1 Manajemen Konflik TGH. Munajib Khalid Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Ponpes Al-Halimy Gunungsari Lombok Barat Ahmad Mayadi 1 Abstrak Manajemen konflik seorang pimpinan dalam pesantren merupakan keterampilan yang harus ada dalam rangka meminimalisir segala bentuk konflik, hal ini dilakukan agar pondok pesantren sebagai institusi pendidikan Islam, mampu berkembang secara kelembagaan serta memberikan kontribusi pengembangan pendidikan Islam sebagai bagian dari fungsi pondok pesantren. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis. yang difokuskan pada beberapa permasalahan, yaitu konflik yang terjadi di pondok pesantren Al-Halimy, bagaimana manajemen konflik TGH. Munajib Khalid di pondok pesantren Al-Halimy, dan bagaimana model pengembangan pendidikan Islam yang dilakukan TGH. Munajib dalam pengembangan pendidikan Islam. Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder, serta teknik pengumpulan data dilakukan melalui tiga metode yaitu metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, display dan membuat simpulan data. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konflik yang terjadi di pondok pesantren Al-Halimy masih tergolong sesuatu yang wajar. Konflik disebabkan oleh berbagai macam keinginan dan pendapat yang berbeda, sehingga konflik tidak bisa dihindari. Konflik yang terjadi di pondok pesantren Al-Halimy adalah pendapat yang ingin mengganti sebuah kepemimpinan karena telah terlalu lama menduduki jabatan tersebut. Selain itu, konflik terjadi antar pondok pesantren yaitu pondok pesantren Al-Halimy memiliki hubungan kurang baik dengan pondok pesantren Banu Sanusi, pondok pesantren Banu Sanusi sendiri merupakan pecahan dari pondok pesantren Al-Halimy. Manajemen konflik TGH. Munajib Khalid dalam pengembangan pendidikan Islam di pondok pesantren Al- Halimy merupakan upaya sebagai seorang pimpinan untuk senantiasa mengelola konflik yang ada, adapun cara mengelola konflik yang ada ialah dengan pendekatan kekeluargaan, bermusyawarah sebagai ikhtiar dan terakhir ketika permasalahan tersebut tidak bisa terselesaikan, maka hal yang dilakukan adalah melalui spiritual yaitu pendekatan langsung kepada Allah Swt., model pengembangan pendidikan Islam yang dilakukan TGH. Munajib dalam pengembangan pendidikan Islam di pondok pesantren Al-Halimy menggunakan 1 Penulis adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Aziziyah Kapek Gunungsari Nusa Tenggara Barat
21
Embed
Manajemen Konflik TGH. Munajib Khalid Dalam Pengembangan ... · Kata kunci: manajemen konflik, TGH Munajib, pengembangan pendidikan Islam. Prolog Pesantren merupakan sebuah sistem
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Manajemen Konflik TGH. Munajib Khalid Dalam Pengembangan Pendidikan Islam
Di Ponpes Al-Halimy Gunungsari Lombok Barat
Ahmad Mayadi1
AbstrakManajemen konflik seorang pimpinan dalam pesantren merupakan
keterampilan yang harus ada dalam rangka meminimalisir segala bentuk konflik,hal ini dilakukan agar pondok pesantren sebagai institusi pendidikan Islam,mampu berkembang secara kelembagaan serta memberikan kontribusipengembangan pendidikan Islam sebagai bagian dari fungsi pondok pesantren.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakanpendekatan deskriptif analisis. yang difokuskan pada beberapa permasalahan,yaitu konflik yang terjadi di pondok pesantren Al-Halimy, bagaimana manajemenkonflik TGH. Munajib Khalid di pondok pesantren Al-Halimy, dan bagaimanamodel pengembangan pendidikan Islam yang dilakukan TGH. Munajib dalampengembangan pendidikan Islam.
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan datasekunder, serta teknik pengumpulan data dilakukan melalui tiga metode yaitumetode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Data-data yangtelah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan tahapan pengumpulan data,reduksi data, display dan membuat simpulan data.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konflik yang terjadi dipondok pesantren Al-Halimy masih tergolong sesuatu yang wajar. Konflikdisebabkan oleh berbagai macam keinginan dan pendapat yang berbeda, sehinggakonflik tidak bisa dihindari. Konflik yang terjadi di pondok pesantren Al-Halimyadalah pendapat yang ingin mengganti sebuah kepemimpinan karena telah terlalulama menduduki jabatan tersebut. Selain itu, konflik terjadi antar pondokpesantren yaitu pondok pesantren Al-Halimy memiliki hubungan kurang baikdengan pondok pesantren Banu Sanusi, pondok pesantren Banu Sanusi sendirimerupakan pecahan dari pondok pesantren Al-Halimy. Manajemen konflik TGH.Munajib Khalid dalam pengembangan pendidikan Islam di pondok pesantren Al-Halimy merupakan upaya sebagai seorang pimpinan untuk senantiasa mengelolakonflik yang ada, adapun cara mengelola konflik yang ada ialah denganpendekatan kekeluargaan, bermusyawarah sebagai ikhtiar dan terakhir ketikapermasalahan tersebut tidak bisa terselesaikan, maka hal yang dilakukan adalahmelalui spiritual yaitu pendekatan langsung kepada Allah Swt., modelpengembangan pendidikan Islam yang dilakukan TGH. Munajib dalampengembangan pendidikan Islam di pondok pesantren Al-Halimy menggunakan
1 Penulis adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Aziziyah Kapek Gunungsari NusaTenggara Barat
2
model neo-modernis, yaitu model yang selalu mengembangkan pendidikan Islamdengan cara memahami ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qurandan al-Hadits kemudian menghubungkan dengan kondisi kontemporer saat ini,dan model purifikasi, yaitu model yang bermuara pada pemurnian ilmupengetahuan agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Islam.
Kata kunci: manajemen konflik, TGH Munajib, pengembangan pendidikan Islam.
PrologPesantren merupakan sebuah sistem pendidikan Islam yang unik dan
khas di Indonesia, ia adalah institusi yang selalu hidup dan dinamis. Pesantren
yang selama ini dikenal tradisional, tertinggal, kurang tertata, kumuh dan
sebagainya, ternyata tidak selamanya benar. Karena terbukti, sampai saat ini
keberadaan pondok pesantren masih tetap diminati masyarakat dan tetap eksis
dari tahun ke tahun.
Sejarah pendidikan di Indonesia mencatat bahwa pondok pesantren
adalah bentuk lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Ada dua pendapat
mengenai awal berdirinya pondok pesantren di Indonesia, pendapat pertama
menyebutkan bahwa pondok pesantren di Indonesia berakar pada tradisi Islam
sendiri, dan pendapat kedua mengatakan bahwa sistem pendidikan model
pesantren adalah hasil kebudayaan Indonesia.2 Karena itu pesantren menjadi
sebuah institusi pendidikan yang unik dan luar biasa di Indonesia.
Sebagai lembaga pendidikan, pesantren telah eksis di tengah
masyarakat selama enam abad (mulai abad ke-15 hingga sekarang), dan sejak
awal berdirinya, ia menawarkan pendidikan kepada mereka yang masih buta
huruf. Pesantren pernah menjadi satu-satunya institusi pendidikan milik
masyarakat pribumi, yang memberikan kontribusi sangat besar dalam
membentuk masyarakat yang melek huruf (literlacy) dan melek budaya
(cultural literacy).3 Sebagai pendidikan agama, pesantren memilliki peran
multi fungsi, baik agen perubahan sosial, agen pemberdayaan ekonomi
2M. Darwam Raharjo, Pergulatan Dunia Pesantren Membangun Dari Bawah(Jakarta: LP3M, 1985), 268.
masyarakat maupun penjaga nilai moral. Keunikan inilah yang menyebabkan
pesantren tetap eksis.4
Pondok pesantren dengan berbagai harapan dan predikatnya, memiliki
tiga fungsi utama, yakni: pertama, sebagai pusat pengkaderan dan pencetak
pemikir-pemikir agama/’ulama (centre of excellence); kedua, sebagai lembaga
pencetak sumber daya manusia handal (human resources); dan ketiga, sebagai
lembaga yang memiliki kekuatan melakukan pemberdayaan pada masyarakat
(community empowerment).5
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan, bertujuan untuk
mengembangkan para santrinya ke arah yang lebih baik. Salah satu cara agar
tujuan tersebut dapat tercapai adalah dengan pelaksanaan manajemen yang
berkualitas. Manajemen pendidikan di pondok pesantren dipandang sebagai
suatu kebutuhan agar dapat tetap bertahan di tengah-tengah persaingan dan
globalisasi, serta sebagai landasan untuk perkembangan di masa yang akan
datang. Manajemen pendidikan memiliki peran penting agar pondok pesantren
dapat berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang telah di
tetapkan.
Suatu pandangan umum menyatakan bahwa manajemen adalah proses
mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem
total untuk menyelesaikan tujuan. Yang dimaksud sumber di sini mencakup
orang-orang, media, bahan-bahan, uang dan sarana. Semuanya itu diarahkan
dan dikoordinasikan agar terpusat dalam rangka menyelesaikan tujuan.6
Pondok pesantren memiliki aktivitas-aktivitas tertentu dalam rangka mencapai
tujuannya sebagai institusi pendidikan Islam. Untuk itu, pengetahuan
4Soemanto, “Pondok Pesantren Kyai Ageng Solo: Otoritas Keagamaan,Pemberdayaan Ekonomi, dan Pendidikan”, Edukasi, Jurnal Penelitian Pendidikan Agama danKeagamaan Vol. 10 No. 1. Januari-april 2012, 34.
5 Djuhardi AS, Pengembangan Ekonomi Pesantren: Kasus PP. Al-Kautsar TenayanRaya Pekan Baru Riau” Edukasi, Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan Vol.VII No. 1. Januari-maret 2009, 88.
6Sri Banun Muslim, “Kemampuan Manajerial Tuan Guru dalam MenyelenggarakanPengajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok Barat” JurnalPenelitian Keislaman vol. 5 No. 2, Juni 2009, 348.
4
manajemen pendidikan Islam akan mengangkat dan menerapkan prinsip-
prinsip dasar dan llmu yang ada di dalam al-Quran dan al-Hadits.7
Pondok Pesantren merupakan lembaga dengan komunitas tersendiri,
di dalamnya hidup besama-sama sejumlah orang yang dengan komitmen
hati dan keikhlasan atau kerelaan mengikat diri dengan kyai, tuan guru,
buya, ajengan, abu, atau nama yang lainnya, untuk hidup bersama
dengan standard moral tertentu, membentuk kultur atau budaya tersendiri.
Sebuah komunitas di Pondok Pesantren minimal memiliki kyai (tuan
guru, buya, ajengan, abu), masjid, asrama (pondok), pengajian kitab
kuning atau naskah salaf tentang Ilmu-Ilmu keIslaman. Dalam
perkembangan selanjutnya beberapa Pondok Pesantren menyelenggarakan
pendidikan jalur sekolah.8 Untuk itu, sebagai sebuah institusi pendidikan,
pondok pesantren rentan dengan konflik karena menjadi sebuah komunitas
yang kompleks, yang dihuni oleh berbagai elemen-elemen tersebut.
Timbulnya konflik tidak hanya datang dari luar, namun dapat pula
muncul dan berkembang secara internal di pesantren. Karena itu, dalam
mengatasi masalah yang berkembang, dibutuhkan strategi pemecahan masalah
agar dapat terselesaikan dengan baik. Dalam semua kasus konflik, manajer
pendidikan Islam harus seorang peserta terampil dalam dinamika konflik antar
perorangan. Manajer pendidikan yang bersangkutan harus mampu mengenal
situasi-situasi yan memiliki potensi terjadinya konflik. Maka sang manajer
(pimpinan) harus mampu mendiagnosis situasi yang ada dan melaksanakan
tindakan-tindakan melalui komunikasi-komuniasi, dengan demikian, tujuan-
tujuan organisasinya dapat terpenuhi sebaik mungkin.9
Manajemen konflik sudah sering dilakukan oleh pondok pesantren,
terutama pesantren-pesantren yang sudah maju. Hanya saja perilaku
manajemen konflik ini tidak disadarinya, atau mungkin mereka menggunakan
istilah lain yang digunakan. Manjamen konflik, selama ini lebih sering dipakai
7Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam (Konsep, strategi, dan Aplikasi)(Yogyakarta: Teras, 2009), 2.
8 Departemen Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah (Jakarta:Departemen Agama, 2003), 1-2.
9 Departemen Agama RI, Pondok Pesantren…, 206
5
oleh organisasi-organisasi kemasyarakatan ataupun lembaga pemerintah.
Sedangkan pondok pesantren masih jarang menggunakan istilah manajemen
konflik.
Pimpinan pondok pesantren yang dipegang kyai (tuan guru) memiliki
peran yang sangat penting dalam mengelola konflik, kemampuan
manajerialnya diperlukan untuk tidak hanya menekan atau memecahkan
semua konflik, tetapi mereka perlu memanaje sedemikian rupa, sehingga
aspek yang merugikan dapat diminimalisir dan aspek yang menguntungkan
dapat dikelola dengan baik.
Berdasarkan hal tersebut, salah satu tuan guru (kyai) yang mampu
mengelola konflik di pondok pesantren ialah TGH. Munajib Khalid. Ia
merupakan sosok pimpinan yang memiliki kemampuan untuk menjalin
komunikasi-komunikasi dalam mengelola konflik yang destruktif menjadi
konstruktik.
Tuan guru (Kiai) sebagai tokoh sentral sekaligus prasyarat sebuah
lembaga pendidikan Islam yang disebut pesantren, mengharuskan seorang
kyai (tuan guru) memiliki kedalaman ilmu agama dan ketinggian moral serta
akhlak yang mulia. Seiring dengan perkembangan Islam di Indonesia telah
melahirkan banyak ulama-ulama yang memiliki kemampuan tinggi dalam
menulis karya-karya Islam, baik berupa karya asli maupun terjemahan.
Begitu juga dengan Tuan Guru Haji Munajib Khalid, selain memiliki
kemampuan mengelola konflik, ia juga merupakan salah seorang kyai (Tuan
Guru) yang memiliki karya-karya Islam serta terjemahan kitab-kitab klasik
yang langsung ia tulis sendiri, seperti buku yang ia tulis dengan judul Islam
Agamaku Indonesia Kebangsaanku, buku Manasik Haji, Matan Marju al-
Shagir fi al-Ulumi al-tafs}ir, dan sebagainya .
Kharisma seorang tuan guru (kiai)), tidak hanya dirasakan di internal
pesantren saja, tetapi hampir diseluruh penjuru desa. Masyarakat
mendatanginya untuk meminta pendapat dan nasehat. Perkataannya seolah-
olah tidak terbantahkan sehingga hampir selalu dijadikan pedoman oleh
khalayak ramai. Mereka pun pada umumnya tidak terlalu mempersoalkan
6
mengenai apa dan bagaimana dasar pendapat kyai tersebut. Begitu besar
pengaruh seorang kyai sehingga setiap perilaku dan aktivitasnya pun dijadikan
standar nilai oleh masyarakatnya.10
Kepandaian dan pengetahuannya yang luas tentang Islam
menyebabkan tuan guru (kyai) selalu mempunyai pengikut, baik para
pendengar yang senantiasa menghadiri pengajian atau ceramahnya maupun
para santri yang tinggal di pondok sekitar rumahnya.11 Begitu juga seorang
Tuan Guru Munajib Khalid, memiliki pengetahuan yang luas tentang ilmu
agama serta tidak jarang ia mengaitkan antara ilmu agama dengan umum
ketika menyampaikan tausyiah ataupun mengisi majlis taklim.
Bermula dari posisi TGH Munajib Khalid yang saat ini menjadi ketua
yayasan di pondok pesantren Al-Halimy dan menjadi pimpinan di lembaga
pendidikan yang lain, tulisan ini mencoba menganalisi dan mencari formulasi
pertanggung jawaban (akuntabilitas) dari seorang tuan guru sebagai elit agama
dalam memanage konflik.
Metode PenelitianDilihat dari fokus dan ciri kajiannya penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif, pendekatan penelitian kualitatif adalah salah satu
pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan
berdasarkan konstruktivis atau pandangan advokasi partisipatori atau
keduanya.12 Adapun yang dimaksud penelitian kualitatif adalah dimana
peneliti dalam melakukan penelitiannya menggunakan teknik-teknik
observasi, wawancara atau interview, analisis isi dan metode pengumpulan
data lainnya untuk menyajikan respons-respons dan prilaku subyek. Dalam
penelitian kualitatif peneliti tidak cukup hanya mendeskripsikan data
tetapi ia harus memberikan penafsiran atau interpretasi dan pengkajian
10Abdul Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren: Studi TransformasiKepemimpinan Kyai dan Sistem Pendidikan Pesantren (Yogyakarta: PT. LKiS PrintingCemerlang, 2013), 71.
11Endang Turmudi, Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaan (Yogyakarta: LKiS,2003). 95.
12Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta:Rajawali Press, 2010), 280.
7
secara mendalam (verstehen) setiap kasus dan mengikuti perkembangan
kasus tersebut.13
Profil TGH. Munajib Khalid dan Pondok Pesantren Al-HalimyTGH. Munajib Khalid lahir di sebuah dusun kecil yang bernama
Kebon Rusak (dulu), Kebon Indah (sekarang) Desa Sesela Kecamatan
Gunungsari Kabupaten Lombok Barat. Ia lahir pada malam Jumat, 12 Rabi’ul
Awwal 1367 Hijriyah, bertepatan dengan tanggal 31 Desember 1960 Masehi.
Munajib lahir dari pasangan TGH. Muhammad Khalid dengan Darmasitara
binti TGH. Muhammad Saruji, yaitu putri pertama dari TGH. Abdul Halim
dengan istrinya Siti Aisyah. Munajib kecil dididik oleh orang tuanya dari
mempelajari huruf hijaiyah, sampai menamatkan Madrasah Tsanawiyah An-
Najah Sesela Tahun 1975. Munajib kemudian ikut ujian Madrasah Tsanawiyah
Negeri di Pondok Pesantren Al-Ishlahuddiny Kediri Lombok Barat.14
Munajib kecil pernah sekolah di SDN 1 Gunungsari selama 1 tahun
pada tahun 1967, kemudian pindah ke SDN 1 Sesela tahun 1967 sampai kelas
V tahun 1971. Karena ingin bercita-cita menjadi hamba Allah dan
memperdalam ilmu agama, ia kemudian pindah ke madrasah Ibtida’iyah An-
Najah untuk memulai mempelajari ajaran Islam dengan mengkaji kitab kuning
yang diajarkan langsung oleh Tuan Guru pada waktu itu.
Munajib kecil bukanlah anak yang jenius atau memiliki IQ yang
tinggi, tetapi karena keinginan yang kuat untuk mempelajari Islam, dan
istiqomah ketika nyantri di Pondok Pesantren Al-Ishlahuddiny, melalui
bimbingan langsung dari Syekhul Allamah TGH. Ibrahim Al-Khalidy, munajib
kecil mampu mengimbangi teman-temannya yang pada umumnya sangat
jenius. Hanya lima tahun nyantri di Pondok Pesantren Al-Ishlahuddiny sejak
tahun 1975 s/d 1980, Munajib kemudian pulang kampung karena ditunggu
oleh Madrasah Tsanawiyah An-Najah yang pada saat itu, hanya memiliki
pendidikan formal dengan jenjang Madrasah Ibtida’iyah dan Madrasah
Tsanawiyah dengan jumlah murid 37 orang. Sambil mengabdikan diri di
13Setyosari, Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: RajawaaliPress, 2010), 35.
14 Dokumentasi pribadi, dikutip pada tanggal 06 Desember 2014.
8
Madrasah An-Najah, Munajib mengambil kuliah di IAIN Mataram pada tahun
1980-1984.
Kuatnya kepercayaan, dan keteguhan dalam memegang amanah, serta
istiqomah dan pengaruh keilmuan yang dimiliki TGH. Munajib Khalid,
menjadi alasan dirinya dipercaya memegang amanah untuk menjadi Wakil
Ketua Dewan Suriyah Nahdhathul ‘Ulama NTB pada tahun 2012, ia juga
dipercaya menjadi Wakil Ketua MUI Lombok Barat 1999, Seksi Khidmah
FLSPP pondok pesantren berbasis agri bisnis, anggota majlis fatwa MUI NTB
2012 sampai sekarang, dan ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren
Berbasis Agribisnis NTB 2005.
Dari penelusuran peneliti di lapangan, TGH. Munajib Khalid
memiliki beberapa karya, baik karya sendiri atau pun terjemahan. Di
bawah ini beberapa karya TGH. Munajib Khalid, yaitu:
a.i.1. Tafsi>r da>rul kha>lidi> fi>
al-Tafsi>r al-Qura>n
a.i.2. Midra>ju al-s{agir fi> ‘ilmi
al-us}uli al-tafsi>r
a.i.3. Al-tafsi>ri fi> al-‘ilmu al-
us}u>li al-tafsi>r
a.i.4. Al-ana>shidu al-t{awilatu fi
‘ilmi al-nahwi> bi al-nazhmi al-t{awilati bi al-ijma>liyah