualis. Saraf fasialis melekat pada kelenjar parotis.

Leher pada masa embrio awal tidak ada leher yang jelas, memisahkan

toraks dari kepala. Leher dibentuk seperti jantung, di mana berasal dari

dibawah foregut, yang bermigrasi ke rongga toraks dan aparatus brankial

berkembang menjadi bentuk yang sekarang. Migrasi dari jantung

merupakan sebab mengapa beberapa struktur dari leher bermigrasi

terakhir. Pada masa embrio awal terdapat beberapa tonjolan sepanjang tepi

dari foregut yang juga dapat dilihat dari luar. Tonjolan ini adalah aparatus

brankialis.

Meskipun secara filogenetik terdapat enam arkus brankialis, arkus kelima

tidak pernah berkembang pada manusia, dan hanya membentuk

ligamentum arteriosum. Hanya empat arkus yang dapat dilihat dari luar.

Setiap arkus brankialis mempunyai sepotong kartilago, yang berhubungan

dengan kartilago ini adalah arkus arteri, saraf, dan beberapa mesenkim

yang akan membentuk otot. Dibelakang setiap arkus terdapat alir eksternal

4

Page 3: Anatomi Tenggorok

yang terdiri dari ektodermal. Daerah diantara ektodermal dan endodermal

dikenal dengan lempeng akhir.

Bagian dari stuktur yang disebut diatas berkembang menjadi struktur

dewasa yang tetap. Bagian yang seharusnya hilang dapat menetap dan

membentuk struktur abnormal pada dewasa. Derivat normal dari aparatus

brankialis (dicatat pada tabel 1). Sebaiknya dicatat bahwa celah ektodermal

dan kantong endodermal terdapat dibelakang arkus kartilago, arteri, dan

saraf.

Tabel 1.Derivat dari aparatus brankialis

I II III IV VKartilago

Arteri

Saraf

Otot

Maleus

Inkus

Ligamentum

sfenomandibulari

s

Mandibula (dalam

membran sekitar

kartilago)

Meningea media

Mandibularis

Pengunyah

Tensor timpani

Tensor veli

Stapes

Stiloid

Ligamentum

stilohyoidea

Cabang post-

aurikularis

stilomastoidea

Stapedia

persisten

Fasialis

Ekspresi

wajah

Stapedius

Aurikularis

Kornu mayor

Korpus hioid

bagian bawah

Korpus hioid

Karotis

komunis dan

interna

Glosofaringeal

Stilofaringeus

Tiroidea

Arkus aorta

Ligamentum

arteriosum

Subklavia

kanan

Laringeus

superior

Krikotiroid

Krikoidea

Arteri

pulmonal

Laringeus

rekurens

Otot

intrinsik

laring

5

Page 4: Anatomi Tenggorok

Ektodermal

Endodermal

palatini

Milohiodea

Digastrikus

anterior

Kanalis eksterna

Membran timpani

eksterna

Tuba eustachius

Telinga tengah

Sel-sel udara

mastoid

Stilohiodea

Digastrikus

posterior

Celah diatas

tonsila

Menetapnya bagian aparatus brankialis abnormal dapat menimbulkan

bermacam kista, sinus dan fistula. Menetapnya ektodermal dari arkus

brankialis pertama dapat menyebabkan kista atau sinus yang terletak

sejajar dan bahkan dapat memperbanyak pada saluran telinga luar. Jenis

yang berbeda dari menetapnya aparatus brankialis dapat menimbulkan

kista, sinus atau fistula yang terletak pada satu garis bagian dalam telinga

luar melalui kelenjar parotis sampai sudut mandibula di depan

sternokleidomastoideus. Seperti sisa arkus pertama dapat melalui di depan,

di belakang, bahkan melalui cabang saraf fasialis.

Derivat tulang dari arkus pertama mungkin abnormal pada sindrom

Treacher Collins. Arteri dari arkus kedua dapat membentuk arteri stapedia

persisten yang melalui krus stapes. Dengan adanya arteri ini, tidak

memungkinkan untuk melakukan stapedektomi.

Ektodermal dan endodermal dari arkus kedua dan ketiga dapat juga

membentuk kista, sinus dan fistula. Normal muara dari arkus kedua, ketiga

dan keempat diliputi oleh pertumbuhan dari daerah yang disebut tonjolan

epiperikardial. Saraf pada daerah ini adalah saraf asesorius spinalis, dan

mesenkimnya membentuk otot sternokleidomastpideus dan trapesius.

6

Page 5: Anatomi Tenggorok

Tonjolan epikardial menyatu dengan arkus brankialis kedua, menutupi

muara alur brankialis kedua, ketiga dan keempat sebagai kista ektodermal,

sinus servikalis dari His, yang normalnya menghilang. Juga otot lidah yang

berasal dari miotom post-brankialis, bermigrasi kedasar mulut, melalui

belakang derivat brankialis. Oleh karena itu muara dari derivat brankialis

persisten terletak di depan otot sternokleidomastoideus dan salurannya

melalui bagian atas saraf hipoglosus. Oleh karena itu dapat diduga secara

tepat garis dari kista, sinus, dan fistula brankialis kedua dan ketiga.

Fistula brankialis kedua terbuka di depan otot sternokleidomastoideus,

masuk ke leher di depan arteri karotis komunis dan interna, biasanya

diantara arteri karotis interna dan eksterna, kemudian diatas saraf

glossofaringeus dan hipoglosus ke arah tonsila. Fistula brankialis ketiga

terbuka di depan otot sternokleidomastoideus, melalui bagian belakang

arteri karotis komunis dan interna dan diatas saraf hipoglosus tetapi di

bawah saraf glosofaringeus dan stilofaringeus, masuk ke faring diatas

daerah yang dipersarafi oleh saraf laringeus superior. Tanda-tanda sisa

kantong brankialis keempat dapat menetap sebagai saluran dari faring

bagian bawah sampai daerah tiroid dan kadang-kadang dapat

menyebabkan tiroiditis supuratifa.

Kelainan lain yang menarik dari aparatus brankialis terjadi arteri subklavia

kanan mempunyai kelainan sejak semula dan saraf laringeus rekurens

melintas dari dasar kranium ke laring. Kelenjar tiroid tidak dapat menetap.

Pengangkatan total duktus ini termasuk memotong korpus hioid. Posisi

kelenjar paratioid dapat bervariasi, dan jaringan paratiroid dapat bemigrasi

bersama timus ke mediastinum anterior.

2.2 AnatomiPada anatomi, tenggorokan bagian dari leher depan sampai kolumna

vertebra. Terdiri dari faring dan laring. Bagian yang terpenting dari

tenggorokan adalah epiglottis, ini menutup jika ada makanan dan minuman

yang lewat dan akan menuju ke esophagus. Tenggorakan jika dipendarahi

7

Page 6: Anatomi Tenggorok

oleh bermacam-macam pembuluh darah, otot faring, trakea dan esophagus.

Tulang hyoid dan klavikula merupakan salah satu tulang tenggorokan untuk

mamalia.

Gambar 1: Diagram tenggrokan pada manusia

2.2.1 Rongga mulutRongga mulut dan faring dibagi menjadi beberapa bagian.

Rongga mulut terletak di depan batas bebas palatum mole, arkus

faringeus anterior dan dasar lidah.

Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot

orbikularis oris yang dipersarafi oleh saraf fasilais. Vermilion

berwarna merah karena di tutupi oleh lapisan tipis epitel skuamosa.

Ruangan di antara mukosa pipi bagian dalam dan gigi adalah

vestibulum oris. Muara duktus kelenjar parotis menghadap gigi

molar kedua atas.

Gigi ditunjang oleh krista alveolar mandibula dibagian bawah

dan krista alveolar maksila di bagian atas. Gigi pada bayi terdiri dari

8

Page 7: Anatomi Tenggorok

dua gigi seri, satu gigi taring dan dua gigi geraham. Gigi dewasa

terdiri dari dua gigi seri dan satu gigi taring, dua gigi premolar dan

tiga gigi molar. Permukaan oklusal dari gigi seri berbentuk

menyerupai pahat dan gigi taring tajam, sedangkan gigi premolar

dan molar mempunyai permukaan oklusal yang datar. Daerah

diantara gigi molar paling belakang atas dan bawah dikenal dengan

trigonum retromolar.

Palatum dibentuk oleh tulang dari palatum durum dibagian

depan dan sebagian besar dari otot palatum mole dibagian

belakang. Palatum mole dapat diangkat untuk faring bagian nasal

dari rongga mulut dan orofaring. Ketidakmampuan palatum mole

menutup akan mengakibatkan bicara yang abnormal (rinolalia

aperta) dan kesulitan menelan. Dasar mulut diantara lidah dan gigi

terdapat kelenjar sublingual dan bagian dari kelenjar submandibula.

Muara duktus mandibularis terletak di depan ditepi frenulum lidah.

Kegagalan kelenjar liur untuk mengeluarkan liur menyebabkan

mulut menjadi kering, atau xerostomia. Hal ini merupakan keluhan

yang menyulitkan pada beberapa pasien.

Lidah merupakan organ muskular yang aktif. Dua pertiga

bagian depan dapat digerakkan, sedangkan pangkalnya terfiksasi.

Otot dari lidah dipersarafi oleh saraf hipoglosus. Dua pertiga lidah

bagian depan dipersarafi oleh saraf lingualis dan saraf

glosofaringeus pada sepertiga lidah bagian belakang.

Korda timpani mempersarafi cita rasa lidah dua pertiga

bagian depan , sedangkan saraf glosofaringeus mempersarafi cita

rasa lidah sepertiga bagian belakang. Cita rasa dibagi dalam

daerah-daerah tertentu. Misalnya, rasa pahit dapat dirasakan pada

lidah bagian belakang. Permukaan lidah bagian atas dibagi menjadi

dua pertiga depan dan sepertiga bagian belakang oleh garis dari

papila sirkumvalata yang berbentuk huruf V merupakan tempat asal

duktus tiroglosus. Fungsi lidah untuk berbicara dan menggerakkan

9

Page 8: Anatomi Tenggorok

bolus makanan pada waktu pengunyahan dan penelanan.

Gambar 2: bagian dari rongga mulut

2.2.2 FaringFaring bagian dari leher dan tenggorokan bagian belakang

dari mulut, cavum nasi, kranial atau superior sampai esofagus,

laring dan trakea. Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang

bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di

bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus

menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikalis ke-6. ke

atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke

depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,

sedangkan dengan laring dibawah berhubungan melaui aditus

laring dan ke bawah berhubungan dengan esofagus. Panjang

dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm;

bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang.

Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia

faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.

10

Page 9: Anatomi Tenggorok

Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring

(hipofaring).

Pada mukosa dinding belakang faring terdapat dasar tulang

oksiput inferior, kemudian bagian depan tulang atas dan sumbu

badan, dan vertebra servikalis lain. Nasofaring membuka ke arah

depan ke hidung melalui koana posterior. Superior, adenoid

terletak pada mukosa atap nasofaring. Disamping, muara tuba

eustakhius kartilaginosa terdapat didepan lekukan yang disebut

fosa Rosenmuller. Kedua struktur ini berada diatas batas bebas

otot konstriktor faringis superior. Otot tensor veli palatini,

merupakan otot yang menegangkan palatum dan membuka tuba

eustakhius, masuk ke faring melalui ruangan ini. Otot ini

membentuk tendon yang melekat sekitar hamulus tulang untuk

memasuki palatum mole. Otot tensor veli palatini dipersarafi oleh

saraf mandibularis melalui ganglion otic.

Orofaring ke arah depan berhubungan dengan rongga

mulut. Tonsila faringeal dalam kapsulnya terletak pada mukosa

pada dinding lateral rongga mulut. Didepan tonsila, arkus faring

anterior disusun oleh otot palatoglosus, dan dibelakang dari arkus

faring posterior disusun oleh otot palatofaringeus otot-otot ini

membantu menutupnya orofaring bagian posterior. Semuanya

dipersarafi oleh pleksus faringeus.

Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous

blanket) dan otot:

a. Mukosa

Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung pada letaknya.

Pada nasofaring karena fungsinya untuk saluran respirasi,

maka mukosanya bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang

mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu orofaring

dan laringofaring, karena fungsinya untuk saluran cerna,

epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia.

11

Page 10: Anatomi Tenggorok

Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan

limfoid yang terletak dalam rangkaian jaringan ikat yang

termasuk dalam sistem retikuloendotelial. Oleh karena itu faring

dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan

b. Palut Lendir (Mucous Blanket)

Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap

melalui hidung. Di bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut

lendir yang terletak diatas silia dan bergerak sesuai dengan

arah gerak silia ke belakang. Palut lendir ini berfungsi untuk

menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang

diisap. Palut lendir ini mengandung enzim Lyzozyme yang

penting untuk proteksi

c. Otot

Faring merupakan daerah dimana udara melaluinya dari

hidung ke laring juga dilalui oleh makanan dari rongga mulut ke

esofagus. Oleh karena itu, kegagalan dari otot-otot faringeal,

terutama yang menyusun ketiga otot konstriktor faringis, akan

menyebabkan kesulitan dalam menelan dan biasanya juga

terjadi aspirasi air liur dan makanan ke dalam cabang

trakeobronkial.

12

Page 11: Anatomi Tenggorok

Gambar 3: Ukuran perbandingan posisi dan hubungan ketiga otot konstriktor

faringis

Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular)

dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari

m.konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini

terletak disebelah luar. Disebelah depan, otot-otot ini bertemu

satu sama lain dan dibelakang bertemu pada jaringan ikat yang

disebut ”rafe faring” (raphe pharyngis). Kerja otot konstriktor

untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini dipersarafi oleh

n.vagus (n.X)

Otot-otot yang longitudial adalah m.stilofaring dan

m.palatofaring. letak otot-otot ini sebelah dalam. M.stilofaring

gunanya untuk melebarkan faring dan menarik laring,

sedangkan m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan

menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini

bekerja sebagai elevator. Kerja kedua otot itu penting pada

waktu menelan. M.stilofaring dipersarafi oleh n.IX sedangkan

m.palatofaring dipersarafi dan m.azigos uvula.

13

Page 12: Anatomi Tenggorok

M.levator veli palatini membentuk sebagian besar palatum

mole dan kerjanya untuk menyempitkan ismus faring dan

memperlebar ostium tuba eustacius.otot ini dipersarafi oleh n.X

M. tensor veli palatini membentuk tenda palatum mole dan

kerjanya untuk mengencangkan bagian anterior palatum mole

dan membuka tuba eustachius. Otot ini dipersarafi oleh n.X

M. palatoglosus membentuk arkus anterior faring dan

kerjanya menyempitkan ismus faring. Otot ini dipersarafi oleh

n.X

M. palatofaring membentuk arkus posterior faring. Otot ini

dipersarafi oleh n.X.

M. azigos uvula merupakan otot yang kecil, kerjanya

memperpendek dan menaikkan uvula ke belakang atas. Otot ini

dipersarafi oleh n.X.

d. Pendarahan

Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-

kadang tidak beraturan. Yang utama berasal dari cabang

a.karotis eksterna (cabang faring asendens dan cabang fausial)

serta dari cabang a.maksila interna yakni cabang palatina

superior.

e. Persarafan

Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari

pleksus faring yang ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang

faring dari n.vagus, cabang dari n.glosofaring dan serabut

simpatis. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut motorik. Dari

pleksus faring yang ekstensif ini keluar cabang-cabang untuk

otot-otot faring kecuali m.stilofaring yang dipersarafi lansung

oleh cabang n.glosofaring (n.IX).

f. Kelenjar getah bening

Aliran limfa dari dinding faring dapat melaui 3 saluran yakni

superior, media dan inferior. Saluran limfa superior mengalir ke

14

Page 13: Anatomi Tenggorok

kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar getah bening

servikal dalam atas. Saluran limfa media mengalir ke kelenjar

getah bening jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam atas,

sedangkan saluran limfa inferior mengalir ke kelenjar getah

bening servikal dalam bawah.

Berdasarkan letak, faring dibagi atas:

1. Nasofaring

Berhubungan erat dengan beberapa struktur penting

misalnya adenoid, jaringan limfoid pada dinding lareral faring

dengan resessus faring yang disebut fosa rosenmuller, kantong

rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis

serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring diatas

penonjolan kartilago tuba eustachius, konka foramen jugulare,

yang dilalui oleh nervus glosofaring, nervus vagus dan nervus

asesorius spinal saraf kranial dan vena jugularis interna bagian

petrosus os.tempolaris dan foramen laserum dan muara tuba

eustachius

2. Orofaring

Disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah

palatum mole, batas bawahnya adalah tepi atas epiglotis

kedepan adalah rongga mulut sedangkan kebelakang adalah

vertebra servikal. Struktur yang terdapat dirongga orofaring

adalah dinding posterior faring, tonsil palatina fosa tonsil serta

arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan

foramen sekum

a. Dinding posterior faring

Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut

terlibat pada radang akut atau radang kronik faring, abses

retrofaring, serta gangguan otot bagian tersebut. Gangguan

otot posterior faring bersama-sama dengan otot palatum

mole berhubungan dengan gangguan n.vagus.

15

Page 14: Anatomi Tenggorok

b. Fosa tonsil

Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan

posterior. Batas lateralnya adalah m.konstriktor faring

superior. Pada batas atas yang disebut kutub atas (upper

pole) terdapat suatu ruang kecil yang dinamakan fossa

supratonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat jarang dan biasanya

merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi

abses. Fosa tonsil diliputi oleh fasia yang merupakan bagian

dari fasia bukofaring dan disebu kapsul yang sebenar-

benarnya bukan merupakan kapsul yang sebena-benarnya

c. Tonsil

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan

ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya.

Terdapat macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid),

tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya

membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer. Tonsil

palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam

fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah

intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua.

Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah.

Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan

mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi

tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di

dalam kriptus biasanya biasanya ditemukan leukosit,

limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan.

Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang

sering juga disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat

erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi

pada tonsilektomi.Tonsil mendapat darah dari a.palatina

minor, a.palatina ascendens, cabang tonsil a.maksila

eksterna, a.faring ascendens dan a.lingualis dorsal.

16

Page 15: Anatomi Tenggorok

Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi

dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di

sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada

apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila sirkumvalata.

Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus

tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila

ada massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau kista duktus

tiroglosus.

Infeksi dapat terjadi di antara kapsul tonsila dan ruangan

sekitar jaringan dan dapat meluas keatas pada dasar

palatum mole sebagai abses peritonsilar.

Gambar 4 : Gambar dari dinding faring bagian lateral. Inset

menunjukkan struktur yang terdapat disekitar tonsila.

3. Laringofaring (hipofaring)

Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas yaitu

dibawah valekula epiglotis berfungsi untuk melindungi glotis

ketika menelan minuman atau bolus makanan pada saat bolus

tersebut menuju ke sinus piriformis (muara glotis bagian medial

dan lateral terdapat ruangan) dan ke esofagus, nervus laring

superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi

17

Page 16: Anatomi Tenggorok

laringofaring. Sinus piriformis terletak di antara lipatan

ariepiglotika dan kartilago tiroid. Batas anteriornya adalah laring,

batas inferior adalah esofagus serta batas posterior adalah

vertebra servikal. Lebih ke bawah lagi terdapat otot-otot dari

lamina krikoid dan di bawahnya terdapat muara esofagus.

Bila laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada

pemeriksaan laring tidak langsung atau dengan laringoskop

pada pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertama yang

tampak di bawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini

merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum

glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral

pada tiap sisi. Valekula disebut juga “ kantong pil” ( pill pockets),

sebab pada beberapa orang, kadang-kadang bila menelan pil

akan tersangkut disitu.

Dibawah valekula terdapta epiglotis. Pada bayi epiglotis ini

berbentuk omega dan perkembangannya akan lebih melebar,

meskipun kadang-kadang bentuk infantil (bentuk omega) ini

tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis ini

dapat menjadi demikian lebar dan tipisnya sehingga pada

pemeriksaan laringoskopi tidak langsung tampak menutupi pita

suara. Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi (proteksi) glotis

ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus

tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus.

Nervus laring superior berjalan dibawah dasar sinus

piriformis pada tiap sisi laringofaring. Hal ini penting untuk

diketahui pada pemberian anestesia lokal di faring danlaring

pada tindakan laringoskopi langsung.

18

Page 17: Anatomi Tenggorok

Gambar 5: karilago epiglotika

RUANG FARINGAL

Ada dua ruang yang berhubungan denga faring yang secara

klinik mempunyai arti penting, yaitu retrofaring dan ruang

parafaring.

a. Ruang retrofaring (retropharyngeal space)

Dinding anterior ruang ini adalah dinding belakang faring

yang terdiri dari mukosa faring, fasia faringobasilaris dan

otot faring. Ruang ini berisi jaringan ikat jarang dan fasia

prevertebralis. Ruang ini mulai dari dasar tengkorak di

bagian atas sampai batas paling bawah dari fasia servikalis.

Serat-serat jaringan ikat di garis tengah mengikatnya pada

vertebra. Disebelah lateral ruang ini berbatasan dengan fosa

faringomaksila. Abses retrofaring sering ditemukan pada

bayi atau anak. Kejadiaannya ialah karena diruang

retrofaring terdapat kelenjar-kelenjar limfa. Pada

peradangan kelenjar limfa itu, dapat terjadi supurasi, yang

bilamana pecah, nanahnya akan tertumpah di dalam ruang

19

Page 18: Anatomi Tenggorok

retrofaring. Kelenjar limfa diruang retrofaring ini akan banyak

menghilang pada pertumbuhan anak.

b. Ruang parafaring (fosa faringomaksila = pharyngo-maxillary

fossa)

Ruang ini berbentuk kerucut dengan dasarnya yang terletak

pada dasar tengkorak dekat foramen yugularis dan

puncaknya pada kornu mayus os hioid. Ruang ini dibatasi di

bagian dalam oleh m.konstriktor faring superior, batas

luarnya adalah ramus ascenden mandibula yang melekat

dengan m,pterigoid interna dan bagian posterior kelenjar

parotis.

Fosa ini dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama

besarnya oleh os stiloid denga melekat padanya. Bagian

anterior (presteloid) adalah bagian yang lebih luas dan dapat

mengalami supuratif sebagai akibat tonsil meradang,

beberapa bentuk mastoid atau petrositis, atau dari karies

dentis.

Bagian yang lebih sempit di bagian posterior

(posterior stiloid) berisi a.karotis interna, v.jugularis interna,

n.vagus yang dibungkus dalam suatu sarung yang disebut

selubung karotis (carotid sheath). Bagian ini dipisahkan dari

ruang retrofaring oleh suatu lapisan fasia yang tipis.

2.2.3 LaringLaring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas

bagian atas. Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung,

dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah.

Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas

bawahnya ialah batas kaudal kartilago krikoid.

Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu

tulang hioid, dan beberapa buah tulang rawan. Tulang hioid

berbentuk seperti huruf U, yang permukaan atasnya dihubungkan

20

Page 19: Anatomi Tenggorok

dengan lidah, mandibula dan tengkorak oleh tendo dan otot-otot.

Sewaktu menelan, kontraksi otot-otot ini akan menyebabkan laring

tertarik ke atas, sedangkan bila laring diam, maka otot-otot ini

bekerja untuk membuka mulut dan membantu menggerakkan lidah.

Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago

epiglotis, kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata,

kartilago tiroid.

Kartilago krikoid dihubungkan dengan kartilago tiroid oleh

ligamentum krikotiroid. Bentuk kartilago krikoid berupa lingkaran.

Terdapat 2 buah (sepasang) kartilago aritenoid yang terletak

dekat permukaan belakang laring, dan membentuk sendi dengan

kartilago krikoid, disebut artikulasi krikoaritenoid.

Sepasang kartilago kornikulata (kiri dan kanan) melekat

pada kartilago aritenoid di daerah apeks, sedangkan sepasang

kartilago kuneiformis terdapat didalam lipatan ariepiglotik, dan

kartilago tritisea terletak di dalam ligamentum hiotiroid lateral.

Pada laring terdapat 2 buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid

dan artikulasi krikoaritenoid.

Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah

ligamentum seratokrikoid (anterior, lateral dan posterior),

ligamentum krikotiroid medial, ligamentum krikotiroid posterior,

ligamentum kornikulofaringal, ligamentum hiotiroid lateral,

ligamentum hiotiroid medial, ligamentum hioepiglotika, ligamentum

ventrikularis, ligamentum vokale yang menghubungkan kartilago

aritenoid dengan kartilago tiroid, dan ligamentum tiroepiglotika.

Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot

ekstrinsik dan otot-otot intrinsik. Otot-otot ekstrinsik terutama

bekerja pada laring secara keseluruhan, sedangkan otot-otot

intrinsik menyebabkan gerak bagian-bagian laring sendiri.

21

Page 20: Anatomi Tenggorok

Otot-otot ekstrinsik laring ada yang terletak di atas tulang

hioid (suprahioid), dan ada yang terletak di bawah tulang hioid

(infrahioid).

Otot-otot ekstrinsik yang suprahioid ialah m.digastrikus,

m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid. Otot yang infrahioid

ialah m.sternohioid, m.omohioid dan m.tirohjoid.

Otot-otot ekstrinsik laring yang suprahioid berfungsi menarik

laring ke bawah, sedangkan yang infrahioid menarik laring ke atas.

Otot-otot intrinsik laring ialah m.krikoaritenoid lateral,

m.tiroepiglotika, m.vokalis, m.tiroaritenoid, m.ariepiglotika dan

m.krikotiroid. Otot-otot ini terletak di bagian lateral laring.

Otot-otot intrinsik laring yang terletak di bagian posterior,

ialah m.aritenoid transversum, m.aritenoid oblik dan

m.krikoaritenoid posterior.

RONGGA LARING

Batas atas rongga laring (cavum laryngis) ialah aditus laring,

batas bawahnya ialah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago

krikoid. Batas depannya ialah permukaan belakang epiglotis,

tuberkulum epiglotik, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua

belah lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid. Batas

lateralnya ialah membran kuadrangularis, kartilago aritenoid, konus

elastikus dan arkus kartilago krikoid, sedangkan batas belakangnya

ialah m.aritenoid transversus dan lamina kartilago krikoid.

Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan

ligamentum ventrikulare, maka terbentuklah plika vokalis (pita

suara asli) dan plika ventrikularis (pita suara palsu).

Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan, disebut rima

glotis, sedangkan antara kedua plika ventrikularis, disebut rima

vestibuli.

22

Page 21: Anatomi Tenggorok

Plika vokalis dan plika ventrikularis membagi rongga laring

dalam 3 bagian, yaitu vestibulum laring, glotik dan subglotik.

Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat di atas

plika ventrikularis. Daerah ini disebut supraglotik.

Antara plika vokalis dan plika ventrikularis, pada tiap sisinya

disebut ventrikulus laring Morgagni.

Rima glotis terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian intermembran

dan bagian interkartilago. Bagian intermembran ialah ruang antara

kedua plika vokalis, dan terletak di bagian anterior, sedangkan

bagian interkartilago terletak antara kedua puncak kartilago

aritenoid, dan terletak di bagian posterior.

Daerah subglotik adalah rongga laring yang terletak di

bawah pita suara (plika vokalis).

a. Persarafan laring

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu

n.laringis superior dan n.laringis inferior. Kedua saraf ini

merupakan campuran saraf motorik dan sensorik.

Nervus laringis superior mempersarafi m.krikotiroid,

sehingga memberikan sensasi pada mukosa laring di bawah

pita suara. Saraf ini mula-mula terletak di atas m.konstriktor

faring medial, di sebelah medial a.karotis interna dan eksterna,

kemudian menuju ke kornu mayor tulang hioid, dan setelah

menerima hubungan dengan ganglion servikal superior,

membagi diri dalam 2 cabang, yaitu ramus eksternus dan ramus

internus.

Ramus eksternus berjalan pada permukaan luar

m.konstriktor faring inferior dan menuju ke m.krikotiroid,

sedangkan ramus internus tertutup oleh m.tirohioid terletak di

sebelah medial a.tiroid superior, menembus membran hiotitiroid,

dan bersama-sama dengan a.laringis superior menuju ke

mukosa laring.

23

Page 22: Anatomi Tenggorok

Nervus laringis inferior merupakan lanjutan dari n.rekuren

setelah saraf itu memberikan cabangnya menjadi ramus kardia

inferior. Nervus rekuren merupakan cabang dari n. vagus.

Nervus rekuren kanan akan menyilang a.subklavia kanan di

bawahnya, sedangkan n.rekuren kiri akan menyilang arkus

aorta. Nervus laringis inferior berjalan di antara cabang-cabang

a.tiroid inferior, dan melalui permukaan mediodorsal kelenjar

tiroid akan sampai pada permukaan medial m.krikofaring. Di

sebelah posterior dari sendi krikoaritenoid, saraf ini bercabang 2

menjadi ramus anterior dan ramus posterior. Ramus anterior

akan mempersarafi otot-otot intrinsik laring bagian lateral,

sedangkan ramus posterior mempersarafi otot-otot intrinsik

laring bagian superior dan mengadakan anastomosis dengan

n.laringis superior ramus internus.

b. Pendarahan

Pendarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang, yaitu a.laringis

superior dan a.laringis inferior.

Arteri laringis superior merupakan cabang dari a.tiroid

superior. Arteri laringis superior berjalan agak mendatar

melewati bagian belakang membran tirohioid bersama-sama

dengan cabang internus dari n.laringis superior kemudian

menembus membran ini untuk berjalan ke bawah di submukosa

dari dinding lateral dan lantai dari sinus piriformis, untuk

mempendarahi mukosa dan otot-otot laring.

Arteri laringis inferior merupakan cabang. dari a.tiroid

inferior dan bersama-sama dengan n.laringis inferior berjalan ke

belakang sendi krikotiroid, masuk laring melalui daerah pinggir

bawah dari m.konstriktor faring inferior. Di dalam laring arteri itu

bercabang-cabang, mempendarahi mukosa dan otot serta

beranastomosis dengan a.laringis superior.

24

Page 23: Anatomi Tenggorok

Pada daerah setinggi membran krikotiroid a.tiroid

superior juga memberikan cabang yang berjalan mendatari

sepanjang membran itu sampai mendekati tiroid. Kadang-

kadang arteri ini mengirimkan cabang yang kecil melalui

membran krikotiroid untuk mengadakan anastomosis dengan

a.laringis superior.

Vena laringis superior dan vena laringis inferior letaknya

sejajar dengan a.laringis superior dan inferior dan kemudian

bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.

c. Pembuluh limfa

Pembuluh limfa untuk laring banyak, kecuali di daerah

lipatan vokal. Disini mukosanya tipis dan melekat erat dengan

ligamentum vokale. Di daerah lipatan vokal pembuluh limfa

dibagi dalam golongan superior dan inferior.

Pembuluh eferen dari golongan superior berjalan lewat

lantai sinus piriformis dan a.laringis superior, kemudian ke atas,

dan bergabung dengan kelenjar dari bagian superior rantai

servikal dalam. Pembuluh eferen dari golongan inferior berjalan

ke bawah dengan a.laringis inferior dan bergabung dengan

kelenjar servikal dalam, dan beberapa di antaranya menjalar

sampai sejauh kelenjar supraklavikular.

d. Pemeriksaan klinik

Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan umum (status

generalis), pemeriksaan THT termasuk pemeriksaan laring-tak

langsung untuk melihat laring melalui kaca laring, maupun

pemeriksaan laring – langsung dengan laringoskop (atau

dengan mikroskop = mikrolarigoskopi = bedah mikro laring).

25

Page 24: Anatomi Tenggorok

e. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan meliputi

pemeriksaan laboratorium klinik, radiologik, mikrobiologik dan

patologi-anatomi.

Gambar 6: bagian daripada laring

2.2.4 TrakeaTrakea merupakan pipa yang terdiri dari tulang rawan dan

otot yang dilapisi oleh epitel torak berlapis semu bersilia, mulai dari

kartilago krikoid sampai percabangan ke bronkus utama kanan dan

kiri, pada setinggi iga ke dua pada orang dewasa dan setinggi iga

ke tiga pada anak-anak.

Trakea terletak di tengah-tengah leher dan makin ke distal

bergeser ke sebelah kanan, dan masuk ke rongga mediastinum di

belakang manubrium sterni. Trakea sangat elastis, dan panjang

serta letaknya berubah-ubah, tergantung pada posisi kepala dan

leher. Lumen trakea ditunjang oleh kira-kira 18 cincin tulang rawan

26

Page 25: Anatomi Tenggorok

yang bagian posteriornya tidak bertemu. Di bagian posterior

terdapat jaringan yang merupakan batas dengan esofagus, yang

disebut dinding bersama antara trakea dan esofagus

(tracheoesophageal party wall).

Panjang trakea kira-kira 12 sentimeter pada pria dan 10

sentimeter pada wanita. Diameter anteriorposterior rata-rata 13

milimeter, sedangkan diameter transversal rata-rata 18 milimeter.

Cincin trakea yang paling bawah meluas ke inferior dan posterior di

antara bronkus utama kanan dan kiri, membentuk sekat yang

lancip di sebelah dalam, yang disebut karina.

Mukosa di daerah subglotik merupakan jaringan ikat jarang,

yang disebut konus elastikus. Keistimewaan jaringan ini ialah, bila

terangsang mudah terjadi edema dan akan terbentuk jaringan

granulasi bila rangsangan berlangsung lama. Pada pemeriksaan

endoskopik tampak trakea merupakan tabling yang datar pada

bagian posterior, sedangkan di bagian anterior tampak cincin

tulang rawan. Mukosa di atas cincin trakea berwarna putih, dan di

antara cincin itu berwarna merah muda. Pada bagian servikal dan

torakal trakea berbentuk oval, karena tertekan oleh kelenjar tiroid

dan arkus aorta.

Gambar 7 : Anatomi trakea

27

Page 26: Anatomi Tenggorok

2.2.4 Esofagus Esofagus bagian servikal terletak kurang lebih pada garis

tengah leher di belakang trakea dan didepan korpus vertebra. Saraf

laringeus rekurens terdapat alur diantara esofagus dan trakea.

Arteri karotis komunis dan isi selubung karotis terletak di lateral

esofagus. Pada lapisan otot faring terdapat daerah trigonum yang

lemah di atas otot krikofaringeus yang berkembang dari krikoid dan

mengelilingi esofagus bagian atas. Divertikulum yang disebut

Divertikulum Zenker dapat keluar melalui daerah yang lemah ini

dan berlawanan dengan penelanan

Gambar 8: Perjalanan esofagus

2.3 Fisiologi2.3.1 Fungsi faring

Terutama untuk pernapasan, menelan, resonansi suara dan

artikulasi. Tiga dari fungsi-fungsi ini adalah jelas. Fungsi penelanan

akan dijelaskan terperinci.

a. Penelanan

Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama

gerakan makanan dari mulut ke faring secara volunter. Tahap

28

Page 27: Anatomi Tenggorok

kedua, transport makanan melalui faring dan tahap ketiga,

jalannya bolus melalui esofagus, keduanya secara involunter.

Langkah yang sebenarnya adalah: pengunyahan makanan

dilakukan pada sepertiga tengah lidah. Elevasi lidah dan

palatum mole mendorong bolus ke orofaring. Otot supra hiod

berkontraksi, elevasi tulang hioid dan laring intrinsik

berkontraksi dalam gerakan seperti sfingter untuk mencegah

aspirasi. Gerakan yang kuat dari lidah bagian belakang akan

mendorong makanan kebawah melalui orofaring, gerakan

dibantu oleh kontraksi otot konstriktor faringis media dan

superior. Bolus dibawa melalui introitus esofagus ketika otot

konstriktor faringis inferior berkontraksi dan otot krikofaringeus

berelaksasi. Peristaltik dibantu oleh gaya berat, menggerakkan

makanan melalui esofagus dan masuk ke lambung

b. Proses berbicaraPada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu

dari otot-otot palatum dan faring. Gerakan ini antara lain berupa

pendekatan palatum mole kearah dinding belakang faring.

Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan

mula-mula m.salpingofaring dan m.palatofaring, kemudian

m.levator veli palatine bersama-sama m.konstriktor faring

superior. Pada gerakan penutupan nasofaring m.levator veli

palatini menarik palatum mole ke atas belakang hampir

mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi

oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding belakang faring

yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan

faring sebagai hasil gerakan m.palatofaring (bersama

m,salpingofaring) oleh kontraksi aktif m.konstriktor faring

superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu

bersamaan.

29

Page 28: Anatomi Tenggorok

Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini

menetap pada periode fonasi, tetapi ada pula pendapat yang

mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat

bersamaan dengan gerakan palatum.

2.3.2 Fungsi laringLaring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi,

menelan, emosi serta fonasi.

Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan

dan benda asing masuk ke dalam trakea, dengan jalan menutup

aditus laring dan rima glotis secara bersamaan. Terjadinya

penutupan aditus laring ialah karena pengangkatan laring ke atas

akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilago

aritenoid bergerak ke depan akibat kontraksi m.tiroaritenoid dan

m.aritenoid. Selanjutnya m.ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter.

Penutupan rima glotis terjadi karena adduksi plika vokalis.

Kartilago aritenoid kiri dan kanan mendekat karena aduksi otot-otot

intrinsik.

Selain itu dengan refleks batuk, benda asing yang telah

masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan ke luar. Demikian juga

dengan bantuan batuk, sekret yang berasal dari paru dapat

dikeluarkan.

Fungsi respirasi dari laring ialah dengan mengatur besar

kecilnya rima glotis. Bila m.krikoaritenoid posterior berkontraksi

akan menyebabkan prosesus vokalis kartilago aritenoid bergerak

ke lateral, sehingga rima glotis terbuka.

Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di dalam

traktus trakeobronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah

dari alveolus, sehingga mempengaruhi sirkulasi darah tubuh.

Dengan demikian laring berfungsi juga sebagai alat pengatur

sirkulasi darah.

30

Page 29: Anatomi Tenggorok

Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah

dengan 3 mekanisme, yaitu gerakan laring bagian bawah ke atas,

menutup aditus laringis dan mendorong bolus makanan turun ke

hipofaring dan tidak mungkin masuk ke dalam laring.

Laring juga mempunyai fungsi untuk mengekpresikan emosi,

seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain.

Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan membuat

suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya

nada diatur oleh peregangan plika vokalis. Bila plika vokalis dalam

aduksi, maka m.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid ke

bawah dan ke depan, menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang

bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik

kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis kini dalam keadaan

yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi

m.krikoaritenoid akan mendorong kartilago aritenoid ke depan,

sehingga plika vokalis akan mengendor. Kontraksi serta

mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya

nada.

Suara parau bukan merupakan suatu penyakit, tetapi

merupakan gejala penyakit. Keluhan suara parau tidak jarang kita

temukan dalam klinik.

Suara parau ini digambarkan oleh pasien sebagai suara

yang kasar, atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada

lebih rendah dari suara yang biasa/normal.

Setiap keadaan yang menimbulkan gangguan dalam

getaran, gangguan dalam ketegangan serta gangguan dalam

pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan akan menimbulkan

suara parau.

Walaupun suara parau hanya merupakan gejala, tetapi bila

prosesnya berlangsung lama (kronik) keadaan ini dapat merupakan

31

Page 30: Anatomi Tenggorok

tanda awal dari penyakit yang serius di daerah tenggorok,

khususnya taring.

Penyebab suara parau dapat bermacam-macam yang

prinsipnya menimpa laring dan sekitarnya. Penyebab (etiologi) ini

dapat beriipa radang, tumor (neoplasma), paralisis otot-otot laring,

kelainan laring seperti sikatriks akibat operasi, fiksasi pada sendi

krikoaritenoid dan lain-lain. Ada satu keadaan yang disebut sebagai

disfonia ventrikular, yaitu keadaan plika ventrikular yang mengambil

alih fungsi fonasi dari pita suara, misalnya sebagai akibat

pemakaian suara yang terus menerus pada pasien dengan

laringitis akut. Inilah pentingnya istirahat berbicara (vocal rest) pada

pasien dengan laringitis akut, disamping pemberian obat-obatan.

Radang laring dapat akut atau kronik. Radang akut biasanya

disertai gejala lain seperti demam, dedar (malaise), nyeri menelan

atau berbicara, batuk, di samping suara parau. Kadang-kadang

dapat terjadi sumbatan laring dengan gejala stridor serta cekungan

di epigastrium, sela iga dan sekitar klavikula. Radang kronik tidak

spesifik, dapat disebabkan oleh sinusitis kronis atau bronkitis kronis

atau karena penggunaan suara seperti berteriak-teriak atau biasa

berbicara keras (vocal abuse = penyalahgunaan suara). Radang

kronik spesifik misalnya tuberkulosa dan lues. Gejalanya selain

suara parau, terdapat juga gejala penyakit penyebab atau penyakit

yang menyertainya.

Tumor laring dapat jinak atau ganas. Gejala tergantung dari

lokasi tumor, misalnya tumor pita suara segera timbul suara parau

dan bila tumor tumbuh menjadi besar menimbulkan sumbatan jalan

napas. Tumor ganas biasanya tumbuh lebih cepat. Tumor ganas

sering disertai gejala lain, misalnya batuk (kadang-kadang batuk

darah), berat badan menurun, keadaan umum memburuk.

Paralisis otot laring dapat disebabkan oleh gangguan

persarafan, baik sentral maupun perifer, dan biasanya paralisis

32

Page 31: Anatomi Tenggorok

motorik bersama dengan paralisis sensorik. Kejadiannya dapat

unilateral atau bilateral. Lesi intrakranial biasanya mempunyai

gejala lain dan muncul sebagai kelainan neurologik selain dari

gangguan suaranya. Penyebab sentral, misalnya paralisis bulbar,

siringomielia, tabes dorsalis, multipel sklerosis. Penyebab perifer,

misalnya struma, pasca strumektomi, limfadenopati koli, trauma

leher, tumor esofagus dan mediastinum, aneurisma aorta dan

arteria subsklavia kanan.

Paralisis pita suara merupakan kelainan otot intrinsik laring

yang sering ditemukan dalam klinik. Dalam menilai tingkat

pembukaan rimaglotis dibedakan dalam 5 posisi pita suara, yaitu

posisi median, posisi paramedian, posisi intermedian, posisi

abduksi ringan dan posisi abduksi penuh. Pada posisi median

kedua pita suara terdapat di garis tengah, pada posisi paramedian

pembukaan pita suara berkisar 3-5 mm dan pada posisi

intermedian 7 mm. Pada posisi abduksi ringan pembukaan pita

suara kira-kira 14 mm dan pada abduksi penuh 18-19 mm.

Gambaran posisi pita suara dapat ber-macam-macam (berlain-

lainan) tergantung dari otot mana yang terkena. Karena saraf laring

superior dan inferior bersifat motorik dan sensorik, maka biasanya

paralisis motorik terdapat bersamaan dengan paralisis sensorik

pada laring.

Paralisis motorik otot laring dapat digolongkan menurut

lokasi, jenis otot yang terkena atau jumlah otot yang terkena.

Penggolongan menurut lokasi, misalnya dikenal paralisis unilateral

atau bilateral. Menurut jenis otot yang terkena dikenal paralisis

aduktor atau paralisis abduktor atau paralisis tensor. Sedangkan

penggolongan menurut jumlah otot yang terkena, paralisis

sempurna atau tidak sempurna.

Secara klinik paralisis otot taring dikenal unilateral midline

paralysis, unilateral incomplete paralysis, bilateral midline paralysis,

33

Page 32: Anatomi Tenggorok

bilateral incomplete paralysis, complete paralysis, adductor

paralysis, thyroarythenoid muscle paralysis dan cricothyroid muscle

paralysis.

34