Top Banner
Manajemen Operasi/Produksi MANAJEMEN RANTAI PASOKAN (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ± SCM) A. Latar Belakang Munculnya SCM Munculnya SCM dilatarbelakangi oleh 2 hal pokok, yaitu: 1. Praktek manajemen logistic tradisional yang bersifat adversarial pada era modern ini sudah tidak relevan lagi, karena tidak dapat menciptakan keunggulan kompetitif. 2. Per ubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat dengan persaingan yang semakin ketat. Perkembangan lingkungan industri yang dinamis pada era global seperti sekarang ini menjadi pemicu bagi banyak organisasi perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki, serta mengidentifikasi faktor kunci sukses untuk unggul dalam persaingan yang semakin kompetitif. Teknologi yang juga berkembang pesat menjadi sebuah kekuatan untuk diterapkan dalam iklim persaingan. Usaha-usaha yang dilakukan pada akhirnya diarahkan untuk memberikan produk terbaik kepada konsumen. Konteks produk yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen dalam pengertian manajemen produksi dan operasi adalah kombinasi priduk barang dan jasa. Industri manufaktur tidak akan dapat ber saing apabila produk yang ditawarkan murni hanya barang, dan industri jasa juga tidak memiliki daya tarik apabila yang ditawarkan kepada konsumen murni berupa layanan. Keberhasilan per usahaan dalam memberikan produk terbaik kepada konsumen meliputi kombinasi diantara keduanya, yaitu barang dan jasa dalam poris masing- masing yang ideal menurut perusahaan. Menyajikan pr oduk dalam arti luas tersebut merupakan tantangan sekaligus peluang bagi sistem produksi operasi yang harus dijalankan perusahaan. Mulai dari mengidentifikasi seler a konsumen sampai dengan mengupayakan
23

Manajemen Operasi.docx

Aug 12, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN

(SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ± SCM)

A. Latar Belakang Munculnya SCM

Munculnya SCM dilatarbelakangi oleh 2 hal pokok, yaitu:

1. Praktek manajemen logistic tradisional yang bersifat adversarial pada era modern ini

sudah tidak relevan lagi, karena tidak dapat menciptakan keunggulan kompetitif.

2. Per ubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat dengan persaingan yang semakin

ketat.

Perkembangan lingkungan industri yang dinamis pada era global seperti sekarang ini

menjadi pemicu bagi banyak organisasi perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki,

serta mengidentifikasi faktor kunci sukses untuk unggul dalam persaingan yang semakin

kompetitif. Teknologi yang juga berkembang pesat menjadi sebuah kekuatan untuk

diterapkan dalam iklim persaingan. Usaha-usaha yang dilakukan pada akhirnya diarahkan

untuk memberikan produk terbaik kepada konsumen.

Konteks produk yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen dalam pengertian

manajemen produksi dan operasi adalah kombinasi priduk barang dan jasa. Industri

manufaktur tidak akan dapat ber saing apabila produk yang ditawarkan murni hanya barang,

dan industri jasa juga tidak memiliki daya tarik apabila yang ditawarkan kepada konsumen

murni berupa layanan. Keberhasilan per usahaan dalam memberikan produk terbaik kepada

konsumen meliputi kombinasi diantara keduanya, yaitu barang dan jasa dalam poris masing-

masing yang ideal menurut perusahaan. Menyajikan pr oduk dalam arti luas tersebut

merupakan tantangan sekaligus peluang bagi sistem produksi operasi yang harus dijalankan

perusahaan. Mulai dari mengidentifikasi seler a konsumen sampai dengan mengupayakan

Page 2: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

seluruh kebutuhan input dari pemasok untuk memproduksi dan mendistribusikan produk

tersebut sesuai dengan selera konsumen yang dibidik.

Pada dasarnya konsumen mengharapkan dapat memperoleh produk yang memiliki

manfaat pada tingkat harga yang dapat diterima. Untuk mewujudkan keinginan konsumen

tersebut maka setiap perusahaan berusaha secara optimal untuk menggunakan seluruh asset

dan kemampuan yang dimiliki untuk memberikan value terhadap harapan konsumen.

Implementasi upaya ini tentunya menimbulkan konsekuensi biaya ynag berbeda di setiap

perusahaan termasuk para pesaingnya. Untuk dapat menawarkan produk yang menarik

dengan tingkat harga yang bersaing, setiap perusahaan harus berusaha menekan atau

mereduksi seluruh biaya tanpa mengurangi kualitas produk maupun standar yang sudah

ditetapkan.

Salah satu upaya untuk mereduksi biaya tersebut adalah melalui optimalisasi distribusi

material dari pemasok, aliran material dalam pr oses pr oduksi sampai dengan distribusi

produk sampai ke tangan konsumen. Distribusi yang optimal dalam hal ini dapat dicapai

melalui penerapan Supply Chain Management (SCM). SCM sesungguhnya bukan merupakan

suatu konsep yang baru. Menurut Jebarus (2001), SCM merupakan pengembangan lebih

lanjut dari manajemen distribusi produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini

menekankan pada pola terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari supplier,

manufaktur, retailer hingga kepada konsumen. Dari sini aktivitas antara supplier hingga

konsumen akhir adalah dalam satu kesatuan tanpa sekat pembatas yang besar, sehingga

mekanisme informasi antara berbaggai elemen tersebut berlangsung seccara transparan. SCM

merupakan suatu konsep menyangkut pola pendistribusian produk yang mampu menggatikan

pola-pola pendistribusian produk secara optimal. Pola baru ini menyangkut aktivitas

pendistribusian, jadwal produksi, dan logistik.

Kelompok IV

Page 2

Page 3: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi sebuah supply chain (SC) yang sederhana.

Sebuah SC akan memiliki komponen-komponen yang biasanya disebut channel. Sebuah

channel berkerja untuk memebuhi kebutuhan konsumen akhir.

Gambar Supply Chain yang disederhanakan

Pada kenyataan struktur SC jauh lebih kompleks dari gambar di atas. Berbagai

kemungkinan di lapangan bisa terjadi, antara lain:

1. Sebuah pemasok mungkin sekaligus adalah industr i manufaktur, dengan kata lain

sebuah SC bisa saja melibatkan sejumlah industry manufaktur dalam satu rantai hulu

ke hilir.

2. SC tidak selalu merupakan rantai lur us.

3. Sebuah industri manufaktur bisa memiliki ratusan bahkan ribuan pemasok.

4. Produk-produk yang dihasilkan oleh sebuah industri mungkin didistribusikan oleh

beberapa pusat distribusi yang melayani ratusan bahkan ribuan distributor, retailer,

pedagang kecil, dan sebagainya.

Sebuah channel dalam SC akan memiliki aktivitas-aktivitas yang saling mendukung.

Secara keseluruhan aktivitas-aktivitas tersebut meliputi perancangan produk, pengadaan

material, produksi, pengendalian persediaan, distribusi / transportasi, penyimpanan /

pergudangan, dukungan pelayanan kepada pelanggan, proses pembayaran, dan sebagainya.

Kelompok IV

Page 3

Page 4: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

Pada tingkatan yang lebih strategis ada aktivitas-aktivitas seperti pemilihan pemasok,

penentuan lokasi pabrik, gudang, pusat distr ibusi, dan sebagainya.

Praktek tradisional, semua aktivitas tersebut dilakukan tanpa atau dengan sedikit

koordinasi. Istilah cross fungsional team misalnya tidak banyak diaplikasikan dalam

manajemen SC tradisional. Pola hubungan manajemen logistik tradisional masih bersifat

adversarial, dalam arti pola hubungannya masih mementingkan pihak-pihak secara individual

tidak mengacu pada kinerja keseluruhan pihak yang menjadi pembentuk sebuah SC,

contohnya antara lain:

Hubungan antara pemasok dengan perusahaan yang disuplainya hanya terbatas pada transaksi

jual beli. Pola-pola negosiasi hanya mementingkan pihak-pihak secara individual. Pemasok

ingin secepatnya memindahkan atau menjual produknya secepat dan sebanyak mungkin

dengan harga yang tinggi, sementara perusahaan yang disuplainya menginginkan harga yang

murah dan pengiriman yang cepat dan tepat.

B. Perubahan Lingkungan Bisnis

Lingkungan bisnis senantiasa berubah dan perubahan tersebut semakin lama semakin

cepat. Akselarasi perubahan ini disebabkan berkembangkanya secara tepat faktor-faktor

penting, antara lain:

1. Tuntutan konsumen yang semakin kritis. Konsumen menjadi semakin rumit dan

terlalu banyak menuntut. Mereka menuntut jarga murah, mutu tinggi untuk setiap

produk yang ditawarkan, penyerahan tepat waktu, dan sesuai dengan selera mereka.

2. Infrastruktur telekomuniaksi, informasi, transportasi, dan perbankan yang semakin

canggih memungkinkan berkembangnya model baru dalam aliran material / produk.

3. Daur hidup produk. Daur hidup produk sangat pendek seiring dengan perubahan-

perubahan yang terjadi dalam lingkungan pasar.

Kelompok IV

Page 4

Page 5: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

4. Kesadaran konsumen akan pentingnya aspek sosial dan lingkungan dalam kehidupan,

menuntut industri manufaktur memasukkan konsep-konsep ramah lingkungan mulai

dari proses perancangan pr oduk, proses produksi maupun pr oses distribusinya.

5. Globalisasi dan perubahan peta ekonomi dunia kea rah meningkatnya kemampuan

ekonommi negara-negara dunia ketiga, telah menciptakan banyak paradigma bar u

dalam dunia bisnis dan salah satu paradigma penting adalah meningkatnya persaingan

produk jasa di pasaran.

C. Definisi Supply Chain Management

Dengan latar belakang praktek manajemen logistik tradisional dan perubahan

lingkungan bisnis yang semakin cepat tersebut di atas, Supply Chain Management (SCM)

merupakan salah satu konsep dalam rangka merespon persoalan tersebut.

Supply Chain Management (SCM) menekankan pada pola terpadu menyangkut proses

aliran produk dari supplier, manufaktur, retailer hingga pada konsumen akhir. Dalam konsep

SCM ingin diperlihatkan bahwa rangkaian aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir

adalah dalam satu kesatuan tanpa sekat yang besar. Mekanisme informasi antara berbagai

komponen tersebut berlangsung secara transparan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Supply Chain Management (SCM) adalah

suatu konsep yang menyangkut pola pendistr ibusian pr oduk yang mampu menggantikan

pola-pola pendistribusian produk secara tradisional. Pola baru ini menyangkut aktivitas

pendistribusian, jadwal produksi, dan logistik.

Ada pula yang mengatakan bahwa Supply Chain Management (SCM) adalah suatu

metode penciptaan pr oduk untuk disampaikan pada pengguna akhir, dimana di dalamnya

ter cakup berbagai komponen, yaitu: the supplier of raw materials, the manufacturing units,

warehouses, transporters, retailers, and finally selling.

Kelompok IV

Page 5

Page 6: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

Dari dua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus utama dari SCM

adalah sinkronisasi proses untuk kepuasan pelanggan. Semua supply chain pada hakekatnya

memperebutkan pelanggan dari produk atau jasa yang ditawarkan. Semua pihak yang berada

dalam satu rantai supply chain harus bekerja sama satu dengan lainnya semaksimal mungkin

untuk meningkatkan pelayanan dengan harga murah, berkualitas, dan tepat pengirimannya.

Persaingan dalam konteks SCM adalah persaingan antar rantai, bukan antar individu

perusahaan. Kelemahan praktek tradisional yang bersifat adversarial adalah ter fokusnya

ukuran keberhasilan dan aktivitas pada bagian-bagian kecil dari supply chain yang justru

sering berlawanan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan pelayanan pada pelanggan atau

konsumen akhir.

D. Aktivitas SCM

Jadi dapat diartikan bahwa SCM merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk

mengintegrasikan secara efisien pemasok (suppliers), pabrik (manufactures), gudang

(warehouses), dan penyimpanan (stores), dengan demikian barang dagangan itu diproduksi

dan di distribusikan dengan kuantitas yang benar , untuk lokasi yang benar dan waktu yang

benar. Dalam kegiatan SCM tidak terlepas dari IT. IT dapat memberikan dua kontribusi

dalam SCM yaitu; perbaikan dan berbagai infomasi diantara perusahaan dan identifikasi

permasalahan yang tepat dan optimasi.

Data elektronik adalah suatu cara yang efektif untuk mempromosikan pembagian

informasi dengan tepat diantara perusahaan sehingga bertepatan dengan tujuan SCM.

Elektronik data interchange didefinisikan sebagai suatu hubungan online komputer dan

pertukaran informasi pada transaksi diantara perusahaan.

Bagaimanapun juga, diperlukan elektr onik data interchange diperlukan elektronik

interchange khusus untuk dimasukan kedalam suatu value added network atau saluran yang

dibuka dengan tujuan untuk membagi suatu jaringan. Jumlah model yang sangat besar untuk

Kelompok IV

Page 6

Page 7: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

berinvestasi dalam suatu value added network atau saluran yang dibuka telah menjadi alasan

utama mengapa manajemen elektronic data interchange, elektronic data interchange logistic

khusus telah menjadi sangat lambat.

Pembagian informasi diantara perusahaan dapat diandalkan dengan web elektronik data

interchange. Daripada membuka saluran elektronik data interchange. Meskipun kenyataannya

internet menimbulakan beberapa masalah pada keamanan dan standarisasi, web elektronik

data interchange sangat berguna dikarenakan memiliki biaya yang rendah pada invesment

dibandingkan dengan membangun jaringan terbuka. Dari manfaat ini web elektronik data

interchange telah memerikan kemungkinan dalam mempr omosikan pembagian informasi

diantara perusahaan lebih jauh lagi. Pengggunaan internet dikombinasikan dengan ITS

menghasilkan kemungkinan untuk memperbaiki sistem logistik kota.

Karena berbagai informasi memberikan banyak data yang tersedia, kita harus

merumuskan masalah berdasarkan data, dan menemukan cara untuk menyelesaikannya.

Perkembangan aplikasi software sebenarnya untuk menyelesaikan berbagai masalah telah

mendapatkan keuntungan lebih besar dengan perkembangan IT saat ini. Softwar e untuk

merealisasikan SCM secara bersamaan disebut Supply Chain Planning Software (SCPS)

SCPS terdiri dari beberapa software pada manufacturing planning, demand forecasting,

transportation planning, inventory management schecduling, dan lain-lain. Pada umumnya,

kemajuan IT telah mengembangkan secara cepat pembagian atau berbagai informsi diantar a

perusahaan yang diperlukan untuk SCM, dan telah menyebabkan perbaikan dalam kualitas

dari aplikasi software untuk memproses informasi atau software supply chain planning

E. Value Added

SCM yang didesain dengan baik menghasilkan net value positif dengan memberikan

keuntungan, mengurang biaya, dan menigkatkan kelangsungan hidup keuangan. Perusahaan

Kelompok IV

Page 7

Page 8: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

dengan supply chain yang diselesaikan dengan baik dapat membagikan keuntungan dengan

layak, dengan menghasilkan yang disebut ´win-win relationship´.

Pertama, sumber daya untuk menghasilkan keuntungan ter masuk menekan lea-time

atau respone yang fleksibel pada pelanggan. Seperti improvemen atau peningkatan dapat

membuat supply chain perusahaan yang kopetitive. Keuntungan ini dihasilkan dari sumber

daya perusahaan yang terpusat terhadap core-competence mereka dan menghasilkan valeu

dengan memiliki fleksibilitas dan dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan pasar.

Kedua, biaya dapat dikurangi berhubungan dengan keuntungan yang terintegritas.

Terdapat skala ekonomi dan jangkauan pada proes integrasi vertikal Sebagai contoh,

menghindari investment yang berlebihan dalam warehousing dan mengurangi inventory level

dengan berbagi inf ormasi.

Ketiga, berbagai jenis informasi seperti pesanan, inventory atau permintan pelanggan

harus dapat dibagi dan diproses dengan benar. Dengan memperhatikan tiga poin tersebut

pengebangan IT sebelumnya dapat berkontribsi terhadp SCM.

F. Integrated Supply Chain

Semua perusahaan memerlukan sesuatu yang sangat ekonomis guna melakukan

kegiatan memproduksi untuk memperoleh keuntungan. Untuk mencapai keinginan tersebut,

kelancaran arus material yang diperlukan pasti melibatkan lebih dar i satu rantai pasokan.

Faktor kritis dalam rantai pasokan yang efisien adalah pembelian, karena tugas pembeliaan

untuk menyeleksi pemasok (berikut materialnya) dan kemudian membangun hubungan yang

saling menguntungkan. Tanpa pemasok yang baik dan tanpa pembelian yang memadai, rantai

pasokan tidak akan memiliki peran untuk kondisi pasar pada masa seperti sekarang ini.

SCM diperlukan oleh perusahaan yang sudah mengarah pada pengelolaan dengan

sistem just in time, karena konsep just in time sangat menekankan ketepatan waktu

kedatangan material dari pemasok sampai ke tangan konsumen sesuai dengan yang

Kelompok IV

Page 8

Page 9: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

ditetapkan. Artinya, kedisiplinan dan komitmen seluruh mata rantai harus benar-benar

dilaksanakan, karena sistem just in time tidak menekankan pada persediaan atau zero

inventory. Sehingga apabila terjadi penyimpangan pada salah satu mata rantai saja, maka

akan mengganggu pasokan material secara keseluruhan dan menghambat kelancaran tugas

dari mata rantai yang lain, karena tidak adanya persediaan. Untuk kondisi di Indonesia sistem

just in time akan berhasil kalau mata rantai terkait berada dalam satu siklus tertentu.

Bagi perusahaan yang masih mementingkan persediaan karena karakteristik mater ial

(misalnya faktor musiman) atau sebagai langkah antisipatif untuk menyiasati lingkungan

industri yang tidak stabil, SCM juga diperlukan. Peran SCM untuk jenis perusahaan ini

adalah menekan biaya persediaan, karena persediaan yang tidak optimal akan menimbulkan

dampak biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya backorder (apabila terjadi

stockout).

Baik perusahaan yang menerapkan sistem just in time maupun yang masih

mementingkan persediaan, SCM yang dilaksankan akan lebih optimal apabila diterapkan

secara terintegrasi oleh seluruh mata rantai pasokan yang terkait.

Menerapkan konsep SCM secara menyeluruh dan terintegrasi tentu bukan merupakan

hal yang mudah dilakukan perusahaan. Kesulitan akan banyak dialami dalam kaitan dengan

lingkungan eksternal yaitu hubungan dengans upplier dan distributor serta konsumen akhir.

Hal ini dapat ter jadi karena lingkungan eksternal relatif berada di luar kendali perusahaan,

sehingga perlu upaya kedua belah pihak untuk mencapai komitmen menjadi mata rantai yang

saling berkoordinasi untuk menyalurkan seluruh kebutuhan material sesuai yang dibutuhkan.

Sekilas konsep SCM memiliki kesamaan dengan manajemen logistik, karena

keduanya mengelola arus barang dan jasa melalui pembelian, pergerakan, penyimpanan,

adminitrasi, dan penyaluran barang. Selain itu baik SCM maupun manajemen logistik juga

memiliki kesamaan dalam hal peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan

Kelompok IV

Page 9

Page 10: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

barang. Perbedaan SCM dengan manajemen logistik terletak pada orientasinya. SCM

mengusahakan hubungan dan koordinasi antar proses dari perusahaan- perusahaan lain dalam

business pipelines, mulai dari suppliers sampai kepada pelanggan juga mengutamakan arus

barang antar perusahaan, sejak paling hulu sampai paling hilir. Sedangkan manajemen

logistik berorientasi pada perencanaan dan ker angka kerja yang menghasilkan r encana

tunggal arus barang dan informasi di seluruh perusahaan, jadi lebih terfokus pada

pengelolaan termasuk arus barang dalam perusahaan.

Dalam per kembangannya, SCM telah banyak mengalami evolusi yang dapat

digambar kan dalam 4 (empat) tahap sebagai berikut (Indrajit dkk, 2002):

a. Tahap 1, dalam tahap 1 ada semacam kesendirian dan ketidak- saling-tergantungan fungsi

produksi dan fungsi logistik. Mereka menjalankan program-program sendiri yang terlepas

satu sama lain (incomplete isolation). Contohnya adalah bagian produksi yang hanya

memikirkan bagaimana membuat barang sesuai dengan mutu dan yang telah ditetapkan,

dan sama sekali tidak mau ikut memikirkan penumpukan inventory dan penggunaan ruang

gudang yang menimbulkan biaya persediaan yaitu biaya simpan.

b. Tahap 2, dalam tahap 2 perusahaan sudah mulai menyadari pentingnya integrasi

perencanaan walaupun dalam bidang yang masih terbatas, yaitu di antara fungsi internal

yang paling berdekatan, misalnya produksi dengan inventory control dan functional

integration yang lain. 3.

c. Tahap 3, dalam tahap 3 integrasi perencanaan dan pengawasan atas

semua fungsi yang terkait dalam satu perusahan (internal integration).

d. Tahap 4, dalam tahap 4 menggambar kan tahap sebenar nya dar i suplly chain integration,

yaitu integrasi total dalam konsep perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

(manajemen) yang telah dicapai dalam tahap 3 dan diter uskan ke upstreams yaitu

suppliers dan downsterams sampai ke pelanggan.

Kelompok IV

Page 10

Page 11: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

Evolusi SCM yang telah mencapai tahap keempat tersebut menunjukkan suatu

integrasi yang menyeluruh di antara seluruh komponen terkait sehingga menuntut adanya

transparansi arus infor masi. Strategi kemitraan dapat digunakan untuk mewujudkan

kelancaran arus pasokan material dari pemasok sampai distributor hingga ke tangan

konsumen. Dengan startegi kemitraan maka perlu mengembangkan komunikasi di antara

semua pihak terkait, sehingga komunikasi arus informasi maupun data yang dibutuhkan akan

lebih lancar.

G. Manfaat SCM

Secara umum penerapan konsep SCM dalam perusahaan akan memberikan manfaat

yaitu (Jebarus, 2001) kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya,

pemanfaatan asset yang semakin tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin besar.

1. Kepuasan pelanggan. Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama dari

aktivitas proses produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan. Konsumen atau

pengguna yang dimaksud dalam konteks ini tentunya konsumen yang setia dalam

jangka waktu yang panjang. Untuk menjadikan konsumen setia, maka terlebih dahulu

konsumen harus puas dengan pelayanan yang disampaikan oleh perusahaan.

2. Meningkatkan pendapatan. Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra

perusahaan berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan per usahaan, sehingga

produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan µterbuang¶ percuma, karena

diminati konsumen.

3. Menurunnya biaya. Pengintegrasian aliran produk dari perusahan kepada konsumen

khir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi.

4. Pemanfaatan asset semakin tinggi. Aset terutama faktor manusia akan semakin

terlatih dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Tenaga

Kelompok IV

Page 11

Page 12: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

manusia akan mampu member dayakan penggunaan teknologi tinggi sebagaimana

yang dituntut dalam pelaksanaan SCM.

5. Peningkatan laba. Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang setia dan

menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan meningkatkan laba perusahaan.

6. Per usahaan semakin besar. Perusahaan yang mendapat keuntungan dari segi proses

distr ibusi produknya lambat laun akan menjadi besar, dan tumbuh lebih kuat.

Keenam manfaat yang sudah dijelaskan seperti tersebut di atas merupakan manfaat

tidak langsung. Secara umum, manfaat langsung dari penerapan SCM bagi perusahaan

adalah:

1. SCM secara fisik dapat mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan

mengantarkannya kepada konsumen akhir. Manfaat ini menekankan pada fungsi

produksi dan operasi dalam sebuah perusahaan. Dalam fungsi ini dilakukan

penggunaan dari seluruh sumber daya yang dimilki dalam sebuah proses transfor masi

yang terkendali, untuk memberikan nilai pada pr oduk yang dihasilkan sesuai dengan

kebijaksanaan per usahaan dan mendistribusikannya kepada konsumen yang dibidik.

2. SCM berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu memastikan apa yang dipasok oleh rantai

suplai mencer minkan aspirasi pelanggan atau konsumen akhir tersebut. Dalam hal ini

fungsi pemasaran yang akan berperan. Melalui pelaksanaan SCM, pemasaran dapat

mengidentifikasi produk dengan karakteristik yang diminati konsumen. Selanjutnya

fungsi ini harus mampu mengidentifikasi seluruh atribut produk yang diharapkan

konsumen tersebut dan mengkomunikasikan kepada perancang produk. Apabila

seleksi rancangan pr oduk sudah dilakukan dan dilakukan pengujian maka produk

dapat dipr oduksi.

Kelompok IV

Page 12

Page 13: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

H. Fungsi SCM

Ditinjau dari segi ongkos, masing-masing fungsi di atas berkaitan dengan ongkos,

yaitu: fungsi pertama berkaitan dengan ongkos-ongkos fisik, yakni ongkos material, ongkos

penyimpanan, ongkos produksi, ongkos transportasi, dan sebagainya. Fungsi kedua berkaitan

dengan biaya-biaya survey pasar, perancangan produk, serta biaya-biaya akibat terpenuhinya

aspirasi konsumen oleh produk yang disediakan oleh rantai supply chain. Ongkos-ongkos ini

bisa berupa ongkosmarkdown, yakni penurunan harga produk yang tidak laku dengan har ga

normal, atau ongkos kekurangan supply yang dinamakan dengan stockout cost.

I. Prinsip-Prinsip SCM

Prinsip terpenting yang harus diperhatikan dalam sinkronisasi aktivitas-aktivitas sebuah

supply chain adalah menciptakan hasil yang lebih besar, tidak hanya bagi tiap anggota rantai

tetapi bagi keseluruhan sistem. Kesuksesan implementasi dari prinsip ini membutuhkan

perubahan- perubahan pada tingkatan strategis maupun taktis. Sebaliknya kegagalan biasanya

ditandai oleh ketidakmampuan manajemen mendefinisikan langkah-langkah yang harus

ditempuh dalam menggiring komponen- komponen supply chain yang kompleks ke arah

yang sama.

Anderson, Britt & Frave (1997) memberikan 7 prinsip SCM untuk membantu para

manajer dalam merumuskan strategi pelaksanaan SCM, yaitu:

1. Segmentasi pelanggan berdasarkan kebutuhannya.

2. Sesuaikan jaringan logistik untuk melayani kebutuhan pelanggan yang berbeda.

3. Dengarkan signal pasar dan jadikan signal tersebut sebagai dasar dalam perencanaan

kebutuhan (demand planning) sehingga bisa menghasilkan ramalan yang konsisten

dan alokasi sumber daya yang optimal.

4. Diferensiasi produk pada titik yang lebih dekat dengan konsumen dan percepat

konversinya di sepanjang rantai supply.

Kelompok IV

Page 13

Page 14: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

5. Kelola sumber-sumber supply secara strategis untuk mengurangi ongkos kepemilikan

dari material maupun jasa.

6. Kembangkan strategi teknologi untuk keseluruhan rantai supply yang mendukung

pengambilan keputusan berhirar ki serta berikan gambaran yang jelas dari aliran

produk, jasa, maupun infor masi.

7. Adopsi pengukuran kinerja untuk sebuah supply chain secara keselur uhan dengan

maksud untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen akhir.

J. Persyaratan Penerapan SCM

Sebagai suatu konsep yang melibatkan banyak pihak sebagai mata rantai, SCM

menuntut beberapa persyaratan yang tidak hanya terkait dengan material, tetapi juga

informasi. Syarat utama dari penerapan SCM tentunya dukungan manajemen. Manajemen

semua level dari strategis sampai operasional harus memberikan dukungan mulai dari proses

perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, sampai pengendalian.

Selain dukungan manajemen, syarat lain merupakan syarat yang melibatkan faktor

eksternal yaitu pemasok dan distributor. Sebelum membangun komitmen dan melaksanakan

µkontrak kerja¶ dengan para pemasok, maka perusahaan terlebih dahulu harus melaksanakan

evaluasi pemasok. Sebagi catatan, melaksanakan evaluasi pemasok untuk pemasok yang

µber main¶ dalam pasar yang monopoli tentunya sulit dan tidak bisa dilaksanakan, sehingga

yang perlu dilakukan untuk kondisi ini adalah membangun kemitraan dalam suatu

kesepakatan.

Evaluasi pemasok dilakukan apabila untuk material yang sama dapat diperoleh lebih

dari satu alternatif pemasok. Setidaknya ada tiga kriteria dalam melakukan evaluasi pemasok,

yaitu: keadaan umum pemasok, keadaan pelayanan, dan keadaan material. Beberapa contoh

indikator dari setiap kr iteria evaluasi pemasok adalah sebagai berikut (Gaspersz, 2002):

1. Keadaan umum pemasok

Kelompok IV

Page 14

Page 15: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

a. Ukuran atau kapasitas produksi

b. Kondisi finansial

c. Kondisi operasional

d. Fasilitas riset dan desain

e. Lokasi geografis

f. Hubungan dagang antar industr

2. Keadaan pelayanan

a. Waktu penyerahan material

b. Kondisi kedatangan material

c. Kuantitas pemesanan yang ditolak

d. Penanganan keluhan dari pembeli

e. Bantuan teknik yang diberikan

f. Informasi harga yang diber ikan

3. Keadaan material

a. Kualitas material

b. Keseragaman

c. Material

d. Jaminan dari pemasok

e. Keadaan pengepakan (pembungkusan)

Dari ketiga kriteria tersebut, bobot (berdasarkan tingkat kepentingan) yang terbesar

diberikan pada kriteria keadaan material, karena keadaan mater ial akan mempengaruhi

kinerja fungsi produksi dan operasi khususnya kualitas produk. Selanjutnya dilakukan

penilaian untuk setiap indikator dan dihitung total skor-nya.

Syarat berikutnya adalah pemilihan distributor sebagai perantara produk perusahaan

sampai ke tangan konsumen akhir . Intensitas saluran distribusi yang ideal bagi suatu

Kelompok IV

Page 15

Page 16: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

perusahaan adalah bagaimana menyajikan jenis produk secara luas dalam pemuasan

kebutuhan konsumen (Sitaniapessy, 2001). Penggunaan distributor yang terlalu sedkit dapat

membatasi penyebaran jenis produk dalam aktivitas pemasaran. Sebaliknya, penggunaan

distributor yang terlalu banyak dapat mengganggu brand image dalam posisinya

berkompetisi. Satu kunci yang penting dalam mengelola saluran distribusi adalah

menentukan berapa banyak saluran distribusi yang dikembangkan serta membentuk suatu

pola kemitraan yang menunjang pemasaran suatu produk dalam ar ea pemasaran tertentu.

Satu lagi persyaratan yang penting dalam penerapan SCM adalah transparansi arus

informasi. Untuk dapt mendukung arus informasi yang transparan dar i seluruh mata rantai

yang terlibat dalam SCM diperlukan komitmen (dapat dicapai melalui kemitraan dan

kesepakatan) disertai dengan ketersediaan database. Konsep database yang dimaksud dalam

hal ini bukan hanya kumpulan data yang dikelola dan dikendalikan secara terpusat,

melainkan data tersebut harus memenuhi lima kriteria sebagai berikut :

1. Ketersediaan, kapanpun diper lukan harus tersedia disertai dengan kemudahan akses.

2. Kemampuan dipergunakan untuk berbagi kebutuhan terkait

3. Kemampuan data untuk selalu berkembang dalam konteks yang efektif

4. Jumlah data tidak tergantung kondisi fisik penyimpan data (penyimpan data yang

harus menyesuaikan jumlah data)

5. Konsistensi dan validitas data

K. Strategi Dasar SCM

Strategi yang paling mendasar dalam SCM ber kaitan erat dengan konfigurasi fisik

maupun manajemennya. Dalam rancangan struktur supply chain, mulai dari konfigurasi

jar ingan antar channel sampai pada konfigurasi fasilitas di dalam sebuah channel tidak bisa

dilepaskan dar i karakteristik produk maupun jasa yang dihasilkan oleh sebuah supply chain.

Kelompok IV

Page 16

Page 17: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

Dalam SCM karakteristik pr oduk ini dibedakan ke dalam 2 jenis yang didasarkan pada

berbagai aspek antara lain, siklus hidupnya, jumlah variasinya, stabilitas permintaannya,

kesalahan ramalan, tingkat markdown, dan sebagainya. Kedua jenis tersebut adalah: 1)

produk fungsional, biasanya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar, seperti

garam, gula, sabun, minyak gor eng, buku tulis, ballpoint, dan sebagainya. 2) pr oduk inovatif,

yaitu produk yang permintaannya biasanya sangat tidak stabil dan sulit diramalkan. Produk

inovatif ini biasanya muncul sebagai respon atas perubahan pasar yang cepat atau sebagai

akibat dari kemampuan teknologi dan inovasi yang bagus.

Contoh dari produk inovatif ini adalah komputer yang perubahan rancangannya sudah

dalam hitungan minggu atau bahkan hari. Ini merupakan contoh produk inovatif yang dipacu

oleh kemampuan perusahaan melakukan inovasi (innovation driven). Contoh lain adalah

pakaian yang modelnya cepat berubah dan ini lebih dipacu oleh kebutuhan pasar yang

mengisyaratkan perubahan model (market driven). Untuk lebih jelasnya pembagian produk

sesuai dengan karakteristiknya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Karakteristik Fungsional Inovatif

Siklus hidup > 2 tahun

< 2 tahun

Variasi produk 10 ± 20 per kategori Jutaan per kategori

Variabilitas permintaan Tinggi

Rendah

Kesalahan peramalan 10 %

40 % - 100 %

Tingkat markdown 0 %

10 % - 25 %

Margin keuntungan Rendah

Tinggi

Lead time 6 bln ± 1 thn 1 hari ± 2 minggu

Aspirasi konsumen Har ga murah Cepat

Pernyataan kedua produk berdasarkan karakteristik di atas mengindikasikan kebutuhan akan

penanganan yang berbeda, baik dalam aktivitas fisik maupun dalam mediasi pasar sebuah

supply chain sehingga diperlukan strategi yang tepat untuk masing- masing produk, seperti

ditunjukkan pada tabel ber ikut ini.

Kelompok IV

Page 17

Page 18: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

Tabel Strategi yang tepat berdasarkan jenis produk

Produk

Strategi

Fungsional Inovatif

Lean

Tepat

Tidak tepat

Agile

Tidak tepat

Tepat

Strategi Lean Supply Chain adalah strategi efisiensi yang membutuhkan dukungan

struktur supply yang ramping dan ter integrasi dengan baik. Pada produk fungsional, fungsi

mediasi pasar lebih jarang dan lebih mudah dilakukan karena siklus hidup produknya panjang

atau selera konsumen yang tidak banyak berubah. Dengan demikian, ongkos-ongkos mediasi

pasar akan merupakan fokus itama, sehingga strategi yang tepat untuk produk-produk

fungsional adalah efisiensi.

Fokus utama dalam mengelola Lean Supply Chain adalah menekan ongkos-ongkos

fisik sepanjang supply chain yang terdiri dari ongkos-ongkos material, produksi, distribusi,

penyimpanan dan sebagainya. Dalam Lean Supply Chain koordinasi yang baik antar channel

dalam rantai supply sangat diperlukan, termasuk di dalamnya koordinasi untuk menangani

dampak variabilitas dan ketidakpastian per mintaan maupun supply.

Untuk produk inovatif, keunggulan kompetitif produk terletak pada kemampuan supply

chain untuk merespon kebutuhan pasar yang cepat berubah. Kunci keberhasilan disini adalah

yang dinamakan agility. Agility untuk suatu supply chain harus mempunyai kemampuan

kecepatan dalam merespon kebutuhan pasar secara bersama-sama sebagai suatu team.

Kecepatan ini harus dimiliki semua pihak yang berada dalam suatu supply chain.

Distributor yang handal tidak dapat menjamin keunggulan berkompetisi apabila

perusahaan yang mensuplai pr oduk-produk yang didistribusikannya tidak mampu secara tepat

merespon per ubahan uang disyaratkan oleh pasar. Dengan demikian hubungan antar

perusahaan mer upakan faktor kritis dalam menciptakan agility suatu supply chain. Strategi

Kelompok IV

Page 18

Page 19: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

supply chain yang menekankan pada agility tentunya memerlukan pola pikir untuk strategi

supply chain yang mendasarkan pada efisiensi.

L. Tantangan Penerapan SCM

Meskipun SCM memiliki banyak manfaat dalam menjalankan sistem produksi dan

operasi di perusahaan, tetapi ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dan disikapi oleh

perusahaan apabila akan menerapkannya. Tantangan yang pertama berasal dari lingkungan

makro dan juga lingkungan eksternal. Misalnya saja trend perekonomian global yang

menunjukkan adanya kecenderungan inflasi, khususnya di Indonesia. Hal ini disebabkan

karena persaingan di tingkat global memang sangat meningkat. Selain itu juga kecenderungan

perilaku konsumen yang menunjukkan sikap terlalu rumit dan banyak menuntut.

Faktor eksternal lain adalah perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang

ter kait dengan teknologi informasi sedapat mungkin diadaptasi oleh perusahaan-perusahaan

yang menerapkan SCM sehingga dapat mengelola informasi yang bergerak sangat cepat

untuk menanggapi perpindahan produk. Sehingga sangat perlu bagi perusahaan yang

menerapkan SCM untuk memiliki peralatan fungsional seperti (Watanabe, 2001): demand

management/ forecasting, advanced planning and scheduling, transportation management,

distribution and deployment, production planning, available to promise, supply chain

modeler , Optimizer (Linier programming, non linier programming, heur istic, dan genetic

algorithm)

Selain tantangan-tantangan tersebut, tantangan yang juga sering dihadapi khususnya

negara berkembang adalah masalah infrastr uktur termasuk birokrasi yang rumit. Masalah ini

akan memberikan dampak yang signifikan terhadap tantangan SCM yang lain, yaitu

teknologi infor masi. Di sisi lain, ada juga tantangan yang dapat digolongkan dalam

lingkungan mikro atau di lingkungan perusahaan itu termasuk stakeholdernya. Mengingat

sebuah rantai supply chain terdiri dari aktivitas- aktivitas yang dilakukan oleh beberapa

Kelompok IV

Page 19

Page 20: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

perusahaan, maka pengelolaannya tidak mudah. Kompleksitas permasalahan meningkat

dengan cepat begitu pertimbangan-pertimbangan aliran produk dan inf ormasi dilihat dalam

lingkungan keseluruhan supply chain dari ujung hulu ke ujung hilir.

Karena kompleksnya permasalahan pengelolaan tersebut, banyak sekali tantangan yang

bisa mengakibatkan kegagalan pengelolaan sebuah supply chain. Lee & Bilington (1992)

mendeskripsikan 14 tantangan yang har us diperhatikan dalam SCM, yaitu:

a. Pengukuran kinerja yang tidak terdefinisikan dengan baik, setiap chanel menentukan

ukuran sendiri-sendiri, dan tidak ada perhatian untuk membuat µjoint matrics¶ yang

mengukur kiner ja rantai secara keseluruhan.

b. Customer ser vice tidak didefinisikan dengan jelas, tidak ada pengukuran terhadap

kelambatan respon dalam pelayanan, dan sebagainya.

c. Status data pengiriman yang tidak akurat dan sering terlambat.

d. Sistem informasi tidak efisien.

e. Dampak ketidakpastian diabaikan.

f. Kebijakan inventori terlalu sederhana, faktor-faktor ketidakpastian tidak diperhitungkan

dalam pembuatan kebijakan-kebijakan tersebut, kadang-kadang terlalu statis dan generik.

g. Diskriminasi terhadap internal customer. Prioritasnya rendah, service levelnya tidak

terukur, sistem insentifnya tidak tepat.

h. Koordinasi antar aktivitas suplai, produksi, dan pengiriman tidak bagus.

i. Analisis metode-metode pengiriman tidak lengkap, tidak ada pertimbangan efek

persediaan dan waktu respon.

j. Definisi ongkos-ongkos persediaan tidak tepat.

k. Ada kendala komunikasi antar organisasi.

l. Perancangan produk maupun proses tidak memperhitungkan konsep supply chain.

m. Perancangan dan operasional supply chain dibuat secara ter pisah.

Kelompok IV

Page 20

Page 21: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

n. Supply chain tidak lengkap, fokusnya sering hanya pada operasi internal saja, tidak bisa

membedakan antara µimmediate customers¶ dengan µend customers¶.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, terlebih dahulu perusahaan harus melakukan

perbaikan dan membangun komitmen di lingkungan internal perusahaan tersebut, bar u

kemudian membangun kemitraan dan komitmen dengan mata rantai lain di lingkungan

eksternal. Satu hal yang juga penting dalam mengatasi tantangan untuk penerapan SCM

adalah mengelola informasi dalam sebuah sistem yang harus mendukung proses pengambilan

keputusan di wilayah penerapan SCM.

M. Perkembangan-Perkembangan Terbaru dalam SCM

Agar perusahaan selalu dapat memimpin dalam berkompetisi di pasaran, cara-cara baru

yang lebih inovatif perlu ditemukan atau dikembangkan. Seiring dengan menyebar nya

konsep-konsep SCM di dunia industri baik industri manufaktur atau jasa. Konsep-konsep

yang lebih canggih yang merupakan pengembangan dari SCM bermunculan. Konsep- konsep

tersebut antara lain:

1. Just In Time (JIT), prinsip ini menekankan pada kemitraan yang erat antar a

perusahaan dengan pemasoknya, dan pemasok akan memiliki wakil di perusahaan

yang disuplainya. Wakil tersebut berfungsi menggantikan peran bagian pembelian di

perusahaan pembeli. Atas nama perusahaan pembeli, wakil tersebut akan membuat

order pembelian ke per usahaannya berdasarkan rencana produksi yang telah

ditetapkan oleh perusahaan pembeli. Praktek ini memungkinkan kedua belah pihak

untuk merundingkan rencana-rencana produksi maupun pembelian sehingga

menguntungkan kedua belah pihak. Perusahaan pembeli akan lebih mudah

menegosiasikan jadwal pengiriman karena wakil tadi sewaktu- waktu bisa ditemui di

perusahaannya. Demikian pula wakil tadi akan lebih banyak memberikan masukan

Kelompok IV

Page 21

Page 22: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

tentang kemampuan perusahaannya untuk memasok kebutuhan material atau bahan

baku yang dibutuhkan perusahaan pembeli.

2. Vendor Managed Inventory (VMI), adalah merupakan salah satu variasi dari JIT II.

Konsep ini banyak digunakan oleh para pemasok yang mensuplai bisnis retail. Selama

ini pihak retail yang berkewajiban membuat order pembelian untuk menjaga

kelangsungan persediaan dari setiap item yang terjual. Pada VMI kebalikannya, justru

pemasoklah yang berkewajiban untuk menentukan kapan dan berapa jumlah suatu

item harus dikirim ke retailnya, berdasarkan infor masi tingkat penjualan dan

ketersediaans tock yang ada di r etail tersebut. Pada VMI pertukaran informasi yang

lancar sangat diper lukan. Pemasok akan mampu membuat keputusan yang baik,

apabila infor masi tingkat kebutuhan maupun tingkat per sediaan yang dimiliki pihak

retail bisa diakses dengan mudah. .

3. Global Pipeline Management (GPM), konsep ini didasarkan pada teori kontrol di

mana aliran material atau produk akan optimal bila dikontrol dar i satu titik. Aliran

material atau produk pada konsep GPM hendaknya dikendalikan oleh satu pihak

atauchanel dalam supply chain, yang lain mengikuti dan mendukung dengan

memberikan informasi yang diper lukan.

Kelompok IV

Page 22

Page 23: Manajemen Operasi.docx

Manajemen Operasi/Produksi

RANGKUMAN

1. Supply Chain Management (SCM) adalah suatu konsep yang menyangkut pola

pendistribusian produk yang mampu menggantikan pola-pola pendistr ibusian produk

secara tradisional. Pola baru ini menyangkut aktivitas pendistribusian, jadwal produksi,

dan logistik.

2. Supply Chain Management (SCM) adalah suatu metode penciptaan produk untuk

disampaikan pada pengguna akhir, dimana didalamnya ter cakup berbagai komponen,

yaitu the supplier of raw materials, the manufacturing units, warehouses, transporters,

retailers, and finally selling.

3. Manfaat penerapan konsep SCM dalam perusahaan yaitu: kepuasan pelanggan,

meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya, pemanfaatan asset yang semakin tinggi,

peningkatan laba dan perusahaan semakin besar.

4. Strategi yang paling mendasar dalam SCM berkaitan erat dengan konfigurasi fisik

maupun manajemennya. Dalam rancangan struktur supply chain, mulai dari konfigurasi

jaringan antar channel sampai pada konfigurasi fasilitas di dalam sebuah channel tidak

bisa dilepaskan dari karakteristik produk maupun jasa yang dihasilkan oleh sebuah

supply chain.

5. SCM membedakan karakteristik produk ke dalam 2 jenis yang didasarkan pada berbagai

aspek, antara lain, siklus hidupnya, jumlah variasinya, stabilitas permintaannya,

kesalahan ramalan, tingkat markdown, dan sebagainya.

Kelompok IV

Page 23