Penyakit Kulit Pada Sela-Sela Jari KakiMaria
Fransiska102011189Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA JakartaJalan
Terusan Arjuna no.6, Tanjung Duren, Jakarta Barat 11510. E-mail :
[email protected]
Pendahuluan Skenario, seorang perempuan berusia 21 tahun,
pekerjaan tukang cuci baju, datang ke puskesmas dengan keluhan
gatal pada sela-sela jari kaki kanan dan kiri, sejak 2 bulan yang
lalu. Pada pemeriksaan dermatologis, tampak fisura-fisura pada
sela-sela jari kaki, dan tampak maserasi. Dermatofitosis adalah
penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum
korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan golongan
jamur dermatofita. Dermatofitosis dibagi oleh beberapa penulis,
misalnya SIMONS dan GOHAR (1954), menjadi dermatomikosis,
trimikosis, dan onikomikosis berdasarkan bagian tubuh manusia yang
terserang. Pembagian yang lebih praktis dan dianut oleh para
spesialis kulit adalah yang berdasarkan lokasi. Terdapat
bentuk-bentuk tinea kapitis, tinea barbae, tinea kruis, tinea
pedis, tinea unguium, tinea korporis. Dalam makalah ini akan
dibahas tinea pedis, yang merupakan dermatofitosis pada kaki,
terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki.AnamnesisAnamnesis
adalah komunikasi dua arah yang dilakukan dokter dengan pasien atau
dengan keluarga pasien untuk mengetahui keluhan riwayat penyakit
pasien sekarang, riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit dalam
keluarganya. Hal ini penting diketahui agar lebih membantu untuk
menegakkan diagnosa, diagnosa banding, kemudian menentukan terapi
yang terbaik serta meramalkan prognosisnya. Hal-hal yang penting
untuk ditanyakan:1. Identitas pasien seperti nama, umur, jenis
kelamin, alamat, suku bangsa, status pernikahan, agama, dan
pekerjaan.
2. KeluhanKeluhan utama, yaitu keluhan yang menyebabkan
penderita datang berobat. Pada kasus ini keluhan utama adalah gatal
pada sela-sela jari kaki sejak 2 bulan yang lalu.3. Riwayat
PenyakitKapan gejala timbul dan apakah munculnya mendadak atau
bertahap. Karakter, lama, frekuensi, dan beratnya gejala. Waktu
timbulnya gejala seperti pada pagi, siang, atau malam hari. Working
DiagnosisTinea PedisIstilah dermatofitosis harus dibedakan dengan
dermatomikosis. Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang
mengandung zat tandukataustratum korneum pada lapisan epidermis di
kulit, rambut dan kuku yang disebabkan oleh golongan jamur
dermatofita. Dermatomikosismerupakan arti umum, yaitu semua
penyakit jamur yang menyerang kulit.1-3Tinea pedis merupakan
infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari dan
telapak kaki sedangkan yang terdapat pada bagian dorsal pedis
dianggap sebagai tineakorporis. Keadaan lembab dan hangat pada sela
jari kaki karena bersepatu dan berkaos kaki disertai daerah tropis
yang lembab mengakibatkan pertumbuhan jamur makin subur. Efek ini
lebih nyata pada sela jari kaki keempat dan kelima, dan lokasi ini
paling sering terkena.Kenyataaannya, tinea pedis jarang ditemukan
pada populasi yang tidak menggunakan sepatu. Sinonim dari tinea
pedis adalahfoot ringworm, athlete foot,
footmycosis.1-3EpidemiologiTinea pedis terdapat diseluruh dunia
sebagai dermatofitosis yang paling sering terjadi. Meningkatnya
insidensitinea pedis mulai pada akhir abad ke-19 sehubungan dengan
penyebaranTrichophytonrubrumke Eropa dan Amerika. Tingkat
prevalensi tinea pedis secara nyata diketahui karena pasien tidak
mencari nasihat medis kecuali kualitas hidup mereka dipengaruhi,
karena ini bukan penyakit yang mengancamjiwa.Diperkirakan 10% dari
jumlah pendudukdibanyak negara menderita penyakit ini. Frekuensi
tinea pedis di Eropa dan Amerika Utara berkisar 15-30% dan pada
beberapa masyarakat tertentu lebih tinggi, misalnya buruh tambang
(sampai 70%) dan atlit. Tinea pedis lazim ditemukan pada daerah
beriklim tropis dan sedang.1Tinea pedis lebih sering terjadi pada
usia dewasa daripada anak remaja terutama pada laki-laki dan jarang
pada perempuan dan anak-anak.Kemungkinaninfeksi berkaitan dengan
paparan ulangan dermatofita sehingga orang yang menggunakan
fasilitas mandi umum seperti pancuran, kolam renang, kamar mandi
lebih cenderung terinfeksi.1
Etiologi Jamur penyebab tinea pedis yang paling umum
ialahTrichophyton rubrum(paling sering), T. interdigitale, T.
tonsurans(sering pada anak)danEpidermophyton floccosum. T.
rubrumlazimnya menyebabkan lesi yang hiperkeratotik, kering
menyerupai bentuk sepatu sandal (mocassinlike) pada
kaki;T.mentagrophyteseringkali menimbulkan lesi yang vesikular dan
lebih meradang sedangkanE. floccosumbisa menyebabkan salah satu
diantara dua pola lesi diatas.1,2
Patogenesis Jamur superfisial harus menghadapi beberapa kendala
saat menginvasi jaringan keratin. Jamur harus tahan terhadap efek
sinarultraviolet, variasi suhu dan kelembaban, persaingan dengan
flora normal, asam lemak fungistatik dan sphingosines yang
diproduksi oleh keratinosit. Setelah proses adheren, spora harus
tumbuh dan menembus stratum korneum dengan kecepatan lebih cepat
daripada proses proses deskuamasi. Proses penetrasi ini dilakukan
melalui sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang
juga memberikan nutrisi. Trauma dan maserasi juga membantu
terjadinya penetrasi. Mekanisme pertahanan baru muncul setelah
lapisan epidermis yang lebih dalam telah dicapai, termasuk
kompetisi dengan zat besi oleh transferintidak tersaturasidan juga
penghambatan pertumbuhan jamur oleh progesteron. Ditingkat ini,
derajat peradangan sangat tergantung pada aktivasi sistem kekebalan
tubuh.2Keadaan basah dan hangat dalam sepatu memainkan peran
penting dalam pertumbuhan jamur. Selain itu hiperhidrosis,
akrosianosis dan maserasi sela jari merupakan faktor predisposisi
timbulnya infeksi jamur pada kulit. Sekitar 60-80% dari seluruh
penderita dengan gangguan sirkulasi (arteri dan vena) kronik akibat
onikomikosis dan/atau tinea pedis. Jamur penyebab ada dimana-mana
dan sporanya tetap patogenik selama berbulan-bulan dilingkungan
sekitar manusia seperti sepatu, kolam renang, gedung olahraga,
kamar mandi dan karpet.2Buktieksperimen menunjukkan bahwa
pentingnya faktor maserasi pada infeksi dermatofita sela jari.
Keadaan basah tersebut menunjang pertumbuhan jamur dan merusak
stratum korneum pada saat yang bersamaan. Peningkatan flora bakteri
secara serentak mungkin dan bisa juga memainkan peran. Terdapat
bukti tambahan bahwa selama beberapa episode simtomatik pada tinea
pedis kronik, bakteri seperticoryneformbisa berperan sebagai
ko-patogenesis penting, tetapi apakah bakteri tersebut membantu
memulai infeksi baru masih belum diketahui.2
Gambaran KlinisGambaran klinis dari tinea pedis dapat dibedakan
berdasarkan tipe:1. InterdigitalisBentuk ini adalah yang tersering
terjadi pada pasien tinea pedis. Di antara jari IV dan V terlihat
fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat
meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain.
Oleh karena daerah ini lembab, maka seringterdapatmaserasi. Aspek
klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit
yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada
umumnya juga telah diserang oleh jamur. Jika perspirasi berlebihan
(memakai sepatu karet/boot, mobil yang terlalu panas) maka
inflamasi akut akan terjadi sehingga pasien terasa sangat gatal.
Bentuk klinis ini dapat berlangsung bertahun-tahun dengan
menimbulkan sedikit keluhan sama sekali. Kelainan ini dapat
disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis,
limfangitis dan limfadenitis.1
Gambar 1.Tinea pedis tipe interdigitiSumber:
http://tipsdokterumum.blogspot.com/2012/05/tinea-pedis.html
2. Moccasin foot(plantar) Tinea pedis
tipemoccasinatauSquamous-Hyperkeratotic Typeumumnya bersifat
hiperkeratosis yang bersisik dan biasanya asimetris yang
disebutfoci. Seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki
terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan
terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat
pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel.1Tipe ini adalah
bentuk kronik tinea yang biasanya resisten terhadap
pengobatan.3
Gambar 2. Tinea pedis pada telapak kaki*Sumber:
http://tipsdokterumum.blogspot.com/2012/05/tinea-pedis.html3. Lesi
VesikobulosaBentuk ini adalah subakut yang terlihat vesikel,
vesiko-pustul dan kadang-kadang bula yang terisi cairan jernih.
Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke
punggung kaki atau telapak kaki. Setelah pecah, vesikel tersebut
meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut koleret.
Keadaan tersebut menimbulkan gatal yang sangat hebat. Infeksi
sekunder dapat terjadi juga pada bentuk selulitis, limfangitis dan
kadang-kadang menyerupai erisipelas. Jamur juga didapati pada atap
vesikel.1,3
Gambar 3. Tinea pedis; vesikel yang meluas ke punggung
kakiSumber:
http://tipsdokterumum.blogspot.com/2012/05/tinea-pedis.html
4. Tipe UlseratifTipe ini merupakan penyebaran dari tipe
interdigiti yang meluas ke dermis akibat maserasi dan infeksi
sekunder (bakteri); ulkus dan erosi pada sela-sela jari; dapat
dilihat pada pasien yang imunokompromais dan pasien
diabetes.1,3
Gambar 4. Tinea pedis tipe ulseratif Sumber:
http://tipsdokterumum.blogspot.com/2012/05/tinea-pedis.html
Pemeriksaan fisikInspeksi Kulit Observasi tampilan keseluruhan
klien, perhatikan corak kulit,warna keseluruhan,variasi warna dan
tampilan umum Perhatikan adanya bau badan, terutama bau yang tidk
umum, seperti bau apek atau asam. Ingat selalu bahwa latar belakang
budaya klien dapat mempengaruhi standar hygine dan kerapian
Perhatikan adanya gangguan pigmentasi,bintik bintik,kutil,kulit
terbakar Observasi dan dokumentasikan adanya lesi Distribusi dapat
bervariasi sesuai dengan perkembangan penyakit atau faktor
eksternal. Perhatikan pola inspeksi pertama; banyak gangguan putih
yang melibatkan area kulit tertentu. Pengkajian distribusi termasuk
meluasnya gangguan,pola penyebaran dan karakteristik lokasi. Lokasi
( berhubungan dengan area kulit total )Perhatikan apakah pola lesi
adalah lokal, regional atau umum. Perhatikan juga area mana yang
terkena, seperti permukaan fleksor atau ekstensor.Palpasi Kulit
Perhatikan tekstur umum kulit dan lokasi perubahan, seperti
kekasaran. Kaji suhu dengan menggunakan permukaan dorsal jari jari
atau tangan yang paling sensitif terhadap persepsi suhu Kaji
kelembaban dengan permukaan dorsal tangan dan jari jari yang
relatif kering untuk mencegah kelembaban klien. Kelembaban terbesar
terdapat di telapak tangan, telapak kaki, dan lipatan
kulit.6Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH)
pada kerokan sisik kulit akan terlihat hifa bersepta. Pemeriksaan
ini sangat menunjang diagnosis dermatofitosis. KOH digunakan untuk
mengencerkan jaringan epitel sehingga hifa akan jelas kelihatan di
bawah mikroskop. Kulit dari bagian tepi kelainan sampai dengan
bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit dikerok dengan pisau
tumpul steril dan diletakkan di atas gelas kaca, kemudian ditambah
1-2 tetes larutan KOH dan ditunggu selama 15-20 menit untuk
melarutkan jaringan, setelah itu dilakukan pemanasan. Tinea
pedistipevesikobulosa, kerokan diambil pada atap bula untuk
mendeteksi hifa.1
Gambar 5. KOH: Tampak hifa dan spora (mikrokonidia)**Sumber:
http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/pemeriksaan-untuk-penyakit/
2. Kultur jamur dapat dilakukan untuk menyokong pemeriksaan dan
menentukan sepsis jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanam
bahan klinis pada media buatan.Yang dianggap paling baik adalah
medium agar dekstrosaSabouraud.Media agar ini
ditambahkandenganantibiotik (kloramfenikol atau sikloheksimid).1
Gambar 6.Trichophyton rubrum; koloniDownySumber:
http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/pemeriksaan-untuk-penyakit/3.
Pemeriksaan histopatologi, karakteristik dari tinea pedis atau
tinea manum adalah adanya akantosis, hiperkeratosis dan celah
(infiltrasi perivaskuler superfisialis kronik pada dermis).
Gambar 7. Gambaran histopatologi dari tinea pedis; hifa pada
lapisan superfisial dari epidermisSumber:
http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/pemeriksaan-untuk-penyakit/4.
Pemeriksaan lampu Wood pada tinea pedis umumnya tidak terlalu
bermakna karena banyak dermatofita tidak menunjukkan fluoresensi
kecuali pada tinea kapitis yang disebabkan olehMicrosporum
sp.Pemeriksaan ini dilakukan sebelum kulit di daerah tersebut
dikerok untuk mengetahui lebih jelas daerah yang terinfeksi.1
Diagnosis KerjaDiagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan gejala klinis khas. Pemeriksaaan laboratorium berupa a)
Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20% ditemukan hifa yaitudouble
conture(dua garis lurus sejajar dan transparan), dikotomi
(bercabang dua) dan bersepta. Selain itu di dapatkan artrokonidia
yaitu deretan spora di ujung hifa. Hasil KOH (-) tidak
menyingkirkan diagnosis bila klinis menyokong. b) Kultur ditemukan
dermatofit.1-3
Different Diagnosis 1. Dermatitis kontakTinea pedis harus
dibedakan dengan dermatitis, yang biasanya batasnya tidak jelas,
bagian tepi tidak lebih aktif daripada bagian tengah. Predileksinya
pada bagian yang kontak dengan dengan sepatu, kaos kaki, bedak kaki
dan sebagainya. Adanya riwayat pengunaan sepatu baru. Tidak
ditemukan jamur pada kultur tetapi hanya tanda-tanda peradangan.
Dermatitis kontak akan memberikan tes tempel positif, sedangkan
pada tinea pedis hasilnya negatif.1,4
Gambar 8. Dermatitis kontakSumber:
http://sailormanyahya.wordpress.com/2010/08/03/makalah-dermatitis-kontak-iritan/2.
Dermatitis kontak iritan kumulatif (kronis)Penyebab : kontak
berulang-ulang dengan iritan lemah (misalnya : gesekan, trauma
mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin, deterjen, sabun,
pelarut, tanah, air).Gejala klinis : kulit kering, eritema, skuama,
lambat laun kulit tebal (hiperkeratosis) dan likenifikasi, difus.
Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit retak seperti luka
iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami
kontak terus menerus dengan deterjen.Keluhan penderita umumnya rasa
gatal atau nyeri karena kulit retak (fisur). Ada kalanya tanpa
eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah dirasakan
mengganggu, baru mendapat perhatian.Faktor resiko : tukang cuci,
kuli bangunan, montir bengkel, juru masak, tukang kebun, penata
rambut.Tempat predileksi : lebih banyak ditemukan di tangan
dibandingkan bagian lain.4
Penatalaksanaan Medica MentosaSecara umum
penatalaksanaantineapedis didasarkan atas klasifikasi dan
tipenyaTabel1.Klasifikasi jenis Tinea Pedis dan
pengobatannya.2TipeOrganisme PenyebabGejala KlinisPengobatan
MoccasinTrichophyton rubrum
Epidermophyton floccosum
Scytalidium hyalinum
S. dimidiatum
Hiperkeratosis yang difus,eritema dan retakan pada permukaan
telapak kaki; pada umumnya sifatnya kronik dan sulit disembuhkan;
berhubungan dengan defisiensiCell Mediated
Immunity(CMI)Antifungaltopikaldisertai dengan obat-obatan
keratolitik asam salisilat, urea dan asam laktat untuk mengurangi
hiperkeratosis; dapat juga ditambahkan dengan obat-obatan oral
InterdigitalT. mentagrophytes
(var. interdigitale)
T. rubrum
E. floccosum
S. hyalinum
S. dimidiatum
Candida spp.
Tipe yang paling sering; eritema, krusta dan maserasi yang
terjadi pada sela-sela jari kaki,Obat-obatan topikal; bisa juga
menggunakan obat-obatan oral dan pemberian antibiotik jika terdapat
infeksi bakteri; kronik : ammonium klorida hexahidrate 20 %
Inflamasi / VesikobulosaT. mentagrophytes
(var. mentagrophytes)
Vesikel dan bula pada pertengahan kaki; berhubungan dengan
reaksi dermatofitObat-obatan topikal biasanya cukup pada fase akut,
namun apabila dalam keadaan berat maka indikasi pemberian
glukokortikoid
Ulseratif
T. rubrum
T. mentagrophytes
E. floccosum
Eksaserbasi pada daerah interdigital;Ulserasi dan erosi;
biasanya terdapat infeksi sekunder oleh bakteri; biasanya terdapat
pada pasien imunokompromaisdan pasien diabetesObat-obatan topikal;
antibiotik digunakan apabila terdapat infeksi sekunder
a. Anti fungal topikalObat topikal digunakan untuk mengobati
penyakit jamur yang terlokalisir. Efek samping dari obat-obatan ini
sangat minimal, biasanya terjadi dermatitis kontak alergi, yang
biasanya terbuat dari alkohol atau komponen yang lain.1. Imidazol
Topikal. Efektif untuk semua jenis tinea pedis tetapi lebih cocok
pada pengobatan tinea pedis interdigitalis karena efektif pada
dermatofit dan kandida.5-Klotrimazole 1 %. Antifungal yang
berspektrum luas dengan menghambat pertumbuhan
bentukyeastjamur.Obat dioleskan dua kali sehari dan diberikan
sampai waktu 2-4 minggu. Efek samping obat ini dapat terjadi rasa
terbakar, eritema, edema dan gatal.-Ketokonazole2% krim merupakan
antifungal berspektrum luas golonganImidazol; menghambat sintesis
ergosterol, menyebabkan komponen sel yang mengecil hingga
menyebabkan kematian sel jamur.Obat diberikan selama2-4
minggu.-Mikonazol krim, bekerja merusak membran sel jamur dengan
menghambat biosintesis ergosterolsehinggapermeabilitas sel
meningkat yang menyebabkan keluarnya zat nutrisi jamur hingga
berakibat pada kematian sel jamur.Lotion2 % bekerja pada
daerah-daerah intertriginosa. Pengobatan umumnya dalam jangka waktu
2-6 minggu.2. Tolnaftat 1% merupakan suatu tiokarbamat yang efektif
untuk sebagian besar dermatofitosis tapi tidak efektif terhadap
kandida. Digunakan secara lokal 2-3 kali sehari. Rasa gatal akan
hilang dalam 24-72 jam. Lesi interdigital oleh jamur yang rentan
dapat sembuh antara 7-21 hari. Pada lesi dengan hiperkeratosis,
tolnaftat sebaiknya diberikan bergantian dengan salep asam
salisilat 10 %.53. Piridones Topikal merupakan antifungal yang
bersifat spektrum luas dengan antidermatofit, antibakteri dan
antijamur sehingga dapat digunakan dalam berbagai jenis jamur. -
Sikolopiroksolamin.Pengunaan kliniknya untuk dermatofitosis,
kandidiasis dan tinea versikolor. Sikolopiroksolamin tersedia dalam
bentuk krim 1 % yang dioleskan pada lesi 2 kali sehari. Reaksi
iritatif dapat terjadi walaupun jarang terjadi4. AlilaminTopikal.
Efektif terhadap berbagai jenis jamur. Obat ini juga berguna pada
tineapedis yang sifatnya berulang (seperi hiperkeratotik kronik).-
Terbinafine (Lamisil), menurunkan sintesis ergosterol, yang
mengakibatkan kematian sel jamur. Jangka waktu pengobatan 1 sampai
4 minggu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa terbinafine
1% memiliki keefektifan yang sama dengan terbinafine 10% dalam
mengobati tine pedis namun dalam dosis yang lebih kecil dan lebih
aman.55. Antijamur Topikal Lainnya.- Asam benzoat dan asam
salisilat. Kombinasi asam benzoat dan asam salisilat dalam
perbandingan 2 : 1 (biasanya 6 % dan 3 %) ini dikenal sebagai salep
Whitfield. Asam benzoat memberikan efek fungistatik sedangkan asam
salisilat memberikan efek keratolitik. Asam benzoat hanya bersifat
fungistatik maka penyembuhan baru tercapai setelah lapisan tanduk
yang menderita infeksi terkelupas seluruhnya. Dapat terjadi iritasi
ringan pada tempat pemakaian, juga ada keluhan yang kurang
menyenangkan dari para pemakainya karena salep ini berlemak.- Asam
Undesilenat. Dosis dari asam ini hanya menimbulkan efek fungistatik
tetapi dalam dosis tinggi dan pemakaian yang lama dapat memberikan
efek fungisidal. Obat ini tersedia dalam bentuk salep campuran yang
mengangung 5 % undesilenat dan 20% seng undesilenat.- Haloprogin.
Haloprogin merupakan suatu antijamur sintetik, berbentuk kristal
kekuningan, sukar larut dalam air tetapi larut dalam alkohol.
Haloprogin tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1
%.5b. Antifungal oralPemberian antifungal oral dilakukan setelah
pengobatan topikal gagal dilakukan. Secara umum, dermatofitosis
pada umumnya dapat diatasi dengan pemberianbeberapa obat antifungal
di bawah ini antara lain :1. Griseofulvinmerupakan obatyang
bersifat fungistatik. Griseofulvin dalam bentukpartikel utuhdapat
diberikan dengan dosis 0,5 1 g untuk orang dewasa dan 0,25 - 0,5 g
untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/kg BB. Lama pengobatan
bergantung pada lokasi penyakit, penyebab penyakit, dan imunitas
penderita. Setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar tidak
residif. Dosis harian yang dianjurkan dibagi menjadi 4 kali sehari.
Di dalam klinik cara pemberian dengan dosis tunggal harian memberi
hasil yang cukup baik pada sebagian besar penderita. Griseofulvin
diteruskan selama 2 minggu setelah penyembuhan klinis. Efek samping
dari griseofulvin jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama
ialah sefalgia yang didapati pada 15 % penderita. Efek samping yang
lain dapat berupa gangguan traktus digestivusyaitunausea, vomitus
dan diare. Obat tersebut juga dapat bersifat fotosensitif dan dapat
mengganggu fungsi hepar.12. Ketokonazole.Obat per oral, yang juga
efektif untuk dermatofitosis yaitu ketokonazole yang bersifat
fungistatik.Kasus-kasusyangresisten terhadap griseofulvin dapat
diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg per hari selama 10 hari 2
minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazole merupakan
kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.53. Itrakonazole.
Itrakonazole merupakan suatu antifungal yangdapat digunakan sebagai
pengganti ketokonazole yang bersifat hepatotoksik terutama bila
diberikan lebih dari sepuluh hari.Itrakonazole berfungsi dalam
menghambat pertumbuhan jamur dengan mengahambat sitokorm P-45 yang
dibutuhkan dalam sintesis ergosterol yang merupakan komponen
penting dalam sela membran jamur. Pemberian obat tersebut untuk
penyakit kulit dan selaput lendir oleh penyakit jamur biasanya
cukup 2 x 100-200 mg sehari dalam selaput kapsul selama 3 hari.
Interaksi dengan obat lain seperti antasida (dapat memperlambat
reabsorpsi di usus), amilodipin, nifedipin (dapat menimbulkan
terjadinya edema), sulfonilurea (dapat meningkatkan resiko
hipoglikemia). Itrakonazole diindikasikan pada tinea pedis
tipemoccasion.54. Terbinafin. Terbinafinberfungsi sebagai
fungisidal juga dapat diberikan sebagai pengganti griseofulvin
selama 2-3 minggu, dosisnya 62,5 mg 250 mg sehari bergantung berat
badan. Mekanisme sebagai antifungal yaitu menghambat epoksidase
sehingga sintesis ergosterol menurun. Efek samping terbinafin
ditemukan pada kira-kira 10 % penderita, yang tersering gangguan
gastrointestinaldiantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diare
dan konstipasi yang umumnya ringan. Efek samping lainnyadapat
berupa gangguan pengecapandenganpresentasinyayangkecil. Rasa
pengecapan hilang sebagian atau seluruhnya setelah beberapa minggu
makan obat dan bersifat sementara. Sefalgia ringan dapat pula
terjadi. Gangguan fungsi hepar dilaporkan pada 3,3 % - 7 % kasus.
Terbinafin baik digunakan pada pasien tinea pedis tipemoccasionyang
sifatnya kronik. Pada suatu penelitian ternyata ditemukan bahwa
pengobatan tinea pedis dengan terbinafine lebih efektif
dibandingkan dengan pengobatan griseofulvin.5
Penatalaksanaan non medica mentosaSehabis mandi, keringkan
daerah kaki secara seksama seringkali karena buru-buru daerah kaki
tidak di keringkan Hati-hati dalam pinjam-meminjam kaos kaki dan
sepatu. Ingat bahwa penyakit ini mudah menular dengan cepat. Jemur
dan gantilah handuk dengan rutin untuk menjaga kebersihannya.
Sebaiknya sehabis mencuci kaki dicuci bersih dan dikeringkan. Rajin
gunting kuku tangan dan kaki. Jika ada bagian tubuh yang terinfeksi
jamur dan tidak sengaja menggaruknya, jamur akan menempel di bawah
kuku, dan mulai menginfeksi jaringan di bawah kuku. Bahkan bisa jua
kita secara tidak sadar memindahkan jamur tersebut ke daerah
lainnya. Rajin mencuci tangan dan mandi dengan air bersih. Usahakan
mencuci sepatu bila hendak digunakan kembali, jemur di bawah sinar
matahari agar sepatu berada dalam kondisi kering dan tidak
lembab.
PencegahanSalah satu pencegahan terhadap reinfeksi tinea pedis
yaitu menjaga kaki tetap dalam keadaan kering dan bersih,
menghindari lingkungan yang lembab, menghindari pemakaian sepatu
yang terlalu lama, tidak berjalan dengan kaki telanjang di
tempat-tempat umum seperti kolam renang serta menghindari hindari
kontak dengan pasien yang sama. Penularan jamur ini biasanya
asimptomatik, sehingga umumnya tidak terlihat. Eradikasi jamur
merupakan suatu hal yang sulit dan membutuhkan proses yang panjang.
Setelah mandi sebaiknya kaki dicuci dengan benzoil
peroksidase.2
Prognosis Tinea pedis pada umumnya memiliki prognosis yang baik.
Beberapa minggu setelah pengobatan dapat menyembuhkan tinea pedis,
baik akut maupun kronik. Kasus yang lebih berat dapat diobati
dengan pengobatan oral. Walaupun dengan pengobatan yang baik,
tetapi bila tidak dilakukan pencegahan maka pasien dapat terkena
reinfeksi.1-3
KesimpulanTinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki
terutama mengenai sela jari dan telapak kaki.Penyakit ini lebih
sering dijumpai pada laki-laki usia dewasa dan jarang pada
perempuan dan anak-anak. Keadaan lembab dan hangat pada sela jari
kaki karena bersepatu dan berkaos kaki disertai berada di daerah
tropis yang lembab mengakibatkan pertumbuhan jamur makin
subur.Jamur penyebab tinea pedis yang paling umum ialahTrichophyton
rubrum(paling sering), T. interdigitale, T. tonsurans(sering pada
anak)danEpidermophyton floccosum.Gambaran klinis dapat dibedakan
berdasarkan tipe interdigitalis,moccasion foot, lesi vesikobulosa,
dan tipe ulseratif. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan KOH dan pemeriksaan lampu Wood dan ditemukan
adanya hifadouble counture, dikotomi dan bersepta. Diagnosis
banding dapat berupa dermatitis kontak, pemfolix, psoriasis, dan
hiperhidrosis pada kaki. Penatalaksanaan disesuaikan berdasarkan
tipe tinea pedis. Pengobatan dapat berupa antifungal topikal maupun
oral dan apabila ditemukan infeksi sekunder maka indikasi
penggunaan antibiotik.Salah satu pencegahan terhadap reinfeksi
tinea pedis yaitu menjaga agar kaki tetap dalam keadaan kering dan
bersih, hindari lingkungan yang lembab dan pemakaian sepatu yang
terlalu lama
Daftar Pustaka1) Unandar B.Mikosis. In. Djuanda A, Hamzah M,
Aisah S, editors.Ilmu penyakit kulit dan kelamin.5thed. Jakarta:
Balai penerbitan FKUI;2007.p.89- 104.2) Nelson MM, Martin AG,
Heffernan MP. Superficial fungal infections: dermatophytosis,
onychomicosis, tinea nigra, piedra. In. Freedberg IM, Elsen AZ,
Wolf K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI.Fitzpatricks dermatology
in general medicine. 6thed. New york: McGraw-Hill; 2003. p.3) Habif
TP.Clinical dermatology: a color guide to diagnosis and therapy.
4thed. London: Mosby; 2004. p. 409-456.4) HallJC. Dermatology
Mycology.In. Hall JC, editor.Sausermanual oftheskin.8thed.US:
Mosby;2000. p. 244-47.5) Bahry B, Setiabudy R. Obat jamur.
In.Ganiswarna SG, SetiabudiR, Suyatna FD, Purwantyastuti,
Nafrialdi.Farmakologi danterapi.4thed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UI;2004. p. 560-70.6) Burnside,McGlynn.Diagnosis fisik. Jakarta:
EGC;2001.h.143.