Top Banner

of 33

Masking Audiometri Nada Murni pdf

Oct 10, 2015

Download

Documents

Rahma Hutabarat

neurootologi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    1/33

    1

    MASKING PADA AUDIOMETRI NADA MURNI

    Candidate Referat III

    Anton Christanto, Kartono Sudarman

    SMF/Bag IP THT-KL RSUP Dr Sardjito/FK UGM Yogyakarta

    PENDAHULUAN

    Dalam pemeriksaan audiometri subyektif, masking merupakan metode yang

    paling sulit dipelajari dan difahami oleh residen saat stase di audiologi. Masking di

    bidang audiologi klinis merupakan metode pemeriksaan yang harus betul-betul difahami

    baik dari segi dasar teori, metode pemeriksaan dan penatalaksanaannya dalam melakukan

    semua jenis tes pendengaran terutama secara subyektif.

    Problem utama dalam tes audiometri timbul karena suara dengan intensitas

    tertentu yang diberikan melalui headphoneatau insertphonedapat menembus impedans

    tulang kepala, sehingga menyebabkan vibrasi seluruh tulang kepala dimana kedua koklea

    terbenam didalamnya. Hal tersebut mengakibatkan stimulus yang diberikan di satu

    telinga dapat diterima juga oleh koklea di telinga sisi yang lain. Pada gangguan fungsi

    pendengaran unilateral atau bilateral yang asimetris, maka stimulus pada intensitas

    tertentu yang diberikan di telinga yang pendengarannya lebih jelek, akan terdengar di

    telinga yang fungsi pendengarannya lebih baik. Apabila subyek memberikan respons

    terhadap stimulus yang diberikan (sebetulnya stimulus suara terdengar di telinga sisi

    lain/yang tidak dites) akan menghasilkan respons yang bukan sebenarnya (positif

    palsu/shadow hearing).

    Mekanisme menyeberangnya stimulus suara ke telinga sisi lain yang dikenal

    dengan cross over hearing tersebut, harus diatasi dengan cara memberikan suara masking

    disisi telinga yang tidak dites, agar supaya stimulus suara yang diberikan ditelinga yang

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    2/33

    2

    sedang dites (ambang pendengarannya lebih jelek), tidak dapat terdengar ditelinga yang

    tidak dites (ambang pendengarannya lebih baik).

    Seorang dokter spesialis/residen THT yang peka akan menduga kemungkinan

    terjadinya cross over hearing lebih sering daripada yang sebenarnya terjadi sehingga

    akan melakukan maskingdalam melakukan tes pendengaran subyektif. Hasil audiometri

    dan keraguan akan jenis gangguan pendengaran yang sebenarnya akan sangat

    berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam tindakan bedah di bidang otologi

    dan prediksi perbaikan pendengaran pasca operasi telinga.

    Masking merupakan prosedur dalam evaluasi fungsi pendengaran yang harus

    difahami bagi seorang dokter spesialis/residen THT. Melakukan pemeriksaan audiologi

    subyektif tidak hanya memerlukan kerjasama dengan subyek yang dites akan tetapi kita

    yang berkecimpung di bidang audiologi klinis harus peka akan kemungkinan terjadinya

    cross over hearing. Efektifitas suara maskingditentukan oleh beberapa variabel meliputi

    frekuensi yang sedang dimasking, spektrum suara masking yang dipakai dan jenis

    transduser yang digunakan untuk menghantarkan suara maskingke telinga yang tidak di

    tes.

    Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka masking pada pemeriksaan

    audiometri nada murni perlu dipelajari dan difahami oleh dokter/residen THT. Pada

    tulisan ini akan dibicarakan mengenai dasar teori, mekanisme dan metode pemeriksaan

    maskingpada audiometri nada murni.

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    3/33

    3

    URAIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Prinsip dasar dan pengertian masking.

    Definisi masking adalah menaikkan ambang dengar pada telinga yang tidak

    diperiksa dengan memberikan bunyi bising. Menurut Lassman et al., 1994 Masking

    (penyamaran) adalah mengaburkan suatu bunyi dengan menggunakan bunyi lainnya atau

    peninggian ambang pendengaran suatu sinyal yang diakibatkan terdengarnya sinyal

    kedua. Bising frekuensi sempit merupakan penyamar yang paling efisien untuk nada-

    nada murni.

    Tujuan utama melakukan maskingdalam pemeriksaan fungsi pendengaran adalah

    untuk mencegah telinga yang tidak dites ikut mendengar stimulus suara yang diberikan di

    telinga yang sedang dites atau mencegah positif palsu/shadow hearing. Apabila subyek

    memberikan respons terhadap stimulus yang diberikan pada telinga yang dites

    (sebetulnya stimulus suara terdengar di telinga sisi lain/yang tidak dites), akan

    menghasilkan respons yang bukan sebenarnya. Hal tersebut disebut positif palsu/shadow

    hearingsehingga pada grafik audiogram sering disebut shadow curve.

    Dalam pemeriksaan visus, usaha agar supaya mata sisi yang lain tidak ikut

    berpartisipasi melihat obyek adalah dengan cara menutup mata yang tidak dites. Hal

    tersebut tidak bisa diterapkan pada saat melakukan tes pendengaran dengan cara

    menutup telinga yang tidak dites.Hal tersebut tidak bisa diterapkan pada saat melakukan

    tes pendengaran dengan cara menutup telinga yang tidak dites. Pada kondisi tertentu,

    penutupan liang telinga akan menyebabkan efek oklusi yang justru dapat meningkatkan

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    4/33

    4

    kepekaan pendengaran di telinga yang ditutup, yang dapat mengganggu validitas

    penilaian hasil tes (Sander, 1978; Martin 1986). Untuk menghindari hal tersebut, telinga

    yang tidak dites ambangnya dinaikkan dengan cara diberikan suara masking, sehingga

    stimulus suara yang diberikan ditelinga yang sedang dites tidak dapat terdengar di telinga

    yang dites (terutama dalam kondisi kemungkinan terjadi cross over hearing : stimulus

    suara terdengar ditelinga yang tidak dites).

    Contoh hasil audiogram yang menunjukkan kemungkinan terjadi cross over

    hearing/sebelum dilakukan masking (gambar1). Kemudian dilakukan masking

    (gambar2).

    Gambar 1. Sebelum masking (Shadow curve)

    Gambar 2. Sesudah masking

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    5/33

    5

    Gambar 3. Simbol pada audiogram.

    B. Pengertian cross over hearing.

    Bila kita menguji seseorang yang diketahui tidak mampu mendengar ditelinga

    kirinya, dan intensitas bunyi di earphonetelinga kiri dinaikkan terus menerus, maka akan

    menyebabkan vibrasi tengkorak. Bila vibrasi dari telinga tersebut cukup kuat, maka bunyi

    akan menyeberang melalui tengkorak dan merangsang telinga kanan (cross over). Bila

    vibrasi tersebut cukup besar maka bunyi akan terdengar oleh telinga kanan (cross

    hearing). Kedua proses tersebut diatas disebut cross over hearing.

    Gambar 4. a. bone conduction b. air conduction

    C.Interaural Attenuation(IA)

    Konsep yang utama dalam metode masking adalah berapa besar interaural

    attenuation (IA). Interaural Attenuation disebut juga Transcranial TransmissionLoss

    atau Transcranial Attenuation (Elpern & Naunton 1963; Snyder, 1973). IA merupakan

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    6/33

    6

    besar energi bunyi (stimulus suara) yang hilang (attenuate) pada waktu menyeberangi

    kepala (melalui hantaran tulang) dan diterima oleh koklea telinga sisi yang lain.

    Cross over hearing perlu dipertimbangkan apabila ambang telinga yang sedang

    dites melampui interaural attenuation yang tergantung pada: 1. Jenis tes (hantaran

    udara/air conduction atau hantaran tulang/bone conduction) 2. Jenis tranduser yang

    dipakai, 3. frekuensi yang sedang dites.

    Sebagai contoh konsep IA pada frekuensi 1000Hz dengan menggunakan

    transduser supraaural phone (gambar 5). Ambang hantaran tulang/bone conduction(BC)

    di telinga kiri 10dB; ambang hantaran udara/air conduction(AC) telinga kanan 60dBHL.

    Pada saat stimulus AC sebesar 60dB diberikan ditelinga kanan, subyek yang dites

    memberikan respons mendengar stimulus suara. Intensitas suara sebesar 60dB yang

    diberikan ditelinga kanan tersebut kemungkinan telah menyeberang ke telinga sisi kiri

    melalui vibrasi tulang kepala, sehingga stimulus suara terdengar ditelinga kiri dimana

    ambang BC : 10 dBHL. Jumlah IA hantaran udara(AC) di frekuensi 1000Hz pada kasus

    tersebut adalah sebesar 50dB waktu menyebrangi kepala ke telinga kiri (lebih besar dari

    IA minimum pada frekuensi 1000Hz:40dB), sehingga suara yang diterima ditelinga kiri

    hanya tinggal sebesar 10dB.

    Gambar 5. Konsep IA pada frekuensi 1000Hz

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    7/33

    7

    AC TE (Air Conduction Tested Ear) Kanan, IA (Interaural Attenuation), BC NTE

    (Bone Conduction Non Tested Ear) kiri. Rumus : AC TE (kanan) IA = BC NTE(kiri)60 50 = 10terdengar

    Gambar 6. Konsep IA

    Rumus : AC TE(earphonekiri) IA = BC NTE (choclea kanan)a. 60-50=10 (sesuai ambang dengar)terdengar

    b. 80-50=30 (20dB diatas ambang dengar)terdengar

    c. 55-50= 5 (dibawah ambang dengar)tidak terdengar

    Nilai IA hantaran udara bervariasi tergantung pada frekuensi dan jenis transduser

    yang dipakai (tabel 1).

    Tabel 1. Nilai IA 3 jenis transduser pada frekuensi 250-8000 (Stach, 1998)

    Frekuensi (Hz) Supra-aural(TDH49) Insertphone(ER-3A) Vibrator(BC)dB dB dB

    250 40 75

    500 40 75 0

    1000 40 60 02000 45 55 0

    4000 50 65 0

    8000 50 65

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    8/33

    8

    Berdasarkan beberapa penelitian, rentang nilai IA hantaran udara pada beberapa

    frekuensi dengan memakai supra-aural phone cukup besar (gambar 7 dan tabel 2)(Katz &

    Lezynski, 2002)

    Gambar 7. Rentang Nilai IA hantaran udara

    Tabel 2. Rentang Nilai IA hantaran udara

    Untuk kemudahan dalam praktek sehari hari dibidang audiologi klinis, Goldstein

    dan Newman tahun 2002, mengemukakan nilai IA minimum hantaran udara pada

    masking (tabel 3).

    Tabel 3. Pedoman nilai IA minimum sebagai panduan indikasi maskingpadapemeriksaan hantaran udara

    Frekuensi 125 250 500 1000 2000 4000 8000

    Beda dB

    Antara kedua telinga 35 40 40 40 45 50 50

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    9/33

    9

    IA frekuensi tinggi lebih besar daripada IA frekuansi rendah . Besar IA minimum

    diarea frekuensi 2000Hz dan diatas 200Hz berkisar antara 40-50dB, sedangkan pada

    frekuensi 125Hz hanya 35dB (Katz & Lezynski, 2002).

    Nilai minimum IA harus diketahui mengingat keputusan perlu tidaknya dilakukan

    masking tergantung pada nilai minimum IA frekunsi yang dites. Stach (1998)

    mengemukakan nilai IA yang dapat dipakai sebagai panduan kapan mulai terjadi cross

    over hearingberdasarkan pada jenis tranduser yang dipakai dapat dilihat pada tabel 4.

    Tabel 4. Besar IA minimum rata-rata 3 jenis transduser sebagai petunjuk kapan

    mulai terjadi cros over hearing.

    Jenis Transduser Besar IA---------------------------------------------------------------------------------------------------

    Supra-aural earphones 40 dBInsertphones 50 dBBone-conductor vibrator 0 dB

    ---------------------------------------------------------------------------------------------------Dengan menggunakan supra-aural earphone, cross over hearing akan terjadi apabila

    ambang dengar salah satu telinga mencapai ambang BC telinga sisi yang lain sebesar

    40db atau lebih.

    Apabila menggunakan insert earphone, cross over hearing baru terjadi apabila

    nilai IA mencapai minimum 50dB. Cross over hearing pada penggunaan vibrator BC

    dapat terjadi setiap saat, oleh karena stimulus tidak mengalami pengurangan/attenuation

    pada waktu menyebrang ke telinga sisi yang lain. Jumlah IA pada BC sangat minimal

    (dianggap = 0dB), sehingga pemeriksaan BC cenderung lebih memerlukan masking

    daripada AC (Stach, 1998; Sataloffet al, 1980).

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    10/33

    10

    D. Jenis Tes

    D.1.Maskingpada tes hantaran udara.

    Masking harus dilakukan apabila ambang AC di telinga yang sedang dites

    melampui nilai IA minimum diatas ambang BC di telinga yang tidak dites. Hal ini sangat

    penting untuk difahami dalam mekanisme masking, sekalipun tes yang dilakukan melalui

    hantaran udara akan tetapi cross over hearing selalu terjadi melalui hantaran tulang

    (Sanders, 1978). Dengan demikian yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan

    masking adalah berapa ambang BC (bukan AC) di telinga sisi yang lain/telinga yang

    tidak di tes.

    D.2.Maskingpada tes hantaran tulang.

    Pemeriksaan BC lebih mutlak memerlukan masking dibandingkan dengan

    pemeriksaan AC (Stach, 1998). Hal ini disebabkan oleh jumlah IA tes hantaran tulang

    sangat minimal (nol), sehingga kemungkinan terjadinya cross over hearingpada hantaran

    tulang lebih besar.(Hinchcliffe, 1990; Sataloff, 1980; Stach, 1998).

    Pada waktu memeriksa BC disalah satu telinga (misalnya ditelinga kiri), stimulus

    vibrator yang diletakkan dimastoid kiri tidak hanya merangsang koklea kiri akan tetapi

    juga akan merangsang koklea di sisi kanan. Hal tersebut harus selalu diperhatikan dalam

    melakukan tes hantaran tulang, bahwa stimulus yang diberikan disalah satu telinga akan

    merangsang koklea dikedua sisi telinga. Dengan demikian kemungkinan terjadi cross

    over hearing tes hantaran tulang pada gangguan pendengaran unilateral lebih besar

    (gambar 8).

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    11/33

    11

    Gambar 8. Vibrator untuk tes hantaran tulang akan merangsangkedua koklea dimanapun vibrator diletakkan dikepala (Martin,

    1986)

    E. Jenis Transduser.

    Mekanisme IA berhubungan erat dengan jumlah vibrasi yang dihantarkan oleh

    transduser ke permukaan kepala.

    Heeadphone berhubungan dengan area tulang kepala yang lebih luas sehingga

    jumlah IA berkurang yang mengakibatkan resiko terjadinya cross over hearingmenjadi

    lebih besar. Semakin luas area headphone yang berhubungan dengan kepala , semakin

    besar transmisi yang dihantarkan melalui vibrasi tulang kepala (Hosford et al., 1986).

    Headphone/earphone yang dipakai umumnya jenis TDH 39 dan TDH 49 dengan

    supraaural cushionatau circum-aural cushion.Insertphone.Headphonedengan bantalan

    berbentuk donat (circumaural cushion) lebih banyak dipakai dalam klinik karena dapat

    memberikan ruang lebuh luas apabila telinga ditutup. Jenis headphone tersebut dapat

    meningkatkan efek interaural attenuation/IA (Martin 1986; Snyder, 1973) yang dapat

    mempengaruhi pemeriksaan hantaran tulang apabila salah satu telinga ditutup dengan

    headphone.

    Jenis tranduser yang lain adalah insertphone yang mempunyai interaural

    attenuation/IA sebesar 20dB lebih besar daripada IA tipe headphone (Clemis et al.,

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    12/33

    12

    1986). Insertphonemenghantarkan vibrasi suara yang berasal dari pengeras suara yang

    letaknya terpisah dari bagian yang dimasukkan kedalam liang telinga, melalui pipa yang

    relatif panjang. Hanya sebagian kecil dari insertphone yang berhubungan dengan liang

    telinga, sehingga jumlah vicbrasi yang dihantarkan melalui tulang kepala juga minimal

    (Hosford et al., 1986).

    Transduser vibrator bone conductionmerangsang kulit dan tulang kepala secara

    langsung, sehingga IA sangat minimal dan resiko terjadinya cross over hearing lebih

    besar Clemis et al.,1986; Studebaker, 1973)

    Stach tahun 1998 mengemukakan nilai IA yang dapat dipakai sebagai panduan

    kapan mulai terjadi cross over hearingberdasarkan pada jenis transduser yang dipakai.

    Besar interaural attennuation/ IA minimum rata-rata tiga jenis transduser sebagai

    petunjuk kapan mulai terjadi cross over hearing : 1). Supra-aural earphones, besar IA

    40dB. 2). Insertphones, besar IA 50dB. 3). Bone-conduction vibrator, besar IA 0dB

    (Stach, 1998) (Tabel 4)

    Gambar 9. Jenis transduser

    .Insert phoneB. Circumaural phoneC. supra-auralphone

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    13/33

    13

    F. Jenis suaramasking.

    Melakukan masking pada nada murni yang efisien perlu dipertimbangkan

    beberapa variabel antara lain 1). Spektrum suara masking. 2). Frekuensi yang sedang di

    masking3). Jenis transduser yang dipakai (Katz & Lezynki, 2002; Stach, 1998; Wood,

    1993).

    Suara masking yang terbaik untuk nada murni adalah suara dengan spektrum

    frekuensi yang sama dengan frekuensi yang sedang dites. Pilihan jenis suara masking

    perlu pemahaman mengenai konsep Critical bandwidth

    Critical bandwidth (spektrum kritis) yaitu frekuensi yang dapat mempengaruhi

    kepekaan mendengar di frekuensi yang sedang dites. Spektrum kritis merupakan bagian

    dari spektrum bising yang terjadi terus menerus di sekitar suatu nada murni. Dengan

    menggunakan sistem filter, suara masking dapat diatur sesuai dengan frekuensi yang

    dibutuhkan dengan cara menghilangkan frekuensi dibawah dan diatas batas filter.

    Energi pada spektrum kritis akan menentukan berapa besar bunyi yang harus

    dimasking. Sound Pressure Level (SPL) di luar spektrum kritis tidak akan mengubah

    ambang dengar, malah hanya menambah kekerasan bising.

    Jenis suara masking yang tersedia pada alat audiometer umumnya adalah white

    noise/broadband noisedan narrowband noise.

    1. White noise(bising putih)

    White noise/bising putih merupakan signal akustik yang sebanding dengan jumlah

    energi yang ada pada semua frekuensi yang dapat didengar (berspektrum luas). Masking

    jenis white noise/WN distribusi energinya random (rata-rata hampir sama pada semua

    frekuensi), analog dengan distribusi cahaya yang warnanya putih. Karena spektrumnya

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    14/33

    14

    yang luas dan datar, WN mempunyai keterbatasan untuk masking nada murni , karena

    masking yang paling efisien adalah sekitar frekuensi yang dimasking.

    Dengan memakai white noise yang spektrumnya cukup luas, maka suara-suara

    diatas dan dibawah frekuensi yang sedang di tes tidak bermanfaat untuk bisa me-

    masking, tetapi justru dapat menyebabkan gangguan akibat kekerasan suara, sehingga

    pasien sering menolak tes selanjutnya karena suara maskingyang tidak nyaman didengar

    (Martin, 1986; Stundebaker, 1973).

    2. Narrow band noise(bising spektrum terbatas)

    Narrow band noise/bising spektrum terbatas merupakan bunyi bising yang paling

    efisien untuk masing audiometri nada murni. Jenis suara masking yang paling efisien

    adalah yang dapat menghasilkan pergeseran ambang dengar yang paling besar dengan

    intensitas suara masking yang paling kecil.

    Hasil penelitian membuktikan bahwa maskingyang paling efektif adalah disekitar

    frekuensi suara yang dimasking. Sehingga pemakaian broadband noise akan terlalu

    banyak frekuensi yang tidak efektif. Narrow band noise bisa didapat dengan

    menggunakan sistem filter pada white noise. Band filtersedikit lebih luas dibandingkan

    dengan critical band. Secara keseluruhan intensitas narow band noise lebih rendah

    daripada white noise. Suara masking jenis narrow band noise dapat menghasilkan

    pergeseran ambang tanpa menimbulkan gangguan akibat intensitas maskingyang terlalu

    keras (Stundebaker, 1973).

    Bising spektrum bicara merupakan bising putih yang sudah disaring (frekuensi

    nada tinggi direduksi) sehingga lebih efisien untuk maskingselama uji bicara.

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    15/33

    15

    G.Masking efektif.

    Nilai ambang dengar setelah pemberian suara masking di telinga yang sama

    dikenal dengan istilah Level MaskingEfektif (Effective Masking Level/ EML). Masking

    efektif merupakan unit yang dipakai untuk menilai potensi suara masking.

    LevelMaskingEfektif (Effective Masking Level/ EML) adalah besarnya intensitas

    bising yang harus diberikan agar tidak terjadi cross hearing. Masking minimum

    merupakan nilai minimal yang perlu ditambahkan pada telinga yang tidak diperiksa/dites

    sehingga masking bermakna.Maskingmaksimum adalah nilai maksimal yang digunakan

    untuk masking tanpa menyebabkan over masking. Over masking terjadi bila intensitas

    bising terlalu keras sehingga terjadi penyeberangan kembali dari telinga yang tidak

    diperiksa melalui hantaran tulang.

    Konsep maskingefektif tidak berhubungan dengan berapa jumlah nilai pergeseran

    ambang dengar sebagai akibat pemberian suara masking, akan tetapi merupakan

    tingkatan ambang dengar setelah pemberian masking. Penetapan EML sangat penting

    karena apabila ada cross hearing ditelinga yang tidak dites, dapat dicegah dengan

    menaikkan ambang dengar di telinga yang tidak dites.

    Tanpa tergantung pada berapa nilai ambang awal dan berapa besar pergeseran

    ambang, setelah pemberian masking efektif sebesar 60dB ditelinga yang sama akan

    menggeser ambang dengar menjadi 60dB HL (Hodgson, 1980).

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    16/33

    16

    Gambar 10. Ilustrasi Pergeseran ambang dengan pemberian masking efektif

    sebesar 60dBdisisi telinga yang sama (telinga kanan).

    A. di telinga yang normal

    B. telinga dengan SNHL 40dB HLC. telinga dengan CHL 40dBHL

    Pada grafik A, telinga normal dengan ambang AC=BC semula 0db HL akan

    bergeser menjadi 60dB HL. Gtafik B tuli SNHL: ambang semula AC=BC 40dB HL,

    keduanya akan bergeser sebesar 20dB menjadi 60dB HL. Grafik C , karena ada

    komponen konduktif sebesar 40dB, maka masking efektif AC dan BC sebesar 60dB akan

    bergeser ambang AC dan BC masing masing sebesar 20dB. Kondisi A-B gap yang ada

    sebelum dimasking tetap ada setelah pemberian maskingefektif. Jadi dapat disimpulkan

    bahwa Masking yang diberikan melalui hantaran udara di telinga yang sama, ambang

    hantaran udara ketiganya (gambar : grafik A, B dan C) akan bergeser ke ambang yang

    sama yaitu ambang maskingefektif sebesar 60dB HL.

    H. Intensitas awal masking.

    Sataloff (1980) mengemukakan besar intensitas masking awal sebagai panduan

    dalam melakukan masking untuk menghindari undermasking dan mempermudah

    mencapai masking efektif. Untuk menentukan besar intensitas masking awal dilakukan

    tes hantaran udara dan tes hantaran tulang.

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    17/33

    17

    1. Tes hantaran udara.

    Intensitas maskingawal yang efektif merupakan intensitas masking awal pada saat

    mulai terjadi pergeseran ambang dengar ditelinga yang sedang dites. Berdasarkan

    penelitian sataloff (1980), intensitas masking awal dapat dilakukan pada intensitas

    ambang hantaran udara telinga yang tidak dites + 25dB. Nilai 25dB merupakan hasil

    penjumlahan 15dB SL (15dB diatas ambang dengar), yang merupakan nilai intensitas

    dimana ambang telinga yang dites mulai bergeser dari ambang semula dan 10dB

    merupakan nilai konversi dari hearing threshold level (HTL) ke sound pressure level

    (SPL)

    2. Tes hantaran tulang.

    Masking tes hantaran tulang dimulai pada ambang hantaran udara telinga yang

    tidak di tes + 25dB. Apabila telinga yang di masking ambangnya normal atau tuli

    sensorineural (SNHL), perlu ditambahkan 15dB pada waktu melakukan masking di

    frekuensi 250Hz dan 500Hz dan 10dB pada waktu masking frekuensi 1000Hz, yang

    merupakan faktor koreksi efek oklusi pada telinga yang tertutup headphone. Efek oklusi

    diatas 1000Hz sangat minimal sehingga tidak perlu dikoreksi. Pada tuli konduktif (CHL)

    tidak perlu ditambahkan nilai efek oklusi (Clemis et al, 1986; Studebaker, 1973).

    I. Permasalahan.

    Apabila ada dugaan telah terjadi cross over hearing, partisipasi telinga yang tidak

    dites perlu ditiadakan untuk mengetahui kemungkinan respons tersebut bukan respons

    yang sebenarnya ditelinga yang dites, akan tetapi merupakan respons telinga sisi yang

    tidak dites..

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    18/33

    18

    Dalam menghadapi masalah masking, ada beberapa pertanyaan yang mendasar

    (Sanders, 1978) : 1. Kapan diperlukan masking? 2. Jenis suara masking apa yang

    diperlukan? 3. Berapakah jumlah maskingefektif yang diperlukan?

    Problem atau fenomena yang sering terjadi selama melakukan masking antara

    lain, central masking, efek sumbatan/oklusi dan overmasking.

    J. Pembahasan.

    Untuk menjawab pertanyaan: kapan dilakukan masking pada pemeriksaan

    audiometer nada murni, bukan suatu hal yang mudah. Akan tetapi setelah mengetahui

    dasar teori tentang Masking yang tersebut diatas, ada beberapa hal yang bisa dijadikan

    panduan, kapan dilakukan masking.

    Pada pemeriksaan audiometer nada murni diperlukan masking: 1). Apabila ada

    kecurigaan bahwa pasien kemungkinan mendengar pada telinga yang tidak di periksa. 2).

    Apabila ada keraguan tentang kemungkinan terjadicross hearing. Contoh (gambar 11):

    Kondisi yang memerlukan maskingpada saat pemeriksaan hantaran udara/AC kiri.

    Gambar 11. Contoh audiogram yang memerlukan masking

    A. Telinga kanan normal, AC=BC=0. AC kiri 40dB

    B. Telinga Kanan SNHL minimal/ringan (30dB HL), AC kiri70dB

    C. Telinga kanan CHL ringan, AC kiri : 40 dB HL

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    19/33

    19

    Contoh (gambar 12) kondisi yang memerlukan masking pada saat pemeriksaan

    hantaran tulang/BC telinga kanan.

    Gambar 12. Contoh audiogram yang memerlukan masking

    A.. Gangguan unilateral: telinga kiri normal, perlu masking waktu memeriksa telingakanan

    B. Gangguan bilateral: AC: simetris. Salah satu BC tanpa masking menunjukkan A-B

    gap. Perlu maskingpemeriksaan AC dan BC bilateral tergantung perlu ada/tidaknyakomponen konduktif di kedua telinga

    C. Gangguan bilateral asimetris: maskingdiperlukan waktu tes telinga kanan.

    D. Gangguan bilateral asimetris: hasil tes BC tanpa masking tidak pasti sebenarnyaditerima disisi telinga yang mana. Masking mutlak diperlukan selama tes dikedua

    telingaE. Gangguan bilateral dengan hasil BC tanpa maskingmenunjukkan tidak ada A-Bgap,

    maskingtidak diperlukan

    Tiga fenomena yang sering terjadi selama melakukan masking antara lain,

    overmsking, central maskingdan Efek sumbatan (Oclussion effect)

    i. Over masking

    Over masking terjadi bila intensitas bising terlalu keras sehingga terjadi

    penyeberangan kembali dari telinga yang tidak diperiksa melalui hantaran tulang.

    Overmasking terjadi apabila Masking efektif ditelinga yang tidak dites > (nilai IA

    minimum frekuensi yang dites + ambang BC telinga yang dites).

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    20/33

    20

    Masalah overmasking timbul apabila sisi telinga yang akan diberikan suara

    masking ada gangguan konduktif, sehingga diperlukan intensitas suara masking yang

    lebih besar, mengingat jumlah intensitas masking harus ditambah dengan nilai A-Bgap

    telinga yang diberi suara masking.

    Gambar 13, Ilustrasi overmasking.

    Pergeseran ambang frekuensi 1000Hz di telinga kiri (telinga yang di tes) akibat

    pemberian maskingyang berlebihan/overmaskingditelinga kananMasking sebesar 60 dB di kanan akan berkurang 40dB (IA minimum pada

    1000Hz=40dB), sehingga sisa sebesar 20dB akan diterima ditelinga kiri dengan ambangBC=10 dB.Kriteria ambang maksimum masking yang bisa diberikan untuk menghindari

    overmaskingadalah tidak boleh melebihi 50dB (nilai IA minimum frekuensi yang dites+ ambang BC telinga yang dites; 40+10=50dB).

    Dalam kasus ini telah terjadi overmasking, karena nilai maskingefektif 60dB EM lebihbesar dari 50dB (40 dB+10 dB; nilai IA minimum pada frekuensi 1000Hz ditambah

    ambang BC telinga yang dites)

    Hal tersebut akan menggeser ambang BC kiri dari 10dB menjadi 15dB + efek central

    masking.Penambahan intensitas suara masking lebih lanjut ditelinga kanan akan meningkatkan

    ambang dengar yang sebenarnya ditelinga yang dites (telinga kiri) sebagai akibatovermasking.

    ii. Central masking/Masking sentral

    Central masking/Masking sentral adalah kecurigaan atau kemungkinan yang

    terjadi apabila didapatkan kenaikan ambang dengar telinga yang sedang dites pada saat

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    21/33

    21

    tes masking baru dimulai (pada intensitas yang relatif masih rendah atau masih dibawah

    intensitas maskingyang efektif) (studebaker, 1973).

    Masking sentral menjadi masalah bila bising yang diberikan pada telinga yang

    tidak diperiksa menyebabkan pendengaran menjadi makin buruk pada telinga yang

    diperiksa. Kontaminasi sistem saraf pusat diduga berhubungan dengan hambatan

    pendengaran setinggi olivokoklea.

    Mekanisme central masking diduga karena efek hambatan oleh saraf eferen

    .auditorius. Besar central masking berkisar 5-15 dB, pada umumnya sekitar 5dB (Martin,

    1986; Snyder, 1973) sehingga tidak perlu dikoreksi.

    iii.Efek sumbatan (Oclussion effect)

    Efek sumbatan adalah tekanan bunyi tambahan (Oclussion effect) yang

    dihantarkan ke koklea. Masking harus ditambah untuk mengimbangi tekanan bunyi

    tambahan (efek oklusi) yang dihantarkan ke koklea. Frek 250 dan 500 HZ ditambah 15

    dB dan frekuensi 100Hz ditambah 15 dB. Untuk frekuensi 2000 dan 4000 Hz tidak

    diperlukan tambahan.

    Tabel 5. Efek oklusi pada frekuensi 250-4000Hz (Wood,1993)

    Ftrkuensi 250Hz 500Hz 1000Hz 2000Hz 4000Hz

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Efek oklusi 25dB 20dB 5-10dB Tidak ada Tidak ada

    Pada saat pemeriksaan tes hantaran tulang, vibrator diletakkan pada tulang

    mastoid dengan kondisi kedua liang telinga terbuka. Waktu pemeriksaan masking telinga

    yang tidak dites tertutup oleh headphone yang dipakai untuk menghantarkan suara

    masking. Hal tersebut dapat menyebabkan kenaikan ambang dengar ditelinga yang

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    22/33

    22

    tertutup headphone karena efek oklusi (untuk frekuensi 250-1000Hz), yang perlu

    dipertimbangkan sebelum mulai pemeriksaan dengan masking (Sander, 1978).

    Pada saat telinga dipasang earphone (saat memberikan masking untuk hantaran

    tulang), maka dapat terjadi perubahan pada respons hantaran tulang. Sensitivitas fisiologi

    tidak berubah, namun bunyi ekstra masuk kedalam koklea, sehingga terjadi respons

    ambang dengar hantaran tulang yang lebih rendah. Bunyi tersebut terhalang keluar dari

    liang telinga karena tertutup earphone sehingga bunyi akan melewati membran timpani

    dan masuk ke koklea.

    Bila telinga yang tidak diperiksa normal atau mengalami tuli sensorineural, maka

    efek oklusi merupakan faktor yang berpengaruh. Bila telinga yang tidak diperiksa

    terdapat A-B gap, maka tidak diperlukan tambahan efek oklusi.

    Efek oklusi sering didapati dalam klinik audiologi pada saat melakukan tes

    hantaran tulang dengan masking. Dianjurkan untuk mengulang menilai ambang hantaran

    tulang setelah headphone atau insertphone untuk masking terpasang, sebelum

    pemeriksaan dengan masking dimulai (Martin, 1986; Wood, 1993). Besar efek oklusi

    tergantung pada frekuensi yang sedang dites.

    Dilema Masking

    Dilema masking terjadi apabila beda antara ambang AC di satu telinga dan

    ambang BC di telinga sisi yang lain mencapai nilai IA. (beda antara ambang AC disatu

    telinga dan ambang BC ditelinga sisi yang lain mencapai nilai IA).

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    23/33

    23

    Gambar 14. Dilema Masking

    Dilema masking:

    Hasil audiogram awal tanpa maskingyang menunjukkan tuli konduktif sedang bilateral

    BC rata rata kedua telinga (tanpa masking) = 10dB

    AC rata rata (60dB) kedua telinga telah mencapai IA (60-10=50dB) sehingga mutlakdiperlukan maskingAC

    Jumlah maskingminimum awal = 10dB + (60-10)dB = 60dB overmasking.karena

    dengan memberikan suara masking sebesar 60dB di telinga kiri akan terjadicrossover hearingke telinga kanan (ambang BC kanan=10dB).

    Apabila telinga kanan (CHL, koklea normal), maka suara masking akan me-masking

    koklea kanan, sehingga meningkatkan ambang BC kanan

    Kondisi dimana metoda masking secara konvensional tidak dapat dilakukan

    karena perbedaan ambang hantaran udara telinga yang diberi masking dan hantaran

    tulang ditelinga yang sedang diperiksa sedemikian besar sehingga melebihi nilai IA (over

    masking). Apabila ambang maskingefektif (effectif masking) di telinga yang diberi suara

    masking dikurangi IA, nilainya diatas ambang BC telinga yang di tes, dapat

    mengakibatkan kenaikan ambang telinga yang dites akibat masking yang berlebihan

    (overmasking).Hal ini dapat terjadi pada 1. Tuli konduktif sedang bilateral. 2. Satu telinga

    tuli konduktif sedang berat, sisi telinga yang lain tuli sensorineural sedang-berat. 3. satu

    telinga tuli konduktif sedang-berat, telinga sisi yang lain tuli campur sedang-berat.

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    24/33

    24

    Mengatasi dilema masking tergantung derajat gangguan pendengaran, kondisi

    liang telinga dan membrana timpani dan dapat diatasi dengan bantuan : 1. Garpu tala, Tes

    bing berdasarkan pada efek oklusi dengan tes weber secara audiometrik, 2.menggunakan

    inserphone masker, 3.tes elektroakustik imitans.impedans, dan 4.metoda SAL

    (Sensorineural Acuity Level).

    K. Metode pemeriksaan/prosedur masking

    Dibidang klinik audiologi dikenal dua metode making: metode

    psikoakustik/plateau/Hood dan metode formula, akan tetapi Katz dan Lezynsky tahun

    2002, menganjurkan metode step masking yang lebih cepat daripada metode plateau,

    kecuali ada indikasi untuk memakai metodeplateau.

    Kenaikan intensitas masking metode psikoakustik/plateau/Hood hanya 5-10dB

    setiap kali, metode step maskingmemakai kenaikan intensitas yang lebih besar (20dB)

    sehingga waktu tes lebih cepat.

    i.Simbol maskingpada grafik audiogram

    Gambar 15. Simbol grafik audiogram menurut ASHA 1974

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    25/33

    25

    Gambar 16: audiometer

    ii.Metode psikoakustik

    Metode psikoakustik berdasarkan tehnik plateau yang dikemukakan oleh Hood,

    merupakan metode yang selama ini dipakai sebagai panduan untung pemeriksaan

    maskingterutama di United Kingdom (British Society of Auidiology, 1986; Hinchcliffe,

    1989; Martin, 1986). Akhir akhir ini metode plateau kurang diminati oleh pemeriksa yang

    sudah memahami masalah masking mengingat memerlukan waktu tes yang cukup lama,

    akan tetapi tetap dianjurkan penggunaannya apabila area masking minimum dan

    maksimum sangat sempit (Goldstein & Newman; 1994).

    Prinsip masking dengan metode plateau adalah dengan memberikan suara

    masking yang intensitasnya dinaikkan secara bertahap sampai mencapai plateau yang

    menunjukkan bahwa ambang sebenarnya di telinga yang sedang dites sudah tercapai.

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    26/33

    26

    Gambar 17 : Skema yang menggambarkan metode plateau

    Sumber : Stach, 1998.

    Cara maskingdengan metodeplateau:

    1. Dicari ambang telinga yang sedang dites (tanpa masking)

    2. Suara masking sebesar 10 dB SL/sensation level (10 dB diatas ambang dengar)diberikan ditelinga yang tidak dites dan tes ambang dengar diulang.

    3. Setiap kali intensitas suara masking dinaikkan 10dB, ambang dengar ditelinga yang

    dites diulang.4. Selama intensitas masking masih under masking, maka setiap kenaikan intensitas

    masking 10dB akan menggeser ambang dengar sebesar 10dB.

    5. Pada intensitas tertentu, kenaikan intensitas masking 10dB tidak lagi menggeser

    ambang dengar (plateau sudah tercapai), berartimasking yang efektif sudah didapat.

    Plateau yang sudah dicapai menunjukkan bahwa stimulus suara memang

    terdengar ditelinga yang sedang dites dan suara masking terdengar ditelinga yang tidak di

    tes. Ambang dengar yang didapat pada saat mencapai plateau tersebut merupakan

    ambang dengar yang sebenarnya ditelinga yang sedang dites. Dalam praktek sehari hari

    tidak selalu mudah mendapatkan plateau apabila intensitas maksimum stimulus sudah

    mencapai nilai output maksimum audiometer. Misalnya pada Hearing losssedang-berat

    (>60dB) bilateral dengan salah satu telinga fungsi kokleanya masih baik.

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    27/33

    27

    Apabila intensitas suara masking setelah mencapai plateau dinaikkan lagi, dapat

    mengakibatkan kenaikan ambang dengar ditelinga yang sedang dites, yang dikenal

    dengan overmasking.

    iii.Metode formula.

    Metode ini tidak digunakan dalam praktek sehari-hari, akan tetapi bagi seorang

    residen yang sedang stase audiometri (pemula di bidang audiologi klinis) sangat

    bermanfaat sebagai panduan untuk menilai berapa jumlah masking minimum dan

    maskingmaksimum untuk menghindari kondisi undermaskingdan overmasking.

    Maskingminimum (Mmin) merupakan jumlah intensitas yang diperlukan untuk

    menggeser ambang BC telinga yang dites, sehingga telinga yang tidak dites tidak ikut

    berpartisipasi mendengar stimulus dengan mempertimbangkan nilai IA. Masking

    maksimum (Mmaks) merupakan intensitas terbesar yang boleh dipakai, tanpa menggeser

    ambang telinga yang sedang dites dengan mempertimbangkan nilai IA. Karena jalur

    cross over akibat overmaskingmelalui hantaran tulang, maka nilai maskingmaksimum

    selama tes AC dan BC sama

    Metode formula banyak dikemukakan dalam kepustakaan Amerika. Ada 2

    formula maskingyakni formula masking untuk tes hantaran udara dan formula masking

    untuk hantaran tulang.

    1. Formula maskinguntuk tes hantaran udara.

    Masking minimum (Mmin) sama dengan ambang AC ditelinga yang dites (At)

    dikurangi nilai IA ditambah jumlah A-B gap telinga yang tidak dites atau telinga yang

    memberikan suara masking (Am=ambang AC telinga yang tidak dites dikurangi Bm=

    ambang BC telinga yang tidak dites). Mmin = At 40 + (Am - Bm).

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    28/33

    28

    Masking maksimum (Mmaks) sama dengan ambang BC telinga yang dites

    ditambah dengan IA. Mmaks = Bt + 40. catatan: Mmaks < UCL (uncomfortable loudness

    level)

    Nilai IA minimum untuk semua frekuensi yang dipakai dalam metode formula :

    40dB

    2. Formula masking untuk hantaran tulang.

    Masking minimum (Mmin): hantaran tulang telinga yang dites(Bt) ditambah

    dengan ambang AC telinga yang tidak dites(Am) dikurangi ambang BC telinga yang

    tidak dites (Bm).Maskingminimum: Bt + (Am - Bm)

    Masking maksimum: jumlah ambang BC telinga yang dites ditambah nilai IA.

    Mmaks = Bt + 40. (dengan catatan Mmax < UCL (uncomfortable loudness level)

    iv.Metode step masking.

    Katz dan Lezynnsky (2002) menganjurkan metode step masking yang lebih cepat

    dari metode plateau, kecuali ada indikasi untuk memakai metode plateau. Kenaikan

    intensitas masking metode plateau anya 5-10 dB setiap kali, step masking memakai

    kenaikan intensitas yang lebih besar 20dB sehingga waktu tes lebih cepat (tabel 6 dan

    tabel 7).

    Tabel 6. Kriteria kapan diperlukan masking tambahan/subsequent masking/submask

    (Kats dan Lezynsky, 2002). Kriteria setelah pemberian maskingawal. (apabila

    ambang ditelinga yang tidak dites bergeser setelah pemberian maskingawal(EML 30 dB SL) jumlah pergeseran ambang ditelinga yang dites

    menunjukkan indikasi perlu/tidaknya maskingtambahan/submask)------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Pergeseran ambang dengan EML 30dB SL Perlu/Tidaknya submask

    0 10 dB tidak perlu

    15 dB kemungkinan tidak perlu20 dB kemungkinan perlu

    25 dB perlu

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    29/33

    29

    Tabel 7. Kriteria kapan diperlukan masking tambahan/subsequent masking/submask

    (Kats dan Lezynsky, 2002). Kriteria setelah pemberian subsequent

    masking/submask. (apabila setelah submaskdijumlahkan (EML 20dB diatasmasking awal), pergeseran ambang merupakan indikasi perlu/tidaknya

    tambahan submask.

    Pergeseran dB dengan submask20 dB SL EML Perlu/Tidaknya tambahan submask

    0 10 dB tidak perlu

    15 dB kemungkinan tidak perlu20 dB kemungkinan perlu

    > 20 dB perlu

    Masking dimulai dengan EML (effective masking level) sebesar 30dB

    SL/sensation level. Apabila ambang setelah pemberian masking bergeser sebesar 15dB

    atau lebih, diperlukan masking tambahan (subsequent masking/submask) sebesar 20dB.

    Apabila dengan pemberian masking awal EML sebesar 30dB SL tidak ada pergeseran

    ambang atau hanya bergeser sebesar 5-10dB, kemungkinan ambang yang sebenarnya

    sudah tercapai (tidak terjadi crossover hearing) sehingga tambahan masking/submask

    tidak diperlukan.

    L. Interpretasi hasil tes audiometri nada murni dengan masking.

    Disamping masalah dilema masking, yang perlu difahami dalam interpretasi

    grafik audiogram dengan masking adalah kemungkinan persepsi vibrotaktil akibat

    getaran diarea frekuensi rendah dan output maksimum stimulus suara difrekuensi rendah.

    Pada sensorineural derajad berat, stimulus BC pada frekuensi rendah: 250-500Hz

    kemungkinan lebih banyak diterima sebagai persepsi getaran daripada persepsi

    mendengar stimulus bunyi (Boothroyd dan Cawkwell, 1970). Alat audiometer pada

    umumnya mempunyai limit stimulus untuk hantaran tulang di frekuensi rendah. Beberapa

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    30/33

    30

    audiometer output maksimum hantaran tulang pada frekunsi 250Hz berkisar antara 30-50

    dB.

    Dengan demikian perlu diperhatikan dalam melakukan interpretasi hasil

    audiogram sensorineural berat (gambar 18) pada frekuensi 1000Hz keatas dan gambaran

    A-B gapdi area frekuensi rendah (250-500Hz). Hal tersebut bukan berarti ada masalah

    konduktif diarea frekuensi rendah akan tetapi subyek memberikan respons BC pada

    frekuensi rendah karena sensasi vibrotaktil. Kepastian tidak adanya A-B gap dapat

    dibuktikan dengan tes elektroakustik impedans bahwa sebenarnya memang tidak ada A-B

    gapdi area frekuensi tersebut.

    Gambar 18. Tuli Sensorineural sangat berat kiri

    Ada A-B gapdiarea nada rendah (250-500Hz) yangsebenarnya tidak ada A-B gap..

    Respon BC pada frekuensi rendah tersebut merupakan

    persepsi vibrotaktil hantaran tulang.

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    31/33

    31

    RINGKASAN DAN SARAN

    Masking merupakan prosedur dalam evaluasi fungsi pendengaran yang harus

    difahami oleh dokter/residen THT. Melakukan pemeriksaan audiologik subyektif tidak

    hanya memerlukan kerjasama dengan subyek yang dites akan tetapi dokter/residen THT

    harus peka akan kemungkinan terjadinya cross over hearing.

    Efektifitas suara masking ditentukan oleh beberapa variabel meliputi frekuensi

    yang sedang dimasking, spektrum suara maskingyang dipakai dan jenis transduser yang

    digunakan untuk menghantarkan suara masking ke telinga yang tidak di tes.

    Masking mutlak dilakukan pada semua pemeriksaan audiometri nada murni

    apabila ada indikasi kemungkinan terjadi cross over hearing, terutama pada gangguan

    pendengaran unilateral dan gangguan pendengaran bilateral yang asimetris.

    Mengingat waktu yang diperlukan untuk melaksanakan prosedur masking , perlu

    difahami indikasi yang jelas kapan diperkukan maskingdengan intensitas masking efektif

    (effective masking level/EML) untuk masing masing frekuensi yang sedang di tes.

    Metode step maskingmempercepat waktu masking.

    Tiga fenomena yang sering terjadi selama melakukan masking antara lain,

    overmasking, central maskingdan Efek sumbatan (Oclussion effect). Kesulitan masking

    pada tuli konduktif bilateral derajad sedang-berat (Dilema masking) karena masalah

    overmasking, dapat diatasi dengan bantuan insertphone, tes garpu tala, metode

    sensorineural acuity level/SAL atau elektroakustik imitans apabila tidak ada perforasi

    membran timpani.

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    32/33

    32

    DAFTAR PUSTAKA

    ASHA. 1974. Committee on Audiometric Evaluation. Guidelines for audiometric

    symbols. ASHA 16:260-264. Dikutip dari Katz (1978):Handbook of Clinical Audiology.

    2

    nd

    ed.

    Boothroyd A dan Cawkwell S. 1970. Vibrotactil threshold in pure tone audiometry. Acta

    Otolaryngol 69:381-387.

    Clemis JD, Ballad WJ, Killion MC. 1986. Clinical use of an insert earphone. Ann Otol.

    95:520-524.

    Elpern and Naunton. 1963. The stability of the Occlusion Effect. Arch Otolaryngol.77:

    376-83.

    Goldstein BA, Newman CW. 1994. Clinical Masking ; decision making process. Dalam:Katz J (ed),Handbook of clinical audiology. Williams & Wilkins Baltimore.

    .Hinchcliffe R. 1990. Clinical Audiology. Masking in Pure tone threshold audiometry.

    Dalam:MSc Course in Audiological Medicine. University College London.

    Hodgson WR. 1980. Handbook of clinical audiology. 2nd

    ed. The Williams & Wilkins

    Co.

    Hosford DH, Kuklinski AL, Raggio M, Haggerty. 1986. Solving Masking Dilemmas

    with an insert Masker.Arch Otolaryngol122: 92-98

    Katz J, and Lezynski J. 2002. Clinical Masking. Dalam: Katz(ed).Handbook of Clinical

    Audiology. 5th

    ed. Baltimore. Lippincot Williams & Wilkins.

    Lassman FM, Levine SC, Greenfield DG. 1994. Audiologi. Dalam Boies (eds).Buku ajar

    penyakit THT. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta. hal 54

    Martin FN. 1986.Introduction to audiology. 3rd

    ed. Prentice Hall Inc

    Sanders JW. 1978. Masking. In: Katz J (eds).Handbook of clinical audiology.Baltimore.Williams & Wilkins

    Sataloff J, Sataloff RT, Vassalo LA. 1980. Masking and Bone Conduction Testing.Dalam:Hearing loss. 2

    nded. JB Lippincot Co.

    Snyder JM. 1973. Interaural Attenuation Characteristics in audiometry. Laryngoscope.

    83:1847-55

    Snyder JM.1973. Central maskingin normal listeners.Acta Otolaryng75:419-24

  • 5/19/2018 Masking Audiometri Nada Murni pdf

    33/33

    33

    Stach BA.1998. Masking. Dalam: Clinical Audiology.2nd

    ed. Singular Publ Group

    Studebaker GA. 1973. Auditory Masking. Dalam: Jeger (Ed) Modern Development in

    Audiology. 2nd

    ed. Acad Press.Newyork.

    Wood S. 1993. Pure tone audiometry. Dalam: McGormick,B(Ed). Paediatric Audiology0-5 years. 2nd

    ed. Whurr Publ.London