ANALISIS SOAL UJI KOMPETENSI BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) BIOLOGI SMA KELAS X BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: TONY ADAM ASADIN NIM. 11140161000015 PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021
57
Embed
ANALISIS SOAL UJI KOMPETENSI BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS SOAL UJI KOMPETENSI BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK
(BSE) BIOLOGI SMA KELAS X BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM
PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
TONY ADAM ASADIN
NIM. 11140161000015
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Analisis Soal Uji Kompetensi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi SMA Kelas X Berdasarkan Taksonomi Bloom pada Konsep Pencemaran Lingkungan disusun oleh TONY ADAM ASADIN, Nomor Induk Mahasiswa 11140161000015, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munqosah pada Tanggal 31 Mei 2021 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam Bidang Pendidikan Biologi.
Jakarta, 31 Mei 2021
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Prodi Biologi) Dr. Yanti Herlanti, M.Pd NIP. 19710119 200801 2 010 …………… ………………..
Penguji I Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd NIP. 19650115198703 1 020 17 Juni 2021
Penguji II Meiry Fadilah Noor, M.Si NIP. 19800516 200710 2 001 23 Juni 2021
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dr. Sururin, M. Ag NIP. 197103 19199803 2 001
Yanti Herlanti I
24 Juni 2021
i
ABSTRAK
Tony Adam Asadin (11140161000015), Analisis Soal Uji Kompetensi Buku
Sekolah Elektronik (BSE) Biologi SMA Kelas X Berdasarkan Taksonomi Bloom
pada Konsep Pencemaran Lingkungan, Skripsi, Program Studi Pendidikan
Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses kognitiif pada soal-soal uji
kompetensi biologi pada buku sekolah elektronik kelas X terbitan Pusat Kurikulum
dan Perbukuan pada materi pencemaran lingkungan. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
menggunakan 8 buku sekolah elektronik yang berbeda, yaitu buku A sampai buku H.
Penerbit buku yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu buku sekolah elektronik
(BSE) terbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan yang ada pada laman
online.Instrumen yang digunakan adalah lembar analisis dokumen dengan check-list.
Pedoman yang digunakan pada analisis soal adalah proses kognitif Taksonomi Bloom
revisi Anderson dan Krathwohl 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa soal uji
kompetensi biologi dalam buku A sampai H memuat 42,93% proses kognitif
Tabel 3.2 Format Penentuan Tingkat Kognitif Soal ............................................. 40
Tabel 4.1 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada
Buku A ................................................................................................. 45
Tabel 4.2 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada
Buku B ................................................................................................. 46
Tabel 4.3 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada
Buku C ................................................................................................. 47
Tabel 4.4 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada
Buku D ................................................................................................. 48
Tabel 4.5 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada
Buku E ................................................................................................. 49
Tabel 4.6 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada
Buku F .................................................................................................. 50
Tabel 4.7 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada
Buku G ................................................................................................. 51
Tabel 4.8 Kemunculan Tingkat Kognitif Dalam Soal Uji Kompetensi Pada
Buku H ................................................................................................. 52
Tabel 4.9 Jumlah Dan Presentase Proses Kognitif Untuk Seluruh Buku BSE ..... 53
Tabel 4.10 Diagram Presentase Kemunculan Aspek Kognitif Seluruh Buku ........ 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Abad 21 ini peserta didik di tuntut untuk mendapatkan pendidikan yang
maksimal, agar bisa bersaing di tingkat global. Pendidikan merupakan suatu tindakan
yang dilakukan secara terencana untuk mengembangkan potensi dan kepribadian
individu melalui kegiatan pengajaran serta interaksi individu dengan lingkungannya
untuk mencapai manusia seutuhnya.1 Pendidikan juga dapat dimaknai sebagai suatu
usaha sadar yang dilakukan secara sistematis dalam mewujudkan suasana belajar-
mengajar agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya.2 Pendidikan
diakui menjadi salah satu penentu untuk tumbuh kembangnya seseorang bahkan
menjadi penilaian berhasil atau tidaknya seseorang dalam kehidupannya.3
Pendidikan ditempuh untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Salah satu
bagian dari visi pendidikan nasional berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mengembangkan manusia
berkualitas yang mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.4 Dalam
Pasal 35 Ayat 1, dijelaskan lebih lanjut bahwa kualitas pendidikan nasional harus
ditingkatkan secara berencana dan berkala salah satunya agar dapat unggul dalam
kompetensi antarbangsa dalam peradaban dunia.5 Uraian-uraian tersebut
menunjukkan bahwa salah satu output dari sistem pendidikan nasional adalah
mencetak peserta didik yang mampu berkompetisi di tingkat global. Namun, visi
pendidikan tersebut belum sepenuhnya tercapai. Selain itu, tantangan di abad ke-21
1 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosadakarya, 2013), h. 39 2 Feri Noperman, “Pendidikan Sains dan Teknologi: Transformasi Sepanjang Masa untuk
Kemajuan Peradaban”, (Bengkulu: Universitas Bengkulu Press, 2020), h. 9 3 Amos Neolaka, “Isu-isu Kritis Pendidikan”, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019), h. 1 4Republik Indonesia, Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. (Jakarta: Sekretariat Negara, 2003) 5Ibid, RI 2003
2
ini menuntut peserta didik untuk mengembangkan keterampilan kompetitif yang
berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi (High Order
Thingking Skills).6
Hal ini selaras dengan hasil TIMSS tahun 2018 untuk bidang biologi
menunjukkan bahwa hanya 40% peserta didik SMA di Indonesia yang mampu
menjawab benar soal tipe reasoning, dimana rerata internasional untuk pertanyaan
tersebut adalah 78%.7 Selain itu, hasil PISA tahun 2018 juga menunjukkan dilihat
dari kemampuan IPA, peserta didik SMA di Indonesia sebagian besar masih berada
pada level 1. Tingkatan ini sekaligus memperlihatkan bahwa peserta didik masih
memiliki pengetahuan ilmiah yang terbatas dan hanya bisa diaplikasikan pada situasi
yang serupa bukan pada konteks yang berbeda. 8
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia berada
pada tingkatan rendah dalam kemampuan memahami informasi yang kompleks, teori,
analisis, pemecahan masalah, pemakaian alat, prosedur, dan melakukan investigasi
yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia belum
mampu unggul dalam kompetisi tingkat global.9 Oleh karena itu, faktor yang
menyebabkan masih belum mampunya peserta didik Indonesia dalam berkompetisi di
tingkat global seperti dari metode pembelajaran, sumber belajar, serta sarana-sarana
pembelajaran yang lain perlu di evaluasi lebih lanjut .
Pembelajaran sains merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan
kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Pembelajaran sains terdiri dari ilmu fisika, kimia, astronomi, geologi, dan
biologi.Pembelajaran sains mengacu pada masalah masalah alam.Produk sains berupa
prinsip, hukum, teori, kaidah merupakan hasil pengetahuan yang telah mengalami uji
6 Ismet Basuki dan Haryanto, Assesmen Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014), h. 177 7 Michael O, Martin, dkk., TIMSS 2011 International Results in Science, (United States:
TIMSS & PIRLS International Study Center, 2018), h. 2 8 OECD, PISA 2018 Results: What Students Know and Can Do-Student Performance in
Mathematics, Reading and Science, (PISA: OECD Pubishing, 2014), vol. 1 Revisied edition, h. 306 9 Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 33
3
kebenaran melalui metode ilmiah.Pembelajaran sains memberikan kesempatan untuk
mengembangkan rasa ingin tahu, berpikir logis, dan kreatif, dimana aspek tersebut
merupakan keterampilan dasar (generik) dalam mengembangkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi.
Proses kognitif yang merupakan dasar dari keterampilan berpikir tingkat
tinggi dapat dikembangkan melalui perangkat pembelajaran dan salah satu komponen
perangkat pembelajaran penunjang pendidikan adalah buku. Permendiknas No. 24
Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan
Umum menunjukkan bahwa sarana pendidikan misalnya buku dan sumber belajar
harus dipastikan telah memadai.10 Buku teks masih menjadi pilihan utama oleh
sebagian guru untuk dijadikan sebagai sumber dalam pembelajaran. Terdapat dua
alasan utama mengenai penggunaan buku teks oleh para guru, Pertama,
mengembangkan materi kelas sangat sulit dan berat bagi guru.Kedua, guru
mempunyai waktu yang terbatas untuk mengembangkan materi baru karena sifat
profesinya itu.11
Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui perangkat
pembelajaran. Salah satu komponen perangkat pembelajaran yang menjadi faktor
penunjang keberhasilan kualitas pembelajaran yaitu sumber belajar. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan
sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam
proses pembelajaran12. Sumber belajar dalam pembelajaran beraneka ragam meliputi
buku teks, internet ataupun sumber berupa lingkungan. Buku teks merupakan salah
satu sumber belajar yang lazim digunakan di sekolah.
10 Ketementerian Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tentang
Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum, (Jakarta: Kemendiknas, 2007),
No. 24 11 Hilal, dkk, “Analisis Isi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi Kelas XI Semester 1
Berdasarkan Literasi Sains”, (Jurnal Edusains, Vol. 7, 2015), h. 2 12 Presiden Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Presiden Republik Indonesia, 2003).
4
Begitu pentingnya peran buku dalam proses pembelajaran, Kementerian,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-ristek) menyediakan buku-buku
teks pelajaran yang telah dinilai kelayakan pakainya oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi
syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran.13 Buku-buku teks pelajaran
yang sudah dianggap layak dari Tim penilaian BSNP yang terdiri atas beberapa para
ahli di bidangnya tersebut, kemudian disebarkan ke sekolah-sekolah di seluruh
Indonesia dalam bentuk buku paket. Kemendikbud-ristek juga melakukan sebuah
inovasi untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang modern ini, dimana
Kemendikbud-ristek menyediakan buku paket dalam bentuk buku elektronik yang
dapat diunduh dengan mundah di website PUSKURBUK (Pusat Kurikulum dan
Perbukuan) tanpa memerlukan biaya dan biasa disebut dengan BSE (Buku Sekolah
Elektronik).
Melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 dan
Nomor 12 Tahun 2009, Buku Sekolah Elektronik (BSE) merupakan salah satu jenis
buku ajar elektronik yang telah dianggap layak untuk digunakan dalam proses
pembelajaran di Indonesia. Sama halnya dengan buku cetak, BSE juga berisi soal-
soal yang berkaitan dengan materi pembelajaran.Soal-soal ini berfungsi sebagai alat
untuk mengukur pemahaman peserta didik tentang materi pelajaran sehingga guru
sebagai pendidik nantinya dapat mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah
tercapai.
Hila menyatakan dalam jurnalnya, dari beberapa sekolah yang telah dilakukan
survei, masih banyak sekolah yang tidak menggunakan BSE sebagai buku acuan
utama bagi guru maupun para peserta didiknya, dikarenakan banyak guru yang
berpendapat bahwa buku BSE baik dari segi aspek isi/materi, aspek penyajian
maupun aspek bahasa dianggap kurang mendetail dan menarik dibandingkan buku
13 Ibid.,
5
teks yang ditawarkan para penerbit.14 Kurangnya minat penggunaan BSE tersebut
juga disebabkan karena sekolah-sekolah pada umumnya masih memiliki kendala pada
fasilitas komputer dan internet yang masih minim.Ditambah kurangnya pemerintah
dalam mensosialisasikan penggunaan BSE menyebabkan banyak sekolah termasuk
guru dan para peserta didik merasa kurang tertarik untuk menggunakannya.
Padahal sebelumnya sudah dijelaskan bahwa buku BSE yang telah diterbitkan
oleh Kemendikbud-ristek adalah buku yang telah lolos penilaian baik pada aspek
isi/materi, penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan.15 Dan tentunya dalam BSE tersebut
juga dilengkapi dengan soal soal latihan ataupun Uji kompetensi yang sudah
mencakup berbagai tingkat kognitif yang nantinya akan membantu peserta didik
dalam mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan keterampilan
generik sebagai dasarnya.
Napell menjelaskan bahwa salah satu dari enam prilaku pendidik yang dapat
menghambat proses belajar peserta didik adalah penggunaan soal-soal tingkat lower
order thinking pada instrument evaluasi pembelajaran, dan jika soal-soal yang
diberikan guru masih berfokus pada pertanyaan-pertanyaan di tingkat tersebut maka
pemikiran peserta didik juga akan terpaku pada tingkatan tersebut.16 Oleh karena itu,
penting untuk mengetahui apakah soal-soal yang ada dalam BSE sudah dapat
mengembangkan keterampilan High Order Thinking peserta didik dengan
menggunakan proses kognitif dan indikator Keterampilan Generik (dasar) Sains
sebagai acuannya.
Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis soal-soal yang ada di Buku
Sekolah Elektronik (BSE) di Indonesia, misalnya untuk BSE Fisika SMP (Barmoyo
dan Wasis),17 untuk BSE Matematika SMP (Giani), 18 yang menganalisis hingga
14 Hila Lailatul, Op.cit., h. 3 15 Ibid.,.. 16Napell, S.M, “Six Common non-facilitating Teaching Behaviors”, (Contemporary
Education, Vol. 47, No. 2,1976), h. 79-82 17Barmoyo, Wasis, “Analisis Soal dalam BSE, UN, dan TIMSS Ditinjau dari Domain
Kognitif dan Indikator Keterampian Berpikir Kritis”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 3, 2014),
h. 8-14
6
tingkat kognitif soal pada jenjang SMP saja. Namun , penelitian yang menganalisis
soal BSE Biologi tingkat SMA dalam proses kognitif nya masih sangat jarang
dilakukan.
Di masa pandemi seperti ini buku BSE sangat di petlukan untuk kegiatan
belajar peserta didik. Dimana pada masa pandemi covid 19 ini masyarakat takut
untuk beraktivitas di luar rumah. Buku sekolah elekronik menjadi pilihan banyak
peserta didik di masa pandemi seperti ini. Buku BSE sangat membantu peserta didik
di masa pandemic seperti ini, karena sekarang peserta didik di tuntut untuk memakai
fasilitas online di dalam pembelajaran. Maka di sini sangat penting untuk kita
mengetahui isi dari buku BSE tersebut. Apakah sudah memenuhi persyaratan berpikir
tingkat tinggi atau kah belum. Salah satu nya yaitu dengan mengetahui jenjang
kognitif nya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang analisis soal buku BSE (Buku Sekolah Elektronik) khususnya dalam proses
kognitif yang terdapat pada BSE di PUSKURBUK (Pusat Kurikulum dan
Perbukuan). Peneliti bertujuan untuk menganalisis soal-soal Uji Kompetensi pada
beberapa buku BSE Biologi (SMA) kelas X yang dibatasi pada materi pencemaran
lingkungan, Karena pada materi pencemaran lingkunan masih belum ada yang
meneliti secara mendalam pada materi khusus nya pencemaran lingkungan.
sedangkan peserta didik sering sekali menemukan masalah di lingkungan peserta
didik masing masing. Dan lingkungan lah yang tidak akan lepas dari kehidupan
peserta didik di mana pun peserta didik berada untuk kemudian itu peneliti dapat
menganalisis kemunculan soal-soal yang memiliki proses kognitif nya masing
masing, maka dari itu akan diadakan penelitian analisis soal dalam buku BSE yang
berjudul “Analisis Soal Uji Kompetensi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi
SMA Kelas X Berdasarkan Taksonomi Bloom pada Materi pencemaran
lingkungan”
18Giani, dkk, “Analisis Tingkat Kognitif Soal-soal Buku Teks Matematika Kelas VII
Berdasarkan Taksonomi Bloom, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 9, No. 20, 2015), h. 1-20
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Soal-soal yang disajikan dalam buku BSE belum diketahui tingkat kognitif nya
berdasarkan revisi terbaru Taksonomi Bloom
2. Peserta didik belum mendapatkan latihan soal yang mampu mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
3. Penelitian mengenai tingkat proses kognitif pada soal buku BSE belum banyak
dilakukan
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian merupakan upaya pencegahan
meluasnya masalah-masalah yang ditemukan. Adapun batasan masalah dalam
penelitian ini yang berjudul Analisis Soal Uji Kompetensi Buku Sekolah Elektronik
(BSE) Biologi SMA Kelas X Berdasarkan Taksonomi Bloom pada Materi
pencemaran lingkungan, yaitu:
1. Analisis yang dimaksud adalah menunjukkan seberapa tinggi tingkat proses
kognitif dalam soal biologi pada buku BSE Biologi SMA Kelas X.
2. Buku BSE yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 8 macam buku BSE
Kurikulum 2013 yang diterbitkan atau hak cipta dimiliki oleh PUSKURBUK
(Pusat Kurikulum dan Perbukuan)
3. Soal yang dianalisis yaitu soal uji kompetensi pada materi pencemaran
lingkungan dalam beberapa buku BSE terbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan
4. Konsep pencemaran lingkungan dipilih karena di materi ini peserta didik lebih di
tuntut untuk berpikir tingkat tinggi yaitu menganalisis.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana proses tingkat
kognitif soal uji kompetensi dalam buku BSE biologi berdasarkan Taksonomi Bloom
pada materi pencemaran lingkungan?”
8
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan tingkat kognitif soaluji
kompetensi dalam buku BSE biologi berdasarkan Taksonomi Bloom pada materi
pencemaran lingkungan , yang dapat terbagi sebagai berikut :
1. Mengetahui tingkatan proses kognitif yang muncul pada setiap soal uji
kompetensi dalam masing-masing buku BSE Biologi kelas X
2. Mengetahui komposisi presentase munculnya tingkatan proses kognitif per
kategori dalam semua buku BSE Biologi kelas X terbitan Pusat Kurikulum
dan Perbukuan.
F. Manfaat Penelitian
1. Hasil peneitian ini diharapkan dapat berguna bagi sekolah yaitu guru dan
penerbit sebagai dasar untuk pertimbangan dan pedoman dalam
penyempurnaan pemakaian selanjutnya
2. Menberikan informasi tentang banyaknya soal buku BSE yang memiliki
tingkat kognitif yang sesuai dengan kebutuhan kurikulum.
9
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Buku Teks
Buku teks merupakan bahan ajar yang disusun oleh pengarang
berdasarkan kurikulum yang berlaku.1 Pengertian buku teks dari beberapa ahli,
yaitu:menurut A.J. Loveridge merumuskan bahwa buku teks adalah buku sekolah
yang memuat bahan yang telah diseleksi mengenai bidang studi tertentu, dalam
bentuk bahan yang telah diseleksi mengenai bidang studi tertentu, dalam bentuk
tertulis yang memenuhi syarat tertentu dalam kegiatan belajar mengajar dan
disusun secara sistematis. 2 dan menurut Chambliss dan Calfee menjelaskan
bahwa buku teks sebagai alat bantu peserta didik dalam memahami hal-hal
tertentu. Buku teks dapat memengaruhi pengetahuan anak dan nilai-nilai
tertentu.3
Menurut Bacon juga menjelaskan bahwa buku teks adalah buku yang
dirancang untuk penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh
para pakar atau para ahli dalam bidang tersebut dan dilengkapi dengan sarana-
sarana pengajaran yang sesuai dan serasi..serta terdapatPeraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 11 Tahun 2005 menjelaskan bahwa buku teks adalah
buku wajib yang digunakan di sekolah memuat materi pembelajaran untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian,
kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan
1 Afif Rofi, Pengembangan Buku Teks Pembelajaran Berbasis Kontekstual dalam Materi
Proses Morfologis Bahasa Indonesia Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Batanghari Jambi, Jurnal Bahasa, Sastra dan
Pembelajaran, Vol. 2, No. 3, 2014, h. 2. 2 Masnur Muslich, “Text Book Writing”, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 50 3 Ibid., h. 51
10
kemampuan estetis, serta potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan
standar nasional pendidikan.4
Buku teks memiliki peranan yang amat penting. Greene dan Petty dalam
mengungkapkan beberapa fungsi buku, yaitu menjadi sumber pokok masalah
(subject matter) dari pembelajaran, buku juga menjadi sumber informasi
berkaitan keterampilan-keterampilan eksponensial yang tersusun rapih dan
bertahap, buku teks menjadi sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi peserta
didik, dan pada umumnya buku juga berfungsi sebagai bahan/saran evaluasi.5
Kelengkapan fasilitas dan variasi pembelajaran yang diberikan oleh buku
teks menjadi keunggulan buku teks disbanding bahan pembelajaran lainnya.
Buckingham dalam tarigan menulisakn kelebihan-kelebihan khas dari buku teks
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Dapat mempelajarinya sesuai dengan kecepatan masing-masing individu
b. Dapat mengulang atau meninjau kembali
c. Memiliki kemungkinan mengadakan pemeriksaan atau pengecekan terhadap
ingatan.
d. Memiliki kemudahan membuat catatan-catatan
e. Memiliki sarana-sarana visual sebagai penunjang pembelajaran seperti skema,
diagram, matriks, ilustrasi, gambar dan sebagainya. 6
Secara umum buku mengandung informasi tentang pikiran, gagasan, atau
pengetahuan untuk disampaikan kepada orang lain dengan menggunakan simbol-
simbol dalam bentuk huruf, gambar, atau bentuk lainnya. Isi buku teks pelajaran
merupakan penjabaran atau uraian dari materi pokok bahan belajar yang
ditetapkan dalam kurikulum. Buku teks pelajaran termasuk salah satu perangkat
4 Kementerian Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tentang Buku
Teks Pelajaran, (Jakarta: Kemendiknas, 2005), No. 11 5 Yusuf H. Adisenjana, “AnalisisBuku Ajar Biologi SMA KelasX di Kota Bandung
Berdasarkan Literasi Sains, (Bandung: UPI Bandung, 2008), h. 4. 6 Eva Banowati, Jurnal Geografi, Buku teks dalam pembelajaran geografi di kota Semarang,
(Semarang: UNNES), h. 148
11
pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan dari kurikulum. Oleh karena itu, buku
teks dapat dijadikan sebagai sumber belajar untuk meningkatkan dan meratakan
mutu pendidikan nasional.7
2. Buku Sekolah Elektronik (BSE)
Berbagai inovasi dilakukan pemerintah dalam upaya menjamin
ketersediaan buku teks pelajaran. Diantaranya pada tahun ajaran baru 2008
dilakukan terobosan dalam hal pengadaan buku pelajaran dari berbagai mata
pelajaran baik tingkat SD, SMP, SMA dan SMK lewat Buku Sekolah Elektronik
(BSE).8 Buku sekolah elektronik (BSE) merupakan salah satu buku ajar yang kini
banyak digunakan di berbagai sekolah di Indonesia. BSE telah dibeli hak ciptanya
oleh Kemendikbud-ristek, yang meliputi buku teks berbagai mata pelajaran mulai
dari tingkat dasar hingga tingkat lanjut dalam bentuk digital dan dapat dicetak.9
Buku elektronik (e-book) adalah sebuah buku dalam bentuk
digital/elektronik. Untuk membuka dan membacanya pun diperlukan perangkat
elektronik, yaitu komputer. Buku elektronik memiliki bentuk yang lebih kecil dari
buku cetak. Penyediaan BSE yang bervariasi untuk setiap jenjang pendidikan oleh
Kemendikbud disambut baik oleh pihak sekolah di seluruh Indonesia dengan
menggunakan BSE sebagai referensi sumber belajar. Buku teks harus melalui
kualifikasi agar dapat diterima dan sesuai dengan standar atau tingkat kualitasnya
serta disesuaikan dengan pembelajar yang menggunakan.10
Buku elektronik memiliki kelebihan antara lain karena bentuknya yang
berupa file maka tidak membutuhkan tempat penyimpanan yang luas seperti
halnya buku teks konvensional. Selain itu, buku elektronik dapat diintegrasikan
7 A. Sahrul Asri, Telaah Buku teks Pegangan Guru dan Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas VII Berbasis Kurikulum 2013, Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No. 1, 2017, h. 74 8 Wijayanto, dkk., Pengembangan Buku Sekolah Elektronik (BSE) dilengkapi Media Evaluasi
Mandiri Siswa Berbasis Protable Document Format, Jurnal Informatika UPGRIS, Vol. 2, No. 2, 2016,
h. 84 9 Willy, dkk., Penerapan buku Sekolah Elektronik Berbasis Android dalam Materi Ajar
Besaran dan Satuan, Didaktikum Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, Vol. 17, No. 2, 2016, h. 1 10 Wijayanto, Loc.cit.,
12
gambar dan video sehingga lebih menarik.11 Pada umumnya sekolah kesulitan
pada fasilitas komputer dan internet yang masih terbatas. Selain itu kurang
optimalnya pemerintah dalam mensosialisasikan buku sekolah elektronik ke
daerah-daerah, sehingga banyak guru atau pihak sekolah kurang tertarik untuk
mengunduh maupun menggunakannya.12
3. Tes
a. Pengertian Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk
mengerjakannya tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya: jawaban yang
salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya.13
Menurut Sudjono, tes adalah alat yang digunakan dalam pengukuran dan
penilaian. Sedangkan menurut Sudjana, tes merupakan pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan untuk mendapatkan jawaban dalam bentuk lisan, tulisan, maupun
perbuatan.14
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa tes yang dimaksud dalam dunia
pendidikan adalah cara yang dapat digunakan dalam rangka pengukuran dan
penilaian dibidang pendidikan, dapat berupa tugas atau serangkaian tugas berupa
pertanyaan atau perintah yang harus dikerjakan, sehingga dapat dihasilkan nilai
yang menggambarkan tingkah laku atau prestasi seseorang dan dapat
dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh peserta tes lainnya.15
11 Anggara, dkk., Pemanfaatan Buku Sekolah Elektronik Sebagai Bahan Ajar Guru Program
Produktif Sekolah Menengah Kejuruan, Jurnal Teknologi dan Kejuruan, Vol. 35, No. 2, h. 164 12 Hila Lailatul, dkk, “Analisis Isi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi Kelas XI Semester
1 Berdasarkan Literasi Sains”, (Jurnal Edusains, Vol. 7, 2015), h. 3 13 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet.
2, h. 67. 14 Tarhadi, Kartono dan Yumiati, Penggunaan Tes Uraian Dibandingkan dengan Tes Pilihan
Ganda Terstruktur dan Tes Pilihan Ganda Biasa, Jurnal Pendidikan, Vol. 8, 2007, h. 102 15 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016) Cet. 15, h.
67
13
Ditinjau dari bentuk pertanyaan yang diberikan, tes hasil belajar yang
biasa dipergunakan oleh guru untuk menilai hasil belajar peserta didik di sekolah
dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1) Tes Objektif
Terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan cara memilih salah satu
alternative yang benar dari sejumlah jawaban yang tersedia atau dengan mengisi
jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau simbol.16 Sedangkan
menurut Harjanto, tes objektif adalah tes yang dibuat dengan sedemikian rupa
sehingga hasil tes tersebut dapat dinilai secara objektif, sehingga dinilai oleh
siapapun akan menghasilkan nilai yang sama. Tes Obyektif menuntun peserta
didik untuk memilih jawaban benar dari kemungkinan jawaban, jawaban singkat
dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna.17 Tes objektif
dibedakan menjadi lima golongan, yaitu bentuk benar salah (true-false test),
bentuk menjodohkan (matching test), bentuk melengkapi (completion test),
bentuk isian (fill in test), dan bentuk pilihan ganda (multiple choice item test).18
2) Tes Essay
Tes uraian atau essay adalah bentuk tes yang terdiri dari satu atau
beberapa pertanyaan yang menuntut jawaban berdasarkan pendapatnya sendiri.
Tes uraian ini sangat popular dikarenakan mudah ditulis dan cara terbaik untuk
mengungkapkan kemampuan mengorganisasi pikiran dan menyatakan
pengetahuan dengan lengkap. Secara umum tes uraian dapat menguraikan,
menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan
sejenisnya sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan bahasa
sendiri.19
16 Yanti Herlanti dan Nopithalia, Meneropong kualitas Soal Tes Buatan Guru Biologi MTs
Negeri Se-Jakarta Selatan, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 2, 2010, h. 179 17 M. Ilyas Ismail, “Assesmen dan Evaluasi Pembelajaran”, (Makassar: Cendekia Publisher,
2020), h. 82 18 Sudijono, Op.cit., h. 107 19 Tarhadi, Op.cit., 102-103
14
Tes uraian merupakan salah satu bentuk tes hasil belajar yang memiliki
karakteristik, diantaranya yaitu: pertama, merupakan bentuk pertanyaan yang
membutuhkan jawaban berupa uraian kalimat yang relative panjang. Kedua,
pertanyaan yang diberikan menuntut peserta tes untuk memberikan penjelasan,
komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan sebagainya. Ketiga,
jumlah butir soal biasanya lima sampai dengan sepuluh. Keempat, biasanya butir
soal tes tersebut diawali dengan kata-kata jelaskan, terangkan, uraikan, mengapa,
bagaimana, dan sebagainya.20
Soal uraian dibagi menjadi dua kelompok, yakni uraian bebas atau
terbuka dan uraian terbatas. Dikatakan sebagai uraian bebas karena soal tidak
menyangkut masalah yang spesifik, melainkan masalah yang menuntut jawaban
yang sangat terbuka. Contoh, uraikanlah peranan ilmu biologi dalam peningkatan
kesejahteraan umat manusia. Sedangkan uraian terbatas merupakan dari
permasalahan yang diajukan sangat spesifik, contoh: tuliskan deinisi mengenai
biologi.21
Seperti Tes objektif, tes essay juga mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing seperti berikut ini:
a. Kelebihan tes essay
1) Dapat mengukur kemampuan jenjang tinggi yang sukar diukur melalui tes
objektif.
2) Melatih peserta didik untuk menjawab dengan kata-kata sendiri.
3) Tidak memungkinkan terjadinya penebakan
4) Lebih mudah disusun
5) Mendorong peserta didik untuk lebih mengerti tentang suatu gagasan.
b. Kekurangan tes essay
1) Cakupan materi sangat terbatas
20 Sudijono, Op.cit., h. 100 21 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika dan Burhanudin, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: UIN Press, 2006), Cet. 11, h. 63-64
15
2) Menyulitkan untuk penentuan skor terhadap jawaban peserta didik.
3) Dipengaruhi unsure subjektif dalam penentuan skor.
4) Faktor-faktor yang tidak relevan mempengaruhi penentuan skor, misalnya
kualitas tulisan dan kemampuan berbahasa. 22
4. Kognitif
Kognitif berasal dari kata cognition, dalam arti yang luas,
cognition ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan.
Kognitif juga dapat diartikan dengan kemampuan belajar atau berpikir
yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru,
keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya, serta
keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal23.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan intelektual atau
kemampuan berpikir seperti kemampuan mengingat dan memecahkan
masalah24 Aspek kognitif berkaitan dengan aspek
pengetahuan,pemikiran, penalaran, pemecahan masalah dan sebagainya.
Bloom mengkategorikan dimensi proses kognitif, sebagai berikut:
a. Mengingat
Kemampuan mengingat adalah proses kognitif yang
menumbuhkan kemampuan untuk mengingat materi pelajaran. Proses
mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori
jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting sebagai bakal untuk
belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah karena pengetahuan
tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang lebih kompleks. Proses kategori
22 Ibid., h. 54 23 Khadijah, Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini, (Medan: Perdana Publishing, 2016), h.
31. 24 Tim Pengembangan MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012), h. 48
16
dalam kategori mengingat adalah mengenali dan mengingat kembali25.
Kemampuan mengingat dapat berupa mengingat sesuatu yang
khusus, misalnya mengetahui tentang terminologi atau istilah-istilah yang
dinyatakan dalam bentuk simbol tertentu baik verbal maupun nonverbal.
Kemampuan mengingat terhadap fakta-fakta, misalnya kemampuan
untuk mengingat deskripsi tentang suatu teori. Pengetahuan mengingat
fakta seperti ini sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan yang
lebih tinggi. Kemampuan mengingat tentang cara atau prosedur suatu
proses tertentu, misalnya kemampuan untuk mengurutkan langkah-
langkah tertentu26.
b. Memahami
Kemampuan memahami adalah proses kognitif untuk
menumbuhkan kemampuan transfer. Peserta didik dapat dikatakan
memahami jika mereka dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan
pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang
disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer.
Proses-proses kognitif dalam kategori memahami meliputi,
menafsirkan yang terjadi ketika peserta didik dapat mengubah informasi
dari satu bentuk ke bentuk lain; mencontohkan yang terjadi ketika peserta
didik memberikan contoh tentang konsep atau prinsip umum;
mengklasifikasikan terjadi ketika peserta didik tertentu (misalnya,
konsep atau prinsip); merangkum yang terjadi ketika peserta didik
mengemukakan satu kalimat yang merepresentasikan informasi yang
diterima atau mengabstraksi sebuah tema; menyimpulkan menyertakan
proses menemukan pola dalam sejumlah contoh; membandingkan
melibatkan proses mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau
25 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen, Terj. Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), h. 99- 103. 26 Tim Pengembangan MKDP, Op.cit., h. 49
17
lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi, seperti menentukan
bagaimana suatu peristiwa terkenal menyerupai peristiwa yang kurang
terkenal; menjelaskan yang berlangsung ketika peserta didik dapat
membuat dan menggunakan model sebab akibat dalam sebuah sistem.27
c. Mengaplikasikan
Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan
prosedur- prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau
menyelesaikan masalah. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses
kognitif yaitu mengeksekusi dan mengimplementasikan. Peserta didik
dapat dikatakan mengeksekusi, jika peserta didik sudah mengetahui
pengetahuan posedural yang harus digunakan. Biasanya menggunakan
pengetahuan prosedural hanya dengan berpikir sedikit. Peserta didik
harus memodifikasi apabila masalah yang dihadapi tidak dikenal, maka
peserta didik perlu memahami masalahnya dan solusi prosedur yang
tersedia.28
Kemampuan mengaplikasikan meliputi kemampuan penggunaan
suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus,
dalil, hukum, konsep, ide, dan sebagainya ke dalam situasi baru yang
konkret. Peserta didik dapat menguasai kemampuan mengaplikasikan
apabila didukung oleh kemampuan mengingat dan memahami fakta atau
konsep tertentu.29
d. Menganalisis
Proses kognitif menganalisis melibatkan proses memecahkan materi
menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan dan
struktur keseluruhannya. Kemampuan menganalisis meliputi kemampuan
menentukan potongan-potongan informasi yang relevan, menentukan
27 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Op.cit., h. 105-114. 28 Ibid., h. 116 29 Tim Pengembangan MKDP, Op.cit., h. 49-50.
18
cara-cara untuk menyusun potongan-potongan informasi tersebut, dan
menentukan tujuan dibalik informasi itu. Peserta didik diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk membedakan fakta dari
opini, menghubungkan kesimpulan dengan pernyataan-pernyataan
pendukung, menghubungkan ide-ide, menangkap asumsi- asumsi yang
tak dikatakan dalam perkataan, membedakan ide-ide pokok dari ide- ide
turunannya, menemukan bukti-bukti pendukung30.
e. Mengevaluasi
Proses kognitif mengevaluasi didefinisikan sebagai memuat
keputusan berdasarkan kriteria meliputi kualitas, efektivitas, efisiensi,
dan konsistensi. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif
memeriksa dan mengkritik31.Kemampuan evaluasi meliputi kemampuan
membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria
tertentu. Selain itu, untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagai
pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu, misalkan memberikan
keputusan bahwa sesuatu yang diamati itu baik atau buruk32
f. Menciptakan
Proses menciptakan terdiri atas proses menyusun elemen-elemen
menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Kemampuan
mencipta meliputi meminta peserta didik membuat produk baru dengan
mengorganisasi sejumlah bagian menjadi suatu pola atau struktur.
Proses-proses kognitif yang terlibat dalam mencipta umumnya sejalan
dengan pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya. Proses mencipta
merujuk pada tujuan pendidikan untuk menciptakan produk- produk yang
semua peserta didik dapat melakukannya seperti menyintesiskan
informasi atau materi untuk membuat sebuah keseluruhan yang baru,
30
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Op.cit., h. 120
31 Ibid., h. 125
32 Tim Pengembangan MKDP, Op.cit., h. 50
19
seperti dalam menulis, melukis, membangun, dan seterusnya
5 Taksonomi Bloom
Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang artinya
“untuk mengelompokkan” dan nomos yang berarti “aturan”. Taksonomi
dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki
(tingkatan) tertentu. Lebih tinggi posisi taksonomi maka bersifat lebih
umum sedangkan posisi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik.
Taksonomi terdiri dari kelompok (taksa) dan materi pelajaran yang
diurutkan menurut persamaan dan perbedaan, prinsip atau dasar klasifikasi
(hukum), misalnya, persamaan dan perbedaan dalam struktur, prilaku, dan
fungsi33.
Pada tahun lima puluhan, Benyamin S. Bloom mengajukan
pendapat mengenai klasifikasi tujuan-tujuan pendidikan yang disebut juga
taksonomi tujuan pendidikan. Berdasarkan klasifikasi tersebut, pengukuran
dapat lebih terarah sehingga evaluasi dapat dilakukan dengan lebih tepat34.
Taksonomi ini pada dasarnya adalah taksonomi tujuan pendidikan, yang
menggunakan pendekatan psikologik, yakni perubahan pada dimensi
psikologik apa yang terjadi pada peserta didik setelah memperoleh
pendidikan. Taksonomi ini dikenal secara popular dengan sebutan
Taksonomi Bloom‟s, karena nama pencetus ide ini adalah Banyamin S.