Top Banner
NEFROTIK SINDROM A. Pengertian Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal ( Ngastiyah, 1997). Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama pada anak- anak. Biasanya berupa oliguria dengan urin berwarna gelap, atau urin yang kental akibat proteinuria berat (Mansjoer Arif, dkk. 1999). Nephrotic Syndrome merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik: proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema (Suryadi, 2001). Sindrom Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004). Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001). Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang 1
45

NS dan GNA

Aug 04, 2015

Download

Documents

Nadia Aiiuu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: NS dan GNA

NEFROTIK SINDROM

A. Pengertian

Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,

hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi

dan penurunan fungsi ginjal ( Ngastiyah, 1997).

Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama pada anak-anak. Biasanya berupa oliguria

dengan urin berwarna gelap, atau urin yang kental akibat proteinuria berat

(Mansjoer Arif, dkk. 1999).

Nephrotic Syndrome merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya

injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik: proteinuria,

hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema

(Suryadi, 2001).

Sindrom Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan

permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan

protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004).

Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri

glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria,

hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).

Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria

massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml)

yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002).

Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:

Sindrom nefrotik, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada

anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif,

hipoalbuminemia, hiperkholesterolemia serta sembab.

Yang dimaksud proteinuria masif adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar

50-100 mg/kg berat badan/hari atau lebih. Albumin dalam darah biasanya menurun

hingga kurang dari 2,5 gram/dl. Selain gejala-gejala klinis di atas, kadang-kadang

dijumpai pula hipertensi, hematuri, bahkan kadang-kadang azotemia.

1

Page 2: NS dan GNA

B. Etiologi

Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap

sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen – antibodi. Umumnya etiologi

dibagi menjadi :

1. Sindrom nefrotik bawaan

Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten

terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal dalam

bulan-bulan pertama kehidupannya.

2. Sindrom nefrotik sekunder

Disebabkan oleh :

Malaria kuartana atau parasit lainnya.

Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid.

Glumerulonefritis akut atau kronik,

Trombosis vena renalis.

Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air raksa.

Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif

hipokomplementemik.

3. Sindrom nefrotik idiopatik

Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik primer. Berdasarkan

histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dgn pemeriksaan mikroskop biasa dan

mikroskop elektron, Churk dkk membaginya menjadi :

2

Page 3: NS dan GNA

a. Kelainan minimal

Pada mikroskop elektron akan tampak foot prosessus sel epitel berpadu. Dengan

cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat IgG pada dinding kapiler

glomerulus.

b. Nefropati membranosa

Semua glomerulus menunjukan penebalan dinding kapiler yang tersebar tanpa

proliferasi sel. Prognosis kurang baik.

c. Glomerulonefritis proliferatif

Glomerulonefritis proliferatif esudatif difus. Terdapat proliferasi sel mesangial

dan infiltrasi sel polimorfonukleus. Pembengkanan sitoplasma endotel yang

menyebabkan kapiler tersumbat.

Dengan penebalan batang lobular.

Terdapat prolefirasi sel mesangial yang tersebar dan penebalan batang lobular.

Dengan bulan sabit ( crescent)

Didapatkan proliferasi sel mesangial dan proliferasi sel epitel sampai kapsular

dan viseral. Prognosis buruk.

Glomerulonefritis membranoproliferatif

Proliferasi sel mesangial dan penempatan fibrin yang menyerupai membran

basalis di mesangium. Titer globulin beta-IC atau beta-IA rendah. Prognosis

buruk.

Lain-lain perubahan proliferasi yang tidak khas.

4. Glomerulosklerosis fokal segmental

Pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering disertai atrofi tubulus.

Prognosis buruk.

C. Patofisiologi

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada

hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria

menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma

menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan

cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan

jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.

3

Page 4: NS dan GNA

Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan

merangsang produksi renin – angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon

(ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan

retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.

Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan

stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik

plasma

Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam

hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak

dalam urin (lipiduria)

Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh

karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng. (Suriadi dan Rita yuliani,

2001 :217)

D. Manifestasi klinis

Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi dari

bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan

(pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke

abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah.

Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa

Pucat

Hematuri

Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.

Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan umumnya

terjadi.

Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang),

(Betz, Cecily L.2002 : 335 ).

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Uji urine

Protein urin – meningkat

Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria

Dipstick urin – positif untuk protein dan darah

Berat jenis urin – meningkat

4

Page 5: NS dan GNA

2. Uji darah

Albumin serum – menurun

Kolesterol serum – meningkat

Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)

Laju endap darah (LED) – meningkat

Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan.

3. Uji diagnostik

Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin (Betz, Cecily

L, 2002 : 335).

 

F. Penatalaksanaan

1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1

gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan menghindar

makanan yang diasinkan. Diet protein 2 – 3 gram/kgBB/hari

2. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik,

biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon

pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25 – 50

mg/hari), selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi,

alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.

3. Pengobatan kortikosteroid yang diajukan Internasional Coopertive Study of Kidney

Disease in Children (ISKDC), sebagai berikut :

Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas

permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 mg/hari.

Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40

mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60

mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan ini

dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu

4. Cegah infeksi. Antibiotik hanya dapat diberikan bila ada infeksi

5. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital

(Arif Mansjoer,2000)

G. Komplikasi

5

Page 6: NS dan GNA

Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat

hipoalbuminemia.

Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang

menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock.

Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi

peninggian fibrinogen plasma.

Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal.

(Rauf, .2002 : .27-28).

ASKEP PADA ANAK DENGAN GANGGUAN NEFROTIK SINDROM

6

Page 7: NS dan GNA

A. Pengkajian

Pengkajian yang perlu dilakukan pada klien anak dengan sindrom nefrotik (Donna L.

Wong,2004 : 550) sebagai berikut :

a. Lakukan pengkajian fisik termasuk pengkajian luasnya edema

b. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama yang berhubungan dengan

penambahan berat badan saat ini, disfungsi ginjal.

c. Observasi adanya manifestasi sindrom nefrotik :

1) Penambahan berat badan

2) Edema

3) Wajah sembab :

Khususnya di sekitar mata

Timbul pada saat bangun pagi

Berkurang di siang hari

4) Pembengkakan abdomen (asites)

5) Kesulitan pernafasan (efusi pleura)

6) Pembengkakan labial (scrotal)

7) Edema mukosa usus yang menyebabkan :

Diare

Anoreksia

Absorbsi usus buruk

8) Pucat kulit ekstrim (sering)

9) Peka rangsang

10) Mudah lelah

11) Letargi

12) Tekanan darah normal atau sedikit menurun

13) Kerentanan terhadap infeksi

14) Perubahan urin :

Penurunan volume

Gelap

Berbau buah

Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian, misalnya analisa urine akan

adanya protein, silinder dan sel darah merah; analisa darah untuk protein

serum (total, perbandingan albumin/globulin, kolesterol), jumlah darah merah,

natrium serum.

7

Page 8: NS dan GNA

B. Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan (total tubuh) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam

jaringan dan ruang ketiga.

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan

kehilangan protein dan cairan, edema

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang menurun, kelebihan

beban cairan cairan, kelebihan cairan.

4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan

pertahanan tubuh.

5. Perubahan nutrisi ; kurang dari kebtuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu

makan

6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan

8. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius

C. Intervensi Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan (total tubuh) berhubungan dengan akumulasi cairan

dalam jaringan dan ruang ketiga.

Tujuan

Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti akumulasi cairan (pasien mendapatkan volume

cairan yang tepat)

Intervensi

Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran secara akurat.

Rasional : perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan

dan penurunan resiko kelebihan cairan.

Timbang berat badan setiap hari (ataui lebih sering jika diindikasikan).

Rasional : mengkaji retensi cairan

Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada umbilicus serta pantau edema

sekitar mata.

Rasional : untuk mengkaji ascites dan karena merupakan sisi umum edema.

Atur masukan cairan dengan cermat.

Rasional : agar tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang dibutuhkan

Pantau infus intra vena

8

Page 9: NS dan GNA

Rasional : untuk mempertahankan masukan yang diresepkan

Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan.

Rasional : untuk menurunkan ekskresi proteinuria

Berikan diuretik bila diinstruksikan.

Rasional : untuk memberikan penghilangan sementara dari edema.

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan

kehilangan protein dan cairan, edema

Tujuan

Klien tidak menunjukkan kehilangan cairan intravaskuler atau shock hipovolemik

yang diyunjukkan pasien minimum atau tidak ada

Intervensi

Pantau tanda vital

Rasional : untuk mendeteksi bukti fisik penipisan cairan

Kaji kualitas dan frekwensi nadi

Rasional : untuk tanda shock hipovolemik

Ukur tekanan darah

Rasional : untuk mendeteksi shock hipovolemik

Laporkan adanya penyimpangan dari normal

Rasional : agar pengobatan segera dapat dilakukan

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang menurun,

kelebihan beban cairan cairan, kelebihan cairan.

Tujuan

Tidak menunjukkan adanya bukti infeksi

Intervensi

Lindungi anak dari kontak individu terinfeksi

Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif

Gunakan teknik mencuci tangan yang baik

Rasional : untuk memutus mata rantai penyebar5an infeksi

Jaga agar anak tetap hangat dan kering

Rasiona;l : karena kerentanan terhadap infeksi pernafasan

Pantau suhu.

Rasional : indikasi awal adanya tanda infeksi

9

Page 10: NS dan GNA

Ajari orang tua tentang tanda dan gejala infeksi

Rasional : memberi pengetahuan dasar tentang tanda dan gejala infeksi

4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan

pertahanan tubuh.

Tujuan

Kulit anak tidak menunjukkan adanya kerusakan integritas : kemerahan atau iritasi

Intervensi

Berikan perawatan kulit

Rasional : memberikan kenyamanan pada anak dan mencegah kerusakan kulit

Hindari pakaian ketat

Rasional : dapat mengakibatkan area yang menonjol tertekan

Bersihkan dan bedaki permukaan kulit beberapa kali sehari

Rasional : untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit karena gesekan dengan alat

tenun

Topang organ edema, seperti skrotum

Rasional : unjtuk menghilangkan aea tekanan

Ubah posisi dengan sering ; pertahankan kesejajaran tubuh dengan baik

Rasional : karena anak dengan edema massif selalu letargis, mudah lelah dan diam

saja

Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur penurun tekanan sesuai

kebutuhan

Rasional : untuk mencegah terjadinya ulkus

5. Perubahan nutrisi ; kurang dari kebtuhan tubuh berhubungan dengan

kehilangan nafsu makan

Tujuan

Pasien mendapatkan nutrisi yang optimal

Intervensi

Beri diet yang bergizi

Rasional : membantu pemenuhan nutrisi anak dan meningkatkan daya tahan tubuh

anak

Batasi natrium selama edema dan trerapi kortikosteroid

10

Page 11: NS dan GNA

Rasinal : asupan natrium dapat memperberat edema usus yang menyebabkan

hilangnya nafsu makan anak

Beri lingkungan yang menyenangkan, bersih, dan rileks pada saat makan

Rasional : agar anak lebih mungkin untuk makan

Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya

Rasional : untuk merangsang nafsu makan anak

Beri makanan spesial dan disukai anak

Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan

Beri makanan dengan cara yang menarik

Raional : untuk menrangsang nafsu makan anak

6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan

Tujuan

Agar dapat mengespresikan perasaan dan masalah dengan mengikutin aktivitas yang

sesuai dengan minat dan kemampuan anak.

Intervensi

Gali masalah dan perasaan mengenai penampilan

Rasional : untuk memudahkan koping

Tunjukkan aspek positif dari penampilan dan bukti penurunan edema

Rasional : meningkatkan harga diri klien dan mendorong penerimaan terhadap

kondisinya

Dorong sosialisasi dengan individu tanpa infeksi aktif

Rasional : agar anak tidak merasa sendirian dan terisolasi

Beri umpan balik posisitf

Rasional : agar anak merasa diterima

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan

Tujuan

Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuan dan mendapatkan istirahat

dan tidur yang adekuat

Intervensi

Pertahankan tirah baring awal bila terjadi edema hebat

Rasional : tirah baring yang sesuai gaya gravitasi dapat menurunkan edema

Seimbangkan istirahat dan aktifitas bila ambulasi

11

Page 12: NS dan GNA

Rasional : ambulasi menyebabkan kelelahan

Rencanakan dan berikan aktivitas tenang

Rasional : aktivitas yang tenang mengurangi penggunaan energi yang dapat

menyebabkan kelelahan

Instruksikan istirahat bila anak mulai merasa lelah

Rasional : mengadekuatkan fase istirahat anak

Berikan periode istirahat tanpa gangguan

Rasional : anak dapat menikmati masa istirahatnya

8. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit

serius

Tujuan

Pasien (keluarga) mendapat dukungan yang adekuat

Intervensi

Kenali masalah keluarga dan kebutuhan akan informasi, dukungan

Rasional : mengidentifikasi kebuutuhan yang dibutuhkan keluarga

Kaji pemahaman keluarga tentang diagnosa dan rencana perawatan

Rasional : keluarga akan beradaptasi terhadap segala tindakan keperawatan yang

dilakukan

Tekankan dan jelaskan profesional kesehatan tentang kondisi anak, prosedur dan

terapi yang dianjurkan, serta prognosanya

Rasional : agar keluarga juga mengetahui masalah kesehatan anaknya

Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga Keluarga

tentang penyakit dan terapinya

Rasional : mengoptimalisasi pendidikan kesehatan terhadap

Ulangi informasi sesering mungkin

Rasional : untuk memfasilitasi pemahaman

Bantu keluarga mengintrepetasikan perilaku anak serta responnya

Rasional : keluarga dapat mengidentifikasi perilaku anak sebagai orang yang

terdekat dengan anak

Jangan tampak terburu-buru, bila waktunya tidak tepat

Rasional : mempermantap rencana yang telah disusun sebelumnya.

(Donna L Wong,2004 : 550-552).

12

Page 13: NS dan GNA

GLOMERULONEFRITIS AKUT

A. Pengertian

Glomerulonefritis Akut (GNA) ialah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap

bakteri atau virus tertentu.  Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman Streptococcus β

hemolitikus grup A yang nefritogenik.

13

Page 14: NS dan GNA

B. Etiologi

Penyakit ini sering ditemukan pada anak berumur 3 – 7 tahun dan lebih sering

mengenai anak pria dibandingkan anak wanita.  Timbulnya GNA didahului oleh infeksi

ekstra renal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman

Streptococcus beta hemolyticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 49.

Hubungan antara GNA dan infeksi Streptococcus ini dikemukakan pertama kali

oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa :

1. Timbulnya GNA setelah infeksi skarlatina.

2. Diisolasinya kuman Streptococcus beta hemolyticus golongan A.

3. Meningkatnya titer anti – streptolisin pada serum penderita.

Antara infeksi bakteri dan timbulnya GNA terdapat masa laten selama lebih

kurang 10 hari.  Dari tipe tersebut di atas, tipe 12 dan 25 lebih bersifat netrifogen dari

pada yang lain.  Mengapa tipe yang satu lebih bersifat nefritogen dari pada yang lain,

tidaklah diketahui.

Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi

mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman Streptococcus.  GNA juga

dapat disebabkan oleh sifilis, keracunan (timah hitam, tridion), penyakit amiloid,

trombosis vena renalis, purpura anafilaktoid dan lupus eritematous.

C. Patogenesis

Hasil penyelidikan klinis – imunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan

adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab.

Beberapa penyelidik mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Terbentuknya kompleks antigen – antibodi yang melekat pada membrana basalis

glomerulus dan kemudian merusaknya.

2. Proses autoimun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan

badan autoimun yang merusak glomerulus.

3. Streptococcus nefritogen dan membrana basalis glomerulus mempunyai komponen

antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membrana

basalis ginjal.

D. Patologi

Makroskopis ginjal tampak agak membesar, pucat dan terdapat titik-titik

pendarahan pada korteks. Mikroskopik tampak hampir semua glomerulus terkena

14

Page 15: NS dan GNA

sehingga dapat disebut glomerulus difus. Tampak proliferasi sel endotel glomerulus yang

keras sehingga mengakibatkan lumen kapiler dan ruang simpai Bowman menutup. Di

samping itu terdapat pula infiltrasi sel epitel kapsul, infiltrasi sel polimorfonukleus dan

monosit. Pada pemeriksaan mikroskop electron akan tampak membrane basalis menebal

tidak teratur. Terdapat gumpalan humps di subepitelium yang mungkin dibentuk oleh

glonulin gama, komplemen dan antigen streptokokus.

E. Prognosis

Gejala fisik menghilang dalam minggu ke 2 atau ke 3 dan tekanan darah

umumnya menurun dalam waktu 1 minggu. Kimia darah menjadi normalpada minggu ke

2. Hematuria mikroskopis dan makroskopik dapat menetap selama 4-6 minggu, hitung

Addis menunjukan kenaikan jumlah eritrosis untuk 4 bulan atau lebih, dan LED

meninggi terus sampai kira-kira 3 bulan. Protein sedikitdalam urin dan menetap untuk

beberapa bulan. Eksaserbasi kadang-kadang terjadi akibat infeksi akut selama fase

penyembuhan, tetapi umumnya tidak mengubah proses penyakitnya. Pasien yang tetap

menunjukan kelainan urin selama 1 tahun dianggap menderita penyakit glomerunefrotik

kronis, walaupun dapat terjadi penyembuhan sempurna.

F. Manifestasi Klinis

Hematuria

Olguria

Edema ringan disekitar mata/seluruh tubuh

Hipertensi (60-70 %) ringan sampai berat

Edema berat pada oliguria gagal jantung

Muntah,

Terjadinya menurunan nafsu makan

Konstipasi dan diare faringitis/tonsilitis dan demam

Sakit kepala

Malese dan nyeri panggul

Edema wajah

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Laboratorium

Laju endap darah meninggi

15

Page 16: NS dan GNA

Kadar Hb ↓ → karena hipervolemia (retensi garam dan lendir)

2. Pemeriksaan urin didapatkan :

Jumlah urin mengurang

Berat jenis meninggi

Hematoria mikroskopik → sel darah merah dan sedimen protein

Albumin (+)→ proteinuria

Eritrosit (++)

Leukosit (+)

Silinder leukosit

Eritrosit dan healin

Ureumdan kreatinin darah↑

Albumin serum dan komplemen serum (globulin beta – 1C) sedikit ↓

Titer anti-streptolisin umumnya miningkat kecuali kalau infeksi streptococcus

yang mendahuluinya hanya mengenai kulit saja

Uji fungsi ginjal normal pada 50 % penderita

Kadar BUN dan kreatinin serum ↑

H. Komplikasi

1. Oliguira dan anuria dapat berlangsung 2 – 3 hari akibat berkurangnya filtrasi

glomerulus.  Meskipun oligouria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak,

namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang – kadang diperlukan.

2. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi, disebabkan

spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.

3. Gangguan sirkulasi berupa dispnoe, ortopnoe, terdapatnya ronkhi basah, pembesaran

jantung, dan meningginya tekanan darah yang bukan saja karena hipertensi, juga

karena volume plasma yang bertambah.

4. Anemia karena hipervolemia selain sintesis eritropoetik yang menurun.

I. Pengobatan

Tidak ada pengobatan khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di glomerulus.

1. Istirahat mutlak selama 3 – 4 minggu

Dulu dianjurkan istirahat selama 6 – 8 minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal

untuk menyembuh.  Namun penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa mobilisasi

16

Page 17: NS dan GNA

penderita setelah 3 – 4 minggu dari timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap

perjalanan penyakitnya.

2. Pemberian penisilin pada fase akut

Pemberian antibiotik ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan

mengurangi menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin masih ada.

Pemberian penisilin ini dianjurkan hanya untuk 10 hari, sedangkan pemberian

profilaksis yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak

dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap.  Secara teoritis seorang anak dapat

terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen lain, namun kemungkinan ini sangat kecil

sekali.

3. Makanan

Pada fase akut, diberi makanan rendah protein ( 1g / kgbb / hari) dan rendah garam (1

g  /hari).  Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan makanan

biasa bila suhu telah normal kembali.  Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan

IVFD dengan larutan glukosa 10 %.  Pada penderita tanpa komplikasi, pemberian

cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan bila ada komplikasi seperti gagal

jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus

dibatasi.

4. Pengobatan terhadap hipertensi

Hipertensi dapat diatasi secara efektif dengan vasodilator perifer (hidralazin,

nifedipin).  Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedatif untuk menenangkan

penderita sehingga dapat cukup beistirahat.  Pada hipertensi dengan gejala serebral,

diberikan reserpin dan hidralasin.  Mula – mula diberikan reserpin sebanyak 0,07

mg/kgbb secara I.M.  Bila terjadi diuresis 5 – 10 jam kemudian, maka selanjutnya

reserpin diberikan per oral dengan dosis rumat 0,03 mg/kgbb/hari.  Magnesium sulfat

parenteral tidak dianjurkan lagi karena memberi efek toksis.

5. Bila anuria berlangsung lama (5 – 7 hari), maka ureum harus dikeluarkan dari dalam

darah dengan beberapa cara, misalnya dialisis peritoneum, hemodialisis, bilas

lambung dan usus.  Bila prosedur di atas tidak dapat dilakukan karena kesulitan

teknis, maka pengeluaran darah venapun dapat dikerjakan dan adakalanya menolong

juga.

6. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, namun akhir – akhir ini

pemberian furosemid (Lasix) secara I.V. (1 mg/kgbb/hari) dalam 5 – 10 menit tidak

17

Page 18: NS dan GNA

berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus diperlukan untuk

mengatasi retensi cairan dan hipertensi.

7. Bila timbul gagal jantung, maka diberikan digitalis, sedativum dan oksigen.

ASKEP PADA ANAK DENGAN GLOMERULONEFRITIS AKUT (GNA)

A. Pengkajian

1. Aktivitas atau istirahat

Gejala → keletihan, kelemahan, malaise

Tanda → kelemahan otot, kehilangan tonus otot

2. Sirkulasi

Tanda → hipertensi, distrimia jantung, nadi lemah atau halus, hipertensi ortostatik

(hipovolemia), 0edema jaringan umum, pucat, kecenderungan perdarahan

18

Page 19: NS dan GNA

3. Eliminasi

Gejala → perubahan pola berkemih

Disuria, ragu-ragu, dororngan dan retensi (inflamasi/obastruksi, infeksi)

Obdomen kembung, diare/konstipasi

Tanda → perubahan warna urine ex : kuning pekat, merah, coklat, berawan

Oliguria (12 - 21 hari) , poliuria (25 L/ hari)

4. Makanan/cairan

Gejala → peningkatan BB ( oedema),

Muaql, muntah, anoreksia

Penggunaan diuretic

Tanda → perubahan turgo kulit/kelembaban, oedeam (umum, bagian bawah)./

5. Neurosensori

Gejala → sakit kepala, penglihatan kabur

Tanda → penurunan tingkat kesadaran., kejang, faskikulasi otot aktivitas kejang

6. Nyeri / kenyamanan

Gejala → nyeri tubuh, sakit kepela

Tanda→ perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah

7. Pernapasan

Gejala → nafas pendek

Tanda → takipnea, dfispnea, batu produktif dengan sputum kental merah mudah

(Oedema paru)

8. Keamanan

Gejala → adanya reaksi tranfusi

Tanda → demam (sepsi, dehidrasi)

Petekie, area kulit ekimosis

Pruritis, kulit kering

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul, diantaranya:

1. Kelebihan voleme cairan b/d penurunan haluaran urin, diet kelebihan dan retensi

cairan natrium

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual,muntah,anoreksia,

pembatasan diet dan perubahan mambran mukosa mulut

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan

19

Page 20: NS dan GNA

4. Intoleransi aktivitas b/d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur

dialisis

5. Gangguan harga diri b/d ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan

fungsi seksual.

C. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Kelebihan voleme cairan b/d penurunan haluaran urin, diet kelebihan dan

retensi cairan natrium

Tujuan:

Memperatahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan

Kriteria Hasil :

o Menunjukan perubahan - perubahan berat badan yang lambat

o Mempertahankan pembatasan diet dan cairan

o Menunjutkan turgo kulit normal tanpa oedema

o Menunjukan tanda – tanda vital normal

o Menunjukan tidak adanya distensi vena leher

o Meloporkan adanya kemudahan dalam bernafas/tidak terjadi nafas pendek

o Melakukan hyegiene oral dengan sering

o Melakukan penurun rasa haus

o Meloporkan berkurangnya kekeringan pada mambra mukosa mulut

Intervensi Rasional

1. Kaji status cairan :

Timbang berat badan tiap hari

Keseimbangan massukan dan

haluara

Turgorr kulit dan adanya oedema

Distensi vena leher

Tekanan darah denyut dan irama

1. pengkajian merupakan dasar dan data

dasar berkelanjutan untuk memantau

perubahan dan mengevaluasi

intervensi

2. pembatasan cairan akan menentukan

berat tubuh ideal, haluaran urin dan

respon terhadap terapi

20

Page 21: NS dan GNA

nadi

2. Batasi masukan cairan

3. Identifikasi sumber potensial cairan :

Medikasi dan cairan yang

digunakan untuk pengobatan : oral

dan intravena

Makanan

4. Jelaskan pada pasien dan keluarga

rasional pembatasan

5. Bantu pasien dalam menghadapi

ketidaknyamanan akibat pembatasan

cairan

6. Tingkatkan dan dorong hygiene oral

dan sering

3. sumber kelebihan cairan yang tidak

di ketahui dapat didentifikasi

4. pemahaman meningkatkan kerja

sama pasien dan keluarga dalam

pembatasan cairan

5. kenyamanan pasien meningkatkan

kepatuhan terhadap pembatasan diet

6. hygiene oral mengurangi kekeringan

mambran mukosa mulut

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual,muntah,anoreksia,

pembatasan diet dan perubahan mambran mukosa mulut.

Tujuan:

Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat

Kriteria Hasil:

o Mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologis yang tinggi

o Memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam batasan diet

o Mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet

o Mematuhi medikasi sesuai dengan jadwal untuk mengatasi anoreksia dan tidak

menimbulkan rasa kenyang

o Menjelaskan dengan kata – kata sendiri rasinal pembatasan diet dan hubungan

dengan kadar kreatinin dan urea

o Mengkosulkan daftar makanan yang dapat direrima

o Melaporkan peningkatan nafsu makan

o Menunjukan tidak adanya perlambatan / penurunan berat badan yang tempat

o Menunjykan turgor kulit yang normal/tanpa oedema, kadar albumin, plasma dapat

diterima

21

Page 22: NS dan GNA

Intervensi Rasional

1. Kaji status nutrisi :

o Perubahan berat badan

o Pengukuran antrometrik

o Nilai laboratorium (elektron

serum, BUN., kreatinin, protein,

transferin, dan kadar besi)

2. Kaji p[ola diet nutrisi pasien :

Riwayat diet

Makanan kesukaan

Hitung kalori

3. Kaji foktor yang berperan dalam

merubah mesukan nitrisi :

Anoreksia, mual/muntah,

Diet yang tidak menyenangkan

bagi pasien

Depresi

Kurang memahami pembatasan

diet

Stomatitis

4. Menyediakan makanan kesukaan

pasien dalam batas – batas diet

5. Tingkatkan masukan protein yang

mengandung nilai biologis tinggi

seperti : telur, pruduk susu, daging,

6. Timbang berat badan tiap hari.

1. Menyediakan data dasar untuk

memantau perubahan dan

mengevaluasi intervensi

2. Pola diet dahulu dan sekarang

dapat di pertimbangkan dalam

menyusun menu

3. Menyediakan informasi mengenai

faktor lain yang dapat di

ubah/dihilangkan untuk

meningkatkan masukkan diet

4. Mendorong peningkatan masukkan

diet

5. Protein lengkap diberikan untuk

mencapai keseimbangan nitrogen

yang diperlukan untuk

pertumbuhan dan penyembuhan

6. Untuk memantau status cairan dan

nutrisi.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan

Tujuan:

Meningkatkan pengetahuan mengenal kondisi dan penanganan yang bersangkutan

Kriteria Hasil:

22

Page 23: NS dan GNA

o Menytakan hubungan antara penyebab glomerulonephritis akut dan

konsekuensinya

o Menjelaskan pembatasan cairan dan diet sehubungan dengan kegagalan regulasi

ginjal.

o Mempertahankan hubungan GNA dengan kebutuhan penanganan menggunakan

kata – kata sendiri

o Menanyakan tentang pilihan terapi yang merupakan petunjuk persiapan belajar

o Menyatakan rencana untuk melanjutkan kehidupan normalnya sedapat mungkin

o Menggukan informasi dan instruksi terrtulis untuk mengklasifikasikan pertanyaan

dan mencari informasi tambahan

Intervensi Rasional

1. Kaji pemahaman mengenal penyebab

GNA, konsekuensinya dan

penanganannya

2. Jelskan fungsi renal dan konsekuensi

GNA sesuai dengan tingkat pemehaman

dan kesiapan pasien untuk belajar

3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi

cara – cara untuk memahami berbagai

perubahan akibat penyakit dan

penanganan yang mempengaruhi

hidupnya.

4. Sediakan informasi tertulis maup[un

secara oral dengan tepat tentang :

o Fungsi dan kegagalan renal

o Pembatasan cairan dan diet

o Medikasi

o Melaporkan masalah tanda

dan gejala

o Jadwal tindak lanjut

o Sumber di komunitas

o Pilihan terapi

1. Merupakan instruksi dasar

untuk penjelasan dan penyuluhan

lebih lanjut

2. Pasien dapat belajar tentang

GNA dan penanganan setelah

mereka siap untuk memahami dan

menerima diagnosis dan

konsekuensinya.

3. Pasien dapat melihat bahwa

kehidupannya tidak harus berubah

akibat penyakit

4. Pasien memiliki informasi yang

dapat di gunakan untuk klasifikasi

selanjutnya dirumah

23

Page 24: NS dan GNA

4, Intoleransi aktivitas b/d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan

prosedur dialysis

Tujuan:

Berparsitipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi

Kriteria Hasil:

o Berpartisipasi dalam meningkatkan tingkat aktivitas dan latihan

o Melaporkan rasa sejahtera

o Melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian

o Berpertisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih .

Intervensi Rasional

1. Kaji faktor yang menimbulkan

keletihan :

o Anemia

o Ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit

o Retensi produk sampah

o Depresi

2. tingkatkan kemandirian dalam

aktivitas perawatan diri yang dapat

di toleransi, bantu jika keletihan

terjadi

3. anjurkan aktivitas alternatif sambil

istirahat

4. anjurkan untuk istirahat setelah

dialysis

1. Menyediakan informasi tentang

indikasi tingkat keletihan

2. Meningkatkan aktivitas

ringan/sedang dan memperbaiki

harga diri

3. Mendorong latihan dan akrtivitas

dalam batas – batas yang dapat

ditoleransi dan istirahatkan yang

adekuat

4. Istirahat yang adekuat di anjurkan

setelah dialisis, yang bagi banyak

pasien sangat melelahkan

5. Gangguan harga diri b/d ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra

tubuh dan fungsi seksual.

Tujuan:

24

Page 25: NS dan GNA

Memperbaiki konsep diri

Kriteria Hasil:

o Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang ejektif dan pdasaat ini tidak mungki

lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan (pemakaian alkohol dan obat –

obatan, penggunaan tenaga yang berlebihan)

o Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan reaksi

terhadap penyakit dan perubahan hidup yuang diperlukan

o Mencari konseling profesional, jika perlu, untuk menghadapi perubahan akibat

GNA

o Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual

Intervensi Rasional

1. Kaji respon dan reaksi pasien dan

keluarga terhadap penyakit dan

penanganan.

2. Kaji hubungan antara pasien dengan

anggota keluarga terdekat

3. Kaji pola koping pasien dan anggota

keluarga

4. Ciptakan diskusi terbuka tentang

perubahan yang terjadi akibat

penyakit dan penanganan :

o Perubahan peran

o Perubahan gaya hidup

o Perubahan dalam pekerjaan

o Perubahan seksual

o Ketrgantungan pada tim tenaga

kesehatan

5. Gali cara alternatif untuk ekspresi

seksual lain selain hubungan seksual

6. Diskusi peran memberi dan

menerima cinta, kehangatan, dan

kemesraan

1. Menyediakan data tentang masalah

pada pasien dan keluarga dalam

menghadapiperubahan dalam hidup

2. Penguatan dan dukungan terhadap

pasien didetifikasi

3. Pola koping yang telah efektif

dimasa lalu mungkin potensial

destruksi ketika memandang

pembatasan yang ditetapkan akibat

penyakit dan penanganan

4. Pasien dapat mengidentifikasi

masalah dang langkah –

langkahyang diperlukan untuk

menghadapinya,

5. Benuk alternatif ekspresi seksual

dapat diterima,

6. Seksualitas mempunyai arti yang

berbeda bagi tiap individu,

tergantung pada tahap

maturitasnya.s

25

Page 26: NS dan GNA

Keterampilan Pemasangan Kateter

1. Pengertian

Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra dan kedalam kandung kemih

2. Tujuan

a. Menghilangkan distensi kandung kemih

b. Mendapatkan spesimen urine

c. Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya

dikosongkan

3. Persiapan

a. Persiapan pasien

1) Mengucapkan salam terapeutik

2) Memperkenalkan diri

3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang

akan dilaksanakan.

4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya

5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak

mengancam.

6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi

7) Privacy klien selama komunikasi dihargai.

8)Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek

selama berkomunikasi dan melakukan tindakan

9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

b. Persiapan alat

1) Bak instrumen berisi :

a) Poly kateter sesuai ukuran 1 buah

b) Urine bag steril 1 buah

c) Pinset anatomi 2 buah

d) Duk steril

e) Kassa steril yang diberi jelly

2) Sarung tangan steril

26

Page 27: NS dan GNA

3) Kapas sublimat dalam kom tertutup

4) Perlak dan pengalasnya 1 buah

5) Sampiran

6) Cairan aquades atau Nacl

7) Plester

Gunting verband

9) Bengkok 1 buah

10) Korentang pada tempatnya

4. Prosedur

a. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, kemudian alat-alat

didekatkan ke pasien

b. Pasang sampiran

c. Cuci tangan

d. Pasang pengalas/perlak dibawah bokong klien

e. Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas, dengan posisi klien terlentang.

Kaki sedikit dibuka. Bengkok diletakkan didekat bokong klien

f. Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu bersihkan

alat genitalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan pinset.

g. Bersihkan genitalia dengan cara : Penis dipegang dengan tangan non dominan

penis dibersihkan dengan menggunakan kapas sublimat oleh tangan dominan dengan

gerakan memutar dari meatus keluar. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga

bersih. Letakkan pinset dalam bengkok

h. Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam uretra kira-

kira 10 cm secara perlahan-lahan dengan menggunakan pinset sampai urine keluar.

Masukkan Cairan Nacl/aquades 20-30 cc atau sesuai ukuran yang tertulis. Tarik

sedikit kateter. Apabila pada saat ditarik kateter terasa tertahan berarti kateter sudah

masuk pada kandung kemih

i. Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi tempat tidur

j. Fiksasi kateter

k. Lepaskan sarung

l. Pasien dirapihkan kembali

m. Alat dirapihkan kembali

n. Mencuci tangan

o. Melaksanakan dokumentasi :

27

Page 28: NS dan GNA

1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan

klien

2) Catat tgl dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan

tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien

Perawatan Posterosagittal anorectoplasty

Metode ini diperkenalkan oleh Pena dan de Vries pada tahun 1982. Prosedur ini

memberikan beberapa keuntungan seperti kemudahan dalam operasi fistula

rektourinaria maupun rektovaginal dengan cara membelah otot dasar pelvis, sling dan

sfingter. Macam PSARP adalah minimal, limited dan full PSARP.

Posisi penderita adalah prone dengan elevasi pada pelvis, pengalaman di Jogjakarta

lutut diarahkan ke lateral (tiger position) sehingga ekspose daerah operasi akan lebih

mudah. Dengan bantuan stimulator dilakukan identifikasi anal dimple. Insisi dimulai

dari tengah sacrum ke bawah melewati pusat sfingter eksterna sampai ke depan

kurang lebih 2 cm. insisi diperdalam dengan membuka subkutis, lemak, parasagital

fibre dan muscle complex. Tulang coccygeus dibelah sehingga tampak otot levator,

otot levator dibelah sehingga tampak dinding belakang rektum. Rektum dibebaskan

dari dinding belakang dan jika ada fistula dibebaskan juga, rektum dipisahkan dengan

vagina yang dibatasi oleh. Dengan jahitan rektum ditarik melewati otot levator,

muscle complex dan parasagittal fibre kemudian dilakukan anoplasty dan dijaga agar

tidak tegang.

Untuk minimal PSARP tidak dilakukan pemotongan otot levator maupun vertical

fibre, yang penting adalah memisahkan common wall untuk memisahkan rektum

dengan vagina dan yang dibelah hanya otot sfingter eksternus. Untuk limited PSARP

yang dibelah adalah otot sfingter eksternus, muscle fibre, muscle complex serta tidak

membelah tulang cocccygeus. Yang penting adalah deseksi rektum agar tidak

merusak vagina.

Masing masing jenis prosedur mempunyai indikasi yang berbeda. Minimal PSARP

dilakukan pada fistula perineal, anal stenosis, anal membrane, bucket handle dan

atresia ani tanpa fistula yang akhiran rektum kurang dari 1 cm dari kulit. Limited

PSARP dilakukan pada atresia ani dengan fistula rektovestibuler. Full PSARP

dilakukan pada atresia ani letak tinggi, dengan gambaran invertogram gambaran

akhiran rektum lebih 1 cm dari kulit, pada fistula rektovaginalis, fistula rektouretralis,

atresia rektum dan stenosis rektum.

28

Page 29: NS dan GNA

Teknik terbaru dari operasi atresia ani ini adalah teknik Postero Sagital Ano

RectoPlasty (PSARP). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan

bokong pasien.Teknik ini merupakan pengganti dari teknik lama, yaitu Abdomino

Perineal Poli Through(APPT). Teknik lama ini punya resiko gagal tinggi karena harus

membuka dinding perut.banyak menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa

usus yang lebih tinggi

Teknik Operasi

- Dilakukan dengan general anestesi , dengan endotrakeal intubasi ,

dengan posisi pasien tengkurap dan pelvis ditinggikan

- Stimulasi perineum dengan alat Pena Muscle Stimulator untuk

identifikasi analdimple

- Incisi bagian tengah sacrum kearah bawah melewati pusat spingter dan

berhenti 2cm didepanya

- Dibelah jaringan subkutis , lemak, parasagital fiber dan muscle complek.Os

Coxigeus dibelah sampai tampak muskulus levator , dan muskulus

levator dibelahtampak dinding belakang rectum

♦Rectum dibebas dari jaringan sekitarnya

♦Rectum ditarik melewati levator, muscle complek dan parasagital fiber 

♦Dilakukan anoplasti dan dijaga jangan sampai tension.

Perawatan Pasca Operasi PSARP (Postero Sagital Anorecto Plasti)

1.Antibiotik intra vena diberikan selama 3 hari ,salep antibiotik diberikan selama

8-10 hari

2. 2 minggu pasca operasi dilakukan anal dilatasi dengan heger dilatation, 2x

seharitiap minggu dilakukan anal dilatasi dengan anal dilator yang dinaikan

ukuransesuai dengan umurnya

Penatalaksanaan Atresia ani

Penatalaksanaan Atresia ani tergantung klasifikasinya :

1. Melakukan pemeriksaan colok dubur

29

Page 30: NS dan GNA

2. Melakukan pemeriksaan radiologik pemeriksaan foto rontgen bermanfaat dalam usaha

menentukan letak ujung rectum yang buntu setelah berumur 24 jam, bayi harus diletakkan

dalam keadaan posisi terbalik selama tiga menit, sendi panggul dalam keadaan sedikit

ekstensi lalu dibuat foto pandangan anteroposterior dan lateral setelah petanda diletakkan

pada daerah lekukan anus.

3. Melakukan tindakan kolostomi neonatus tindakan ini harus segera diambil jika tidak ada

evakuasi mekonium.

4. Pada stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi setIap hari dengan kateter uretra, dilatasi

hegar, atau spekulum hidung berukuran kecil selanjutnya orang tua dapat melakukan dilatasi

sendiri dirumah dengan jari tangan yang dilakukan selama 6 bulan sampai daerah stenosis

melunak dan fungsi defekasi mencapai keadaan normal.

5. Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan dengan dilatasi pada

anus yang baru pada kelainan tipe dua.

6. Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui anoproktoplasti pada

masa neonatus

7. Melakukan pembedahan rekonstruktif antara lain: operasi abdominoperineum pada usia (1

tahun) operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-!2 bulan) pendekatan sakrum

setelah bayi berumur (6-9 bulan)

8. Penanganan tipe empat dilakukan dengan kolostomi kemudian dilanjutkan dengan operasi

"abdominal pull-through" manfaat kolostomi adalah antara lain:

a. Mengatasi obstruksi usus

b. Memungkinkan pembedahan rekonstruktif untuk dikerjakan dengan lapangan operasi yang

bersih

c. Memberi kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha

menentukan letak ujung rektum yang buntu serta menemukan kelainan bawaan yang lain.

Fena dan Defries pada tahun 1982 memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan

postero sagital anorectoplasty, yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus dan

muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rectum dan pemotongan fistel.

Keberhasilan penatalaksanaan atresia ani dinilai dari fungsinya secara jangka panjang,

meliputi anatomisnya, fungsi fisiologisnya, bentuk kosmetik serta antisipasi trauma psikis.

Sebagai Goalnya adalah defekasi secara teratur dan konsistensinya baik. Untuk

menanganinya secara tepat, harus ditentukankan ketinggian akhiran rectum yang dapat

ditentukan dengan berbagai cara antara lain dengan pemeriksaan fisik, radiologis dan USG.

30

Page 31: NS dan GNA

Komplikasi yang terjadi pasca operasi banyak disebabkan oleh kegagalan menentukan letak

kolostomi, persiapan operasi yang tidak adekuat keterbatasan pengetahuan anatomi,

ketrampilan operator yang kurang serta perawatan post operasi yang buruk. Dari berbagai

klasifikasi penatalaksanaannya berbeda tergantung pada letak ketinggian akhiran rectum dan

ada tidaknya fistula.

Teknik terbaru dari operasi atresia ani ini adalah teknik Postero Sagital Ano Recto Plasty

(PSARP). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan bokong pasien. Teknik ini

merupakan pengganti dari teknik lama, yaitu Abdomino Perineal Poli Through (APPT).

Teknik lama ini punya resiko gagal tinggi karena harus membuka dinding perut, banyak

menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi.

31