METODE KUADRAT Disusun oleh : Nama : Andrian Putra Bahari B1J008018 Maman B1J008021 Daud Dwi Prasetya W B1J008022 Saniyatun Mar’atus Solihah B1J008024 Handini Widiyanti B1J008028 Kelompok : 8 Asisten : Anggi Angraeni LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
METODE KUADRAT
Disusun oleh :
Nama : Andrian Putra Bahari B1J008018Maman B1J008021Daud Dwi Prasetya W B1J008022Saniyatun Mar’atus Solihah B1J008024Handini Widiyanti B1J008028
Kelompok : 8 Asisten : Anggi Angraeni
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
Analisis vegetasi yang dilakukan pada area luas tertentu umumnya berbentuk
segi empat, bujur sangkar, atau lingkaran serta titik-titik. Vegetasi tingkat pohon,
tiang, dan sapihan untuk mengalisisnya digunakan metode kuadrat antara lain
lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Adapun untuk tingkat semai serta
tumbuhan yang rapat digunakan petak contoh titik atau bentuk kuadrat untuk
tumbuhan yang tidak rapat. Variasi ukuran petak contoh tergantung pada
homogenitas vegetasi yang ada (Fachrul, 2007).
Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika
digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot
dan metode kuarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan
pada penggunaan analisis dengan metode kuadrat. Metode kuadrat, petak contoh
dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu.
Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas
minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan
terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. Sistem Analisis
dengan metode kuadrat: Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu
populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerapatan ditentukan berdasarkan
penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi
ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area
sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya
dalam persen (%) (Surasana, 1990).
Menurut Fachrul (2007), tujuan sampling aspek vegetasi pada ekosistem
alami ataupun pada ekosistem yang sudah terganggu, pada umumnya adalah untuk
melakukan identifikasi jenis potensial atau untuk mengetahui besarnya mengetahui
tingkat kerusakan vegetasi dan perubahan komunitas yang terjadi di sekitar industri
yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Pemantauan bertujuan untuk melihat adanya
kerusakan fisik tumbuhan berupa kerusakan daun atau pucuk tumbuhan. Perhitungan
dan analisis data yang di ambil secara langsung di lapangan meliputi komposisi,
struktur, dan jenis vegetasi, nilai INP (Indeks Nilai Penting), H (Indeks
Keanekaragaman Jenis), IS (Indeks Kesamaan Komunitas). Adapun pada tingkat
kerusakan vegetasi serta perubahan komunitasnya dapat ditunjukan dengan :
1. Perubahan dominansi tumbuhan
2. Perubahan indeks keragaman
3. Perubahan indeks kesamaan jenis tumbuhan
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai
relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif,
dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh: Nilai
Penting = Kr + Dr + Fr. Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara
harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu
untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan
disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang
terkecil. Dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat
digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).
Menurut Harun (1993), bahwa metode kuadran adalah metode analisa
vegetasi yang menggunakan daerah persegi panjang sebagai sampel uniknya. Ukuran
yang digunakan yaitu untuk semak dan pohon digunakan kuadran diameter anti
meter. Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis
tumbuhan di dalam area kuadran. Beberapa keadaan, kesulitan dalam menentukan
batasan individu tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara pengelompokan
berdasarkan criteria tertentu (kelas kerapatan). Kerimbunan, ditentukan berdasarkan
penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam penentuan
kerapatan dijabarkan dalam bentuk kerapatan, maka untuk kerimbunannya pun lebih
baik dipergunakan kelas kerimbunan.
Frekuensi ditentukan berdasarkan kerapatan dari jenis tumbuhan dijumpai
dalam sejumlah area cuplikan (n), dibandingkan dengan seluruh atau seluruh
cuplikan yang dibuat (N), biasanya dalam %. Nilai penting harga ini didapatkan
berdasarkan penjumlahan dari relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur
(kerapatan relatif, kerimbunan relatif dan frekuensi relatif). Harga relatif ini dapat
dicari dengan perbandingan antar harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis
terhadap nilai total dari variabel untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100%.
Jenis-jenis tumbuhan dalam tabel disusun berdasarkan harga nilai penting ini yang
biasanya dari harga tumbuhan yang besar harga nilai pentingnya dapat dipergunakan
untuk menentukan penanaman bentuk vegetasi tadi (Rahardjanto, 2001).
Menurut Fachrul (2007), kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai
ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 10 m2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel
dapat persegi, persegi panjang, atau lingkaran. Metode kuadrat ada beberapa jenis :
1. Count/list count quadrat
Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada, beberapa
batang dari masing-masing spesies didalam petak. Jadi, merupakan suatu
daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
2. Cover quadrat (basal area kuadrat)
Untuk mengetahui penutupan relatif, yaitu presentase tanah yang tertutup
vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan
relatif) yang diperlukan tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di
suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area
dari beberapa jenis tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area pohon
dapat dengan mengukur diameter pohon dengan tinggi 1,375 meter (setinggi
dada).
3. Chart quadrat
Penggambaran letak atau bentuk tumbuhan disebut pantograf. Metode ini
terutama berguna dalam memproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan
menentukan letak tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat
yang digunakan adalah pantograf dan planimeter.
Petak I Petak X
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jenis-jenis rerumputan
yang ada disekitar lingkungan Fakultas Biologi yang berada pada petakan berukuran
(1 x 1) m2.
Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah tali raffia, meteran, patok kayu
atau bambu, alat tulis dan label.
B. Metode
1. Membuat petak dengan ukuran 1 m2 dengan menggunakan tali rafia.
2. Petak diletakkan pada sampel kemudian hitung jumlah dan jenis spesies yang
terdapat pada petak tersebut.
3. Pengambilan sampel dilakukan 5 x secara random (acak) .
4. Membuat tabel metode kuadrat.
Gambar Metode kuadrat (5 petak= 5 kali ulangan)
1m 1m
1m 1m
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Metode kuadrat
SpesiesUlangan
1 2 3 4 5
A Cyperus kyllingia 43 12 39 22 15
B Axonopus compressus 56 - 27 18 -
C Phyllanthus urinaria 12 8 - 8 -
D Commelina diffusa 23 - - - -
E Centella asiatica 37 - - - -
F Croton hirtus 6 - - 21 -
G Elephantophus scraber 2 - - 6 -
H Cyperus sanguinolentus 24 54 45 72 89
I Echinochloa colonum - 34 - - -
J Blumea lacera - - 3 - -
K Eleutheranthera ruderalis - - 7 - -
L Tectona grandis - - - 1 -
M Ageratum conyzoides - - - 11 -
N Oxalis barrelieri - - - 7 -
O Hydrocotyle sibthorpioides - - - 30 53
P Alternanthera sessilis - - - 28 -
Q Coleus sp. - - - - 3
1. Perhitungan Kerapatan :
a. Kerapatan masing-masing spesies
Kerapatan = ∑ individu suatu jenis
Luas seluruh petak yang dibuat
Kerapatan spesies A
KA = 43+12+39+22+15
5KA =
1315
KA = 26.2
Kerapatan spesies B
KB = 56+27+18
5
KB = 101
5
KB = 20.2
Kerapatan spesies C
KC = 12+8+8
5
KC = 5.6
Kerapatan spesies D
KD = 235
=4.6
Kerapatan spesies E
KE = 375
=7.4
Kerapatan spesies F
KF = 275
=5.4
Kerapatan spesies G
KG = 85=1.6
Kerapatan spesies H
KH = 24+54+45+72+89
5=56.8
Kerapatan spesies I
K I = 345
=6.8
Kerapatan spesies J
K J = 35=0.6
Kerapatan spesies K
KK = 75=1.4
Kerapatan spesies L
KL = 15=0.2
Kerapatan spesies M
KM = 115
=2.2
Kerapatan spesies N
KN = 75=1.4
Kerapatan spesies O
KO = 30+53
5=16.6
Kerapatan spesies P
KP = 285
=5.6
Kerapatan spesies Q
KQ = 35=0.6
b. Perhitungan Kerapatan Relatif
Kerapatan Relatif= Kerapatan suatu jenis
∑ Kerapatan semua jenisx100 %
Jumlah kerapatan semua jenis = 163.2
K relatif A= 26.2163.2
x100 %=16.05 %
K relatif B= 20.2163.2
x 100 %=12.4 %
K relatif C= 5.6163.2
x 100 %=3.43 %
K relatif D= 4.6163.2
x100 %=2.82 %
K relatif E= 7.4163.2
x100 %=4.53 %
K relatif F= 5.4163.2
x 100 %=3.3 %
K relatif G= 1.6163.2
x100 %=0.98 %
K relatif H = 56.8163.2
x100 %=34.8 %
K relatif I= 6.8163.2
x 100 %=4.2 %
K relatif J= 0.6163.2
x100 %=0.37 %
K relatif K= 1.4163.2
x100 %=0.86 %
K relatif M = 2.2163.2
x 100 %=1.35 %
K relatif N= 1.4163.2
x100 %=1.35 %
K relatif O= 16.6163.2
x100 %=10.17 %
K relatif P= 5.6163.2
x100 %=3.43 %
K relatif Q= 0.6163.2
x100 %=0.37 %
2. Perhitungan Frekuensi
a. Frekuensi masing-masing spesies
Frekuensi = ∑ petak ditemukannya suatu jenis
Jumlah petak yang dibuat
FA = 55=1
FB = 35=0.6
FC = 35=0.6
FD = 15=0.2
FE = 15=0.2
FF = 25=0.4
FE = 25=0.4
FH = 55=1
F I = 15=0.2
FJ = 15=0.2
FK = 15=0.2
FL = 15=0.2
FM = 15=0.2
FN = 15=0.2
FO = 25=0.4
FP = 15=0.2
FQ = 15=0.2
b. Perhitungan Frekuesi relatif
Frekuensi Relatif= Frekuensi suatu jenis
∑ Frekuensi semua jenisx100 %
Jumlah frekuensi semua = 6.4
F relatif A= 16.4
x100 %=15.63 %
F relatif B=0.66.4
x100 %=9.4 %
F relatif C=0.66.4
x 100 %=9.4 %
F relatif D=0.26.4
x100 %=3.13 %
F relatif E=0.26.4
x100 %=3.13%
F relatif F=0.46.4
x 100 %=6.25 %
F relatif G=0.46.4
x100 %=6.25%
F relatif H= 16.4
x100 %=15.63 %
F relatif I=0.26.4
x 100%=3.13 %
F relatif J=0.26.4
x100 %=3.13 %
F relatif K=0.26.4
x100 %=3.13 %
F relatif L=0.26.4
x100 %=3.13 %
F relatif M=0.26.4
x100 %=3.13%
F relatif N=0.26.4
x100 %=3.13 %
F relatif O=0.46.4
x100 %=6.25%
F relatif P=0.26.4
x100 %=3.13 %
F relatif Q=0.26.4
x100 %=3.13%
3. Perhitungan Nilai Penting
Nilai Penting = Krelatif + Frelatif
NPA = 16.05 + 15.63 = 32.28%
NPB = 12.4 + 9.4 = 21.8%
NPC = 3.43 + 9.4 = 12.82%
NPD = 2.82 + 3.13 = 5.96%
NPE = 4.53 + 3.13 = 7.66%
NPF = 3.3 + 6.25 = 9.55%
NPG = 0.98 + 6.25 = 7.23%
NPH = 34.8 + 15.63 = 50.43%
NPI = 4.2 + 3.13 = 7.43%
NPJ = 0.37 + 3.13 = 3.5%
NPK = 0.86 + 3.13 = 3.99%
NPL = 0.12 + 3.13 = 3.25%
NPM = 1.35 + 3.13 = 4.48%
NPN = 0.86 + 3.13 = 3.99%
NPO = 10.17 + 6.25 = 16.42%
NPP = 3.43 + 3.13 = 6.56%
NPQ = 0.37 + 3.13 = 3.5%
Tabel 2. Hasil Analisis Vegetasi dengan Teknik Sampling Kuadrat
SpesiesF
FRK
KR NP
(Frequency)(Relative
Frequency)(Density)
(Relative
Density)
(Importance
Frequency)
A 1 15,63 % 26,2 16,05% 32,28%
B 0,6 9,4 % 20,2 12,4% 21,8%
C 0,6 9,4 % 5,6 3,43% 12,82%
D 0,2 3,13 % 4,6 2,82% 5,96%
E 0,2 3,13 % 7,4 4,53% 7,66%
F 0,4 6,25 % 5,4 3,3% 9,55%
G 0,4 6,25% 1,6 0,98% 7,23%
H 1 15,63 % 56,8 34,8% 50,43%
I 0,2 3,13 % 6,8 4,2% 7,43%
J 0,2 3,13 % 0,6 0,37% 3,5%
K 0,2 3,13 % 1,4 0,86% 3,99%
L 0,2 3,13 % 0,2 0,12% 3,25%
M 0,2 3,13 % 2,2 1,35% 4,48%
N 0,2 3,13 % 1,4 0,86% 3,99%
O 0,2 6,25% 16,6 10,17% 16,42%
P 0,2 3,13 % 5,6 3,43% 6,56%
Q 0,2 3,13 % 0,6 0,37% 3,5%
Keterangan :
Simbol Spesies
A Cyperus kyllingia
B Axonopus compressus
C Phyllanthus urinaria
D Commelina diffusa
E Centella asiatica
F Croton hirtus
G Elephantophus scraber
H Cyperus sanguinolentus
I Echinochloa colonum
J Blumea lacera
K Eleutheranthera ruderalis
L Tectona grandis
M Ageratum conyzoides
N Oxalis barrelieri
O Hydrocotyle sibthorpioides
P Alternanthera sessilis
Q Coleus sp.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan diperoleh data bahwa spesies
tumbuhan yang memiliki kerapatan relatif (KR) tertinggi adalah Cyperus
sanguinolentus dengan nilai 34,8%, sedangkan yang mempunyai nilai terendah
adalah Tectona grandis yaitu 0,12 %. Spesies tumbuhan yang mempunyai frekuensi
relatif (FR) tertinggi ada dua spesies yaitu Cyperus kyllingia dan Cyperus
sanguinolentus dengan nilai yang sama yaitu 15,63% sedangkan spesies dengan nilai
terendah ada sembilan spesies yaitu Commelina diffusa, Echinochloa colonum,
grandis, Ageratum conyzoides, Oxalis barrelieri, Alternanthera sessilis, dan
Coleus sp. yaitu dengan nilai 3,13%. Spesies yang mempunyai indeks nilai
penting (INP) terendah adalah Tectona grandis dengan nilai 3,25%.
3. Tinggi rendahnya Nilai Penting (NP) dipengaruhi oleh faktor intrinsik dari spesies
itu sendiri seperti morfologi, fisiologi, serta adaptasi dan faktor lingkungan seperti
kondisi suhu tanah, suhu udara, kadar air tanah, dan kondisi permukaan tanah.
DAFTAR REFERENSI
Anonim. 2011. toptropicals.com/catalog/uid/Cyperus_sp.htm. Diakses tanggal 23 April 2011.
Anonim. 2011. http://greenvenus.indonetwork.net/group+78126/rumput-rumputan.htm. Diakses tanggal 23 April 2011.
Anonim. 2011. www.plantamor.com/index.php?plant=1696. Diakses tanggal 22 April 2011
Balai Taman Nasional Baluran. 2010. Analisis Vegetasi Di Savana Bekol. balurannationalpark.web.id/wp./04/LabelisasiPohon-Baluran-06-FIX.pdf. Diakses tanggal 22 April 2011.
Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara, Jakarta.
Goldsmith. 2010. Population and Community Structure: Quadrat Sampling Techniques. Academic Press, New York.
Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka, Jakarta.
Irwanto. 2006. Usaha Pengembangan Jati (Tectona grandis L.F). http://www.irwantoshut.com. Diakses tanggal 22 April 2011.
Nanang. 2010. Sistem Analisis Metode Kuadrat dan Metode Kuarter. http://nanang14045.student.umm.ac.id/sistem-analisis-metode-kuadrat-dan-metode-kuarter/. Diakses tanggal 22 April 2011.
Qinghua, Guo dan Maggi, Kelly. 2004. Interpretation of scale in paired quadrat variance methods. Journal of Vegetation Science 15: 763-770.
Rahardjanto, A. K. 2001. Buku Petunjuk Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. UMM Press. Malang.
Surasana. 1990. Teknik Lapangan Ekologi Tumbuhan. Departemen Biologi ITB, Bandung.
Suwena, Made. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Liar Edibel Pada Ekosistem Sawah Di Sekitar Kawasan Hutan Gunung Salak Biodiversity Of Edible Wild Plants On Paddy Ecosystem Of Gunung Salak Forest Area. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram.
Williams, W. T and Lambert, J. M. 2007. Multivariate Methods in Plant Ecology: I. Association-Analysis in Plant Communities The Journal of Ecology, Vol. 47, No. 1. pp. 83-101. http://www.jstor.org.