Tinea Pedis pada Sela-Sela Jari Kaki Kiri dan KananDevyta
Christia Heldisani102013457Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510Email :
[email protected]
AbstrakTinea pedis adalah infeksi kulit dari jamur superfisial
pada kaki. Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki
terutama mengenai sela jari dan telapak kaki. Infeksi jamur pada
kulit merupakan masalah kesehatan masyarakat luas yang berdampak
pada jutaan orang di seluruh dunia. Hampir setengah dari mereka
yang terkena dampak akan mengalami beberapa episode infeksi yang
memerlukan banyak rangkaian pengobatan. Tinea pedis adalah infeksi
jamur superfisial pada kulit kaki. Hal ini umumnya muncul sebagai
suatu hal yang penting dan signifikan pada populasi yang semakin
menua dan pasien immunocompromised. Infeksi jamur ini menular,
sering salah didiagnosis dan sering tidak diobati secara adekuat.
Mengingat prevalensi tinea pedis meningkat.Kata kunci: Tinea
pedisAbstrack Tinea pedis is a superficial fungal infection of the
skin on the feet . Tinea pedis is a dermatophyte infection of the
feet , especially between the toes and soles of the feet . Fungal
infections of the skin is a widespread public health problem that
impacts millions of people worldwide . Nearly half of those
affected will experience multiple episodes of infection that
requires a lot of treatment settings . Tinea pedis is a superficial
fungal infection of the skin of the foot . It generally appears as
an important and significant in the increasingly aging population
and immunocompromised patients . Fungal infections are contagious ,
often misdiagnosed and often inadequately treated . Given the
increasing prevalence of tinea pedis .Keywords : Tinea pedis
PendahuluanDermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang
menganduk zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermidis,
rambut dan kuku, yang di sebabkan oleh golongan jamur dermatofita.
Golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin. Dermatofitosis
dibagi menjadi dermatomikosis, trikomonas, dan onikomikosis
berdesarkan bagian tubuh manusia yang terserang, dengan demikian
dibagi menjadi beberapa bentuk. Dikenal dalam bentuk tinea, tinea
kapitis adalah dermatifitosis pada kulit dan rambut kepala. Tinea
barbae adalah dermatofitosis pada dagu dan jenggot. Tinea kruris
adalah dermatofitosis yang menyerang pada daerah genitokrural,
sekitar anus, bokong dan terkadang di perut bagian bawah. Tinea
pedis et manum adalah dermatofitosis yang menyerang kaki dan
tangan. Tinea unguium adalah dermatofitosis pada kuku jari tangan
dan kaki. Dan tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit tubuh
yang tidak berambut.1Tinea pedis (kaki atlet) adalah salah satu
infeksi jamur superfisial yang sering terjadi pada kulit di seluruh
wilayah di dunia. Infeksi jamur pada kaki yang sering terjadi pada
pria dewasa dan jarang pada wanita dan anak-anak. Hal ini lebih
sering terjadi pada masyarakat yang hidup berdekatan seperti barak
tentara, sekolah berasrama, mereka yang sering mengunjungi kolam
renang, dan kaki yang tertutup sepatu yang tidak menyerap keringat.
Kejadian infeksi ini lebih tinggi pada iklim lembab hangat yang
diketahui sebagai tempat pertumbuhan jamur, tetapi terjadi lebih
jarang pada daerah di dunia di mana sepatu tidak umum digunakan.
Tinea pedis menginfeksi melalui kontak langsung dengan
arthroconidia (diproduksi oleh filamen dermatophytic), sekalipun
memakai sepatu ketat yang memicu infeksi dan penyebaran. Tinea
pedis bisa disertai dengan infeksi dermatofit dari bagian tubuh
lain termasuk paha, tangan atau kuku. Sekitar 15% dari populasi
mengalami infeksi jamur kaki pada satu waktu tertentu dan lebih
dari 70% individu akan mengalami infeksi jamur kaki, kemungkinan
besar tinea pedis, selama hidupnya. Setelah terinfeksi, organisme
akan bertahan lama pada host dan individu berperan sebagai
carrier.Pasien dengan gejala berat mungkin mencari bantuan medis
dan sering dari mereka memiliki infeksi jamur bersamaan dengan kuku
kaki. Ada banyak kasus yang tidak terdiagnosis yang mungkin
asimtomatik dan tidak diduga tinea pedis tetapi kemungkinan sumber
infeksi bagi orang lain.1
Pembahasan AnamnesisSeorang dokter harus melakukan wawancara
yang seksama terhadap pasiennya atau keluarga dekatnya mengenai
masalah yang menyebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan
kesehatan. Wawancara yang baik seringkali sudah dapat mengarahkan
masalah pasien ke diagnosis penyakit tertentu. Wawancara terhadap
pasien disebut anamnesis. Anamnesis dapat langsung dilakukan
terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau
pengantarnya (alo-anamnesis). Pada pasien dengan keluhan gatal pada
sela-sela kaki kanan dan kiri dengan kesadaran penuh anamnesis
masih bisa dilakukan terhadap pasien itu sendiri, apabaila pasien
datang dengan kesadaran menurun, anamnesis bisa dilakukan pada
keluarga atau orang yang mengantar pasien tersebut. Anamnesis yang
baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga,
anamnesis susunan sistem dan anamnesis pribadi.2Identitas.
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir,
jenis kelamin, nama orang tua atau suami isteri atau penanggung
jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama.
Identitas perlu ditanyakan karena dengan data identitas, seorang
dokter dapat juga memperkuat diagnosis, kemungkinan terapi yang
akan diberikan atau kemungkinan akan terjadinya komplikasi yang
dapat terjadi pada pasien tersebut.2Keluhan Utama. Keluhan utama
adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke
dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama
harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien mengalami
hal tersebut. Contoh dalam kasus adalah keluhan gatal pada
sela-sela jari kanan dan kiri.2Riwayat Penyakit Sekarang. Riwayat
perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan
jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama
sampai pasien datang berobat. Dalam melakukan anamnesis diusahakan
mendapatkan data-data sebagai berikut: 1) Waktu dan lamanya keluhan
berlangsung; 2) Sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak,
perlahan-lahan, terus menerus, hilang timbul, cenderung bertambah
berat atau berkurang dan sebagainya; 3) Lokalisasi dan
penyebarannya, menetap, menjalar, berpindah-pindah, contohnya pada
kasus keluhan gatal pada sela- sela jari kaki kanan dan kiri 4)
Hubungannya dengan waktu, misalnya nyeri timbul setiap saat atau
hanya pada saat tertentu; 5) Hubungannya dengan aktivitas, 6)
Keluhan-keluhan yang menyertai serangan, atau keluhan lain yang
bersamaan dengan serangan seperti demam, penurunan berat badan atau
gejala sistemik lainnya; 7) Apakah keluhan baru pertama kali atau
sudah berulang kali; 8) Faktor risiko dan pencetus serangan,
termasuk faktor-faktor yang memperberat atau meringankan serangan;
9) Apakah ada saudara sedarah atau teman dekat yang menderita
keluhan yang sama; 10) Riwayat perjalanan ke daerah yang endemis
untuk penyakit tertentu; 11) Perkembangan penyakit, kemungkinan
telah terjadi komplikasi atau gejala sisa; 12) Upaya yang telah
dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang telah
diminum oleh pasien juga tindakan medik lain yang berhubungan
dengan penyakit yang saat ini diderita. Setelah semua data
terkumpul, usahakan untuk membuat diagnosis sementara dan diagnosis
diferensial. Bila mungkin, singkirkan diagnosis diferensial, dengan
menanyakan tanda-tanda positif dan tanda-tanda negatif dari
diagnosis yang paling mungkin.2Riwayat Penyakit Dahulu. Bertujuan
untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara
penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang. Di
bagian ini, tanyakan pula apakah pasien pernah mengalami
kecelakaan, menderita penyakit yang berat dan menjalani operasi
tertentu, riwayat alergi obat dan makanan, lama perawatan, apakah
sembuh sempurna atau tidak. Obat-obat yang pernah diminum oleh
pasien juga harus ditanyakan, termasuk steroid, kontrasepsi,
transfusi, kemoterapi dan riwayat imunisasi.2Riwayat Penyakit
Keluarga. Penting untuk mencari kemungkinan penyakit heredier,
familial atau penyakit infeksi. 2Riwayat Pribadi. Riwayat pribadi
meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan. Perlu
ditanyakan pula apakah pasien mengalami kesulitan kehidupan
sehari-hari seperti masalah keuangan, pekerjaan dan sebagainya.
Kebiasaan pasien yang juga harus ditanyakan adalah kebiasaan
merokok, minum alkohol, termasuk penyalahgunnaan obat-obatan
terlarang (narkoba). Yang tidak kalah pentingnya adalah anamnesis
mengenai lingkungan tempat tinggalnya, termasuk keadaan rumahnya,
sanitasi, sumber air minum, ventilasi, tempat pembuangan sampah dan
sebagainya.2
EpidemiologiTinea pedis terdapat di seluruh dunia sebagai
dermatofitosis yang paling sering terjadi. Prevalensi keseluruhan
dalam masyarakat dan mencakup semua kelompok usia namun dari survey
menunjukkan bahwa di negara maju sebanyak 10 % dari total populasi
memiliki infeksi dermatofit pada jari kaki. Laki-laki dewasa
memiliki risiko 20 % terkena tinea pedis , sementara di kalangan
perempuan hanya 5 % cenderung menjadi infeksi kronis . Kondisi ini
lebih umum pada orang dewasa daripada anak-anak. Kejadiaan tinea
pedis lebih tinggi diantara penduduk yang menggunakan tempat-tempat
umum seperti kamar mandi, pancuran atau kolam renang.3,4
Etiologi dan PatogenesisTinea pedis disebabkan oleh Trichophyton
rubrum(umumnya), Trichophyton mentagrophytes, Epidermophyton
floccosum. T. rubrum lazimnya menyebabkan lesi yang hiperkeratotik,
kering menyerupai bentuk sepatu sandal (mocassinlike) pada kaki; T.
mentagrophyte seringkali menimbulkan lesi yang vesikular dan lebih
meradang sedangkan E. floccosum bisa menyebabkan salah satu
diantara dua pola lesi diatas. Namun, penyebab utama dari setiap
pasien rumit dengan adanya jamur saprofit, ragi dan bakteri. Telah
di observasi bahwa 9% dari kasus tinea pedis diakibatkan oleh agen
infeksi selain dermatofit. karakteristik dari T.rubrum menghasilkan
jenis yang relatif tidak ada peradangan dari dermatofitosis dengan
eritema kusam dan sisik keperakan yang melibatkan seluruh telapak
kaki dan sisi kaki menampilkan moccasin. 4 Erosi juga terbatas pada
infeksi jamur pada jari kaki atau bawah jari kaki, kadang-kadang
bersisik dan meluas sampai pada badan, gluteus, dan extremiti.
Individu dengan imun yang rendah mudah terkena infeksi, HIV/AIDS,
transplantasi organ, kemoterapi, steroid dan nutrisi parenteral
diakui dapat menurunkan resistansi pasien terhadap infeksi
dermatofitosis. Kondisi seperti umur, obesitas, diabetes melitus
juga mempunyai dampak negatife terhadap kesehatan pasien secara
keseluruhan dan dapat menurunkan imunitas dan meningkatkan
terjadinya tinea pedis. Diabetes melitus itu sendiri dikategorikan
sebagai penyebab infeksi, pasien dengan penyakit ini 50% akan
terkena infeksi jamur. Secara histologi, hiperkeratotis tinea pedis
memiliki karakteristi berupa akantosis, hiperkeratosis, dan
infiltrasi perivaskular yag dangkal, kronik dan dapat menyebar pada
dermis. Bentuk vesicle-bula menampilkan spongiosis, parakeratosis,
dan subkornea atau spongiosis intraepitel vesiculasi dengan kedua
tipe, foci dari neutrofil biasanya dapat dilihat pada daerah
stratum kornea. PAS atau pewarnaan silver methenamine menampilkan
organisme jamur.4Diagnosis KerjaTinea pedis merupakan infeksi jamur
dermatofita pada kulit yang penyakitnya disebut dengan
dermatofitosis. Dermatofitosis adalah penyakit pada jarinan yang
mengandung zat tanduk, misalnya stratum corneum pada epidermidis
rambut dan kuku. Dermatofitosis ini disebabkan oleh tiga jenis
jamur, yaitu epidermophyton, tripchophyton, dan microsporum.
Penyakit ini termasuk dalam mikosis yang palng sering dijumpai di
dunia. Infeksinya anthropophilic dermatophytes biasanya disebabkan
oleh adanya elemen hifa dari jamur yang mampu menginfeksi kulit.
Skala desquamasi kulit bisa terinfeksi di lingkungan selama
berbulan-bulan atau tahun. Oleh karena itu transmisi bisa terjadi
dengan kontak tidak langsung lama setelah infeksi
terjadi.5Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH)
10 % pada kerokan sisik kulit akan terlihat hifa bersepta.
Pemeriksaan ini sangat menunjang diagnosis dermatofitosis. KOH
digunakan untuk mengencerkan jaringan epitel sehingga hifa akan
jelas kelihatan di bawah mikroskop. Kultur jamur dapat dilakukan
untuk menyokong pemeriksaan dan menentukan spesis jamur.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanam bahan klinis pada media
buatan. Yang dianggap paling baik adalah medium agar
dekstrosaSabouraud.Media agar ini ditambahkandenganantibiotik
(kloramfenikol atau sikloheksimid).
Gejala klinisAda empat tipe klinis yang berbeda dari tinea pedis
: interdigital, hiperkeratosis, ulserasi dan vesikular,
masing-masing dengan pola karakteristik manifestasi kulit. (Gambar
1)Tinea pedis Interdigital: Hal ini terjadi dalam dua bentuk,
bentuk paling umum dari infeksi ini biasanya muncul di interspaces
antara jari kaki keempat dan jari kelima, sesekali menyebar ke
bagian bawah kaki. Jenis pertama interdigital tinea pedis, yang
dikenal sebagai Dermatofitosis simplex, sebagian besar asimtomatik
dan terlihat kering, bersisik, pengelupasan minimal interspaces
dengan sesekali pruritus. Bentuk keduanya yaitu dermatofitosis
kompleks yang simtomatik dan biasanya terlihat basah, ruang
interdigital maserasi bersama dengan fisura dari sela,
hiperkeratosis, leukokeratosis dan erosi.2,5
Gambar 1. Tinea pedis interdigitalis. Maserasi dan
terdapatopaque putih dan beberapa erosi
Tinea Pedis tipe Hiperkeratosis atau Moccasin: ini terdiri dari
sisik dan hiperkeratosis melibatkan plantar dan aspek lateral kaki,
menyerupai sandal. Infeksi tinea pedis dengan jenis moccasin
umumnya bilateral dan sering disertai dengan onikomikosis
subungual. Jenis infeksi ini diduga disebabkan oleh Trichophyton
rubrum, biasanya pada pasien dengan latar belakang atopik atau
kecenderungan infeksi turun-temurun.2,5
Gambar 4. Tinea pedis. Terdapat distribusi tipe moccasin. Bentuk
arciform dari sisik yang merupakan karakteristik
Tinea pedis Ulseratif: Ada proses ulseratif akut biasanya
melibatkan telapak kaki dan terkait dengan maserasi, penggundulan
kulit dan perembesan.Tinea pedis Vesikobulosa: Ini adalah bentuk
paling umum dari infeksi ini. Pasien dengan jenis tinea pedis ini
terdapat vesikel kecil dan lecet dengan dasar eritematosa, biasanya
dekat punggung kaki dan plantar berdekatan permukaan kaki,
kadang-kadang pustula juga ditemukan dalam jenis ini, tetapi khas
mereka kecil dan berhubungan dengan vesikel yang jelas. Vesikel
penuh dengan nanah daripada cairan bening adalah indikasi dari
bakteremia sekunder biasanya Staphylococcus aureus. Varian lainnya
adalah infeksi interdigital yang mana dermatofit merusak stratum
korneum dan menyebabkan maserasi berikutnya dan leukokeratosis yang
membuat pertumbuhan berlebih dari bakteri seperti Micrococcus,
Sedantarious, Brevibacterium epidermidis, C. minutisimum.2,5
Gambar 5. Tinea pedis tipe bulosa. Vesicle pecah, bula, eritema,
dan erosi pada bagian belakang dari ibu jari kaki.
Diagnosis BandingKandidiosis intertriginosaKandidiasis adalah
penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh
spesies Candida yaitu Candida albicans. Kandidiasis intertriginosa
biasanya berupa lesi didaerah lipatan kulit ketiak, lipat paha,
lipat payudara, antara sela jari tangan aatau kaki, dan umbilicus,
yang berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan
eritematosa.2,5Dermatitis intertriginosa.Intertrigo merupakan
istilah umum untuk kelainan kulit didaerah lipatan/intertriginosa,
yang dapat berupa inflamasi maupun infeksi bakteri atau jamur.
Sebagai factor predisposisi ialah keringat/kelembaban, kegemukan,
gesekan antar 2 permukaan kulit dan oklusi.2,5Penatalaksanaan
Medika mentosa : Untuk terapi topikal biasanya diberikan preparat
derivat Imidazol, seperti :6a. Imidazol Topikal. Efektif untuk
semua jenis tinea pedis tetapi lebih cocok pada pengobatan tinea
pedis interdigitalis karena efektif pada dermatofit dan
kandida.-Klotrimazole 1 %. Antifungal yang berspektrum luas dengan
menghambat pertumbuhan bentukyeastjamur.Obat dioleskan dua kali
sehari dan diberikan sampai waktu 2-4 minggu. Efek samping obat ini
dapat terjadi rasa terbakar, eritema, edema dan
gatal.5-Ketokonazole2% krim merupakan antifungal berspektrum luas
golonganImidazol; menghambat sintesis ergosterol, menyebabkan
komponen sel yang mengecil hingga menyebabkan kematian sel
jamur.Obat diberikan selama2-4 minggu.-Mikonazol krim, bekerja
merusak membran sel jamur dengan menghambat biosintesis
ergosterolsehinggapermeabilitas sel meningkat yang menyebabkan
keluarnya zat nutrisi jamur hingga berakibat pada kematian sel
jamur.Lotion2 % bekerja pada daerah-daerah intertriginosa.
Pengobatan umumnya dalam jangka waktu 2-6 minggu.
b. Tolnaftat 1% merupakan suatu tiokarbamat yang efektif untuk
sebagian besar dermatofitosis tapi tidak efektif terhadap kandida.
Digunakan secara lokal 2-3 kali sehari. Rasa gatal akan hilang
dalam 24-72 jam. Lesi interdigital oleh jamur yang rentan dapat
sembuh antara 7-21 hari. Pada lesi dengan hiperkeratosis, tolnaftat
sebaiknya diberikan bergantian dengan salep asam salisilat 10
%.5
Untuk terapi sistemik biasanya digunakan obat : Itrakonazole
cukup 2 x 100-200 mg sehari dalam selaput kapsul selama 3 hari.
Griseofulvin 500mg/hr sampai sembuh (4-6 minggu).6
Non medika mentosa : Jangan berjalan tanpa alas kaki di gym,
kamar mandi, loker, kolam renang, atau kamar hotel. Jamur yang
menyebabkan kaki atlet mungkin ada di lantai. Untuk melindungi kaki
anda, pakailah sandal kamar mandi atau sandal jepit. Bila Anda
berisiko tinggi terkena kaki atlet, taburkan bubuk anti-jamur pada
kaki Anda dan di dalam sepatu. Jangan memakai sepatu orang lain.
Cuci kaki Anda setiap hari dengan sabun, dan benar-benar keringkan
kaki Anda. Kenakan kaus kaki yang terbuat dari kain yang cepat
kering atau menjaga kelembaban kulit. Jangan lupa untuk mengganti
kaus kaki Anda setiap hari, dan cepat mengganti jika kaus kaki
basah.6Komplikasi 1.Selulitis. Infeksi tinea pedis, terutama tipe
interdigital dapat mengakibatkan selulitis. Selulitis dapat terjadi
pada daerah ektermitas bawah. Selulitis merupakan infeksi bakteri
pada daerah subkutaneus pada kulit sebagai akibat dari infeksi
sekunder pada luka. Faktor predisposisi selulitis adalah trauma,
ulserasi dan penyakit pembuluh darah perifer. Dalam keadaan lembab,
kulit akan mudah terjadi maserasi dan fissura, akibatnya pertahanan
kulit menjadi menurun dan menjadi tempat masuknya bakteri pathogen
seperti-hemolytic streptococci (group A, B C, F, and
G),Staphylcoccus aureus,Streptococcus pneumoniae, dan basil gram
negatif. Apabila telah terjadiselulitis maka diindikasikan
pemberian antibiotik. Jika terjadi gejala yang sifatnya sistemik
seperti demam dan menggigil, maka digunakan antibiotik secara
intravena. Antibiotik yang dapat digunakan berupa ampisillin,
golongan beta laktam ataupun golongan kuinolon.52.Tinea Ungium.
Tinea ungium merupakan infeksi jamur yang menyerang kuku dan
biasanya dihubungkan dengan tinea pedis. Seperti infeksi pada tinea
pedis,T. rubrummerupakan jamur penyebab tinea ungium. Kuku biasanya
tampak menebal, pecah-pecah, dan tidak berwarna yang merupakan
dampak dari infeksi jamur tersebut. 3.Dermatofid. Dermatofid juga
dikenal sebagai reaksi id, merupakan suatu penyakit imunologik
sekunder tinea pedis dan juga penyakit tinea lainnya. Hal ini dapat
menyebabkan vesikel atau erupsi pustular di daerah infeksi sekitar
palmaris dan jari-jari tangan. Reaksi dermatofid bisa saja timbul
asimptomatis dari infeksi tinea pedis. Reaksi ini akan berkurang
setelah penggunaan terapi antifungal. Komplikasi ini biasanya
terkena pada pasien dengan edema kronik, imunosupresi, hemiplegia
dan paraplegia, dan juga diabetes. Tanpa perawatan profilaksis
penyakit ini dapat kambuh kembali.5
Prognosis Tinea pedis pada umumnya memiliki prognosis yang baik.
Beberapa minggu setelah pengobatan dapat menyembuhkan tinea pedis,
baik akut maupun kronik. Kasus yang lebih berat dapat diobati
dengan pengobatan oral. Walaupun dengan pengobatan yang baik,
tetapi bila tidak dilakukan pencegahan maka pasien dapat terkena
reinfeksi.5
Kesimpulan Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki
terutama mengenai sela jari dan telapak kaki.Penyakit ini lebih
sering dijumpai pada laki-laki usia dewasa dan jarang pada
perempuan dan anak-anak. Keadaan lembab dan hangat pada sela jari
kaki karena bersepatu dan berkaos kaki disertai berada di daerah
tropis yang lembab mengakibatkan pertumbuhan jamur makin
subur.Jamur penyebab tinea pedis yang paling umum ialahTrichophyton
rubrum(paling sering), T. interdigitale, T. tonsurans(sering pada
anak)danEpidermophyton floccosum. Gambaran klinis dapat dibedakan
berdasarkan tipe interdigitalis,moccasion foot, lesi vesikobulosa,
dan tipe ulseratif. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan KOH dan pemeriksaan lampu Wood dan ditemukan
adanya hifadouble counture, dikotomi dan bersepta. Diagnosis
banding dapat berupa dermatitis kontak, pemfolix, psoriasis, dan
hiperhidrosis pada kaki. Penatalaksanaan disesuaikan berdasarkan
tipe tinea pedis. Pengobatan dapat berupa antifungal topikal maupun
oral dan apabila ditemukan infeksi sekunder maka indikasi
penggunaan antibiotik.Salah satu pencegahan terhadap reinfeksi
tinea pedis yaitu menjaga agar kaki tetap dalam keadaan kering dan
bersih, hindari lingkungan yang lembab dan pemakaian sepatu yang
terlalu lama.
Daftar Pustaka1. Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. Ed.6. Jakarta; Fk-UI,2013;p 93.2.
Welsby, philip d. Pemeriksaan Fisik dan Anamnesa Klinis.Jakarta:
EGC .2006.Hal 182-3.3. Susanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar
S. Parasitologi kedokteran. Edisi 4. Balai Penerbitan FKUI. Jakarta
; 2008 : 32-41.4. Hadidjaja P, Margono Sri S. Dasar parasitologi
klinik. Ed 1. Jakarta:FKUI, 2007. Hal 204-11.5. Unandar B.Mikosis.
In. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors.Ilmu penyakit kulit dan
kelamin.5thed. Jakarta: Balai penerbitan FKUI;2007.p.89- 104.6.
Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdy, editors. Farmakologi dan
terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik
FKUI; 2007.