Top Banner
Nalar Fisika di Pasar Saham Rachmad Resmiyanto Pengantar Ekonofisika Nalar Fisika di Pasar Saham Rachmad Resmiyanto
204

nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Dec 31, 2016

Download

Documents

vomien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Nalar Fisikadi Pasar Saham

Rachmad Resmiyanto

Pengantar Ekonofisika

Selama ini, banyak orang memahami bahwa fisika dan ekonomi merupakan dua disiplin ilmu yang tidak mungkin saling menjamah. Keduanya bahkan terkesan saling bertolak belakang. Pendapat ini lebih banyak didasarkan pada pandangan bahwa fisika tergolong dalam rumpun ilmu pasti (sains) sedangkan ekonomi bernaung dibawah rumpun ilmu sosial.

Buku ini menyuguhkan lompatan-lompatan nalar dari fisika ke pasar saham. Harapannya, buku ini akan turut melengkapi khazanah buku referensi ekonofisika di Indonesia yang masih sangat langka.

Bagi pembaca dari fisika yang merindukan medan kajian yang menantang, ekonofisika patut untuk dipertimbangkan. Bagi pembaca dari ekonomi yang merindukan cara pandang atau paradigma baru dalam melihat medan persoalan ekonomi, ekonofisika layak diperhitungkan kecanggihannya.

Melalui buku ini, penulis hendak menawarkan gagasan bahwa nalar fisika dapat dibawa ke ranah pasar saham. Pada gilirannya, nalar fisika bukan hanya dapat dibawa ke ranah pasar saham, melainkan juga ke ranah-ranah lainnya.

UNIVERSITAS AHMAD DAHLANPENDIDIKAN FISIKAPerguruan Tinggi Muhammadiyah Yogyakarta

Nalar Fisika di Pasar SahamPengantar Ekonofisika

Nalar Fisika d

i Pasar Sah

amRachm

ad Resmiyanto

Page 2: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto
Page 3: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Pengantar Ekonofisika

Nalar Fisikadi Pasar Saham

Rachmad Resmiyanto

GRE Publishing

Page 4: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Rachmad Resmiyanto

Nalar Fisika di Pasar Saham: Pengantar Ekonofisika; penulis, RachmadResmiyanto; Edisi 1.– Yogyakarta: GRE Publishing, 2014.203 hlm.;21 cmISBN 978-602-7677-52-41. Fisika Ekonomi. I. Judul.

c© Rachmad Resmiyanto, 2014Sampul dan tata letak: Abu Ibrahim Abimanyu

Diterbitkan oleh GRE PublishingJalan Monjali Dusun Nandan Gang Kembang Duren II No.83A Sarihardjo Ngaglik Sleman – YogyakartaLaman: http://grepublishing.com

Demi pengembangan ilmu pengetahuan bersama, Anda dii-jinkan untuk menggandakan dan menyebarkan buku ini kebanyak pembaca dengan tetap menjaga hak intelektual penu-lis. Siapa yang menanam benih kebaikan maka Allah akanmelipatgandakan sesuai dengan perhitungan-Nya.

Edisi Pertama, Ramadhan 1435 H/Juli 2014

Page 5: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

5

Sekapur Sirih

Pasar saham sarat dengan unsur spekulasi. Mark Twain1

melukiskannya sebagai:

"Oktober. Ini adalah salah satu bulan yang tera-mat berbahaya untuk berspekulasi saham. Bulan-bulan yang lain adalah Juli, Januari, September,April, Nopember, Mei, Maret, Juni, Desember,Agustus dan Februari."

Ini artinya saat demi saat di pasar saham hanyalah spekulasidemi spekulasi.

Spekulasi tidak sepenuhnya merupakan permainan judi,dimana tidak ada sama sekali ukuran-ukuran untuk menilai-nya. Pada gilirannya, apabila ukuran-ukuran itu bisa dihitungsecara tepat (eksak) maka akan membuat semakin matangsebuah pengambilan keputusan dalam penanaman modal,sehingga seorang pemodal tidak perlu harus ’swarga nunutneraka katut’ pada pemodal lain.

1Sastrawan Amerika penganut madzhab realisme.

Page 6: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

6

Ranah kajian semacam ini di fisika merupakan bagian dariekonofisika (econophysics). Beberapa yang lain menyebutkajian seperti ini dengan istilah fisika keuangan (phynance).

Selama ini, banyak orang memahami bahwa fisika danekonomi merupakan dua disiplin ilmu yang tidak mungkinsaling menjamah. Keduanya bahkan terkesan saling berto-lak belakang. Pendapat ini lebih banyak didasarkan padapandangan bahwa fisika tergolong dalam rumpun ilmu pasti(sains) sedangkan ekonomi bernaung dibawah rumpun ilmusosial. Kedua buah rumpun ini dipahami memiliki perbedaanpada aras ontologis. Epistemologi keduanya juga dipandangtak sama. Perbedaan ini kemudian membuat beberapa ahlidi kedua ilmu menyatakan bahwa fisika tidak mungkin bi-sa menjamah ekonomi. Bahkan Mubyarto, ekonom UGM,memantapkan bahwa jika ekonomi harus rujuk (bergabung)dengan ilmu yang lain, maka rujuk itu harus dilakukan bukandengan fisika, melainkan dengan sosiologi dan antropologi(Kompas, 17/09/2002).

Saya sadar, ekonomika (economics) memang tidak mempe-lajari tabiat benda-benda nirnyawa sebagaimana fisika. Objekkajian ekonomika adalah tabiat manusia dalam mengurus ru-mah tangganya (oikos = rumah; nomos = kaidah, aturan).Untuk itu, buku ini mencoba menyajikan sebuah pandanganbaru.

* * *

Dalam penulisan karya ini, saya berusaha sedapat mungkinmenghindari penggunaan istilah asing. Saya lebih menyukaiuntuk menggunakan khazanah perbendaharaan kata dalam ba-hasa Indonesia untuk istilah-istilah tersebut, meskipun istilah

Page 7: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

7

asing itu sudah diserap dan sangat masyhur dalam perbi-cangan keilmuan kita. Hal ini dilatari oleh sebuah keyakinan,bahwa bahasa merupakan benteng terakhir suatu bangsa. Ka-rena itu, pembaca akan sering menjumpai kata-kata semacamtakrif, kemeruapan, andaian dan seterusnya. Setiap awalpenulisan istilah tersebut, saya selalu mencantumkan istilahaslinya dalam cetak miring untuk menanggulangi keganjilan(jika ada) beberapa istilah yang mungkin belum dianggaplazim dalam khazanah.

Namun, saya mengakui bahwa dalam beberapa bagiankarya ini, saya belum bisa sepenuhnya teguh dengan pendiri-an ini. Acapkali saya terpaksa harus tetap memakai istilahserapan tersebut, bukan karena tidak ada padanannya, na-mun saya khawatir pesan yang saya sampaikan justru biasdan sulit dimengerti. Misalnya kata ’efisien’ yang sebenarnyasudah ada padanannya yakni ’mangkus’. Saya merasa jikafrasa ’hipotesis kemangkusan pasar’ agaknya masih teramatjanggal dan sulit ditangkap pesan yang dikandungnya. Ka-renanya, saya tetap memilih untuk memakai frasa ’hipotesispasar efisien’.

* * *

Buku ini menyuguhkan lompatan-lompatan nalar darifisika ke pasar saham. Harapannya, buku ini akan turutmelengkapi khazanah buku referensi ekonofisika di Indonesiayang masih sangat langka.

Bagi pembaca dari fisika yang merindukan medan kajianyang menantang, ekonofisika patut untuk dipertimbangkan.Bagi pembaca dari ekonomi yang merindukan cara pandang

Page 8: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

8

atau paradigma baru dalam melihat medan persoalan ekonomi,ekonofisika layak diperhitungkan kecanggihannya.

Buku ini awalnya merupakan karya tugas akhir ketikamenempuh program sarjana fisika di UGM. Karya itu se-lesai ditulis pada Desember 2005 dan baru diujikan padaakhir Januari 2006. Saya mengucapkan terimakasih yangsetinggi-tingginya kepada Dr.rer.nat M. F. Rosyid yang telahmembimbing saya dalam penyelesaian tugas akhir tersebut.

Karya ini menuntun impian saya untuk membangun disi-plin ekonofisika syariah. Saya mengawalinya dengan memba-ngun pembuktian bahwa sistem ekonomi yang berbasis bungauang merupakan sistem ekonomi yang destruktif. Pembuktianini selesai bersamaan dengan selesainya tesis magister sayadi Jurusan Fisika UGM 2013. Tesis ini sedang saya persi-apkan untuk diterbitkan sebagai buku. Saya harap ia segeramenyusul buku ini.

Dalam perjalanannya, setelah banyak membaca dan mere-nung, akhirnya saya menyadari bahwa kajian tentang pasarsaham tidak lain ialah kajian tentang judi. Aktivitas-aktivitasniaga di pasar saham tidak lain merupakan aktivitas judi. Ini-lah pendapat yang saya pegang saat ini. Saya beriman denganpendapat ini.

Anda dapat bersekutu atau berseteru dengan pendapatsaya. Oleh karena itu, saya hendak menempatkan buku inisebagai buku yang menawarkan gagasan bahwa nalar fisikadapat dibawa ke ranah yang berbeda. Itu saja. Saya tidaksedang mendakwahkan pasar sahamnya tetapi mendakwahkanjalan berpikir fisikanya. Semoga tujuan buku ini tercapai dansaya sangat berharap mendapat pahala dari-Nya.

Saya mengucapkan terimakasih yang tulus kepada Roch-

Page 9: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9

maniyah binti Tarhadi yang senantiasa mengingatkan sayauntuk menyelesaikan penulisan buku ini. Saya juga mengu-capkan terimakasih kepada Anggun Gunawan, Direktur GREPublishing Yogyakarta, yang telah berkenan menerbitkan bu-ku ini.

Semoga buku ini turut memberi sumbangan ilmu yangberarti dan membawa keberkahan. Segenap puji untuk AllahYang Maha Mengetahui. Shalawat dan salam untuk Muham-mad Shallallahu ’alaihi wa salam.

Klaten, 15 Jumadilakhir 1435 H (15 April 2014)

Rachmad Resmiyanto

Page 10: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto
Page 11: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Daftar Isi

Sekapur Sirih . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

1 Selayang Pandang Ekonofisika . . . . . . . 15

1.1 Hubungan Fisika dan Ekonomi 18

1.2 Model Ekonofisika 23

1.2.1 Model Analisis Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

1.2.2 Model acuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25

1.3 Topik Ekonofisika 27

2 Teori Peluang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33

2.1 Takrif Peluang 35

Page 12: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

12

2.2 Ruang Peluang 372.2.1 Peluang peristiwa bersyarat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 412.2.2 Peluang peristiwa saling bebas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42

2.3 Peubah Acak 432.3.1 Fungsi agihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 452.3.2 Nilai harap dan variansi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 512.3.3 Kovariansi dan korelasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54

3 Proses Stokastik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57

3.1 Proses Martinggil 61

3.2 Proses Markov 64

4 Jalan Acak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 69

4.1 Asas Dualitas 74

4.2 Sifat Martinggil 79

5 Gerak Brown . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 81

5.1 Model Fisika untuk Gerak Brown 83

5.2 Model Matematika untuk Gerak Brown 89

5.3 Lemma Itô 93

5.4 Persamaan Rambatan Panas 95

6 Pasar Saham . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 99

6.1 Saham 103

6.2 Obligasi 105

Page 13: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

13

6.3 Derivatif 107

7 Opsi Saham . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 109

7.1 Jenis Opsi 111

7.2 Sifat Opsi Beli 113

7.3 Sifat Opsi Jual 116

7.4 Pentingnya Perdagangan Opsi 119

7.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Opsi 120

8 Hipotesis Pasar Efisien . . . . . . . . . . . . . . 125

9 Perumusan Model Harga Opsi . . . . . . 133

9.1 Hipotesis Pasar Efisien 133

9.2 Karakteristik Harga Saham 135

9.3 Pencagaran Nilai 147

9.4 Batas-batas Harga Opsi 150

9.5 Andaian-andaian 152

9.6 Persamaan Turunan Utama 155

9.7 Keseimbangan Opsi Jual dan Opsi Beli 157

9.8 Penyelesaian Persamaan Turunan Utama 161

10 Siasat Investasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 169

10.1 Volatilitas Saham Acuan 170

10.2 Kontrak Opsi 172

Page 14: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

14

10.3 Simulasi Kontrak Opsi 173

10.4 Makna Harga Opsi 175

10.5 Siasat Bermain Opsi 176

10.6 Siasat Membendung Risiko 180

10.7 Siasat Membangun Portofolio Bebas Risiko 181

Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 187

Sumber Gambar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 197

Penjurus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 199

Tentang Penulis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 203

Page 15: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Hubungan Fisika dan EkonomiModel Ekonofisika

Model Analisis DataModel acuan

Topik Ekonofisika

1 — Selayang Pandang Ekonofisika

Sejarah mencatat babak baru. Tahun 1997, ranah keilmuanmanusia telah bertambah dengan terbitnya istilah ’econophysi-cs’ (ekonofisika). Istilah ini pertama kali digunakan dalamsebuah workshop di kota Budapest Hungaria pada bulan Juli,’Workshop on econophysics’ (De Liso dan Filatrella, 2001, hlm.2). Maka, mulai saat itu frasa ekonofisika tertera dan mengalirdalam bentangan peradaban manusia.

Konferensi ilmiah pertama yang membahas ini diadak-an 2 tahun kemudian (1999) oleh Himpunan Fisika Eropa(European Physical Society) dengan tajuk International Ap-plications of Physics in Financial Analysis di Dublin Irlandiadan dilanjutkan di Liège setahun berikutnya (2000) (Sima-nungkalit, 2002; Stauffer, 2000; Surya, 2002). De Liso danFilatrella (2001) menyatakan bahwa beberapa buku generasi

Page 16: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

16 Selayang Pandang Ekonofisika

awal yang mengupas konsep-konsep ini antara lain An Intro-duction to Econophysics oleh Mantegna dan Stanley tahun2000, Theory of Financial Risk: From Statistical Physics toRisk Managament oleh Bouchaud dan Potters tahun 2000 danAn Intoduction to High Frequency Finance oleh Dacorragnaet al tahun 2001.

Sebenarnya, sejarah ekonofisika tidak hanya bermula padatahun 1997. Tahun tersebut lebih tepat jika sekedar dipan-dang menjadi penanda bahwa nama ekonofisika baru lahir.Acapkali, econophysics juga disebut dengan phynance (fisikakeuangan). Namun, Stauffer (2000) menyatakan istilah eco-nophysics jauh lebih berkembang dibanding phynance. DeLiso dan Filatrella (2001) menyatakan bahwa kata economicsdan physics dalam frasa econophysics merupakan cermin darikerja para fisikawan yang mulai menerapkan fisika statistikke dalam ranah keuangan pada masa-masa itu. Jika ditilikdengan cakupan yang lebih luas, yakni dengan memandangekonofisika sebagai interaksi timbal balik antara ekonomi danfisika, maka penelusuran terhadap rekam jejak ekonofisikamenemukan akarnya jauh sebelum bilangan tahun tersebut.

Pada tahun 1973, Black dan Scholes memaklumkan sebuahcara baru dalam menghitung harga opsi yang adil di pasar mo-dal dengan menggunakan model gerak Brown geometrik danpersamaan rambatan panas. Model ini sebenarnya merupak-an penyempurnaan dari model yang dirancang oleh Bachelierpada tahun 1900. Pada waktu itu Bachelier menggunakanpendekatan limit jalan acak (gerak Brown).

Bahkan yang lebih mengejutkan, karya klasik Bapak Eko-nomi Adam Smith (1723-1790) yang berjudul The Principleswhich Lead and Direct Philosophical Enquiries; Illustrated by

Page 17: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

17

the History of Astronomy —sering disingkat sebagai The His-tory of Astronomy saja1 — secara jelas membuktikan bahwaia menggunakan teori gerak planet untuk menjelaskan prinsip-prinsip ekonominya (De Liso dan Filatrella, 2001; Simanung-kalit, 2002; Supratikno, 2002). Teorinya yang menyatakan,"fungsi pasar mirip dengan fungsi matahari dalam sistem ta-ta surya" atau pandangannya tentang "tangan-tangan gaib"(the invisible hands) yang menciptakan kesetimbangan pasar(market equilibrium) menunjukkan betapa kuat pengaruh ini.Karenanya mudah untuk dimafhumi jika Dagun (1992) banyakmenggunakan kiasan-kiasan dalam fisika di dalam bukunyayang berjudul Pengantar Filsafat Ekonomi demi menjelaskankonsep-konsep ekonomi.

Sedini sebelum workshop yang fenomenal itu, Stanley da-lam Nature edisi 29 Februari 1996 telah mencoba memberikantakrif apa itu ekonofisika. Menurutnya, ekonofisika meru-pakan penerapan teknik-teknik fisika untuk menyelesaikanpersoalan-persoalan ekonomi.

Dengan demikian, tujuan dari ekonofisika adalah menerap-kan gagasan ilmu fisika dengan sebaik-baiknya ke dalam ranahekonomi. Bisa jadi, ekonofisika akan mengurai hukum-hukumalam dan perilaku manusia dalam gejala ekonomi, dan prosesini akan berujung pada lahirnya sebuah ekonomi baru.

Dalam konteks ini, takrif ekonofisika yang diberikan olehWang et al. (2005) menjadi takrif yang lebih rinci daripadatakrif Stanley. Ekonofisika merupakan disiplin yang menerap-kan dan menawarkan gagasan, metode dan model dalam fisika

1Bentuk penyingkatan judul karya Smith ini sebenarnya amat rancu,sebab singkatan tersebut menunjukkan seolah-olah karya Smith berisitentang kronologis ilmu astronomi saja

Page 18: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

18 Selayang Pandang Ekonofisika

statistik dan kompleksitas untuk menganalisis data-data darigejala ekonomi.

Sebenarnya, sampai sekarang belum ada takrif yang terangmengenai ekonofisika. Kendati demikian, jumlah karya ilmiahdi bidang ini sejak 1992 sampai April 2003 telah mencapai662 dengan lebih dari 20 jurnal (Fan et al., 2004).

1.1 Hubungan Fisika dan EkonomiSelain menunjukkan bahwa gagasan-gagasannya banyak diil-hami oleh fisika, karya Smith The History of Astronomy jugamenunjukkan ada tumpang tindih yang tak terduga denganThomas Kuhn mengenai konsep paradigma (De Liso dan Fi-latrella, 2001, hlm. 5-8). Merujuk pada pendapat Skinnerdan Loasby, Smith merupakan perintis konsep paradigma diekonomi (De Liso dan Filatrella, 2001) sebagaimana Kuhn difisika (Capra, 2001).

Ternyata tidak hanya Smith yang tertarik dengan metode-metode dalam fisika. Ada sederetan ekonom yang menyusuljejak Smith, seperti Jevons, Walras, Marshall, Stigler, Kim,Lux dan pemenang anugerah nobel ekonomi 1990 Harry Mar-kowitz2. Marshall dengan adikaryanya The Principle of Eco-nomics 1890 telah mengubah ilmu ekonomi politik (politicaleconomy)3 menjadi ekonomi (economics) dengan model-model

2Karyanya yang berjudul Portfolio Selection dianggap merupakantitik tonggak lahirnya teori portofolio modern. Karya ini pulalah yangmengantarkannya mendapat anugerah nobel ekonomi 1990.

3Ilmu ekonomi lahir ketika Adam Smith mengeluarkan karyanya,Wealth of Nation 1776. Generasi setelahnya menyebut Smith sebagaipendiri madzhab klasik dalam ekonomi. Saat itu ilmu ekonomi lahirsebagai political economy dan bukan economics. Ekonomi politik adalah

Page 19: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

1.1 Hubungan Fisika dan Ekonomi 19

yang bersifat matematis. Adikarya Marshall ini dianggap seba-gai tonggak kelahiran madzhab neo-klasik (Mubyarto, 1987).Sebelumnya, Jevons dan Walras telah mempeloporinya pada1860-an. Penetrasi model-model matematis ke dalam ilmuekonomi saat itu dilakukan melalui fisika dan menempatkanfisika sebagai benchmark (tolok ukur) (De Liso dan Filatre-lla, 2001). Sedangkan Stigler yang berasal dari PerguruanEkonomi Chicago memaklumkan simulasi Monte Carlo yangditerapkan untuk menelisik pasar pada tahun 1964. Kim danMarkowitz mencoba membuat model kejatuhan Wall Stre-et 1987 yang mirip dengan model yang digunakan fisikawan.Dan penelitian Lux berdasar pada hasil kerja para fisikawan,seperti misalnya Haken (Stauffer, 2000).

Ekonomi merupakan disiplin tentang perilaku manusiayang berhubungan dengan manajemen sumberdaya, keuang-an, pendapatan, produksi dan konsumsi barang-barang danjasa (Wang et al., 2005). Sehingga ekonomi biasanya dii-dentikkan dengan ilmu sosial. Namun dalam beberapa hal,hukum-hukum ekonomi menunjukkan keserupaan dengan ilmualam. Meskipun ekonomi berkepentingan dengan motivasidan keputusan manusia, namun seringkali perilaku kolektifdapat diterangkan dengan proses yang tertentu, setidaknyadengan cara statistik. Dagun (1992, hlm. 265) menguatkanbahwa aktivitas bebas manusia tidak semata-mata merupakanakibat kehendak bebas tetapi muncul dari motif-motif. Maka,motif-motif inilah yang memungkinkan untuk diterapkannyastatistik.

Mengingat ekonomi selama ini dimasukkan dalam ranah

suatu ilmu yang membahas hubungan antara proses-proses politik danekonomi (Mubyarto, 1987, hlm. 7).

Page 20: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

20 Selayang Pandang Ekonofisika

ilmu sosial, maka ada baiknya jika menengok pendapat ’Abdu-lrahim. Dalam angapannya, ’Abdulrahim memandang bahwasebenarnya ilmu sosial adalah juga ilmu pasti (eksakta). Me-nurutnya, dikotomi ilmu menjadi ilmu sosial dan ilmu eksaktaadalah tidak tepat. Secara lengkap pendapat ’Abdulrahimdapat dilacak dalam kutipan berikut:

"Biasanya para ahli ilmu sosial menganggap hukum-hukum yang berkenaan dengan manusia, baik seba-gai individu maupun masyarakat tidak termasukhukum yang pasti. Oleh karena itu mereka memi-sahkan ilmu sosial dari ilmu alam dan matematika(ilmu-ilmu eksakta). Mereka mengatakan ilmu sosi-al tidak pasti. Padahal sebenarnya hukum-hukumsosial itupun eksak, sebagaimana diterangkan da-lam Al Quran itu. Namun variabelnya sangatbanyak, sama banyaknya dengan jumlah manusiadi dunia ini dikalikan dengan segala macam kei-nginan mereka, sehingga sangat sukar diperkirakankorelasi antara variabel yang satu dengan yang la-in. Mereka yang mengatakan hukum-hukum sosialyang universal itu tidak eksak, pada dasarnya ka-rena kegagalan mereka menemukan korelasi antaravariabel yang sangat banyak ini. Tetapi denganmajunya ilmu statistik sesudah mendapat bantuankomputer sekarang ini, dapat dibuktikan betapaanggapan para pakar ilmu-ilmu sosial selama iniadalah salah." (’Abdulrahim, 1997, hlm. 95)

Pencantuman kutipan di atas dalam bagian dari pembahasanini tidak berkepentingan terhadap perdebatan dikotomi ilmu

Page 21: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

1.1 Hubungan Fisika dan Ekonomi 21

sosial dan eksakta. Titik tekan yang hendak diajukan disini ialah bahwa unit-unit yang berinteraksi dalam sistemekonomi dapat didekati dengan cara pandang yang sama ketikafisikawan mengamati sistem fisis pada skala mikroskopik (Lux,2000). Johnson (Jawa Pos, 23/09/2002) dari laboratoriumClarendon menunjukkan ada keterkaitan yang sangat kuatantara kegiatan keuangan dengan perilaku dari zarah, atom,dan molekul.

Tsallis, seperti yang ditulis oleh Kebamoto (2002), jugamempunyai kesimpulan yang paralel dengan Johnson. Me-nurutnya, dengan statistik termodinamika, manusia dapatdimodelkan sama dengan atom dalam segala hal kecuali ma-salah intelegensi dan budaya. Dengan kata lain, andaikanmasalah intelegensi dan budaya ini untuk sementara diabaik-an, maka kelakuan manusia dapat dipandang seperti kelakuanatom. Ringkasnya, sistem ekonomi sama dengan sistem fisika.

Paradigma ini semakin menemukan kekuatannya ketikamerujuk pada hakikat manusia dan benda-benda nirnyawa.Atom adalah unsur pembentuk yang sama dalam manusia,batu, gunung, air, matahari, hewan dan tumbuhan. IbnulQayyim (2005) menyebutkan bahwa setiap makhluk bernyawaatau nirnyawa seluruhnya mempunyai roh. Pada aras ini, ma-ka tidak ada lagi beda antara manusia atau atom. Penyebutanmanusia bersamaan dengan matahari, tumbuhan dan hewanmelata dalam Kitab Suci dapat dipahami dalam kerangkatersebut.

"Apakah kamu tidak mengetahui, bahwa kepadaAllah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, ma-tahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan,

Page 22: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

22 Selayang Pandang Ekonofisika

binatang-binatang yang melata dan sebagian besardaripada manusia?" (QS Al Hajj: 18)

Beberapa ayat lain yang semakna tentang masalah ini antaralain dapat ditemui dalam Al Isra’: 44, Shaad: 18, dan AnNuur: 41.

Topik penelitian yang digarap oleh Amaral et al. (2003)memberi kejelasan terhadap masalah ini. Dalam kajiannya,Amaral et al. memusatkan pada 3 jejaring, yakni jejaringekonomi dan teknologi, jejaring sosial dan terakhir adalahjejaring fisis dan biologis. Dalam jejaring pertama dimanaditeliti jalur transmisi dan lalu lintas di bandara (penumpangdan pesawat) menunjukkan bahwa keduanya mematuhi hukumpangkat. Demikian pula dalam jejaring kedua dan ketiga yangjuga mematahui hukum pangkat. Pada akhirnya, kesimpulanyang didapat Amaral et al. dari kajian itu adalah fenomena-fenomena tersebut dapat dikiaskan dengan teori fenomenakritis (critical phenomena). Kesimpulan yang sama jugadidapat oleh Drăgulescu dan Yakovenko (2004) yang menelitikelakuan uang, pendapatan dan kekayaan masyarakat denganmekanika statistik sebagai pisau telisiknya. Sedangkan Stanleyet al. (2002) berhasil menggunakan paradigma transisi fase danfenomena kritis untuk menerangkan kemajemukan pengaturandiri dalam ekonomi dan keuangan.

Gagasan tentang pengaturan diri ini sebenarnya banyakditemukan di sepanjang sejarah ilmu-ilmu sosial yang digunak-an untuk mendeskripsikan proses pengaturan diri kehidupansosial. ’Tangan gaib’ dalam teori ekonomi Smith dapat di-kategorikan di sini. Contoh lainnya ialah ’check and balance’dalam Undang-Undang Amerika Serikat dan hubungan tim-

Page 23: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

1.2 Model Ekonofisika 23

bal balik tesis dan antitesis dalam dialektika Hegel dan Mark(Capra, 2001, hlm. 97).

Interaksi yang begitu erat antara fisika dan ekonomi inimembuat De Liso dan Filatrella (2001) dan Stauffer (2000)menyatakan dengan tegas bahwa ekonofisika bukanlah ranahkeilmuan yang baru. Merujuk pada dua pendapat ini, makaanggapan Kebamoto (2002) dan Mart (2001) bahwa ekonofisi-ka merupakan gagasan fisika yang baru atau bidang penelitianbaru dalam fisika dapat dinilai sebagai anggapan yang kurangtepat. Pada aras ini pula, kecurigaan Mubyarto (2002) ter-hadap ekonofisika sehingga mengimbau LIPI dan AIPI untuk"membahas ekonofisika secara serius" dapat dilihat sebagaipendapat yang tidak mempunyai pijakan ilmiah.

1.2 Model Ekonofisika

Dalam konteks ekonomi, model merupakan sebuah bangu-nan teoritis yang menggambarkan proses ekonomi denganseperangkat peubah (variabel) dan seperangkat hubungankekerabatan logis dan kuantitatif antar peubah-peubah terse-but (Boediono, 1981; Wikipedia, 2005). Sebagaimana dalamranah ilmu lainnya, maksud dari suatu model adalah menye-derhanakan proses-proses yang majemuk (kompleks). Dalampengertian yang sekarang, setiap model dalam ekonomi selaludikaitkan dengan bentuk matematika (De Liso dan Filatrella,2001, hlm. 10), meskipun ada juga model kualitatif sepertimisalnya perencanaan skenario yang memungkinkan peristiwa-peristiwa mendatang dikerjakan dan analisis pohon keputusannon-numerik. Namun, model-model kualitatif bukanlah modelyang cermat (Wikipedia, 2005).

Page 24: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

24 Selayang Pandang Ekonofisika

Sebelumnya, Boediono (1981, hlm. 1-2) bahkan lebih tegasdengan menyatakan bahwa ekonom tidak lagi puas denganjawaban bahwa "bila harga beras naik maka jumlah yangdiminta akan turun". Ekonom menghendaki jawaban yanglebih rinci dan cermat, seperti "bila harga beras naik 10%,maka berapa persen penurunan jumlah yang diminta". Atau,berapa kenaikan maksimal jumlah uang yang beredar agarinflasi tidak melebihi suatu nilai tertentu.

Terkait dengan ekonofisika, sedikitnya ada 2 pendekatan(Baaquie et al., 2002; Mart, 2001; Stauffer, 2000; Wang etal., 2005) yang bisa digunakan untuk memodelkan dinamikaperkembangan sektor-sektor ekonomi, yaitu model analisisdata dan penggunaan model-model fisika sebagai model acuan.Mengacu pada pembagian fisika yang menjadi 2 kelompok:fisika teori dan fisika eksperimen (dengan fisika komputasi bisabekerja pada keduanya), Stauffer (2000) menyebut pendekatanpertama sebagai ekonofisika eksperimen dan pendekatan keduasebagai ekonofisika teori. Sedangkan Baaquie et al. (2002)menyebut pendekatan pertama sebagai pendekatan bottom updan pendekatan kedua sebagai pendekatan top down.

1.2.1 Model Analisis Data

Di dalam fisika, metode statistik (lebih tepat disebut fisikastatistik) digunakan ketika berhadapan dengan masalah inte-raksi antarsub-unit dengan jumlah sangat besar, sementarainteraksi individual antarsub-unit itu sendiri sangat sulit un-tuk dijelaskan. Dengan demikian, metode ini memberikanprediksi sifat kolektif dari kumpulan sub-unit.

Kritik yang dilontarkan oleh ilmuwan pada metode ini me-nyangkut keabsahan penggunaan metode fisika pada masalah-

Page 25: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

1.2 Model Ekonofisika 25

masalah sosial yang dikatakan memiliki jumlah sub-unit sa-ngat terbatas.

Di dalam termodinamika, di mana fisika statistik sangatsukses untuk menjelaskan fenomena alam, jumlah sub-unityang dibahas umumnya dapat mencapai 1020. Meski demikian,simulasi-simulasi komputer untuk gas dan zat cair sudahmenunjukkan hasil yang sangat memuaskan untuk sistemyang terdiri dari 20 hingga 30 atom saja, yang menunjukkanbahwa metode ini sudah dapat bekerja untuk sistem-sistemkecil.

Kritik lain adalah lagi-lagi menyangkut perbedaan antaramanusia dan sistem zarah (elektron, nukleon, atom, atau mo-lekul) yang dibahas fisika statistik, karena manusia dikatakanmemiliki daya adaptasi terhadap fluktuasi-fluktuasi ekono-mi, sedangkan kumpulan zarah akan terus patuh mengikutihukum alam jika terjadi fluktuasi pada keadaan di sekitarnya.

Kritik ini ternyata tidak sepenuhnya benar, karena pene-litian dengan metode fisika statistik ternyata cukup suksesjika diterapkan pada masalah non-coding DNA, inflasi paru-paru manusia, interval denyut jantung, bahkan pada masalahperkembangan kota dan beberapa sifat hewan, yang tentusaja memiliki daya adaptasi tersendiri untuk mengantisipasiperubahan yang terjadi dengan lingkungannya (Amaral et al.,1999). Model ekonofisika dengan analisis data ini misalnyadapat dijumpai dalam pustaka Drăgulescu dan Yakovenko(2004), Amaral et al. (2003), dan Stanley et al. (2002).

1.2.2 Model acuan

Dalam model ini, model-model yang telah jamak dikenal da-lam fisika dimanfaatkan sebagai acuan untuk memodelkan

Page 26: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

26 Selayang Pandang Ekonofisika

sistem maupun gejala ekonomi. Wang et al. (2005) menye-butkan bahwa model spin telah digunakan oleh Krawiecki etal. untuk menerangkan pengambilan keputusan pemain pasarmodal dan Wu et al. menggunakannya untuk menerangkankelakuan manusia dalam aktivitas ekonomi yang lain. Da-lam model tersebut, status agen merupakan salah satu dari1, 0,−1 yang ditafsirkan sebagai membeli, menunggu danmenjual atau hanya salah satu dari 1,−1. Sehingga kea-daan status dari sistem keseluruhan dengan N agen adalahS1, S2, S3, · · · , SN. Keuntungan setiap agen ditentukan olehfungsi hasil E

(~S, ~J, IEs

), dengan ~J adalah interaksi terus-

menerus dari seluruh transaksi dan IEs merupakan peubahinternal seperti harga saham atau informasi eksternal sepertilingkungan dan rekam jejak perusahaan. Karena setiap ageningin memaksimalkan keuntungannya, maka

ωi (Si(t)→ Si(t+ 1)) ∼ e∆EiT (1.1)

dengan T merupakan koefisien evaluasi rerata, yang berartipengaruh sebuah keputusan untuk suatu keuntungan. Bentukkeputusan agen ini muncul dari distribusi ansambel dalammekanika statistik.

Model gas ideal juga digunakan sebagai model acuan da-lam ekonofisika (Drăgulescu dan Yakovenko, 2000). Modelini mencoba menerangkan persaingan dan perkawanan antarperusahaan atau antar individu atau agen. Di sini, pertu-karan acak kekayaan satu dengan lainnya dipandang sepertipertukaran acak tenaga dalam gas ideal. Sehingga distribusikesetimbangan akan berbentuk eksponensial.

Lux (2000) bahkan melakukan sebuah gebrakan dengan

Page 27: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

1.3 Topik Ekonofisika 27

menghadapkan hipotesis pasar efisien vis a vis hipotesis per-tukaran agen. Gagasannya terinspirasi dari hasil kajian fisikastatistik, bahwa sistem fisis yang terdiri dari banyak zarahyang berinteraksi akan mematuhi hukum universal (scalinglaw) yang bebas dari detil mikroskopik. Ini dapat disepa-dankan dalam ekonomi keuangan dimana unit-unit yang ber-interaksi adalah pemain pasar dan scaling law yang bekerjaadalah kenyataan yang selalu mengikuti tren semisal klastervolatilitas. Hipotesis pasar efisien memegang peran kuncidalam teori keuangan. Hipotesis ini merupakan andaian pen-ting dalam beberapa teori keuangan seperti teori strukturmodal, model penentuan harga aset (Capital Asset PricingModel/CAPM) dan model penentuan harga opsi (Sartono,1996).

Model yang lain misalnya penggunaan persamaan difusi(Baaquie et al., 2002) yang secara gemilang telah ditunjukkanoleh Black dan Scholes ketika mendesain model penentuanharga opsi. Selain persamaan difusi, model Black-Scholes jugamenggunakan gerak Brown geometrik sebagai model acuannya.Model Black-Scholes merupakan salah satu contoh dari modelekonomi standard (Ilinski, 1999; Wikipedia, 2005). Bahkan,model ini berhasil memenangkan anugerah nobel ekonomi1997. Maka, dapat dipahami jika Sembel dan Baruno (2002)menyebutnya sebagai sebuah teori besar.

1.3 Topik Ekonofisika

Dari uraian di muka, tampak bahwa ranah ekonofisika teramatluas untuk dikaji. Aneka topik ekonofisika yang tersedia tidakmungkin dikupas semua dalam kesempatan ini. Karenanya,

Page 28: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

28 Selayang Pandang Ekonofisika

buku kecil ini perlu membatasi dan menyempitkan topik yangakan dikaji.

Masalah yang akan menjadi topik ialah model penentuanharga opsi. Mengapa opsi? Opsi (option) merupakan produkderivat yang menyatakan hak seseorang (namun bukan kewa-jiban) untuk membeli saham atau aset lainnya dengan hargatertentu sebelum atau pada saat yang telah dijadwalkan.

Opsi merupakan surat berharga yang istimewa. Sebab,jika dibandingkan dengan aset keuangan yang lain, investasidalam opsi membutuhkan modal yang jauh lebih kecil tetapimenjanjikan keuntungan yang jauh lebih besar. Andai punmengalami kerugian, maka kerugian yang diderita karenainvestasi dalam bentuk opsi jauh lebih kecil dibanding jikaberinvestasi pada aset keuangan lainnya. Selain itu, opsi jugabisa digunakan untuk mempertahankan portofolio investasi.Bahkan, Weston dan Copeland (1995) menulis bahwa seluruhkontrak keuangan dapat disederhanakan hanya menjadi 4surat berharga saja, 2 diantaranya adalah opsi.

Namun, sebagai produk derivat yang sepenuhnya bergan-tung pada surat berharga acuan dan kesepakatan dalam kon-trak, harga opsi selalu berubah-ubah terhadap waktu. Maka,pertanyaan mendasar yang lekat dengan opsi adalah berapaharga yang pantas (adil) untuk dikeluarkan oleh pembeli opsidan siasat investasi seperti apa yang harus dipasang oleh pen-jual opsi selama masa kontrak untuk meminimalkan risikokerugian. Pada gilirannya, jika harga opsi ini berhasil diru-muskan secara eksak maka model penentuan harga opsi akanmenjadi semacam lingua franca bagi semua pemain di pasarsaham.

Ada banyak opsi yang dikenal di pasar saham. Kita ak-

Page 29: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

1.3 Topik Ekonofisika 29

an membatasi kajian pada jenis opsi Eropa dengan suratberharga acuan adalah saham. Opsi Eropa merupakan opsiyang hanya bisa dilaksanakan pada saat jatuh tempo saja.Model ekonofisika yang akan dipakai adalah model kedua,yakni menggunakan model dalam fisika sebagai acuan untukmenurunkan model penentuan harga opsi.

Model penentuan harga opsi merupakan topik penting da-lam manajemen keuangan dan investasi 4. Kajian mengenaiharga opsi dipelopori oleh Bachelier dalam disertasi doktor-nya di Universitas Sorbonne Perancis tahun 1900. Bacheliermenghitung harga opsi secara analitik dengan menggunakangerak Brown dan andaian pengembalian (return) saham yangmemiliki distribusi normal.

Hakiman (2005) mengatakan bahwa persamaan Bachelierdapat ditulis sebagai berikut

C = SN

(S −Kσ√T − t

)−KN

(S −Kσ√T − t

)+σ√T − tN

(K − Sσ√T − t

)(1.2)

dengan S : harga saham saat ini, K : harga laksana saat jatuhtempo dan N : kumulatif distribusi normal.

Namun, penemuan Bachelier ini menimbulkan masalahyang serius yaitu dimungkinkannya harga negatif baik padaharga saham maupun harga opsi. Meskipun begitu, pijakanyang diletakkan Bachelier merupakan andaian penting dalam

4Lihat kepustakaan Basuki et al. (1997); Berlianta (2005); Brighamdan Houston (2001); Fabozzi (2000); Hakiman (2005); Halim (2003);Hull (1989); Husnan (1995); Kamaruddin (1996); Keown et al. (2000);Rutterford (1993); Sartono (1996); Sharpe et al. (1999); Sundjaja (2003);Weston dan Copeland (1995); Yuliati et al. (1996)

Page 30: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

30 Selayang Pandang Ekonofisika

perkembangan model penentuan harga opsi selanjutnya. Se-jarah perkembangan model harga opsi sejak Bachelier dapatdilihat dalam pustaka Hakiman (2005) dan Hull (1989).

Perkembangan yang paling menonjol adalah ketika Blackdan Scholes memaklumkan model penentuan harga opsinyapada tahun 1973. Bisa dikatakan model Black-Scholes inilahyang kemudian menjadi pijakan bagi model-model berikutnya.Model Black-Scholes kemudian dikembangkan oleh Merton,Ingersoll, Garman dan Kohlagen, Geske, Roll dan Whaley(Copeland dan Weston, 1988; Hakiman, 2005; Hull, 1989).

Sampai sekarang, hampir seluruh buku-buku teks mana-jemen keuangan dan investasi yang dirujuk sebagai pustakadalam buku ini hanya menyebut ada 2 model penentuan har-ga opsi, yaitu model Black-Scholes dan model binomial yangdibangun oleh Cox dan Ross 3 tahun setelah Black-Scholes.Dibandingkan dengan model Black-Scholes, model binomialtidak mengalami perkembangan yang pesat. Bahkan, mo-del Black-Scholes merupakan contoh yang baik dari modelekonomi (Wikipedia, 2005).

Selain itu, model Black-Scholes juga bisa didekati denganberagam teknik dalam fisika. Ilinski, sebagaimana dikutipoleh Mart (2001), mengklaim bahwa persamaan model Black-Scholes bisa diturunkan dengan konsep kuantum. Untukmelompat dari dunia kuantum ke pasar saham Ilinski meng-ganti medan elektromagnetik yang mengatur interaksi antarzarah bermuatan dengan medan arbitrasi (arbitrage) yangmenjelaskan perubahan harga opsi serta saham sebagai fungsiwaktu.

Baaquie et al. (2002) menggunakan manipulasi matema-tika untuk mengubah persamaan Black-Scholes menjadi per-

Page 31: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

1.3 Topik Ekonofisika 31

samaan yang mirip dengan persamaan turunan Schrödingeryang merupakan persamaan dasar dalam mekanika kuantumnon relativistik. Teknik yang dipakai Baaquie adalah denganmenggunakan integral lintasan Feynmann.

Dalam manajeman keuangan dan investasi, opsi mempu-nyai kedudukan yang sangat penting. Ini tercermin dalamungkapan Weston dan Copeland (1995) yang menegaskanbahwa seluruh jenis kontrak keuangan pada dasarnya meru-pakan gabungan dari hanya 4 bentuk surat berharga, yaitu:saham, obligasi bebas risiko, opsi beli dan opsi jual. Atau,jika disempitkan hanya mejadi saham, obligasi dan opsi saja.Bahkan sebelum Weston dan Copeland (1995), Cox, Rossdan Rubinstein dalam Journal of Financial Economics (Co-peland dan Weston, 1988, hlm. 240) telah mengemukakanbahwa model penentuan harga opsi dapat bekerja di ham-pir semua ranah keuangan. Hampir semua surat berhargaperusahaan dapat ditafsiri dengan opsi beli dan opsi jual.Pernyataan-pernyataan ini pada akhirnya hanya membuatmodel penentuan harga opsi semakin bertenaga. Karenanya,pemahaman yang baik mengenai model penentuan harga opsiBlack-Scholes merupakan jalan lurus untuk masuk ke ranahekonofisika. Dari sini pemandangan ekonofisika akan segeraterbentang.

Page 32: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto
Page 33: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Takrif PeluangRuang Peluang

Peluang peristiwa bersyaratPeluang peristiwa saling bebas

Peubah AcakFungsi agihanNilai harap dan variansiKovariansi dan korelasi

2 — Teori Peluang

Istilah percobaan dalam matematika/fisika ialah sebuah usahayang dilakukan untuk mendapatkan satu dari sekian banyakhasil keluaran yang mungkin. Salah satu contoh dari perco-baan tersebut adalah usaha untuk mendapatkan hasil ’muka’dalam pelantunan sebuah koin. Usaha ini termasuk percobaansebab dalam pelantunan sebuah koin ada dua hasil keluaranyang mungkin yaitu ’muka’ dan ’belakang’. Demikian pulausaha untuk mendapatkan ’nilai 1’ dalam pelantunan sebuahdadu juga merupakan percobaan, sebab nilai 1 merupakansalah satu dari hasil keluaran yang mungkin yaitu nilai 1, 2,3, 4, 5 dan 6.

Dalam percobaan pelantunan sebuah koin dan dadu diatas, munculnya ’muka’ dan ’nilai 1’ disebut sebagai hasilpercobaan atau hasil keluaran (outcome). Jika semua ha-

Page 34: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

34 Teori Peluang

sil keluaran yang mungkin dari sebuah percobaan disatukandalam sebuah himpunan, maka himpunan demikian disebutsebagai ruang sampel (sample space). Dalam percobaan diatas, maka ruang sampel bagi percobaan pelantunan sebuahkoin adalah himpunan yang beranggotakan muka dan bela-kang. Ruang sampel dari percobaan pelantunan sebuah daduberanggotakan nilai-nilai 1, 2, 3, 4, 5 dan 6.

Setiap percobaan selalu hanya memiliki satu ruang sampel.Jika dilakukan percobaan pelantunan dua buah koin, makaruang sampel yang muncul adalah himpunan pasangan (muka,muka), (muka, belakang), (belakang, muka), dan (belakang,belakang). Ruang sampel ini jelas berbeda dengan ruang sam-pel percobaan pelantunan sebuah koin. Karena itu, terdapatperkawanan satu-satu antara percobaan dan ruang sampel:

satu percobaan←→ satu ruang sampel. (2.1)

Setiap tepat satu anggota dari ruang sampel disebut titiksampel . Satu atau beberapa titik sampel yang termuat dalamsebuah himpunan ruang sampel disebut peristiwa atau kejadi-an (event). Jadi peristiwa merupakan himpunan bagian dariruang sampel. Kaitan ini menyiratkan bahwa ruang sampelsebenarnya juga merupakan peristiwa yaitu sebuah peristiwayang memuat seluruh titik sampel yang ada. Peristiwa sepertiini disebut peristiwa pasti (sure event), sebab setiap keluaranyang muncul selalu merupakan anggota dari peristiwa itu. Se-baliknya, himpunan kosong yang juga merupakan himpunanbagian dari ruang sampel merupakan peristiwa mustahil (im-posible event), sebab tidak mungkin sebuah percobaan tidakmemiliki hasil keluaran apapun. Apabila sebuah peristiwa

Page 35: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

2.1 Takrif Peluang 35

hanya memuat satu titik sampel saja maka peristiwa demikiandisebut peristiwa unsuriah (elementary event) atau peristiwakeunsuran.

Setiap peristiwa mempunyai ukuran kecenderungan untukterjadi yang berbeda-beda nilainya. Ukuran kecenderungan inidinamakan peluang terjadinya peristiwa atau cukup disebutpeluang saja.

2.1 Takrif Peluang

Ada beberapa cara untuk menguraikan takrif (definition)peluang sebuah peristiwa. Andaikan peristiwa A merupak-an peristiwa yang memenuhi A 6= peristiwa pasti dan A 6=peristiwa mustahil, maka peluang terjadinya A dilambangkandengan P(A) dan dapat ditakrifkan menurut beberapa cara.

Yang pertama adalah takrif klasik. Menurut takrif ini,peluang P(A) peristiwa A ditentukan secara a priori tanpapelaksanaan percobaan yang sebenarnya. Takrif ini mempu-nyai pengandaian bahwa suatu percobaan selalu menghasilkanN hasil keluaran yang tidak mungkin terjadi bersama-samadan masing-masing punya peluang yang sama untuk terjadi,maka:

P(A) =NA

N(2.2)

dengan NA menyatakan banyaknya hasil keluaran dalam A.Karena peristiwa A bukan peristiwa mustahil dan juga bukanperistiwa pasti atau 0 ≤ NA ≤ N , maka 0 ≤ P(A) ≤ 1.Meskipun takrif ini mudah dimengerti dan digunakan, tetapipersyaratan ’mempunyai peluang yang sama’ dalam praktik

Page 36: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

36 Teori Peluang

mungkin sekali tidak masuk akal, disamping keterbatasanpenggunaannya yang hanya untuk percobaan dengan ruangsampel berhingga.

Yang kedua adalah takrif empiris. Peluang A ditakrifkansebagai kekerapan nisbi (relative frequency, frekuensi rela-tif) terjadinya peristiwa A, jika percobaan tersebut diulangsebanyak mungkin. Artinya

P(A) = limN→∞

NA

N. (2.3)

Dibandingkan dengan takrif klasik, takrif ini lebih masuk akalsebab tidak diperlukan persyaratan seperti takrif klasik. Ha-nya saja takrif ini mengharuskan percobaan dapat dilakukansebanyak mungkin. Takrif ini disebut juga takrif kekerapannisbi dan biasa digunakan sebagai penjelas dari takrif klasikatau bisa juga sebaliknya.

Yang ketiga adalah takrif subjektif. Nilai sebuah pe-luang dalam takrif ini lebih berdasar pada pertimbangan-pertimbangan perseorangan atau subjektif dan biasanya di-lakukan apabila pengertian-pengertian objektif tidak dapatdigunakan, misalnya dalam keadaan dimana percobaan belumatau bahkan tidak pernah dilakukan. Karena itu takrif inihanya menunjukkan tingkat keyakinan terhadap peristiwa Adalam 2 pilihan: terjadi atau tidak terjadi.

Yang keempat adalah takrif aksiomatis. Sesuai dengannamanya, dalam takrif ini peluang diandaikan memenuhisejumlah aksioma tertentu. Dalam takrif ini, andaikan Ω

adalah ruang sampel suatu percobaan, A adalah himpunanperistiwa maka P(A) adalah peluang terjadinya peristiwa Ajika memenuhi 3 aksioma berikut:

Page 37: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

2.2 Ruang Peluang 37

Aksioma 2.1. P(A) ≥ 0

Aksioma 2.2. P(Ω) = 1

Aksioma 2.3. Jika A1 ∩ A2 = ∅ , maka P(A1 ∪ A2) =

P(A1) + P(A2)

Pendekatan secara aksiomatis dalam memberikan takrifterhadap peluang seperti di atas diperkenalkan oleh A. N.Kolmogorov pada tahun 1933. Dalam buku ini, pembahas-an tentang teori peluang selanjutnya akan berangkat daripendekatan aksiomatis ini.

2.2 Ruang PeluangSyarat-syarat sebagaimana termaktub dalam aksioma (2.1),(2.2), dan (2.3) merupakan aksioma teori peluang atau jugadikenal sebagai aksioma Kolmogorov. Dalam perkembanganteori peluang, seluruh kesimpulan berdasar secara langsungmaupun tidak langsung pada aksioma-aksioma di atas danhanya pada aksioma-aksioma di atas. Berikut adalah akibat-akibat dari aksioma di atas:

1. Peluang peristiwa mustahil adalah nol, dapat ditulisP(∅) = 0. Karena A ∩ ∅ = ∅ dan A ∪ ∅ = A, makaP(A) = P(A ∪ ∅) = P(A) + P(∅).

2. Untuk sebarang peristiwa A, berlaku

P(A) = 1− P(A′) ≤ 1 (2.4)

dengan A′ merupakan imbangan atau pelengkap (com-plement) bagiA dalam ruang sampel Ω. KarenaA∪A′ =

Page 38: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

38 Teori Peluang

Ω dan A ∩ A′ = ∅, maka 1 = P(Ω) = P(A ∪ A′) =

P(A) + P(A′).

3. Untuk sebarang peristiwa A1 dan A2 berlaku

P(A1∪A2) = P(A1)+P(A2)−P(A1∩A2) ≤ P(A1)+P(A2).

(2.5)

Seperti telah disinggung di atas, peristiwa merupakanhimpunan bagian dari ruang sampel Ω. Apabila A1 dan A2

keduanya merupakan peristiwa, maka A1∩A2 dan A1∪A2 jugamerupakan peristiwa. Hal ini menyebabkan bahwa gabungandan irisan berbagai peristiwa juga mempunyai nilai peluangyang dapat dihitung. Konsep yang membahas tentang hal inidikenal sebagai lapangan (field).

Suatu lapangan L adalah himpunan yang beranggotakanhimpunan-himpunan dan L 6= ∅ sedemikian rupa sehingga

jika A ∈ L maka A′ ∈ L (2.6)

dan

jika A1 ∈ L dan A2 ∈ L maka A1 ∪ A2 ∈ L. (2.7)

Kedua sifat tersebut merupakan syarat minimal sebuahlapangan. Sifat-sifat lainnya adalah sebagai berikut:

jika A1 ∈ L dan A2 ∈ L maka A1 ∩ A2 ∈ L (2.8)

Dari persamaan (2.6) terlihat juga bahwa A1′ ∈ L dan A2

′ ∈L. Dengan menggunakan persamaan (2.7) dan (2.6) pada

Page 39: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

2.2 Ruang Peluang 39

himpunan A1′ dan A2

′, dapat disimpulkan bahwa

A1′ ∪ A2

′ ∈ L, (A1′ ∪ A2

′)′ = A1 ∩ A2 ∈ L.

Suatu lapangan juga memuat peristiwa pasti dan peristiwamustahil: Ω ∈ L dan ∅ ∈ L. Oleh karena L tidak kosong,maka L memuat paling sedikit satu anggota A, akibatnya(dengan menggunakan persamaan (2.6)) L juga harus memuatA′. Jadi,

A ∪ A′ = Ω ∈ L dan A ∩ A′ = ∅ ∈ L.

Jika sekarang diandaikan A1, A2, . . . adalah barisan takhingga himpunan anggota L dan jika gabungan maupun iris-an himpunan-himpunan tersebut juga ada dalam L, makaL disebut lapangan Borel B. Dengan demikian, penger-tian peristiwa dapat disempurnakan menjadi sekumpulanhimpunan-himpunan bagian dari Ω yang membentuk lapang-an Borel. Akibat lanjutan dari pengertian ini adalah dapatditentukannya peluang yang tidak hanya pada gabungan danirisan berhingga peristiwa-peristiwa, namun juga pada limit-nya. Dengan demikian jika peristiwa A1 ∩ A2 ∩ . . . = ∅ maka

P(A1 ∪ A2 ∪ . . .) = P(A1) ∪ P(A2) ∪ . . . . (2.9)

Namun demikian, sebenarnya amat sulit untuk menen-tukan peluang keunsuran masing-masing peristiwa jika ruangsampel Ω memiliki jumlah anggota tak hingga. Misalkan Ω

adalah himpunan seluruh bilangan riil. Himpunan-himpunanbagiannya dapat dipandang sebagai himpunan titik-titik padagaris riil. Untuk membangun ruang peluang pada garis riil,

Page 40: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

40 Teori Peluang

maka seluruh selang (interval) x1 ≤ x ≤ x2 dengan segenapgabungan dan irisannya dipandang sebagai peristiwa. Le-bih rincinya dapat dilihat misalnya dalam pustaka (Rosyid,2005) bab I. Peristiwa-peristiwa ini membentuk suatu lapang-an L yang merupakan lapangan Borel terkecil yang memuatseparuh garis x ≤ xi untuk semua bilangan riil xi. Untukmelengkapi ciri Ω, akan dicari peluang peristiwa (x ≤ xi).Misalkan bahwa α(x) adalah fungsi sedemikian hingga∫ ∞

−∞α(x) dx = 1, dan α(x) ≥ 0. (2.10)

Maka peluang peristiwa (x ≤ xi) ditakrifkan dengan integral

P(x ≤ xi) =

∫ xi

−∞α(x) dx. (2.11)

Bangun persamaan (2.11) ini dapat digunakan untuk me-nentukan peluang seluruh peristiwa dalam Ω. Misalnya, seka-rang dapat dihitung peluang (x1 < x ≤ x2) yang terdiri darititik-titik pada selang (x1, x2] dengan

P(x1 < x ≤ x2) =

∫ x2

x1

α(x) dx. (2.12)

Persamaan (2.12) dapat dibuktikan dengan mengingat bahwairisan antara (x ≤ x1) dan (x1 < x ≤ x2) merupakan ∅ dangabungan keduanya sama dengan (x ≤ x2). Berdasarkan padaaksioma (2.3), didapat

P(x ≤ x1) + P(x1 < x ≤ x2) = P(x ≤ x2) (2.13)

Page 41: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

2.2 Ruang Peluang 41

dan dengan menggunakan persamaan (2.11) dan (2.12) makaselanjutnya∫ x1

−∞α(x) dx+

∫ x2

x1

α(x) dx =

∫ x2

−∞α(x) dx. (2.14)

Persamaan di atas merupakan bukti yang jelas bagi persamaan(2.12). Dengan demikian, jika Ω terdiri dari anggota takhingga maka peluang peristiwa di dalamnya dapat ditentukandengan memakai integral.

2.2.1 Peluang peristiwa bersyaratSeandainya ada 2 peristiwa dimana peluang peristiwa keduahanya bisa diketahui setelah ada pengetahuan yang cukuptentang peristiwa pertama, maka peluang peristiwa sepertiini disebut sebagai peluang bersyarat. Peluang bersyaratperistiwa B jika diketahui peristiwa A dilambangkan denganP(B|A) dan ditakrifkan sebagai

P(B|A) =P(A ∩B)

P(A)(2.15)

dengan syarat bahwa nilai P(A) tidak sama dengan nol. Bi-langan P(B|A) dapat dibaca ’peluang B jika A diketahui’.Persamaan (2.15) yang berbentuk nisbah dapat juga diubahdalam bentuk perkalian menjadi

P(A ∩B) = P(A)P(B|A). (2.16)

Dengan menggunakan aturan rantai, persamaan (2.16) dapatdiperluas untuk peristiwa yang lebih banyak. Seandainya ada3 peristiwa yaitu A,B, dan C maka persamaan (2.16) akan

Page 42: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

42 Teori Peluang

menjadi

P(A ∩B ∩ C) = P(A)P(B|A)P(C|A ∩B). (2.17)

Perampatan (generalization) terhadap sebarang peristiwaA1, A2, . . . , An ∈ Ω akan menghasilkan bentuk seperti ber-ikut

P(A1 ∩ A2 ∩ . . . ∩ An) = P(A1)P(A2|A1)P(A3|A1 ∩ A2) . . .

. . .P(An|A1 ∩ . . . ∩ An−1). (2.18)

2.2.2 Peluang peristiwa saling bebas

Seperti sudah disinggung sebelumnya bahwa peristiwa ber-syarat (B|A) didasarkan pada anggapan bahwa peristiwa Bhanya dapat diketahui jika peristiwa A sudah diketahui se-belumnya. Dengan demikian terjadinya peristiwa B sangattergantung pada peristiwa A dalam peristiwa bersyarat (B|A).Artinya, kedua peristiwa tersebut tidak saling bebas sebab ke-hadiran salah satu peristiwa menjadi kebutuhan bagi peristiwayang lain. Dua peristiwa A dan B akan disebut saling bebas(independent) jika dan hanya jika memenuhi dua persamaanberikut:

P(B|A) = P(B) (2.19)

dan

P(A|B) = P(A). (2.20)

Jika tidak memenuhi kaitan dalam 2 persamaan di atas,

Page 43: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

2.3 Peubah Acak 43

maka peristiwa A dan B dikatakan tidak saling bebas. Denganmengaitkan persamaan (2.16) dapat juga ditentukan syaratagar peristiwa A dan B saling bebas, yakni

P(A ∩B) = P(A)P(B). (2.21)

Untuk 3 peristiwa yaitu A,B, dan C yang saling bebassatu dari yang lain, persamaan (2.21) dapat ditulis kembalimenjadi

P(A ∩B ∩ C) = P(A)P(B)P(C) (2.22)

sehingga perampatan terhadap kesalingbebasan sejumlah nperistiwa A1, A2, . . . , An akan menghasilkan bentuk berikut

P(A1 ∩ A2 . . . ∩ An) = P(A1)P(A2) . . .P(An). (2.23)

2.3 Peubah AcakAndaikan Ω merupakan ruang sampel dari sebuah percobaan.Suatu fungsi yang mengaitkan setiap anggota ruang sampeldengan suatu bilangan riil disebut sebagai peubah acak(random variable). Dalam percobaan pelantunan sebuah ko-in di atas, seandainya hasil keluaran yang muncul adalah’muka’ kemudian diberi nilai 1 dan ’belakang’ diberi nilai -1,maka kemunculan nilai 1 atau -1 sangat bergantung padahasil keluaran ’muka’ atau ’belakang’ pada pelantunan yangdilakukan. Munculnya hasil keluaran ’muka’ atau ’belakang’dalam percobaan tersebut tidak dapat dipastikan, semuanyaserba berkemungkinan. Dengan demikian kemunculan nilai 1dan -1 sebagai peubah dalam pelantunan tersebut juga ber-

Page 44: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

44 Teori Peluang

kemungkinan. Oleh karena kemunculan nilai 1 dan -1 tidakdapat dipastikan, kemunculannya dapat disebut terjadi secaraacak. Inilah mengapa peubah yang bernilai 1 untuk hasilmuka dan -1 untuk hasil belakang dalam percobaan di atasdisebut sebagai peubah acak.

Suatu peubah acak dinyatakan dengan suatu huruf kapitaldan nilainya dinotasikan dengan suatu huruf kecil. Jika Xmenyatakan suatu peubah acak, maka nilai dari X dinyatakandengan x. Sehingga pernyataan X ≤ x menyatakan peris-tiwa peubah acak X bernilai kurang dari atau sama denganx.

Dalam sebuah percobaan dengan ruang sampel Ω, lapang-an Borel B yang beranggotakan himpunan-himpunan bagiandari Ω yang disebut peristiwa dan suatu peluang yang di-tentukan pada peristiwa-peristiwa tersebut, sebuah peubahacak X : Ω → R merupakan suatu fungsi. Ini mengandungpengertian bahwa X adalah peubah acak dan untuk semua−∞ < a < b <∞ dapat dinyatakan bahwa

X−1((a, b)) := ω ∈ Ω : a < X(ω) < b ∈ B. (2.24)

Lambang X−1((a, b)) merupakan bayangan balikan (inverseimage) dari (a, b).

Dengan demikian, suatu peubah acak riil pada ruang sam-pel Ω relatif terhadap lapangan Borel B adalah fungsi bernilairiil pada Ω sedemikian rupa sehingga bayangan balikannyamerupakan anggota lapangan Borel B.

Suatu peubah acak X, selain merupakan fungsi bernilairiil dapat juga merupakan himpunan X(Ω) = X(ω)|ω ∈ Ω,sehingga jika pada Ω terdefinisikan peubah acak Y : Ω→ R

Page 45: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

2.3 Peubah Acak 45

dan tetapan α, β ∈ R maka kaitan antara peubah acak X, Ydan tetapan α, β dapat disajikan sebagai berikut:

(αX + βY )(ω) := αX(ω) + αY (ω), (2.25)

(XY )(ω) := X(ω)Y (ω), (2.26)(X

Y

)(ω) :=

X(ω)

Y (ω), Y 6= 0. (2.27)

Peubah acak X dikatakan peubah acak tercacah jika se-mua nilai yang mungkin dari X membentuk suatu himpunantercacah atau terbilang x1, x2, . . .. Peubah acak X dika-takan kontinyu jika semua nilai (range) dari X merupakanhimpunan yang kontinyu atau tak tercacah.

2.3.1 Fungsi agihan

Dalam telaah peubah acak, peristiwa (X ≤ x) menyajikanhimpuan bagian Ω yang beranggotakan semua ω sedemikianrupa sehingga X(ω) ≤ x. Jadi, peristiwa (X ≤ x) bukanmerupakan himpunan bilangan, melainkan himpunan hasilpercobaan. Peristiwa (x1 ≤ X ≤ x2) adalah serupa. Peristiwatersebut menyatakan himpunan bagian Ω yang terdiri darihasil-hasil ω sedemikian rupa sehingga x1 ≤ X(ω) ≤ x2

dengan x1 dan x2 merupakan dua bilangan yang diketahui.Demikian pula untuk peristiwa (X = x) juga menyatakanhimpunan bagian Ω yang beranggotakan semua ω sedemikianrupa sehingga X(ω) = x. Jadi, apabila I himpunan bagiandari garis riil R, maka (X ∈ I) menyatakan himpunan bagiandari Ω yang beranggotakan semua ω sedemikian rupa sehinggaX(ω) ∈ I.

Anggota-anggota himpunan Ω yang termuat dalam peristi-

Page 46: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

46 Teori Peluang

wa (X = x) akan berubah bila x memiliki berbagai nilai. Aki-batnya nilai peluang dari peristiwa (X = x) yaitu P(X = x),adalah bilangan yang bergantung pada nilai x. Bilangan inidiberikan oleh

P(x) := P(X−1(x)) := P(ω ∈ Ω|X(ω) ∈ x) (2.28)

yang disebut sebagai hukum peubah acak X. Hukum inidicirikan secara lengkap oleh fungsi agihannya (distributionfunction), yang merupakan fungsi

F (x) = P(ω ∈ Ω|X(ω) ≤ x) (2.29)

untuk setiap x dari −∞ sampai∞. Jadi, F (x) merupakan pe-luang munculnya nilai peubah acak X dalam selang (−∞, x],yakni peluang munculnya nilai X yang kurang atau samadengan x.

Contoh 2.1. Andaikan pada pelantunan sebuah koin nilaipeluang untuk hasil keluaran ’muka’ sama dengan m danpeluang untuk ’belakang’ sama dengan b, kemudian peubahacak X sedemikian rupa sehingga

X(m) = 1 X(b) = 0.

Bila x ≥ 1, maka X(m) = 1 ≤ x dan X(b) = 0 ≤ x. Karenaitu,

F (x) = P(X ≤ x) = P(m, b) = P(Ω) = 1 x ≥ 1.

(2.30)

Page 47: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

2.3 Peubah Acak 47

Bila 0 ≤ x < 1, maka X(m) = 1 > x dan X(b) = 0. Karenaitu,

F (x) = P(X ≤ x) = P(b) 0 ≤ x < 1. (2.31)

Bila x < 0, maka X(m) = 1 > x dan X(b) = 0 > x. Karenaitu pula,

F (x) = P(X ≤ x) = P(∅) = 0 x < 0. (2.32)

Fungsi agihan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. F (+∞) = 1 dan F (−∞) = 0.

2. F (x) adalah fungsi yang tidak menurun: jika x1 < x2,maka F (x1) ≤ F (x2).

3. Jika F (x0) = 0, maka F (x) = 0 untuk setiap x ≤ x0.

4. P(X > x) = 1− F (x).

5. Fungsi agihan F (x) malar (continue) dari kanan padasetiap titik x ∈ R.

6. P(x1 < X ≤ x2) = F (x2)− F (x1).

7. P(X = x) = F (x)− limε→0F (x− ε) dengan ε > 0.

8. P(x1 ≤ X ≤ x2) = F (x2) − limε→0F (x1 − ε) denganε > 0.

Dari persamaan (2.29) dan aksioma teori peluang dapatdiketahui bahwa peubah acak X mempunyai jenis-jenis ter-tentu dalam fungsi agihannya. Jenis ini baru bisa diketahuibila dapat dihitung dulu peluang P(X ∈ Ω), yakni bahwax ada dalam ruang sampel Ω dari sumbu x. Peubah acakX disebut berjenis malar jika fungsi agihannya F (x) jugamalar. Untuk keadaan ini, limε→0 F (x− ε) = F (x), ε > 0 se-hingga P(X = x) = 0. Peubah acak X disebut berjenis cacah

Page 48: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

48 Teori Peluang

atau diskrit (discrete) bila F (x) berbentuk fungsi tangga atauF (xi)− limxi→ε(xi − ε) = P(X = xi) = pi.

Jika pada fungsi agihan dilakukan penurunan (derivation)yang ditunjukkan oleh persamaan

ρ(x) =dF (x)

dx, (2.33)

maka ρ(x) disebut fungsi kerapatan (probablity-mass function)peubah acak X. Untuk peubah acak X berjenis cacah yangmemiliki nilai-nilai xi dengan peluang pi, maka

ρ(x) =∑i

piδ(x− xi) pi = P(X = xi) (2.34)

dengan δ(x) menyatakan dorongan (impulsion). Mengingatbahwa fungsi F (x) yang tidak menurun, maka ρ(x) ≥ 0.

Pengintegralan ρ(x) untuk selang (−∞, x] dan menggunakansifat F (−∞) = 0 akan didapat

F (x) =

∫ x

−∞ρ(ω) dω. (2.35)

Karena F (∞) = 1 maka bentuk di atas menghasilkan persa-maan

∫∞−∞ ρ(x) dx = 1 sehingga diperoleh F (x2)− F (x1) =∫ x2

x1ρ)(x) dx atau

P(x1 < X ≤ x2) =

∫ x2

x1

ρ(x) dx. (2.36)

Jika peubah acak X berjenis malar maka himpunan pada ruaskiri cukup diganti dengan (x1 ≤ X ≤ x2).

Disamping itu, dalam fungsi agihan juga dijumpai adanya

Page 49: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

2.3 Peubah Acak 49

agihan bersyarat seperti saat membicarakan tentang peristiwabersyarat dalam ruang peluang. Agihan bersyarat F (x|A)

dari peubah acak X dengan diketahui A merupakan peluangbersyarat untuk peristiwa (X ≤ x), yakni

F (x|A) = P(X ≤ x|A) =P(X ≤ x ∩ A)

P(A). (2.37)

Pada bentuk di atas, (X ≤ x ∩A) merupakan irisan peristiwa(X ≤ x) dan A yakni peristiwa yng terdiri dari semua hasil ωsedemikian hingga X(ω) ≤ x dan ω ∈ A.

Dalam telaah fungsi agihan di atas, fungsi agihan dapatjuga dimaknai sebagai pola agihan dari sekelompok peubahacak. Dalam teori peluang, pola agihan yang sudah jamakdikenal secara luas adalah fungsi agihan binomial, Poison,Gauss, dan log-normal. Peubah acak X disebut mempunyaiagihan binomial orde n bila X memiliki nilai-nilai 0, 1, . . . , n

dengan peluang

P(X = k) =

(n

k

)pkqn−k, p+ q = 1 (2.38)

p menyatakan peluang peristiwa bercirikan tertentu (sukses)dan q menyatakan peluang peristiwa yang tak bercirikantertentu itu (gagal) atau q = 1 − p. Fungsi agihan yangbersesuaian dalam selang (0, n) diberikan oleh

F (n) =n∑k=0

(n

k

)pkqn−k. (2.39)

Page 50: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

50 Teori Peluang

Bila n→∞, maka

limn→∞

P(X = k) = limn→∞

n(n− 1) . . . (n− k + 1)

k!pk(1− p)n−k

=(np)k

k!e−np (2.40)

yang kemudian dikenal sebagai agihan Poisson. Dalam fungsiagihan binomial dan Poison, peubah k hanya boleh bervariasisecara cacah dan positif. Fungsi agihan yang peubahnya bisabervariasi secara malar dari −∞ sampai ∞ adalah fungsiagihan normal atau Gaussan yang dijabarkan oleh Gaussdalam bentuk

N(x) =1

σ√

2πe−

12

(x−µσ

)2

(2.41)

dengan variansi σ dan rataan µ.Untuk agihan normal di atas, jika µ 1 pada x > 0,

maka

x = ln y, µ = ln y0, dx =dy

y(2.42)

sehingga bila dimasukkan dalam bentuk (2.41) akan menjadi

N(x)dx =1

σ√

2πe− 1

2

(ln(y/y0)

σ

)2 dy

y(2.43)

yang merupakan agihan log-normal.Dalam hubungan pola agihan dan peubah acak di atas, ji-

ka peubah acak yang terlibat berjumlah mendekati tak hinggamaka pola agihannya akan selalu mengikuti fungsi agihan nor-mal. Hal ini dapat ditunjukkan jika E(X1) = E(X2) = · · · =

Page 51: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

2.3 Peubah Acak 51

µ dan Var(X1) = Var(X2) = · · · = σ2 > 0 maka

limn→∞

P(X1 + · · ·+Xn − nµ

σ√n

< x

)=

1√2π

∫ x

−∞e−u2

2 du = N(x)

(2.44)

Ini dikenal sebagai dalil limit pusat (the central limit theorem).Dalil ini memberikan jaminan bahwa agihan peluang akanselalu normal jika sejumlah besar peubah acak yang salingbebas terpenuhi.

2.3.2 Nilai harap dan variansi

Salah satu cara untuk mencakup suatu agihan kemungkinanmenjadi satu nilai ialah dengan mengganti agihan tersebut de-ngan nilai harap (expectation) rataan (mean) peubah acaknya.Nilai harap adalah suatu ukuran lokasi yang bisa memberigambaran tentang nilai rerata hasil percobaan jika percobaandilakukan secara berulang kali. Dengan demikian nilai harapmerupakan ukuran kecenderungan peubah acak. Bila X pe-ubah acak yang malar dengan fungsi kerapatan ρ(x) makanilai harapnya diberikan oleh persamaan

E(X) =

∫ ∞−∞

x ρ(x) dx. (2.45)

Untuk peubah acak berjenis cacah integral pada persamaandi atas dapat ditulis sebagai jumlahan. Misalkan bahwa Xmenjalani berbagai nilai xi dengan peluang pi. Untuk keadaan

Page 52: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

52 Teori Peluang

ini

ρ(x) =∑i

pi δ(x− xi). (2.46)

Dengan memasukkan bentuk di atas pada (2.45) dan meng-gunakan identitas∫ ∞

−∞x δ(x− xi) dx = xi (2.47)

akan didapat

E(X) =∑i

pi xi, pi = P(X = xi). (2.48)

Untuk peubah acak yang bersyarat, maka tinggal dilakuk-an penggantian notasi dalam kedua persamaan (2.45) dan(2.48). Seandainya peubah acakX mensyaratkan diketahuinyaA maka kedua persamaan tersebut akan menjadi

E(X|A) =

∫ ∞−∞

x ρ(x|A) dx (2.49)

untuk peubah acak malar dan

E(X|A) =∑i

xiP(x = xi|A) (2.50)

untuk peubah acak cacah.Jika nilai harap rataan memberi gambaran tentang suatu

nilai rerata hasil percobaan, maka ukuran keruncingan darigrafik fungsi agihannya disajikan oleh apa yang disebut vari-ansi. Semakin kecil nilai variansi semakin meyakinkan nilai

Page 53: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

2.3 Peubah Acak 53

harap rataannya. Jadi variansi merupakan ukuran simpanganatau penyebaran (dispersion) yang baik karena mencerminkanbesarnya simpangan tiap-tiap peubah acak. Semakin besarnilai variansi suatu kelompok data semakin bervariasi kelom-pok data tersebut. Variansi peubah acak X diberikan olehpersamaan berikut

σ2 =

∫ ∞−∞

(x− E(X))2 ρ(x) dx (2.51)

Dari persamaan di atas terlihat bahwa σ2 adalah juga nilaiharap dari peubah acak (X − E (X) )2. Dengan demikiandapat ditulis

σ2 = E((X − E(X))2)

= E(X2 − 2XE(X) + (E(X))2)

= E(X2)− 2E(X)E(X) + (E(X))2 (2.52)

sehingga

σ2 = E(X2)− (E(X))2 . (2.53)

Variansi mempunyai kelemahan karena sifatnya yang kua-drat, padahal simpangan pada hakikatnya merupakan jaraksehingga linier. Maka untuk mengatasi hal ini, variansi ditarikakarnya yang positif sehingga diperoleh apa yang kemudiandisebut dengan simpangan baku (standard deviation) dandilambangkan σ. Simpangan baku lebih sering digunakandaripada variansi. Simpangan baku berguna untuk mengukurrerata jarak masing-masing individu terhadap nilai reratanya.

Page 54: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

54 Teori Peluang

2.3.3 Kovariansi dan korelasi

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, variansi digunakanuntuk mengukur tingkat variasi, namun hanya untuk satupeubah acak saja, X saja atau Y saja. Untuk mengukurtingkat variasi dua peubah acak X dan Y secara bersama-sama (simultan) dapa digunakan kovariansi. Kovariansi duapeubah acak X dan Y adalah ukuran keeratan hubungan atauukuran asosiasi antara kedua peubah acak X dan Y . Takrifkovariansi dua peubah acak X dan Y adalah

Cov(X, Y ) = E(XY )− E(X)E(Y ). (2.54)

Kovariansi yang positif menunjukkan kenaikan X diikuti olehkenaikan Y dan penurunan X diikuti penurunan Y . Persama-an kovariansi di atas menunjukkan kemiripan bentuk denganpersamaan variansi (2.53). Seandainya peubah acak Y digantidengan peubah acak X maka kovariansi dua peubah acak Xmerupakan variansinya sendiri. Dengan menggunakan kaitanini dan andaikan X dan Y merupakan peubah acak denganrataan E(X), E(Y ) dan variansi σ2

X , σ2Y , maka dari sini dapat

dibentuk peubah acak baru yakni

X ′ =x− E(X)

σXY ′ =

y − E(Y )

σY

yang dengan mudah dapat dicari nilai kovariansinya, yaitu

Cov(X ′, Y ′) = E(X ′Y ′)−E(X)E(Y ) =Cov(X, Y )

σXσY. (2.55)

Page 55: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

2.3 Peubah Acak 55

Nisbah antara Cov(X, Y ) dan σXσY dalam persamaan di atasdisebut koefisien korelasi, diberi lambang r, sehingga

r =Cov(X, Y )

σXσY. (2.56)

Koefisien korelasi merupakan nilai untuk mengukur kuatnyahubungan (corelation) antara peubah acak X dan Y sekaligusarah hubungan itu. Spektrum nilainya membentang antara 0

dan ±1. Nilai ini sebanding dengan tingkat keeratan hubung-an. Tanda (±) hanya menunjukkan arah hubungan, yakni (+)

menunjukkan hubungan yang searah dimana jika satu peubahnaik maka akan diikuti kenaikan peubah yang lain, sedangkantanda (−) menyatakan hubungan yang berlawanan arah. Saatnilai koefisien korelasi sama dengan nol, kedua peubah acakX dan Y disebut peubah acak yang tidak berkorelasi (tidakada hubungan). Ini terjadi ketika Cov(XY ) sama dengan nolatau peubah acak X, Y keduanya saling bebas. Namun, bilar = 0, hal ini tidak selalu menunjukkan bahwa peubah acakX, Y keduanya saling bebas.

Dengan demikian, untuk dua peubah acak X, Y yang takberkorelasi berlaku persamaan

E(XY ) = E(X)E(Y ). (2.57)

Dua peubah acak X, Y dapat saling tak berkorelasi tanpakeduanya harus bebas, tapi semua peubah acak bebas selalutidak berkorelasi. Jadi ketiadaan korelasi merupakan sifatyang lebih lemah dari kebebasan.

Page 56: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto
Page 57: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Proses MartinggilProses Markov

3 — Proses Stokastik

Kata stokastik (stochastic) merupakan jargon untuk keacakan(Kim, 2005, hlm. 50). Oxford dictionary (1993) menakrifk-an proses stokastik sebagai suatu barisan kejadian yangmemenuhi hukum-hukum peluang. Hull (1989, hlm. 62) me-nyatakan bahwa setiap nilai yang berubah terhadap waktudengan cara yang tidak tertentu (dalam ketidakpastian) di-katakan mengikuti proses stokastik. Dengan demikian, jikadari pengalaman yang lalu keadaan yang akan datang su-atu barisan kejadian dapat diramalkan secara pasti, makabarisan kejadian itu dinamakan deterministik. Sebaliknyajika pengalaman yang lalu hanya dapat menyajikan strukturpeluang keadaan yang akan datang, maka barisan kejadianyang demikian disebut stokastik.

Proses stokastik banyak digunakan untuk memodelkan

Page 58: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

58 Proses Stokastik

evolusi suatu sistem yang mengandung suatu ketidakpastianatau sistem yang dijalankan pada suatu lingkungan yang takdapat diduga, dimana model deterministik tidak lagi cocokdipakai untuk menelisik (menganalisis) sistem.

Secara baku (formal), proses stokastik X(t), t ∈ T1 di-takrifkan sebagai sebuah barisan peubah acak, yaitu untuksetiap t ∈ T mempunyai peubah acak X(t). Seringkali penju-rus (index, indeks) t ditafsirkan sebagai waktu, karena banyaksekali proses stokastik yang terjadi pada suatu selang waktu.Nilai peubah acak X(t) atau Xt disebut sebagai keadaan padasaat t. Himpunan T disebut ruang parameter atau ruang pen-jurus dari proses stokastik X dan himpunan semua nilai X(t)

yang mungkin disebut ruang keadaan dari X. Nilai himpunanpenjurus T dapat berupa himpunan yang anggotanya terca-cah ataupun malar. Jika T merupakan himpunan tercacah,misalnya N , maka proses stokastik dikatakan sebagai proseswaktu tercacah (discrete time process) atau juga dikenal se-bagai rantai (chain). Jika T merupakan sub himpunan padagaris bilangan riil, baik dengan selang terbuka atau tertutup,maka proses stokastik yang demikian merupakan proses waktukontinu (continuous time process).

Setiap realisasi dari X dinamakan lintasan sampel (samplepath) dari X. Sebagai contoh, jika peristiwa terjadi secaraacak dalam waktu dan X(t) mewakili jumlah peristiwa yangterjadi dalam [0, t], maka gambar 3.1 menyajikan sample path

1Dalam buku ini, lambang peubah acak X(t) seringkali ditulis jugasebagai Xt. Sedangkan lambang penjurus t, acapkali ditulis denganhuruf yang lain. Penggunaan lambang yang berbeda ini tidak akanmengakibatkan kesalahan yang serius dalam memahami proses stokastikdan keseluruhan buku ini.

Page 59: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

59

X yang berhubungan terhadap peristiwa awal yang terjadipada saat t = 1, peristiwa berikutnya pada saat t = 3 danperistiwa ketiga pada saat t = 4.

Gambar 3.1: Sebuah lintasan dari X(t) = jumlah peristiwadalam [0, t]

Yang menjadi perhatian dari proses ini adalah kelakuk-an proses setelah proses tersebut berjalan lama. Mengingatproses tersebut memuat suatu ketidakpastian, maka secaramatematis kelakuan dari proses tersebut dapat digambarkanoleh agihan peluang dari X(t) atau fungsi dari X(t), untukt → ∞. Dari agihan peluang ini akan didapat beberapanilai harap dari beberapa besaran yang mungkin menjadiperhatian.

Proses-proses stokastik dapat dikelompokkan berdasarkanjenis ruang parameternya, ruang keadaannya, dan kaitanantara peubah-peubah acak yang membentuk proses stokastiktersebut.

Page 60: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

60 Proses Stokastik

Berdasarkan jenis ruang parameter dan ruang keadaannya,proses-proses stokastik dapat dibedakan menjadi:

1. Proses stokastik dengan ruang parameter tercacah danruang keadaan tercacahContoh: stasiun televisi yang paling banyak ditonton diIndonesia atas survey bulanan, banyaknya sepatu yangdibeli dari sebuah toko per hari.

2. Proses stokastik dengan ruang parameter malar danruang keadaan tercacahContoh: banyaknya kertas fotokopi yang dibutuhkansebuah kantor dalam selang waktu tertentu, banyaknyatikus yang sudah terperangkap di suatu perangkap padaselang waktu t sebarang.

3. Proses stokastik dengan ruang parameter tercacah danruang keadaan malarContoh: volume air di suatu bendungan yang ditelititiap pukul 7 pagi, waktu untuk melayani mahasiswa ke-n yang datang untuk meminta pelayanan administrasiakademik.

4. Proses stokastik dengan ruang parameter malar danruang keadaan malarContoh: volume air di suatu bendungan yang ditelitipada waktu t sebarang.

Berdasarkan kaitan antara peubah-peubah acak yang mem-bentuknya, proses stokastik dapat dibedakan menjadi bebera-pa kelas seperti proses Levy, proses Bernoulli, proses Markov,proses martinggil, dan proses titik (point process). Dalam bu-ku ini kelas proses stokastik yang hendak disajikan hanyalahproses martinggil dan proses Markov.

Page 61: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

3.1 Proses Martinggil 61

3.1 Proses Martinggil

Pada awalnya, martinggil (martingale) merujuk pada suatusiasat bertaruh yang masyhur di abad ke-18 di Perancis (Wiki-pedia, 2005). Dalam bahasa Perancis, kata martingale berartisebuah desain siasat taruhan untuk mendapatkan uang secarapasti (kemenangan). Sebenarnya martingale berasal dari katamartigues yang merupakan nama sebuah kota di ProvencePerancis (saat itu). Warga kota ini dikenal sangat suka untukmenggandakan taruhan sehabis setiap kali kalah dengan mak-sud untuk menutup kekalahannya yang lalu dengan harapankemenangan berikutnya (LeRoy, 1989, hlm. 1588). Dalamkamus Oxford dictionary (1993), proses martinggil mengacupada sistem perjudian dimana harapan kemenangan akhir me-rupakan keuntungan yang bersih (jujur). Konsep martinggildiperkenalkan dalam teori peluang oleh Paul Pierre Lévy dankemudian dikembangkan secara serius oleh Joseph Leo Doob(Weisstein, 2005; Wikipedia, 2005).

Proses martinggil merupakan proses stokastik Xn, n ≥ 1yang memenuhi identitas

E (Xn+1|X1, . . . , Xn) = Xn, (3.1)

yakni nilai harap bersyarat untuk pengamatan mendatangjika seluruh pengamatan yang lampau diketahui adalah pe-ngamatan terakhir saja. Jika dilakukan perampatan terhadapidentitas ini, maka sebuah barisan peubah acak Y1, Y2, Y3, . . .

dikatakan merupakan sebuah martinggil yang mematuhi se-buah barisan peubah acak yang lain X1, X2, X3, . . . apabila

Page 62: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

62 Proses Stokastik

memenuhi identitas

E (Yn+1|X1, X2, . . . , Xn) = Yn, ∀ n. (3.2)

Sebagaimana telah diterangkan di muka, konsep marting-gil berasal dari meja judi. Dengan demikian, jika peubahXn ditafsirkan sebagai keberuntungan penjudi setelah per-mainan ke−n maka identitas martinggil menyatakan bahwaharapan keberuntungan setelah permainan ke−(n+ 1) ada-lah sama dengan keberuntungan ke−n, tidak gayut dengankeberuntungan-keberuntungan sebelumnya. Atau, andaikanXn merupakan keberuntungan penjudi setelah pelemparanke−n dari sebuah koin yang ’adil’ —maksudnya jika koin itudilempar, kedua belah sisi koin punya peluang yang seimbanguntuk tampak—, dimana penjudi menang Rp 1 juta jika kointampak muka dan kalah Rp 1 juta jika koin tampak bela-kang. Harapan keberuntungan bersyarat bagi penjudi untukpelemparan mendatang adalah sama dengan keberuntungan-nya sekarang. Peristiwa yang demikian merupakan contohsebuah martinggil. Peristiwa ini juga disebut sebagai sistemD’Alembert.

Konsep martinggil di atas sejalan dengan konsep perma-inan yang adil atau fair game. Dalam sebuah permainan,nilai adil ditentukan oleh apakah harapan keberuntungansetelah permainan ke−n terpengaruh oleh keberuntunganpermainan-permainan sebelumnya. Permainan akan disebutadil jika keberuntungan seluruh permainan sebelumnya tidakmempunyai pengaruh sama sekali terhadap harapan keberun-tungan saat ini. Andaikan keberuntungan itu dilambangkansebagai peubah acak X, maka sebuah barisan peubah acak

Page 63: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

3.1 Proses Martinggil 63

Xn, n ≥ 1 disebut adil jika

E(X1) = 0

dan

E(Xn+1|X1, . . . , Xn) = 0. (3.3)

Serupa dengan permainan adil ini, jika diandaikan sebuahbarisan peubah acak X1, X2, . . . merupakan peubah acak yangsaling bebas dengan nilai harap 0, dan Sn =

∑ni=1 Xi, maka

peristiwa Sn, n ≥ 1 merupakan sebuah martinggil sebab

E (Sn+1|S1, S2, . . . , Sn) = E (Sn +Xn+1|S1, . . . , Sn)

= E (Sn|S1, . . . , Sn)

+E (Xn+1|S1, . . . , Sn)

= Sn + E (Xn+1)

= Sn. (3.4)

Submartinggil dan supermartinggil

Sebuah submartinggil adalah juga seperti martinggil, ha-nya saja nilai sekarang dari peubah acak adalah selalu ’lebihkecil atau sama dengan’ nilai mendatang yang diharapkan.Secara baku, ini berarti

Xn ≤ E (Xn+1|X1, . . . , Xn) . (3.5)

Mirip dengan submartinggil, dalam sebuah supermartinggil,nilai sekarang adalah selalu ’lebih besar atau sama dengan’ ni-lai mendatang yang diharapkan. Pernyataan ini dapat ditulis

Page 64: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

64 Proses Stokastik

sebagai

Xn ≥ E (Xn+1|X1, . . . , Xn) . (3.6)

Oleh karena itu, setiap martinggil adalah juga submarting-gil atau supermartinggil. Jika pengertian ini dibalik, makasetiap proses stokastik yang memenuhi keduanya secara serem-pak (submartinggil dan juga supermartinggil) adalah sebuahmartinggil. Dengan menggunakan contoh permainan di ataslagi —dimana penjudi akan menang Rp 1 juta jika koin tam-pak muka dan kalah Rp 1 juta jika koin tampak belakang—,jika sekarang diandaikan koin yang digunakan tidak seimbang(tidak adil) dan peluang koin tampak muka adalah p maka• jika p = 1

2, secara seimbang penjudi bisa kalah atau

menang dan harapan keberuntungan penjudi terhadapwaktu adalah sebuah martinggil.• jika p < 1

2, kemungkinan besar penjudi akan menangguk

kekalahan sehingga harapan keberuntungannya meru-pakan supermartinggil.• jika p > 1

2, kemungkinan besar penjudi akan menuai ke-

menangan sehingga harapan keuntungannya merupakansebuah submartinggil.

3.2 Proses Markov

Proses Markov merupakan suatu proses stokastik yang menya-takan bahwa peluang keadaan dari proses pada waktu menda-tang tidak dipengaruhi oleh keadaan pada waktu-waktu yanglampau, tetapi hanya kejadian yang langsung mendahuluinyasaja. Atau dengan kata lain, proses Markov merupakan proses

Page 65: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

3.2 Proses Markov 65

dimana masa depan tidak tergantung pada sejarah masa lalutetapi hanya tergantung pada keadaan sekarang.

Dengan demikian, proses Xt, t ≥ 0 merupakan suatuproses Markov jika untuk semua n dan untuk setiap t1 < t2 <

· · · < tn < tn+1 berlaku kaitan berikut:

P (Xn+1 |Xn, Xn−1, . . . , X1 ) = P (Xn+1 |Xn ) . (3.7)

Karenanya, untuk dapat menghitung nilai peluang peristiwa(Xn+1, tn+), harus diketahui terlebih dahulu keadaan sistemyang sekarang yakni (Xn, tn). Dalam pengertian seperti ini,proses Markov juga bisa dikatakan sebagai proses yang tidakmempunyai ingatan atau rekaman (memoryless). Pada arasini, secara jelas proses Markov menegaskan bahwa sejarahtidak mempunyai pengaruh terhadap kelakuan masa depan.

Pada persamaan (3.7) di atas, andaikan Xn, n ≥ 0 mem-punyai ruang keadaan yang berupa himpunan berhingga atautercacah, maka proses Markov di atas disebut sebagai rantaiMarkov. Contoh sederhana untuk rantai Markov ini adalahbarisan bilangan bulat. Barisan peubah-peubah acak yangbernilai bilangan bulat yang saling bebas dan mempunyaidistribusi peluang yang sama juga merupakan sebuah rantaiMarkov. Andaikan peubah-peubah acak itu adalah Xi dengani ≥ 1 adalah suatu barisan peubah acak bernilai bilanganbulat tak negatif yang saling bebas dan berdistribusi sama,maka suatu proses stokastik Sn =

∑ni=1 Xi adalah juga ran-

tai Markov. Nama lain untuk proses stokastik ini adalahjalan acak (random walk). Untuk kasus ini dapat ditunjukkan

Page 66: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

66 Proses Stokastik

bahwa

P (Sn+1|S1, . . . , Sn) = P

(n+1∑i=1

Xi

∣∣∣∣∣X1, . . . ,n−1∑i=1

Xi,n∑i=1

Xi

)

= P

(n+1∑i=1

Xi = Sn+1

∣∣∣∣∣n∑i=1

Xi = Sn

)(3.8)

Masalah jalan acak di atas dapat diragamkan (variasi)menjadi sebuah kasus dimana zarah dapat berjalan ke kananatau ke kiri dengan peluang yang sama. Andaikan waktuantar perpindahan dan panjang langkah dari proses ini relatifkecil. Andaikan pula X(t) menyatakan posisi zarah padawaktu t. Jika waktu antar perpindahan dilambangkan dengan∆t dengan panjang langkah ∆x, maka

X(t) = ∆x (X1 + · · ·+X[t/∆t]), (3.9)

dengan

Xi =

+1 jika zarah bergerak ke kanan pada langkah ke-i,

−1 jika zarah bergerak ke kiri pada langkah ke-i,(3.10)

dan Xi saling bebas dengan

P(Xi = 1) = P(Xi = −1) =1

2. (3.11)

Page 67: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

3.2 Proses Markov 67

Karena E(Xi) = 0 dan Var(Xi) = 1, maka

E (X(t)) = 0, (3.12)

Var(X(t)) = (∆x)2

[t

∆t

]. (3.13)

Sekarang akan diandaikan ∆x dan ∆t menuju 0. Andaikandipilih ∆x = ∆t dan kemudian ∆t→ 0 maka dari persamaandi atas dapat dilihat bahwa nilai harap dan variansinya akanmenuju 0 dan sehingga X(t) akan sama dengan 0. Andaikan∆x = c

√∆t untuk suatu tetapan positif c maka dari persa-

maan di atas pula dapat dilihiat ketika ∆t→ 0, nilai harapdan variansinya menjadi

E[X(t)] = 0, (3.14)

Var[X(t)]→ c2t. (3.15)

Dengan demikian didapat bahwa ∆x = c√

∆t adalah ∆x

yang sesuai. Proses jalan acak ini juga dinamakan prosesgerak Brown (Brownian motion), sehingga sifat Markov dapatditemukan pula pada gerak Brown.

Page 68: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto
Page 69: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Asas DualitasSifat Martinggil

4 — Jalan Acak

Peristiwa jalan acak (random walk) dapat dibayangkan la-iknya orang yang sedang berjalan pada arah yang sebarangdengan syarat panjang setiap langkah adalah sama. Orangyang berjalan dengan cara seperti ini amat sulit untuk ditebakke mana arahnya, mirip dengan kekhasan orang mabuk yangsedang berjalan. Karena itu, acapkali jalan acak juga disebutsebagai jalannya seorang pemabuk (a drunkard’s walk) (Ste-wart, 2001). Sebutan ini mengacu pada judul fiksi sains karyaFrederick Pohl di tahun 1960 (Wikipedia, 2005). Gambar 4.1yang dibuat oleh George Gamow merupakan metafora darisebutan drunkard’s walk untuk jalan acak ini.

Menurut Baschnagel dan Paul (1999) dan Dimson danMussavian (2000), konsep jalan acak diperkenalkan sebagaisebuah ilmu oleh Karl Pearson dalam suratnya kepada Na-

Page 70: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

70 Jalan Acak

Gambar 4.1: [Metafora]. Sebuah jalan acak (jalannya pema-buk). Sumber gambar: http://www.sos.siena.edu

ture tahun 1905. Dalam matematika dan fisika, jalan acakmerupakan perumusan gagasan tentang langkah berturutandengan arah yang acak pada setiap langkahnya. Jalan acakpaling sederhana merupakan sebuah lintasan yang dibangundengan aturan-aturan: ada titik awal (keberangkatan), jarakdari satu titik ke titik berikutnya adalah tetap dan setiaparah yang terpilih merupakan arah acak.

Berdasarkan hal di atas, andaikan Xi, i ≥ 1 merupakansaling bebas dan berdistribusi sama dengan

P(Xi = j) = aj, j = 0,±1, · · · ,

Page 71: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

71

sehingga jika diambil

S0 = 0 dan Sn =n∑i=1

Xi,

maka Sn, n ≥ 0 disebut sebuah jalan acak. Jika tempat dariXi adalah dalam Rm, maka Sn, n ≥ 0 dikatakan sebagaijalan acak dalam ruang Rm.

Dalam tinjauan ini, barisan Xi adalah hasil keluaran daripercobaan yang saling bebas. Karena Xi adalah saling bebas,peluang setiap sejumlah barisan tertentu dari hasil keluarandapat dihitung dengan mengalikan peluang setiapXi. Peluangmasing-masing Xi ini diberikan oleh distribusinya.

Ada beberapa cara untuk membayangkan sebuah jalanacak. Proses ini bisa dibayangkan melalui sebuah zarah yangditempatkan pada titik asal dalam Rm pada waktu n = 0.Jumlahan Sn melambangkan posisi zarah pada akhir n detik.Sehingga, dalam rentang waktu [n − 1, n], zarah bergerak(atau melompat) dari posisi Sn−1 ke Sn. Vektor yang melam-bangkan gerakan ini adalah Sn−Sn−1, yang juga sama denganXn. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam sebuah jalan acak,lompatan-lompatan adalah saling bebas dan berdistribusi sa-ma. Jika m = 1, maka orang bisa membayangkan sebuahzarah pada garis riil berangkat dari titik asal, dan berakhirpada detik kapanpun, melompat satu satuan ke kanan ataukekiri, dengan peluang yang diberikan oleh distribusi Xi. Jikam = 2, seseorang dapat membayangkan sebuah proses yangterjadi di kota dengan bentuk-bentuk jalan yang persegi. Sese-orang berangkat dari suatu sudut (yakni pada perpotongan 2jalan) dan pergi mengambil 1 arah dari 4 kemungkinan sesuai

Page 72: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

72 Jalan Acak

Gambar 4.2: (a) Jalan acak dengan m = 1. Pada jalan acakini hanya ada 2 kemungkinan arah yaitu ke kanan atau kekiri. (b) Jalan acak dengan m = 2, dengan 4 kemungkinanarah yaitu: ke selatan, utara, barat dan timur. (c) Jalan acakdengan m = 3, dengn 6 kemungkinan arah yaitu: ke selatan,utara, barat, timur, ke atas dan ke bawah

dengan distribusi Xi. Jika m = 3, seseorang bisa memba-yangkan berada di gedung olahraga, dimana seseorang bebasuntuk bergerak dengan mengambil 1 arah dari 6 kemungkinanarah. Sekali lagi, peluang gerakan ini diberikan oleh distribusidari Xi. Gagasan-gagasan ini bisa dilihat dalam gambar 4.2.

Model yang lain untuk menggambarkan jalan acak adalahpercobaan pelantunan koin seperti yang disinggung dalambab 2 (§2.3), dimana Xi = 1 untuk hasil keluaran ’muka’ dan

Page 73: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

73

Xi = −1 untuk hasil keluaran ’belakang’, juga merupakansebuah jalan acak. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa untukp, 0 < p < 1,

P(Xi = 1) = p, (4.1)

P(Xi = −1) = q = 1− p (4.2)

dan

Sn =n∑i=1

Xi. (4.3)

Dalam jalan acak ini, proses selalu naik (berjalan ke kanan)satu langkah (dengan peluang p) atau turun (berjalan ke kiri)satu langkah (dengan peluang q).

Gambar 4.3: Sebuah lintasan jalan acak yang merekam perja-lanan sampai 40 langkah dengan pelemparan koin. Jika kointampak ’muka’ maka naik 1 langkah dan jika koin tampak’belakang’ maka turun 1 langkah

Page 74: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

74 Jalan Acak

4.1 Asas Dualitas

Peubah (X1, X2, . . . , Xn) mempunyai distribusi gabungan yangsama dengan (Xn, Xn−1, . . . , X1). Ini disebut dengan asas du-alitas (duality principle, prinsip dualitas). Asas ini denganmudah terbukti karena Xi, i > 1, merupakan saling bebas danterdistribusi sama.

Andaikan X1, X2, . . . merupakan peubah acak yang salingbebas dan terdistribusi/teragih sama dengan E(Xi) > 0. JikaN = min (n : X1 + · · ·+Xn > 0) , maka

E(N) =∞∑n=0

P(N > n)

=∞∑n=0

P(X1 ≤ 0, X1 +X2 ≤ 0, . . . , X1 + · · ·+Xn ≤ 0)

=∞∑n=0

P(Xn ≤ 0, Xn +Xn−1 ≤ 0, . . . , Xn + · · ·+X1 ≤ 0),

dimana persamaan terakhir muncul dari dualitas. Karena itu

E(N) =∞∑n=0

P(Sn ≤ Sn−1, Sn ≤ Sn−2, . . . , Sn ≤ 0) (4.4)

sehingga

E(N) <∞.

Persamaan terakhir ini menandakan bahwa jika E(X) > 0

maka jalan acak akan mempunyai harapan jumlah langkahyang berhingga.

Sekarang andaikanRn sebagai jangkauan dari (S0, S1, . . . , Sn)

Page 75: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

4.1 Asas Dualitas 75

dan merupakan jumlahan nilai-nilai dari (S0, S1, . . . , Sn). De-ngan mengambil

Ik =

1 jika Sk 6= Sk−1, Sk 6= Sk−2, . . . , Sk 6= S0,

0 untuk Sk yang lain.

maka

Rn = 1 +n∑k=1

Ik,

dan sehingga

E(Rn) = 1 +n∑k=1

P(Ik = 1)

= 1 +n∑k=1

P(Sk 6= Sk−1, Sk 6= Sk−2, . . . , Sk 6= 0)

= 1 +n∑k=1

P(Xk 6= 0, Xk +Xk−1 6= 0, . . . ,

Xk +Xk+1 + · · ·+X1 6= 0)

= 1 +n∑k=1

P(X1 6= 0, X1 +X2 6= 0, . . . ,

X1 + · · ·+Xk 6= 0), (4.5)

dimana persamaan terakhir muncul dari dualitas. Oleh sebab

Page 76: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

76 Jalan Acak

itu

E(Rn) = 1 +n∑k=1

P(S1 6= 0, S2 6= 0, . . . , Sk 6= 0) (4.6)

=n∑k=0

P(T > k), (4.7)

dimana T adalah waktu untuk kembali pertama ke 0. Seka-rang, ketika k →∞,

P(T > k)→ P(T =∞) = P(tidak kembali ke 0),

dan sehingga dari persamaan (4.6) dapat dilihat bahwa

E(Rn)

n→ P(tidak kembali ke 0).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

limn→∞

E(Rn)

n= P(jalan acak tidak pernah kembali ke 0)

(4.8)

Dalam jalan acak dengan P(Xi = 1) = p = 1 − P(Xi =

−1), andaikan sekarang p = 12—disebut juga jalan acak

setangkup (simetri)—, maka jalan acak merupakan recurrentsehingga

P(tidak kembali ke 0) = 0 ketika p =1

2.

Page 77: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

4.1 Asas Dualitas 77

Oleh karena itu,

E(Rn

n)→ 0 ketika p =

1

2.

Ketika p = 12, andaikan α = P(kembali ke 0|X1 = 1). Karena

P(kembali ke 0|X1 = −1) = 1 sehingga

P(kembali ke 0) = αp+ 1− p.

Dengan membuat keadaan pada X2,

α = α2p+ 1− p,

atau sama saja dengan

(α− 1)(αp− 1 + p) = 0.

Karena α < 1 dari transiensi, maka terlihat bahwa

α =(1− p)p

,

sehingga

E(Rn

n)→ 2p− 1 ketika p =

1

2.

Dapat juga diubah menjadi,

E(Rn

n)→ 2(1− p)− 1 ketika p ≤ 1

2. (4.9)

Sekarang akan diselidiki jumlah harapan kunjungan kekeadaan k. Untuk k > 0 andaikan Y melambangkan jumlah

Page 78: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

78 Jalan Acak

kunjungan ke keadaan k sebelum kembali pertama kali ketitik asal. Dengan demikian Y dapat dinyatakan sebagai

Y =∞∑n=1

In,

dengan

In =

1 jika kunjungan ke keadaaan k terjadi pada waktu n

dan tidak kembali ke titik asal sebelum n

0 untuk kunjungan yang lain,

atau Ik dapat juga dinyatakan

In =

1 jika Sn > 0, Sn−1 > 0, . . . , S1 > 0, Sn = k

0 sebaliknya,

Sehingga,

E(Y ) =∞∑n=1

P(Sn > 0, Sn−1, . . . , S1 > 0, Sn = k)

=∞∑n=1

P(Xn + · · ·+X1 > 0, Xn−1 + · · ·+X1 > 0,

. . . , X1 > 0, Xn + · · ·+X1 = k)

Page 79: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

4.2 Sifat Martinggil 79

karena asas dualitas maka

E(Y ) =∞∑n=l

P(X1 + · · ·+Xn > 0, X2 + · · ·+Xn > 0,

. . . , Xn > 0, X1 + · · ·+Xn = k),

=∞∑n=1

P(Sn > 0, Sn > S1, . . . , Sn > Sn−1, Sn = k)

=∞∑n=1

P( jalan acak simetri berada di k

untuk pertama kalinya pada saat n)

= P(pernah berada di k)

= 1 (dengan rekurensi) (4.10)

Oleh karena itu, dalam jalan acak simetri jumlah harapankunjungan ke keadaan k sebelum kembali ke titik asal adalahsama dengan 1 untuk semua k 6= 0.

4.2 Sifat MartinggilAndaikan peubah acak X1, X2, . . . merupakan peubah acaksaling bebas dengan nilai harap 0, maka peristiwa jalan acakSn =

∑ni=1Xi, n ≥ 1 merupakan sebuah martinggil. Hal

ini dapat dilihat dalam perhitungan berikut:

E(Sn+1|S1, S2, . . . , Sn) = E(Sn +Xn+1|S1, . . . , Sn)

= E(Sn|S1, . . . , Sn)

+E(Xn+1|S1, . . . , Sn)

= Sn + E(Xn+1)

= Sn (4.11)

Page 80: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

80 Jalan Acak

Selain sifat martinggil ini, jalan acak juga memiliki sifatMarkov yang sudah dijabarkan dalam bab sebelumnya.

Page 81: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Model Fisika untuk Gerak BrownModel Matematika untuk Gerak BrownLemma ItôPersamaan Rambatan Panas

5 — Gerak Brown

Gerak Brown adalah gerak acak malar zarah zat padat mi-kroskopik (dengan garis tengah kira-kira 1 mikrometer) bilatercelup di dalam medium fluida (Isaacs, 1994, hlm. 43). Na-ma Brown dinisbatkan kepada Robert Brown (1773-1858). Iamenyebutkan bahwa penelitiannya tentang gerak acak ini ber-angkat dari temuan Leuwenhoek (1632–1723) (Nelson, 2001,hlm. 5). Pada tahun 1827 ketika sedang meneliti zarah tepungsari, Brown menemukan gejala serupa yaitu zarah-zarah kecilbergerak secara acak dengan cepat (rapid oscillatory motion).Pada awalnya, Brown mengira gerak ini merupakan perwujud-an suatu bentuk kehidupan, namun ternyata zarah-zarah takorganik yang kecil juga menunjukkan perilaku yang serupa(Isaacs, 1994, hlm. 43). Sumbangan Brown dalam menerang-kan gejala rapid oscillatory motion ini adalah memberikan

Page 82: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

82 Gerak Brown

pijakan yang kuat bahwa gerakan ini merupakan gejala yangpenting dan membuktikan bahwa gerakan ini tidak hanyaberlaku untuk zarah organik tetapi juga ditemui pada zarahtak organik (Nelson, 2001, hlm. 8).

Sejak Brown memaklumkan hasil temuannya dalam Phi-losophical Magazine tahun 1828, gerakan zarah secara acakitu kemudian lebih dikenal sebagai gerak Brown (mengacupada namanya; Robert Brown). Banyak ilmuwan kemudianberusaha untuk memberikan penjelasan mengenai fenomenagerak Brown ini. Namun, Halliday dan Resnick (1992, hlm.811) menyebutkan bahwa tidak ada keterangan kuantitatifmengenai fenomena ini sampai dikembangkannya teori kine-tik. Karenanya, Nelson (2001, hlm. 10–1) menyatakan bahwapenelitian tentang gerak Brown yang patut dicatat pada ma-sa itu adalah eksperimen Gouy. Kesimpulan dari penelitianGouy dituangkan dalam 7 butir utama berikut :

1. Gerakan ini sangat tidak teratur, gabungan dari transla-si dan rotasi dan lintasannya nampak tidak mempunyaigaris singgung.

2. Dua zarah nampak bergerak secara saling bebas, bahkanketika mereka mendekati satu sama lain dalam jarakyang lebih dekat dibanding diameter mereka.

3. Gerakan ini semakin cepat untuk zarah yang semakinkecil.

4. Gerakan ini tidak dipengaruhi oleh komposisi dan ra-patan zarah.

5. Gerakan ini semakin cepat dalam fluida yang viskositas-nya semakin kecil.

6. Gerakan ini semakin cepat pada suhu yang semakintinggi.

Page 83: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

5.1 Model Fisika untuk Gerak Brown 83

7. Gerakan ini tidak pernah berhenti.Pada masa itu secara bersamaan terjadi perdebatan yang

sengit tentang teori atom, apakah atom sebagai kenyataanilmiah atau tidak. Sebagaimana tradisi dalam ilmu fisika,hakim dari setiap perdebatan adalah eksperimen. Hallidaydan Resnick (1992, hlm. 810-11) menyatakan bahwa melaluitelaah mengenai gerak Brown secara kuantitatif, kebenaranteori kinetik atom pada akhirnya teruji sehingga perdebatanitu menjadi padam. Titik pancang padamnya perdebatanini adalah bermula dari karya Albert Einstein tentang gerakBrown dalam Annalen der Physik tahun 1905.

5.1 Model Fisika untuk Gerak Brown

Einstein mengandaikan bahwa zarah-zarah yang tergantungdalam suatu fluida secara bersama-sama menanggung geraktermal dari medium dan secara rata-rata tenaga kinetik trans-lasi dari setiap zarah adalah 3/2 kT , sesuai dengan prinsipekipartisi tenaga. Dalam pandangan ini, maka gerak Brownberasal dari tumbukan molekul-molekul fluida, dan zarah-zarah yang tergantung mendapatkan tenaga kinetik rata-ratayang sama seperti molekul-molekul fluida tersebut.

Zarah-zarah yang tergantung tersebut adalah sangat be-sar dibandingkan dengan molekul-molekul fluida dan semuasisinya ditembaki secara terus-menerus oleh molekul-molekultersebut. Jika zarah-zarah cukup besar dan jumlah mole-kul cukup banyak, maka jumlah molekul yang sama akanmenumbuk semua sisi zarah-zarah pada setiap saat. Untukzarah-zarah yang lebih kecil dan jumlah molekul yang lebihsedikit maka jumlah molekul yang menumbuk berbagai sisi

Page 84: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

84 Gerak Brown

Gambar 5.1: Zarah Brown yang tergantung dalam fluida’menderita’ gaya sebarang K

zarah pada setiap saat semata-mata hanyalah merupakan ke-mungkinan. Besar jumlah ini mungkin tidak sama, sehinggaakan terjadi fluktuasi. Akibatnya, setiap saat zarah menga-lami gaya tak seimbang yang pada gilirannya menyebabkanzarah tersebut bergerak dengan berbagai cara. Dengan de-mikian zarah-zarah bertindak persis seperti molekul-molekulyang sangat besar di dalam fluida, dan geraknya secara ku-alitatif haruslah sama seperti gerak molekul-molekul fluida.Kaitannya dengan bilangan Avogadro, seandainya bilanganAvogadro adalah tak berhingga maka tidak akan ada fluktua-si sehingga tidak ada gerak Brown. Sebailknya, seandainyabilangan Avogadro adalah sangat kecil, maka gerak Brownakan sangat besar. Oleh karena itu, bilangan Avogadro bisaditentukan dengan gerak Brown ini.

Secara garis besar, argumen Einstein dalam menurunkan

Page 85: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

5.1 Model Fisika untuk Gerak Brown 85

gerak Brown ini dapat dibagi menjadi 2 bagian. Dalam argu-men bagian pertamanya, Einstein mengandaikan bahwa gerakBrown yang dimulai pada saat X(0) = 0 akan mempunyairapat peluang pada waktu t yaitu N(0, t). Rapat peluangsebuah zarah Brown berada pada x dan waktu t bernilai

ρ(x, t) =1√

4 πD te−

x2

4D t . (5.1)

Maka, untuk menyelesaikan persamaan tersebut, Einsteinmenurunkannya ke dalam persamaan difusi

∂ρ

∂t= D

∂2ρ

∂x2(5.2)

dengan D adalah tetapan positif koefisien difusi.Argumen bagian kedua menghubungkan D dengan besar-

an fisis yang lain. Untuk itu, andaikan zarah-zarah Browntergantung (tercelup) dalam fluida, berada dalam pengaruhgaya eksternal K dan dalam sistem kesetimbangan. Dalamtinjauan ini gaya K dianggap sebagai gaya sebarang.

Dalam kesetimbangan, gaya K diimbangi oleh tekananosmotik,

K = kTgrad υ

υ= kT

∇υυ. (5.3)

Di sini grad merupakan singkatan dari gradien yang melam-bangkan laju variasi terhadap koordinat dan ∇ adalah lam-bang singkat dari grad atau disebut juga operator turunannabla Laplace. Lambang υ merupakan jumlah zarah per sa-tuan volume, T adalah suhu mutlak, dan k adalah tetapanBoltzman yang mempunyai dimensi energi per suhu sehing-

Page 86: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

86 Gerak Brown

ga besaran kT mempunyai dimensi energi (k = 1, 381.10−23

J/K). Pengetahuan tentang k sebenarnya adalah pengetahuantentang bilangan Avogadro sebab k adalah perbandingan an-tara tetapan gas universal R (= 8, 31 J/mol K) dan bilanganAvogadro itu sendiri, dan oleh karenanya, ini akan mengarahpada ukuran molekul. Ruas kanan persamaan (5.3) diturunk-an dengan menganggap zarah-zarah Brown identik denganmolekul gas dalam teori kinetik.

Zarah-zarah Brown yang bergerak dalam fluida menye-babkan timbulnya gesekan sehingga gaya K memberi kecepat-an pada setiap zarah sebesar

K

dengan β merupakan tetapan berdimensi frekuensi (satuan:per waktu) dan m adalah massa zarah. Oleh karena itu,sebanyak υK

mβzarah melewati satuan luas per satuan waktu

sesuai dengan aksi gaya K. Dengan kata lain, jika hanyadifusi yang bekerja saja, υ akan memenuhi persamaan difusisehingga jumlah zarah yang melewati satuan luas per waktuadalah

D ∇υ.

Dengan demikian, didapatkan

υK

mβ= D∇υ. (5.4)

Dengan menggunakan persamaan (5.3) dan (5.4), maka K

Page 87: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

5.1 Model Fisika untuk Gerak Brown 87

dan υ dapat dilenyapkan dan didapat

D =kT

mβ. (5.5)

Kaitan di atas biasa dikenal sebagai kaitan Einstein . Kaitanini berlaku bahkan ketika tidak ada gaya dan ketika hanyaada satu zarah Brown.

Andaikan kedua ruas dalam persamaan (5.3) dibagi denganmβ dan dengan menggunakan persamaan (5.4), maka akandidapat persamaan baru

K

mβ= D∇υυ.

Karena rapat peluang ρ hanyalah rapatan jumlah υ dibagidengan jumlah zarah, maka persamaan di atas dapat ditulisulang sebagai

K

mβ= D∇ρρ.

Ruas kiri persamaan di atas merupakan kecepatan yang dipe-roleh zarah karena aksi gaya K, maka

D∇υυ

(5.6)

merupakan kecepatan yang dibutuhkan oleh zarah untuk me-lawan efek gaya K.

Jika zarah Brown adalah bola dengan jejari a, maka teorigesekan Stokes memberikan mβ = 6πηa, dengan η adalahkoefisien viskositas fluida, sehingga dalam kejadian ini tetapan

Page 88: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

88 Gerak Brown

difusi menjadi

D =kT

6πηa. (5.7)

Suhu T dan koefisien viskositas η dapat diukur dan jejarizarah berbentuk bola dapat ditentukan, dan D dapat dica-ri dengan pengamatan statistik gerak Brown menggunakanpersamaan (5.1). Dengan cara ini, tetapan Boltzman k (atausetara dengan bilangan Avogadro) dapat dihitung. Perhi-tungan ini dikerjakan oleh Perrin dan Chaudesaigues. Yanglebih menakjubkan, hasil perhitungan bilangan Avogadroyang didapat, yakni 6.1023 zarah/mol, hampir mendekati de-ngan nilai bilangan Avogadro yang sekarang (NA = 6, 02.1023

/mol).

Perhitungan Einstein di atas hanya menentukan sifat ala-miah gerakan dan nilai koefisien difusi yang berdasarkan padaandaian-andaian yang disusunnya. Secara terpisah, Smolucho-wski mendapatkan persamaan (5.5) dengan faktor 32/27 padaruas kanannya. Langevin memberikan penurunan yang lainterhadap persamaan (5.5) yang kemudian menjadi pijakanbagi karya Ornstein dan Uhlenbeck.

Karya Einstein ini sangat berpengaruh dalam fisika karenatelah membuktikan dengan cara yang mudah dan konkretbahwa atom benar-benar ada. Namun demikian, Einsteintidak bisa memberikan bukti bahwa gerak Brown wujud (eksis)secara matematika (Ma, 1997, hlm. 49).

Page 89: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

5.2 Model Matematika untuk Gerak Brown 89

5.2 Model Matematika untuk Gerak Brown

Dalam beberapa pustaka, ada aneka lambang untuk menye-but gerak Brown. Lambang B(t) diambil dari abjad pertamaBrownian motion sekaligus untuk mengenang Robert Brown.Lambang W (t) digunakan sebagai penghormatan terhadapNorbert Wiener yang telah membuktikan eksistensi gerakBrown secara matematis dalam disertasi doktornya tahun1923, karena itu pula proses gerak Brown juga sering disebutdengan istilah proses Wiener. Sementara beberapa pustakayang lain —misalnya Ross (1982)— menggunakan lambangyang berbeda yakni Z(t) dan z(t). Dalam buku ini, secaraumum notasi B(t) dipilih untuk melambangkan proses ge-rak Brown ini, meskipun di beberapa bagian menggunakanbeberapa lambang yang berbeda.

Sebagaimana sudah disinggung ketika membahas prosesMarkov, gerak Brown merupakan pengembangan lebih lanjutdari jalan acak. Dari pembahasan itu dan mengingat kembalidalil limit pusat, maka peubah acak X(t) merupakan peubahacak normal dengan nilai harap 0 dan variansi c2t, kenaikannyamerupakan kenaikan yang saling bebas, dan ketika perubahannilai posisi jalan acak terhadap setiap selang waktu hanyabergantung pada selang itu sendiri maka kenaikannya adalahstasioner. Beberapa kesimpulan ini dapat diringkas sebagaitakrif dari gerak Brown.

Secara lebih lengkap, sebuah proses stokastik B(t), t ≥ 0disebut proses gerak Brown jika memenuhi keadaan-keadaanberikut:

1. B(0) = 0,2. proses B(t), t ≥ 0 mempunyai kenaikan saling bebas

Page 90: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

90 Gerak Brown

yang stasioner, yakni untuk 0 ≤ t1 ≤ t2 ≤ . . . ≤ tn kena-ikan dariB(tn)−B(tn−1), B(tn−1)−B(tn−2), . . . , B(t2)−B(t1) merupakan peubah acak yang saling bebas,

3. untuk seluruh t ≥ 0 dan h > 0, kenaikan B(t+h)−B(t)

terdistribusi secara normal dengan nilai harap µ h danvariansi σ2 h,

4. fungsi yang memetakan t 7→ B(t) merupakan fungsikontinu.

Untuk nilai-nilai µ = 0 dan σ = 1, proses sering disebutsebagai gerak Brown standard (standard Brownian motion).Pandangan bahwa gerak Brown merupakan limit jalan acakmenyajikan informasi bahwa B(t) merupakan fungsi malardari t namun berupa titik-titik sehingga tidak mulus dankarenanya fungsi ini tidak dapat diturunkan dimanapun juga.Andaian kenaikan yang saling bebas menyebabkan bahwaperubahan posisi antara waktu s dan t+ s —yakni B(t+ s)−B(s)— merupakan saling bebas untuk seluruh nilai dalamproses sebelum waktu s. Karenanya, persamaan

P (B(t+ s) ≤ a | B(s) = x, B(u), 0 ≤ u < s)

= P (B(t+ s)−B(s) ≤ a− x|B(s) = x,

B(u), 0 ≤ u < s)

= P (B(t+ s)−B(s) ≤ a− x)

= P (B(t+ s) ≤ a|B(s) = x)

(5.8)

yang menyatakan bahwa peluang bersyarat untuk keadaanmendatang B(t + s) hanya bergantung pada B(s) sebagaikeadaan sekarang. Sifat ini selaras dengan sifat proses Markov.

Gerak Brown yang dibahas di muka merupakan gerakBrown tanpa laju pertumbuhan (drift), nilai harap sama

Page 91: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

5.2 Model Matematika untuk Gerak Brown 91

dengan 0. Sebuah gerak Brown X(t), t ≥ 0 merupakangerak Brown dengan laju pertumbuhan yang mempunyaikoefisien laju pertumbuhan senilai µ jika memenuhi syarat-syarat:

1. X(0) = 0,2. X(t), t ≥ 0 mempunyai kenaikan yang saling bebas

dan stasioner,3. X(t) terdistribusi secara normal dengan nilai harap µ t

dan variansi t.

Dengan merujuk pada syarat-syarat di atas, jika X(t) me-rupakan gerak Brown dengan laju pertumbuhan, maka X(t)

akan memenuhi persamaan

X(t) = B(t)+µ t, B(t)merupakan gerak Brown standard.

(5.9)

Persamaan di atas menunjukkan bahwa sebuah gerak Bro-wn dengan laju pertumbuhan merupakan sebuah proses yangcenderung untuk berolak (drift off) pada tingkat µ. GerakBrown ini juga dapat didekati dengan jalan acak. Untukmemahami ini, andaikan bahwa untuk setiap ∆t satuan wak-tu proses bergerak ke positif atau negatif dengan panjanglangkah ∆x dengan peluang p dan 1 − p. Jika diandaikanbahwa

Xi =

+1 jika pada langkah ke-i positif

−1 untuk i yang lain

Page 92: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

92 Gerak Brown

maka X(t) yakni posisi pada waktu t adalah

X(t) = ∆x(X1 + · · ·+Xt/∆t).

Pada proses ini nilai harap dan variansinya adalah

E[X(t)] = ∆x [t/∆t] (2p− 1)

Var[X(t)] = (∆x)2[t/∆t][1− (2p− 1)2].

Andaikan kemudian diambil nilai ∆x =√

∆y, p = 12(1+µ

√t),

dan ∆t→ 0 maka

E[X(t)]→ µt,

Var[X(t)]→ t,

sehingga nampak jelas bahwa X(t) merupakan gerak Browndengan koefisien laju pertumbuhan µ.

Berdasarkan pembahasan dalam gerak Brown standarddan gerak Brown dengan laju pertumbuhan, jika gerak BrownX(t), t ≥ 0 memiliki nilai harap µ dan variansi σ2 makapersamaan gerak Brown secara umum akan menjadi

X(t) = σB(t) + µt. (5.10)

Dalam bentuk persamaan turunan, persamaan di atas dapatditulis sebagai

dX(t) = σdB(t) + µdt. (5.11)

Sejauh ini, gerak Brown yang disinggung hanya merupak-an peubah-peubah acak yang mengikuti gerak Brown tersebut.

Page 93: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

5.3 Lemma Itô 93

Apabila logaritma dari suatu peubah acak mengikuti gerakBrown, maka proses ini juga merupakan gerak Brown. An-daikan X(t), t ≥ 0 merupakan gerak Brown dengan lajupertumbuhan µ dan variansi σ2, maka proses Y (t), t ≥ 0yang memenuhi takrif

Y (t) = eX(t) = eσB(t)+µt (5.12)

juga merupakan gerak Brown. Nama khusus untuk gerakBrown jenis ini adalah gerak Brown geometrik (geometricBrownian motion) —acapkali disebut gerak Brown eksponen-sial.

5.3 Lemma Itô

Salah satu perampatan gerak Brown yang sangat masyhuradalah proses Itô. Jika X(t) mengikuti proses Itô, maka

dX(t) = a(X, t) dt+ b(X, t)B(t) (5.13)

dengan parameter a dan b merupakan fungsi dari nilai-nilaipeubah acuan X dan t, sedangkan dB(t) merupakan gerakBrown. Lemma Itô menunjukkan bahwa sebuah fungsi Y dariX dan t mengikuti proses

dY =

(∂Y

∂Xa+

∂Y

∂t+

1

2

∂2Y

∂X2b2

)dt+

∂Y

∂Xb dB(t). (5.14)

Page 94: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

94 Gerak Brown

Oleh karena itu, Y juga mengikuti proses Itô dengan lajupertumbuhan

∂Y

∂Xa+

∂Y

∂t+

1

2

∂2Y

∂X2b2 (5.15)

dan variansi(∂Y

∂X

)2

b2. (5.16)

Bukti

Dengan deret Taylor dari ∆Y yang merupakan fungsi dariX dan t, maka di dapat

∆Y =∂Y

∂X∆X +

∂Y

∂t∆t

+1

2

(∂2Y

∂X2∆X2 + 2

∂2Y

∂X∂t∆X∆t+

∂2Y

∂t2∆t2)

+1

3!

(∆X

∂X+ ∆t

∂t

)3

Y + · · · . (5.17)

Bentuk tercacah dari proses Itô (persamaan (5.13)) adalah

∆X = a(X, t)∆t+ b(X, t)√

∆t. (5.18)

Dengan limit ∆t→ 0, maka ∆X2 ≈ b2(X, t)√

∆t. Penyisipan

Page 95: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

5.4 Persamaan Rambatan Panas 95

persamaan ini ke dalam persamaan (5.17) akan menghasilkan

dY =∂Y

∂XdX +

∂Y

∂tdt+

1

2

∂2Y

∂x2b2(X, t)dt

=

(∂Y

∂Xa+

∂Y

∂t+

1

2

∂2Y

∂X2b2

)dt+

∂Y

∂Xb dB(t).

(5.19)

Penerapan untuk gerak Brown geometrikJika diandaikan bahwa S = eZ dengan Z merupakan gerak

Brown menurut persamaan

dZ = µdt+ σdB (5.20)

maka dengan menggunakan lemma Itô dan

∂S

∂Z= eZ = S,

∂S

∂t= 0,

∂2S

∂Z2= eZ = S

akan didapat persamaan

dS = S

(µ+

σ2

2

)dt+ SσdB

dS

S=

(µ+

σ2

2

)dt+ σdB (5.21)

5.4 Persamaan Rambatan Panas

Persamaan rambatan panas (heat equation) mempunyai kaitanyang erat dengan gerak Brown. Dengan mengetahui bahwaB(t) mempunyai N(0, t) untuk agihan t > 0 jika B(t) adalah

Page 96: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

96 Gerak Brown

gerak Brown, maka rapat peluang ρ(x, t) dapat ditulis

ρ(x, t) =1√2 π t

e−x2

2t

Dengan menghitung turunan sebagian dari ρ(x, t) yakni

∂ρ

∂t(x, t) =

1

2

(x2

t2− 1

t

)ρ(x, t),

∂ρ

∂x(x, t) = −x

tρ(x, t),

∂2ρ

∂x2(x, t) =

(x2

t2− 1

t

)ρ(x, t),

maka dapat ditunjukkan bahwa ρ(x, t) memenuhi persamaanturunan sebagian yang disebut juga persamaan rambatanpanas berikut

∂ρ

∂t(x, t) =

1

2

∂2ρ

∂x2(x, t). (5.22)

Sifat ini dapat dilacak dengan mengandaikan bahwa f men-cukupi syarat-syarat sebagai sebuah fungsi. Jika u(x, t) =

E[f(B(t) + x)], maka dapat dilihat pada saat t = 0 fung-si u(x, 0) akan bernilai u(x, 0) = f(x). Untuk t > 0, akandidapat persamaan

u(x, t) =

∫ +∞

−∞f(z)ρ(x− z, t)dz. (5.23)

Page 97: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

5.4 Persamaan Rambatan Panas 97

Penurunan kedua ruas persamaan di atas terhadap t dan xsecara serentak akan menghasilkan

∂u

∂t(x, t) =

∫ +∞

−∞f(z)

∂ρ

∂t(x− z, t)dz (5.24)

dan

∂2u

∂x2(x, t) =

∫ +∞

−∞f(z)

∂2ρ

∂x2(x− z, t)dz. (5.25)

Dari persamaan di atas terlihat bahwa u juga memenuhipersamaan rambatan panas.

ρ(x, t) =1√2 π t

e−x2

2t . (5.26)

Page 98: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto
Page 99: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

SahamObligasiDerivatif

6 — Pasar Saham

Pasar merupakan tempat dimana penjual dan pembeli da-pat bertemu untuk saling bertukar produk masing-masingatau melakukan transaksi. Sebuah pasar tidak selalu harusmempunyai tempat dalam arti fisik, misalnya pasar keuangan(financial market). Menurut takrif Brigham dan Houston(2001), pasar keuangan adalah tempat terjadinya penawarandan permintaan dana serta investasi melalui transaksi bisnissecara langsung.

Ada dua macam pasar keuangan yang utama, yaitu pasaruang dan pasar modal. Pasar uang terbentuk karena adanyapenawaran dan permintaan dana jangka pendek (jangka wak-tu kurang dari 1 tahun) dalam bentuk sekuritas (security)atau surat berharga1, warkat komersial (commercial paper),

1Istilah-istilah sekuritas, surat berharga atau instrumen keuangan

Page 100: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

100 Pasar Saham

dan sertifikat deposito. Sedangkan pasar modal terbentukkarena adanya penawaran dan permintaan dana jangka pan-jang (jangka waktu lebih dari 1 tahun), baik dalam bentukmodal sendiri (stock) maupun hutang (bond), baik yang di-terbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun olehperusahaan swasta (privat sectors). Surat berharga utamayang diperdagangkan adalah saham (stock, share), obligasi(bond) dan derivatif (derivative).

Dalam perdagangan surat berharga, dikenal ada 2 jenispasar surat berharga, yaitu pasar perdana (primary market)dan pasar sekunder (secondary market). Seluruh surat berhar-ga, baik di pasar uang maupun di pasar modal, diterbitkanpertama kali di pasar perdana. Dalam pasar ini penerbit (per-usahaan yang go public, disebut juga emiten) langsung terlibatdalam transaksi dan bermaksud untuk mencari modal baru.Perdagangan surat berharga pertama kali terjadi di sini sebe-lum dicatatkan di bursa efek. Pada pasar perdana ini suratberharga untuk pertama kalinya ditawarkan kepada pemodaloleh pihak Penjamin Emisi (Underwriter) melalui PerantaraPedagang Efek (Broker-Dealer) yang bertindak sebagai AgenPenjual surat berharga. Proses ini biasa disebut dengan Pe-nawaran Umum Perdana (Initial Public Offering/IPO). Jadipasar perdana adalah tempat penjualan surat-surat berhargayang baru.

Selanjutnya perdagangan surat berharga yang telah di-catatkan di bursa efek akan berlangsung di pasar sekunder.Pasar sekunder memberi kesempatan kepada para pemodaluntuk membeli atau menjual surat berharga yang tercatat di

mempunyai makna yang hampir sama. Selanjutnya dalam buku inidipilih istilah surat berharga.

Page 101: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

101

bursa setelah terlaksananya penawaran perdana. Di pasar se-kunder ini, surat berharga diperdagangkan dari satu pemodalkepada pemodal lainnya. Dengan kata lain, pasar sekundermerupakan tempat perdagangan surat berharga yang telahberedar.

Organisasi yang menyediakan tempat dimana pasar sekun-der dapat berlangsung disebut dengan bursa efek. MenurutUU No 8 tahun 1995, bursa efek (stock exchange) merupakanpihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem danatau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beliefek kepada pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangk-an efek. Sementara itu, efek merupakan surat berharga yangberupa pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham,obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak kolektif,kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.

Bursa efek terdiri dari bursa yang terorganisir (organizedsecurities exchange) dan bursa tidak terorganisir atau bur-sa tidak resmi (over the counter exchange, disingkat OTC).Bursa terorganisir merupakan organisasi nyata yang bertin-dak seperti pasar sekunder dimana surat-surat berharga yangberedar dijual kembali. Yang termasuk dalam contoh bur-sa terorganisir adalah Jakarta Stock Exchange (JSX), NewYork Stock Exchange (NYSE) dan America Stock Exchange(AMEX). Sedangkan OTC merupakan pasar tidak berwujudyang membeli dan menjual surat berharga yang tidak terdaf-tar di bursa yang terorganisir, sehingga di sini berkumpulpara broker dan dealer dalam jumlah besar, yang dihubungkandengan komputer dan telepon. NASDAQ di Amerika (Natio-nal Association of Securities Dealers Automated QuotationSystem) dapat dikelompokkan dalam kategori ini.

Page 102: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

102 Pasar Saham

Dari uraian di atas terlihat bahwa pasar modal hanyalahmerupakan tempat bertemunya permintaan dan penawaransurat berharga jangka panjang. Untuk menentukan sebera-pa baik kualitas pasar modal, Reilly (Yuliati et al., 1996)menyarankan untuk meninjaunya melalui empat penunjuk,yaitu ketersediaan informasi, likuiditas (liquidity), efisiensiinternal (internal efficiency) dan efisiensi eksternal (externalefficiency).

Ketersediaan informasi berkaitan erat dengan informa-si di pasar modal itu sendiri, misalnya informasi mengenaifluktuasi harga surat berharga di masa lalu atau fluktuasivolume perdagangannya. Dalam hal ini, informasi dimengertisebagai serangkaian pesan yang mungkin dapat digunakanoleh penerimanya untuk melakukan suatu tindakan yang bisamengubah kesejahteraannya, meningkatkan kemampuan pe-nerimanya untuk melakukan tindakan yang bersifat kritis danmemperoleh nilai tertentu dari perubahan pesan-pesannya.Informasi yang ada akan mempengaruhi proses terbentuknyaharga jual dan beli suatu surat berharga. Semakin lengkapdan mudah akses terhadap informasinya, maka pasar modalakan semakin baik.

Likuiditas menunjukkan kemampuan untuk membeli ataumenjual surat berharga tertentu secara cepat dan pada hargayang tidak terlalu berbeda dengan harga sebelumnya, denganandaian tidak ada tambahan informasi baru sehingga likuidi-tas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhikewajiban keuangan berjangka pendek. Sementara efisiensiinternal suatu pasar modal bergantung pada tinggi rendahbiaya transaksi, biaya pajak dan biaya yang berkaitan denganfinancial distress di pasar modal tersebut. Semakin rendah

Page 103: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

6.1 Saham 103

biaya transaksi maka semakin tinggi efisiensi internalnya. De-ngan demikian efisiensi internal juga dapat disebut efisiensioperasional.

Faktor penunjuk terakhir, efisiensi eksternal, menjelaskanpenyesuaian harga surat berharga terhadap informasi baru.Karena efisiensi eksternal berkaitan dengan pasokan informasi,maka efisiensi eksternal dikenal sebagai efisiensi informasi(informational efficiency). Pendapat-pendapat yang berusahamenjelaskan tentang hubungan pasokan informasi dan tingkatefisiensi pasar dikenal sebagai hipotesis pasar efisien dan akandiberikan penjelasan secara khusus pada bagian lain dalambab ini.

6.1 Saham

Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikansuatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak kla-im atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Wujud sahamadalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemiliknyaadalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut.Bila seorang pemodal membeli saham, maka ia akan meneri-ma kertas yang menjelaskan bahwa ia memiliki perusahaanpenerbit saham tersebut.

Ada dua keuntungan bagi pemodal yang memiliki saham,yakni dividen dan laba modal (capital gain). Dividen merupak-an keuntungan emiten yang dibagikan kepada para pemegangsaham. Dividen diberikan setelah mendapatkan persetuju-an dari para pemegang saham dalam RUPS (Rapat UmumPemegang Saham). Jika seorang pemodal ingin mendapatk-an dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham

Page 104: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

104 Pasar Saham

tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hinggakepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimanadiakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkandividen.

Umumnya dividen merupakan salah satu daya tarik bagipemegang saham yang berorientasi jangka panjang, misalnyapemodal kelembagaan. Dividen yang dibagikan emiten dapatberupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiapsaham atau dapat pula berupa sejumlah saham sehinggajumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambahdengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

Laba modal atau capital gain merupakan selisih harga belidan harga jual saham. Laba modal terbentuk dengan adanyakegiatan perdagangan saham di pasar sekunder. Umumnyapemodal dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntunganmelalui laba modal ini. Misalnya seorang pemodal yangmembeli saham pada pagi hari dan kemudian menjualnya disore hari ketika harga saham mengalami kenaikan.

Saham dikenal dengan karakteristik high risk-high return.Artinya, saham merupakan surat berharga yang memberikanpeluang keuntungan tinggi namun juga memiliki risiko tinggi.Saham memungkinkan pemodal untuk mendapatkan hasil pe-ngembalian (return), dalam hal ini laba modal, dalam jumlahbesar dalam waktu yang singkat. Namun, fluktuasi hargasaham juga dapat membuat pemodal mengalami kerugianbesar dalam waktu singkat.

Risiko tinggi karena berinvestasi dalam bentuk sahamdiantaranya adalah tidak adanya pembagian dividen, rugimodal (capital loss), risiko likuidasi, dan risiko penghapusan(delisting) dari bursa.

Page 105: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

6.2 Obligasi 105

Risiko tidak adanya pembagian dividen dapat terjadi jikaemiten tidak dapat membukukan laba pada tahun berjalan.Bisa juga disebabkan RUPS memutuskan untuk tidak mem-bagikan dividen kepada pemegang saham karena laba yangdiperoleh akan digunakan untuk perluasan usaha. Rugi modaldapat terjadi apabila harga beli saham lebih tinggi dari har-ga jualnya. Sedangkan jika emiten bangkrut atau dilikuidasi,para pemegang saham memiliki hak klaim terakhir terhadapaktiva perusahaan setelah seluruh kewajiban emiten dibayar.Yang terburuk adalah jika tak ada lagi aktiva yang tersisa,maka para pemegang saham tidak memperoleh apa-apa. Un-tuk risiko penghapusan dari bursa hanya akan terjadi karenabeberapa alasan seperti dalam jangka waktu tertentu kinerjaemiten dinilai buruk oleh pasar sehingga volume perdagangansaham cenderung menurun terus dalam waktu lama.

6.2 Obligasi

Obligasi adalah sertifikat yang berisi kontrak antara pemodaldan perusahaan yang menyatakan bahwa pemodal tersebuttelah meminjamkan sejumlah uang kepada perusahaan. Maka,obligasi bisa pula disebut surat pengakuan hutang. Perusaha-an yang menerbitkan obligasi mempunyai kewajiban untukmembayar bunga secara berkala sesuai dengan jangka waktuyang telah ditetapkan dan pada saat jatuh tempo perusahaanharus membayar pokok pinjamannya.

Nilai suatu obligasi bergerak berlawanan arah denganperubahan suku bunga secara umum. Jika suku bunga secaraumum cenderung turun, maka nilai atau harga obligasi akanmeningkat, karena para pemodal cenderung untuk berinvestasi

Page 106: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

106 Pasar Saham

pada obligasi. Sebaliknya, jika suku bunga secara umumcenderung meningkat, maka nilai atau harga obligasi akanturun, karena para pemodal cenderung untuk menanamkanuangnya di bank.

Pemodal yang berinvestasi dalam bentuk obligasi akanmemperoleh beberapa keuntungan, yaitu mendapatkan bunga,laba modal dan hak klaim pertama jika emiten bangkrut ataudilikuidasi. Bunga obligasi ditetapkan dalam persentase darinilai nominal obligasi dan akan dibayarkan secara berkalasampai jatuh tempo. Sebagai contoh, untuk obligasi dengankupon 10%, pemodal akan menerima Rp 10 setiap Rp 100dari nilai nominal setiap tahun. Biasanya pembayaran bungadilakukan setiap 3 atau 6 bulan sekali.

Selain itu, sebelum jatuh tempo biasanya obligasi dipe-rdagangkan di pasar sekunder, sehingga pemodal mempunyaikesempatan untuk memperoleh laba modal. Laba modal jugadapat diperoleh jika pemodal membeli obligasi dengan diskonsehingga harga belinya lebih rendah dari nilai nominalnya,sedangkan pada saat jatuh tempo perusahaan akan membayarsesuai dengan nilai nominal obligasi.

Sebagaimana sifat investasi yang tidak hanya menjanjikanhasil pengembalian tetapi juga menyimpan risiko, berinves-tasi dalam bentuk obligasi juga mengandung sifat demikian.Risiko-risiko itu antara lain, rugi modal, default atau gagalbayar (kegagalan emiten untuk memenuhi ketentuan yangditetapkan dalam kontrak obligasi), dan callability. Risikoyang disebutkan terakhir hanya akan terjadi pada obligasiyang memang mencantumkannya sebagai salah satu kesepa-katan dalam kontrak. Kesepakatan itu menjamin emitenuntuk mempunyai hak membeli kembali obligasi sebelum ja-

Page 107: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

6.3 Derivatif 107

tuh tempo. Biasanya ini dilakukan pada saat suku bungasecara umum menunjukkan kecenderungan menurun. Sebagaigantinya, emiten akan memberikan premi kepada pemegangobligasi.

6.3 Derivatif

Derivatif merupakan surat berharga yang nilainya bergantungpada surat berharga yang mendasari atau surat berhargaacuan (underlying assets). Ada beberapa macam surat ber-harga derivatif, seperti bukti right, waran (warrant), kontrakberjangka (future), dan opsi (option).

Derivatif merupakan surat berharga yang sangat berisikojika tidak digunakan secara hati-hati (Bapepam, 2003, hlm.17).Meskipun demikian derivatif juga dapat digunakan untuk me-ngurangi risiko atau sebagai investasi spekulatif (Brighamdan Houston, 2001). Contoh penggunaan derivatif untuk me-ngurangi risiko dapat dilihat dari peristiwa berikut. Ketikarupiah melemah terhadap dolar, laba bersih seorang importircenderung menurun. Importir ini dapat mengurangi risikodengan membeli derivatif yang meningkatkan nilai labanyaketika nilai rupiah menurun. Tindakan importir seperti inidisebut operasi hedging (lindung nilai, pemagaran), tujuannyaadalah untuk mengurangi risiko. Di sisi lain, spekulasi denganharapan memperoleh hasil pengembalian yang tinggi dapatdilakukan dengan derivatif, namun risiko yang dihadapi jugatinggi. Brigham dan Houston (2001) menyebutkan bahwa per-usahaan Procter and Gamble di Amerika pernah mengalamikerugian sebesar $150 juta karena investasi derivatif, bahk-an perusahaan Orange Country di California jatuh bangkrut

Page 108: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

108 Pasar Saham

karena spekulasi derivatif.Dari beberapa macam derivatif di atas, bentuk derivatif

yang tergolong baru di Indonesia adalah surat berharga opsiyang baru diperkenalkan di bursa efek Jakarta pada paro ke-dua 2003 (Sinar Harapan, 2004). Dengan menggunakan opsi,seorang pemodal dapat meminimumkan batas kerugian danmemaksimumkan laba yang akan diperolehnya. Sehingga jikadigunakan dengan cemat, opsi akan sangat berguna bagi peru-sahaan atau individu untuk mengurangi risiko keuangan yangmembayangi. Karakteristik opsi yang bisa membatasi kerugi-an yang akan diperoleh pemodal dan membuat keuntunganyang tak terbatas nilainya ini sangat menarik untuk dikaji.Apalagi, sejumlah besar kontrak sesuai dengan gambaran opsi(Weston dan Copeland, 1995, hlm. 514). Misalnya, dalam per-usahaan yang menerbitkan hutang, seorang pemegang sahammempunyai hak (bukan kewajiban) untuk melunasi hutangtersebut dan berhak memiliki sisa nilai perusahaan pada saathutang jatuh tempo. Dan tentu saja pemegang saham itujuga dapat menerima kebangkrutannya.

Page 109: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Jenis OpsiSifat Opsi BeliSifat Opsi JualPentingnya Perdagangan OpsiFaktor-faktor yang Mempengaruhi HargaOpsi

7 — Opsi Saham

Opsi adalah suatu hak yang dimiliki oleh pemegangnya, buk-an kewajiban yang harus dilaksanakan pada waktu kontraktersebut jatuh tempo. Secara lebih lengkap, opsi merupakankontrak dengan penulis opsi (option writer) yang menjaminpembeli opsi (option holder) suatu hak untuk membeli ataumenjual suatu surat berharga acuan (underlying asset) ke-pada penulis opsi pada harga tertentu dalam periode waktutertentu. Penulis1 opsi memberikan hak ini sebagai ganti daripembayaran sejumlah uang yang diterimanya. Pembayaranini disebut dengan premi opsi. Harga surat berharga acuan

1Istilah penulis opsi mempunyai arti yang sama dengan penjual ataupenerbit opsi. Dalam buku ini, ketiga sebutan tadi kadang digunakansecara bergantian semata-mata demi menyesuaikan dengan suasana kali-mat yang menyertainya. Demikian pula istilah pembeli atau pemegangopsi.

Page 110: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

110 Opsi Saham

untuk dibeli atau dijual pada waktu yang akan datang disebutdengan harga laksana (exercise price/strike price).2 Tanggalyang setelahnya opsi dinyatakan tidak berlaku lagi disebuttanggal jatuh tempo atau tanggal kadaluarsa (exercise date).

Diawal telah disinggung bahwa opsi merupakan suatuhak, sehingga pemegang opsi dapat mengggunakannya ataumengabaikannya. Pada saat jatuh tempo, jika pemegang opsitidak menggunakan haknya, maka hak tersebut akan hilangdengan sendirinya. Dengan demikian, opsi menjadi tidakbernilai lagi.

Sebagai salah satu surat berharga derivatif, opsi bergan-tung pada surat berharga acuan. Saat pertama kali opsidiperdagangkan, yakni mulai 26 April 1973 (Sartono, 1996,hlm. 438) di The Chicago Board Option Exchange (CBOE),surat berharga acuan untuk perdagangan opsi masih terbataspada saham, sehingga disebut opsi atas saham. Perkembang-an perdagangan opsi mengalami peningkatan yang cukuppesat. Pada bulan Nopember 1982 di Montreal Exchange, un-tuk pertama kalinya opsi untuk valuta asing diperdagangkan(Berlianta, 2005, hlm. 189). Sekarang, surat berharga acuanyang mendasari opsi tidak lagi terbatas pada saham maupunvaluta asing, tetapi juga indeks saham, suku bunga dan futuretreasury bond (Keown et al., 2000, hlm. 821-823). Sehingga,

2Alih bahasa yang lebih dekat mungkin adalah harga eksekusi ataupelaksanaan. Namun, dalam beberapa situasi, penulis merasa istilah’harga pelaksanaan’ acapkali menimbulkan kerancuan dengan ’hargapada waktu pelaksanaan’. Padahal, makna sebenarnya adalah ’hargapelaksanaan sesuai yang dijanjikan dalam kontrak’, nominalnya bisabeda atau sama dengan ’harga pada waktu pelaksanaan’. Karena itu,penulis cenderung untuk menggunakan terjemah ’harga laksana’, agarnuansa yang dibangun bisa terasa berbeda

Page 111: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

7.1 Jenis Opsi 111

jika acuan yang mendasari opsi adalah saham, maka opsi itudisebut opsi atas saham, dan dalam pembahasan selanjutnyapenyebutan opsi dimaksudkan sebagai opsi atas saham iniatau opsi saham. Seperti surat berharga yang lain, opsi jugadiperdagangkan di bursa saham resmi maupun bursa sahamtidak resmi. Di AS, perdagangan resmi opsi dilakukan diCBOE, NYSE, AMEX, dan Philadelphia Stock Exchange(Fabozzi, 2000, hlm. 445).

7.1 Jenis Opsi

Opsi dapat dibedakan berdasarkan jenis haknya dan waktupelaksanaan hak tersebut. Berdasarkan waktu pelaksanaanhaknya, opsi dibedakan menjadi opsi Eropa (European option)dan opsi Amerika (America option). Opsi Eropa hanya mengi-jinkan pemegang opsi untuk melaksanakan haknya hanya padasaat jatuh tempo. Sedangkan opsi yang mengijinkan peme-gangnya untuk melaksanakan haknya sejak penandatanganankontrak sampai jatuh tempo ialah opsi Amerika. Jadi, namaEropa atau Amerika tidak mengacu pada wilayah dimanaopsi diperdagangkan atau dilaksanakan, tetapi semata-matamengacu terhadap waktu pelaksanaan opsi, apakah hanyabisa dilaksanakan pada saat jatuh tempo saja (opsi Eropa)atau bisa dilaksanakan dalam masa selama opsi masih berla-ku (opsi Amerika). Hull (1989, hlm. 9) menyebutkan bahwabeberapa opsi yang diperdagangkan di Amerika Utara justrumerupakan opsi Eropa.

Berdasarkan hak yang dimiliki oleh pemegangnya, opsidapat dibedakan menjadi opsi beli (call option) dan opsi jual(put option). Opsi beli memberikan hak kepada pemegang

Page 112: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

112 Opsi Saham

opsi untuk membeli surat berharga acuan pada saat jatuhtempo dengan harga laksana yang telah disepakati. Sedangkanpemegang opsi jual mempunyai hak untuk menjual suratberharga acuan pada saat jatuh tempo dengan harga laksanayang sebelumnya disepakati.

Dengan demikian ada 3 pihak yang secara umum terlibatdalam perdagangan opsi, yaitu:

1. Penjual opsi, menerima harga opsi (premi) untuk men-jamin pembeli opsi melaksanakan haknya.(a) Penjual opsi beli, menerima premi dan berjanji

akan menjual surat berharga acuan dengan hargalaksana pada saat jatuh tempo sesuai kesepakat-an jika pemegang opsi beli ingin melaksanakanhaknya.

(b) Penjual opsi jual, menerima premi dan berjanjiuntuk membeli surat berharga acuan dengan har-ga pada saat jatuh tempo sesuai kesepakatan jikapemegang opsi jual ingin melaksanakan haknya.

2. Pembeli opsi, membayar harga opsi kepada penjual agarpenjual menulis opsi.(a) Pembeli opsi beli, memiliki hak untuk membeli

surat berharga acuan dengan harga laksana padasaat jatuh tempo sesuai kesepakatan.

(b) Pembeli opsi jual, memiliki hak untuk menjualsurat berharga acuan dengan harga laksana padasaat jatuh tempo sesuai kesepakatan.

3. Pialang (broker), bertindak sebagai agen transaksi danmendapatkan komisi. Komisi yang diberikan kepadapialang ini lebih dikenal sebagai biaya transaksi.

Page 113: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

7.2 Sifat Opsi Beli 113

7.2 Sifat Opsi Beli

Untuk mengetahui bagaimana sifat opsi beli, misalkan hargasaham Telkom di bursa saat ini adalah Rp 5.000 per saham.Jika seorang pemodal membeli opsi beli gaya Eropa untuksaham Telkom dengan harga laksana Rp 5.100 dengan jatuhtempo 3 bulan dari sekarang, maka 3 bulan lagi pemodaltersebut punya hak (bukan kewajiban) untuk membeli sahamTelkom dari penjual opsinya seharga Rp 5.100 per saham.Misalkan harga beli opsi tersebut sebesar Rp 300 per lembarsaham.

Seandainya 3 bulan berikutnya harga saham Telkom dibursa menjadi Rp 5.800 per saham, maka pemodal tersebutboleh menggunakan haknya (istilahnya melaksanakan opsinya,to exercise his option) untuk membeli saham Telkom hanyadengan harga Rp 5.100 per saham dari penjual opsi. Kemu-dian, kalau mau, pemodal bisa segera menjualnya di bursadengan harga Rp 5.800 per saham, sehingga ia untung Rp 400per lembar saham. Namun, jika ternyata harga saham Telkomsetelah 3 bulan turun menjadi Rp 4.800, pemodal tidak perlumelaksanakan opsinya sebab ia bisa membeli saham denganharga yang lebih murah di bursa.

Dalam kasus terakhir, ketika harga saham di bursa lebihmurah daripada harga laksananya, pemodal boleh membiark-an saja kontrak opsi berakhir sampai jatuh tempo. Dalamkejadian seperti ini, kerugian pemodal hanya sebesar hargayang ia bayar untuk membeli kontrak itu, yakni premi opsisebesar Rp 300 per saham yang kemudian menjadi keuntung-an penerbit opsi beli. Jadi, keputusan untuk melaksanakanatau tidak atas opsi beli akan ditentukan oleh harga saham

Page 114: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

114 Opsi Saham

acuan di bursa dan harga laksananya. Tabel 7.1 berikut akanmemperjelas hal ini.

Tabel 7.1: Penghitungan laba/rugi opsi beli

Harga Harga Nilai Premi Nilaibursa laksana opsi beli opsi Laba/rugi(1) (2) (3) (4) (5)=(3) - (4)4.600 5.100 0 300 -3004.700 5.100 0 300 -3004.800 5.100 0 300 -3004.900 5.100 0 300 -3005.000 5.100 0 300 -3005.100 5.100 0 300 -3005.200 5.100 100 300 -2005.300 5.100 200 300 -1005.400 5.100 300 300 05.500 5.100 400 300 1005.600 5.100 500 300 2005.700 5.100 600 300 3005.800 5.100 700 300 400

Dengan demikian, kerugian pemodal pada saat harga sa-ham Telkom di bursa lebih murah dibanding harga laksananyahanyalah sebesar premi opsi. Sedangkan potensi keuntunganyang akan diperolehnya bila harga saham Telkom di bursalebih mahal adalah tak terbatas, bergantung pada jumlahlembar saham yang tertera dalam kontrak.

Uraian di atas dapat disajikan dalam Gambar 7.1. Dalamgambar tersebut tampak bahwa, apabila harga saham lebihkecil dari Rp 5.100 per lembar, maka pemegang opsi beli akanmenderita kerugian sebesar premi opsi yaitu Rp 300. Ketikaharga saham berada dalam selang Rp 5.100 sampai Rp 5.400,

Page 115: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

7.2 Sifat Opsi Beli 115

Gambar 7.1: Laba/Rugi dari Opsi Beli Pada Saat JatuhTempo

kerugian pemegang opsi beli dibawah Rp 300. Pemegang opsibeli akan mulai menangguk keuntungan ketika harga sahammelebihi Rp 5.400. Misalnya pada saat harga saham Rp 5.700per lembar, maka pemegang opsi beli akan mendapatkankeuntungan Rp 300 per lembar.

Di lain pihak, keuntungan maksimal dari penerbit opsi beliadalah sebesar premi opsi. Keuntungan ini diperoleh apabilapemegang opsi beli tidak menggunakan haknya. Sementaraitu, kerugian penerbit opsi beli akan semakin besar seiringdengan meningkatnya harga saham di bursa.

Yang perlu diperhatikan dalam sebuah opsi beli adalahjika harga dari saham acuan di bursa lebih rendah dari hargalaksananya, maka akan lebih menguntungkan bagi pemegangopsi beli untuk membeli saham acuan di bursa daripada me-

Page 116: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

116 Opsi Saham

laksanakan opsi beli tersebut. Untuk kejadian seperti ini nilaidari opsi tersebut atau nilai intrinsiknya sama dengan noldan disebut dengan opsi yang tidak menghasilkan (out of themoney). Sebaliknya, pada saat harga saham acuan di bursalebih tinggi dari harga laksananya, nilai dari opsi beli tersebutakan positif sehingga opsi beli tersebut lebih menguntungkanuntuk dilaksanakan. Opsi yang memiliki nilai intrinsik sepertiini disebut dengan opsi yang menghasilkan (in the money).Sedangkan ketika harga laksana saham acuan sama denganharga di bursa, nilai intrinsik opsi juga nol sebab harga akantetap sama baik menggunakan opsi atau tidak. Opsi yangdemikian disebut opsi yang netral (at the money).

7.3 Sifat Opsi Jual

Sekarang, andaikan seorang pemodal melakukan pembelianopsi jual gaya Eropa untuk saham Barito. Misalkan hargalaksana (exercise price) yang disepakati adalah Rp 4.800 dansaat ini harga saham Barito di bursa adalah Rp 5.000. Pemo-dal tersebut membeli opsi jual dengan premi sebesar Rp 300per saham dengan jatuh tempo dua bulan mendatang.

Pada saat jatuh tempo, yakni dua bulan setelah kontrakditandatangani, misalkan harga saham Barito di bursa men-jadi Rp 4.600. Jika pemegang opsi jual melakukan penjualansaham Barito di bursa, berarti sahamnya akan dihargai Rp4.600 per lembar. Tentu akan lebih menguntungkan jika iamelaksanakan opsi jualnya sehingga sahamnya akan dihargaisebesar Rp 4.800 per lembar. Pada saat demikian, penerbitopsi jual mempunyai kewajiban untuk membeli saham pemo-dal tersebut dengan harga Rp 4.800, lebih tinggi dua ratus

Page 117: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

7.3 Sifat Opsi Jual 117

rupiah daripada harga di bursa.Sebaliknya, apabila pada saat jatuh tempo harga saham

Barito di bursa adalah Rp 5.200, maka pemodal tidak perlumelaksanakan opsi jualnya sebab sahamnya hanya akan di-hargai Rp 4.800 per lembar, akan lebih menguntungkan jikaia langsung menjual sahamnya di bursa dan membiarkan opsijualnya kadaluarsa. Dalam keadaan yang demikian, pener-bit opsi jual mempunyai keuntungan dari premi opsi yangdibayarkan oleh pemegang opsi jual pada saat membeli duabulan yang lalu. Ini akan tampak lebih jelas dalam tabel 7.2berikut.

Tabel 7.2: Penghitungan laba/rugi opsi jual

Harga Harga Nilai Premi Nilaibursa laksana opsi jual opsi Laba/rugi(1) (2) (3) (4) (5)=(3) - (4)4.200 4.800 600 300 3004.300 4.800 500 300 2004.400 4.800 400 300 1004.500 4.800 300 300 04.600 4.800 200 300 -1004.700 4.800 100 300 -2004.800 4.800 0 300 -3004.900 4.800 0 300 -3005.000 4.800 0 300 -3005.100 4.800 0 300 -3005.200 4.800 0 300 -3005.300 4.800 0 300 -3005.400 4.800 0 300 -300

Dengan demikian, jika harga saham acuan di bursa lebihtinggi dari harga laksananya, akan lebih menguntungkan ba-

Page 118: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

118 Opsi Saham

gi pemegang opsi jual untuk menjual sahamnya langsung dibursa daripada melaksanakan opsi jualnya. Dalam keadaanseperti ini, nilai opsi tersebut sama dengan nol (out of themoney). Sebaliknya, jika harga saham acuan di bursa lebihrendah dari harga laksananya, nilai opsi tersebut akan positif,sehingga opsi jual tersebut lebih menguntungkan jika dilak-sanakan. Ini berarti nilai intrinsik opsi adalah menghasilkan(in the money). Seandainya opsi jual mempunyai harga lak-sana yang sama dengan harga saham acuan di bursa, makaopsi dikatakan memiliki nilai intrinsik yang netral atau at themoney.

Tabel 7.2 memberikan informasi dengan jelas bahwa keru-gian maksimum pemodal yang mempunyai opsi jual hanyalahsebesar harga premi opsi, sementara potensi keuntungan yangbisa didapat adalah tak terbatas. Sifat ini seperti sifat padaopsi beli yang sudah disinggung sebelumnya. Informasi inidapat juga dibaca dalam gambar 7.2.

Dari kedua bentuk opsi beli dan opsi jual di atas, premiopsi menjadi hak penjual/penerbit opsi dan tidak tergantungterhadap keputusan apa yang diambil oleh pemegang opsi.Kemudian, jika pemegang opsi beli ingin melaksanakan hak-nya, maka ia hanya membayar sebesar harga laksana yangtelah disepakati dan akan menerima sejumlah saham acuan.Begitu juga dengan opsi jual, jika pemegang opsi jual akanmelaksanakan haknya, maka ia harus menyerahkan sejumlahsaham acuan dan menerima pembayaran dengan harga lak-sana yang telah disepakati. Apabila pemegang opsi memilihuntuk tidak melaksanakan haknya hingga lewat jatuh tempo,terlepas dari berapapun harga saham acuan di bursa saat itu,maka opsi tersebut kadaluarsa dengan sendirinya.

Page 119: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

7.4 Pentingnya Perdagangan Opsi 119

Gambar 7.2: Laba/Rugi dari Opsi Jual Pada Saat jatuhTempo

7.4 Pentingnya Perdagangan Opsi

Pertama, beberapa pemodal melakukan perdagangan opsiuntuk tujuan spekulasi terhadap perubahan harga sahamatau surat berharga acuan. Pada umumnya harga opsi belimaupun opsi jual adalah lebih rendah daripada harga sahamitu sendiri, dengan demikian hanya diperlukan sejumlah uangyang lebih sedikit untuk melakukan perdagangan opsi beli danopsi jual. Selain itu, harga opsi relatif lebih berfluktuatif jikadibandingkan dengan harga saham itu sendiri, dengan demi-kian memungkinkan pemodal untuk memperoleh keuntunganlebih besar melalui investasi pada opsi.

Kedua, lembaga-lembaga investasi seperti reksa dana da-

Page 120: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

120 Opsi Saham

pat menggunakan opsi sebagai alat untuk mempertahankanportofolio investasi mereka. Dengan perdagangan opsi me-mungkinkan untuk disesuaikannya risiko dan tingkat keun-tungan untuk keseluruhan investasi. Apalagi komisi pialanguntuk perdagangan opsi relatif jauh lebih rendah dibandingkomisi untuk transaksi saham.

Ketiga, dalam pembelian opsi, besarnya kerugian maksi-mal adalah sebesar harga opsi sehingga secara tidak langsungpemodal telah membatasi risiko investasi. Pembatasan risikotersebut tidak diikuti dengan penurunan tingkat keuntungansecara proporsional. Pemodal tetap memiliki kesempatanuntuk memperoleh tingkat keuntungan yang tak terbatas. De-ngan demikian, munculnya opsi sebagai salah satu kesempataninvestasi telah memungkinkan pemodal untuk mengubah poladistribusi keuntungan portofolionya.

7.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Har-ga Opsi

Sebagaimana telah disinggung dalam penakrifan tentang opsi,di dalam kontrak opsi terdapat kesepakatan tentang sahamacuan, harga laksana dan tanggal jatuh tempo. Dalam tran-saksi opsi, ketiga hal ini mempunyai andil besar baik bagipembeli atau penjual opsi untuk menentukan besarnya hargaopsi yang akan diperdagangkan.

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi hargaopsi dapat diringkas menjadi 3 kelompok besar. Kelompokpertama terdiri dari peubah yang berhubungan dengan hargasaham acuan, yakni harga saat ini, kemeruapan (volatilitas,volatility) dan dividen kasnya. Kelompok kedua terdiri dari pe-

Page 121: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

7.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Opsi 121

ubah yang berhubungan dengan kontrak opsi itu sendiri yaituharga laksana dan jangka waktu jatuh temponya. Kelom-pok ketiga adalah peubah suku bunga bebas risiko (risk-freeinterest rate).

Harga saham acuan merupakan penentu harga opsi yangpaling penting. Hal ini disebabkan jika harga saham adalahjauh di atas atau jauh di bawah harga laksananya, makafaktor yang lain menjadi tidak begitu penting. Pengaruh iniakan tampak semakin jelas pada saat tanggal jatuh temponya.Pada saat itu pemegang opsi berhak untuk melaksanakan ataumengabaikan opsinya. Pada saat jatuh tempo ini keputusanpemegang opsi hanya bergantung pada harga saham acuandan harga laksana saja, sebab nilai opsi pada saat itu hanyaditentukan oleh dua faktor tersebut, sedangkan faktor lainnyatidak berarti sama sekali.

Harga opsi akan berubah seiring dengan perubahan hargasaham acuan. Untuk opsi beli, peningkatan harga sahamacuan akan menyebabkan peningkatan harga opsi karena nilaiintrinsik juga meningkat. Hal yang berlawanan berlaku bagiopsi jual, peningkatan harga saham acuan akan menyebabkanpenurunan harga opsi jual.

Faktor kedua adalah harga laksana yang bersifat tetapsepanjang usia opsi dan mempengaruhi antisipasi pembayaranpada saat opsi jatuh tempo. Pada opsi beli, pemegang opsiberharap harga saham acuan akan turun pada saat jatuhtempo sehingga jika harga laksana yang disepakati adalahlebih rendah daripada harga saham acuan saat ini, maka hargaopsi beli semakin tinggi. Sedangkan pada opsi jual dimanapemegangnya berharap harga laksana pada saat jatuh temponanti masih lebih tinggi dibanding harga saham acuan saat

Page 122: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

122 Opsi Saham

itu, maka semakin tinggi harga laksana, semakin tinggi hargaopsi.

Faktor berikutnya adalah kemeruapan yang menunjukkanfluktuasi pergerakan harga saham acuan. Semakin tinggi ke-meruapan saham acuan, maka semakin besar kemungkinanharga saham bergerak ke arah yang diinginkan oleh pemegangopsi sehingga peluang untuk memperoleh harga yang lebihtinggi atau lebih rendah pada saat opsi jatuh tempo juga akanmeningkat. Jadi, kemeruapan yang tinggi dengan sendirinyameningkatkan harga opsi karena semakin besar risiko bagipenjual opsi. Sebaliknya, jika harga saham relatif stabil (ke-meruapan rendah), maka harga opsi cenderung rendah. Halini berlaku baik untuk opsi jual maupun opsi beli. Penjelas-an terhadap hal ini sangat sederhana. Misalnya, pemegangopsi beli mengharapkan harga laksana saham acuan padasaat jatuh tempo kelak bisa lebih rendah dari harga bursa.Jika kemeruapan saham acuan sangat tinggi, maka harapanpemegang opsi beli mempunyai peluang besar untuk terjadi.

Faktor keempat, jangka waktu jatuh tempo menunjukkanbahwa semakin lama waktu yang tersisa, semakin besar tinggiharga opsi, baik opsi jual maupun opsi beli. Karena, bagipemegang opsi beli mempunyai waktu tunggu yang cukupuntuk melaksanakan opsinya dan berharap harga saham akanmeningkat terus melebihi harga laksana. Begitu pula denganpemegang opsi jual, semakin lama waktu yang tersisa hinggatanggal jatuh tempo, berarti memberikan keleluasaan yangcukup untuk melaksanakan opsinya dan berharap harga sahamterus menurun. Sebaliknya, semakin pendek waktu yangtersisa hingga jatuh tempo, maka semakin rendah harga opsitersebut.

Page 123: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

7.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Opsi 123

Faktor kelima yaitu suku bunga bebas risiko. Faktor inimudah dijelaskan dengan cara mengaitkannya dengan hargalaksana dan jatuh tempo opsi. Jika jatuh tempo opsi adalah6 bulan dari sekarang, maka harga laksana baru akan diteri-ma oleh penerbit opsi beli 6 bulan lagi, padahal jumlah itudisepakati sekarang. Dalam konsep nilai waktu dari uang,untuk jumlah uang yang sama maka menerima uang sekarangjauh lebih disukai karena nilainya lebih tinggi daripada besok.Kenaikan suku bunga bebas risiko pada gilirannya akan me-nurunkan nilai tunai atau nilai sekarang (present value) dariharga laksana. Bagi pemegang opsi beli, ini berarti penurunannilai jumlah yang harus dibayar jika opsi dilaksanakan ataubagi penerbit opsi beli, ini berarti nilai jumlah uang yang akanditerima saat opsi dilaksanakan menjadi berkurang. Jadi adakecenderungan bahwa meningkatnya suku bunga bebas risikoakan meningkatkan harga opsi beli. Demikian pula pada opsijual. Bagi pemegang opsi jual, kenaikan suku bunga bebasrisiko berarti penurunan jumlah yang akan diterima jika opsidilaksanakan. Sehingga ada kecenderungan bahwa naiknyasuku bunga bebas risiko akan menurunkan harga opsi jual.

Faktor terakhir adalah dividen kas dari saham acuan. Divi-den hanya akan mempengaruhi harga opsi bila selama berlaku-nya opsi saham acuan memberikan dividen kepada pemegangsaham sehingga jika saham yang bersangkutan tidak membe-rikan dividen maka harga opsi hanya ditentukan oleh kelimafaktor di atas. Dividen kas bisa dipandang sebagai likuidasisebagian dari perusahaan pada tanggal pasca pembayaran di-viden. Jadi dividen kas akan mengurangi harga saham sebesarjumlah dividen kas yang dibagikan sehingga akan menurunkanharga opsi beli dan meningkatkan harga opsi jual.

Page 124: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

124 Opsi Saham

Sebagai contoh harga saham Telkom diandaikan relatif sta-bil yaitu sebesar Rp 5.000 per lembar saham dengan dividenper lembar saham adalah sebesar Rp 800 per tahun dan diba-yarkan dua kali dalam satu tahun. Untuk saham seperti ini,calon pembeli opsi beli akan memperhitungkan bahwa enambulan yang akan datang saham tersebut akan membayarkandividen sebesar Rp 400. Jika opsi beli ditawarkan pada hargasaham Rp 5.000 tujuh bulan lagi, maka bagi calon pembeliopsi beli harga tersebut seharusnya berkurang Rp 400, karenaharga saham relatif stabil sehingga besar kemungkinan hargasaham tidak akan naik setelah pembayaran dividen, pada-hal jika ia jadi memegang opsi beli ia tidak akan menerimapembayaran dividen.

Page 125: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

8 — Hipotesis Pasar Efisien

Dalam bagian yang lalu telah sedikit disinggung bahwa kataefisien dalam hipotesis pasar efisien (HPE) mengacu padaefisien secara informasi. Sehingga dalam pengertian ini pasaryang efisien adalah suatu pasar dimana harga mencerminkansemua informasi yang diketahui (known information). Dengankata lain, sebuah pasar yang efisien adalah pasar dimana har-ga surat berharga saat ini memberikan perkiraan (estimasi)terbaik tentang nilainya yang sebenarnya. Oleh karenanya,dalam pasar yang efisien tidak ada istilah free lunch (makansiang gratis ) atau expensive dinner (makan malam yang ma-hal). Suatu pasar dapat efisien karena peserta pasar berusahasecara terus-menerus untuk memperoleh keuntungan abnor-mal (abnormal return) atau excess return, yaitu keuntunganyang melebihi harapan yang semestinya (sesuai dengan ting-

Page 126: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

126 Hipotesis Pasar Efisien

kat risiko suatu aset), sehingga persaingan ini pada akhirnyamengantarkan pada sebuah situasi dimana harga surat ber-harga telah mencerminkan baik informasi yang berdasarkanperistiwa yang sudah terjadi maupun harapan pasar tentangharga dimasa datang.

Dalam pasar modal yang efisien semua analis menerimadan mengevaluasi informasi baru yang berkaitan dengan setiapsaham pada waktu yang hampir sama. Dengan demikian makaharga saham akan menyesuaikan dengan segera sebagai reaksiadanya informasi baru tersebut. Oleh karena itu secara umumhampir tidak mungkin untuk mendapatkan saham perusahaanbesar yang menawarkan keuntungan abnormal.

Ada beberapa syarat kondisi yang harus dipenuhi agarsuatu pasar dikatakan efisien secara informasi (Rodoni danYong, 2002; Sartono, 1996) yaitu:

1. Informasi harus dapat diperoleh tanpa biaya dan terse-dia bagi semua partisipan pasar modal pada saat yangsama.

2. Informasi tersebut adalah dalam bentuk acak dan tidakbergantung satu sama lain.

3. Pemodal-pemodal bertindak cepat dan tepat terhadapinformasi baru.

4. Tidak ada biaya transaksi, pajak, dan biaya-biaya yanglain.

5. Harga saham harus bebas dalam bergerak turun ataunaik. Tidak ada seorangpun yang dapat mempengaruhipergerakan harga saham.

6. Tidak ada monopoli dalam pasar. Ini berarti bahwapemodal-pemodal bebas untuk masuk atau keluar pasar.

7. Semua partisipan pasar modal bersikap rasional yaitu

Page 127: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

127

selalu ingin memaksimumkan harapan utilitas (expectedutility).

8. Ada syarat yang diberikan kepada perusahaan dimanapublik bisa mengakses informasi tentang perusahaan.

Jika sekiranya syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi makapasar tersebut dianggap tidak efisien.

Dalam kenyataannya beberapa persyaratan di atas sulituntuk dipenuhi karena diperlukan biaya untuk memperoleh in-formasi, beberapa partisipan memperoleh informasi pada saatyang berbeda, terdapat pajak dan biaya transaksi atau komisipialang dan sebagainya. Karena kondisi semacam itu makasangatlah perlu untuk membedakan antara pasar yang seca-ra informasional efisien sempurna (perfectly informationallyefficient) dengan pasar yang informasional secara ekonomikal(economically informationally effocient) (Sartono, 1996, hlm.xxi). Dalam pasar efisien sempurna, dimana persyaratantersebut dipenuhi, harga saham selalu mencerminkan infor-masi yang dipublikasikan (all published information), hargasaham akan menyesuaikan dengan setiap informasi baru secaraspontan dan keuntungan abnormal hanya merupakan keberun-tungan saja. Sementara itu dalam pasar efisien ekonomikal,harga saham mungkin tidak segera menyesuaikan dengan ada-nya informasi baru, tetapi keuntungan abnormal juga tidakdapat diperoleh setelah informasi dan biaya transaksi dibayar.

Pada prinsipnya, titik tekan hipotesis pasar efisien buka-nlah pada gagasan apakah pasar itu efisien sepenuhnya atautidak, tetapi menitikberatkan sejauh mana tingkat keefisienanpasar. Salah satu cara untuk mengukur keefisienan pasaradalah dengan melihat jenis informasi yang diserap ke dalamharga saham yaitu informasi tentang harga saham yang lalu,

Page 128: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

128 Hipotesis Pasar Efisien

informasi umum atau yang dipublikasikan dan informasi privatatau belum dipublikasikan, dapat dilihat dalam gambar 8.1.

Gambar 8.1: Himpunan informasi untuk hipotesis pasar efisien

Oleh karena itu hipotesis pasar efisien membagi pasarmodal dalam 3 tingkat keefisienan: pasar efisien bentuk lemah(weak form efficiency), pasar efisien bentuk setengah kuat(semistrong form efficiency) dan pasar efisien bentuk kuat(strong form efficiency).

Hipotesis pasar efisien bentuk lemah mengandaikan bahwaharga saham saat ini adalah mencerminkan perubahan hargasaham pada waktu yang lalu (past price movement). Banyakkajian yang membuktikan kesahihan HPE bentuk lemah ini,seperti uji larian, uji simulasi, uji filter, uji distribusi normal,dan analisis spektral (Rodoni dan Yong, 2002, hlm. 66-76).Sartono (1996) menyarankan dua pengujian empiris dapatdilakukan untuk membuktikan kesahihannya yaitu pengujian

Page 129: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

129

korelasi perubahan selama beberapa waktu dan pengujiantentang profitabilitas berbagai pedoman teknis perdaganganatau analisis teknikal (technical trading rules). Para analisteknikal percaya bahwa pola harga masa lalu dapat digunakanuntuk meramalkan harga dimasa mendatang. Andaian HPEbentuk lemah menolak kepercayaan ini sebab harga sekarangsudah mencerminkan pola harga masa lalu. Ini bisa diartikanbahwa harga saham yang lalu tidak mengandung arti apa-apa.Pola harga-harga yang lalu tidak berguna untuk meramalkanpergerakan harga dimasa mendatang.

HPE menyatakan bahwa harga hanya berubah sebagai re-aksi atas adanya informasi baru dan karena informasi tersebutdapat berpengaruh positif atau negatif terhadap harga saham,maka perubahan harga saham harian dapat diharapkan akanmengikuti pola yang acak. Oleh karena itu banyak kajiantelah dilakukan untuk menguji atau mengukur korelasi hasilkeuntungan surat berharga selama beberapa periode.

Ada satu hal yang penting disini, jika harga saham meng-ikuti pola yang acak maka pola keuntungan/hasil pengem-balian saham tidak akan konsisten. Kajian lain telah me-nunjukkan bahwa analisis teknikal tidak memberikan hasilpengembalian yang mencengangkan dibandingkan strategiyang sederhana. Dengan demikian dapat disimpulkan bah-wa terdapat bukti yang kuat bahwa ada analis pasar yangberhasil secara sensasional dengan menggunakan data trenmasa lalu untuk memprediksi kenaikan atau penurunan hargasaham di masa datang, tetapi kesalahan yang spektakulerjuga bisa terjadi dengan cara semacam ini. Dengan kata laintidak mungkin mendapatkan keuntungan abnormal secarakonsisten hanya dengan memperhatikan harga saham masa

Page 130: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

130 Hipotesis Pasar Efisien

lalu.Hipotesis kedua adalah pasar efisien bentuk setengah kuat,

dimana harga saham dalam bentuk ini mencerminkan peru-bahan harga saham masa lalu dan informasi lain yang telahdipublikasikan (other publicly available information). Jikaini terjadi maka tidak ada manfaatnya menggunakan datalaporan keuangan tahunan untuk memprediksi harga saham,karena informasi ini telah tercermin dalam harga saham saatini sebelum kita bereaksi. Dalam pasar yang efisien sempur-na maka harga saham akan mencerminkan semua informasisecara instant. Sebagai contoh satu perusahaan komputermengumumkan penemuan baru dibidang microchip yang le-bih sempurna dan dapat diproduksi dengan biaya yang lebihmurah dari microchip saat ini, informasi ini dengan segeramengakibatkan harga saham akan naik. Sudah banyak kajiandilakukan untuk menguji pengaruh satu informasi penting ter-hadap harga saham yang sering disebut dengan event studies.

Kajian-kajian ini telah menganalisis misalnya pengaruhpemecahan saham (stock split), kenaikan pembayaran dividen,kenaikan laba perusahaan, merger, investasi baru, dan emisisaham baru. Bentuk pengujian yang lain terhadap pasar efisi-en bentuk setengah kuat adalah menguji apakah analis danmanajer portofolio dapat memperoleh keuntungan abnormal.Dalam pasar yang efisien sempurna tak seorangpun dapatmemperoleh keuntungan abnormal secara konsisten (no onewill be able to consistently beat the market). Beberapa kajiantelah dilakukan untuk menguji bentuk kedua ini seperti yangdilakukan oleh Michael Jensen (Sartono, 1996, hlm. xxiii).Terdapat banyak bukti kuat yang mendukung konsep ben-tuk setengah kuat. Analis dan manajer portofolio memiliki

Page 131: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

131

akses hanya pada informasi yang dipublikasikan. Ada yangmemperoleh keuntungan abnormal dan ada pula yang tidak,sehingga secara umum para analis dan manajer portofoliotidak mampu memperoleh keuntungan abnormal secara kon-sisten. Penelitian Ball dan Brown (Weston dan Copeland,1995, hlm. 109-110; Rodoni dan Yong, 2002, hlm. 80) me-nunjukkan bahwa laporan pendapatan tahunan tidak bergunalagi untuk memperoleh keuntungan abnormal. Ini merupakanbukti bahwa HPE bentuk setengah kuat adalah sahih.

Terakhir adalah hipotesis pasar efisien bentuk kuat. Da-lam pasar bentuk ini harga saham mencerminkan semua in-formasi, baik yang dipublikasikan maupun tidak. Jika initerjadi maka insider trading (para manajer, pemegang sahamutama) sekalipun tidak mungkin memperoleh keuntunganabnormal dengan informasi yang dimiliki. Namun demikianboleh dikatakan tidak ada bentuk efisien sempurna karenabanyak insider trading yang dalam kenyataannya memperolehkeuntungan abnormal dengan menggunakan informasi yangbelum dipublikasikan seperti misalnya adanya penawaran takeover dari perusahaan lain, kegagalan program research anddevelopment dan adanya rencana merger dengan perusahaanlain.

HPE memiliki implikasi yang sangat penting baik bagipemodal maupun manajer. Bagi pemodal konsep ini me-nyarankan bahwa strategi yang optimal adalah mencakuppemilihan tingkat risiko yang tepat, penciptaan portofolioyang sesuai dengan tingkat risiko yang diinginkan dan mi-nimisasi biaya transaksi. Sedangkan bagi manajer, konsepini menyarankan bahwa nilai perusahaan tidak ditentukanoleh transaksi pasar keuangan, karena jika transaksi di pasar

Page 132: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

132 Hipotesis Pasar Efisien

keuangan memiliki net present value (NPV) sama dengannol (Kamaruddin, 1996, hlm. 202), maka nilai perusahaanhanya dapat ditingkatkan melalui transaksi pasar barang. Se-bagai contoh IBM dan Apple Computer menjadi pemimpinperusahaan komputer karena mereka unggul dibidang desain,manufaktur, pemasaran serta servis dan tidak semata-mataditentukan oleh keputusan keuangan.

Implikasi yang lain adalah adanya proses penyesuaian har-ga saham sebagai akibat masuknya informasi baru. Apabilapublik mengetahui suatu informasi baru, maka hal ini akanmempengaruhi permintaan dan penawaran saham. Selanjut-nya pergeseran ini akan mempengaruhi keseimbangan hargasaham. Harga saham akan berfluktuasi sebelum mencapaikeseimbangan baru yang pada gilirannya juga berimplikasiterhadap analisis saham. Analis harus mempertimbangkandampak munculnya informasi baru yang berkaitan dengansurat-surat berharga di pasar. Selain itu, fenomena di atasjuga memberikan suatu pertanda kepada pemodal untuk me-manfaatkan kesempatan berinvestasi dalam opsi. Denganberinvestasi dalam opsi beli, maka pemodal dapat membata-si besarnya kerugian investasi, tetapi memiliki kesempatanuntuk memperoleh tingkat keuntungan yang tidak terbatas.

Page 133: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Hipotesis Pasar EfisienKarakteristik Harga SahamPencagaran NilaiBatas-batas Harga OpsiAndaian-andaianPersamaan Turunan UtamaKeseimbangan Opsi Jual dan Opsi BeliPenyelesaian Persamaan Turunan Utama

9 — Perumusan Model Harga Opsi

9.1 Hipotesis Pasar Efisien

Hipotesis pasar efisien merupakan topik kajian dalam teorikeuangan yang banyak diperdebatkan sejak digulirkan olehFama (1965). Silang pendapat ini dapat dilacak dalam ba-nyak kepustakaan.1 Wilayah perdebatan pada dasarnya hanyaberkisar seputar proses stokastik apa yang cocok untuk mene-rangkan hipotesis pasar efisien.

Secara umum, persaingan dalam pasar modal akan me-nyebabkan adanya pengaruh informasi baru terhadap nilaiintrinsik saham yang tercermin secara seketika (instantane-

1Lihat Fama (1969), Hagerman dan Richmond (1973), LeRoy (1989),Rutterford (1993), Weston dan Copeland (1995), Dimson dan Mussavian(2000), Beechey et. al. (2000), Mauboussin (2002), Rodoni dan Yong(2002), Damodaran (2005) dan Clarke et.al. (2005).

Page 134: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

134 Perumusan Model Harga Opsi

uously) pada harga sekarang. Efisiensi pasar terjadi jikaharga-harga mencerminkan seluruh informasi yang tersedia.Mengingat bahwa informasi baru bersifat tidak pasti, makapengaturan seketika mempunyai 2 akibat. Pertama, hargasekarang akan sering berubah selaras dengan perubahan in-formasi. Kedua, nilai-nilai intrinsik yang berturutan akanmenjadi saling bebas. Ini menunjukkan perubahan hargasaham secara berturutan juga saling bebas. Sebuah pasardengan ciri demikian merupakan pasar jalan acak.

Jalan acak (random walk) menyatakan bahwa tidak adaperbedaan antara distribusi hasil pengembalian bersyarat(conditional) dan tidak bersyarat (unconditional) pada struk-tur informasi tertentu. Jalan acak adalah kondisi yang jauhlebih kuat daripada fair game atau martinggil untuk hipotesispasar efisien. Perbedaan statistik antara fair game dan jalanacak adalah bahwa hipotesis jalan acak mensyaratkan bahwaseluruh penarikan diambil secara independen dari distribusiyang sama, sedangkan fair game tidak.

Seperti yang sudah dipahami dalam bab terdahulu padasaat membicarakan jalan acak, dalam konteks ini, jalan acakdipahami sebagai perubahan harga yang berturutan yangsaling bebas satu sama lain. Dengan kata lain, perubahanharga besok tidak dapat diramalkan dengan melihat perubah-an harga sekarang. Andaikan S adalah harga saham, makaSt+1 − St adalah saling bebas terhadap St − St−1. Tidak adatren dalam perubahan harga. Dengan cara yang sama sepertidalam jalan acak, maka penanda terbaik untuk harga sahambesok adalah harga sekarang.

Fama (1965, hlm. 77) menyatakan bahwa uji korelasi da-ta deret waktu yang dilakukan Cootner,Kendall, dan Moore

Page 135: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.2 Karakteristik Harga Saham 135

dalam penelitian yang dilakukan masing-masing secara terpi-sah menghasilkan perhitungan perubahan harga berturutanyang sangat mendekati 0. Sebagaimana yang sudah dipahamidalam bab 2, saat koefisien korelasi bernilai 0 menunjukk-an bahwa peubah-peubah yang bersangkutan tidak memilikikorelasi (tidak ada hubungan). Dengan kata lain, peubah-peubah tersebut saling bebas. Pada tahun yang sama dalamjurnal berbeda, Fama (1965) juga menelisik dengan hasil yangjuga mendukung model jalan acak ini.

Dengan demikian,

P(St+1|S1, S2, . . . , St) = P(St+1|St) (9.1)

Persamaan di atas juga merupakan sifat dari proses Markov.Selain itu, karena jalan acak juga memiliki sifat martinggil,maka dalam pasar yang efisien juga berlaku bahwa nilai harapharga mendatang hanya bergantung harga sekarang,

E(St+1|St, St−1, St−2, . . . , S1) = E(St+1|St) (9.2)

9.2 Karakteristik Harga Saham

Model perilakuUntuk mendapatkan gagasan bagaimana memodelkan per-

ilaku harga saham, di sini akan digunakan kias (analogi)deposito bank yang memberikan suku bunga bebas risiko. An-daikan bahwa S(0) adalah nilai sekarang dari uang sebanyakS(t) pada tahun yang akan datang. Bila suku bunga pertahun adalah r, maka bunga yang dapat diperoleh dari S(0)

adalah r S(0). Setelah masa penyimpanan 1 tahun, maka

Page 136: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

136 Perumusan Model Harga Opsi

jumlah uang akan menjadi

S(0) + S(0) r = S(0) (1 + r).

Karena S(t) adalah nilai uang S(0) pada t tahun mendatang,maka

S(1) = S(0) (1 + r) . (9.3)

Setelah 2 tahun masa penyimpanan, jumlah uang akan men-jadi

S(2) = S(1)+r S(1) = S(1) (1 + r) = S(0) (1 + r)2 . (9.4)

Dengan cara yang sama, jumlah uang setelah 3 tahun masapenyimpanan akan menjadi

S(3) = S(0) (1 + r)3 .

Pada akhirnya, hasil dari perampatan persamaan suku bungaini setelah masa penyimpanan t tahun ialah

S(t) = S(0) (1 + r)t . (9.5)

Ada banyak pilihan tenggang waktu untuk melakukanpenghitungan suku bunga. Suku bunga dapat dihitung ha-rian, pekanan, bulanan, kuartalan (4 bulanan), semesteran(6 bulanan) atau 1 tahun sekali. Dalam praktik sehari-hari,biasanya penghitungan suku bunga dilakukan lebih dari 1 kalidalam 1 periode atau 1 tahun. Jika panjang periode adalah t,maka setiap kali bank melakukan penghitungan suku bunga,

Page 137: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.2 Karakteristik Harga Saham 137

besar suku bunga yang diterima adalah rm, dengan m menya-

takan kekerapan penghitungan bunga dalam 1 periode. Maka,nilai kemudian (future value) S(t), yaitu

S(t) = S(0)(

1 +r

m

)tm(9.6)

Bila kekerapan perhitungan bunga mendekati tak hingga makadapat dilakukan limit terhadap persamaan di atas,

S(t) = limm→∞

S(0)(

1 +r

m

)tm= S(0)

[limm→∞

(1 +

r

m

)mr

]rt= S(0)

[limu→0

(1 + u)1u

]rt= S(0) ert. (9.7)

Persamaan ini dikenal sebagai persamaan bunga majemukberlanjut (continuous compounding interest), yaitu bungamajemuk yang memiliki periode tak terhingga dalam setahunatau bunga mejemuk yang dibungakan sesering mungkin.

Suku bunga deposito ini merupakan suku bunga bebasrisiko karena setiap pemodal yang menanamkan uangnya kedalam deposito tidak akan menanggung risiko. Artinya, bisadipastikan bahwa pemodal akan selalu menerima pendapatanatau pengembalian sebesar bunga yang berlaku dalam setiapperiode. Ini merupakan petunjuk bahwa proses bunga maje-muk berlanjut merupakan deterministik (pengertian ini dapatdilihat kembali di bab 2 §3).

Dalam konteks saham, jika seorang pemodal membeli sa-ham, pemodal tersebut berharap akan memperoleh dividen

Page 138: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

138 Perumusan Model Harga Opsi

dari perusahaan dan atau laba modal bila saham tersebutdijual. Besar kecilnya dividen sangat bergantung pada besarkecilnya laba perusahaan dan dividen payout ratio (bagianlaba perusahaan yang akan dibagikan dalam bentuk dividen).Sedangkan ancaman kerugian yang mungkin diderita pemodaladalah rugi modal apabila ternyata harga jual saham lebih ren-dah dibanding harga belinya. Ini merupakan petunjuk bahwaada ketidakpastian pengembalian dalam investasi saham. Ke-tidakpastian ini menyebabkan pemodal menginginkan adanyatingkat keuntungan yang cukup sebagai kompensasi dari keti-dakpastian tersebut. Kompensasi ini dikenal sebagai tingkatpengembalian yang diharapkan (disyaratkan). Dengan demi-kian, tingkat pengembalian ini merupakan laju pertumbuhandalam investasi saham.

Laju pertumbuhan yang disyaratkan ini dapat dipandangseperti bunga dalam deposito. Oleh karenanya, jika S meru-pakan harga saham, maka laju pertumbuhan µ terhadap Sadalah µS. Dengan demikian, dalam rentang waktu sempit∆t, laju pertumbuhan dari S adalah µS∆t. Jika tidak adaancaman kerugian, maka

dS(t) = µS(0)dt

dS(t)

S(0)= µdt (9.8)

sehingga

S(t) = S(0)eµt (9.9)

dengan S(0) merupakan harga saham pada saat awal. Per-samaan ini menunjukkan bahwa ketika tidak ada ancaman

Page 139: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.2 Karakteristik Harga Saham 139

kerugian, investasi dalam saham akan tumbuh seperti inves-tasi dalam deposito. Dengan kata lain, harga saham identikdengan bunga deposito.

Gambar 9.1: Grafik pergerakan harga untuk beberapa sahamperiode Januari 2004 – Juni 2005: (a) saham Telkom; (b)saham Astra International; (c) saham Astra Graphia; dan(d) saham Astra Otoparts. Sumber data: Pusat Data PasarModal Fakultas Ekonomi UGM

Namun demikian, harga saham di pasar modal terben-tuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran. Adanyainformasi-informasi baru yang hadir secara acak dan cepat se-perti pembayaran dividen, laba perusahaan, penjualan sahambaru atau pemecahan saham, akan menyebabkan harga sahamnaik turun. Pada gilirannya, hadirnya informasi-informasi

Page 140: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

140 Perumusan Model Harga Opsi

tersebut menyebabkan harga saham memiliki fluktuasi per-gerakan harga yang disebut kemeruapan (volatilitas). Dalamtinjauan hipotesis pasar efisien yang sudah dibahas di muka,pergerakan harga saham mengikuti proses stokastik. Sehingga,harga saham bukan hanya dapat digambarkan seperti depo-sito yang deterministik saja, namun juga sebagai aset yanglekat dengan gangguan fluktuasi stokastik. Karena itu, peru-bahan harga dS dalam rentang waktu sempit dt seharusnyaterdiri dari 2 sumbangan, yaitu sumbangan deterministik dansumbangan stokastik.

Sumbangan deterministik ditunjukkan oleh persamaan(9.9) yang juga sepadan dengan persamaan (9.7), hanya sajatetapan r diganti dengan tetapan µ yang menyatakan lajupertumbuhan.

Sumbangan kedua memodelkan perilaku stokastik daripergerakan harga. Disini akan ditinjau bahwa dalam pan-dangan seorang pemodal, hasil pengembalian pada saat hargasaham Rp 3.000 atau Rp 5.000 adalah sama-sama tidak pasti.Ketidakpastian hasil pengembalian (return) ini dapat dilihatdalam gambar 9.2. Oleh karena itu, perlu adanya parameteryang menyatakan ketidakpastian ini. Parameter ini bisa di-pandang sebagai ukuran seberapa besar terjadinya perubahanhasil pengembalian yang berakibat langsung pada perilakuharga saham. Maka, ketidakpastian hasil pengembalian sebe-narnya merupakan variansi dari harga saham itu sendiri ataubesarnya fluktuasi harga saham, dan dilambangkan denganσ2. Dengan demikian, σ2∆t merupakan variansi harga sahamdalam waktu ∆t, sehingga σ2S2∆t merupakan variansi hargasaham S selama ∆t. Karenanya, variansi seketika (instan)dari harga saham adalah σ2S2.

Page 141: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.2 Karakteristik Harga Saham 141

Gambar 9.2: Grafik fluktuasi return untuk beberapa sahamperiode Januari 2004 – Juni 2005: (a) saham Telkom; (b)saham Astra International; (c) saham Astra Graphia; dan(d) saham Astra Otoparts. Sumber data: Pusat Data PasarModal Fakultas Ekonomi UGM

Argumen-argumen ini menunjukkan bahwa S dapat diwa-kili dengan proses Itô yang mempunyai laju pertumbuhan µSdan variansi seketika σ2S2. Ini dapat ditulis sebagai

dS = µS (t) dt+ σS (t) dB, (S(0) > 0 (9.10)

atau

dS

S= µ dt+ σ dB. (9.11)

Page 142: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

142 Perumusan Model Harga Opsi

Model perilaku harga saham yang telah dibangun dalampersamaan di atas serupa dengan persamaan gerak Browngeometrik. Bentuk waktu tercacahnya adalah

∆S

S= µ∆t+ σε

√δt. (9.12)

Peubah ∆S merupakan perubahan harga saham S dalamrentang waktu sempit ∆t, dan ε merupakan sampel acak daridistribusi normal baku, yakni distribusi normal dengan rerata0 dan simpangan baku 1. Parameter µ merupakan harapanpengembalian (laju pertumbuhan) dari saham tiap satuanwaktu dan parameter σ adalah kemeruapan (volatilitas) hargasaham. Kedua parameter ini, yakni µ dan σ diandaikan tetap.

Ruas kiri dalam persamaan (9.12) merupakan hasil pe-ngembalian sepadan yang diberikan oleh saham dalam rentangwaktu sempit ∆t. Suku µ∆t adalah nilai harap untuk pengem-balian ini, sedangkan suku σε

√δt adalah komponen stokastik

untuk pengembalian. Variansi komponen stokastik adalahσ2∆t.

Persamaan (9.12) juga menunjukkan bahwa ∆S/S terdis-tribusi normal dengan rerata µ∆t dan simpangan baku σ

√∆t.

Dengan kata lain

∆S

S∼ φ

(µ∆t, σ

√∆t)

(9.13)

dengan φ(m, s) melambangkan distribusi normal dengan rera-ta m dan simpangan baku s.

Gerak Brown geometrikGerak Brown geometrik merupakan kejadian khusus dari

Page 143: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.2 Karakteristik Harga Saham 143

proses Itô yang disajikan dalam persamaan dibawah ini

dX = a (X, t) dt+ b (X, t) dB, (9.14)

dimana dB merupakan proses Wiener atau gerak Brown sertaa dan b merupakan fungsi terhadap X dan t. Peubah X

mempunyai laju pertumbuhan a dan variansi b2. Lemma Itômenunjukkan bahwa fungsi G dalam X dan t menjalani proses

dG =

(∂G

∂Xa+

∂G

∂t+

1

2

∂2G

∂X2b2

)dt+

∂G

∂Xb dB (9.15)

dengan dB merupakan proses Wiener yang sama dalam per-samaan sebelumnya. Karena itu G juga memenuhi proses Itôsehingga mempunyai laju pertumbuhan

∂G

∂Xa+

∂G

∂t+

1

2

∂2G

∂X2b2 (9.16)

dan variansi(∂G

∂X

)2

b2. (9.17)

Lemma Itô ini menunjukkan bahwa persamaan (9.10) da-pat dibangun seperti bentuk persamaan (9.15) dengan fungsiG dalam S dan t yang dapat ditunjukkan dalam persamaanberikut

dG =

(∂G

∂SµS +

∂G

∂t+

1

2

∂2G

∂S2σ2S2

)dt+

∂G

∂SσS dB. (9.18)

Sementara itu, persamaan (9.11) secara jelas menyata-

Page 144: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

144 Perumusan Model Harga Opsi

kan bahwa peubah yang sesuai bukanlah perubahan absolutdS = S(t + dt) − S(t), melainkan hasil pengembalian dS/Sdalam rentang waktu dt. Dari sisi keuangan ini sangat wajar.Perubahan absolut dS =Rp 100 dalam waktu dt adalah jauhlebih bernilai meskipun untuk modal awal yang hanya senilaiS(t) =Rp 1.000 daripada modal awal senilai S(t) = Rp10.000

tetapi tidak mengalami perkembangan sedikitpun. Hasil pe-ngembalian dS/S secara jelas menyatakan perbedaan ini. Halini dapat dirujuk dalam konsep nilai waktu dari uang (timevalue of money) yang secara sederhana menyatakan bahwasatu rupiah yang dipegang sekarang jauh lebih bernilai dari-pada satu rupiah yang dipegang dimasa datang, sebab saturupiah dimasa sekarang dapat diinvestasikan dan memberikanhasil pengembalian.

Tafsir (interpretasi) dS/S sebagai peubah yang sesuaimenyarankan bahwa persamaan (9.11) sebaiknya ditulis ulangdalam bentuk lnS(t). Dengan menyatakan

G = lnS (9.19)

akan menghasilkan

∂G

∂S=

1

S,

∂2G

∂S2= − 1

S2,

∂G

∂t= 0 (9.20)

dan jika dimasukkan ke dalam persamaan (9.18) memberikanhasil akhir

dG =

(µ− σ2

2

)dt+ σdB. (9.21)

Nilai µ dan σ merupakan tetapan sehingga G merupakan pro-

Page 145: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.2 Karakteristik Harga Saham 145

ses Wiener yang mempunyai laju pertumbuhan tetap µ− σ2

2

dan variansi tetap σ2. Berdasarkan pembahasan pada anakbab sebelum ini, hal ini menandakan bahwa perubahan dalamG antara waktu sekarang t dan waktu kemudian T , terdistri-busi normal dengan rerata

E (dG) =

(µ− σ2

2

)dt (9.22)

dan variansi

Var (dG) = σ2dt. (9.23)

Nilai G pada saat t adalah lnS dan nilainya pada saat Tadalah lnS(T ), dengan S(T ) merupakan harga saham padasaat T . Sehingga perubahannya selama rentang waktu T − tialah

lnS(T )− lnS.

Perubahan ini serupa dengan persamaan (9.13) yaitu

(lnS(T )− lnS) ∼ φ

((µ− σ2

2

)(T − t) , σ

√T − t

). (9.24)

Sifat log-normalSebuah peubah mempunyai distribusi log-normal jika lo-

garitma natural dari peubah terdistribusi normal. Persamaan(9.24) menunjukkan bahwa logaritma natural dari perubah-an harga saham (return) mempunyai distribusi normal. Inidapat ditunjukkan dalam gambar 9.3. Dengan demikian apa-bila return saham terdistribusi normal, maka harga saham

Page 146: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

146 Perumusan Model Harga Opsi

mempunyai distribusi log-normal.

Andaian sifat distribusi log-normal untuk harga sahammerupakan sifat yang baik. Sifat ini sesuai untuk harga sa-ham, sebab seandainya harga saham diandaikan berdistribusinormal maka harga saham dapat bernilai negatif. Denganmemiliki distribusi log-normal, maka nilai harga saham dapatberapapun namun tetap dalam kisaran 0 sampai tak terhinggadan tidak negatif.

Gambar 9.3: Histogram data return dan kurva normal untukbeberapa saham periode Januari 2004 – Juni 2005: (a) sahamTelkom; (b) saham Astra International; (c) saham AstraGraphia; dan (d) saham Astra Otoparts. Sumber data: PusatData Pasar Modal Fakultas Ekonomi UGM

Page 147: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.3 Pencagaran Nilai 147

9.3 Pencagaran Nilai

Gerak Brown geometrik yang menjadi model perilaku hargasaham di atas menyuguhkan 2 parameter, µ dan σ. Parameterpertama menerangkan tingkat pengembalian yang diharapkan,sedangkan parameter kedua menjelaskan fluktuasi harga. Jikafluktuasi besar, saham akan sangat meruap (volatil, volatile)sehingga investasi menjadi sangat berisiko.

Risiko (risk) adalah tingkat kemungkinan terjadinya kerugi-an yang harus ditanggung dalam investasi. Dengan demikian,pengertian risiko digunakan dalam arti ketidakpastian dandihubungkan dengan fluktuasi tingkat pengembalian. Misal-nya, obligasi pemerintah sebesar Rp 18 juta yang menjaminpemegangnya akan memperoleh bunga sebesar Rp 200 ribusetelah 30 hari dikatakan tidak memiliki risiko karena tidakada fluktuasi pengembalian. Sementara investasi sebesar Rp18 juta dalam saham biasa suatu perusahaan, dimana parapemegang saham dengan periode yang sama akan memperolehhasil berkisar antara Rp 0 - 400 ribu adalah sangat berisikokarena tingkat fluktuasi yang tinggi. Boleh jadi pemodal akanmendapat pengembalian Rp 400 ribu, tetapi sangat mungkinpula jika pemodal tidak mendapat apapun.

Andaian penting dalam pembicaraan risiko dan tingkatpengembalian yang diharapkan ini adalah setiap pemodalbersikap rasional dan tidak menyukai risiko (risk averter).Sikap tidak menyukai risiko ini tercermin dari sikap pemodalyang akan meminta tambahan keuntungan yang lebih besaruntuk setiap kenaikan tingkat risiko yang dihadapi.

Dalam hal hubungan risiko dan surat berharga, ada 2macam risiko yang melekat pada setiap surat berharga, yaitu

Page 148: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

148 Perumusan Model Harga Opsi

risiko sistematik (systematic risk, ada juga yang menyebutunique risk) dan risiko tidak sistematik (unsystematic risk).Risiko sistematik adalah risiko yang terjadi karena faktor per-ubahan pasar secara keseluruhan, seperti misalnya perubahantingkat suku bunga yang mengakibatkan meningkatnya tingkatkeuntungan yang disyaratkan atas surat berharga secara kese-luruhan, inflasi, resesi ekonomi, perubahan kebijakan ekonomisecara menyeluruh dan perubahan tingkat harapan pemodalterhadap perkembangan ekonomi. Risiko kedua, risiko tidaksistematik, yaitu risiko yang terjadi karena karakteristik per-usahaan atau lembaga keuangan yang mengeluarkan suratberharga itu sendiri. Karakteristik itu misalnya mencakupkemampuan manajemen, kondisi dan lingkungan kerja sertakebijakan investasi. Oleh karenanya, risiko ini berbeda satusama lain sehingga setiap surat berharga juga memiliki tingkatkepekaan yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Se-bagai contoh, kepekaan surat berharga yang dikeluarkan olehperusahaan sektor agrokompleks akan berbeda dengan suratberharga yang dikeluarkan perusahaan sektor telekomunikasi.

Seorang pemodal yang hati-hati senantiasa ingin meng-hindari risiko dan melindungi investasinya dari kemungkinankerugian. Untuk mencapai tujuan ini, pemodal dapat ber-investasi dengan tidak hanya pada satu surat berharga sajatetapi pada beberapa surat berharga yang berbeda sekaligusdalam satu portofolio.2 Misal, pemodal memiliki portofolioyang terdiri dari saham perusahaan sektor agrokompleksdan perusahaan sektor telekomunikasi. Penanaman investasipada berbagai macam surat berharga semacam ini disebut

2Portofolio merupakan kumpulan surat berharga

Page 149: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.3 Pencagaran Nilai 149

juga dengan diversifikasi (diversification, penganekaragaman).Gagasan dasar dari penganekaragaman adalah penurunantingkat pengembalian salah satu surat berharga akan ditutupoleh tingkat pengembalian surat berharga yang lain. Hal inijuga dapat dibaca dalam ungkapan klasik, don’t put all youreggs in one basket (jangan letakkan seluruh telurmu dalamkeranjang).

Namun, cara penganekaragaman ini hanya mungkin un-tuk menyelesaikan risiko tak sistematik dan tidak bisa untukmengatasi risiko sistematik sehingga cara ini masih menyisak-an risiko sistematik yang diakibatkan oleh faktor pasar secarakeseluruhan.

Untuk menanggulangi risiko sistematik ini, ada sebuahcara yang dikenal sebagai pencagaran nilai atau hedging (da-pat juga diterjermahkan sebagai cegah risiko atau lindungnilai). Pencagaran nilai merupakan cara atau teknik untukmenghindari risiko yang timbul akibat adanya fluktuasi hargadi pasar dalam kaitannya dengan transaksi jual beli komodi-tas, surat berharga, atau valuta. Misalnya, dalam perjanjianpinjam-meminjam dalam bentuk valuta asing diperjanjikanbahwa pembayaran kembali dilakukan dengan kurs yang dise-pakati. Apabila ternyata nilai kurs berubah pada saat haripengembalian pinjaman, pembayaran tetap dilakukan dneganmenggunakan kurs yang telah diperjanjikan.

Dengan demikian, teknik pencagaran nilai ini memung-kinkan seorang pemodal untuk menyusun sebuah portofolioyang bebas risiko secara sempurna. Pada umumnya instrumenkeuangan yang dapat digunakan untuk pencagaran nilai ada-lah instrumen derivatif. Pada titik inilah opsi sebagai salahsatu derivatif memainkan peran penting dalam manajemen

Page 150: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

150 Perumusan Model Harga Opsi

investasi.

9.4 Batas-batas Harga Opsi

Dalam takrif opsi yang telah diberikan dalam bab 6, suatuopsi mengandung unsur-unsur pembentuk yaitu harga laksanaK, waktu jatuh tempo pelaksanaan T , harga surat berhargaacuan S dan harga opsi itu sendiri (premi) O. Selanjutnya,karena berdasarkan haknya opsi dibagi menjadi 2, yaitu opsibeli dan opsi jual, maka secara khusus harga opsi beli dilam-bangkan dengan C dan harga opsi jual dilambangkan denganP .

Sebagaimana telah diterangkan juga dalam bab yang sama,opsi merupakan instrumen derivatif sehingga sangat bergan-tung pada surat berharga acuan. Maka harga opsi atas sahamharuslah merupakan fungsi dari nilai sekarang S dan waktu t,dapat ditulis O = O(S, t). Kemudian, harga opsi ini bergan-tung pada parameter-parameter K dan T . Pada waktu jatuhtempo T , harga opsi menjadi O = O(S, T ).

Sekarang, ditinjau suatu opsi merupakan opsi beli. Padasaat S(T ) < K, pemegang opsi beli tidak akan melaksanakanopsinya karena bisa mendapatkan harga yang lebih murah dipasar. Karenanya, pada saat jatuh tempo harga dari opsi beliadalah

C(S, T ) = 0. (9.25)

Sebaliknya ketika S(T ) > K, bagaimanapun lebih mengun-tungkan bagi pemegang opsi beli untuk melaksanakan opsinya.Dengan membayar sejumlah K, pemegang opsi akan meneri-

Page 151: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.4 Batas-batas Harga Opsi 151

ma harga saham acuan S(T ) yang memberinya keuntungansebesar S(T )−K jika dibandingkan dengan membeli di pasar.Dengan kata lain, penulis opsi beli membutuhkan setidaknyaC(S, T ) = S(T )−K karena harus membeli saham acuan sehar-ga S(T ) di pasar dan hanya menerima pembayaran sejumlahK. Oleh karena itu, harga opsi yang wajar adalah

C(S, T ) = S(T )−K. (9.26)

Dengan melihat kejadian pada saat S(T ) < 0 dimanaC(S, T ) = 0 dan S(T ) > K dimana C(S, T ) = S(T ) − K

secara bersama-sama, maka harga dari opsi beli pada saatjatuh tempo (t = T ), disebut juga payoff, pasti memenuhi

C(S, T ) = max (S(T )−K, 0) . (9.27)

Sekarang akan ditinjau untuk opsi jual. Pemegang opsijual hanya akan menggunakan haknya jika dipandang mengun-tungkan yaitu bila dapat menjual saham acuan dengan hargayang lebih mahal dibandingkan jika menjual saham acuan kepasar. Hal ini akan terpenuhi apabila K > S(T ). Pada saatjatuh tempo ini pemegang opsi jual menerima keuntungansebesar K − S(T ), sehingga harga opsi jual pada saat jatuhtempo adalah

P (S, T ) = K − S(T ). (9.28)

Sebaliknya, apabila K < S(T ), maka dipastikan pemegangopsi jual lebih memilih untuk membiarkan opsinya kadaluarsadan menjual saham acuan ke pasar. Pada saat jatuh tempo

Page 152: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

152 Perumusan Model Harga Opsi

yang demikian, harga opsi jual adalah 0,

P (S, T ) = 0. (9.29)

Penjelasan ini menyimpulkan bahwa harga opsi jual pada saatjatuh tempo (t = T ) adalah

P (S, T ) = max (K − S(T ), 0) . (9.30)

Uraian tentang harga-harga batas dari opsi beli dan opsijual di atas yang terangkum dalam persamaan (9.27) dan(9.30) pada akhirnya mengerucut pada sebuah pertanyaan,yaitu berapa harga opsi yang wajar atau adil ketika penanda-tanganan kontrak (t < T ) dilangsungkan dimana pada saatitu penulis opsi memberikan hak kepada pemegang opsi untukmenjual atau membeli saham acuan dengan harga laksana Kpada saat jatuh tempo (t = T ).

9.5 Andaian-andaian

Untuk menyusun model tentang penentuan harga opsi se-bagai jawaban atas pertanyaan di atas diperlukan adanyaandaian-andaian. Andaian-andaian ini dimaksudkan untuklebih menyederhanakan permasalahan sehingga model penen-tuan harga opsi mudah untuk dibangun.

Andaian 9.1. Pasar memenuhi hipotesis pasar efisien.

Ini mengimplikasikan bahwa semua informasi yang dibutuhk-an tersedia dan tercermin pada harga sekarang. Informasi-informasi ini pada gilirannya akan ’menggempur’ harga saham

Page 153: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.5 Andaian-andaian 153

dari berbagai sektor. Gempuran informasi yang datang se-cara tidak pasti menyebabkan ada ’perilaku khusus’ dalampergerakan harga saham.

Andaian 9.2. Pergerakan harga saham mengikuti pola acak.

Andaian ini menafikan para analis teknikal yang percayabahwa pergerakan harga saham mempunyai pola-pola tertentusehigga bisa diramalkan perubahan yang bagaimana yangkira-kira akan terjadi mendatang. Andaian ini secara tidaklangsung merupakan turunan dari andaian pertama.

Andaian 9.3. Tidak ada risiko kredit yang ada hanya risikopasar.

Risiko kredit merupakan risiko yang timbul dalam hal pihakdebitur gagal memenuhi kewajiban untuk membayar angsuranpokok ataupun bunga sebagaimana telah disepakati dalamperjanjian kredit. Di sini diandaikan bahwa emiten3 tidakmemiliki risiko kredit sehingga harga opsi dan saham hanyadipengaruhi oleh fluktuasi pasar dari surat berharga acuan.

Andaian 9.4. Pasar bebas dari arbitrasi.4

Arbitrasi merupakan pemerolehan keuntungan dengan pembe-lian surat berharga, mata uang, atau komoditas pada hargayang rendah di suatu pasar dan seketika itu juga menjual padapasar yang lain dengan harga yang lebih tinggi. Arbitrasijuga dikenal sebagai free lunch dalam jargon keuangan.

3Perusahaan yang mengeluarkan saham.4Istilah arbitrasi (arbitrage) sama sekali berbeda dengan arbitrase

(arbitration). Arbitrase mempunyai makna penyelesaian perselisihan diluar pengadilan oleh pihak ketiga sebagai penengah (arbiter/arbitrator)yang ditunjuk oleh pihak yang berselisih.

Page 154: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

154 Perumusan Model Harga Opsi

Andaian 9.5. Suku bunga bebas risiko r dan kemeruapan(volatilitas) σ tetap dan dapat diketahui.

Suku bunga bebas risiko selalu berubah terhadap waktu. De-mikian pula volatilitas sebagai besaran yang menerangkanfluktuasi harga saham juga selalu berubah terhadap waktu.Dalam membangun model penentuan harga opsi ini, kedua-nya diandaikan tetap sehingga bisa lebih menyederhanakanmasalah.

Andaian 9.6. Opsi hanya dapat dilaksanakan pada saatjatuh tempo atau opsi Eropa.

Sebagaimana sudah disinggung, bahwa berdasarkan hak pe-laksanaannya, opsi dibagi menjadi 2 yaitu opsi yang bisadilaksanakan kapan saja selama masa kontrak opsi (opsi Ame-rika) dan opsi yang hanya bisa dilaksanakan ketika jatuhtempo saja (opsi Eropa). Dalam model yang akan dibangun,opsi yang diteliti adalah opsi Eropa.

Andaian 9.7. Surat berharga acuan (underlying asset) ada-lah saham yang tidak membayarkan dividen selama masakontrak opsi berlangsung.

Dengan tidak membayarkan dividen sampai masa jatuh tempo,maka pemodal akan lebih menyukai untuk bertransaksi opsi.

Andaian 9.8. Biaya transaksi (komisi untuk pialang) relatifkecil dan dapat diabaikan.

Setiap transaksi di pasar modal selalu melibatkan pialang.Transaksi opsi selalu nilainya lebih kecil dibanding transaksisaham. Sehingga biaya jasa pialang (biaya transaksi) untuktransaksi opsi juga selalu lebih kecil dibanding biaya jasapialang untuk transaksi saham.

Page 155: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.6 Persamaan Turunan Utama 155

9.6 Persamaan Turunan Utama

Andaian-andaian di atas akan digunakan untuk menurunkanpersamaan harga opsi. Dalam andaian 9.2 dinyatakan bahwapergerakan harga mengikuti pola acak. Andaian ini secaratidak langsung menyatakan bahwa persamaan (9.10) tentangpergerakan harga saham acuan yang mengikuti proses Wienerberlaku di sini. Persamaan (9.10) itu ialah

dS = µS (t) dt+ σS (t) dB.

Seperti telah dijelaskan di muka bahwa opsi merupakan suratberharga derivatif sehingga harga opsi O bergantung padasaham acuan S. Hal ini menunjukkan bahwa peubah harga opsiO pasti merupakan fungsi dalam S dan t. Akibat selanjutnya,persamaan (9.18) juga berlaku untuk O, atau dengan katalain harga opsi O juga memenuhi proses Itô. Persamaan inidapat ditulis sebagai

dO =

(∂O

∂SµS +

∂O

∂t+

1

2

∂2O

∂S2σ2S2

)dt+

∂O

∂SσS dB. (9.31)

Lambang dS dan dO merupakan perubahan O dan S da-lam rentang waktu sempit dt. Proses Wiener yang mendasariO dan S adalah sama. Dengan kata lain dB dalam persa-maan (9.10) dan (9.31) adalah sama. Hal ini menunjukkanbahwa dengan memilih portofolio yang terdiri dari sahamdan opsi dengan komposisi yang sesuai, proses Wiener dapatdilenyapkan dari persamaan.

Andaikan portofolio itu adalah komposisi dari satu opsibernilai O dan sejumlah ∆ (baca: delta) saham acuan dengan

Page 156: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

156 Perumusan Model Harga Opsi

nilai ∆ belum ditentukan. Nilai ∆ akan negatif jika sahamdijual dan akan positif jika saham dibeli. Andaikan nilaiportofolio itu adalah Φ, maka

Φ = O + ∆S. (9.32)

Pada rentang waktu dt tingkat pengembalian portofolio adalah

dΦ = dO + ∆ (dS) . (9.33)

Dengan mengganti dS dengan persamaan (9.10) dan dO de-ngan persamaan (9.31), persamaan di atas akan menjadi

dΦ =

(∂O

∂SµS +

∂O

∂t+

1

2

∂2O

∂S2σ2S2

)dt+

∂O

∂SσS dB

+∆ (µ S dt+ σ S dB) (9.34)

Karena pasar diandaikan bebas dari arbitrasi (andaian 9.4)dan biaya transaksi bisa diabaikan (andaian 9.8), maka ting-kat pengembalian portofolio ini harus sama dengan tingkatpengembalian setiap surat berharga bebas risiko. Dengankata lain, kedua andaian ini menegaskan bahwa tingkat pe-ngembalian portofolio merupakan deterministik. Akibatnya,suku stokastik (dB) dalam persamaan di atas harus lenyap.Ini hanya dapat diraih jika nilai ∆ = − ∂0

∂S, sehingga suku

yang tersisa dari persamaan di atas adalah

dΦ =

(∂O

∂t+

1

2

∂2O

∂S2σ2S2

)dt. (9.35)

Sementara itu, karena tingkat pengembalian portofolio samadengan surat berharga bebas risiko, maka nilai dari tingkat

Page 157: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.7 Keseimbangan Opsi Jual dan Opsi Beli 157

pengembalian portofolio dapat dituliskan sebagai

dΦ = rΦdt. (9.36)

dengan r merupakan suku bunga bebas risiko. PenggantiandΦ dengan persamaan (9.34) dan Φ dengan persamaan (9.32)untuk persamaan di atas akan menghasilkan(

∂O

∂t+

1

2

∂2O

∂S2σ2S2

)dt = r

(O − dO

dS

)dt

sehingga didapat

∂O

∂t+

1

2

∂2O

∂S2σ2S2 + rS

dO

dS− rO = 0. (9.37)

Persamaan ini merupakan persamaan turunan utama hargaopsi. Persamaan ini bebas dari parameter laju pertumbuhanµ dan sahih untuk setiap derivatif yang memenuhi andaian-andaian di atas, khususnya untuk opsi beli dan opsi jual.Perbedaan antara opsi beli dan jual hanya terletak padakondisi batas yang digunakan. Untuk opsi beli tipe Eropamempunyai kunci kondisi batas

O = max (S(T )−K, 0) ketika t = T (9.38)

dan kondisi batas untuk opsi jual tipe Eropa ialah

O = max (K − S(T ), 0) ketika t = T. (9.39)

9.7 Keseimbangan Opsi Jual dan Opsi BeliWeston dan Copeland (1995, hlm. 516) menyatakan semua

Page 158: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

158 Perumusan Model Harga Opsi

jenis kontrak keuangan (financial contract) pada dasarnya me-rupakan gabungan dari hanya 4 bentuk surat berharga, yaitu:saham, obligasi bebas risiko, opsi beli, opsi jual. Mengacu pa-da pendapat ini, maka pembelian selembar saham seharga Sdan satu opsi jual dengan harga laksana K akan memberikanhasil yang tepat sama dengan selembar obligasi seharga Bdan satu opsi beli dengan harga laksana K, sehingga berlakupersamaan berikut

S + P = B + C. (9.40)

Dengan demikian, jika portofolio pertama tersusun dari selem-bar saham dan opsi jual, maka portofolio ini mempunyai nilaiyang sama dengan portofolio kedua yang terdiri dari obligasibebas risiko dan opsi beli.

Sekarang akan ditinjau kasus berikut, dimana seorangpemodal memiliki kedua portofilo tersebut secara bersamaan.Diandaikan harga saham acuan di pasar sekarang adalah S,sedangkan nilai obligasi, opsi beli, opsi jual dan saham acuanadalah masing-masing K dengan tanggal jatuh tempo yangsama.

Pada saat jatuh tempo, dimana harga saham acuan dipasar lebih mahal daripada harga laksana, yaitu S > X, makaopsi beli akan sangat menguntungkan jika dilaksanakan sebabpemodal akan meraup keuntungan sebesar S−X. Sebaliknya,opsi jual tidak mungkin dilaksanakan sebab lebih mengun-tungkan untuk menjual saham di pasar dibanding ke penulisopsi, sehingga nilai opsi jual adalah nol. Keadaan ini dapat

Page 159: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.7 Keseimbangan Opsi Jual dan Opsi Beli 159

dilihat sebagai

B = S + P − CK = S + 0− (S −K) = K. (9.41)

Pada saat harga saham acuan sekarang di pasar samadengan harga laksana, yakni S = K, opsi beli dan opsi jualkeduanya tidak mempunyai pengaruh sedikitpun sehinggatidak menjadi masalah kedua opsi tersebut dilaksanakan atautidak. Pada keadaan ini, kedua opsi dikatakan bernilai 0,sehingga

B = S + P − CK = K + 0− 0 = K. (9.42)

Kemudian, jika harga saham acuan di pasar lebih murahdaripada harga laksana, yakni saat S < K, maka pemodaltetap bisa menjual sahamnya dengan harga yang lebih mahaldaripada harga pasar, yaitu sebesar K, sehingga pemodalakan meraih keuntungan sebesar K − S. Dengan demikian,pada saat seperti ini opsi jual akan dilaksanakan dan opsi belitidak mungkin dilaksanakan sebab pemodal bisa mendapatkanharga yang lebih murah di pasar sehingga nilai opsi beliadalah nol. Keadaan ini dengan sangat jelas tercermin dalampersamaan

B = S + P − CK = S + (K − S)− 0 = K. (9.43)

Dari ketiga keadaan di atas, apapun keadaan yang terjadisaat jatuh tempo, portofolio pemodal selalu mempunyai nilai

Page 160: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

160 Perumusan Model Harga Opsi

K, yakni sama dengan nilai obligasi bebas risiko. Dengan de-mikian hasil yang diperoleh dari portofolio adalah benar-benarbebas risiko, dan nilainya bisa didiskontokan pada tingkatsuku bunga bebas risiko. Disini, obligasi bebas risiko berartibahwa obligasi akan menghasilkan sebesar nilai nominalnyadalam keadaan apapun, sehingga dengan menggunakan pen-diskontoan majemuk berlanjut nilai sekarang obligasi adalah

B = Ke−r(T−t) (9.44)

Dengan demikian persamaan (9.40) dapat ditulis ulang de-ngan memasukkan persamaan (9.44) dan akan didapatkanpersamaan baru

S + P − C = Ke−r(T−t) (9.45)

atau

P = C − S +Ke−r(T−t). (9.46)

Persamaan terakhir ini dikenal sebagai persamaan keseim-bangan opsi jual dan opsi beli (put-cal parity). Persamaan inisangat penting karena begitu harga opsi beli dapat ditentuk-an maka pada saat itu pula harga opsi jual dapat dihitung.Hubungan ini memperlihatkan bahwa ada hubungan yanglestari antara harga dari opsi jual dan opsi beli dengan syaratmemiliki kesamaan dalam surat berharga acuan, tanggal jatuhtempo dan harga laksana.

Page 161: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.8 Penyelesaian Persamaan Turunan Utama 161

9.8 Penyelesaian Persamaan Turunan Uta-ma

Adanya hubungan keseimbangan opsi jual dan opsi beli mem-buat penyelesaian persamaan turunan utama menjadi lebihsederhana, penyelesaian tidak harus meninjau kedua jenisopsi beli dan jual secara serempak, tetapi penyelesaian dapatdilakukan dengan hanya meninjau salah satu jenis opsi saja.Kaitan keseimbangan opsi beli dan jual yang sederhana jugamenunjukkan bahwa urutan pemilihan jenis opsi dalam menye-lesaikan persamaan turunan utama tidak berpengaruh samasekali. Di sini akan ditinjau opsi beli. Harga opsi beli C(S, t)

merupakan penyelesaian persamaan (9.37) dengan menggantiharga opsi O dengan C sehingga persamaan turunan utamauntuk opsi beli adalah

∂C

∂t+

1

2(σS)2∂

2C

∂S2+ rS

∂C

∂S− rC = 0, (9.47)

yang mempunyai kondisi batas

C(S, T ) = max (S(T )−K, 0) ketika t = T. (9.48)

Untuk menyelesaikan persamaan di atas, maka harus dicariskala yang cocok sedemikian sehingga persamaan menjadi takberdimensi kemudian menyederhanakannya dengan permainan(manipulasi) peubah-peubah.

Sesuai dengan pembahasan pada bab sebelumnya tentangfaktor-faktor yang mempengaruhi harga opsi, pada waktujatuh tempo harga opsi bisa dikatakan hanya bergantungpada harga laksana dan harga saham acuan. Jadi, skala

Page 162: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

162 Perumusan Model Harga Opsi

untuk harga opsi dapat dipilih salah satu dari keduanya.Namun, struktur persamaan dari karakteristik harga sahammenyarankan bahwa lnS merupakan peubah yang lebih baikdaripada S sebab peubah lnS menghilangkan ketergantungankoefisien pada harga saham acuan. Dengan demikian, skalaharga opsi adalah harga laksana K. Sedangkan untuk waktudapat dipilih salah satu dari r, σ2, atau T . Di sini dipilihkemeruapan, tetapi pilihan ini menyarankan untuk menghapusT dengan meletakkan dan menyusun t dengan arah yangberlawanan, dimulai pada saat jatuh tempo. Transformasikondisi batas ini mengakibatkan waktu pada saat t = T

menjadi kondisi awal. Gagasan-gagasan ini tersaji dalamkaitan berikut:

C = Kf (x, τ) , S = Kex, t = T − τ

(σ2/2)(9.49)

Oleh karena itu, persamaan (9.47) dan (9.48) bisa dituliskembali sebagai

∂f

∂τ=∂2f

∂x2+ (λ− 1)

∂f

∂x− λf, λ =

2r

σ2(9.50)

dengan

τ = 0→ f(x, 0) = max (ex − 1, 0) . (9.51)

Persamaan ini telah menunjukkan bahwa harga opsi ha-nya bergantung pada satu parameter tunggal saja, yakni λ.Parameter-parameter yang lain telah diserap dalam transfor-masi peubah.

Bangun persamaan (9.50) menyerupai dengan bangun per-

Page 163: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.8 Penyelesaian Persamaan Turunan Utama 163

samaan difusi atau rambatan panas. Persamaan tersebutdapat menjadi persamaan difusi jika 2 suku yang memuat λpada ruas kanan dapat dilenyapkan. Mengingat gejala difusiadalah gejala yang tidak stabil dengan dugaan kemerosotansemacam eksponensial, maka untuk mencapai bangun persa-maan yang serupa dengan persamaan difusi dapat dilakukandengan jalan menyisipkan

f(x, τ) = exp(ax+ bτ) g(x, τ), a, b riil dan sebarang

(9.52)

ke dalam persamaan (9.50) dan didapat persamaan baru

∂g

∂τ=∂2g

∂x2+[2a+ (λ− 1)]

∂g

∂x+[a2 + (λ− 1) a− λ− b

]g.

(9.53)

Struktur persamaan baru ini sangat mudah untuk dijadikanpersamaan difusi dengan cara menghitung tetapan a dan bsedemikian hingga suku-suku yang memuatnya (di ruas kan-an) menjadi bernilai 0, kemudian juga dilakukan pengubahankondisi batas dari persamaan. Hasil perhitungan yang seder-hana menunjukkan bahwa suku-suku yang memuatnya akanmenjadi 0 jika a dan b mempunyai nilai

a := −12(λ− 1)

b := a2 + (λ− 1)a− λ = −14(λ+ 1)2 (9.54)

sehingga koefisien ∂g∂x

dan g lenyap, dan akhirnya didapatkan

Page 164: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

164 Perumusan Model Harga Opsi

persamaan difusi

∂g

∂τ=∂2g

∂x2(9.55)

yang kondisi batasnya ditunjukkan dalam persamaan berikut

τ = 0→ g(x, 0) = max(

exp[(λ+ 1)

x

2

]− exp

[(λ− 1)

x

2

], 0)

(9.56)

Persamaan difusi yang juga sering disebut persamaanrambatan panas merupakan persamaan yang sangat seringmuncul dan sudah umum dalam sains dan bidang keteknik-an (engineering). Dengan menggunakan metode standarduntuk penyelesaian persamaan rambatan panas atau difusi,penyelesaian persamaan ini adalah

g(x, τ) =1√4πτ

∫ +∞

−∞dy g(y, 0) exp

(− 1

4τ(x− y)2

). (9.57)

Integrasi dalam persamaan di atas dapat dipecah dalam 2rentang batas integrasi, yaitu −∞ ≤ y ≤ 0 dan 0 ≤ y ≤ +∞.Untuk rentang batas pertama, fungsi maksimum mempunyainilai negatif jika y < 0 dan bernilai 0 jika y = 0. Karenanya,pada rentang batas ini fungsi maksimum bernilai 0 sehinggadengan sendirinya nilai integrasi juga bernilai 0. Sedangkanuntuk rentang batas kedua, nilai fungsi maksimum bernilaipositif saat y > 0 dan bernilai 0 saat y = 0, sehingga nilaifungsi maksimum pada rentang ini adalah tidak nol. Dengandemikian, integrasi dalam persamaan (9.57) hanya menyisakanintegrasi dengan rentang batas 0 ≤ y ≤ +∞ dan fungsi g(y, 0)

Page 165: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.8 Penyelesaian Persamaan Turunan Utama 165

bernilai bukan nol, dapat ditulis

g(x, τ) =1√4τπ

∫ +∞

0

dy[exp

((λ+ 1)

y

2

)− exp

((λ− 1)

y

2

)]exp

(− 1

4τ(x− y)2

). (9.58)

Langkah yang perlu ditempuh untuk menyelesaikan per-samaan di atas hanya memerlukan sedikit kepiawaian dalampermainan peubah-peubah. Dengan menggunakan kaitansederhana ξ = (y−x)2

2τ, persamaan akan menjadi

g(x, τ) =1√4πτ

∫ +∞

− x√2τ

√2τdξ

[exp

(1

2

(x+ ξ

√2τ)

(λ+ 1)

)]exp

(−ξ

2

2

)=

1√2τ

∫ +∞

− x√2τ

dξ exp

[1

2

(x+ ξ

√2τ)

(λ+ 1)− ξ2

2

]− 1√

∫ +∞

− x√2τ

dξ exp

[1

2

(x+ ξ

√2τ)

(λ− 1)− ξ2

2

]= I1 − I2. (9.59)

Selanjutnya dengan kaitan η1 = ξ− (λ+1)√

2τ2

, η2 = ξ− (λ−1)√

2τ2

untuk lambang-lambang I1 dan I2 secara berurutan akan

Page 166: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

166 Perumusan Model Harga Opsi

menghasilkan

I1 = exp

[1

2(λ+ 1)x+

τ

4(λ+ 1)2

]1√2π

∫ +∞

− x√2τ− (λ+1)

√2τ

2

exp

(−1

2η1

2

)dη1

= exp

[1

2(λ+ 1)x+

τ

4(λ+ 1)2

]N (d1) (9.60)

dan

I2 = exp

[1

2(λ− 1)x+

τ

4(λ− 1)2

]1√2π

∫ +∞

− x√2τ− (λ−1)

√2τ

2

exp

(−1

2η2

2

)dη2

= exp

[1

2(λ− 1)x+

τ

4(λ− 1)2

]N (d2) (9.61)

dengan

d1 = x√2τ

+ 12

(λ+ 1)√

d2 = x√2τ

+ 12

(λ− 1)√

2τ(9.62)

dan

N (d) =1√2π

∫ d

−∞dη exp

(−η

2

2

). (9.63)

Fungsi N(d) adalah peluang bahwa peubah η yang mengambilnilai lebih kecil dari d teragih secara normal. Ini merupakanagihan peluang kumulatif untuk agihan Gaussan.

Dengan diketahuinya nilai I1 dan I2, maka persamaan

Page 167: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

9.8 Penyelesaian Persamaan Turunan Utama 167

g(x, τ) = I1 − I2 dapat dihitung yaitu

g(x, τ) = exp

[1

2(λ+ 1)x+

τ

4(λ+ 1)2

]N (d1)

− exp

[1

2(λ− 1)x+

τ

4(λ− 1)2

]N (d2) .

(9.64)

Pada akhirnya, persamaan harga opsi beli C dapat dihitungdengan menggunakan kaitan-kaitan dalam persamaan (9.49),(9.52) dan (9.54) serta λ = 2r

σ2 untuk mengembalikan peubah-peubah asal ke dalam bangun persamaan. Perhitungan inimenunjukkan bahwa harga untuk opsi beli C yaitu

C = K exp

[−1

2(λ− 1)x− 1

4(λ+ 1)2τ

]g(x, τ)

= K exp[x]N (d1)−K exp[−τλ]N (d2) (9.65)

Dengan demikian, harga opsi beli C(S, t) adalah

C(S, t) = SN (d1)−Ke−r(T−t)N (d2) (9.66)

dengan

d1 =x√2τ

+1

2(λ+ 1)

√2τ =

ln(SK

)+(r + σ2

2

)(T − t)

σ√

(T − t)(9.67)

Page 168: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

168 Perumusan Model Harga Opsi

dan

d2 =x√2τ

+1

2(λ− 1)

√2τ =

ln(SK

)+(r − σ2

2

)(T − t)

σ√

(T − t)= d1 − σ

√(T − t). (9.68)

Dengan selesainya perhitungan untuk opsi beli ini, persa-maan opsi jual dapat dihitung dengan mudah berdasarkankaitan keseimbangan opsi beli dan opsi jual

P (S, t) = C(S, t)− S +Ke−r(T−t).

Perhitungan ini menunjukkan bahwa persamaan untuk opsijual adalah

P (S, t) = −S [1−N (d1)]+Ke−r(T−t) [1−N (d2)] . (9.69)

Dalam persamaan (9.66), (9.67), (9.68) dan (9.69), lam-bang S,K, P dinyatakan dalam satuan mata uang. Lambangσ, r dapat dinyatakan dalam persen atau bilangan desimal.Dan parameter T − t dinyatakan dalam satuan waktu tahun.Artinya, jika diketahui masa jatuh tempo dalam bilangan hari,maka harus diubah dulu dalam orde tahun.

Page 169: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Volatilitas Saham AcuanKontrak OpsiSimulasi Kontrak OpsiMakna Harga OpsiSiasat Bermain OpsiSiasat Membendung RisikoSiasat Membangun Portofolio BebasRisiko

10 — Siasat Investasi

Model penentuan harga opsi yang tertera dalam persamaan(9.66) dan (9.69) memuat 5 parameter yaitu harga sahamacuan, harga laksana, suku bunga bebas risiko, waktu jatuhtempo dan volatilitas saham acuan. Empat parameter perta-ma dapat ditentukan dengan mudah berdasarkan informasiyang tersedia di pasar. Parameter harga laksana dan jatuhtempo merupakan parameter yang tertera dalam kontrak itusendiri. Suku bunga bebas risiko bisa didapatkan denganmudah, misalnya dari koran. Untuk Indonesia, suku bungabebas risiko mengacu pada suku bunga yang dikeluarkanoleh Bank Indonesia. Sedangkan parameter volatilitas sahamacuan harus ditentukan dengan cara tersendiri.

Page 170: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

170 Siasat Investasi

10.1 Volatilitas Saham AcuanVolatilitas saham acuan merupakan satu-satunya faktor yangnilainya tidak diketahui di dalam model penentuan hargaopsi. Pemain pasar dapat memperkirakan volatilitas dengan2 cara, yaitu volatilitas tersirat (implied volatility) atau vola-tilitas yang berdasarkan data perubahan harga saham harian(volatilitas historis, historis volatility).

Volatilitas tersiratDalam model penentuan harga opsi (9.66) dan (9.69) terlihatbahwa ada suatu jalinan ’tertentu’ antara volatilitas dan har-ga opsi. Ini memberikan petunjuk bahwa jika harga opsi telahdiketahui, maka volatilitas dapat dicari dengan model penen-tuan harga opsi tersebut. Volatilitas yang didapat dengancara ini disebut volatilitas tersirat.

Selanjutnya, volatilitas tersirat ini dapat digunakan se-bagai masukan dalam persamaan (9.66) dan (9.69) untukmenentukan harga opsi yang lain. Volatilitas tersirat dapatjuga digunakan sebagai perbandingan terhadap volatilitas his-toris. Perbandingan ini sangat berguna untuk menilai apakahsuatu opsi dapat disebut mahal atau murah. Misalnya, jikavolatilitas historis lebih tinggi dibandingkan volatilitas tersi-rat, maka harga opsi tersebut dapat dikatakan tidak mahal,sebab semakin besar fluktuasi saham acuan maka harga opsiseharusnya semakin tinggi.

Volatilitas historisCara kedua untuk menentukan volatilitas adalah dengan meng-hitung simpangan baku perubahan harga harian atau returnharian dari saham acuan. Ada perbedaan tentang jumlah

Page 171: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

10.1 Volatilitas Saham Acuan 171

hari yang sebaiknya digunakan untuk menghitung simpanganbaku harian. Hull (1989, hlm. 88-90) menyarankan untukmenggunakan data 90–180 hari yang lalu, sedangkan menurutFabozzi (2000, hlm. 492) cukup dengan data 10–100 hari saja.Karena volatilitas yang digunakan dalam persamaan meru-pakan volatilitas tahunan, maka simpangan baku tersebutharus dikalikan dengan akar kuadrat dari jumlah hari dalamsetahun,

simpangan baku ×√

jumlah hari dalam setahun. (10.1)

Jumlah hari yang digunakan dalam persamaan di atas punjuga berbeda-beda. Fabozzi (2000, hlm. 492) menyatakanumumnya jumlah yang digunakan adalah 250, 260 atau 365hari. Angka 250 dan 260 hari digunakan karena kedua angkatersebut mengacu pada jumlah hari perdagangan yang sebe-narnya bagi opsi-opsi tertentu. Untuk angka ini, Hull (1989,hlm. 90) hanya menyebut 250 hari saja. Sedangkan di Indo-nesia, jumlah hari perdagangan selama setahun berdasarkandata harian harga saham hanyalah 241 hari.

Adanya perbedaan dalam memilih jumlah hari ini menye-babkan seorang manajer keuangan harus mengambil keputus-an tersendiri tentang:

1. jumlah hari yang akan digunakan untuk menghitungsimpangan baku return harian saham acuan,

2. jumlah hari dalam satu tahun yang digunakan untukmengubah butir 1 menjadi volatilitas tahunan

Akibat adanya 2 pilihan di atas, perhitungan volatilitas histo-ris dapat memberikan nilai yang berbeda-beda.

Dalam perhitungan volatilitas historis ini, simpangan baku

Page 172: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

172 Siasat Investasi

dari s data return Ri diberikan oleh persamaan

s =

√√√√ 1

n− 1

n∑i=1

Ri2 − 1

n(n− 1)

(n∑i=1

Ri

)2

, (10.2)

dengan n adalah jumlah data harian yang digunakan. Berda-sarkan persamaan (9.24), simpangan baku dari data Ri adalahσ√τ , dengan τ merupakan 1 per jumlah hari perdagangan

dalam setahun. Karenanya, peubah s merupakan perkiraandari σ

√τ , sehingga

σ =s√τ. (10.3)

Penjelasan yang lebih lengkap tentang masalah ini dapatdilihat dalam pustaka (Hull, 1989).

10.2 Kontrak OpsiData harga saham Telkom pada tanggal 4 Mei 2005 adalah Rp.4300. Jika kontrak opsi beli atas saham Telkom tersebut untukjatuh tempo 3 bulan lagi harga laksananya Rp. 4000, makaakan muncul pertanyaan berapa harga opsi yang adil untukkontrak ini. Harga yang adil untuk kontrak opsi ini sangatberguna bagi pemodal. Bagi pemodal yang ingin menjualatau membeli kontrak opsi beli, model harga opsi memberikan’rambu atau patokan’ harga yang sepantasnya ketika kontrakopsi akan diterbitkan di pasar.

Dalam kasus di atas, andaikan suku bunga bebas risikoadalah 8% per tahun, maka untuk mencari harga opsi ha-rus dihitung volatilitasnya terlebih dahulu. Nilai s untuk

Page 173: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

10.3 Simulasi Kontrak Opsi 173

data harga saham Telkom selama 90 hari sebelum tanggal 4Mei 2005 adalah 0.0137. Dengan demikian data memberikanperkiraan volatilitas sebesar 0.0137

√250 = 0.2173 atau 22%

(pembulatan). Volatilitas ini merupakan volatilitas tahunanyang tetap (berdasarkan andaian 9.5).

10.3 Simulasi Kontrak Opsi

Dari pembahasan di atas, didapat parameter-parameter seba-gai berikut:

S = 4300, K = 4000, T = 120 hari,

r = 0.08, σ = 0.22.

Struktur persamaan dari model penentuan harga opsi (9.66)dan (9.69) menunjukkan bahwa model ini sangat mudah sekaliuntuk diubah dalam berbagai bahasa pemrograman. Mulaidari bahasa yang begitu masyhur di lingkungan sains danteknik seperti Matlab sampai perangkat lunak yang biasanyadigunakan di lingkungan akuntansi seperti Excel. Bahkan,persamaan tersebut juga memungkinkan untuk sebuah kalku-lator sekalipun.

Berdasarkan simulasi yang telah dibuat dan dengan meng-gunakan hasil keluaran dari simulasi tersebut akan didapatkangrafik yang disajikan oleh gambar 10.1.

Seluruh grafik yang tersaji dalam gambar 10.1 menunjukk-an kaitan antara harga opsi dengan 1 parameter saja dan 4paramater yang lain dianggap tetap. Grafik tersebut jugadapat dibaca sebagai pembuktian atas pengaruh faktor-faktoryang mempengaruhi harga opsi. Secara ringkas, dengan me-

Page 174: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

174 Siasat Investasi

Gambar 10.1: Grafik ini menunjukkan pengaruh masing-masing parameter dalam persamaan harga opsi terhadap har-ga opsi dengan mengandaikan parameter-parameter yang laintetap. Dalam grafik ini, harga opsi merupakan fungsi terha-dap: (a) harga saham acuan; (b) harga laksana; (c) volatilitas;(d) jatuh tempo; dan (e) suku bunga bebas risiko

Page 175: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

10.4 Makna Harga Opsi 175

lihat grafik tersebut pengaruh paramater-parameter dalampersamaan harga opsi dapat disajikan pula dalam tabel 10.1.

Tabel 10.1: Ringkasan faktor-faktor yang mempengaruhi har-ga opsi

Jika faktor meningkat maka...

Faktor Harga opsi beli Harga opsi jualHarga saham acuan Meningkat MenurunHarga laksana Menurun MeningkatJatuh tempo Meningkat MeningkatVolatilitas Meningkat MeningkatSuku bunga bebas risiko Meningkat Menurun

Dengan demikian, parameter-parameter yang terkandungdalam model persamaan (9.66) dan (9.69) menunjukkan pe-ngaruh yang serupa menurut pijakan teori keuangan.

10.4 Makna Harga OpsiPerhitungan terhadap kontrak opsi di atas berdasarkan persa-maan (9.66) dan (9.69) menunjukkan bahwa harga untuk opsibeli adalah Rp. 467,84 dan harga opsi jual adalah Rp. 64,00 .

Harga-harga tersebut merupakan harga yang adil (layak)berdasarkan model yang telah dibuat. Oleh karenanya, harga-harga ini berguna untuk menilai apakah suatu opsi yangdijual di pasar dapat disebut mahal atau tidak. Jika seorangpemodal menjual opsi beli atas saham Telkom dengan hargaRp. 500,00, maka berdasarkan hasil model, harga opsi tersebutadalah mahal. Pada gilirannya, jika ternyata kecenderungan

Page 176: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

176 Siasat Investasi

pemain pasar adalah menjual opsi beli atas saham Telkompada tingkat harga Rp. 500,00, maka seorang pemodal bisamempertimbangkan untuk juga ikut menjual opsi beli padatingkat harga Rp. 500,00. Sebaliknya jika harga opsi beli dipasar ternyata adalah Rp. 400,00, maka pemodal sebaiknyamelakukan pembelian opsi beli.

Hal yang sama juga berlaku untuk opsi jual. Andaikankecenderungan pemain pasar adalah menjual opsi jual padatingkat harga Rp. 80,00, maka sebaiknya pemodal mengambilkeputusan untuk ikut menjual opsi jual. Sebaliknya jika hargadi pasar hanya Rp. 50,00 maka keputusan yang sebaiknyadiambil ialah membeli opsi jual tersebut.

10.5 Siasat Bermain OpsiSetelah harga opsi diketahui, maka sekarang terhampar ber-agam pilihan dalam bermain opsi. Untuk permainan yangsederhana, setidaknya ada 4 pilihan sesuai dengan jenis opsiyang ada, pegang opsi beli, lepas opsi beli, pegang opsi jualdan lepas opsi jual. Siasat dengan hanya memilih 1 dari 4 po-sisi tersebut dikenal sebagai siasat terbuka (naked strategies).

Langkah terpenting sebelum mengambil keputusan dalamsiasat ini adalah mencermati sentimen pasar terhadap sahamacuan. Langkah ini begitu penting sebab siasat ini tidakmengenal perimbangan atas risiko dan hasil.

Untuk saham acuan yang harganya cenderung meningkat,maka pemain pasar bisa mempertimbangkan 2 pilihan: pegangopsi beli atau lepas opsi jual. Dengan memegang opsi beli,mengingat harga saham cenderung meningkat, ada harapanbesar bahwa ketika jatuh tempo harga saham acuan di pasar

Page 177: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

10.5 Siasat Bermain Opsi 177

lebih tinggi dibanding harga laksana, sehingga keuntungan-nya sebesar selisih harga pasar dan harga laksana, kemudiandipotong harga opsi. Karenanya, untuk saham acuan yangcenderung sangat meningkat, pilihan siasat ini merupakanpilihan yang rasional. Apalagi, ancaman kerugian hanyalahsebesar harga opsi.

Namun, jika kecenderungan naiknya harga saham acuantidak begitu berarti, pilihan yang rasional adalah menulis(menjual) opsi jual. Dalam siasat ini, jika ternyata padasaat jatuh tempo harga saham acuan melonjak tinggi, bisadipastikan pemegang opsi jual lebih menyukai untuk menjualsahamnya di pasar sebab memiliki harga yang lebih tinggi.

Sebaliknya, untuk saham acuan yang harganya memperli-hatkan kecenderungan menurun, siasat yang menguntungkanadalah menulis opsi beli dan memegang opsi jual. Menulis opsibeli dapat dipilih untuk saham-saham yang penurunannyatidak begitu berarti. Sebab, andaikan harga saham anjlok,maka harga di pasar tentu jauh lebih murah sehingga opsibeli akan diabaikan. Sedangkan memegang opsi jual menjadipilihan tepat jika saham acuan menunjukkan penurunan yangsangat berarti. Dengan demikian, apabila pada saat jatuhtempo harga saham acuan benar-benar anjlok, pemegang opsijual masih bisa menjualnya dengan harga yang relatif lebihtinggi kepada penulis opsi jual.

Empat macam siasat terbuka ini disimulasikan dalam ta-bel 10.2 yang kemudian dilukiskan dalam gambar 10.2. Empatgrafik yang tersaji dengan jelas menunjukkan bahwa siasatterbuka merupakan siasat yang paling dasar karena hanyabertumpu pada 1 posisi dari 4 posisi opsi dan tidak ada penye-imbangan atas risiko yang membayangi. Akibatnya, siasat ini

Page 178: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

178 Siasat Investasi

Tabel 10.2: Simulasi siasat terbuka dengan K=Rp. 4000,S=Rp. 4300, r = 0.08, σ = 0.22, dan T − t=120 hari

S K C P Pegang C Lepas C Pegang P Lepas PLaba

3400 4000 467.84 64.00 -467.84 467.84 536.00 -536.003500 4000 467.84 64.00 -467.84 467.84 436.00 -436.003600 4000 467.84 64.00 -467.84 467.84 336.00 -336.003700 4000 467.84 64.00 -467.84 467.84 236.00 -236.003800 4000 467.84 64.00 -467.84 467.84 136.00 -136.003900 4000 467.84 64.00 -467.84 467.84 36.00 -36.004000 4000 467.84 64.00 -467.84 467.84 -64.00 64.004100 4000 467.84 64.00 -367.84 367.84 -64.00 64.004200 4000 467.84 64.00 -267.84 267.84 -64.00 64.004300 4000 467.84 64.00 -167.84 167.84 -64.00 64.004400 4000 467.84 64.00 -67.84 67.84 -64.00 64.004500 4000 467.84 64.00 32.16 -32.16 -64.00 64.004600 4000 467.84 64.00 132.16 -132.16 -64.00 64.004700 4000 467.84 64.00 232.16 -232.16 -64.00 64.004800 4000 467.84 64.00 332.16 -332.16 -64.00 64.004900 4000 467.84 64.00 432.16 -432.16 -64.00 64.005000 4000 467.84 64.00 532.16 -532.16 -64.00 64.00

tidak mempunyai mekanisme bagaimana membendung risikoseperti tampak dalam gambar 10.2 (b) dan (d).

Gambar 10.2 secara jelas menyarankan bahwa siasat terbu-ka yang risikonya paling kecil adalah memegang opsi beli danmemegang opsi jual. Ancaman kerugian yang mungkin dide-rita keduanya hanya sebatas harga opsi. Namun, keuntunganyang mungkin dapat dituai besarnya bisa tak terbatas.

Potensi kerugian tak terbatas pada siasat terbuka bisa di-bendung dengan melakukan kombinasi untuk menyeimbangk-an risiko dan hasil. Salah satu cara untuk melakukan penye-imbangan ini adalah dengan melibatkan posisi saham acuan.Siasat ini dikenal sebagai siasat tertutup (covered strategies).

Page 179: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

10.5 Siasat Bermain Opsi 179

Gambar 10.2: Profil 4 macam siasat terbuka dalam investasiopsi. Dalam satu jenis opsi, misalnya opsi beli, keuntunganpemegang opsi beli merupakan kerugian penulis (penjual) opsibeli. Demikian pula untuk opsi jual. Dalam siasat ini, pema-in pasar tidak memiliki penyeimbang untuk risiko dan hasil.Masing-masing grafik menunjukkan siasat terbuka:(a) meme-gang opsi beli; (b) menulis/melepas opsi beli; (c) memegangopsi jual; dan (d) menulis opsi jual

Page 180: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

180 Siasat Investasi

Dengan demikian, begitu kontrak disepakati maka penulisopsi segera membeli saham acuan di pasar dengan harga saatitu. Andaikan kontrak opsi tersebut adalah opsi beli untuk100 ribu lembar saham acuan yang tidak membayar dividensampai jatuh tempo. Jika harga saham acuan saat itu di pasaradalah Rp. 4300, maka dengan segera penulis opsi membelisaham acuan dengan harga Rp. 4300 per lembar sebanyak100 ribu lembar. Investasi awal yang diperlukan adalah

Rp.430000000− Rp.46784000 = Rp.383216000.

Jika 120 hari kemudian opsi ternyata out-of-the-money (se-bagai contoh, harga saham acuan pada saat jatuh tempoRp. 3800) maka portofolio penulis opsi bernilai Rp. 380000000.Kerugian penulis opsi adalah Rp. 3216000. Jika harga sahamacuan ketika jatuh tempo adalah Rp. 5000 (in-the-money),portofolio penulis opsi saat itu sebesar Rp. 116484000. Karenamasih membuka peluang munculnya kerugian, bisa dikata-kan siasat tertutup tetap belum berdaya untuk membendungrisiko dengan baik. Maka, siasat ini masih perlu diperbaiki.

10.6 Siasat Membendung Risiko

Dalam siasat tertutup, pelibatan saham acuan hanya dilakuk-an sekali saja ketika kontrak selesai ditandatangani. Sehingga,portofolio penulis opsi tersusun atas opsi dan saham acu-an. Selebihnya, penulis opsi hanya pasif menunggu sampaijatuh tempo sambil berharap semoga opsi dalam keadaanin-the-money sehingga tidak merugi.

Selama masa jatuh tempo, sebenarnya penulis opsi bisa

Page 181: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

10.7 Siasat Membangun Portofolio Bebas Risiko 181

melakukan pencagaran nilai terhadap posisinya (melindunginilainya) dengan segera membeli saham acuan pada saatharganya di atas K dan segera menjual kembali sebelumjatuh dibawah K. Pola ini menjamin bahwa penulis opsimemiliki saham acuan saat T jika opsi berakhir in-the-moneydan tidak memiliki saham jika opsi berakhir out-of-the-money.Kerugian bisa ditekan dan biaya untuk melakukan ini hanyasebesar

Q = max(S −K, 0) (10.4)

dengan S merupakan harga saham acuan ketika opsi ditulis.Namun demikian, cara ini menyimpan 3 masalah:

1. bahwa sangat tidak mungkin untuk membeli dan men-jual saham acuan tepat disekitar K,

2. aliran dana untuk pencagaran nilai ini terjadi untukwaktu-waktu yang berbeda sehingga pasti nilainya ter-diskonto,

3. biaya transaksi opsi (komisi jasa pialang) belum dihi-tung.

10.7 Siasat Membangun Portofolio Bebas Ri-siko

Pada dasarnya, gagasan yang dipakai dalam siasat memben-dung risiko di atas setali tiga uang dengan gagasan siasatmembangun portofolio yang bebas risiko. Jika andaian 9.1– 9.8 yang digunakan untuk membangun persamaan turun-an utama berlaku, maka membangun portofolio bebas risikomerupakan sebuah keniscayaan.

Page 182: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

182 Siasat Investasi

Ketika membangun persamaan turunan utama dalambab 9 (§ 9.6) halaman 156, untuk melenyapkan ketidakpasti-an dalam investasi, maka suku stokastik harus dilenyapkan.Upaya pelenyapan ini dilakukan dengan membentuk suatuportofolio yang terdiri atas opsi dan sejumlah ∆ (baca: delta)saham.

Dalam upaya yang telah dilakukan, portofolio Φ yangdigunakan merupakan portofolio yang memiliki komposisi(persamaan (9.32))

Φ = O + ∆S.

Keberhasilan portofolio ini dalam melenyapkan suku stokastikdapat dimaknai bahwa portofolio ini merupakan portofoliobebas risiko. Perhitungan yang sudah dilakukan saat itumenunjukkan bahwa nilai ∆ dalam persamaan di atas adalah−∂O∂S

(lihat persamaan (9.34)). Ini mengandung pengertianbahwa portofolio Φ dapat disusun dengan membeli 1 opsi danmenjual sejumlah ∂O

∂Ssaham acuan.

Portofolio Φ dapat juga disusun dengan menjual 1 opsidan membeli sejumlah ∂O

∂Ssaham acuan. Susunan portofolio

ini dapat ditulis sebagai

Φ = −O + ∆S, (10.5)

dengan ∆ = ∂O∂S

. Susunan portofolio ini tetap menunjukkanbahwa portofolio Φ merupakan portofolio bebas risiko, sebabsuku stokastik juga bisa dilenyapkan. Oleh karenanya, secaraumum portofolio Φ dapat disusun dengan menggunakan kaitan

Φ = ±O ∓∆S, (10.6)

Page 183: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

10.7 Siasat Membangun Portofolio Bebas Risiko 183

tanda (+) menyatakan membeli dan tanda (−) menyatakanmenjual.

Lambang ∆ dalam portofolio ini disebut sebagai deltapencagaran nilai (delta hedging). Dengan demikian, deltadapat ditakrifkan sebagai nisbah antara perubahan harga opsidengan perubahan harga saham acuan. Atau, jika diterje-mahkan dalam ’bahasa’ investasi, delta merupakan jumlahsaham acuan yang sebaiknya dipegang untuk setiap penjualanopsi demi menjaga portofolio supaya tetap bebas risiko, dansebaliknya.

Maka, berdasarkan persamaan (9.66) dan (9.69), masing-masing nilai delta untuk opsi beli dan opsi jual dapat dicaridengan mudah. Delta untuk opsi beli adalah

∆C = N(d1) +S√2π

e−d12/2 ∂d1

∂S− K√

2πe−r(T−t)−d

21/2

∂d2

∂S

= N(d1) +1

σ√

2π(T − t)

[e−d

21/2 − e−(r(T−t)+lnS/K) e−d

22/2]

= N(d1). (10.7)

Delta untuk opsi jual dapat dihitung dengan mudah berda-sarkan kaitan keseimbangan opsi jual dan opsi beli,

∆P =∂P

∂S=

∂S

(C +Ke−r(T−t) − S

)= N(d1)−1 (10.8)

yang menunjukkan selalu negatif.

Delta untuk opsi beli selalu positif karena 0 ≤ N(d1) ≤ 1.Rentang nilai ini merupakan rentang peluang apakah opsi akandilaksanakan atau diabaikan. Sebelumnya, gambar 10.1 (a)telah menjelaskan bahwa kenaikan harga saham acuan di pasar

Page 184: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

184 Siasat Investasi

akan meningkatkan harga opsi beli. Secara tersirat gambartersebut juga menyatakan bahwa kenaikan harga saham acuansebanding dengan kemungkinan bahwa opsi beli akan in-the-money sehingga harganya juga naik. Ini semakin jelas dalamgambar 10.3. Gambar ini juga menunjukkan bahwa peluangopsi beli akan at-the-money ketika jatuh tempo adalah disekitar 0.5.

Gambar 10.3: Perubahan delta terhadap harga saham acuanuntuk opsi beli

Dengan demikian, semakin jelaslah bagaimana seorang pe-nulis opsi beli bisa membangun portofolio bebas risiko selamamasa jatuh tempo. Portofolio ini menjamin bahwa pada saatjatuh tempo penulis opsitidak mengalami kerugian. Bangunanportofolio ini dapat dibaca dalam persamaan

Φ = −C + ∆S = −C +∂C

∂SS = −C +N(d1)S. (10.9)

Page 185: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

10.7 Siasat Membangun Portofolio Bebas Risiko 185

Secara teoritis persamaan ini menyebutkan bahwa jika penulisopsi beli menjual opsi beli sejumlah C, maka sejumlah N(d1)S

saham harus dibeli untuk menyeimbangkan risiko dalam por-tofolionya. Dengan kata lain, portofolio bebas risiko Φ dapatdengan mudah dibentuk hanya dengan memelihara jumlahN(d1)S saham acuan. Dengan sendirinya, pergerakan hargasaham acuan harus diimbangi dengan pengaturan kembali(rebalancing) jumlah saham acuan yang disertakan dalam por-tofolio Φ. Ini akan semakin jelas dengan melihat gambar 10.4

Pada waktu jatuh tempo, opsi beli hanya akan bernilaiS > K. Keadaan ini disebut in-the-money (opsi yang meng-hasilkan). Sebaliknya, jika S < K opsi mengalami keadaanout-of-the-money (opsi tidak berguna). Dalam keadaan ini,opsi tidak mempunyai nilai sehingga tidak dibutuhkan sa-ham acuan dalam portofolio Φ. Namun demikian, seiringpergerakan harga saham acuan terhadap waktu, opsi akansegera mencapai at-the-money (yakni S = K) atau bahkanin-the-money. Pada keadaan yang demikian, pemegang opsibeli dipastikan akan melaksanakan haknya. Pada gilirannya,penulis opsi beli wajib menyediakan saham acuan yang dijan-jikan.

Selama belum jatuh tempo, harga opsi beli lebih ma-hal dan tidak nol, bahkan jika opsi masih out-of-the-money.Karenanya, delta pencagaran risiko harus menyeimbangkansesegera mungkin untuk memelihara portofolio yang bebasrisiko. Siasat dengan menggunakan portofolio bebas risikoini lebih dikenal sebagai siasat delta pencagaran nilai (deltahedging).

Konsistensi logis dari adanya dinamika harga saham acuan

Page 186: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

186 Daftar Pustaka

Gambar 10.4: Harga opsi beli C/K (garis rapat) dan deltapencagaran nilai N(d1) (garis putus) ditunjukkan sebagaifungsi S/K untuk 3 jatuh tempo yang berbeda: T − t = 0, 1tahun, 2 tahun. Seluruh kurva dibuat berdasarkan simulasikontrak opsi yang sudah dibahas di muka, yakni denganparameter r = 0.08 per tahun, dan volatilitas σ = 0.22 pertahun

menuntut penulis opsi untuk sesering mugkin melakukan pe-nyeimbangan kembali atas portofolionya. Berubahnya hargasaham acuan akan mempengaruhi harga opsi beli dan padagilirannya juga berimbas pada nilai delta, sebab delta juga da-pat dibaca sebagai gradien kurva opsi beli. Dengan demikian,semakin sering portofolio diseimbangkan maka akan mem-berikan hasil yang semakin baik sebab harga saham acuanberubah terhadap waktu.

Page 187: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Daftar Pustaka

’Abdulrahim, M.I., 1997, Al Quran Merangsang Pengembang-an Ilmu dan Teknologi dalam Mukjizat Al Quran dan AsSunnah tentang Iptek, Gema Insani Press, Jakarta.

Achsien, I.H., 2000, Investasi Syariah di Pasar Modal: Meng-gagas Konsep dan Praktek Manajemen Portofolio Syariah,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Algifari, 1997, Analisis Statistik untuk Bisnis dengan RegresiLinear, Korelasi dan Non Parametrik, Edisi I, Cetakan I,BPFE-Jogjakarta.

Amaral, L.A.N., Cizeau, P., Gopikrishnan, P., Liu, Y., Meyer,M., Peng, C.K. dan Stanley, H.E., 1999, Econophysics: CanStatistical Physics Contribute to the Science of Economics,Computer Physics Communications 121-122 (1999).

Page 188: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

188 Daftar Pustaka

Amaral, L.A.N., Scala, A., Barthelemy, M., dan Stanley, H.E.,2003, Classes of Small-world Networks, PNAS 200327197.

Baaquie, B.E., Coriano, C., dan Srikant, M., 2002, QuantumMechanics, Path Integrals and Option Pricing: Reducingthe Complexity of Finance, cond-mat/0208191 v2.

Baiquni, A., 1995, Al Quran, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,Ed. 1, Cet. 3, Dana Bhakti Wakaf, Jakarta.

Bapepam, 2003, Panduan Investasi Di Pasar Modal Indonesia,Badan Pengawas Pasar Modal bekerja sama dengan JapanInternational Cooperation Agency.

Baschnagel, J. & Paul, W., 1999, Stochastic Processes fromPhysics to Finance, Springer-Verlag, New York.

Basuki, Z.D. (Ketua Tim Penyusun), 1996/1997, PengkajianHukum Tentang Masalah Hukum dalam Transaksi DerivatifPerdagangan Saham, Badan Pembinaan Hukum NasionalDepartemen Kehakiman RI, Jakarta.

Beechey, M., Gruen, D., dan Vickery, J., 2000, The EfficientMarket Hypothesis: A Survey, Research Discussion Paper2000-2001 Reserve Bank of Australia.

Berlianta, H.C., 2005, Mengenal Valuta Asing, Cetakan kedua,Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.

Bhat, B.R., 1981, Modern Probability Theory, Halsted Press,New Delhi.

Brigham, E., & Houston, J.F., 2001, Manajemen KeuanganJilid 2, Edisi 8, Erlangga, Jakarta.

Page 189: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Daftar Pustaka 189

Boediono, 1981, Mengenal Beberapa Model Kuantitatif dalamIlmu Ekonomi, Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM,Jogjakarta.

Capra, F., 2001, Jaring-jaring Kehidupan: Visi Baru Epis-temologi dan Kehidupan, Cetakan pertama, Fajar PustakaBaru, Jogjakarta.

Clarke, J., Jandik, T., dan Mandelker, G., The EfficientMarkets Hypothesis, dapat diunduh di http://www.e-m-h.org/CIJM.pdf.

Copeland, T.E. dan Weston, J.F., 1988, Financial Theory andCorporate Policy, Third edition, Addison-Wesley, Canada.

Dagun, S.M., 1992, Pengantar Filsafat Ekonomi, Cetakanpertama, Rineka Cipta, Jakarta.

Damodaran, A., 2005, Market Efficiency: definitions and Test,dapat diunduh di http:/www.e-m-h.org/Damo.pdf.

De Liso, N. dan Filatrella, G., 2001, Econophysics: Theemergence of a new field?, Facoltádi Giurisprudenza andIsufi, Universitá di Lecce, Italy.

Dimson, E. dan Mussavian, M., 2000, Market Efficiency, TheCurrent State of Business Disciplines, Vol. 3, pp. 959-970.

Drăgulescu, A.A. dan Yakovenko, V.M., 2000, Statistical Me-chanics of Money, Eur. phys. J. B 17, 723-729 (2000).

Drăgulescu, A.A. dan Yakovenko, V.M., 2004, Statistical Me-chanics of Money, Income, and Wealth: A Short Survey,AIP 128.111.9.235.

Page 190: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

190 Daftar Pustaka

Fabozzi, F.J., 2000, Manajemen Investasi Buku 2, Edisi Per-tama, Salemba Empat, Jakarta.

Fama, E.F., 1965, The Behaviour of Stock-Market Prices,Journal of Business, Vol 38, Issue 1 (Jan., 1965), 34-105.

Fama, E.F., 1965, Random Walks in Stock Market Prices, Fi-nancial Analysts Journal, September/October, 55-59. Rep-rint in January/February 1995, 75-80.

Fama, E.F., Efficient Capital Markets: A Review of Theoryand Empirical Work, Journal of Finance, Vol. 25, Issue 2,1969.

Fan, Y., Lui, M., Chen, J., Gao, L., Di, Z. dan Wu, J., 2004,Network of Econophysics: a weighted network to investigatethe development of Econophysics, cond-mat/0401054 v1.

Hadianti, R., dan Indratno, S.W., 2003, Proses Stokastik,Penerbit ITB, Bandung.

Hagerman, R.L., dan Richmond, R.D., 1973, Random Walks,Martingales and the OTC, Journal of Finance, Vol 28, Issue4, 897-909.

Hakiman, 2005, Model Penentuan Harga IPO di Bursa EfekJakarta dengan Menggunakan Metode Real Option, DisertasiDoktor dalam ilmu Ekonomi Program Doktor ManajemenBisnis Universitas Padjadjaran, Bandung.

Halim, A., 2003, Analisis Investasi, Edisi Pertama, SalembaEmpat, Jakarta.

Page 191: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Daftar Pustaka 191

Halliday, D. dan Resnick, R., 1992, Fisika, Jilid 1, Edisi ketiga,Cetakan kedelapan, Erlangga, Jakarta.

Hull, J.C., 1989, Options, Futures, and Other Derivatives,Prentice Hall, New Jersey.

Husnan, S., 1995, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan,Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, BPFE, Jogjakarta.

Ibnul Qayyim, 2005, Roh, Cetakan kelimabelas, Pustaka AlKautsar, Jakarta.

Ilinski, K., 1999, How to Account for Virtual Arbitrage in theStandard Derivative Pricing, cond-mat/9902047 v1.

Isaacs, A., (Ed.), 1994, Kamus Lengkap Fisika, Edisi Ba-ru,Penerbit Erlangga, Jakarta.

Phynance (Fisika Keuangan), Jawa Pos edisi 23 September2002.

Kamaruddin, A., 1996, Dasar-Dasar Manajemen Investasi ,Cetakan Pertama, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Kebamoto, 2002, Ekonofisika, Apa Itu?, Sinar Harapan Edisi30 Agustus 2002, dapat diunduh di http://www.fisika-net.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1030986000&10.

Keown, A.J., Scott, D.F., Martin, J.D., Petty, J.W., 2000,Dasar-dasar Manajemen Keuangan Buku 2, Edisi Pertama,Salemba Empat, Jakarta.

Kim, M.S., 2005, Brownian Motion, dapat diunduh (download)di http://www.am.qub.ac.uk/m.s.kim/chap4.pdf.

Page 192: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

192 Daftar Pustaka

Konferensi Ekonofisika, Applications of Physics in Financi-al Analysis 4th, Warsawa, 13-15 Nopember 2003. Dapatdiunduh di http://www.ekonofisika.com/.

LeRoy, S.F., 1989, Efficient Capital Markets and Martingales,Journal of Economic Literature, Vol. XXVII (December1989), pp. 1583–1621.

Lux, T., 2000, Microscopic Models of Financial Markets, Le-cture at the Second School on the Mathematics of Econo-mics; Abdus Salam International Center for TheoreticalPhysics, Trieste, August 21 - September 1, 2000, dapat diun-duh di http://www.bwl.uni-kiel.de/vwlinstitute/gwrp/ger-man/team/lux.html.

Ma, J., 1997, Introduction to the Theory of Diffusion Proces-ses, Buletin of the American Mathematical Society (Bookreview), Volume 34, Number 1.

Mauboussin, M.J., Revisiting Market Efficiency: The StockMarket as a Complex Adaptive System, Journal of AppliedCorporate Finance, Vol. 14 No. 4 2002.

Mart, T., 2001, Ekonofisika, Ilmu Fisika untuk Bersa-ing di Pasar Saham, Kompas edisi 5 Oktober 2001.Dapat diunduh di http://www.kompas.com/kompas-cetak/0110/05/iptek/ekon43.htm.

Milis Fisika Indonesia, 16 Nopember 2005, http://groups.ya-hoo.com/group/fisika_indonesia/message/4564.

Mubyarto, 1987, Moral Ekonomi Pancasila, LP3ES, Jogjakar-ta.

Page 193: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Daftar Pustaka 193

Mubyarto, 2002, Ekonofisika atau Sosioekonomi, Mana yangPaling Dibutuhkan Indonesia?, Kompas edisi 17 September2002.

Muslich, M., 1997, Manajemen Keuangan Modern, CetakanPertama, Binarupa Aksara, Jakarta.

Nelson, E., 2001, Dynamical Theories of Brownian Motion,Second edition, Princeton University Press.

Oxford CompLex on CD-ROM, 1993, Concise Oxford Di-ctionary, Oxford CompLex on CD-ROM, Eighth Edition,Oxford University Press, United Kingdom.

Papoulis, A., 1992, Probabilitas, Variabel Random, dan Pro-ses Stokastik, Edisi kedua, Gadjah Mada University Press,Jogjakarta.

Rodoni, A., & , Yong, O., 2002, Analisis Investasi dan TeoriPortofolio, Edisi 1, Cetakan 1, Raja Grafindo Persada,Jakarta.

Ross, S.M., 1982, Stochastic Processes, Cetakan ke-10 , JohnWiley & Sons, Canada.

Rosyid, M.F., 2005, Mekanika Kuantum, Laboratorium FisikaAtom Inti FMIPA UGM, Jogjakarta.

Rutterford, J., 1993, Introduction to Stock Exchange Inves-tment, Second Edition, Macmilan, London.

Sartono, R.A., 1996, Manajemen Keuangan Teori dan Apli-kasi, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, BPFE, Jogjakarta.

Page 194: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

194 Daftar Pustaka

Sembel, R. dan Baruno, A., 2002, Louis Bachelier, Pakaryang Hampir Terlupakan, Kompas edisi 24 Agustus 2002.

Sharpe, W.F., Alexander, G.J., Bailey, J.V., 1999, Investasi ,Jilid 2, Prenhallindo, Jakarta.

Simanungkalit, S., 2002, Ekonofisika: Seberapa Barukah?,Kompas edisi 27 Agustus 2002.

Sinar Harapan, 2004, Alternatif Investasi Baru: Opsiyang Seksi, http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/eu-reka/2004/0514/eur1.html.

Spreij, P., 2001, Introduction to Stochastic Finance in Conti-nuous Time, Lectures note of "Hedging en Derivaten" atthe Universiteit van Amsterdam in fall 2001.

Stanley, H.E., Amaral, L.A.N., Buldyrev, S.V., Gopikrishnan,P., Plerou, V. dan Salinger, M.A., 2002, Self-organizedComplexity in Economics and Finance, PNAS Vol. 99 19Februari 2002.

Stauffer, D., 2000, Econophysics – A New Area for Computa-tional Statistical Physics?, International Journal of ModernPhyisics C, Vol. 11, No. 6, 1081-1087.

Stewart, I., 2001, Where drunkards hang out, Nature, Vol 413,686-687.

Sundjaja, R.S., 2003, Manajemen Keuangan Dua, Edisi 4,Literata Lintas Media, Jakarta.

Supranto, J., 1992, Statistik Pasar Modal , Cetakan Pertama,Rineka Cipta, Jakarta.

Page 195: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Daftar Pustaka 195

Supratikno, H., 2002, Ilmu Ekonomi dan Fisika, Sinergi atauSterilisasi? Kompas edisi 31 Oktober 2002.

Surya, Y., 2002, Ekonofisika, Gabungan Ekonomi dan Fisika?,Kompas edisi 2 September 2002.

Suryadi, P.A., 1990, Pendahuluan Teori Kemungkinan danStatistika, Cetakan Keempat, Penerbit ITB, Bandung.

Usman, M., Riphat, S. dan Ika, S., 1997, Pengetahuan DasarPasar Modal, Jurnal Keuangan dan Moneter, Jakarta.

Wang, Y., Wu, J., dan Di, Z., 2005, Physics of Econophysics,cond-mat/0401025 v1.

Ware, T., 2005, Financial derivatives - a brief introduction,MITACS 6th Annual Conference – May 11 2005, da-pat diunduh di http://finance.math.ucalgary.ca/papers/Mi-tacsShortCourse2005.pdf.

Weisstein, E.W., 2005, Martingale FromMathWorld–A Wolfram Web Resource, ht-tp://mathworld.wolfram.com/Martingale.html.

Weston, J.F., & Copeland, T.E., 1995, Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Cetakan Pertama, Binarupa Aksara,Jakarta.

Wikipedia (The Free Encyclopedia), 2005, Random Walk,http://en.wikipedia.org/wiki/Random_walk.

Wikipedia (The Free Encyclopedia), 2005, Martingale,http://en.wikipedia.org/wiki/Martingale.

Page 196: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

196 Daftar Pustaka

Wikipedia(The Free Encyclopedia), 2005, Model (economics),http://en.wikipedia.org/wiki/Model_(economics).

Yuliati, S.H., Prasetyo, H., dan Tjiptono, F., 1996, Manaje-men Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi I, Cetakan I,Andi, Jogjakarta.

Page 197: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Sumber Gambar 197

Sumber Gambar

Sampul bab daftar isi, 1 - https://www.adbusters.orgSampul bab 2,3 - http://wallpoper.comSampul bab 4 - http://tamino.files.wordpress.comSampul bab 5 - http://toxiclibs.orgSampul bab 6,7,8,9 - http://arbitration-blog.euSampul bab 10 - http://www.newcanaanoutback.orgSampul bab daftar pustaka, penjurus - http://leutikabooks.com

Untuk beberapa gambar yang menjadi ilustrasi dalam isibab, dengan tidak mengurangi rasa hormat terhadap pemilikgambar, saya mohon maaf sebab sudah kehilangan jejak asalmuasal gambar tersebut dari internet sehingga saya tidakdapat menampilkan sumber gambar tersebut.

Page 198: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto
Page 199: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

PenjurusAdam Smith, 16aksioma

peluang, 36, 37peluang, 47

Avogadrobilangan, 88

Bachelier, 16bilangan Avogadro, 88Black-Scholes , 16Boltzman

tetapan, 88Borel

lapangan, 39, 40

Chaudesaigues, 88

dalillimit pusat, 51

derivatif, surat berharga, 107distribution function, 46Doob, Joseph Leo, 61

Einsteinkaitan, 87

ekonofisika, 15model, 23model acuan, 25model analisis data, 24takrif, 17

eventelementary, 35imposible, 34

Page 200: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

200 Penjurus

sure event, 34event, 34

fluidakoefisien viskositas, 87

fungsiagihan, 45

fungsi agihan, 46bersyarat, 49binomial, 49Gaussan, 50log-normal, 50malar, 47normal, 50Poisson, 50sifat, 47

Gauss, 50gerak Brown, 67

hasil keluaran, 33, 43hipotesis pasar efisien, 125

bentuk kuat, 131bentuk lemah, 128bentuk setengah kuat, 130

jalan acak, 65, 69

kaitan Einstein, 87kejadian, 34koefisien viskositas, 88Kolmogorov, A.N., 37

aksioma, 37

Lévy, Paul Pirre, 61laba modal, 104, 106Langevin, 88lapangan

Borel, 39, 40, 44

Markovproses, 64rantai, 65

martinggil, proses, 61submartinggil, 63supermartinggil, 63

nilai harap, 51

obligasigagal bayar, 106laba modal, 106

obligasi,surat berharga, 105opsi, surat berharga, 109

opsi Amerika, 111opsi atas saham, 111opsi beli, 113opsi Eropa, 111opsi jual, 116

Ornstein, 88outcome, 33

pasar, 99bursa efek, 101

Page 201: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Penjurus 201

efisiensi eksternal, 103efisiensi internal, 102hipotesis pasar efisien, 103,

125keuangan, 99likuiditas, 102modal, 99pasar perdana, 100pasar sekunder, 100pasar uang, 99

peluang, 35aksioma, 36, 37bersyarat, 41takrif, 41

keunsuran, 39lapangan, 38peristiwa bersyarat, 41ruang, 37takrif, 35takrif aksiomatis, 36takrif empiris, 36takrif kekerapan nisbi, 36takrif klasik, 35takrif subjektif, 36

peluangperistiwa saling bebas, 42

pencagaran nilai, 147percobaan, 33peristiwa, 34

bersyarat, 42

peluang, 41gagal, 49keunsuran, 35mustahil, 34, 39pasti, 34, 39saling bebas, 42sukses, 49unsuriah, 35

Perrin, 88peubah acak, 43, 44

fungsi kerapatan, 48hukum, 46koefisien korelasi, 55korelasi, 54kovariansi, 54malar, 47nilai harap, 51bersyarat, 52

rataan, 51tercacah, 45, 48

portofolio, 148proses Markov, 64proses martinggil, 61

keberuntungan, 62permainan adil, 62submartinggil, 63

proses stokastikpengelompokan, 60proses martinggil, 61rantai, 58

Page 202: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

202 Penjurus

ruang keadaan, 58ruang penjurus, 58takrif, 57waktu kontinu, 58waktu tercacah, 58

random variable, 43random walk, 65rataan, 50, 51risiko surat berharga, 147

risiko sistematik, 148risiko tidak sistematik, 148

ruang peluang, 37ruang sampel, 34, 44, 47rugi modal, 105

sahamdividen, 103capital gain, 104rugi modal, 105

saham, surat berharga, 103model perilaku, 135

sampelruang, 34, 44, 47titik, 34

sample path, 58sample space, 34simpangan baku, 53sistem D’Alembert, 62Smoluchowski, 88stokastik, 57

Stokesteori gesekan, 87

surat berhargaderivatif, 107obligasi, 105opsi, 109portofolio, 148risiko, 147saham, 103

teori gesekan Stokes, 87tetapan Boltzman, 88titik sampel, 34

Uhlenbeck, 88

variansi, 50–52

Page 203: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

203

Tentang Penulis

Rachmad Resmiyanto merupakan dosen Pendidikan Fi-sika Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di Yogyakarta. Iamulai mengajar di UAD sejak Maret 2007. Gelar sarjanafisika diraih dari UGM tahun 2006 dengan skripsi interdisipli-ner fisika dan manajemen keuangan, Model Penentuan HargaOpsi atas Saham: Pendekatan Fisika untuk Kajian Modal.Pada tahun 2013 ia meraih gelar pascasarjana M.Sc. dariUGM dengan tesis interdisipliner fisika dan ekonomi, ModelMoneter Gas Ideal: Keruntuhan Sistem Moneter Saat ini danJalan Keluarnya.

Buku yang sudah ia tulis diantaranya Teknologi MediaPembelajaran (2011) dan bersama 3 penulis lainnya menulisKajian Konsep Fisika untuk SMA Jilid 1, 2, dan 3 (2007).

Saat ini ia mengampu matakuliah Sejarah Fisika, FilsafatSains, Filsafat Pendidikan, Mekanika, Ilmu Alamiah Dasardan Teknologi Media Pembelajaran.

Penulis tinggal di kampung halamannya Klaten dan dapatdihubungi lewat alamat [email protected]

Page 204: nalar fisika di pasar saham - rachmad resmiyanto

Nalar Fisikadi Pasar Saham

Rachmad Resmiyanto

Pengantar Ekonofisika

Selama ini, banyak orang memahami bahwa fisika dan ekonomi merupakan dua disiplin ilmu yang tidak mungkin saling menjamah. Keduanya bahkan terkesan saling bertolak belakang. Pendapat ini lebih banyak didasarkan pada pandangan bahwa fisika tergolong dalam rumpun ilmu pasti (sains) sedangkan ekonomi bernaung dibawah rumpun ilmu sosial.

Buku ini menyuguhkan lompatan-lompatan nalar dari fisika ke pasar saham. Harapannya, buku ini akan turut melengkapi khazanah buku referensi ekonofisika di Indonesia yang masih sangat langka.

Bagi pembaca dari fisika yang merindukan medan kajian yang menantang, ekonofisika patut untuk dipertimbangkan. Bagi pembaca dari ekonomi yang merindukan cara pandang atau paradigma baru dalam melihat medan persoalan ekonomi, ekonofisika layak diperhitungkan kecanggihannya.

Melalui buku ini, penulis hendak menawarkan gagasan bahwa nalar fisika dapat dibawa ke ranah pasar saham. Pada gilirannya, nalar fisika bukan hanya dapat dibawa ke ranah pasar saham, melainkan juga ke ranah-ranah lainnya.

UNIVERSITAS AHMAD DAHLANPENDIDIKAN FISIKAPerguruan Tinggi Muhammadiyah Yogyakarta

Nalar Fisika di Pasar SahamPengantar Ekonofisika

Nalar Fisika d

i Pasar Sah

amRachm

ad Resmiyanto