MODUL SESAK NAPASTujuan Instruksional Umum (TIU)Setelah
menyelesaikan modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
pengenalan dan prinsip penanganan penderita sesak napas akibat
trauma maupun sesak napas bukan karena trauma.Tujuan Instruksional
Khusus (TIK)Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa diharapkan
mampu :1. Menjelaskan penilaian dan prioritas tindakan pertama pada
penderita sesak napas.2. Menjelaskan prinsip penilaian primer dan
penilaian sekunder pada penderita sesak napas.3. Menjelaskan cara
dan teknik tindakan pertama pada penderita dengan sesak napas.4.
Menjelaskan komplikasi yang bisa terjadi pada saat tindakan
pertama, dan menjelaskan cara penanggulangan hal tersebut.5.
Menjelaskan pembagian keadaan yang bisa menyebabkan sesak napas.6.
Menjelaskan bagaimana cara memberikan tindakan lanjut apabila
terjadi kegagalan pada tindakan awal.7. Menjelaskan bagaimana cara
memberikan resusitasi apabila terjadi kegagalan sirkulasi.8.
Menjelaskan bagaimana cara pemakaian obat-obat darurat.9.
Menjelaskan bagaimana cara menstabilisasi penderita sesak napas
yang disebabkan oleh trauma.10. Menjelaskan syarat-syarat melakukan
transportasi dan rujukan pada penderita.
CASE 1Male 60 yo brought to Puskesmas with chief complain hard
to breath. Patient looks pale and cyanotic. BP 90/50 mmHg with
pulse 135x/minute and weak. No history of trauma.Skenario
Kata Sulit : -Kata Kunci :1. Laki-laki 60 tahun2. Keluhan sulit
bernapas3. Pasien nampak pucat dan sianosis4. Tekanan darah : 90/50
mmHg5. Nadi : 135 x/menit dan lemah6. Tidak ada riwayat trauma
Pertanyaan-Pertanyaan :1. Bagaimana penanganan awal pada
skenario ?2. Jelaskan tentang secondary survey pada skenario !3.
Jelaskan patomekanisme gejala pada skenario dan hubungan antara
gejala tersebut !4. Jelaskan tentang penggunaan obat-obat darurat
pada skenario !5. Bagaimana syarat-syarat melakukan transportasi
dan rujukan pada skenario tersebut ?Jawaban : 1. Penanganan awal
pada skenario :Primary SurveyPenilaian keadaan penderita dan
prioritas tetapi dilakukan bedasarkan jenis perlukaan, tanda-tanda
vital, dan mekanisme trauma.Pada penderita yang terluka parah
tetapi diberikan berdasarkan prioritas.Tanda vital penderita harus
dinilai secara cepat dan efisien. Proses ini berusaha mengenali
keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu dengan berpatokan pada
Airway, Breathing, Circulation (ABC). Bila ditemukan keadaan yang
mengancam jiwa, maka harus diresusitasi saat itu juga.Airwaya.
Pemeriksaan Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan
napas. Ini meliputi pemeriksaan adanya sumbatan jalan napas yang
dapat disebabkan benda asing, adanya fraktur mandibula atau
kerusakan trakea/larings. Harus diperhatikan pula secara cermat
mengenai kelainan yang mungkin terdapat pada vertebra servikalis
dan apabila ditemukan kelainan, harus dicegah gerakan yang
berlebihan pada tempat ini dan diberikan alat bantu. Pada penderita
yang dapat berbicara, dapat dianggap jalan napas bersih, walaupun
demikian penilaian ulang terhadap airway harus tetap
dilakukan.Look, listen, and feel diawali dengan mendekatkan telinga
ke mulut dan hidung penderita sambil menjaga jalan napas tetap
terbuka. Kemudian pada saat yang sama mengamati dada penderita.1.
Lihat (Look). Apakah penderita mengalami agitasi atau kesadarannya
menurun. Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh
kekurangan oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku
dan kulit sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan penggunaan
otot-otot napas tambahan yang apabila ada merupakan bukti tambahan
adanya gangguan airway.2. Dengar (listen). Adanya suara-suara
abnormal. Pernapasan yang berbunyi (napas tambahan) adalah
pernapasan yang tersumbat. Suara mendengkur (snoring), berkumur
(gurgling) dan bersiul (crowing sound, stridor) mungkin berhubungan
dengan sumbatan parsial pada faring atau laring. Penderita yang
melawan dan berkata-kata kasar (gaduh gelisah) mungkin mengalami
hipoksia dan tidak boleh dianggap karena keracunan/mabuk.3. Rasakan
(feel). Lokasi trakea dan dengan cepat menentukan apakah trakea ada
ditengah. Juga merasakan adanya atau tidaknya hembusan nafas
penderita.14
Gambar 1 Look, Listen and Feelb. Permasalahan Adanya suara nafas
tambahan (noisy breathing) menunjukkan suatu sumbatan airway
parsial yang mendadak dapat berubah menjadi total. Tidak adannya
pernafasan menunjukkan bahwa sumbatan total telah terjadi. Apabila
tingkat kesadaran menurun, deteksi sumbatan airway menjadi lebih
sulit. Adanya dispnea mungkin hanya satu-satunya bukti adanya
sumbatan airway atau cedera trakheobronkhial.Obstruksi jalan nafas
merupakan pembunuh tercepat, lebih cepat dibandingkan gangguan
breathing dan circulation.Lagipula perbaikan breathing tidak
mungkin dilakukan bila tidak ada airway yang paten. Obstruksi jalan
nafas dapat berupa obstruksi total atau parsial.Pada obstruksi
total mungkin ditemukan penderita masih sadar atau dalam keadaan
tidak sadar. Pada obstruksi total yang akut, biasanya disebabkan
tertelannya benda asing yang lalu menyangkut dan menyumbat di
pangkal laring. Bila obstruksi total timbul perlahan maka akan
berawal dari obstruksi parsial yang kemudian menjadi total.1. Bila
Penderita masih SadarPenderita akan memegang leher dalam keadaan
sangat gelisah. Sianosis mungkin ditemukan dan mungkin ada kesan
masih bernafas (walaupun tidak ada ventilasi). Penanganannya adalah
chest thrust atau abdominal thrust menggunakan Heimlich Manouvere.
Tindakan Heimlich dapat dilakukan dengan merangkul korban dari
belakang dan meletakkan kepalan tinju pada ulu hati korban
(abdominal thrust) atau pada dada (chest thrust), kemudian dengan
tangan lainnya menekan tinju tersebut kearah superior dan
posterior. Kontraindikasi abdominal thrust adalah kehamilan tua dan
bayi serta dewasa gemuk.jika penderita adalah bayi /dewasa gemuk
maka untuk mengeluarkan benda asing tersebut dilakukan chest
thrust, back slaps, atau back blow. Pada ibu hamil sebaiknya
menggunakan back blow atau back slap yaitu dengan menepuk atau
memukul punggung pada pertengahan daerah diantara kedua scapula.2.
Bila Penderita ditemukan Tidak SadarTidak ada gejala apa-apa
mungkin hanya sianosis saja.Pada saat melakukan pernapasan buatan
mungkin ditemukan resistensi (tahanan) terhadap ventilasi. Dalam
keadaan ini harus ditentukan dengan cepat adanya obstruksi total
dengan sapuan jari ke dalam faring sampai di belakang epiglottis.
Apabila tidak berhasil mengeluarkan dengan Finger Sweep dan tidak
ada perlengkapan sesuai maka terpaksa dilakukan Abdominal Thrust
atau chest thrust dalam keadaan penderita berbaring. Tindakannya
berupa menekan diafragma atau dada kearah superior dan posterior
secara berulang-ulang sehingga menghasilkan batuk buatan/sumbatan
keluar.Pada obstruksi parsial dapat disebabkan berbagai hal.
Biasanya penderitanya masih bisa bernafas sehingga timbul berbagai
macam suara, tergantung penyebabnya:1. Cairan (Darah, secret,
aspirasi lambung dsb.)Timbul suara gurgling, suara bernafas
bercampur suara cairan.Dalam keadaan ini harus dilakukan
penghisapan. Atau bisa melakukan finger sweep yaitu menyapu cairan
dalam rongga mulut menggunakan jari tangan yang dilapisi dengan
bahan yang dapat menyerap (contoh: kain, kasa), tapi tidak boleh
menggunakan bahan yang mudah hancur bila basah dan dapat mnyebabkan
sumbatan baru (contoh: tissue, kapas)2. Lidah yang jatuh ke
belakang Keadaan ini bisa terjadi karena keadaan tidak sadar atau
patahnya rahang bilateral. Timbul suara mengorok (Snoring) yang
harus diatasi dengan perbaikan Airway, secara manual bisa dengan
head tilt dan chin lift, atau bisa dengan menggunakan alat seperti
orofaringeal tube (guedel)3. Penyempitan di Laring atau
TracheaDapat disebabkan udema karena berbagai hal (luka bakar,
radang, dsb.) ataupun desakan neoplasma.Timbul suara crowing atau
stridor respiratori.Keadaan ini hanya dapat diatasi dengan
perbaikan Airway distal dari sumbatan, misalnya dengan
Trakheostomi.
c. Penanganan 1. Penanganan tanpa AlatBila tidak sadar, pasien
dibaringkan dengan dalam posisi terlentang dan horizontal, kecuali
pada pembersihan jalan napas dimana bahu dan kepala pasien harus
direndahkan dengan posisi semilateral untuk memudahkan drainase
lendir, cairan muntah atau benda asing.Keluarkan semua benda asing
yang terlihat atau muntahan dari mulut, keluarkan cairan dari mulut
dengan memakai jari-jari yang dibungkus dengan sarung tangan atau
dibungkus selembar kain.
Gambar 2 Finger sweepAda 3 manuver yang dianjurkan untuk
dilakukan jika didapatkan benda asing pada jalan napas tersebut,
yaitu:a. Tepuk pada punggung (back blows)Untuk mengeluarkan benda
asing pada bayi/dewasa gemuk maka dilakukan chest thrust, back
slaps, atau back blow. Pada ibu hamil sebaiknya menggunakan back
blow atau back slap yaitu dengan menepuk atau memukul punggung pada
pertengahan daerah diantara kedua scapula.
Gambar 3 Back blowsb. Tekanan pada dada (chest thrust) untuk
mengeluarkan benda asing pada bayi/dewasa gemuk maka dilakukan
chest thrust, back slaps, atau back blow. Tindakan Heimlich dapat
dilakukan dengan merangkul korban dari belakang dan meletakkan
kepalan tinju pada dada (chest thrust), kemudian dengan tangan
lainnya menekan tinju tersebut kearah superior dan posterior.
Gambar 4 Chest thurstc. Tekanan pada abdomen (abdominal
thrust)Tindakan Heimlich dapat dilakukan dengan merangkul korban
dari belakang dan meletakkan kepalan tinju pada dada (chest
thrust), kemudian dengan tangan lainnya menekan tinju tersebut
kearah superior dan posterior. Kontraindikasi abdominal thrust
adalah kehamilan tua dan bayi serta dewasa gemuk.
Gambar 5 Abdominal thurst
Ada dua cara untuk membebaskan obstruksi jalan napas:1. Head
Tilt-Chin LiftTeknik ini hanya dapat digunakan pada korban tanpa
cedera kepala, leher, dan tulang belakang. Tahap-tahap untuk
melakukan tehnik ini adalah :a. Letakkan tangan pada dahi korban
(gunakan tangan yang paling dekat dengan dahi korban).b.
Pelan-pelan tengadahkan kepala pasien dengan mendorong dahi kearah
belakang.c. Letakkan ujung-ujung jari tangan yang satunya pada
bagian tulang dari dagu korban. Jika korban anak-anak, gunakan
hanya jari telunjuk dan diletakkan dibawah dagu.d. Angkat dagu
bersamaan dengan menengadahkan kepala. Jangan sampai mulut korban
tertutup. Jika korban anak-anak, jangan terlalu menengadahkan
kepala.e. Pertahankan posisi ini.
Gambar 6 Head tilt- Chin lift2. Jaw ThrustJaw thrust dilakukan
dengan cara memagang sudut rahang bawah (angulus mandibula) kiri
dan kanan dan mendorong rahang bawah ke depan. Bila cara ini
dilakukan sambil menggunakan masker dari alat bag-valve dapat
dicapai kerapatan yang baik dan ventilasi yang adequat. Hal ini
harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah ekstensi
kepala.
Gambar 7 Jaw ThrustIndikasi jaw thrust: pasien trauma responsif
dengan cedera tulang belakang dicurigai tidak mampu mempertahankan
jalan napas paten. Sedangkan kontraindikasinya: trauma pasien
responsif yang mulutnya tidak dapat dibuka.
2. Penanganan dengan Menggunakan Alata. Pipa nasofaringealAlat
ini berfungsi untuk menjaga jalan napas agar tetap bebas dari
sumbatan. Alat ini lebih baik daripada oropharingeal airway pada
penderita sadar karena tidak akan menyebabkan muntah dan lebih
ditolerir penderita. Bila pada pemasangan ditemui hambatan,
berhenti dan pindah ke lubang hidung yang lain.
Gambar 8 Pipa Nasofaringeal
Tahap tahap menggunakan alat ini:a. Lumasi pipa nasofaringeal
sebelum disisipkanb. Nasofaringeal disisipkan pada salah satu
lubang hidung yang tampak tidak tertutupc. Lewatkan dengan
hati-hati di orofaring posterior.d. Bila hambatan dirasakn sebelum
pemasangan airway hentikan dan coba melalui lubang hidung
satunya.e. Bila ujung pipa nasofaring tampak di orofaring posterior
alat ini dapat menjadi saran yang nyaman untuk memasang pipa
nasogastric tube pada penderita dengan fraktur tulang wajah.f. Pada
penderita yang masih memberi respon nasofaringeal lebih baik karena
tidak merangsang muntah dibanding bila menggunakan pipa
orofaringeal.
b. Pipa orofaringealAlat ini berfungsi untuk menjaga jalan napas
agar tetap bebas dari sumbatan. Alat ini tidak boleh mendorong
lidah ke belakang karena akanmenyumbat faring. Alat ini juga tidak
boleh dipakai pada penderita sadar karena akan menyebabkan muntah
dan kemudian aspirasi.
Gambar 9 Pipa OrofaringealTahap tahap menggunakan alat ini:a.
Pipa orofaringeal disisipkan ke dalam mulut dibalik lidahb. Gunakan
spatula lidah untuk menekan lidah dan sisipkan airway tersebut ke
belakang. Alat ini tidak boleh mendorong lidah ke belakang karena
akan menyumbat airway.c. Teknik dengan menyisipkan orofaringeal
secara terbalik sehingga bagian cekung menghadap ke arah cranial
sampai di daerah palatum molle.d. Pada titik ini alat di putar 180
derajat, bagian cekung menghadap ke arah kaudal, alat diselipkan ke
tempatnya di atas lidah.e. Cara ini tidak boleh dilakukan pada
anak-anak karena rotasi alat ini dapat merusak mulut dan
faring.
Gambar 10 Pipa Endotrachealc. CricothyroidotomyJika seluruh cara
pembebasan jalan napas sudah dilakukan tetapi tidak menunjukkan
keberhasilan (masih ada obstruksi airway), maka dilakukan
Cricothyroidotomi, yaitu dengan melakukan insisi pada membran
cricothyroid yang terletak di antara cartilago thyroid dan cricoids
lalu memasukkan benda yang berongga.Breathinga. Pemeriksaan Yang
pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas.Ini meliputi
pemeriksaan adanya sumbatan jalan napas yang dapat disebabkan benda
asing, adanya fraktur mandibula atau kerusakan trakea/larings.
Harus diperhatikan pula secara cermat mengenai kelainan yang
mungkin terdapat pada vertebra servikalis dan apabila ditemukan
kelainan, harus dicegah gerakan yang berlebihan pada tempat ini dan
diberikan alat bantu. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat
dianggap jalan napas bersih, walaupun demikian penilaian ulang
terhadap airway harus tetap dilakukan.Look, listen, and feel
diawali dengan mendekatkan telinga ke mulut dan hidung penderita
sambil menjaga jalan napas tetap terbuka. Kemudian pada saat yang
sama mengamati dada penderita.1. Lihat (Look). Apakah penderita
mengalami agitasi atau kesadarannya menurun. Agitasi memberi kesan
adanya hipoksia dan penurunan kesadaran memberi kesan adanya
hiperkarbia. Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh
kekurangan oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku
dan kulit sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan penggunaan
otot-otot napas tambahan yang apabila ada merupakan bukti tambahan
adanya gangguan airway.2. Dengar (listen). Adanya suara-suara
abnormal. Pernapasan yang berbunyi (napas tambahan) adalah
pernapasan yang tersumbat. Suara mendengkur (snoring), berkumur
(gurgling) dan bersiul (crowing sound, stridor) mungkin berhubungan
dengan sumbatan parsial pada faring atau laring. Penderita yang
melawan dan berkata-kata kasar (gaduh gelisah) mungkin mengalami
hipoksia dan tidak boleh dianggap karena keracunan/mabuk.3. Rasakan
(feel). Lokasi trakea dan dengan cepat menentukan apakah trakea ada
ditengah.Juga merasakan adanya atau tidaknya hembusan nafas
penderita.
Gambar 11 look, listen, and feel
b. PermasalahanTanda distres nafas:1. Nafas dangkal dan cepat.2.
Gerak cuping hidung (flaring nostril)3. Tarikan sela iga
(retraksi).4. Tarikan otot leher (tracheal tug).5. Nadi cepat.6.
Hipotensi.7. Vena leher distensi.8. Sianosis (tanda lambat).c.
Penanganan1. Tanpa alatTeknik mulut ke mulut (mouth to mouth) ini
adalah teknik yang cepat dan efektif untuk memberikan oksigen pada
seorang korban.a. Ventilasi mouth to mouthPelaksanaan pernapasan
buatan dari mulut ke mulut melalui tahapan sebagai berikut :1.
Korban ditelentangkan.2. Bersihkan mulut, hidung dan tenggorokkan
korban.3. Kepala korban ditengadahkan ke atas, satu tangan penolong
diletakkan di bawah leher dan satu tangan di dahi.4. Leher korban
kemudian diangkat ke atas dan dahinya ditekan ke bawa, untuk
membuka jalan napas.5. Isap udara sebanyak-banyaknya ke dalam
paru-paru sendiri (penolong), kemudian hembuskan ke dalam mulut
korban yang sudah terbuka dengan cukup kuat.6. Usahakan jangan
sampai ada udara yang bocor ke luar, dengan menutup hidung korban
dengan jari.7. Perhatikan dada korban, apabila berkembang berarti
udara masuk paru-paru. Pada saat itu mulut penolong dilepaskan dari
korban.8. Hembuskan sebanyak 12-15 kali permenit, sambil selalu
memperhatikan apakah rongga dada bergerak.9. Bila perut korban
mengembung, tekanlah sekali-kali bagian sebelah kiri dari perutnya
untuk mengeluarkan udara dari lambung.
Gambar 12 mouth to mouthb. Ventilasi Mouth to NoseMetode
ventilasi dari mulut ke hidung dapat digunakan di mana penyelamat
memilih ketika rahang korban erat terkatup, atau ketika resusitasi
bayi dan anak kecil.Teknik untuk mulut ke hidung sama dengan mulut
ke mulut kecuali untuk menyegel jalan napas. Tutup mulut korban
dengan tangan mendukung rahang dan mendorong bibir bersama-sama
dengan ibu jari.Ambil napas dan menempatkan mulut Anda terbuka
lebar melalui hidung korban (atau mulut dan hidung pada bayi) dan
meniup untuk menggelembungkan paru-paru korban. Angkat mulut Anda
dari hidung korban dan mencari jatuhnya dada, dengarkan dan rasakan
untuk melarikan diri dari udara dari hidung dan mulut.Jika dada
tidak bergerak, ada obstruksi, segel tidak efektif, atau udara
cukup ditiup ke paru-paru.Dalam resusitasi mulut ke hidung
kebocoran dapat terjadi jika mulut penyelamat itu tidak terbuka
cukup, atau jika mulut korban tidak disegel memadai. Jika masalah
ini terus berlanjut, gunakan mulut ke mulut resusitasi. Ini mungkin
akan menemukan bahwa penyumbatan hidung mencegah inflasi yang
memadai. Jika hal ini terjadi, mulut ke mulut resusitasi harus
digunakan.
Gambar 13 mouth to nose
2. Dengan Menggunakan AlatMemberikan pernafasan buatan dengan
alat ambu bag (self inflating bag). Pada alat tersebut dapat pula
ditambahkan oksigen.Pernapasan buatan dapat pula di berikan dengan
menggunakan ventilator mekanik( ventilator/ respirator).a. Mulut ke
sungkup :Hembuskan udara ekshalasi penolong melalui sungkupyang
cocok menutup lubang hidung dan mulut pasienmemberikan konsentrasi
O2,16%.
Gambar 14 mouth to mask
b. Bag Valve Mask Ventilation (Ambu Bag)Merupakan cara pemberian
napas buatan dengan menggunakan alat. Dipakai alat yang ada bag dan
mask dengan di antaranya ada katup. Konsentrasi oksigen tergantung
dari adanya suplementasi oksigen. Untuk mendapatkan penutupan
masker yang baik maka sebaiknya masker di pegang satu petugas
sedangkan petugas lain memompa.
Gambar 15 Bag Valve Mask Ventilationc. Oxygen Tabung
(Oxycan)Merupakan oxygen dalam tabung kecil yang berisi O2. Cara
menggunakannya: penutup tabung dibuka lalu dihubungkan dengan
penyemprotan. Penutup tabung ini berfungsi sebagai mask. Sambil
menyemprotkan oxygen, penderita disuruh menarik napas
panjang.21
Gambar 16 Oxycan
d. Kanul hidung (Nasale canule)Kanal hidung lebih dapat
ditolerir oleh anak anak, face mask akan ditolak karena merasa
dicekik. Orang dewasa juga kadang kadang menolak face mask karena
dianggap mencekik.Kekurangan kanul hidung adalah dalam konsentrasi
oksigen yang dihasilkannya. Pemberian oksigen melalui kanul hidung
tidak bisa lebih dari 6 liter/menit karena tidak berguna untuk
meningkat konsentrasi oksigen dan iritatif untuk penderita.
Gambar 17 Nasale canule)e. Face mask (Breathing Mask)Masker
dengan lubang pada sisinya. Pemakaian dengan face mask dalam
pemberian oksigen lebih baik dibandingkan kanul hidung karena
konsentrasi oksigen yangdihasilkannya lebih tinggi.f. Non Breathing
MaskPada face mask dipasang reservoir oksigen yang mempunyai katup.
Bila diinginkan konsentrasi oksigen yang tinggi maka non breathing
mask paling baik.Indikasi Terapi Oksigen:1. Gagal napas 2. Infark
miokard akut (IMA)3. Gagal jantung 4. Syok 5. Kesadaran menurun 6.
Kasus-kasus dgn kebutuhan O2 meningkat 7. Pasca operasi besar 8.
Keracunan CO Cara pemberian oksigen1. Kanula hidung
Dengan kanula hidung fraksi oksigen (FiO2) yang dapat dicapai
30-40 %. Flow rate yang diberikan cukup 2-4 liter, sebab pemberian
flow rate yang lebih dari 4 liter tidak akan menambah FiO2 lebih
dari 40 %, bahkan hanya pemborosan okasigen, akan menyebabkan
iritasi mukosa hidung dan kurang nyaman bagi pasien. Dengan kanula
hidung pasien masih dapat berbicara, makan dan minum. Cara kerja
Selain oksigen yang diberikan melalui kanula hidung, udara masih
dapat masuk melalui kedua lubang hidung. Bila pasien bernapas
melalui mulut, menyebabkan udara masuk pada waktu inhalasi dan akan
mempunyai efek venturi pada bagian belakang faring sehingga
menyebabkan oksigen yang diberikan melalui kanula hidung terhirup
melalui hidung. 2. Sungkup sederhana
Sungkup ini dirancang untuk menambah kadar oksigen pada udara
pernapasan pasien, umumnya untuk meningkatkan kadar oksigen dengan
konsentrasi sedang. Fraksi oksigen yang dapat dicapai yaitu 40 60
%. Flow rate yang diberikan 4- 12 L/menit. Komponen : Bagian badan
sungkup yang dilengkapi dengan lubang hidung di kedua sisinya.
Bagian lain dihubungkan dengan pipa ke sumber oksigen Pipa elastik
untuk mengikat sungkup pada wajah pasien. Mekanisme kerja : Udara
luar masuk dan udara ekshalasi keluar melalui lubang-lubang pada
kedua sisi badan sungkup Oksigen masuk melalui sisi lubang yang
lain Konsentrasi akhir dari oksigen yang dihirup tergantung dari
pola pernapasan pasien dan tingginya liter oksigen yang diberikan
serta besarnya kebocoran dari sisi sungkup yang tidak melekat erat
di wajah pasien. 3. Sungkup dengan reservoir rebreathing
Seperti halnya sungkup sederhana namun dengan sungkup yang
memakai reservoir rebreathing diharapkan tekanan partial oksigen
pada inspirasi dapat lebih tinggi. Fraksi oksigen yang dapat
dicapai yaitu 40-80 %. Flow rate yang diberikan untuk mencapai FiO2
yang tinggi yaitu 10-12 L/menit.
Komponen : Sungkup sederhana ditambah reservoir bag. Mekanisme
kerja: Oksigen aliran tinggi yang diberikan akan mengisi sungkup
yang berlubang-lubang pada kedua sisi dinding. Sungkup menerima
okigen yang masuk pada saat ekspirasi hawa ekshalasi mengisi
sungkup campur dengan oksigen yang ada, sedang hawa ekshalasi
sebagian yang lain. Selanjutnya pada inspirasi berikutnya
terhisaplah udara luar yang masuk bercampur dengan udara sisa
ekshalasi sebelumnya dan oksigen dari reservoir bag maupun dari
sumber oksigen (tabung). 4. Sungkup dengan resrvoir non rebreathing
Fungsi: Tidak berbeda dengan sungkup yang lain, hanya saja pada
pemakaian sungkup dengan reservoir non rebreathing ini dapat
dicapai tekanan partial oksigen pada inspirasi lebih tinggi yaitu
90 %. Digunakan aliran oksigen 10-12 L/menit. Komponen: Sungkup
sederhana dengan lubang berkatup searah pada kedua sisinya. Selama
dihubungkan dengan sumber oksigen juga terpasang reservoir bag.
Mekanisme kerja: Seperti sungkup dengan reservoir bag, namun disini
tidak terhirup ulang hawa ekshalasi sebelumnya. 5. Sungkup venturi
Fungsi: Umumnya diberikan untuk memberikan kadar oksigen tinggi
dengan konsentrasi yang tetap. Biasansa hanya diberikan pada
penderita tertentu misalnya penderita penyakit paru obstruktif
menahun. Fraksi oksigen yang dicapai sesuai dengan ukuran dan warna
yaitu 24 %, 28 %, 31 %, 35 %, 40 % dan 60 %. Komponen: Badan
sungkup berlubang-lubang pada kedua sisi sungkup Ujung atas sungkup
dihubungkan dengan alat venturi. Alat ini dibuat dalam berbagai
ukuran warna, sebagai tanda berapa konsentrasi oksigen yang dapat
dicapai. Adapula alat venturi ini yang dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat diatur seberapa lubang yang dikehendaki dibentuk
sehingga dapat dicapai konsentrasi oksigen yang sesuai. Mekanisme
kerja: Oksigen flow yang diberikan tinggi Oksigen tersebut mengalir
melalui bagian yang sempit sehingga menyebabkan efek venturi yaitu
tekanan negatif ditempat tersebut sehingga hal ini menyebabkan
udara luar tersedot masuk melalui celah-celah alat venturi da
bercampur dengan oksigen, sehingga mencapai konsentrasi yang
sesuai. Oleh karena flow dari oksigen yang diberikan cukup tinggi
maka hawa ekshalasi pasien segera akan didorong keluar dari dalam
sungkup melalui lubang, pada kedua sisi sungkup, maka dari itu
tidak ada udara ekshalasi yang terhirup kembali dan ini tidak akan
meningkatkan ruang mati. Penilaian Penilaian dari memadai dan
berhasilnya terapi oksigen adalah dengan evaluasi fisik dari fungsi
kardiorespirasi dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
analisis gas darah. Tanda ventilasi diukur dari tidal volume,
jumlah pernapasan dan bantuan otot-otot pernapasan. Tanda vital
kardiovaskuler termasuk denyut nadi, tekanan darah, kondisi perfusi
jaringan, tingkat kesadaran termasuk produksi urine.
Circulationa. PemeriksaanPerdarahan merupakan sebab utama
kematian pasca-trauma yang mungkin dapat diatasi dengan terapi yang
cepat dan tepat di rumah sakit.Suatu keadaan hipotensi pada pasien
trauma harus dianggap disebabkan oleh hipovolemia, sampai terbukti
sebaliknya. Dengan demikian diperlukan penilaian yang cepat dari
status hemodinamik.14Pemeriksaan pada circulationadalah :1. Dapat
mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatalPerdarahan
eksternal dihentikan dengan penekanan pada luka.2. Mengetahui
sumber perdarahan internalSumber perdarahan internal (tidak
terlihat) adalah perdarahan rongga toraks, abdomen, sekitar fraktur
tulang, retro-peritoneal atau fraktur pelvis.3. Tingkat
kesadaranBila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang,
yang akan mengakibatkan penurunan kesadaran (jangan dibalik; pasien
yang sadar belum tentu normo-volemik)4. Nadi Pemeriksaan sistem
sirkulasi darah (Circulation) dilakukan dengan menilai adanya
pulsasi arteri femoralis atau arteri karotis
(kiri-kanan).pemeriksaan ini maksimal dilakukan selama 5 detik.
Tidak ditemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda
dipelukannya resusitasi segera untuk memperbaiki volume dan cardiac
output.5. Warna kulitWarna kulit dapat membantu diagnosis
hipovolemia.Pasien trauma yang kulitnya kemerahan, terutama pada
wajah dan ekstremitas, jarang yang dalam keadaan
hipovolemia.Sebaliknya wajah pucat keabu-abuan dan kulit
ekstremitas yang pucat merupakan tanda hipovolemia.
b. PermasalahanHarus berhati-hati pada kelompok umur muda, tua,
atlit dan pemakaian obat-obatan tertentu, karena penderita tidak
bereaksi secara normal.1. Orang tua walaupun dalam keadaan sehat,
sulit untuk meningkatkan denyut jantung dalam keadaan hipovolemia.
Akibatnya adalah bahwa takikardia mungkin tidak terlihat pada orang
tua walaupun sudah hipovolemia. Pada oran tua sering tidak ada
hubungan antara tekanan darah dengan curah jantung.2. Anak kecil
mempunyai cadangan fisiologis yang besar. Bila jatuh dalam keadaan
syok, akan berlangsung tiba-tiba dan katastrofik.3. Atlit juga
mempunyai cadangan fisiologis yang besar, lagipula biasanya dalam
keadaan bradikardia dan mungkin tidak ditemukan takikardia walaupun
sudah hipovolemia.4. Kerapkali anamnesis yang meliputi AMPLE
(dibicarakan dalam survay sekunder) tidak dilakukan sehingga tim
trauma tidak sadar akan pemakaian obat-obatan tertentu.Harus selalu
diwaspadai penderita dengan hemodinamik normal yang belum tentu
normal.c. PenangananSupaya RJP yang dilakukan efektif dan mencegah
cedera yang serius pada korban maka kompresi dada eksternal
harusdilakukan pada titik kompresi RJP. Yang harus diperhatikan
adalah :1. Menentukan Titik Kompresi.2.Posisikan diri Anda berlutut
disamping korban. 3.Gunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan
Anda untuk menentukan batas bawah dari sangkar costa.4.Jika sudah
Anda dapatkan , gerakkan jari Anda menelusuri lengkung costa sampai
ke takik pada ujung sternum (proc. Xiphoideus).5.Letakkan jari
tengah Anda di atas atau pada takik dan jari telunjuk di sebelah
atasnya.6. Letakkan tumit tangan Anda yang lain (tangan yang dekat
dengan kepala korban) di atas sternum, di sebelah atas jari
telunjuk. 7.Angkat jari-jari Anda dari takik dan letakkan tangan
tersebut di atas tangan yang lain pada dada
Gambar 18 Posisi tangan saat RJP1) RJP pada orang dewasaLangkah
melakukan RJP :1. Lakukan 30 kali pijat jantung dengan diselingi 2
kali nafas buatan ini berulang selama 2 menit.2. Setelah 2 menit
(7-8 siklus) raba nadi leher 30 : 2.3. Bila masih belum teraba
denyut nadi leher, lanjutkan 30 x pijat jantung dan 2 x nafas
buatan. Ini merupakan satu siklus.4. Setelah lima siklus, dapat
diperiksa kembali apakah sudah ada denyut jantung. Bila belum ada,
ulangi kembali siklus sampai datang bantuan atau ambulans.
Gambar 19. RJP pada orang dewasa dengan 1 penolong
Cara memberi nafas buatan:1. Pertahankan posisi kepala tetap
tengadah.2. Jepit hidung dengan tangan yang mempertahankan kepala
tetap tengadah.3. Buka mulut penolong lebar-lebar sambil menarik
nafas panjang.4. Tempelkan mulut penolong diatas mulut korban
dengan rapat. Hembuskan udara kemulut korban sampai terlihat dada
terangkat/ bergerak naik5. Lepaskan mulut penolong, biarkan udara
keluar dari mulut korban, dada korban tampak bergerak turun.6.
Berikan hembusan nafas kedua dengan cara yang sama.(1,2,3)2.
Secondary SurveiSecondary survey diilakukan setelah primary survey
selesai.Prinsipnya adalah melakukan pemeriksaan ulang dari kepala
sampai kaki (head to toe examination) dan tanda vital. Peluang
untuk membuat kesalahan yang cukup besar sehingga diperlukan
pemeriksaan teliti yang menyeluruh.1. Pada survey sekunder
dilakukan pemeriksaan neurologi lengkap, termasuk mencatat GCS bila
belum dilakukan pada survey primer. Pada survey sekunder ini
dilakukan anamnesa singkat dengan metode di bawah ini:A: AlergiM:
Medical (obat yang diminum saat ini)P: Past illness (penyakit
penyerta) atau pregnancyL: Last MealE: Event atau Environment
(lingkungan) yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.Mekanisme
perlukaan sangat menentukan keadaan penderita.Petugas harus
melaporkan mekanisme perlukaan. Jenis perlukaan dapat diramalkan
dari mekanisme perlukaan tersebut.Posisi pemulihan digunakan pada
penatalaksanaan penderita yang tidak berespon tapi dapat bernapas.
Saat penderita tidak berespon/ tidak sadar berbaring terlentang dan
bernapas spontan, jalan napas dapat tersumbat oleh lidah atau mucus
dan muntahan. Masalah ini dapat dicegah saat penderita dimiringkan,
karena cairandapat mengalir keluar dengan mudah dari mulut.Beberapa
penyesuaian diperlukan antara posisi yang ideal agar jalan napas
tetap terbuka dan bantuan yang diperlukan dan tetap dilakukan.
Terdapat beberpa pendapat tentang recovery position, setiap
pendapat tersebut mempunyai keuntungan tersendiri. Tidak ada posisi
yang terbaik untuk semua penderita, namun yang harus
dipertimbangkan adalah:a. Penderita ditempatkan dengan posisi yang
hampir mendekati lateral penuh dengan mempertahankan kepala agar
cairan dapat mengalir dengan bebas.b. Posisi penderita dalam
keadaan stabil.c. Mencegah terjadinya penekanan pada dada yang
dapat menganggu pernapasan.d. Harus sedapat mungkin mengembalikan
posisi penderita dengan mudah dan aman dengan mempertimbangkan
kemungkinan trauma servikal.e. Observasi dan penilaian jalan napas
harus dapat dilakukan dengan sebaik mungkin.f. Posisi itu sendiri
tidak menyebabkan trauma pada penderita.g. Jika penderita tetap
berada pada recovery position selama lebih dari 30 menit, penderita
dibalik ke sisi yang berlawanan.(1)
Gambar 1 Position Recovery
3. Patomekanisme gejala pada skenario dan hubungan antar gejala
tersebut :Sesak napas :Peningkatan tekanan pengisian bilik kiri
(left ventricular filling pressure) menyebabkan transudasi cairan
ke jaringan paru. Penurunan compliance (regangan) paru menambah
kerja napas. Sensasi sesak napas juga disebabkan penurunan aliran
darah ke otot-otot pernapasan.Takikardia :Peningkatan denyut
jantung akibat peningkatan tonus simpatik. Penurunan curah jantung
dan tekanan darah meningkatkan denyut jantung melalui baroreseptor
di aorta dan arteri karotis.Sianosis :Penurunan tekanan oksigen di
jaringan perifer dan peningkatan ekstraksi oksigen yang terjadi
pada gagal jantung akut akan mengakibatkan peningkatan
methemoglobin (reduced Hb) kira-kira 5 g/100 ml, sehingga timbul
sianosis.Pucat : Kulit kelihatan pucat menandakan adanya penurunan
kadar hemoglobin dalam darah.Hipotensi :Ada beberapa faktor yang
menyebabkan mengapa terjadinya penurunan tekanan darah, hal ini
dapat dikategorikan sebagai berikut :1. Kurangnya pemompaan darah
dari jantung. Semakin banyak darah yang dipompa dari jantung setiap
menitnya (cardiac output), semakin tinggi tekanan darah.2. Volume
(jumlah) darah berkurang. Hal ini dapat disebabkan oleh perdarahan
yng hebat, diare yang tidak cepat teratasi, keringat berlebihan,
buang air kecil atau berkemih berlebihan.3. Kapasitas pembuluh
darah. Pelebaran pembuluh darah (dilatasi) menyebabkan menurunnya
tekanan darah.Hubungan antar gejala :Sesak napas terjadi karena
adanya peningkatan cairan dalam pembuluh darah di paru yang
menyebabkan terganggunya fungsi paru-paru, sehingga jumlah oksigen
yang dihasilkan berkurang, sehingga ikatan Hb dan 02 berkurang yang
akan menyebabkan terjadinya sianosis dan pucat.Jika terjadi
gangguan kontraksi ventrikel kiri, maka akan terjadi penurunan
curah jantung, sehingga menyebabkan hipotensi. Kompensasi tubuh
dari penurunan curah jantung dan tekanan darah ini akan merangsang
aktivitas baroreseptor di aorta dan arteri karotis untuk
meningkatkan tonus simpatis sehingga terjadi nadi yang meningkat,
tetapi karena jantung tidak sanggup untuk berkontraksi kuat,
sehingga nadi bisa menjadi lemah.(4)4. Penggunaan obat-obat darurat
pada skenario :\Obat-obat Bronkodilator :1. AdrenergikYang
digunakan adalah B2-simpatometika yang berikut : salbutamol,
terbutalin, tretoquinol, fenoterol, rimiterol, prokaterol, dan
klenbuterol. Lagi pula, obat long acting yang agak baru yaitu
salmoterol dan formoterol.
Obat-obat adrenergic yang sering digunakan sebagai bronkodilator
:a. Adrenalin epinefrin Lidonest 2%Zat adrenergic ini dengan efek
alfa + beta adalah bronkodilator terkuat dengan kerja cepat tetapi
singkat dan digunakan untuk serangan asma yang hebat. Efek samping
berupa efek sentral (gelisah, tremor, sakit kepala) dan terhadap
jantung palpitasi dan aritmia. Dosis : 0,3 ml dari larutan 1:1000
yang dapat diulang dua kali setiap 20 meter (tartrat)b.
EfedrinDerivat adrenalin ini memiliki efek sentral lebih kuat
dengan efek bronkodilatasi lebih ringan dan bertahan lama (4 jam).
Efedrin dapat diberikan secara oral. c. IsoprenalinDerivat ini
mempunyai efek b1 + b2 adrenergis dan memiliki daya bronkodilatasi
baik tetapi resorpsinya di usus buruk dan tidak teratur.d.
SalbutamolDosis 3-4 dd 2-4 mg (sulfat) inhalasi 3-4 dd 2 semprotan
dari 100 mcg, pada serangan akut 2 puff yang dapat diulang sesudah
15 menit. Pada serangan hebat i.m. atau s.c. 250-500 mcg, yang
dapat diulang sesudah 4 jam.e. TerbutalinDosis 2-3 dd 2,5-5 mg
(sulfat) inhalasi 3-4 dd 1-2 semprotan dari 250 mcg, maksimum 16
puff sehari, s.c. 250 mcg, maksimum 4 kali sehari.2.
AntikolinergikContoh obat antikolinergik yang digunakan sebagai
bronkodilator :Ipratropium : atrovent :Ipratropium berdaya
mengurangi hipersekresi di bronchi, yakni efek mengeringkan dari
obat antikolinergik, makan amat efektif pada pasien yang
mengeluarkan banyak dahak. Dosis inhalasi 3-4 dd 2 semprotan dari
20 mcg (bromide)3. Derivat Xanthin :teofilin, aminofilinObat-obat
golongan xanthin yang sering digunakan sebagai bonkodilator :a.
Teofilin : Teofilin menstimulasi SSP dan pernapasan, serta bekerja
diuretic lemah dan singkat. Dosis 3-4 dd 125-250 mcg microfine
(retard). I mg teofilin 0 aq =1,1 g teofilin 1 aq = 1,7 g
aminofilin 0 aq=1,23 g aminofilin 1 aq.b. AminofilinGaram yang
dalam darah membebaskan teofilin kembali. Garam ini bersifat basa
dan sangat merangsang selaput lendir, sehingga secara oral sering
mengakibatkan gangguan lambung, juga pada penggunaan dalam
suppositoria dan injeksi intramuskuler. Pada serangan asma, obat
ini digunakan sebagai injeksi i.v
Pada keadaan syok kardiogenik dan gagal jantung :Ada tiga jenis
obat yang digunakan :1. Intropik a. Dopamin dan DobutaminDopamin
dan dobutamin merupakan obat inotropik secara parenteral. Mempunyai
mula kerja yang cepat dan lama kerja yang singkat sehingga lebih
disukai disbanding digoxin untuk menangani gagal jantung yang akut
dan berat. Dopamin maupun dobutamin bersifat simpatomimetik
sehingga meningkatkan curah jantung, tekanan darah dan denyut
jantung.Dosis dopamine (IV drip) biasanya 5-10 g/kgBB/menit. Pada
dosis (g/kgBB/menit) :2-5 menimbulkan vasodilatasi ginjal, 5-8 :
inotropik,>8 : takikardi, >10 : vasokontriksi ringan, 15-20
:vasokontriksi. Dosis dobutamin (IV drip) : 5-8 g/kgBB/menit.2.
DiuretikFurosemid biasanya dipakai pada anak dengan dosis 1-2
mg/kgBB/hari. Dapat diberikan secara oral atau intravena dengan
dosis yang sama. Furosemid menghambat reabsorpsi air dan natrium di
ginjal sehingga mengurangi volume sirkulasi sehingga mengurangi
preload jantung. Efek samping furosemid adalah hipokalemia.(5)5.
Syarat-syarat melakukan transportasi dan rujukan pada skenario
:Syarat rujukan :a. Pasien dirujuk apabila masih sakit tidak mampu
menangani pasien karena keterbatasan sumber daya manusia maupun
fasilitas serta keadaan pasien yang masih memungkinkan untuk
dirujuk.b. Keadaan yang mengancam jiwa harus tertangani terlebih
dahulu (A,B,C,D,E)c. Dokter yang merujuk menyertakan dokumen
mengenai identitas pasien, hasil anamnesis dan kondisi pasiend.
Tersedia layanan rujukan seperti transportasi dan perawat yang
berpengalaman untuk ikut sertae. Dokter dan rumah sakit yang
menerima pasien bersedia dan dapat memberikan penanganan kepada
pasienTransportasi :1. Syarat Transportasi PenderitaMemenuhi syarat
:a. Gangguan pernapasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi,
resusitasi bila perlub. Kesadaranc. Pernapasand. Tekanan darah dan
denyut nadi2. Syarat alat transportasiKendaraan :a. Darat
(Ambulance, pick up, truck, gerobak, dll)b. Laut (perahu, rakit,
kapal, perahu motor)c. Udara (pesawat terbang, helicopter)Yang
terpenting adalah :a. Penderita dapat terlentang b. Cukup luas
minimal untuk 2 penderita dan petugas dapat bergerak leluasac.
Cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri dan infuse dapat
jalan.(1)
DAFTAR PUSTAKA1. American College of Surgeons Committee On
Trauma. Editor. Advanced Trauma Life Support for Doctors. Uniter
States of America: American College of Surgeons Committee On
Trauma;2008.2. Uyainah A, editor Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM,
Jilid 1, edisi V.cetakan pertama 2011.Jakarta: InternaPublishing
Halaman 162, 1643.Satyanegara. Editor. IlmuBedahSarafEdisi IV.
Jakarta: PT GramediaPustakaUtama; 2010.4. Bakta, Made. 1999. Gawat
Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : EGC5. Diktat Kuliah
Sistem Gawat Darurat dan Traumatologi, 2011