This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN TUTORIAL MODUL 2
SESAK NAPAS
BLOK KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMATOLOGI
KELOMPOK 8
HARRY MURDY ABBAS 10542016410
SUPRAPTO 10542015410
AZHAR FAUZAN 10542017710
IIN ALFRIANI AMRAN 10542018710
ANDI WISDAWATI 10542020510
DIANSRI PRATIWI SYAM 10542028810
SITI PRATIWI TUNA 10542024310
RISTON 10542024410
FARIDA 10542008009
NURAINI DHARMAYANTI ULUPUTTY 10542010709
SARI RAHAYU 1102090136
NUR ASIA 1102090141
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
sehingga laporan hasil TUTORIAL MODUL SESAK NAPAS dari kelompok 8
ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami kirimkan salam dan
shalawat kepada nabi junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW. yang telah
membawa kita dari alam yang gelap menuju ke alam yang terang benderang.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini dan yang telah membantu selama masa
TUTORIAL khususnya kepada dokter pembimbing yang telah banyak membantu
selama proses PBL berlangsung. Dan kami juga mengucapkan permohonan maaf
kepada setiap pihak jika dalam proses PBL telah berbuat salah baik disengaja
maupun tidak disengaja.
Semoga Laporan hasil TUTORIAL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak
yang telah membaca laporan ini dan khusunya bagi tim penyusun sendiri.
Diharapkan setelah membaca laporan ini dapat memperluas pengetahuan
pembaca,dan kami mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki laporan
hasil diskusi kami berikutnya.
Makassar, April 2013
Kelompok 8
KASUS
Skenar io 2: Sesak Napas
Seorang perempuan usia 4 tahun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan
sesak napas penderita terlihat pucat dan kebiruan. Nadi teraba cepat dan lemah.
KATA KUNCI
Perempuan usia 4 tahun
Sesak napas
Terlihat pucat dan kebiruan
Nadi teraba cepat dan lemah
PERTANYAAN
1. Anatomi dan fisiologi saluran pencernaan
2. Perbedaan sesak napas trauma dan non trauma
3. Penanganan awal ( primary survey,secondery survey,dan disability)
JAWABAN
1. Anatomi dan fisiologi sistem pernafasan
Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara
darah dan udara.
Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran
darah ke sel-sel tubuh.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara
dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu :
1. Respirasi / Pernapasan Dada
Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
Tulang rusuk terangkat ke atas
Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada
kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut
Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
Diafragma datar
Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara
pada dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam
keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun
menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika
oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang
banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg
dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya
hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita
hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah
mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan
keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.
Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :
Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2
Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2
Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2
Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 +
CO2
Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen
dan mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air.
Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa
bernapas terjadi pelepasan energy.
Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas:
1. Hidung
2. Faring
3. Trakea
4. Bronkus
5. Bronkiouls
6. paru-paru
Kapasitas Paru-Paru
Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan
biasa disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada
orang dewasa lebih kurang 500 ml. Volume udara tidal orang dewasa pada
pernapasan biasa kira-kira 500 ml. ketika menarik napas dalam-dalam maka
volume udara yang dapat kita tarik mencapai 1500 ml. Udara ini dinamakan
udara komplementer. Ketika kita menarik napas sekuat-kuatnya, volume
udara yang dapat diembuskan juga sekitar 1500 ml. Udara ini dinamakan
udara suplementer. Meskipun telah mengeluarkan napas sekuat-kuatnya,
tetapi masih ada sisa udara dalam paru-paru yang volumenya kira-kira 1500
mL. Udara sisa ini dinamakan udara residu. Jadi, Kapasitas paru-paru total =
kapasitas vital + volume residu =4500 ml/wanita dan 5500 ml/pria.
Pertukaran Gas dalam Alveolus
Oksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari udara yang kita hirup
pada waktu kita bernapas. Pada waktu bernapas udara masuk melalu saluran
pernapasan dan akhirnyan masuk ke dalam alveolus. Oksigen yang terdapat
dalam alveolus berdifusi menembus dinding sel alveolus. Akhirnya masuk ke
dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat dalam darah
menjadi oksihemoglobin. Selanjutnya diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
Oksigennya dilepaskan ke dalam sel-sel tubuh sehingga oksihemoglobin
kembali menjadi hemoglobin. Karbondioksida yang dihasilkan dari
pernapasan diangkut oleh darah melalui pembuluh darah yang akhirnya
sampai pada alveolus Dari alveolus karbon dioksida dikeluarkan melalui
saluran pernapasan pada waktu kita mengeluarkan napas.Dengan demikian
dalam alveolus terjadi pertukaran gas yaitu oksigen masuk dan
karnbondioksida keluar.
Proses Pernafasan
Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi
serta mengeluarkan napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas, otot
diafragma berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus.
Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari
berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah mengembangnya rongga
dada sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat
mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas.
Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik
sehingga udara keluar. Jadi, udara mengalir dari tempat yang bertekanan
besar ke tempat yang bertekanan lebih kecil.
Jenis Pernapasan berdasarkan organ yang terlibat dalam peristiwa inspirasi
dan ekspirasi, orang sering menyebut pernapasan dada dan pernapasan perut.
Sebenarnya pernapasan dada dan pernapasan perut terjadi secara bersamaan.
(1) Pernapasan dada terjadi karena kontraksi otot antar tulang rusuk, sehingga
tulang rusuk terangkat dan volume rongga dada membesar serta tekanan
udara menurun (inhalasi).Relaksasi otot antar tulang rusuk, costa menurun,
volume kecil, tekanan membesar (e kshalasi). (2) Pernapasan perut terjadi
karena kontraksi /relaksasi otot diafragma ( datar dan melengkung), volume
Lokasi pemijatan : 1/3 bagian bawah tulang dada (sternum) dengan kedalaman
pijatan 1/3 tebal dada. Metode kompressi yaitu 1 pangkal telapak tangan
dengan frekuensi pemijatan± 100x/menit. Koordinasi antara pijat jantung dan
nafas buatan yaitu 5 : 1 dengan 20 siklus
D. D ISABILITY (Neurologic Evaluation)
1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS
2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-tanda
lateralisasi
3. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.
E. E XPOSURE / KONTROL LINGKUNGAN
1. Buka pakaian penderita
2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan
yangcukup hangat
1. Penanganan pada kasus asma
Terapi
1. Albuterol, 1 sampai 2 semprotan dengan inhaler “dosis terukur”, atau 0,15
sampai 0,3 mg/kg dalam beberapa ml salin dengan nebulasi, atau pada kasus
berat dengan tekanan positif. Terapi boleh diulang jika diperlukan dengan
pemantauan frekuensi jantung. Dosis yang pasti tidak diperlukan karena
banyak albuterol dari nebuizer tersebut tidak diperlukan karena banyak
albuterol dan nebulizer tersebut tidak terhirup. Anak yang lebih muda dapat
menerima 0,25 ml larutan 0,5% (1,25mg) dalam 2,5 ml NS, dan anak yang
lebih besar dan remaja 0,5 ml (2,5 mg) dalam 2,5 ml NS. Albuterol kontinu
dapat juga yang diberikan dengan kecepatan 0,5 mg /kg/jam (maksimum 7,5
mg/jam).
2. Meskipun biasanya tidak perlu, pada kasus berat, epinefrin dalam air
(1:1000) dapat diberikan, 0,01 ml/kg, perdosis subkutan (maksimum dosis
tunggal tidak lebih dari 0,5 ml). onset kerja berlangsung cepat, durasi
kerjanya mendekati 20 menit. Suntikan boleh diulang setiap 15 sampai 20
menit sampai total tiga dosis.
3. Pemberian peroral atau cairan IV untuk mengencerkan mucus pada saat
yang bersamaan cukup menguntungkan dan amat penting jika anak tersebut
mengalami dehidrasi.
4. Pada kasus signifikan, steroid boleh diberikan UGD, prednisolon 1 sampai 2
mg/kg PO (prelone) atau IV (SoluMedrol).
5. Jika langkah-langkah yang disebut diatas tidak mengurangi serangan, pasien
harus dirawat di rumah sakit.
6. Jika serangan asma member respons terhadap terapi, anak boleh
dipulangkan. Bronkodilator inhalasi harus dilanjutkan, dan setiap serangan
yang signifikan harus diobati dengan pemberian singkat steroid. Berbagai
regimen telah digunakan, misalnya prednisone atau prednisolon, 1 sampai 2
mg/kg/hari dalam dosis terbagi untuk 3 hari atau dikurangi bertahap dalam
10 hari.
PulangPengobatan dilanjutkan dengan inhalasi agonis beta-2Membutuhkan kortikosteroid oralEdukasi pasienMemakai obat yang benarIkuti rencana pengobatan selanjutnya
Dirawat di RSInhalasi agonis beta-2 + anti—kolinergikKortikosteroid sistemikAminofilin dripTerapi Oksigen pertimbangkan kanul nasal atau masker venturiPantau APE, Sat O2, Nadi, kadar teofilin
Dirawat di ICUInhalasi agonis beta-2 + anti kolinergikKortikosteroid IVPertimbangkan agonis beta-2 injeksi SC/IM/IVAminofilin dripMungkin perlu intubasi dan ventilasi mekanik
Penilaian AwalRiwayat dan pemeriksaan fisik
(auskultasi, otot bantu napas, denyut jantung, frekuensi napas) dan bila mungkin faal paru (APE atau VEP1, saturasi O2), AGDA dan pemeriksaan lain atas indikasi
Penilaian Ulang setelah 1 jamPem.fisis, saturasi O2, dan pemeriksaan lain atas indikasi
Respons baikRespons baik dan stabil dalam 60 menitPem.fisi normalAPE >70% prediksi/nilai terbaik
Respons Tidak SempurnaResiko tinggi distressPem.fisis : gejala ringan – sedangAPE > 50% terapi < 70%Saturasi O2 tidak perbaikan
Respons buruk dalam 1 jamResiko tinggi distressPem.fisis : berat, gelisah dan kesadaran menurunAPE < 30%PaCO2 < 45 mmHgPaCO2 < 60 mmHg
Serangan Asma Ringan Serangan Asma Sedang/Berat Serangan Asma Mengancam Jiwa
Pengobatan AwalOksigenasi dengan kanul nasalInhalasi agonis beta-2 kerja singkat (nebulisasi), setiap 20 menit dalam satu jam) atau agonis beta-2 injeksi (Terbutalin 0,5 ml subkutan atau Adrenalin 1/1000 0,3 ml subkutan)Kortikosteroid sistemik : - serangan asma berat- tidak ada respons segera dengan pengobatan bronkodilator- dalam kortikosterois oral
Perbaikan Tidak Perbaikan
PulangBila APE > 60% prediksi / terbaik. Tetap berikan pengobatan oral atau inhalasi
Dirawat di ICUBila tidak perbaikan dalam 6-12 jam
7. Epinefrin lepas lambat (Sus-Phrine), 0,005 ml/kg, kadang-kadang diberikan
secara subkutan sebelum anak dipulangkan, meskipun penggunaannya sudah
menurun pada tahun-tahun belakangan.
2. Penanganan untuk alergi
Terapi :
Hentikan kontak dengan allergen
Perhatikan tanda-tanda vital dan jalan napas; bila perlu dilakukan
resusitasi dan pemberian oksigen.
Epinefrin 1/1000 (obat terpilih) 0,5-1 ml sk/im, dapat diulang 5-10 menit
kemudian.
Dapat diberikan pula :
- Antihistamin-difenhidramin (benadryl) 10-20 mg iv
- Kortikosteroid-hidrokortison (Solu-Cortef) 100-250 mg iv
lambat (dalam 30 detik).
- Aminofilin 250-500 mg iv lambat, bila spasme bronkioli
nyata.
Syok anafilaktik
Adrenalin/epinephrin 0,3-0,5 IM (0,01 mg/kg
BB)
Oksigen 100% 8 L/m
Berikan cairan IV
Antihistamin 10-20 mg IM
atau IV
Inhalasi beta-2 agonist
Perbaikan
Tidak ada perbaikan
Evaluasi, stabilisasi,
rujukan
Pada bayi atau anak dengan riwayat spel hipoksia harus diberikan
Propranolol peroral sampai dilakukan operasi. Dengan obat ini diharapkan spasme
otot infundibuler berkurang dan frekwensi spel menurun. Selain itu keadaan
umum pasien harus diperbaiki, misalnya koreksi anemia, dehidrasi atau infeksi
yang semuanya akan meningkatkan frekwensi spel. Bila spel hipoksia tak teratasi
dengan pemberian propranolol dan keadaan umumnya memburuk, maka harus
secepatnya dilakukan operasi paliatif Blalock-Tausig Shunt (BTS).
3. Penanganan untuk tetralogi fallot
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat
pernafasan dan mengatasi takipneu.
Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat
karena permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena
aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak
lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini
tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian:
Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut
jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10
ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila
serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit
berikutnya.
Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedatif
penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam
penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat
meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan
aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3. Hindari dehidrasi
4. Penanganan untuk intoksikasi makanan
1. Stabilisasi
Penatalaksanan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan
resusitasi kardiopulmonal yang dilakukan dengan cepat dan tepat
berupa:
Pembebasan jalan nafas
Perbaikan fungsi pernapasan (Ventilasi dan okigenasi)
Perbaikan sistem sirkulasi darah
TOF
oksigenasi
Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV
Ketamin 1-3 mg/kg IV
Resusitasi cairan
Evaluasi, stabilisasi,
rujukan
Baik Buruk
2. Dekontaminasi GI
Dekomtaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk
menurunkan pemaparan terhadap racun mengurangi absorpsi dan
mengurangi kerusakan. Tindakan dekontaminasi tergantung pada
loksi tubuh yang terkena racun. Pada GI, penelanan makanan
merupakan rute pemaparan yang tersering sehingga tindakan
pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau
mengeluarkan isis ambung dengan cara induksi muntah atau
aspirasi dan kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan
bahan toksik.
3. Eliminasi
Tindakan mempercepat pengeuaran racun yang sedang beredar
dalam darah atau dalam sal.GI setelah lebih dari 4 jam. Apabila
masih dalam sal.cerna dapat digunakn pemberian arang aktif yang
diberikan berulang dengan dosis 30-50 gr (0,5-1 gr/kgBB) setiap 4
jam per orl atau enteral. Tinadakan ini dapat bermanfaat pada
keracunan obat seperti karbamazepin,dll.
Terapi gejaa penyerta
Gangguan cairan, elektrolit dan asam basa.
Kebutuhan dasar cairan harian adalah 30-35 ml/kgBB hari,