KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan ridho-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan
tugas laporan yang berjudul Laporan Fisiologi Pemeriksaan Modalitas
Rasa dalam Rongga Mulut ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
penyusunan laporan ini adalah sebagai laporan hasil praktikum
fisiologi Blok Sistem Stomatognati II.
Dalam tugas yang telah diberikan, kami menyadari bahwa laporan
ini masih banyak kekurangan dan kesalahan dari apa yang diharapkan.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun bagi perbaikan laporan ini. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.
Jember, 19 April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..... 1
Daftar Isi
..... 2
Bab I Dasar Teori..... 3
Bab II Hasil Percobaan..... 8
Jawaban Pertanyaan..... 14Bab III Pembahasan..... 17Bab IV
Kesimpulan..... 27Daftar Pustaka
..... 26BAB I
DASAR TEORI
Cita rasa merujuk pada stimulasi bintil pengecap, reseptor yang
ada pada lidah. Ketika kita membicarakan tentang cita rasa makanan,
umumnya yang kita maksud adalah rasa makanan. Indra lain dalam
konteks terpisah, tetapi akson pengecapan dan penciuman bersatu
pada sebuah sel di sebuah area yang disebut korteks endopiriform.
Adanya penggabungan tersebutlah yang memungkinkan pengecapan dan
penciuman menyatukan pengaruhnya dalam hal pemilihan makanan.
Reseptor cita rasa bukanlah neuron sejati, tetapi merupakan sel-sel
kulit yang termodifikasi. Sama seperti neuron, reseptor cita rasa
memiliki membran yang dapat tereksitasi dan melepaskan
neurotransmitter untuk mengeksitasi neuron. Neuron tersebutlah yang
akan mengantarkan informasi ke otak. Seperti layaknya sel kulit,
reseptor cita rasa secara bertahap terkikis dan tergantikan, tiap
reseptor bertahan selama 10 hingga 14 hari. Reseptor cita rasa
mamalia berada di dalam bintil pengecap yang terletak di papilla
(papillae), suatu struktur yang ada di permukaan lidah. Tiap
papilla mengandung nol hingga 10 atau bahkan lebih bintil pengecap,
dan dalam tiap bintil pengecap terdapat sekitar 50 sel reseptor.
Pada manusia dewasa, sebagian besar bintil pengecap terletak pada
sepanjang sisi luar tepian lidah, pada bagian tengah hanya terdapat
sedikit bintil pengecap atau tidak sama sekali.
Pada lidah terdapat tiga papil pengecap, yaitu:
a) Papil bentuk benang, merupakan papil peraba dan tersebar di
seluruh permukaan lidah
b) Papil seperti huruf V, tersusun dalam lengkungan yang
dilingkari oleh suatu saluran pada daerah dekat pangkal lidah
c) Papil berbentuk palu, terdapat pada daerah tepi-tepi
lidah.
Pengecap merupakan fungsi utama taste buds dalam rongga mulut,
namun indera pembau juga sangat berperan pada persepsi pengecap.
Selain itu, tekstur makanan seperti yang dideteksi oleh indera
pengecap taktil dari rongga mulut dan keberadaan elemen dalam
makanan seperti merica, yang merangsang ujung saraf nyeri, juga
berperan pada pengecap. Makna penting dari indera pengecap adalah
bahwa fungsi pengecap memungkinkan manusia memilih makanan sesuai
dengan keinginannnya dan mungkin juga sesuai dengan kebutuhan
jaringan akan substansi nutrisi tertentu. Indera pengecap kurang
lebih terdiri dari 50 sel epitel yang termodifikasi, beberapa di
antaranya disebut sel sustentakular dan lainnya disebut sel
pengecap. Sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan
mitosis dari sel disekitarnya, sehingga beberapa diantaranya adalah
sel muda dan lainnya adalah sel matang yang terletak ke arah bagian
tengah indera dan akan segera terurai dan larut. Sensasi rasa
pengecap timbul akibat deteksi zat kimia oleh resepor khusus di
ujung sel pengecap (taste buds) yang terdapat di permukaan lidah
dan palatum molle. Sel pengecap tetap mengalami perubahan pada
pertumbuhan, mati dan regenerasi. Proses ini bergantung pada
pengaruh saraf sensoris karena jika saraf tersebut dipotong maka
akan terjadi degenerasi pada pengecap.
Rangsangan kimia yang berasal dari luar tubuh diterima oleh
reseptor kimia (chemoreseptor). Kemoreseptor kita terhadap
lingkungan luar adalah berupa tunas pengecap yang terdapat pada
lidah. Agar suatu zat dapat dirasakan, zat itu harus larut dalam
kelembapan mulut sehingga dapat menstimulasi kuncup rasa atau tunas
pengecap. Kuncup rasa kebanyakan terdapat pada permukaan lidah. Ada
juga beberapa yang ditemukan pada langit-langit lunak di belakang
mulut dan lengkung langit-langit. Kemoreseptor ini dapat dibedakan
menjadi empat macam sensasi utama, yaitu rasa manis, rasa asam,
rasa asin dan rasa pahit. Dengan menggunakan larutan sukrosa, asam
hidrokalat, NaCl dan kinina sulfat encer, seorang dapat mengetahui
keempat rasa sensasi utama tersebut yang masing-masing ada di
daerah khusus pada lidah. Akan tetapi, memetakan percobaan semacam
ini pun menunjukkan adanya daerah rasa yang sangat tumpang tindih
dan sangat bervariasi pada setiap oran. Pengecapan merupakan fungsi
utama dari taste buds di dalam rongga mulut. Reseptor perasa atau
taste buds ditemukan pada papila lidah (papila sircumvalata,
fungiformis, foliata, dan viliformis). Taste buds adalah struktur
kecil yang terdapat di permukaan lidah, palatum, epiglotis, laring
dan faring. Di sekitar dari sel perasa terdapat filamen yang mirip
rambut. Setiap taste buds biasanya hanya berespon pada satu dari
empat rangsang rasa primer, bila substansi rasa berada dalam
konsentrasi rendah, tetapi pada konsentrasi tinggi, sebagian besar
taste buds dapat dirangsang oleh dua, tiga, atau empat rangsang
kecap primer dan juga oleh beberapa rangsang kecap yang lain (non
primer). Sel-sel pengecap terus menerus digantikan melalui
pembelahan mitosis dari sel-sel epitel di sekitarnya. Ketahan
(umur) setiap sel pengecap ini sekitar 10 hari.
Hingga saat ini terdapat lima macam rasa yang dapat dikenali
yaitu :
1. asin, terletak di ujung lidah;
Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang terionisasi. Kualitas
rasanya berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain karena
garam juga membentuk sensasi rasa yang lain selain rasa asin.
2. manis, terletak di ujung lidah;
Rasa manis tidak dibentuk atas satu golongan kelas substansi
kimia saja. Beberapa tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa ini
mencakup gula, glikol, alcohol aldehid, keton, amida, ester, asam
amino, beberapa protein kecil, asam sulfonat, asam halogenasi dan
garam-garam dari timah dan berilium. Perubahan yang sangat manis
menjadi pahit.
3. asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah;
Rasa asam disebabkan oleh asam. Intensitas dari sensasi rasa ini
hampir sebanding dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen,
makin asam suatu asam makin kuat sensasi yang terbentuk.
4. pahit, terletak pada bagian posterior lidah dan palatum
molle.
Rasa pahit tidak dibentuk hanya oleh satu tipe substansi kimia,
tetapi substansi rasa pahit hampir seluruhnya dibentuk oleh
substansi organik. Dua golongan substansi tertentu cenderung
menimbulkan rasa pahit adalah (a) substansi rasa organik rantai
panjang yang mengandung nitrogen dan (b) alkaloid, seperti yang
terdapat pada banyak zat yang terkandung dalam obat-obatan, seperti
kina, kafein, striknin, dan nikotin.
5. umami, terletak di ujung lidah;
Walaupun sejak dulu kita mengetahui bahwa manusia memiliki
paling tidak empat jenis rasa, beberapa bukti memperlihatkan adanya
reseptor rasa kelima, yaitu rasa cita rasa glutamat seperti yang
ditemukan pada monosodium glutamate (MSG). Para peneliti bahkan
telah menemukan bahwa sebuah cita rasa reseptor otak untuk
neurotransmitter glutamate .Cita rasa glutamate menyerupai cita
rasa kaldu ayam tanpa garam. Bahasa Inggris tidak memiliki kata
yang tepat untuk mewakili rasa tersebut, tetapi bahasa Jepang
meilikinya. Oleh sebab itu, peneliti berbahsa Inggris telah
mengdaptasi sebuah kata dalam bahasa Jepang, yaitu umami. Para
peneliti telah menemukan cita rasa lemak sebagai cita rasa yang
keenam. Selain fakta bahwa tiap-tiap zat kimia mengeksitasi
reseptor yang berbeda, zat-zat kimia tersebut juga menghasilkan
ritme yang berbeda pula (Kalat, 2010).
Penelitian menyebutkan bahwa adanya variasi yang diwariskan
dalam kemampuan rasa. Pemahaman tentang rasa pahit semakin
berkembang dengan informasi gabungan dari penemuan dan studi TAS2R
gen resptor rasa, yang masih memiliki hubungan genetik dan studi
kloning posisional, terutama pada kemampuan untuk mencicipi
phenylthiocarbamide (PTC). Rasa manis dan umami, yang dimediasi
oleh reseptor TAS1R, menjadi baik ditandai pada tingkat genetik
molekular. Rasa asin dan asam masih belum mampu dikarakteriskan hal
genetik. Masih diperlukan pengembangan penilitian untuk menentukan
karakteristik gen tersebut.
Mekanisme kerja reseptor cita rasa asin sangatlah sederhana.
Reseptor mendeteksi adanya natrium dan struktur reseptor tersebut
hanya mebuka kanal-kanal ion natrium supaya dapat melintasi
membran. Semakin tinggi konsentrasi natrium pada lidah, maka
semakin besar juga respon yang dihasilkan oleh reseptor. Zati kimia
seperti amilorida dapat menghalangi ion sodium yang akan melintasi
membran, sehingga mengurangi intensitas rasa asin. Cara kerja asam
sedikit berbeda. Ketika asam berkaitan dengan reseptor, maka asam
akan menutup kanal ion ion kalium sehingga mencegah keluarnya ion
kalium dari neuron. Hasilnya adalah peningkatan muatan positif di
dalam neuron yang menyebabkan depolarisasi membran). Secara kimiawi
cita rasa manis, pahit dan umami memiliki kemiripan. Apabila ada
sebuah molekul yang berikatan dengan salah satu reseptor cita rasa
tersebut, maka hal tersebut akan mengaktivasi protein G yang
melepaskan penyampai pesan dalam neuron.
BAB II
HASIL PERCOBAAN
2.1 Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area
WajahBentukPersepsi orang cobaUkuran (mm)Waktu
BundarBundar (manis)10 mm3 detik
KotakKotak (mint)5 mm5 detik
LonjongLonjong (manis)15 mm3 detik
SegitigaSegitiga (manis, dingin)10 mm2 detik
2.2 Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah
LokasiJark 1 mmJarak 2 mmJarak 3 mm
Anterior lidah1 titik2 titik2 titik
Samping ka-ki lidah1 titik1 titik2 titik
Posterior lidah1 titik2 titik2 titik
Palatum1 titik1 titik1 titik
Mukosa pipi1 titik1 titik1 titik
Gingiva1 titik2 titik2 titik
Dahi1 titik1 titik1 titik
Hidung1 titik1 titik1 titik
Cuping telinga1 titik1 titik1 titik
Bibir atas2 titik2 titik2 titik
Bibir bawah1 titik2 titik2 titik
Leher1 titik1 titik1 titik
Pipi kiri-kanan1 titik1 titik1 titik
Dagu1 titik1 titik1 titik
2.3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah
LokasiAir esAir 80o
Anterior lidah+-
Samping ka-ki lidahKanan : ++ Kiri : ++Kanan : ++Kiri : ++
Posterior lidah+-
Palatum++-
Mukosa pipi++++
Gingiva+-
Dahi+++
Hidung+-
Cuping telinga--
Bibir atas++++
Bibir bawah++++
Leher+++
Pipi kiri-kananKanan: +Kiri: +Kanan dan Kiri: -
Dagu++
2.4 Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah
LokasiYang dilakukan pada tiap bagian perlakuan
GaramAir gulaCukaKinaUmami
1+++++++++
2++++++++++
3++++++++++
4++++++++
5+++++
6++++++
7+++++++++++
8++++++++++
2.5 Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah2.5.1
Rangsangan Tekanan
LokasiKedalaman (mm)Area paling sensitif
12 mmTidak sakit, tapi terasa
22 mmTidak sakit, tapi terasa
32 mmTidak sakit, tapi terasa
42 mmAgak sakit
52 mmTidak sakit, tapi terasa
62 mmTidak sakit, tapi terasa
72 mmTidak sakit, tapi terasa
82 mmTidak sakit, tapi terasa
2.5.2Rangsangan Panas
Lokasi708090Waktu(Waktu tercepat)
14 detik1 detik 2 second2 detik1 detik 2 second
24 detik2 detik 12 second2 detik 24 second2 detik 12 second
38 detik1 detik 39 second1 detik 61 second1 detik 39 second
43 detik2 detik 69 second2 detik 3 second2 detik 3 second
51 detik 83 second2 detik1 detik 90 second1 detik 83 second
62 detik3 detik1 detik 15 second1 detik 15 second
72 detik 24 second2 detik 78 second2 detik 71 second2 detik 24
second
82 detik 93 second3 detik2 detik 35 second2 detik 35 second
2.5.3Rangsangan Dingin
Lokasi0510Waktu(Waktu tercepat)
11 detik 68 second2 detik2 detik1 detik 68 second
23 detik2 detik 3 second2 detik 91 second2 detik 3 second
33 detik3 detik1 detik 45 second1 detik 45 second
41 detik 56 second1 detik 47 second1 detik 42 second1 detik 42
second
52 detik4 detik1 detik 76 second1 detik 76 second
62 detik 85 second4 detik3 detik2 detik 85 second
72 detik 78 second3 detik3 detik2 detik 78 second
83 detik2 detik 4 second3 detik2 detik 4 second
Urutan tingkat sensitivitas: Pada rangsangan tekanan, area
paling sensitive adalah bagian posterior lidah. Pada rangsangan
panas, urutan tingkat sensitivitas dari paling lambat adalah mulai
dari nomor 8-7-2-4-5-3-6-1. Jadi, waktu nyeri tercepat pada nomor
1, yaitu pada ujung lidah pada suhu 90 derajat. Pada rangsangan
dingin, urutan tingkat sensitivitas dari paling lambat mulai nomor
6,7,8,2,5,1,3,4. Jadi, waktu nyeri tercepat didapatkan pada nomor
4, yaitu pada posterior lidah pada suhu 10 derajat.2.6Pemeriksaan
Vitalitas Gigi
2.6.1Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Dingin
LokasiRespon
Labial 1/3 incisal insisivDingin
Mesio bukal cusp molarLebih dingin dari insisiv
2.6.2 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Panas
LokasiAir panasSuhu kamarGuttapBurnisher
Labial 1/3 incisal insisivPanasBiasaPanasPanas
Mesio bukal cusp molarPanasBiasaPanasPanas
2.6.3Test Vitalitas Gigi dengan Tekan
LokasiRespon
Labial 1/3 incisal insisivTerasa tertekan, tapi tidak sakit
Mesio bukal cusp molarTerasa tertekan, tapi tidak sakit
2.6.4Test Perkusi Gigi dan Palpasi
LokasiRespon
Labial 1/3 incisal insisivTerasa tertekan, tapi tidak sakit
Mesio bukal cusp molarTerasa tertekan, tapi tidak sakit
2.7 Jawaban Pertanyaan1. Bagian mulut dan wajah yang mana yang
lebih sensitive terhadap pengenalan bentuk benda?
Jawab: Bagian mulut dan wajah yang lebih sensitive terhadap
pengenalan bentuk benda adalah bagian tengah lidah. Hal ini
dikarenakan pada bagian tengah lidah terdapat reseptor-reseptor
yang peka terhadap sentuhan benda.2. Bagian mulut dan wajah yang
mana yang lebih sensitiv mengenali jarak antara dua titik? Jelaskan
mengapa?Jawab : Bagian mulut yang paling sensitive terhadap jarak
antara dua titik adalah ujung lidah, sedangkan pada daerah wajah
yang paling sensitive adalah bibir. Banyaknya papilla fungiformis
pada ujung lidah menyebabkan lidah sensitive terhadap jarak antara
dua titik. Karena papilla fungiformis banyak mengandung taste bud.
Sedangkan pada bibir, sensitive dikarenakan banyak reseptor rasa
nyeri pada bibir.Hal ini juga dapat dikarenakan pada bagian
jaringan tersebut lebih sensitive pada rangsangan tekan. Rangsangan
tekan memunculkan sensasi akibat perubahan bentuk jaringan. Pada
bibir dan ujung lidah memiliki tekstur yang lebih tebal atau dalam
sehingga bisa menangkap rangsangan tekanan lebih sensitive.3.
Bagian lidah yang lebih sensitive terhadap suhu adalah, jelaskan
mengapa!Jawab : Bagian lidah yang paling sensitive terhadap suhu
adalah bagian ujung lidah. Dikarenakan banyak terdapat papilla yang
banyak mengandung taste bud. Taste bud inilah yang menghantarkan
rangsangan, sehingga makin banyak taste bud makin sensitive bagian
lidah tersebut. Hal ini dikarenakan pada bagian ujung lidah banyak
terdapat tonjolan papilla fungiformis yang dipermukaannya banyak
terdapat taste bud (reseptor perasa). Semakin banyak taste bud maka
daerah tersebut semakin sensitive4. Bagian lidah yang lebih
sensitive terhadap nyeri adalah, jelaskan mengapa!Jawab : Bagian
lidah yang sensitive terhadap nyeri adalah ujung lidah. Nyeri
dihantarkan oleh reseptor yang terdapat pada taste bud. Pada bagian
ujung lidah banyak terdapat papilla yang pada bagian ujungnya
banyak terdapat taste bud sehingga lebih sensitive.5. Apakah
percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh?Jawab : Hasil
percobaan sesuai dengan teori yang ada6. Bagian lidah mana yang
lebih sensitive terhadap rasa manis, asin, pahit, asam, dan
umami?Jawab : Bagian lidah paling sensitifAsin
: ujung lidah
Manis
: ujung lidah
Asam
: lateral lidah
Pahit
: posterior lidah
Umami
: ujung lidah7. Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi?
Jawab : Tes vitalitas gigi diperlukan untuk menentukan kadaan
jaringan pulpa. Selain itu untuk mengetahui seberapa kuat gigi
terhadap rangsangan seperti tekanan dan suhu, Sensitivitas atau
nyeri yang dirasakan merupakan suatu petunjuk vitalitas pulpa. Bila
diketahui pulpa masih vital (gigi vital) maka biasanya gigi masih
dapat dipertahankan. Test vitalitas gigi perlu dilakukan untuk
mengetahui keadaan atau status kesehatan gigi tersebut. Sejauh mana
tingkat kesehatan gigi dan sejauh mana kerusakan gigi apabila
memang atau telau terjadi gangguan maupun kerusakan pada gigi.
Dengan dilakukannya test vitalitas gigi ini, kita sebagai calon
dokter gigi dapat belajar tentang bagaimana untuk melihat vitalitas
gigi tersebut, yang mana berguna untuk menegakkan diagnosa pada
pasien nantinya. 8. Untuk apa test perkusi dan palpasi?
Jawab : Test perkusi dan palpasi dilakukan bertujuan untuk
mengetahui kondisi gigi dalam keadaan baik ataupun tidak baik. Test
perkusi berfungsi untuk mengetahui ada atau tidaknya periodontitis
dan inflamasi periapikal pada gigi, biasanya pasien akan merasakan
sakit atau tidaknya dan ada atau tidaknya sensasi ngilu pada saat
dilakukan test perkusi. Bila positif sakit, maka memang adanya
kelainan pada jaringan di sekitarnya. Sementara itu, test palpasi
berfungsi untuk mengecek ada atau tidaknya oedema / pembengkakan,
fluktuasi / pergerakan jaringan, ada atau tidaknya kelainan
periapikal, dan juga limfa denopati.
BAB III
PEMBAHASAN
3.2.1Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area
Wajah
Pada saat melakukan percobaan ini, orang coba tidak
diperkenankan mengetahui bentuk permen yang akan dicobakan. Untuk
itu, mata orang coba harus ditutup. Setelah mata orang coba ditutup
ambil salah satu permen dan masukkan ke dalam mulut di atas lidah
orang coba menggunakan pinset, letakkan perlahan dan jangan
menyentuh lidah. Kemudian orang coba diminta untuk menyebutkan
bentuk dan ukuran benda yang telah dimasukkan ke dalam mulut. Dari
percobaan yang telah dilakukan didapatkan waktu bervariasi dari
masing-masing orang coba dalam mengenali berbagai bentuk benda.
Didapatkan hasil waktu paling lama pada saat mengenali kotak yang
berukuran 5mm. Sedangkan didapatkan waktu tercepat ketika orang
coba berusaha mengenali segitiga dengan ukuran 10 mm. Hal ini
kurang sesuai dengan teori yang ada. Dalam teori dikatakan semakin
besar luas permukaan benda yang bersentuhan dengan permukaan lidah
maka semakin cepat pula benda tersebut mudah dikenali. Hal ini
dikarenakan semakin besar luas permukaan benda tersebut maka
rangsangan yang diberi pada lidah akan semakin kuat dan reseptor
yang terangsang akan semakin banyak sehingga intrepetasi dari SSP
juga semakin cepat. Namun dalam hal ini dapat dimaklumi karena
variasi kecepatan waktu dalam mengenali benda-benda tersebut
bergantung sensitivitas dari tiap- tiap orang.
Proses adanya rangsangan sampai terjadi impuls berupa pengenalan
bentuk rangsang bisa terjadi karena adanya reseptor sensorik yang
mengirim sinyal ke sistem saraf pusat, di sistem saraf pusat
terjadi pengumpulan sinyal dan akhirnya muncul tanggapan berupa
pengenalan bentuk benda. Pengenalan bentuk benda di lidah ini
karena adanya resptor rata (taktil) pada lidah, bentuk paccini yang
merupakan reseptor raba didapatkan pada jaringan subkutan, otot dan
sendiDari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwasanya
orang coba bisa merasakan dan mampu mengenali bentuk serta ukuran
pada benda yang telah dimasukkan ke dalam mulut orang coba.3.2.2Two
Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah
Pada saat melakukan percobaan ini, orang coba tidak
diperkenankan mengetahui apa yang akan di cobakan. Untuk itu, mata
orang coba harus ditutup. Orang coba pada percobaan ini berbeda
dengan orang coba pada percobaan sebelumnya. Orang coba dengan
kelamin perempuan ditutup matanya, kemudian ambil jangka ukur
dengan jarak 1 mm, diletakkan pada lidah bagian ujung depan,
samping kiri dan kanan, dorsal / atas, antero posterior, dan
posterior lidah. Jangka ukur tersebut diletakkan diatas lidah orang
coba secara perlahan-lahan. Kemudian orang coba disuruh menyebutkan
titik yang dapat dirasakan.
Pada percobaan kelompok kami didapatkan hasil dapat mengenali
tekanan jangka pada bagian tertentu dengan jarak tertentu, pada
ujung lidah orang coba dapat mengenali tekanan di semua jarak. Dari
hasil percoban yang telah dilakukan didapatkan daerah yang paling
sensitif adalah bagian anterior-posterior lidah, samping kanan kiri
lidah, bibir atas,bibir bawah, gingiva. Sensitivitas terhadap
rangsangan ini tergantung pada reseptor dari rangsangan tekan.
Rangsangan tekan umumnya disebabkan oleh adanya perubahan pada
jaringan yang lebih dalam. Reseptor dari rangsangan tekan adalah
reseptor taktil ujung saraf bebas. 3.2.3Pengenalan Suhu di Rongga
Mulut dan Area Wajah
Pada saat melakukan percobaan ini, orang coba tidak
diperkenankan mengetahui apa yang akan di cobakan. Untuk itu, mata
orang coba harus ditutup. Orang coba pada percobaan ini berbeda
dengan orang coba pada percobaan sebelumnya. Orang coba dengan
kelamin perempuan ditutup matanya, sediakan air es dan air bersuhu
80oC diletakkan pada bagian-bagian yang telah ditentukan. Kemudian
orang coba disuruh menjelaskan apakah mampu mengenali suhu air yang
diberikan.Berdasarkan hasil percobaan tersebut ditemukan bahwa
tubuh berespon lebih sensitif terhadap dingin dari pada panas. Hal
ini dikarenakan jumlah reseptor dingin adalah 23 titik, pada
berbagai daerah tubuh jumlah reseptor bervariasi per sentimeter
persegi pada daerah permukaan dada yang luas. Sedangkan jumlah
titik hangatnya lebih sedikit yaitu hanya 13 titik.
3.3.4Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian LidahPada percobaan kali
ini dilakukan pengamatan terhadap persepsi rasa manis, asam, asin,
pahit, dan umami pada bebearap bagian lidah, yaitu ujung lidah,
lateral lidah, dan pangkal lidah. Bahan yang diujikan adalah air
garam, air gula, cuka, kina, dan monosodium glutamate (MSG). Dari
percobaan ini orang coba diminta untuk merasakan dan menyebutkan
apa yang dirasakan pada setiap bagian lidah. Terdapat
gula,garam,cuka,MSG,obat kina. dalam praktikum ini untuk mengetahui
sensivitas persepsi rasa pada bagian lidah. Didapatkan hasil bahwa
sensivitas tertinggi saat lidah diberi garam adalah pada bagian (1)
yaitu pada ujung lidah. Hal ini sesuai dengan teori karena pada
teori disebutkan bahwa daerah lidah bagian anterior merupakan yang
paling sensitif pada rasa asin. Pada persepsi rasa manis dari air
gula didapati daerah yang paling sensitif adalah bagian (1) yaitu
ujung lidah. Pada persepsi asam menggunakan air cuka didapati
daerah yang paling sensitif adalah bagian (2) dan (3) yaitu pada
kiri kanan lidah. Hal ini sesuai teori dimana daerah yang sensitif
asam terletak pada dua pertiga bagian samping lidah Pada persepsi
rasa pahit menggunakan obat kina didapatkan daerah yang sensitif
adalah pada bagian (2) (3) yaitu bagian kiri kanan lidah dan (4)
yaitu pada posterior lidah, (7) yaitu tengah posterior. Namun yang
paling sensitiv adalah pada posterior lidah dan tengah posterior.
Pada persepsi rasa umami didapatkan daerah yang sensiti adalah
(7)(8) yaitu tengah posterior dan pada bagian (1) yaitu anterior
lidah. Dimana yang paling sensitif terletak pada anterior lidah.
Hal ini sesuai dengan teori, karena berdasarkan teori dapat
diketahui bahwa rasa tertentu dapat dirasakan dibeberapa bagian
lidah. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa lidah menimbulkan
reaksi rasa yang berbeda-beda sesuai dengan tabel hasil percobaan.
Ujung lidah dapat menerima semua modalitas terutama manis dan asin.
Tepi lidah dapat menerima modalitas asin dan rasa asam. Pangkal
lidah hanya dapat menerima modalitas pahit. Rasa asam disebabkan
oleh asam dan intensitas dari sensasi rasa, hampir sebanding dengan
logaritma dari konsentrasi ion hidrogen, yaitu makin asam suatu
asam, maka makin kuat sensasi yang terbentuk. Rasa asin dibentuk
oleh garam-garam yang terionisasi. Kualitas rasanya berbeda beda
antara garam yang satu dengan yang lain. Karena garam-garam juga
membentuk sensasi rasa yang lain. Kaitan dari garam terutama
berperan membentuk rasa asin tetapi anionnya juga ikut berperan
walaupun lebih kecil. Rasa manis tidak di bentuk oleh satu golongan
kelas substansi kimia saja. Beberapa tipe substansi kimia yang
menyebabkan rasa manis mencakup gula, gikol, alkohol, aldehid,
keton, amida, ester, asam amino, beberapa protein kecil, asam
sulforat, asam halogenasi, dan garam anorganik dari timah. Rasa
pahit seperti rasa manis, tidak hanya dibentuk oleh satu substansi
kimia, tapi juga beberapa substansi yang hampir seluruhnya adalah
substansi organik mencakup bitrigen, alkoloid, juibib, kafein,
strinki, dan nikotin.Dalam keadaan kering, lidah tidak dapat
merasakan apa yang diletakkan diatasnya, termasuk gula, garam,
maupun zat lainnya. Lidah baru merasakan zat tersebut bila terdapat
cairan liur dan zat itu larut dalam air liur tersebut. Kepekaan
manusia untuk membedakan intensutas ras relatif besar, hal ini
tergantung pada faktor individual, nilai ambang, dan konsentrasi
substrat yang diberikan. 3.2.5Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut
dan Area Wajah
3.2.5.1Rangsangan Tekanan
Percobaan yang dilakukan kali ini adalah menguji area yang
sensitif terhadap rangsangan tekanan yang dilakukan pada daerah
lidah yang dibagi menjadi 8 daerah, mukosa pipi kanan, gusi
anterior, bibir atas, pipi kanan, dahi, dan juga leher. Penekanan
yang dilakukan pada beberapa bagian tersebut yaitu dengan
menggunakan sonde besar. Dan berdasarkan hasil praktikum yang
didapatkan, Didapatkan hasil tingkat kedalaman yang sama pada
dorsal lidah yaitu sebesar 2mm.Dan untuk daerah yang paling
sensitif terhadap rasa sakit adalah pada bagian (4) yaitu posterior
lidah.Sedang pada bagian lain tidak merasa sakit hanya saja orang
coba tetap merasakan adanya tekanan. Timbulnya rasa nyeri ini
akibat rangsangan mekanis reseptor berupa tekanan. Sensasi tekanan
disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam3.2.5.2
Rangsangan Panas
Pada percobaan 3.3.5.B, hasil percobaan dilakukan dengan
mengamati lama waktu timbulnya nyeri pada daerah-daerah lidah,
mukosa pipi kanan, gingiva anterior, pipi kanan, bibir atas dan
dahi. Untuk merangsang timbulnya respon nyeri dilakuan dengan
rangsangan termis yaitu dengan menguunakan rangsangan panas.
Rangsangan panas tersebut didapatkan dengan cara merendam sonde
besar pada air yang telah dipanaskan dengan suhu , , dan . Setelah
itu, sonde tersebut diletakkan pada beberapa bagian lidah, jaringan
rongga mulut, dan juga area wajah seperti yang telah diinstruksikan
pada buku petunjuk praktikum. Berdasarkan hasil praktikum pada
rangsangan panas, urutan tingkat sensitivitas dari paling lambat
mulai nomor 8-7-2-4-5-3-6-1. Jadi, waktu nyeri tercepat pada nomor
1, yaitu pada ujung lidah pada suhu 90 derajat. Hal ini menunjukkan
bahwa ujung lidah merupakan salah satu daerah yang paling peka
terhadap rangsangan.
Selain mengamati daerah yang paling sensitif terhadap
rangsangan, didapatkan pula hasil bahwa semakin tinggi suhu dari
rangsangan, maka respon nyeri akan semakin cepat timbul.
Berdasarkan teori, dapat diketahui bahwa semakin tinggi suhu, maka
rangsangan nyeri juga semakin bertambah dan lebih cepat dirasakan.
Adapun tingkat perbedaan dalam penerimaan panas tergantung dari
banyaknya reseptor kecap yang terdapat pada daerah tersebut. Hal
ini disebabkan karena suhu tinggi dapat mempercepat kerja syaraf
untuk menyampaikan rangsangan menuju sistem saraf
pusat.3.2.5.3Rangsangan Dingin
Pada percobaan ini menggunakan air dengan suhu 0C, 5oC, dan
10C.Menurut teori, semakin dingin suhunya maka reseptor semakin
cepat dalam menerima rangsang. Namun pada rangsangan dingin, urutan
tingkat sensitivitas dari paling lambat adalah mulari dari nomor
6,7,8,2,5,1,3,4. Jadi, waktu nyeri tercepat didapatkan pada nomor
4, yaitu pada posterior lidah pada suhu 10 derajat. Pada percobaan
tersebut dapat diketahui pada beberapa bagian lidah tidak sama
dalam tingkat kecepatan menerima rangsang dingin. Hal ini
disebabkan oleh perbedaaan reseptor kecap pada beberapa daerah di
lidah sehingga terdapat perbedaan dalam menerima rangsang
dingin.3.2.6Pemeriksaan Vitalitas Gigi
3.2.6.1Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Dingin
Tes vitalitas dengan suhu dingin dilakukan pada gigi incisive
dan gigi molar pertama. Test pada gigi incisive pertama dilakukan
pada permukaan labial 1/3 incical. Sedangkan pada gigi molar
pertama dilakukan pada permukaan mesio bukal cups. Dilakukan pada
bagian ini karena bagian ini mendekati tanduk pulpa dimana inervasi
saraf pulpa lebih banyak sehingga rangsangan akan diterima lebih
cepat.
Pada test vitalitas dengan suhu dingin ini, didapatkan hasil
bahwa gigi orang coba merasakan sensasi dingin dan lama-kelamaan
menjadi ngilu pada permukaan labial 1/3 incical. Sedangkan pada
bagian mesio bukal cusp molar merasakan sensasi dingin melebihi
dari insisiv. Hal ini menunjukkan gigi masih bisa menghantarkan
rasa dingin. Respon ini menunjukkan bahwa gigi yang di test masih
vital. Pada bagian labial 1/3 incical insisiv didapati respon yang
sama yaitu dingin.
3.2.6.2Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Panas
Tes vitalitas dengan suhu panas dilakukan pada gigi incisive dan
gigi molar pertama. Test pada gigi incisive dilakukan pada
permukaan labial 1/3 incical insisiv. Sedangkan pada gigi molar
pertama dilakukan pada permukaan mesio bukal cups molar. Pada test
vitalitas dengan suhu panas ini, dilakukan empat kali perlakuan,
yaitu menggunakan air panas, air dengan suhu kamar, guttap, dan
burnisher. Dari percobaan dilakukan dengan cara menyemprotkan air
panas pada seluruh permukaan gigi yang ditest kemudian didapatkan
hasil bahwa orang coba merasa panas (pada permukaan labial 1/3
incical insisiv) dan mersa panas jug (pada permukaan mesio bukal
cups molar). Dari percobaan yang dilakukan dengan menyemprotkan air
dengan suhu kamar orang coba merasa biasa. Dari percobaan yang
dilakukan dengan guttap orang coba merasakan panas, begitu pula tes
menggunakan burnisher. Hal tersebut dikarenakan rangsangan lebih
mudah masuk ke tubuli dentin, dan kemudian dilanjutkan ke pulpa,
yang merupakan tempat persarafan gigi berada. Sedangkan untuk
rangsangan termis ditanggapi oleh reseptor ruffini. Hal ini
memperlihatkan dari gigi tersebut masih bisa menghantarkan sensasi
panas. Dari hasil yang didapatkan maka dapat dikatakan gigi masih
vital. 3.2.6.3Test Vitalitas Gigi dengan Tekan
Tes vitalitas dengan tekan dilakukan untuk mengetahui keradangan
jaringan periodontal. Test tekan dilakukan dengan menekankan handel
kaca mulut pada gigi incisive dan gigi molar pertama. Pada saat
dilakukan test pada gigi incisive dilakukan pada permukaan labial
1/3 incical insisiv orang coba merasa adanya tekanan namun tidak
merasakan sakit. Sedangkan mesio bukal cups molar juga didapatkan
respon yang sama seperti pda bagian labial 1/3 incical insisiv .
Hal ini menunjukkan tidak ada keradangan pada jaringan
periodontal.
3.2.6.4Test Perkusi Gigi dan Palpasi
Tes perkusi dan palpasi gigi dilakukan pada gigi incisive dan
gigi molar pertama. Test perkusi dilakukan dengan mengetukan handel
kaca mulut pada gigi incisive dan gigi molar pertama. Pada saat
dilakukan test pada gigi incisive dilakukan pada permukaan labial
1/3 incical insisiv orang coba merasa adanya tekanan namun tidak
merasakan sakit. Sedangkan mesio bukal cups molar juga didapatkan
respon yang sama seperti pda bagian labial 1/3 incical insisiv .
Persarafan gigi dan gingiva ini terdapat saraf yang peka terhadap
rangsangan tekanan adalah reseptor paccini. Hal ini menunjukkan
tidak ada keradangan pada jaringan periodontal.
Palpasi dilakukan pada gingiva bagian gigi yang di test. Dari
pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa tidak ada
pembengkakan pada gingiva. Hal ini menunjukkan jaringan periodontal
normal. BAB IV
KESIMPULAN1. Kecepatan mengenali suatu benda dipengaruhi oleh
luas permukaan benda dan banyaknya reseptor yang terangsang.
2. Rangsangan tekan disebabkan perubahan jaringan yang lebih
dalam. Sensitivitas terhadap rangsangan ini tergantung pada
reseptor dari rangsangan tekan ini (reseptor taktil ujung saraf
bebas).3. Tubuh lebih sensitif terhadap rangsangan suhu dingin dari
pada suhu panas. Dikarenakan jumlah reseptor dingin 4-10 kali
reseptor panas.
4. Persepsi rasa terdapat pada beberapa bagian lidah. Rasa asin
terletak pada bagian ujung lidah, rasa manis terlatak pada ujung
lidah, rasa asam terletak pada dua pertiga bagian samping lidah,
rasa pahit terletak pada bagian posterior lidah dan palatum mole,
umami terletak pada bagian ujung lidah.
5. Timbulnya rasa nyeri merupakan akibat rangsangan mekanis
reseptor berupa tekanan. Sensasi tekanan disebabkan oleh perubahan
bentuk jaringan yang lebih dalam.
6. Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau
dingin yang ekstrim.
7. Test Vitalitas gigi digunakan untuk mengetahui derajat
vitalitas gigi.
8. Test Perkusi, Tekan dan palpasi dilakukan untuk mengetahui
ada tidaknya keradangan pada jaringan periodontal.
.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Biomedik Fisiologi FKG Universitas Jember. 2015. Modul
Mastikasi dan Modalitas Rasa dalam Rongga Mulut. Jember : FKG
Universitas Jember.Ganong, W.F. 1983. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 10.Jakarta : EGC.
Guyton, Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
Keduabelas. Singapore : Elsevier.Kimball, J. W. 1983. Biologi Jilid
3 edisi kelima. Penerbit Erlangga: Jakarta.Pearce, Evelyn C. 2002.
Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT
Gramedia.Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta :
EGC.2