Top Banner
Paper Ini Dibuat Untuk Melengkapi Persyaratan Kepanitraan Klinik Senior Di SMF Ilmu Penyakit Telinga Hidung Dan Tenggorokan RSU Dr. Pirngadi Medan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Oleh, Yuliana Flavia Agustina 98310027 Pembimbing, Dr. Rehulina Surbakti, Sp.THT
31

Mastoiditis Kronis

Aug 06, 2015

Download

Documents

Ajie Witama
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Mastoiditis Kronis

Paper Ini Dibuat Untuk Melengkapi Persyaratan Kepanitraan Klinik SeniorDi SMF Ilmu Penyakit Telinga Hidung Dan Tenggorokan RSU Dr. Pirngadi

Medan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Oleh,

Yuliana Flavia Agustina 98310027

Pembimbing,

Dr. Rehulina Surbakti, Sp.THT

SMF ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

RSU DR. PIRNGADI MEDAN2005

Page 2: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

MASTOIDITIS KRONIS

PENDAHULUAN

Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari

cavum tympani. Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang-ulang

dapat menyebabkan timbulnya perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa

dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan akan terjadi peradangan tulang

(osteitis) dan pengumpulan eksudat yang makin banyak yang akhirnya mencari

jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak dibelakang telinga

menyebabkan abses subperiosteum.

Perluasan infeksi tergantung pada :

Virulensi kuman.

Resistensi kuman.

Keadaan mukosa telinga tengah.

Struktur tulang mastoid.

Faktor predisposisi seperti virus, gangguan fungsi silier, alergi dan

imunodefisiensi dapat mempermudah terjadinya mastoiditis.

Mastoiditis kronik yang disebabkan oleh OMSK harus dicurigai bila

terdapat nyeri pada pergerakan pinna disamping adanya eritema dan odema pada

lipatan posterior aurikuler.

Nekrosis pada tulang mastoid dapat menyebabkan infeksi tersebar ke

jaringan lunak diluar mastoid, sehingga terjadi pembengkakan dibelakang telinga

dan os zygomatikus serta pembengkakan dileher (abses bezold). Bila infeksi

sembuh dan proses degenerasi menjadi baik, maka akan terjadi sclerosis pada

mastoid.

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

1

Page 3: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

Macam-macam mastoiditis ntara lain :

1. Mastoiditis + nanah + jaringan granulasi.

2. Mastoiditis + colesteatoma.

3. Campuran 1 dan 2.

4. Mastoiditis yang sklerotik.

ANATOMI

Rongga mastoid berbentuk seperti pyramid dengan puncak mengarah ke

caudal. Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah dinding

lateral kranii posterior. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum.

Dibawah kedua patokan ini berjalan saraf facialis dalam kanalis tulangnya untuk

keluar dari tulang temporal melalui foramen stilomastoideus diujung anterior

Krista yang terbentuk oleh insersio otot digrastikus. Dinding lateral mastoid

adalah tulang subkutan yang dengan mudah dapat dipalpasi diposterior aurikula.(2)

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

2

Page 4: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

Dari kavum timpani ada hubungan melalui aditus ad antrum ke antrum

mastoideum ialah ruangan pertama dan terbesar dari sel-sel mastoideus. Antrum

mastoideum ini sudah terdapat sejak waktu lahir. Sel-sel di mastoid

(pneumatisasi) baru terjadi sesudah lahir pada tahun pertama. Sel-sel ini

berhubungan satu sama lainnya pneumatisasi mastoid pada setiap orang tidak

sama.

Pada pneumatisasi yang ekstrim selain pada prosessus mastoideus, dapat

pula sampai ke bagian tulang temporal lainnya. Yang biasanya hanya terdiri dari

tulang kompakta atau spongiosa, misalnya pada prosessua zigomatikus, sekitar

labirin dan ujung tulang petrosa. Luasnya pneumatisasi tergantung pada faktor

herediter konstitusional dan faktor peradangan pada usia muda. Bila ada gangguan

mukosa maka daya pneumatisasi hilang atau berkurang. Ini juga terjadi bila

radang pada telinga, maka dapat dilihat pneumatisasi yang terhenti (arrested

pneumatization) atau pneumatisasi yang tidak ada sama sekali, misalnya terdapat

radang yang menahun (teori dar Wittmack). Oleh karena itu pneumatisasi

prosessus mastoideus dibagi dalam :

1. Prosessus mastoideus kompakta (sklerotis) dimana tidak ditemui sel-sel.

2. Prosessus mastoideus spongiosa (diploik) dimana terdapat sel-sel kecil

saja.

3. Prosessus mastoideus dengan pneumatisasi yang luas dimana sel-sel disini

membesar.

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

3

Page 5: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

Selulae mastoideus seluruhnya berhubungan kavum timpani. Dekat antrum

sel-selnya kecil, makin ke perifer sel-selnya bertambah besar oleh karena itu bila

terjadi radang pada sel-sel mastoid, drainase tidak begitu baik hingga mudah

terjadi radang pada mastoid (mastoiditis).(3)

DEFINISI

Mastoiditis kronis suatu infeksi kronik telinga tengah dan prosessus

mastoideus(4)

ETIOLOGI

Mastoiditis kronis dapat disebabkan oleh kuman-kuman pseudomonas spp,

streptococcus spp, staphylococcus spp, eschericia coli.(5)

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

4

Page 6: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

EPIDEMIOLOGI

Insidensinya masih belum lengkap tetapi beberapa literatur dan studi

prevalensi menyebutkan bahwa suku Eskimo alaka dan penduduk amerika asli

lebih sering mengalami mastoiditis.(4)

Biasanya mastoiditis didahului oleh otitis media supuratif kronik yang

tidak diobati atau diobati dengan pengobatan yang tidak adekuat.(4)

PATOFISIOLOGI

Telinga tengah biasanya steril. Gangguan aksi fisiologis silia, enzim

penghasil mucus dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme pertahanan bila

telinga terpapar dengan mikroba dan kontaminan pada saat menelan. Ini terjadi

apabila mekanisme fisiologis ini terganggu. Sebagai pelengkap mekanisme

pertahanan dipermukaan, suatu anyaman kapiler subepitel yang penting

menyediakan pula faktor-faktor humoral leukosit polimorfonuklear dan sel fagosit

lainnya. Obstruksi tuba eustachius merupakan suatu faktor penyebab dasar.

Dengan demikian hilanglah sawar utama terhadap invasi bakteri dan sepsis bakteri

yang tidak biasanya patogenik, dapat berkolonisasi dalam telinga tengah

menyerang jaringan dan menimbulkan nfeksi.(4)

Nanah (pus) yang terbentuk akibat infeksi ditelinga tengah merupakan

media yang sesuai bagi berbagai macam kuman untuk dapat tumbuh dan

berkembang baik.(5)

Penyebab infeksi kemungkinan adalah antrum tertutup oleh radang hingga

terjadi oedem pada mukosa mastoid hingga drainase dari pus terganggu,

kemudian dinding-dinding sel mastoid (trabaikel) menjadi nekrotik, hingga sel-sel

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

5

Page 7: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

berhubungan satu sama lain. Pus dari mastoid menjadi jalan keluar melalui kortek

dan sampai dibawah periost dibelakang daun telinga hingga terjadi abses

subperiosteal retroaurikuler. Jadi disini bukan hanya mukosa yang meradang

tetapi tulang turut nekrotik.(6)

GEJALA KLINIS

1. Nyeri atau rasa tidak nyaman pada telinga.

2. Ottorhoea.

3. Pendengaran berkurang.

4. Demam.

5. Sakit kepala.

6. Nyeri tekan di daerah mastoid.

7. Edema pada prosessus mastoideus hiperemis yang lambat laun menjadi

abses.

8. Liang telinga bagian atas belakang turun (sangging). Hal ini disebabkan

oleh karena timbulnya periotitis pada tempat ini.

9. Membrana timpani menonjol keluar dan terjadi pengeluaran cairan yang

kontinu dan semakin banyak lubang perforasi gendang.

10. Kadang terdapat gejala iritasi vestibuler antara lain :

Vertigo.

Nistagmus.

Mual.

Muntah.

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

6

Page 8: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

1. Gejala klinis.

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

7

Page 9: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

2. Laboratorium

Darah : leukositosis.

Pengambilan sekret untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas

antibiotik.

3. Pemeriksaan audiometric : tuli konduktif.

4. Pada foto rontgen dan CT Scan.

Menunjukkan perkabutan difus sel-sel mastoid dan hilangnya septa antar

selulae.(2,4,5,7)

DIAGNOSIS BANDING

Mastoiditis kronis dapat di dignosis banding antara lain dengan :

1. Radang kelenjar yang letaknya retroaurikuler misalnya sebagai komplikasi

dari radang kulit kepala.

2. Furunkel (otitis eksterna sirkum kripta).

KOMPLIKASI

1. Paresis fasial.

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

8

Page 10: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

Paresis fasial disebabkan oleh destruksi tulang yang meliputi N.VII

sehingga kontinuitasnya terganggu, paresis biasanya hanya bersifat

sementara.

2. Tromboflebitis.

3. Komplikasi intracranial antara lain :

Meningitis.

Abses otak.

Labirintis.

PENATALAKSANAAN

Pasien diberikan antibiotik yang didasarkan dari hasil kultur. Pemberian

dilakukan selama 2 – 3 minggu secara oral. Selama pemberian antibiotik, pasien

harus diobservasi untuk memonitor tanda kekambuhan. Bila terdapat perbaikan

atau ditemukan kolesteatoma perlu dilakukan pembedahan.

Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan

pada mastoiditis kronis antara lain :

1. Mastoidektomi sederhana/ simple mastoidektomi (operasi Schwartze).

2. Mastoidektomi radikal (operasi Zautal/ Stacke).

3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)

4. Miringoplasti.

5. Timpanoplasti.

6. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (combined approach

tympanoplasty).(2,3,4,5,6,7)

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

9

Page 11: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

Yang dibahas disini hanyalah simple mastoidektomi atau mastoidektomi

kortikal atau operasi Schwartze.

MASTOIDEKTOMI SEDERHANA

Prinsip operasi ini adalah membersihkan seluruh sel-sel yang ada didalam

mastoid sampai kedaerah antrum dari jaringan patologik. Operasi ini dilakukan

pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh.

Tujuannya ialah supaya tenang dan telinga tidak berarir lagi. Pada operasi ini

fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

INDIKASI SIMPLE MASTOIDEKTOMI

Indikasi pembedahan dengan metode simple mastoidektomi adalah :

1. Mastoiditis laten.

Mastoid koalesen yang tidak menunjukkan tanda dan gejala yang khas

dikelompokan kedalam istilah tersembunyi atau mastoiditis laten, pada

umumnya pengobatan tidak cukup dengan antibiotika. Gejala yang akut

reda tetapi pasien tidaklah sepenuhnya baik, nyeri disertai dengan ketulian

dan demam, pada pemeriksaan membran timpani tampak jelas dan tanda-

tanda peradangan dan kongesti mukosa timpani. Tampak postaural

periostel yang mengentalkan tulang mastoid. Dari pemeriksaan radiologi

tampak proses koalesens mastoid.

2. Mastoiditis subperiosteal.

Adalah pembengkakan klasik dibelakang telinga disertai pergeseran daun

telinga kebawah yang lebih cenderung dianggap sebagai komplikasi dari

mastoiditis akut ketimbang tanda dari mastoiditis akut. Dengan

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

10

Page 12: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

mengadakan erosi terhadap dinding atik bagian luar, abses periosteal akan

menyebabkan pembangkakan dibagian dalam liang telinga. Apabila

dengan pemeriksaan radiologi mastoid masih meragukan, sebaiknya

dipertimbangkan melakukan eksplorasi secara bedah.

3. Abses Bezold.

Adalah abses di leher yang letaknya dalam, sebagai komplikasi mastoiditis

akut, dimana nanah merembes sampai ke permukaan superior dari m.

sternokleinomastoideus.

KONTRA INDIKASI

Kadar hemoglobin yang rendah.

Penyakit sistemik umum : diabetes, hipertensi, lemah jantung, gangguan

perdarahan dengan waktu perdarahan dan pembekuan yang memanjang.

TEKNIK OPERASI

INSISI

Standart post auricular. Mastoid dibuat miring untuk mendapatkan

keadaan yang lebih baik, kemiringan dibuat dibelakang dan dibawah, bila tidak

dibuat miring maka insisi akan meninggi kebidang posterior.

Persiapan sebelum operasi. Mencukur rambut dibelakang telinga, daerah

yang akan di insisi diberikan antiseptik agar steril.

Menganastesi daerah yang akan dioperasi dengan 2% xylocaine dan 1 :

100.00 adrenalin untuk mengurangi perdarahan.

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

11

Page 13: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

Insisi daerah past aurikuler beberapa mm dibelakang sulkus post

aurikuler.

Insisi melalui periosteum terus kebawah tulang, diatas muskulus

temporalis. Jika terjadi pneumatisasi akan dibuat insisi posterior pada

periosteum.

Periosteum di elevasi dari tulang. sudut Mc Ewen, spina of henle dan

pinggir tulang posterior pada meatus dipisahkan. Kemiringan tersebut

dibersihkan dari pinggir seluruh serabut fibromuskular. Jaringan lunak

dikeluarkan dari daerah tersebut dengan menggerakan refraktor.

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

12

Page 14: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

Kortek mastoid dipindahkan berdasarkan sistem anatomis (sudut Mc

Ewen) dengan alat elektrik dan membuat lubang pada antrum yang

dibuka.

Sel-sel udara diangkat antrum dan dibersihkan melalui suatu proses

hingga kerongga sebelah kiri yang terikat diatas tulang yang menutupi

sinus lateralis dan didepan dinding meatus posterior dan aditus ad antrum.

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

13

Page 15: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

Semua sel harus diangkat. Aerasi mastoid dapat diartikan sebagai

pengangkatan tulang hingga mencapai daerah occipital, dan mencapai

akar zygoma. Kemiringan yang dipindahkan tersbut harus sampai ke

serabut otot poster

Penutupan sayatan kulit ditutup dengan sutura yang terbelah-belah. Jika

terjadi perdarahan dibutuhkan karet kecil untuk menahan aliran darah

selama 24 jam. Kulit dijahit lapis perlapis.

KOMPLIKASI OPERASI

Komplikasi pembedahan dengan teknik simple mastoidektomi antara lain :

1. Kerusakan nervus fasialis.

Nervus fasialis merupakan resiko utama untuk terjadinya kerusakan

selama dilakukannya proses pembersihan pada sejumlah sel-sel udara

retrofasial.

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

14

Page 16: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

2. Dislokasi incus.

Kebutaan alat-alat yang melewati antrum secara langsung terjadi pada

telinga tengah, resiko dislokasi ini mengalami proses yang singkat pada

incus dari fossa incudis dengan adanya pekak lateral.

3. Penetrasi sinus vena lateral.

Kadang-kadang sinus terletak didaerah permukaan sehinga kerusakan

dengan mudah dapat terjadi.

4. Penetrasi pada fossa dura tengah.

Jika mastoid dibuka pada tingkat yang tinggi, akan terjadi penetrasi pada

fossa dura tengah.

5. Post operatif hematom.

Berkumpulnya darah dibawah sutura sehingga menghasilkan devialitas

terhadap tekanan yang ada diikuti pemotongan dan gagalnya

penggabungan primer.

6. Reakumulasi post operatif pada pus.

Gagalnya pemindahan seluruh sel-sel udara yang ada dimukosa sehingga

menghasilkan supurasi yang berlanjut dan membentuk abses pada sub

insisi post operatif.

7. Kerusakan pada kokhlea.

KESIMPULAN

Mastoiditis merupakan suatu penyakit yang sudah jarang ditemukan.

Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresif atau mereka

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

15

Page 17: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

yang mengabaikan otitis media akut yang dideritanya. Baik mastoiditis

akut maupun kronis selalu didahului oleh otitis media.

Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosessus mastoideus

(tulang yang menonjol dibelakang telinga).

Mastoiditis kronis disebabkan oleh hancurnya dinding tulang-tulang tipis

diantara sel-sel udara mastoid (cellulae mastoidea). Penyakit ini biasanya

terjadi jika otitis media akut yang tidak diobati secara tuntas sehingga

menyebar dari telinga tengah ke tulang disekitarnya, yaitu prosessus

mastoideus.

Gejala klinis dari mastoiditis antara lain : terbentuknya abses

(penimbunan nanah) didalam tulang. kulit yang melapisi prosessus

mastoideus menjadi merah, membengkak dan nyeri bila ditekan. Daun

telinga terdorong kesamping dan kebawah. Gejala lainnya adalah demam,

nyeri disekitar dan didalam telinga serta keluarnya cairan kental dari

telinga. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut. Terjadi ketulian yang

berkembang secara progresif. Jika tidak diobati bisa terjadi ketulian,

sepsis, meningitis, abses otak atau kematian.

Komplikasi dari mastoiditis kronis dapat terjadi pada telinga tengah,

telinga dalam, ekstradural, dan susunan saraf pusat.

Diagnosis mastoiditis kronis ditegakkan berdasarkan : anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Prinsip penatalaksanaan mastoiditis kronis adalah dengan pemberian

antibiotik dosis tinggi dan pembedahan.

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

16

Page 18: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

Prinsip dari pembedahan/ operasi simple mastoidektomi adalah

membersihkan seluruh sel yang ada didalam mastoid sampai sel-sel yang

menghubungkannya dengan antrum, tujuan dari pembersihan ini adalah

agar terjadi drainase dari mastoid melalui antrum, telinga tengah dan

melalui perforasi sampai ke liang telinga bagian luar. Setelah operasi,

diharapkan telinga menjadi kering, membran timpani tertutup kembali

dan pendengaran menjadi baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung

Tenggorok, Edisi ke-14, Jakarta, gaya Baru, FK-UI, 2001 : 54-60.

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

17

Page 19: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

2. anonymous : Excerpt from mastoiditis, Available at :

http://www.emedicine.com

3. Adam GL, Boies LR, Higler PA, Alih Bahasa Wijaya, Caroline, Buku

Ajara Penyakit THT, Edisi ke-6, Jakarta, EGC, 1994 : 32, 95-112.

4. Adenan A, Kumpulan Kuliah Telinga, FK-USU, Medan :9-10,54-63.

5. Anonymous : Mastoiditis, Available at :

http://www.bsac.org.uk/pyxis/HeadandNeckinfections/mastoiditis

6. Balenger JJ, Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher,

Jilid II, edisi ke-13, Jakarta, Binarupa Aksara, 1994 : 405-30.

7. Sjamsuhidajat R, De Jong W, Buku ajar Ilmu Bedah, edisi Revisi ,Jakarta,

EGC, 1997 :476.

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

18

Page 20: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.

Dengan rasa syukur dan hati lega, penulis telah selesai menyusun paper ini

guna memenuhi persyaratan KKS di Bagian Ilmu Penyakit THT. RSU. Dr.

Pirngadi Medan dengan judul “MASTOIDITIS KRONIS”.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada Dr. Rehulina Surbakti, Sp.THT. atas bimbingan dan arahannya selama

mengikuti KKS di Bagian Ilmu Penyakit THT. RSU. Dr. Pirngadi Medan serta

dalam penyusunan paper ini. Juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Zulkifli, Sp.THT.

2. Dr. Netty Harnita, Sp.THT.

3. Dr. Dewi Fauziah Syahnan, Sp. THT.

4. Dr. Ali Syahbana Siregar, Sp.THT.

5. Dr. Linda Samosir, Sp. THT.

6. Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT.

7. Dr. T. Yohanita, Sp.THT.

8. Dr. Magdalena Hutagalung, Sp.THT.

9. Dr. Ita Rodhertani L. Tobing, Sp.THT.

10. Dr. Zalfina Cora, Sp. THT.

11. Dr. M.Taufiq, Sp.THT.

12. Dr. Olina Hulu, Sp. THT

13. Dr. Seri Ulina, Sp.THT

Staf pegawai dan perawat di SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan dan semua

pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan paper ini.

Bahwasanya hasil usaha penyusunan paper ini masih banyak

kekurangannya, tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang

ada pada penulis. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penlis

harapkan guna perbaikan penyusunan paper lain dikemudian kesempatan.

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

19i

Page 21: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

Harapan penulis semoga paper ini dapat bermanfaat dalam menambah

pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan

penatalaksanaan Otitis Media Akut di masyarakat.

Medan, Juni

2005

Penulis

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

20ii

Page 22: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………… iDaftar isi ……………………………………….………………… iii

MASTOIDITIS KRONIS

1. PENDAHULUAN....................................................................................12. ANATOMI................................................................................................23. DEFINISI..................................................................................................44. ETIOLOGI................................................................................................45. EPIDEMIOLOGI......................................................................................56. PATOFISIOLOGI....................................................................................57. GEJALA KLINIS.....................................................................................68. DIAGNOSIS.............................................................................................89. DIAGNOSIS BANDING..........................................................................810. KOMPLIKASI..........................................................................................911. PENATALAKSANAAN..........................................................................912. MASTOIDEKTOMI SEDERHANA......................................................1013. TEKNIK OPERASI................................................................................1114. KOMPLIKASI OPERASI......................................................................1515. KESIMPULAN.......................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

21iii

Page 23: Mastoiditis Kronis

Mastoiditis Kronis

KKS SMF THT RSU. Dr. Pirngadi Medan 2005 Yuliana Flavia FK-UNMAL

22