TUGAS WEBSITE BSE (BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK) Imam wardinanda 111100055 1
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Dan
Komputer STMIK Indonesia Padang
Padang
2014
DAFTAR ISI
SAMPUL.................................................
.......................................................
.........1
DAFTAR
ISI....................................................
.......................................................
2
PENGERTIAN
WEBSITE................................................
.....................................3
JENIS-JENIS SITUS WEBSITE
.......................................................
.....................3
Latar
Belakang...............................................
.......................................................
...4
2
Tujuan.................................................
.......................................................
..............7
Cara Pembelajaran dengan
BSE....................................................
..........................8
DAFTAR
GAMBAR.................................................
...............................................
1. Gambar 1.1Tampilan
Bse....................................................
.............................11
2. Gambar 1.2Buku
Bse....................................................
....................................11
3. Gambar 1.3 Kelas
Bse....................................................
....................................12
ALASAN MEMILIH/
Kesimpulan.............................................
..........................12
SUMBER.................................................
.......................................................
.......12
3
1.PENGERTIAN WEBSITE ATAU SITUS WEB
Secara makna sebuah WEBSITE adalah sekumpulan
halaman informasi yang disediakan melalui jalur
internet sehingga bisa diakses di seluruh dunia selama
terkoneksi dengan jaringan internet. Website merupakan
sebuah komponen yang terdiri dari teks, gambar, suara
animasi sehingga menjadi media informasi yang menarik
untuk dikunjungi oleh orang lain.
Nah dari makna itu, bisa kita fahami bahwa
definisi website secara sederhana adalah informasi apa
saja yang bisa di akses dengan menggunakan koneksi
jaringan internet.
2.JENIS-JENIS SITUS WEB (WEBSITE)
4
Secara umum, situs web digolongkan menjadi 3 jenis
yaitu: Website Statis, Website Dinamis, Website
Interaktif.
a.Website Statis
Dari kata statis atau " saja", KI sudah dapat kita
pahami tidak berubah. Mudah bukan? Tapi tentu tidak ada
salahnya jika kita juga ketahui makna sebenarnya dari
situs statid ini. Website Statis adalah web yang
mempunyai halaman tidak berubah. Artinya adalah untuk
melakukan perubahan pada suatu halaman dilakukan secara
manual dengan mengedit code yang menjadi struktur dari
situs itu.
b. Website Dinamis
Website Dinamis merupakan website yang secara
struktur diperuntukan untuk update sesering mungkin.
Biasanya selain utama yang bisa diakses oleh user pada
umumnya, juga disediakan halaman backend untuk mengedit
kontent dari website. Contoh umum mengenai website
dinamis adalah web berita atau web portal yang
didalamnya terdapat fasilitas berita, polling dan
sebagainya.
c. Website Interaktif
5
Website Interaktif adalah web yang saat ini memang
sedang booming. Salah satu contoh website interaktif
adalah blog dan forum. Di website ini user bisa
berinteraksi dan beradu argument mengenai apa yang
menjadi pemikiran mereka. Biasanya website seperti
memiliki moderator untuk mengatur supaya topik yang
diperbincangkan tidak melenceng dari alur pembicaraan.
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu sumber belajar, buku
pelajaran merupakan komponen yang sangat penting
di dalam keseluruhan sistem pembelajaran, dalam
rangka pencapaian tujuan pendidikan. Untuk itu
pada waktu yang lalu Departemen Pendidikan
Nasional sebagai lembaga yang bertanggung jawab
dalam masalah pendidikan di Indonesia menerbitkan
buku-buku paket pelajaran sebagai pendukung
pelaksanaan pembelajaran pada setiap periode
kurikulum.
Dalam wujudnya sebagai buku paket tercetak,
ternyata banyak kelemahan yang muncul sebagai
akibat proses penerbitan buku-buku tersebut.
Meskipun harus tetap kita akui bahwa buku-buku
tersebut juga telah banyak memberikan manfaat
dengan menghasilkan banyak orang-orang pandai di
negeri ini.
6
Beberapa kekurangan yang timbul ketika buku-
buku tersebut dibuat dalam bentuk tercetak antara
lain:
1. Waktu yang relatif lebih lama.
Setelah buku-buku yang dimaksud telah
ditentukan, masih ada sekian banyak kegiatan
yang harus diselesaikan dan memakan waktu yang
lama supaya buku-buku tersebut sampai ke tangan
pelajar di seluruh Indonesia, seperti mengubah
ke dalam bentuk master printing untuk keperluan
pencetakan, proses pencetakan, menyusun kedalam
bentuk buku, mendistribusikan buku-buku
tersebut ke seluruh wilayah Indonesia.
2. Masa berlaku yang relatif singkat.
Oleh karena waktu yang lebih lama, juga
(sepertinya) ada ‘budaya’ ganti kurikulum
setiap terjadi pergantian menteri pendidikan,
mengakibatkan banyak buku-buku yang terlanjur
‘usang’ meski baru saja digunakan selama satu
atau dua tahun pelajaran. Bahkan seringkali
masih terdapat timbunan buku pelajaran di
kantor-kantor Diknas yang belum terkirim dan
akhirnya terpaksa tidak dikirim karena sudah
tidak lagi sesuai dengan kurikulum. Lebih
menyedihkan lagi ketika ditemukan banyak buku
pelajaran milik Departmen Pendidikan yang
7
dijual di pasar buku bekas meskipun buku-buku
tersebut sudah dilengkapi peringatan untuk
tidak diperdagangkan.
3. Biaya produksi dan distribusi yang lebih mahal.
4. Tidak terdapat banyak pilihan sumber buku
belajar. Rata-rata untuk setiap mata pelajaran
hanya disediakan satu paket buku pelajaran. Hal
ini akan berakibat pada kurang luasnya
pemahaman konsep pada siswa maupun guru tentang
materi pelajaran. Bahkan sepertinya ada
perbedaan perhatian, khususnya pada mata
pelajaran muatan lokal, olahraga, maupun
kesenian dan keterampilan, di mana Departemen
Pendidikan jarang menerbitkan buku-buku
pendukung sebagai sumber belajar untuk mata
pelajaran tersebut.
5. Materi yang kurang jelas dan menarik.
Buku-buku materi pelajaran milik Departemen
Pendidikan sebagian besar dicetak dalam bentuk
hitam putih. Sedangkan materi pelajaran
tertentu, seperti IPA Biologi, Fisika, Kimia,
atau IPS Geografi dan semacamnya, akan lebih
jelas dan mudah dimengerti jika dicetak
berwarna. Selain dari pada itu, khususnya untuk
siswa di sekolah dasar, buku-buku pelajaran
yang dicetak berwarna akan lebih menarik
8
perhatian dan minat belajar dibandingkan dengan
buku-buku pelajaran yang dicetak hitam putih.
Buku merupakan salah satu sarana penting dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu
permasalahan perbukuan dalam era otonomi daerah
dewasa ini adalah ketersediaan buku yang memenuhi
standar nasional pendidikan dengan harga murah
yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Untuk
mengatasi hal tersebut, Departemen Pendidikan
Nasional telah membeli hak cipta buku teks
pelajaran dari penulis/penerbit. Selanjutnya buku-
buku tersebut disajikan dalam bentuk buku
elektronik(ebook) dengan nama Buku Sekolah
Elektronik (BSE).
Dengan semakin majunya perkembangan teknologi
informasi sekarang ini, adalah sebuah kebijakan
yang tepat jika Departemen Pendidikan Nasional
mewujudkan buku-buku paket pelajaran sekolah dalam
bentuk elektronik (ebook). Tidak lagi dibutuhkan
waktu yang lama untuk menerbitkan buku-buku
tersebut, masa berlaku yang relatif lebih lama,
biaya produksi lebih murah, sumber buku pelajaran
yang banyak dan bervariasi (meskipun sampai saat
ini belum ada BSE untuk mata pelajaran yang kurang
mendapat perhatian seperti tersebut di atas),
serta bentuk yang lebih jelas dan menarik.
9
BSE juga memiliki keunggulan dari segi isi
materi maupun keragaman penulis. Bahkan ada
beberapa mata pelajaran yang disediakan lebih dari
sembilan buku BSE untuk masing-masing pelajaran
yang berasal dari tim penyusun yang berbeda. Hal
ini tentunya akan sangat membantu dalam rangka
memperkaya penguasaan konsep pada mata pelajaran
yang bersangkutan. BSE juga tidak terikat dengan
pembatasan jumlah halaman buku karena mereka sudah
dapat dipelajari meskipun secara elektronik, baik
secara online maupun setelah buku-buku tersebut
diunduh.
Dalam bentuknya sebagai buku elektronik, buku-
buku BSE dapat diakses melalui internet secara
gratis. Hal ini memungkinkan bahwa BSE dapat
dibaca tanpa dibatasi oleh ruang maupun waktu.
Beberapa pengguna BSE yang kreatif sekarang ini
bahkan ikut menyebarluaskan buku BSE dalam bentuk
cakram CD. Tentunya hal ini sangat membantu pada
sekolah-sekolah yang belum terjangkau jaringan
internet atau belum mampu mengunduh sendiri.
Buku Sekolah Elektronik, disebut juga BSE,
adalah inisiatif dari Departemen Pendidikan
Nasional Indonesia yang bertujuan untuk
menyediakan buku ajar elektronik untuk tingkat
pendidikan dari SD, SMP, SMA dan SMK. Sejak
10
diresmikannya penggunaan BSE pada sekitar bulan
Agustus 2008 hingga November 2008, dengan tidak
melupakan bagaimana rumit dan sulitnya – seperti
juga banyak dikeluhkan oleh pengunduh BSE baik
yang dimuat di media cetak maupun yang berkomentar
secara elektronik di internet – dan beberapa
perubahan perbaikan pelayanan di
http://bse.depdiknas.go.id, telah tersedia
sekitar 395 judul buku yang terdiri dari 95 judul
buku untuk SD, 72 judul buku untuk SMP, 24 judul
buku untuk SMA dan 204 judul buku untuk SMK.
Namun sangat disayangkan, ternyata komposisi buku
BSE masih belum memperhatikan jenis-jenis mata
pelajaran sebagaimana terdapat dalam kurikulum,
khususnya buku SD/MI dan SMP/MTs. Dari sekian
judul buku SD/MI dan SMP/MTs yang siap diunduh
tidak ada yang membahas tentang pelajaran
ketrampilan, kesenian, olahraga dan kesehatan.
Sedangkan berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa
mata pelajaran tersebut merupakan bagian dari
paket mata pelajaran yang harus diajarkan
tingkatan satuan pendidikan dasar dan menengah
dalam rangka mencapai kompetensi lulusan minimal.
11
Bahkan mata pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) sebagai buku materi pelajaran di
SMU baru diluncurkan kemudian. Belakangan
menyusul, atas inisiatif bersama Ristek,
Depkominfo dan Diknas, bertambah lagi satu koleksi
BSE yaitu BSE TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi) untuk tingkat SMU.]
Departemen Pendidikan Nasional sebagai pihak
yang telah membeli hak cipta penulis buku BSE
memberikan kebebasan kepada pengguna BSE untuk
menggunakan atau menjual isi buku BSE baik secara
elektronik maupun dalam bentuk tercetak. Akan
tetapi belum banyak pengusaha yang memberikan
penawaran untuk mencetak buku-buku BSE, khususnya
buku BSE SD/MI maupun SMP/MTs. Kalau pun ada
penawaran pencetakan buku BSE belum memuat seluruh
buku BSE yang telah diterbitkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional, yaitu hanya satu buku
pelajaran UN untuk setiap tingkatan kelas.
Sedangkan pada kenyataannya BSE disusun oleh
beberapa tim penulis pada setiap mata
pelajarannya.
B. Tujuan
Depdiknas telah meluncurkan Buku Sekolah
Elektronik (BSE). Ada dua fasilitas yang
disediakan dalam website tersebut, yakni Download
12
dan Baca Online. Menurut Mendiknas, Bambang
Sudibyo, masyarakat luas dapat mengakses secara
gratis buku dalam bentuk elektronik atau ebook
melalui website Depdiknas. Guru, murid, pemerintah
daerah, ataupun pengusaha diperkenankan untuk
mengunduh, meng-copy, mencetak, menggandakan,
bahkan sampai memperdagangkannya. Buku yang
diterbitkan secara online tersebut, menurut
Mendiknas, merupakan buku-buku yang telah dibeli
hak ciptanya oleh Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) yang telah dinilai kelayakannya oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Pemerintah menargetkan untuk membeli sebanyak 200
hak cipta buku pada Agustus 2008.
Kemajuan bidang teknologi dan informasi saat
ini menuntut semua pihak yang berkaitan dengan
dunia pendidikan untuk mau mengubah pola
pembelajaran lama dengan pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi dan informasi secara
kreatif, inovatif, efektif dan efisien, namun
tetap menyenangkan. Dengan demikian diharapkan
akan dapat menghasilkan generasi yang cerdas,
terampil, dan tidak gagap teknologi.
Buku-buku yang diterbitkan dalam format BSE
adalah buku-buku yang sudah melalui uji kelayakan
oleh lembaga penjamin mutu pendidikan di Indonesia
13
yaitu BSNP. Dengan demikian dipastikan materi
pelajaran BSE juga mempunyai kesesuaian dengan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang juga
ditetapkan oleh BSNP. Bahkan dengan buku BSE yang
beragam tersebut diharapkan menghasilkan lulusan
yang mempunyai pandangan yang luas terhadap
konsep-konsep keilmuannya.
BSE juga menuntut para guru untuk tidak lagi
‘risih’ dengan teknologi informasi khususnya
komputer dan internet. Dengan BSE seharusnya guru
semakin bergairah untuk bergaul secara lebih dekat
dan bersemangat dalam mempelajari teknologi
informasi, karena hal tersebut akan sangat
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
pembelajaran dan profesionalisme.
Keragaman buku-buku BSE juga memungkinkan
berlangsungnya proses pembelajaran secara lebih
terbuka. Sebuah konsep pembelajaran tidak hanya
bersumber pada sebuah buku, melainkan ditunjang
oleh banyak literatur, sehingga guru tidak perlu
lagi ‘membanggakan’ buku pegangan yang dipakainya
bertahun-tahun untuk memaksakan konsep-konsep
pembelajarannya. Buku-buku BSE justru dapat
digunakan sebagai sumber motivasi dan informasi
dalam rangka menggali dan memperkaya keterampilan
mengajar karena di dalamnya memuat banyak
14
informasi tentang materi, metode, pendekatan, dan
strategi pembelajaran.
C. Bagaimanakah Pembelajaran dengan BSE?
Salah satu kelebihan buku BSE adalah proses
penyebaran informasinya yang lebih cepat
dibandingkan dengan bentuk buku tercetak. Tentunya
dengan memanfaatkan teknologi informasi yang telah
ada saat ini buku-buku BSE dapat dengan lebih
cepat sampai ke tangan guru maupun siswa di
seluruh Indonesia.
Banyak kalangan yang meragukan efektivitas BSE
baik yang mangangkat latar belakang ketersediaan
fasilitas telekomunikasi (telepon maupun internet,
mengingat sejak awal Departemen Pendidikan
Nasional memberikan petunjuk bahwa BSE dapat
diunduh lewat internet di sistus
http://bse.depdiknas.go.id.) Sedangkan dalam
kenyataannya BSE juga dapat disebarluaskan dalam
bentuk CD yang tentunya hal ini merupakan jalan
keluar untuk mengatasi belum adanya internet di
daerah pedesaan.
Sumber daya manusia yang belum menguasai IT
juga akan bisa menjadi kendala serius di dalam
pengadaan BSE ini. Survei kecil yang pernah
dilakukan Indosat menunjukkan dari 500 guru
anggota Klub Guru, 25 persen di antaranya sudah
15
melek IT.Belum siapnya sumber daya manusia (guru)
tentang teknologi komputer kususnya yang berkaitan
dengan penggunaan BSE juga menimbulkan keraguan
pada beberapa pihak bahwa BSE tidak akan dapat
segera berfungsi secara efektif. Akan tetapi BSE
yang sudah dibeli hak ciptanya oleh Departemen
Pendidikan Nasional membolehkan untuk diperbanyak
dalam bentuk data maupun tercetak tanpa harus
khawatir dituduh melakukan pembajakan.
Dalam BSE para penulis buku mempunyai
keleluasaan untuk menambahkan informasi yang
mendukung penjelasan tentang materi pelajarannya.
Informasi pendukung tersebut dapat berupa gambar,
foto, grafik, dan sebagainya yang bahkan dapat
ditampilkan dalam warna aslinya. Para penulis buku
BSE tidak lagi harus mempertimbangkan berapa
banyak halaman bukunya akan disusun seperti halnya
jika akan menulis buku dalam bentuk tercetak.
Dengan materi pelajaran yang lebih kaya tersebut
BSE diharapkan materi pelajaran akan dipahami
secara lebih dalam.
Kualitas buku sekolah elektronik (BSE) inipun
tidak diragukan. BSE telah dinilai oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah
dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran
berdasarkan Peraturan Mendiknas No. 34 Tahun 2008
16
tertanggal 10 Juli 2008 Tentang Penetapan Buku
Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat kelayakan
untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.
Dengan lebih banyaknya buku sumber dalam BSE
memungkinkan guru untuk lebih aktif dan kreatif
membuat kompilasi materi pelajaran dari berbagai
sumber sehingga menghasilkan komposisi materi
pelajaran yang lebih padat dan efektif. Hal ini
akan berbeda jika materi pelajaran hanya diambil
dari sedikit buku sumber. Selain itu berbagai
pendekatan, strategi, maupun metode pembelajaran
yang bervariasi juga akan muncul jika guru
mempunyai lebih banyak sumber belajar dalam proses
pembelajarannya.
Berikut ini penulis sampaikan beberapa hal
tentang bagaimana sebaiknya cara memanfaatkan BSE
sebagai sumber belajar.
1. Mengunduh BSE
a. Sekolah yang sudah mempunyai jaringan
internet dapat mengunduh sendiri secara
gratis dari http://bse.depdiknas.go.id maupun
dari server mirrornya.
b. Sekolah yang belum mempunyai jaringan
internet dan di daerah perkotaan dapat
menggunakan warnet untuk mengunduh BSE.
17
c. Sekolah juga dapat melakukan download BSE
dengan cara bergotong royong dalam hal
biayanya sehingga secara ekonomis lebih
efisien. Kegiatan ini bisa dilaksanakan oleh
lembaga-lembaga yang memiliki fasilitas dan
SDM yang memadai. Perusahaan telekomunikasi,
swasta, BUMN dan lembaga pendidikan ternama
dapat melaksanakannya sebagai bentuk
kepedulian sosial di bidang pendidikan.
d. Download BSE juga dapat memanfaatkan
teknologi GPRS yang memungkinkan dilakukan di
daerah Flores yang terpencil.
2. Distribusi untuk mensosialisasikan BSE
Setelah BSE diunduh (tidak hanya sekali, karena
Depdiknas sampai saat ini masih meng-update
koleksi buku-buku BSE-nya) BSE dapat
didistribusikan dalam dua bentuk: a) CD BSE –
atau dengan flashdisk – untuk sekolah, guru,
dan siswa yang mempunyai PC atau laptop untuk
membaca file PDF BSE. b) BSE printout untuk
sekolah, guru, dan siswa yang belum mempunyai
PC atau laptop untuk membaca BSE.
3. Pemanfaatan BSE
a. Sekolah membuat printout atau mengkopi
cetak buku-buku BSE untuk kemudian diserahkan
ke perpustakaan sekolah sehingga dapat
18
dipinjam, dibaca, atau digandakan baik oleh
guru maupun siswa.
b. Guru yang mempunyai PC atau laptop diberi
copy file buku BSE agar dapat mempelajari
sendiri di rumah. Mungkin dalam hal ini
diperlukan kerjasama dengan beberapa guru
lain yang sudah tahu tentang cara membuka
file PDF BSE. Dengan demikian guru mempunyai
kesempatan yang lebih luas untuk menyusun
materi pelajarannya secara lebih lengkap dari
beberapa buku sumber BSE.
c. Siswa yang mempunyai PC atau laptop juga
diberi copy file BSE untuk dipelajari
sendiri. Mungkin secara psikologis hal ini
lebih menguntungkan karena dalam mempelajari
buku-buku tersebut tidak terbebani dengan
buku yang tebal-tebal (rata-rata buku BSE
terdiri lebih dari 100 sampai 300 halaman).
d. Dalam keadaan yang sangat terbatas, guru
dapat juga membuat ‘ramuan’ materi pelajaran
dari beberapa buku BSE untuk dijadikan sebuah
buku sumber dalam bentuk cetak yang kemudian
dapat digandakan untuk kepentingan siswa.
Dalam hal ini diperlukan dukungan sekolah
dalam hal pembiayaan khususnya pada tahapan
awal proses pencetakan buku BSE. Selanjutnya
19
diserahkan kepada kemauan dan kreatifitas
guru untuk mewujudkannya menjadi sebuah
‘ramuan’ materi pelajaran.
e. Secara ekonomis proses mencetak sendiri
buku BSE lebih murah dibandingkan harga
eceran tertinggi yang ditetapkan pada masing-
masing buku (meskipun hanya sedikit
selisihnya). Akan tetapi ada kebebasan untuk
memilih dan menentukan buku BSE yang akan
dicetak, tentunya atas pertimbangan segi
materi pelajarannya dan bukan karena alasan
banyak sedikitnya halaman buku. Dapat pula
buku BSE hanya dicetak pada bagian materi
pelajarannya saja dan tidak termasuk bagian
tambahan seperti lampiran, daftar pustaka,
glosarium, daftar tabel, daftar gambar, index
sehingga dapat menghemat beberapa lembar
pencetakan.
20
Gambar 1.3 kelas BSE
Kesimpulan
1. BSE adalah buku yang ditinjau dari isinya
tidak perlu diragukan kualitasnya karena telah
lolos seleksi Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) sehingga layak digunakan sebagai sumber
belajar utama – bukan alternatif.
2. Proses mendapatkan atau menggandakan buku
BSE yang semakin mudah, baik yang berbentuk
data PDF maupun tercetak, bukanlah penghambat
untuk tidak dapat menggunakan BSE karena
keterbatasan sarana teknologi informasi.
3. Buku BSE yang terdiri dari banyak pilihan
memungkinkan dilaksanakannya pembelajaran yang
lebih dinamis dengan memanfaatkan banyak
informasi dan variasi strategi maupun metode
mengajar.
22
4. Belajar dengan BSE berarti membiasakan
bergaul dengan teknologi informasi yang pada
akhirnya diharapkan dapat melahirkan produk
pendidikan yang tidak gagap terhadap
perkembangan teknologi informasi.
5. Belajar dengan BSE adalah jawaban yang tepat
untuk mengatasi tuntutan buku-buku sumber
belajar yang murah, bermutu, dan bervariasi.
6. Website ini sangat bermanfaat bagi yang
membutuhkan terutama pelajar, seperti:
Sd,Smp,Sma dll.
7. Tampilan Website ini Simpel,tidak rumit untuk
digunakan bagi yang membutuhkan.
Daftar Pustaka
http://bse.depdiknas.go.id
http://id.wikipedia.org/wiki/
Buku_Sekolah_Elektronik
http://pakandri.blogspot.com/2008/11/menyikapi-
secara-arif-buku-sekolah.html
23