Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mastoiditis akut (MA) merupakan salah satu komplikasi intratemporal Otitis media (OM) yang tidak tertangani dengan baik. Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel mastoid air cells yang melekat di tulang temporal. Mastoiditis dapat terjadi secara akut maupun kronis. 1,2 Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala-gejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya). 2 Pada saat belum ditemukan-nya antibiotik, mastoiditis merupakan penyebab kematian pada anak-anak serta ketulian/hilangnya pendengaran pada orang dewasa. Jika tidak di obati, infeksi bisa menyebar ke sekitar struktur telinga tengah, termasuk di antaranya otak, yang bisa menyebabkan infeksi yang serius. Saat ini, terapi antibiotik ditujukan untuk pengobatan infeksi telinga tengah sebelum berkembang menjadi mastoiditis, yang akhirnya bisa menyebabkan kematian. 3 Sebuah hasil pencitraan diagnostik merupakan sebuah referensi yang paling berharga bagi ahli bedah kepala dan leher atau otolaryngologist, yang sangat dibutuhkan dari pasien. Karena banyaknya bagian pendukung dan struktur dalam dari sebuah kepala dan leher yang pemeriksaannya bukan hanya sekedar pemeriksaan yang bersifat topografi (anatomi atau penentuan letak struktur) saja, tetapi juga memerlukan pemeriksaan yang bersifat fisiologi. Beberapa pasien mungkin hanya memerlukan pencitraan dignostik konvensional seperti film tipis sinar-X, atau beberapa justru membutuhkan pencitraan dengan teknologi tinggi untuk memperoleh hasil terbaik demi rencana terapi yang akan dia jalani nantinya. 4 1.2. Batasan Masalah Referat ini akan membahas tentang mastoiditis beserta komplikasinya khususnya dari segi gambaran radiologis.
28

Refrat Mastoiditis

Dec 15, 2014

Download

Documents

Yurnisa Fauziah

mastoiditis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Refrat Mastoiditis

1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mastoiditis akut (MA) merupakan salah satu komplikasi intratemporal Otitis media

(OM) yang tidak tertangani dengan baik. Mastoiditis adalah segala proses peradangan

pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Lapisan epitel dari telinga tengah

adalah sambungan dari lapisan epitel mastoid air cells yang melekat di tulang temporal.

Mastoiditis dapat terjadi secara akut maupun kronis.1,2

Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita

infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala-gejala

peradangan pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi

pendengaran, bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada

sisi telinga yang lainnya). 2

Pada saat belum ditemukan-nya antibiotik, mastoiditis merupakan penyebab kematian

pada anak-anak serta ketulian/hilangnya pendengaran pada orang dewasa. Jika tidak di obati,

infeksi bisa menyebar ke sekitar struktur telinga tengah, termasuk di antaranya otak, yang

bisa menyebabkan infeksi yang serius. Saat ini, terapi antibiotik ditujukan untuk pengobatan

infeksi telinga tengah sebelum berkembang menjadi mastoiditis, yang akhirnya bisa

menyebabkan kematian. 3

Sebuah hasil pencitraan diagnostik merupakan sebuah referensi yang paling berharga bagi

ahli bedah kepala dan leher atau otolaryngologist, yang sangat dibutuhkan dari pasien. Karena

banyaknya bagian pendukung dan struktur dalam dari sebuah kepala dan leher yang

pemeriksaannya bukan hanya sekedar pemeriksaan yang bersifat topografi (anatomi atau

penentuan letak struktur) saja, tetapi juga memerlukan pemeriksaan yang bersifat fisiologi.

Beberapa pasien mungkin hanya memerlukan pencitraan dignostik konvensional seperti film tipis

sinar-X, atau beberapa justru membutuhkan pencitraan dengan teknologi tinggi untuk

memperoleh hasil terbaik demi rencana terapi yang akan dia jalani nantinya.4 

1.2. Batasan Masalah

Referat ini akan membahas tentang mastoiditis beserta komplikasinya khususnya dari

segi gambaran radiologis.

Page 2: Refrat Mastoiditis

2  

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tentang mastoiditis dari definisi, epidemiologi, etiologi, gejala

klinis, penegakan diagnosa, dan pengobatannya

1.3.2. Tujuan Khusus

Mengetahui gambaran radiologis pada mastoiditis

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan referat ini adalah tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai

literatur.

Page 3: Refrat Mastoiditis

3  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Otitis media (OM) khususnya yang kronik (otitis media supurasi kronik) adalah

infeksi telinga tengah yang ditandai oleh sekret telinga aktif atau berulang di telinga tengah

yang keluar melalui perforasi membran timpani yang kronik. OMSK yang sukar

disembuhkan dapat menyebabkan komplikasi luas. Umumnya penyebaran bakteri merusak

struktur di sekitar telinga atau telinga tengah itu sendiri. Komplikasi ini bisa hanya otore yang

menetap, mastoiditis, labirintitis, paralisis saraf fasialis sampai komplikasi serius seperti

abses intrakranial atau trombosis. Walau dalam praktek kejadian komplikasi ini rendah,

pengobatan harus secepat dan seefektif mungkin untuk menghindari komplikasi. 1

Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga

tengah, dan jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala proses

peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Mastoiditis akut (MA)

merupakan perluasan infeksi telinga tengah ke dalam pneumatic system selulae mastoid

melalui antrum mastoid. 1,2

2.2. Anatomi System Pendengaran5

Gambar 1. Anatomi System Pendengaran

Page 4: Refrat Mastoiditis

4  

Gambar 2. Anatomi Tulang Temporal

Mastoid berkembang dari kantong sempit di epitympanum posterior bernama aditus

ad antrum. Pneumatisasi terjadi tak lama setelah kelahiran, setelah terjadi aerasi telinga

tengah. Proses ini selesai pada saat seseorang berumur 10 tahun. Sel udara mastoid terbentuk

oleh invasi kantung berlapis epitel antara spikula tulang baru dan oleh degenerasi dan

redifferensiasi ruang sumsum tulang yang ada. Bagian tulang temporal lainnya, termasuk

apeks petrosus dan akar zygomaticus, mengalami pneumatisasi yang sama. Antrum, mirip

dengan sel-sel udara mastoid, dilapisi dengan epitel respiratorius yang akan membengkak bila

terjadi infeksi. Penyumbatan antrum oleh mukosa yang mengalami inflamasi memerangkap

infeksi di sel udara dengan menghambat drainase dan menghalangi aerasi kembali dari sisi

tengah telinga.

Mastoid dikelilingi oleh fossa cranial posterior, fossa kranial tengah, saluran nervus

fasialis, sinus sigmoid dan lateral, dan ujung petrosus tulang temporal. Mastoiditis bisa

mengikis seluruh antrum dan meluas ke salah satu daerah yang bersebelahan tersebut,

menyebabkan morbiditas yang signifikan secara klinis dan penyakit yang mengancam jiwa.

Page 5: Refrat Mastoiditis

5  

Coalescence /Pergabungan

Infeksi akut yang menetap dalam rongga mastoid dapat menyebabkan osteitis, yang

menghancurkan trabekula tulang yang membentuk sel-sel mastoid; oleh karena itu, istilah

mastoiditis coalescent digunakan. Coalescent mastoiditis pada dasarnya merupakan empiema

tulang temporal yang akan menyebabkan komplikasi lebih lanjut, kecuali bila

progresifitasnya dihambat, baik dengan mengalir melalui antrum secara alami yang akan

menyebabkan resolusi spontan atau mengalir ke permukaan mastoideus secara tidak wajar,

apeks petrosus, atau ruang intracranial. Tulang temporal lain atau struktur di dekatnya, seperti

nervus fasialis, labirin, atau sinus venosus, dapat terlibat. Mastoiditis dapat berhenti pada

tahap manapun.

Hal ini berlangsung dalam 5 tahapan:

Tahap 1 - hiperemia dari lapisan mukosa dari sel udara mastoid

Tahap 2 - Transudation dan eksudasi cairan dan / atau nanah dalam sel-sel

Tahap 3 - Nekrosis tulang yang disebabkan oleh hilangnya vascularity dari septa

Tahap 4 - hilangnya dinding sel dengan proses peleburan (coalescence) menjadi rongga

abses

Tahap 5 - Perluasan proses inflamasi ke daerah-daerah berdekatan

2.3. Epidemiologi

Masih belum diketahui secara pasti, tetapi biasanya terjadi pada pasien-pasien muda dan

pasien dengan gangguan sistem imun.2

a. Di Amerika Serikat5

Sebelum masa antimikroba, mastoidektomi dilakukan sebanyak 20% dari pasien

dengan AOM. Insiden mastoiditis telah menurun sejak berkembangnya antimikroba dan telah

menjadi langka. Pada tahun 1948, tingkat ini menurun sampai kurang dari 3% dan saat ini

diperkirakan kurang dari 5 kasus per 100.000 orang di Amerika Serikat atau negara-negara

maju lainnya. Insiden mastoiditis lebih tinggi di negara-negara berkembang daripada di

tempat lain, terutama sebagai konsekuensi dari otitis media yang tidak diobati. Walaupun

insiden penyakit ini telah menurun secara substansial di Amerika Serikat, namun masih

merupakan infeksi yang signifikan secara klinis dengan potensi komplikasi yang mengancam

jiwa.

Page 6: Refrat Mastoiditis

6  

Yang menjadi perhatian besar adalah dilaporkannya peningkatan tajam insiden

mastoiditis akut pada dekade terakhir di beberapa lokasi. Peningkatan ini mungkin karena

meningkatnya tingkat infeksi yang disebabkan oleh organisme yang tahan antibiotic,

virulensi patogen yang meningkat dan penurunan penggunaan antibiotika untuk mengobati

otitis media akut. Kejadian ini kemungkinan besar menurun dengan ketersediaan dan

pemberian vaksin pneumokokus terkonjugasi, yang telah diizinkan untuk penggunaan klinis

pada tahun 2000.

b. Internasional5

Negara-negara berkembang dan negara-negara di mana AOM tidak diobati dengan

antibiotik memiliki peningkatan insiden mastoiditis, mungkin dihasilkan dari otitis media

yang tidak diobati. Sebagai contoh, insiden mastoiditis akut di Belanda, yang memiliki

tingkat peresepan antibiotik rendah untuk AOM, dilaporkan terdapat 3,8 kasus per 100.000

orang per tahun. Di semua negara lain dengan tingkat peresepan antibiotik tinggi, kejadian ini

jauh lebih rendah dari pada ini, yaitu 1,2-2 kasus per 100.000 orang per tahun.

2.4. Patofisiologi / Etiologi

Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain itu

kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga serta

bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi traktus respiratorius.

Pada pemeriksaan telinga akan menunjukkan bahwa terdapat pus yang berbau busuk akibat

infeksi traktus respiratorius. 2

Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang

didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga

tengah. Bakteri gram negatif dan St. aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering

didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang

menyebabkan penurunan dari sistem imun dari seseorang juga dapat menjadi faktor

predisposisi mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anak-anak

yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah sebelumnya.

Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S. Pnemonieae. 2

Page 7: Refrat Mastoiditis

7  

Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya

penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat dilihat dari

angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada usia inilah

imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ

juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah,

lapisan pelindung pada dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotik dan kekuatan

penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya

penyakit.2

2.5. Gejala Klinis

Gambar 3. Mastoiditis dengan abses subperiosteum.

Perhatikan hilangnya lekukan kulit dan abses yang

menonjol.

 

 

 

 

 

Pasien mungkin memiliki gejala unik dari mastoiditis akut dan kronis. Mastoiditis akut

umumnya timbul setelah episode baru atau terjadi bersamaan dengan otitis media akut

(AOM) dan sering menyebabkan demam.

Presentasinya bervariasi menurut usia dan tahap infeksi.

Penyakit kronis, yang dapat subklinis, sering terjadi sekunder pada pengobatan

sebagian AOM dengan antibiotik.

Otorrhea yang berlangsung lebih dari 3 minggu adalah tanda yang paling konsisten

yang menunjukkan bahwa proses kronis yang melibatkan mastoideus telah terjadi.

Page 8: Refrat Mastoiditis

8  

Demam bisa ditemukan. Suhu pasien dapat tinggi.

o Demam dapat tak henti-hentinya pada mastoiditis akut dan mungkin

berhubungan dengan AOM terkait.

o Demam yang menetap, terutama jika pasien mendapatkan antimikroba yang

memadai dan tepat, adalah umum pada mastoiditis akut.

Nyeri dapat dilaporkan.

o Nyeri terlokalisir jauh di dalam atau di belakang telinga dan biasanya lebih

buruk pada malam hari.

o Nyeri yang menetap adalah tanda peringatan penyakit mastoideus. Temuan ini

mungkin sulit untuk mengevaluasi pada pasien muda.

Kehilangan pendengaran dapat terjadi.

o Hal ini biasa terjadi dengan semua proses melibatkan celah-tengah telinga.

o Lebih dari 80% pasien tidak memiliki riwayat otitis media yang berulang.

Gejala nonspesifik (paling umum diamati pada bayi) termasuk kehilangan nafsu

makan dan iritabilitas. 5

Pemeriksaan Fisik

Temuan pada mastoiditis akut dan kronis termasuk penebalan periosteal, abses

subperiosteal, otitis media, dan tonjolan nipplelike (seperti puting) dari membran timpani

pusat. Menentukan adanya penebalan periosteal memerlukan perbandingan dengan bagian

telinga yang lain. Perubahan posisi dari daun telinga ke arah bawah dan ke luar (terutama

pada anak-anak <2 tahun) atau ke atas dan ke luar (pada anak-anak <2 tahun) dapat

ditemukan. Abses subperiosteal merubah posisi aurikel ke lateral dan melenyapkan lipatan

kulit postauricular. Jika lipatan tetap ada, proses ini terjadi di lateral periosteum. Otitis media

terlihat pada pemeriksaan dengan otoskop.

Tonjolan nipplelike dari membran timpani sentral mungkin ada, ini biasanya disertai

rembesan nanah. Infeksi ringan persisten ( mastoiditis tersembunyi) dapat terjadi pada pasien

dengan otitis media rekuren atau efusi telinga persisten. Kondisi ini dapat menyebabkan

demam, sakit telinga, dan komplikasi lain.

Page 9: Refrat Mastoiditis

9  

Tanda-tanda mastoiditis akut adalah sebagai berikut:

o Bulging membran timpani yang erythematous

o Eritema, tenderness, dan edema di atas area mastoid

o Fluktuasi postauricular

o Tonjolan dari aurikula

o Pengenduran dinding kanalis posterosuperior

o Demam (terutama pada anak-anak <2 tahun)

o Otalgia dan nyeri retroauricular (terutama pada anak-anak <2 tahun)

Temuan pada mastoiditis kronis mungkin konsisten dengan komplikasi ekstensi ke

luar prosesus mastoideus dan periosteum yang mengelilinginya atau dengan komplikasi lain

intratemporal seperti lumpuh wajah.

Tanda-tanda meliputi:

o Membran timpani terinfeksi atau normal

o Demam berulang atau persisten

o Tidak adanya tanda-tanda eksternal dari peradangan mastoideus

Pemeriksaan neurologis umumnya menghasilkan temuan nonfocal. Namun,

keterlibatan saraf kranialis dapat terjadi pada penyakit lanjut.

Tanda-tanda meliputi:

o Palsy dari saraf abducens (saraf kranial VI)

o Palsy dari saraf wajah (saraf kranial VII)

o Rasa nyeri dari keterlibatan cabang oftalmik dari saraf trigeminal. 5

Page 10: Refrat Mastoiditis

10  

2.6. Diagnosis

Diagnosis mastoiditis ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang radiologi yang menunjukkan mastoiditis baik foto polos mastoid

Schuller maupun CT scan mastoid. Dengan CT scan bisa dilihat bahwa air cell dalam

prosesus mastoideus terisi oleh cairan (dalam keadaan normal terisi oleh udara) dan

melebar.1,6

Pemeriksaan penunjang yang dapat diminta adalah, pemeriksaan kultur mikrobiologi,

hitung sel darah merah dan sel darah putih yang menandakan adanya infeksi, pemeriksaan

cairan sumsum untuk menyingkirkan adanya penyebaran ke dalam ruangan di dalam kepala.

Pemeriksaan lainnnya adalah CT-scan kepala, MRI-kepala dan foto polos kepala. 2

Pemeriksaan Laboratorium

Spesimen dari sel-sel mastoid yang diperoleh selama operasi dan cairan

myringotomy, ketika diperoleh, harus dikirim untuk kultur bakteri aerobik dan

anaerobik, jamur, mikobakteri dan basil tahan asam.

o Jika membran timpani sudah perforasi, saluran eksternal dapat dibersihkan,

dan sampel cairan drainase segar diambil.

o Ketelitian adalah penting untuk mendapatkan cairan dari telinga tengah dan

bukan saluran eksternal.

o Kultur dan pengujian kepekaan terhadap isolat dapat membantu dalam

memodifikasi terapi inisial antibiotik.

o Hasil kultur yang dikumpulkan dengan benar untuk bakteri aerobik dan

anaerobik sangat membantu untuk pilihan terapi definitif.

o Pewarnaan Gram dari spesimen awalnya dapat membimbing terapi

antimikroba empiris.

Kultur darah harus diperoleh.

Pemeriksaan darah rutin dan laju sedimentasi dihitung untuk mengevaluasi efektivitas

terapi seterusnya.

Pemeriksaan LCS untuk evaluasi jika dicurigai perluasan proses ke intrakranial. 5

Page 11: Refrat Mastoiditis

11  

2.7. Tatalaksana

Biasanya gejala umum berhasil, diatasi dengan pemberian antibiotik, kadang

diperlukan miringotomi. Jika terdapat kekambuhan akibat nyeri tekan persisten, demam, sakit

kepala, dan telinga mungkin perlu dilakukan mastoidektomi. Pengobatan dengan obat-obatan

seperti antibiotik, anti nyeri, anti peradangan dan lain-lainnya adalah lini pertama dalam

pengobatan mastoiditis. Tetapi pemilihan anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test

kultur dan hasil resistensi. Pengobatan yang lebih invasif adalah pembedahan pada mastoid.

Bedah yang dilakukan berupa bedah terbuka, hal ini dilakukan jika dengan pengobatan tidak

dapat membantu mengembalikan ke fungsi yang normal. 2

Pengobatan berupa antibiotika sistemik dan operasi mastoidektomi. Meliputi dua hal

penting:1

1. Pembersihan telinga (menyedot/mengeluarkan debris telinga dan sekret)

2. Antibiotika baik peroral, sistemik ataupun topikal berdasarkan pengalaman empirik

dari hasil kultur mikrobiologi. Pemilihan antibiotika umumnya berdasarkan efektifitas

kemampuan mengeliminasi kuman (mujarab), resistensi, keamanan, risiko toksisitas

dan harga. Pengetahuan dasar tentang pola mikroorganisme pada infeksi telinga dan

uji kepekaan antibiotikanya sangat penting

2.8. Komplikasi

Mortalitas dan Morbiditas

Mastoiditis, ketika berlanjut di luar 2 tahap pertama dianggap sebagai komplikasi

otitis media. Komplikasi dari mastoiditis adalah perluasan lebih lanjut di dalam atau di luar

mastoideus itu sendiri. Komplikasi yang umum terjadi termasuk kehilangan pendengaran dan

perluasan dari proses infeksi di luar sistem mastoideus, mengakibatkan komplikasi

intrakranial atau ekstrakranial.

Page 12: Refrat Mastoiditis

12  

Komplikasi lainnya termasuk berikut ini :

Perluasan posterior ke sinus sigmoid, menyebabkan trombosis

Perluasan ke tulang oksipital, yang mengakibatkan osteomyelitis calvaria atau abses

Citelli

Perluasan superior ke fosa kranial posterior, ruang subdural, dan meninges

Perluasan anterior ke akar zygomatic

Perluasan lateral membentuk abses subperiosteal

Perluasan inferior membentuk abses Bezold

Perluasan medial ke apex petrous

Keterlibatan intratemporal saraf wajah dan / atau labirin. 5

2.9. Gambaran Radiologi, CT-Scan dan MRI Mastoid

Tulang temporal merupakan bagian paling kompleks dari keseluruhan struktur tubuh

kita. Pemeriksaan gangguan pada tulang temporal secara konvensional masih berlaku di

seluruh dunia. CT dan MRI saat ini sudah menjadi salah satu metode pencitraan radiologi

untuk sebagian besar penyakit pada telinga dan bila ada kerusakan pada tulang temporal.

Pada penyakit pengikisan tulang, seperti otitis media kronik dengan kolesteatom, CT dengan

pengaturan jendela tertentu akan memberikan sumber informasi yang akurat. CT dengan

penggunaan cairan kontras yang disuntikan pada vena telah digunakan secara terus menerus

pada pemeriksaan cerebellopontine angle masses. Peralatan pencitraan lain untuk tulang

temporal ini meliputi superlatif angiography. 4

Page 13: Refrat Mastoiditis

13  

GAMBARAN RADIOLOGI 7

Page 14: Refrat Mastoiditis

14  

Gambar 4. Gambaran Tengkorak

Ada tiga jenis proyeksi radiologik yang paling sering dan cukup bermanfaat serta

dapat mudah dibuat dengan memakai alat rontgen yang tidak terlalu besar untuk menilai

tulang temporal, yaitu:

1. Posisi Schuller

Posisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid. Proyeksi foto dibuat

dengan bidang sagital kepala terletak sejajar meja pemeriksaan dan berkas sinar X

ditujukan dengan sudut 30° cephalo-caudad.

Pada posisi ini perluasan pneumatisasi mastoid serta struktur trabekulasi dapat tampak

dengan lebih jelas. Posisi ini juga memberikan informasi dasar tentang besarnya

kanalis auditorius eksterna dan hubungannya dengan sinus lateralis. 8

Posisi Pasien

Pasien diposisikan prone.

Berikan tanda letak Mastoid yang akan diperiksa pada 2,5 cm posterior dari MAE

sebagai CP

Page 15: Refrat Mastoiditis

15  

Kepala diposisikan lateral, dengan menempatkan :

o MSP kepala sejajar dengan bidang film

o IPL tegak lurus dengan bidang film

o IOML sejajar dengan bidang film

Pastikan tidak terjadi pergerakan kepala dengan melakukan fiksasi

Letakkan CP agar terproyeksi dipertengahan film, pada daerah 2,5 cm posterior MAE.

Central Ray diarahkanmenyudut 25° caudally menembus pertengahan film. 9

Gambar 5. Posisi pasien pada teknik Schuller

Kriteria Gambaran

Tampak bagian os mastoid dan sebagian os petrosum dipertengahan film

Mastoid air cells tampak di bagian posterior petrous ridge

TMJ tampak di bagian anterior petrous ridge

Bagian mastoid danpetrossum yang tidakdiperiksaterproyeksi di bagian inferior

Tampak marker R/L di tepi film. 9

Page 16: Refrat Mastoiditis

16  

Gambar 6 : Posisi Schuller

2. Posisi Owen

Posisi ini juga menggambarkan penampakan lateral mastoid dan proyeksi dibuat

dengan kepala terletak sejajar meja pemeriksaan atau film lalu wajah diputar 30°

menjauhi film dan berkas cahaya sinar X ditujukan dengan sudut 30° - 40° cephalo-

caudad. Umumnya posisi Owen dibuat untuk memperlihatkan kanalis auditorius

eksternus, epitimpanikum, bagian-bagian tulang pendengaran dan sel udara mastoid. 8

Page 17: Refrat Mastoiditis

17  

Gambar 7. Posisi Owen

3. Posisi Chausse III

Posisi ini merupakan penampakan frontal mastoid dan ruang telinga tengah.

Proyeksi dibuat dengan dengan oksiput terletak di atas meja pemeriksaan, dagu

ditekuk ke arah dada lalu kepala diputar 10°-15° ke arah sisi berlawanan dari telinga

yang akan diperiksa.

Posisi ini merupakan posisi tambahan setelah pemeriksaan posisi lateral

mastoid. Posisi Chausse III ini merupakan posisi radiologik konvensional yang paling

baik untuk pemeriksaan telinga tengah terutama untuk pemeriksaan otitis kronik dan

kolesteatoma. 8

Gambar 8. Posisi Chausse III

Page 18: Refrat Mastoiditis

18  

OTITIS MEDIA AKUT / MASTOIDITIS AKUT

Gambaran Radiologik

Pembuatan foto radiologik untuk mastoiditis akut biasanya dipakai posisi Schuller

atau Owen, sedangkan posisi Chausse III dipakai untuk melihat ruang telinga tengah.

Dengan posisi-posisi ini dapat dilihat dengan jelas perselubungan sel udara mastoid,

destruksi trabekulae atau erosi sinus plate. Gambaran radiologik mastoiditis akut bergantung

pada lamanya proses inflamasi dan proses pneumatisasi tulang temporal. Biasanya mastoid

akut tak terjadi pada mastoid yang acellulair.

Gambaran dini mastoiditis akut adalah berupa perselubungan ruang telinga tengah dan

sel udara mastoid, dan bila proses inflamasi terus berlangsung akan terjadi perselubungan

yang difus pada kedua daerah tersebut. Pada masa permulaan infeksi biasanya struktur

trabekulae dan sel udara mastoid masih utuh, tetapi kadang-kadang dengan adanya edema

mukosa dan penumpukan cairan seropurulen, maka terjadi kekaburan penampakan

trabekulasi sel udara mastoid. Bersamaan dengan progresivitas infeksi, maka akan terjadi

demineralisasi diikuti dengan destruksi trabekulae dimana pada proses mastoid yang hebat

akan terjadi penyebaran ke arah posterior menyebabkan tromboflebitis pada sinus lateralis

(gambar 9).

Jika terjadi komplikasi intrakranial pada daerah fossa kranii posterior atau media,

maka pemeriksaan computerized tomography (CT) merupakan pemeriksaan terpilih untuk

mendeteksi hal tersebut di mana pada pemeriksaan CT dapat ditemui defek tulang dengan lesi

intrakranial. 8

Page 19: Refrat Mastoiditis

19  

Gambar 9. Mastoiditis akut. Dengan posisi Schuller tampak perselubungan agak

difus serta sedikit destruksi trabekulasi bagian superior.

Akut otitis media & mastoiditis :

Hilangnya radiolusen dari tuba eustachi dan meatus acusticus media

Gambaran radioopak antrum mastoid dgn perkaburan batas luar dinding mastoid. 10

OTITIS MEDIA KRONIK DAN MASTOIDITIS KRONIK

Gambaran Radiologis

Gambaran radiologik pada mastoditis kronik terdiri atas perselubungan yang tidak

homogen pada daerah antrum mastoid dan sel udara mastoid, serta perubahan yang bervariasi

pada struktur trabekulasi mastoid. Proses inflamasi pada mastoid akan menyebabkan

penebalan struktur trabekulasi diikuti demineralisasi trabekulae, pada saat ini yang tampak

pada foto adalah perselubungan sel udara mastoid dan jumlah sel udara yang berkurang serta

struktur trabekulae yang tersisa tampak menebal.

Jika proses inflamasi terus berlangsung, maka akan terlihat obliterasi sel udara

mastoid dan biasanya mastoid akan terlihat sklerotik. Kadang-kadang lumen antrum

mastoidikum dan sisa sel udara mastoid akan terisi jaringan granulasi sehingga pada foto

akan terlihat pula sebagai perselubungan. 8

Page 20: Refrat Mastoiditis

20  

Gambar 10. Mastoiditis kronik. Dengan posisi Schuller tampak perselubungan tidak

homogen serta adanya penebalan trabekulasi.

Kronik :

Sclerosis dari mastoid air cell

Merupakan komplikasi dari abscess & sequester dgn sclerosis dari mastoid ( sulit

membedakan dengan cholesteatoma ) . Abscess dinding batas tegas

Dapat menyebabkan extradural& intra cerebral sepsis

Komplikasi yang serius Cholesteatoma. 10

KOLESTEATOMA

Gambaran Radiologik

Pada kolesteatoma yang menyebar kea rah mastoid akan menyebabkan destruksi struktur

trabekulae mastoid dan pembentukan kavitas besar yang berselubung dengan dinding yang

licin. Kadang-kadang kolesteatoma dapat meluas ke sel udara mastoid tanpa merusak

trabekulasi tulang dan jenis ini sering dijumpai pada anak-anak, dimana gambaran

radiologiknya berupa perselubungan pada sel udara mastoid dan sulit dibedakan dengan

mastoiditis biasa. Untuk melihat lesi-lesi kolesteatoma yang kecil atau ingin melihat lesi lebih

jelas perlu dibuat tomografi tulang temporal. 8

Page 21: Refrat Mastoiditis

21  

Gambar 11. Kolesteatoma. Dengan posisi Owen tampak mastoid yang sklerotik serta bayangan lusen daerah superior mastoid.

Cholesteatoma :

Secara Ro sulit dibedakan kecuali ada riwayat post op

Perubahan-perubahan post op mastoidectomi: pelebaran aditus parsial atau complex,

bergesernya air cell, mastoid system. 10

GAMBARAN CT SCAN

CT Scan pada tulang temporal adalah standar pada pemeriksaan mastoiditis.

o Sensitivitas CT Scan pada mastoiditis adalah 87-100%. Ini lebih sensitive

karena AOM memiliki komponen dari inflamasi mastoid

o CT scan menggambarkan dimanapun di intracranial adanya suspek komplikasi

atau perluasan

o Bukti dari mastoiditis adalah menggambarkan destruksi mastoid dan

kehilangan ketajaman sel udara mastoid

o Pada kasus-kasus tertentu, dengan menggunakan CT Scan gambaran air cells

yang kabur dapat diungkap, scan tulang dengan technetium-99 dapat

menolong mendeteksi perubahan osteolitic

o Plain radiografi kurang dipercaya, dan penemuan gejala klinis terlambat. Di

beberapa daerah di dunia yang tidak memiliki CT Scan, plain radiografi dari

mastoid menggambarkan destruksi sel udara tulang yang berkabut pada acute

surgical mastoiditis (ASM). Pada kebanyakan kasus, radiografi cukup kuat

untuk menegakkan diagnosis tapi kurang sensitive dalam membedakan staging

dari penyakit dan tidak bisa menggambarkan detail-detailnya.

Page 22: Refrat Mastoiditis

22

o Temuan lainnya digunakan untuk membedakan acute otitis media (AOM)

dan/atau acute mastoiditis tanpa osteitis dan chronic mastoiditis :

Tampak gambaran berawan atau berkabut dari sel udara mastoid dan

telinga tengah. Ini disebabkan inflamasi pembengkakan mukosa dan

terkumpulnya cairan.

Kehilangan ketajaman atau visibility dari sel mastoid karena

demineralisasi, atrophy, atau necrosis dari tulang septa.

Kekaburan atau distorsi darimastoid, kemungkinan dengan defek yang

tampak dari tegmen atau cortex mastoid

Peningkatan dari pembentukan area abses

Peningkatan periosteum karena proses mastoid atau fossa cranial

posterior

Aktivitas osteoblastic pada chronic mastoiditis. 5

Gambar 12. Axial CT scan memperlihatkan kuantitas tulang pada telinga kanan yang terbatas

Gambar 13. Acute mastoiditis - CT scan

Page 23: Refrat Mastoiditis

23  

Gambar 14. cholesteatoma dengan erosion pada cochlea

Gambar 15. congenital cholesteatoma dengan erosi pada cochlea

Gambar 16. mastoiditis dengan sigmoid sinus thrombosis

Page 24: Refrat Mastoiditis

24  

Gambar 17. Telinga tengah dan mastoid cholesteatoma – preoperative

Gambar 18. Telinga tengah dan mastoid cholesteatoma – post operative

Page 25: Refrat Mastoiditis

25  

GAMBARAN MRI

o MRI sering digunakan pada pasien dengan gejala klinis atau penemuan CT yang

mengarah ke komplikasi intracranial. Bagaimanapun, MRI tidak rutin digunakan untuk

evaluasi mastoid.

MRI adalah standar untuk mengevaluasi jaringan lunak yang berdampingan, lebih

spesifik, intra cranial struktur dan untuk mendeteksi cairan yang terkumpul extra

axial dan yang berhubungan dengan masalah vascular.

MRI membantu dlaam merencanakan pengobatan operasi yang efektif. 5

Gambar 19. Tulang temporal, kolesteatoma didapat. MRI aksial T1 weighted

memperlihatkan massa jaringan lunak di region tegmen kanan timpani.

 

Gambar 20. Tulang temporal, kolesteatoma didapat. MRI T1 weighted axial. Terdapat massa

jaringan lunak hipointense pada regio tegmen timpani kanan yang ekstensi ke arah

intracranial.

Page 26: Refrat Mastoiditis

26  

Gambar 21. Tulang temporal, kolesteatoma didapat. MRI T2 weighted axial. Terdapat massa

jaringan lunak hiperintense pada regio tegmen timpani kanan yang ekstensi ke arah

intracranial.

Tingkat Kepercayaan

MRI adalah lebih sensitive daripada radiografi konvensional, tetapi kurang sensitive

dibandingkan CT scan resolusi tinggi, karena keterbatasan untuk menggambarkan tulang

pada MRI. 5

   

Page 27: Refrat Mastoiditis

27  

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang

terletak pada tulang temporal. Mastoiditis akut (MA) merupakan perluasan infeksi

telinga tengah ke dalam pneumatic system selulae mastoid melalui antrum mastoid.

Pembuatan foto radiologik untuk mastoiditis akut biasanya dipakai posisi

Schuller atau Owen, sedangkan posisi Chausse III dipakai untuk melihat ruang telinga

tengah.

Pada akut otitis media & mastoiditis akan ditemukan hilangnya radiolusen dari

tuba eustachi dan meatus acusticus media, gambaran radioopak antrum mastoid dgn

perkaburan batas luar dinding mastoid. Sedangkan pada proses kronik ditemukan

sclerosis dari mastoid air cell, merupakan komplikasi dari abscess & sequester dgn

sclerosis dari mastoid ( sulit membedakan dengan cholesteatoma ), abscess dinding

batas tegas, dapat menyebabkan extradural& intra cerebral sepsis. Komplikasi yang

serius diantaranya cholesteatoma. Gambaran cholesteatoma secara Ro sulit dibedakan

kecuali ada riwayat post operasi, perubahan-perubahan post operasi mastoidectomi

pelebaran aditus parsial atau complex, bergesernya air cell, mastoid system.

Pemeriksaan CT Scan menggambarkan dimanapun di intracranial adanya

suspek komplikasi atau perluasan. Bukti dari mastoiditis adalah menggambarkan

destruksi mastoid dan kehilangan ketajaman sel udara mastoid. Pada kasus-kasus

tertentu, dengan menggunakan CT Scan gambaran air cells yang kabur dapat

diungkap, scan tulang dengan technetium-99 dapat menolong mendeteksi perubahan

osteolitic.

MRI tidak rutin digunakan untuk evaluasi mastoid. MRI adalah standar untuk

mengevaluasi jaringan lunak yang berdampingan, lebih spesifik, intra cranial struktur

dan untuk mendeteksi cairan yang terkumpul extra axial dan yang berhubungan

dengan masalah vascular. MRI membantu dlaam merencanakan pengobatan operasi

yang efektif.

MRI adalah lebih sensitive daripada radiografi konvensional, tetapi kurang

sensitive dibandingkan CT scan resolusi tinggi, karena keterbatasan untuk

menggambarkan tulang pada MRI.

Page 28: Refrat Mastoiditis

28  

DAFTAR PUSTAKA

1. Widodo P dkk. Pola Sebaran Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotika Sekret Telinga Tengah Penderita Mastoiditis Akutdi RS Dr Kariadi Semarang 2004 2005.diakses dari http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/155_08PolaSebaranKumanUjiKepekaan.pdf/155_08PolaSebaranKumanUjiKepekaan.html

2. Kartika H. Mastiditis. Diakses dari http://hennykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis/

3. Mastoiditis. Diakses dari http://www.kamuskesehatan.com/IstilahPenyakit-AlatKesehatan

4. Faradilla N. Diagnosis radiologi bidang THT. Diakse dari http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/09/diagnosis_radiologi_dalam_tht_files_of_drsmed.pdf

5. Brook, Itzhak. Mastoiditis. 2010. Diunduh dari

(http://emedicine.medscape.com/article/966099-overview)

6. Mastoiditis akut. Diakses dari http://medicastore.com/penyakit/824/Mastoiditis_Akut.htm

7. Thieme Pocket Atlas of Radiographic Anatomy 2nd ed, 2000

8. Rasad, sjahriar. Radiologi Diagnostik edisi ke 2. 2005. Jakarta:FKUI

9. Teknik radiografi mastoid air cells, proyeksi schuller’s. diunduh dari

http://www.posradiografer.blogspot.com/2008/04/teknik-radiografi-mastoid-air-

cells.html

10. Idris, Nurlaily. Radiologi Indra Khusus. Diunduh dari (http://www.scribd.com)