Top Banner
MIKOLOGI Aspergillus, Fusarium and Other Moniliaceous Opportunistic FungiDi Susun Oleh : Awaluddin P1506214002 Lokita Purnama Sari P1506214006
15
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

MIKOLOGIAspergillus, Fusarium and Other Moniliaceous Opportunistic Fungi

Di Susun Oleh :AwaluddinP1506214002Lokita Purnama SariP1506214006

JURUSAN MIKROBIOLOGIPROGRAM PASCA SARJANAUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR20151. ASPERGILLUS1.1 MorfologiMorfologi Maksroskopis

Koloni berfilamen, bentuk permukaan velvet atau powdery. Tingkat pertumbuhan bervariasi mulai dari yang lambat hingga cepat, tergantung pada ukuran spesies. Ukuran yang berkisar 0,5-1 cm adalah spesies dengan pertumbuhan lambat dan 1 hingga 9 cm untuk spesies Aspergillus dengan pertumbuhan yang cukup cepat. Permukaan warna koloni dapat juga bervariasi tergantung pada jenis spesies. Aspergillus nidulans sebagian besar berwarna kuning pucat, Aspergillus versicolor berwarna ungu atau zaitun. Hanya Aspergillus yang thermo-toleran yang dapat tumbuh pada temperatur 20 - 50 C seperti Aspergillus fumigatus.

Morfologi Mikroskopis

Aspergillus sp. memiliki tangkai-tangkai panjang (konidiofor), konidiofora berseptat atau nonseptat yang muncul dari sel kaki, pada ujung konidiofor muncul sebuah gelembung, keluar dari gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma muncul konidiumkonidium yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian mutiara yang mendukung kepalanya yang besar (vesikel). Di kepala ini terdapat spora yang membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora.

1.2 EkologiAspergillus juga merupakan jamur yang menguntungkan manusia, misalnya A. niger digunakkan untuk pembuatan asam nitrat,dan A. wentii serta A. oryzae digunakkan untuk membuat kecap.Aspergillus bersifat saprofit dan terdapat di mana-mana, baik di iklim tropika maupun subtropika. Aspergillus hidup pada makanan, sampah, kayu, dan pakaian dan merupakan kontaminan yang lazim ditemukan di rumah sakit dan Laboratorium.Aspergillus berkembang biak dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan konidiofora pembentuk spora. Sporanya tersebar bebas di udara terbuka sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan masuk melalui saluran pernapasan ke dalam paru.

1.3 TaksnonomiKingdom: FungiDivisi: AmastigomycotaSubdivisi: DeuteromycotinaKelas: DeuteromycetesOrdo: EurotialesFamili: EuroticeaeGenus: AspergillusSpesies: Aspergillus sp.

1.4 PatogenitasSalah satu jenis Aspergillus yang sering mencemari makanan adalah Aspergillus sp. yang merupakan salah satu jamur yang menghasilkan aflatoksin yaitu toksin yang dapat mematikan manusia karena dapat menyebabkan kanker hati bila sampai masuk kedalam tubuh melalui makanan.

2. FUSARIUM2.1 MorfologiMorfologi Makroskopis

Fusarium sp dapat tumbuh dengan baik pada (Potato Dextrose Agar). Preparasi diinkubasikan pada suhu 2226oC selama 710 hari. Mula-mula miselium tidak berwarna, semakin tua warnanya semakin krem, akhirnya koloni tampak mempunyai benang. Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora yang berdinding tebal.

Morfologi Mikroskopis

Golongan Fusarium dicirikan dengan struktur tubuh berupa miselium bercabang, hialin, dan bersekat (septat) dengan diameter 2-4 m. Cendawan ini juga memiliki struktur fialid yang berupa monofialid ataupun polifialid dan berbentuk soliter ataupun merupakan bagian dari sistem percabangan yang kompleks

2.2 EkologiCendawan ini dapat bertahan dalam tanah sebagai miselium atau spora tanpa adanya inang. Jika terdapat inang maka akan menginfeksi akar, masuk ke jaringan vaskular (xylem) menyebar dan memperbanyak diri, dan menyebabkan inang mengalami kelayuan karena system pembuluh pada tanaman inang tersebut tersumbat.

2.3 TaksonomiKingdom: FungiDivisi: AmastigomycotaSubdivisi: DeuteromycotinaKelas : DeuteromycetesOrdo : MonialesFamili : TuberculariaceaeGenus : FusariumSpesies : Fusarium sp.

2.4 PatogenitasFusarium dapat menyerang manusia dan hewan melalui aerosol (udara) apabila inang menghirup udara dari pathogen tersebut. Spesies yang umum menyerang manusia adalah F. solani, F. oxysporum, dan F. moniliforme yang menyebabkan infeksi invasif dan superfisial pada manusia

3. MONILIACEOUSMoniliales merupakan parasit dan patogen pada tumbuhan, hewan dan manusia. Namun diantara beberapa spesies dari kelas ini terdapat beberapa yang bermanfaat, misalnya Penicillum dan Trichoderma yang tidak membentuk kleistotesium.

3.1 Trichoderma sp.3.1.1 MorfologiMorfologi Makroskopis

Koloni Trichoderma spp. pada media agar pada awalnya terlihat berwarna putih selanjutnya miselium akan berubah menjadi kehijau-hijauan lalu terlihat sebagian besar berwarna hijau ada ditengah koloni dikelilingi miselium yang masih berwarna putih dan pada akhirnya seluruh medium akan berwarna hijau.

Morfologi Mikroskopis Susunan sel Trichoderma bersel banyak berderet membentuk benang halus yang disebut dengan hifa. Hifa pada jamur ini berbentuk pipih, bersekat, dan bercabang-cabang membentuk anyaman yang disebut miselium. Jamur Trichoderma memiliki bagian yang khas antara lain miselium berseptat, bercabang banyak, konidia spora berseptat dan cabang yang paling ujung berfungsi sebagai sterigma. Konidiofornya bercabang berbentuk verticillate. Pada bagian ujung konidiofornya tumbuh sel yang bentuknya menyerupai botol (fialida), sel ini dapat berbentuk tunggal maupun berkelompok. Konidia berbentuk semi bulat hingga oval berwarna hijau cerah, berukuran (2,8-3,2) x (2,5-2,8) m, dan berdinding halus. Trichoderma berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk spora di ujung fialida atau cabang dari hifa.

3.1.2 EkologiTrichoderma adalah salah satu jamur tanah yang tersebar luas (kosmopolitan), yang hampir dapat ditemui di lahan-lahan pertanian dan perkebunan. Trichoderma bersifat saprofit pada tanah, kayu, dan beberapa jenis bersifat parasit pada jamur lain. Trichoderma bersifat kosmopolit, dan dapat diisolasi dari tanah, biji-bijian, kertas, tekstil, rhizofer kentang, gandum, gula bit, rumput, jerami, serta kayu. Memiliki suhu pertumbuhan optimum 15o30o (35oC) dan maksimum 30o36oC. Trichoderma sp. tergolong jamur yang banyak terdapat pada lapisan olah yang mengandung banyak lahan organik. Selanjutnya jamur Trichoderma memiliki kemampuan untuk dapat menghancurkan sellulosa, zat pati, lignin, gum dan senyawa-senyawa organik yang mudah larut seperti protein dan gula. Di samping itu Trichoderma sp. merupakan jamur parasit yang dapat menyerang dan mengambil nutrisi dari jamur lain. Peranan Trichoderma sp. yang mampu menyerang jamur lain namun sekaligus berkembang baik pada daerah perakaran menjadikan keberadaan jamur ini dapat berperan sebagai biocontrol dan memperbaiki pertumbuhan tanaman. Beberapa species Trichoderma seperti T. harzianum, T. viride dan T. album, telah diteliti peranannya sebagai bio-control. Jamur Trichoderma sp. digunakan sebagai jamur atau cendawan antagonis yang mampu menghambat perkembangan patogen melalui proses mikroparasitisme, antibiosis, dan kompetisi.Inokulasi Trichoderma sp. ke dalam tanah dapat menekan serangan penyakit layu yang menyerang di persemaian, hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh toksin yang dihasilkan cendawan ini. Selain itu Trichoderma sp. mempunyai kemampuan berkompetisi dengan patogen tanah terutama dalam mendapatkan Nitrogen dan Karbon.

3.1.3 TaksonomiKlasifikasi jamur Trichoderma sp. adalah sebagai berikut ini :

Kingdom: Fungi Divisi: Ascomycota Subdivisi: Deuteromycotina Klas: Deuteromycetes Ordo: Moniliales Famili: Moniliaceae Genus: Trichoderma Species: Trichoderma sp.

Cendawan marga Trichoderma terdapat lima jenis yang mempuyai kemampuan untuk mengendalikan beberapa patogen yaitu Trichorderma harzianum, Trichorderma koningii, Trichorderma viride, Trichoderma hamatum dan Trichoderma polysporum.

3.2 Penicillium sp.3.2.1 MorfologiPenicillium merupakan kelas Deuteromycetes tidak memiliki spora seksual, ordo Monilliales dengan konidiofor keluar bebas dari miselia, famili Monililliaceae dengan miselia tidak berwarna. Penicilium sp. biasanya bersepta, badan buah berbentuk seperti sapu yang diikuti sterigma dan konidia yang tersusun seperti rantai. Konidia pada hampir semua species saat masih muda berwarna hijau kemudian berubah menjadi kecoklatan.

Morfologi Makroskopis Pada medium Saboraud Agar suhu 25oC koloni mula-mula berwarna putih, velvety, makin lama berubah kehijauan. Konidiofor tunggal atau majemuk, terdiri dari batang tunggal membagi beberapa phialid (sederhana/monoverticillata). Semua sel diantara metula dan batang berpotensi menjadi cabang. Percabangan satu tingkat (biverticillata-simetris), percabangan dua tingkat (biverticillata asimetris/terverticillata), tiga macam atau lebih tingkatan cabang (quaterverticillata).

Morfologi Mikroskopis

Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konidium. Konidium berbeda dengan sporangim, karena tidak memiliki selubung pelindung seperti sporangium. Tangkai konidium disebut konidiofor, dan spora yang dihasilkannya disebut konidia. Konidium ini memiliki cabang-cabang yang disebut phialides sehingga tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari phialides yang merupakan tempat pembentukan dan pematangan spora disebut sterigma. Phialid merupakan struktur yang menopang konidia, berbentuk silindris dibagian basal yang menyempit dibagian leher, atau lancoelate (kurang lebih sebagian bagian basal tertanam pada bagian ujung pucuk). Konidia berbentuk rantai panjang, divergent atau kolom, globular, elips atau fusiform, transparan atau kehijauan, dengan dinding mulus atau bergelombang.Reproduksi seksual melibatkan produksi ascospora, bermula dengan perpaduan archegonium dan antheridium, dengan berbagi inti. Asci tidak teratur didistribusikan berisi delapan ascospores uniseluler setiap

3.2.2 TaksonomiKlasifikasi jamur Penicilium sp. adalah sebagai berikut ini :

Kingdom: Fungi Divisi: Amastigomycota Subdivisi: Deuteromycotina Kelas: Deuteromycetes Ordo: Moniliales Famili: Moniliaceae Genus: Penicillium Species: Penicillium sp.

Beberapa jenis Penicillium sp. yang terkenal antara lain P. notatum yang digunakan sebagai produsen antibiotik dan P. camembertii yang digunakan untuk membuat keju biru. Beberapa spesies Penicillium mempengaruhi buah dan umbi tanaman, termasuk P. expansum, apel dan pir; P. digitatum, buah jeruk.

3.2.3 EkologiSpesies Penicillium terdapat pada tanah yang memiliki iklim sejuk dan subur. Namun beberapa spesies Penicillium juga terdapat di udara dan debu lingkungan indoor, seperti rumah dan bangunan umum. Jamur dapat mudah diangkut dari luar ruangan, dan tumbuh dalam ruangan menggunakan bahan bangunan atau akumulasi tanah untuk mendapatkan nutrisi untuk pertumbuhan. Pertumbuhan Penicillium dapat terjadi dalam ruangan bahkan jika kelembaban relatif rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Asan, Ahmet. 2004. Aspergillus, Penicillium and Resulted Species Reported from Turkey. Mycotaxon, Vol. 89, No 1.

Chang, JCS; Foarde, KK; Vanosdell, DW. (1995). Growth evaluation of fungi (Penicillium and Aspergillus sp.) on ceiling tiles. Atmospheric Environment. Vol. 29 (17).

Ellis, David. 2015. Aspergillus sp. School of Molecular & Biomedical Science The University of Adelaide Australia

Frisvad, Jens. 2015. Taxonomy, chemodiversity and chemoconsistency of Aspergillus, Penicillium and Talaromyces species. Frontier in Microbiology. Vol. 10.

Irianto, Koes. 2012. Bakteriologi Medis, Mikologi Medis, dan Virologi Medis. Alfabeta, Bandung.

Kamala T, Devi IK, Thingnam G, Somkuwar BG, 2012. Genetic diversity and species pattern of Trichoderma and Hypocrea in Manipur using in-silico analysis. Bioinformation Vol 9(2).

Kamala T, Devi IK, Sharma KC, Kennedy K. 2015. Phylogeny and Taksonomi of Trichoderma sp from Indian Region of Indo-Burma Biodiversity Hot Spot Region with Special Reference to Manipur. (PDF). Vol. 2015. Biomed Research International.

Nugraheni, Endah. 2010. Karakterisasi biologi isolat-isolat fusarium sp pada Capsicum annuum L. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Purwantisari S, Hastuti RB. 2009. Isolasi dan Identifikasi Jamur Indigenous Rhizosfer Tanaman Kentang dari Lahan Pertanian Kentang Organik di Desa Pakis, Magelang. Bioma. Vol 11. No. 2.

Samson RA, Seifert KA, Kuijpers AF, Houbraken JA, Frisvad JC. 2004. Phylogenetic analysis of Penicillium subgenus Pencillium using partial beta-tubulin sequences (PDF). Studies in Mycology.

Schlegel, H. G. 1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University Press.