Page 1
21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan merupakan hal yang wajar terjadi pada seorang perempuan.
Kedua hal tersebut berperan penting dalam proses reproduksi guna mempertahankan
kelestarian spesies manusia. Meskipun merupakan suatu hal yang fisiologis, kehamilan
dan persalinan memiliki banyak resiko yang dapat membahayakan nyawa ibu dan
janinnya.
Seorang ibu ketika akan mendekati waktu kelahiran bayi perlu untuk mempersiapkan
segala sesuatunya sebaik mungkin. Persiapan yang perlu dilakukan adalah memilih
tempat bersalin yang memadai dan nyaman, dan memilih tenaga kesehatan yang akan
menolong proses bersalin. Tenaga kesehatan yang dianjurkan pemerintah dalam
menolong persalinan misalnya dukun beranak terlatih, bidan dan dokter. Permasalahan
ketersediaan tenaga kesehatan tersebut tidak menjadi masalah pada daerah kota atau desa
yang mudah terjangkau tetapi menjadi masalah bagi desa-desa yang terpencil atau
terisolir dimana tenaga penolong persalinan tidak memiliki pengetahuan persalinan yang
cukup baik dalam hal teknik persalinan maupun kebersihan proses persalinan. Pada masa
sekarang pemerintah mengusahakan seiring dengan semakin banyaknya lulusan tenaga
terlatih menyebarkan secara merata ke daerah-daerah terpencil para tenaga penolong
persalinan tersebut.
Angka kematian ibu di Indonesia pada saat persalinan tergolong tinggi diantara
negara berkembang.Hal ini sangat mengkhawatirkan karena angka kematian ibu adalah
satu parameter yang menunjukkan kualitas pelayanan kesehatan suatu negara.Hal ini
mengakibatkan pentingnya bagi seorang tenaga kesehatan khususnya dokter dalam
memandu suatu pimpinan persalinan.Seorang dokter dituntut memiliki kompetensi untuk
mendiagnosis dan melakukan tindakan penanganan suatu persalinan normal.
Dengan semakin berkembangnya ilmu kedokteran khususnya ilmu mengenai obstetri
dan ginekologi maka semakin berkembang pula teknik-teknik dalam persalinan untuk
mencegah kematian dan komplikasi akibat persalinan.
Page 2
21
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari persalinan ?
2. Apa penyebab-penyebab dari persalinan ?
3. bagaimana tanda-tanda dari persalinan ?
4. Bagaimana mekanisme dari persalinan / kala dalam persalinan ?
5. faktor apa saja yang mempengaruhi persalinan ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari persalinan
2. Mengetahui penyebab-penyebab dari persalinan
3. Mengetahui tanda-tanda dari persalinan
4. Mengetahui mekanisme dari persalinan
5. Mengetahui faktor-faktor dari persalinan
Page 3
21
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 PERSALINAN
2.1.1 PENGERTIAN PERSALINAN DAN PERSALINAN NORMAL
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir
(Saefuddin, AB.2002, Buku Acuan Pelayanan Maternal dan Neonatal,2002, hal:100).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang tejadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan pesentasi belakang kepala,
tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. Beberapa pengertian lain dari persalinan spontan
dengan tenaga ibu, persalinan buatan dengan bantuan, persalinan anjuran bila persalinan
terjadi tidak dengan sendirinya tetapi melalui pacuan.persalinan di katakan normal bila tidak
ada penyulit.
Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin , plasenta dan membran dari
dalam rahim melalui jalan lahir.
2.1.2 JENIS-JENIS PERSALINAN
1. Persalianan spontan
Ialah persalian yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan buatan
Ialah persalinan yang dibantu tenaga dari luar seperti : forsep , secsio caesaria, cavum
ekstarksi.
3. Persalianan anjuran
Ialah persalianan yang berlangsung setelah dilakukan suatu tindakan misalnya
pemecahan ketuban pemberian oxytocin.
Pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup di luar,
tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan.
Kadang-kadang persalinan tidak mulaidengan sendirinya tetapi baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin, atau prostaglandin.
Page 4
21
2.1.3 ETIOLOGI PERSALINAN
Sebab-sebab terjadinya Persalinan :
Sebab-sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas, yang ada hanyalah
merupakan teori-teori yang kompleks, perlu di ketahui bahwa ada dua hormon yang
dominan saat hamil.
1. Esterogen
a. Meningkatkan sensitivitas otot rahim
b. Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, serta rangsangan mekanis.
2. Progesteron
a. Menurunkan sensitivitas otot rahim
b. Menyulitkan penerimaan dari luar seperti rangsangan oksitosin , rangsangan
prostaglandin, serta rangsangan mekanis.
c. Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi
Teori penyebab persalinan :
1. Penurunan kadar Estrogen dan Progesteron
Hormon progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya hormon
estrogen meninggikan kerentanan otot-otot rahim.
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di
dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul
his.
2. Teori Oksitosin
Hormon oksitosin mempengaruhi kontraksi otot-otot rahim. Pada akhir kehamilan,
kadar oksitosin bertambah, sehingga uterus menjadi lebih sering berkontraksi.
3. Teori Distansia Rahim
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya teregang oleh
karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Demikian dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot
dan otot-otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh Janin
Hipofyse dan kelenjar suprarenal janin memegang peranan oleh karena pada
anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
Page 5
21
5. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, menjadi salah satu penyebab permulaan
persalinan.
6. Teori Plasenta menjadi tua
Menurut teori ini, plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen
dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan
menimbulkan kontraksi rahim.
7. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang serviks terdapat ganglion servikale (fleksus Frankenhauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, maka akan timbul
kontraksi.
8. Induksi Partus (Induction of Labour)
Partus juga dapat ditimbulkan dengan :
a. Gagang Laminaria : Beberapa laminaria diamsukkan ke dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang Fleksus Frankenhauser.
b. Amniotomi : Pemecahan ketuban
c. Oksitosin Drips : Pemberian Oksitosin melalui tetesan infus per menit
Dalam hal mengadakan induksi persalinan perlu diperhatikan bahwa serviks
sudah matang (serviks sudah pendek dan lembek) dan kanalis servikalis
terbuka utuk 1 jari.
2.1.4 TANDA-TANDA PERSALINAN
a. Tanda-tanda persalinan sudah dekat
Sebelum terjadi persalinan , bebrapa minggu sebelumnya wanita memasuki kala
pendahuluan, denga tanda-tanda sebagai berikut :
1. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida , terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk PAP. Pada multigravida , tanda ini tidak begitu
kelihatan.
Mulai menurunya bagian terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar 2 minggu
sebelum persalinan . bila bagian terbawah bayi telah turun, maka ibu akan merasa
tidak nyaman, selain nafas pendek pasa trimester ke 3, ketidak nyamanan di
sebabkan karena adanya tekanan bagian terbawah pada struktur daerah terbawah
pelvis. Secara spesifik akan mengalami hal berikut :
Page 6
21
a) Kandung kemih tertekan sedikit , menyebabkan peluang untuk melakukan
ekspansi berkurang , sehingga frekuensi berkemih meningkat.
b) Meningkatnya tekanan oleh sebagian sebagian janin pada saraf yang melewati
foramen obturator yang menuju kaki yang menyebabkan sering terjadinya
kram kaki.
c) Meningkatnya tekanan pada pembuluh darah vena menyebabkan terjadinya
udemakarena bagian terbesar dari janin menghambat darah yang kembali dari
bagian bawah tubuh.
2. Terjadinya HIS permulaan
Sifat HIS permulaan adalah sebagai berikut :
a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b) Datang tidak teratur
c) Tidak ada perubahan pada serviks
d) Durasi pendek
e) Tidak bertambah bila beraktifitas
3. Perut kelihatan lebih melebar, fundud uteri turun
4. Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin.
5. Serviks menjadi lembek, mula mendatar dan sekresinya bertambah, kadang
bercampur darah. Dengan mendekatnya persalinan maka srviks menjadi matang
dan lembut, serta terjadi obliterasi serviks dan kemungkina sedikit dilatasi.
b. Tanda dan gejala inpartu :
1. Timbulnay rasa sakit oleh adanya HIS yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan kecil pada
serviks sumbtan mukus yang berasal dari sekresi sevikal dari poliferase kelenjar
mukosa servikal pada awal kehamilan. Berperan sebagai brier protektif dan
menutup servikal selama kehamilan.bloody show adalah pengeluaran dari mukus.
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya . pemecahan membran yang
normal terjadi pada kala 1persalinan. Hal ini terjadi pada 12%wanita, dan lebih
dari 80% wanita akan memulai persalinan secara spontan dalam 24 jam.
4. Pada pemeriksaan dalam , serviks mendatar dan pembukaan telah ada. Berikut ini
adlah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks antara nulipara dan multipara.
a) Nulipara
Page 7
21
Biasanya sebelum persalinan , serviks menipis sekitar 50-60% dan penbukaan
sampai 1 cm dan dengan di mulainya persalian biasanya ibu nulipara
mengalami penipisan serviks 50-100%, kemudian mulai terjadi pembukaan.
b) Multipara
Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal persalina , tetapi
hanya membuka 1-2 cm, biasanya pada multipara serviks akan membuka
kemudian diteruskan dengan penipisan.
5. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit)
2.1.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN
1. Power : His dan tenaga mengedan
a. HIS
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir dari
kehamilan sebelum persalinan, sudah ada kontraksi rahim yang disebut his
pendahuluan atau his palsu, yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan
daripada kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini tidak teratur,
menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan paha, tidak menyebabkan nyeri
yang memencar dari pinggang ke perut seperti di persalinan, lama kontraksi
pendek, tidak bertambah kuat bila dibawa berjalan malahan sering berkurang,
tidak mempunyai pengaruh pada serviks. Sifat dari his persalinan berkebalikan
dari his pendahuluan. Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus
diperhatikan adalah :
Frekuensi his /Lamanya kontraksi : kontraksi berlangsung 45-75 detik
Kekuatan/ amplitudo his : menimbulkan naiknya tekanan intra utrerin sampai
35 mmHg
Aktivitas his
Lamanya kontraksi / durasi his : kontraksi berlangsung 45-75 detik
Datangnya his terjadi sering , teratur atau tidak.
Interval antara dua kontraksi : pada permulaan persalinan his timbul sekali
dalam 10 menit, dalam kala pengeluaran sekali dalam 2 menit
Menurut faalnya his persalinan dapat dibagi dalam :
His pendahuluan : his tidak kuat dan tidak teratur, menyebabkan bloody show
Page 8
21
His pembukaan : his yang menimbulkan pembukaan dari serviks
His pengeluaran : his yang mendorong anak keluar, biasanya disertai kekuatan
mengejan.
His pelepasan plasenta : his yang melepaskan plasenta
His pengiring : kontraksi lemah, masih sedikit nyeri , menyebabkan engecilan
rahim dalam beberapa jam atau hari.
b. Tenaga mengejan
Setelah pembukanan lengkap dan setelah ketuban pecah, tenaga yang
mendorong anak keluar selain his terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot
dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal. Tenaga
ini serupa dengan tenaga mengejan sewaktu kita BAB tetapi jauh lebih kuat lagi,
Rupanya sewaktu kepala sampai di dasar panggul, timbul suatu refleks yang
menyebabkan pasien menutup glotisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya
dan menekan diafragmanya ke bawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil
kalau pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim.
Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir. Tenaga mengejan ini juga
melahirkan plasenta setelah plasenta lepas dari dinding rahim.
2. Passage ( jalan lahir )
Jalan lahir di bagi atas :
1) Bagian keras : tulang tulang panggul
Tulang panggul tersusun atas empat tulang, dua tulang koksa sakrum dan
koksigis, dan introitus. Yang dihubungkan oleh tiga sendi . os oksa di bagi
menjadi os ilium os iskium, dan os pubis.
Tulang panggul di pisahkan pintu atas panggul menjadi dua bagian, yaitu panggul
palsu dan panggul sejati.
Pintu bawah panggul adalah batas bawah panggul sejati di liaht dari bawah
bentuknya lonjong , di bagian anterior di di batasi lengkung pubis, di bagian
lateral oleh tuberosits iskium dan di bagian posterior oleh ujung koksigis.
Bidang-bidang panggul :
Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menetukan kemajuan
persalinan, yaitu seberapa jauh penuruna kepala melalui pemeriksaan dalam /
vaginal toucher .
Bidang hodge terbagi empat antara lain sebagai berikut :
Page 9
21
1. Bidang hodge 1 : bidang setinggi pintu atas panggul yang di bentuk oleh
promomtorium , artikulaiso sakro iliaka sayap sakrum linea iniminata, ramus
superior os pubis tepi atas simfisis pubis.
2. Bidang hodge II : bidang setinggi pinggir bawah simfisis pubis, berimpit
dengan PAP.
3. Bidang hodge III : bidang setinggi spina ischiadica berhimpit dengan PAP
4. Bidng hodge IV : bidang setinggi ujung koksigis berhimpit dengan PAP.
Jenis panggul :
1. Ginekoid merupakan bentuk paling ideal berbentuk bulaat terdapat pada
sekitar45% wanita
2. Android : jenis panggul pria , berbentuk segitiga terdapat pada sekitar 12%
wanita.
3. Antropoid : berbentuk agak lonjong seperti telur, terdapat pada sekitar 35%
wanita.
4. Platipeloid : menyempit pada arah muka belakang (panggul pipih
2) Bagian lunak : uterus, otot dasar panggul dan perineum
1. Uterus
Saat kehamilan ,uterus dapat di bagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
1. Segmen atas uterus dan segmen bawah uterus
Sejak kehamilan yang lanjut,uterus dengan jelas terdiri dari dua bagian
ialah segmen atas rahim yang dibentuk oleh korpus dan segmen bawah
rahim yang terjadi dari isthmus uteri. Segmen atas memegang peranan
yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan
majunya persalinan. Sebaliknya segmen bawah rahim memegang peranan
pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan karena diregang.
2. Serviks uteri
Pada saat persalina karena adanya kontraksi uterus , maka serviks
mengalami penipisan dan pembukaan.
Pada primigravidab Pemukaan di dahuluai oleh pendaratan serviks,
sedangkan pada pada multigravida pembukaan serviks dapat terjadi
bersamaan dengan pendaratan.
2. otot dasar panggul
Page 10
21
otot dasar panggul terdiri atas otot oto dan ligamen yaitu dinding panggul
sebelah dalam dan menutupi panggul bawah, yang menutupi panggul bawah
membentuk dasar panggul yang di sebut pelvis.
3. Perineum
Perineum adalah jaringan yang terletak di sebelah distal difragma pelvis .
perineum mengandung sejumlah otot suoerfisial, sangat vaskuler dan berisi
jaringa lemak . saat persalian oto otot ini sering mengalami kerusakan ketika
janin di lahirkan.
3. Passenger : janin dan plasenta
1. Janin
Postur janin dalam rahim :
a. Habitus
Sikap. Yang dimaksud adalah letak bagian-bagian anak satu terhadap yang lain
Sikap anak yang fisiologis ialah :
o Badan anak dalam kyphose
o Kepala menekur, dagu dekat pada dada
o Lengan bersilang didepan dada
o Tungkai terlipat pada lipatan paha, dan lekuk lutut rapat pada badan.
b. Situs
Letak. Yang dimaksud adalah letak sumbu panjang anak terhadap sumbu panjang
Ibu. Letak memanjang ada 2 macam presentasi, ialah kalau kepala bayi menjadi
bagian terbawah disebut presentasi kepala, sedangkan kalau bokong disebut
presentasi bokong. Jika ukuran panjang anak melintang terhadap sunbu panjang
Ibu maka anak dikatakan dalam letak lintang. Jika sumbu panjang anak serong
terhadap sumbu panjang ibu maka anak dalam letak serong
c. Presentasi
Presentasi di gunakan untuk menentukan bagian janin yang ada di bawah.
d. Posisi
Posisi. yang dimaksud adalah letak salah satu bagian anak yang tertentu terhadap
dinding perut atau jalan lahir
2. Plasenta
Page 11
21
Oleh karena plasenta juga harus melalui jalan lahir , ia juga di anggap sebagai
penumpang yang menyertai janin . namun plasenta jarang menghambat proses
persalinan pada persalinan normal.
4. Psikologis
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar
terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau
memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan
yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi
hal yang nyata.
Personality meliputi :
Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
Pengalaman bayi sebelumnya
Kebiasaan adat
Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
Persalinan sebagai ancaman pada self-image
Medikasi persalinan
Nyeri persalinan dan kelahiran
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari
kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.
2.1.6 POSISI MENERAN/ POSISI PERSALINAN
Page 12
21
1. Posisi terlentang (supine):
dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya menekan aorta, vena
cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain sehingga menyebabkan suplai
darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu dapat pingsan dan bayi
mengalami fetal distress ataupun anoksia janin. Posisi ini juga menyebabkan waktu
persalinan menjadi lebih lama, besar kemungkinan terjadinya laserasi perineum dan
dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.
2. Posisi miring
Posisi ini mengahruskan ibu miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu kaki di angkat,
sedangkan kaki laonnya lurus. Posisi ini akrab di sebut dengan posisi lateral ,
umumnya di lakukan bila posisi bayi belum tepat.
Keuntungan :
Peredaran darah balik ibu menjadi lancar
Kontraksi uterus akan lebih lancar
Memudahkan bidan dalam menolong persalinan
Persalinan berlangsung lebih nyaman.
Kerugian :
Memerlukan bantuan untuk memegangi paha kanan atau kiri ibu.
3. Posisi jongkok
Posisi ini sudah di kenal sebagai posisi bersalin yang alami.
Keuntungan :
Memperluas rongga panggul
Proses persalinan lebih mudah
Page 13
21
Menggunkan gaya gravitasi
Mengurangi trauma pada perineum
Kerugian :
Berpeluang kepala bayi cidera
4. Posisi merangkak
Pada posisi ini ibu merebahkan badan dengan merangkak, kedua tangan menyanggah
tubuh, kedua kaki ditekuk dan di buka.
Keuntungan :
Posisi yang paling baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung
Dapat mengurangi rasa sakit
Mengurangi keluhan haemoroid
5. Posisi semi duduk
Posisi ini merupakan posisi yang paling umum di terapkan.
Keuntungan :
Memudahkan melahirkan kepala bayi
Membuat ibu nyaman
Jika merasa lelah, ibu bisa istirahat dengan mudah.
Page 14
21
Kerugianya :
Rongga panggul menjadi sempit
6. Posisi duduk
Pada posisi ini ibu duduk di atas bantal atau bersandar pada tubuh suami.
Keuntungannya :
Memanfaatkan gaya gravitasi
Memberi kesempatan untuk istirahat
Memudahkan melahirkan kepala
7. Posisi berdiri
Pada posisi ini ibu di sanggah oleh suami di belakangnya.
Keuntungannya :
Memenfaatkan gaya gravitasi
Memudahkan melahirkan kepala
Page 15
21
Memperbesar dorongan untuk meneran
Faktor yang harus di perhatikan dalam memilih posisi ini adalah keamanan,
kenyamanan dan bantuan medis.
2.1.7 KALA DALAM PERSALINAN
1. Kala I (Pembukaan)
Di mulai dari timbulnya his dan wanita mengeluarkan lendir yang bercampur darah
(blood show) sampai dengan pembukaan lengkap (10 cm), proses ini terbagi dalam 2
fase yaitu :
Fase Laten
Berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm.Dimulai sejak awal
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap.Pembukaan serviks kurang dari 4 cm. Biasanya berlangsung di
bawah hingga 8 jam.
Fase Aktif.
Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase, yaitu :
o Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 – 4 cm.
o Fase dilatasi maksimal: selama waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari 4-9 cm
o Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat lagi, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Page 16
21
Lamanya kala 1 untuk primigravida 12 jam, sedangkan untuk multigravida
lamanya 8 jam. Pada kala I his belum begitu kuat, yaitu 10 – 15 menit. Lambat laun
his bertambah kuat, intervalnya menjadi pendek, kontraksi menjadi lebih kuat dan
lebih lama.lendir bertambah banyak bercampur darah.
Dalam beberapa buku, proses membukanya serviks disebut dengan berbagai
istilah : melembek (softening), menipis (thinned out), oblitrasi (oblitrated), mendatar
dan tertarik ke atas (effaced and taken up) dan membuka (dilatation).
Perbedaan fase yang dilalui antara primigravida dan multigravida adalah
Primigravida Multigravida
Serviks mendatar (effacement) dulu
baru dilatasi
Berlangsung 13-14 jam
Serviks mendatar dan membuka bisa
bersamaan
Berlangsung 6-7 jam
2. Kala II (dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir)
Kala II persalinan adalah masa pembukaan lengkap sampai dengan lahirnya
bayi.disebut juga kala pengeluaran atau keluarnya bayi dari uterus melalui vagina.
Perubahan yang terjadi pada kala II :
Kontraksi uterus
Lebih kuat, amplitudo 40 – 60 mmhg.
Lebih lama, 50-60 detik untuk satu his.
Lebih sering, lebih dari 3 kali dalam 10 menit.
Fetus.
Penyaluran O2 pada plasenta akan berkurang, dapat menyebabkan :
Hipoksia
DJJ tidak teratur
Kepala masuk rongga panggul, dasar panggul tertekan, sehingga
timbul refleks mengedan.
Otot penyokong kala II
Page 17
21
Karena ibu mengedan, maka otot-otot pada dinding perut akan berkontraksi.
Mengedan optimal dilakukan dengan cara :
Paha ditarik dekat lutut
Badan fleksi
Dagu menyentuh dada
Gigi bertemu gigi
Tidak mengeluarkan suara
Dasar panggul / organ panggul :
Vagina menjadi lebih luas
Otot-otot dasar panggul meregang
Kandung kemih terdorong ke arah pubis
Uretra teregang
Rectum tertekan
Setiap his datang, maka akan timbul rasa ingin BAB, reflek mengedan, dan
kesakitan pada ibu. Pada kala II tanda-tanda vital perlu diperhatikan dan DJJ harus
selalu di observasi. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada
multivara rata-rata berlangsung selama 0,5 jam.
3. Kala III ( mulai dari bayi lahir sampai plasenta lahir).
Kala III berlangsung dari lahirnya bayi sampai dengan lahirnya plasenta secara
lengkap dari dinding uterus. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah
kelahiran bayi dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran
plasenta di sertai dengan pengeluaran darah.
Tanda-tanda pelepasan plasenta:
Uterus menjadi bundar
Semburan darah mendadak
Tali pusat bertambah panjang
Tingkat kelahiran plasenta :
Melepasnya plasenta dari tempat implantasi di dinding uterus.
Pengeluaaran plasenta dari cavum uteri.
Pelepasan dapat di mulai dari tengah (sentral, menurut Schultz).
Page 18
21
Dari pinggir plasenta ( Marginal,menurut Duncan).
Serentak dari tengah atau dari pinggir plasenta.
Umumnya pendarahan tidak melebihi 400 ml.
Untuk mengetahui pelepasan plasenta, dipakai beberapa prasat yaitu :
Prasat Kustner.
Tangan kanan meregang atau menarik sedikit tali pusat, tangan kiri menekan
simfisis, bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina berarti plasenta
telah lepas dari dinding uterus.
Perasat Strassman.
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, tangan kiri
mengetuk-ngetuk fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat, berarti tali
pusat belum lepas dari tempat implantasi. Bila tidak terasa getaran, berarti tali
pusat telah lepas dari tempat implantasi.
Prasat Klein.
Ibu disuruh meneran, bila tali pusat tampak turun ke bawah saat meneran
dihentikan maka plasenta telah lepas dari tempat implantasi.
Prasat Grede.
Dengan cara memijat uterus seperti memeras jeruk agar plasenta lepas dari
dinding uterus. Prasat ini hanya di gunakan dalam keadaan terpaksa.
4. Kala IV ( sampai dengan 2 jam setelah plasenta lahir)
Pemantauan terhadap tanda-tanda vital dan jumlah pendarahan harus di
lakukan pada 1-2 jam setelah plasenta lahir lengkap. Hal ini dimaksudkan agar
keadaan ibu post partum dapat terpantau dan bahaya akibat pendarahan dapat
dihindari.
Sebelum meninggalkan wanita postpartum, harus di perhatikan 7 pokok antara
lain :
1. Kontraksi uterus harus baik.
2. Tidak ada pendarahan dari vagina atau pendarahan-pendarahan dalam alat
genitalia lainnya.
3. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap.
4. Kandung kemih harus kosong.
5. Luka pada perineum telah terawat baik dan tidak ada hematoma.
Page 19
21
6. Bayi dalam keadaan baik.
7. Ibu dalam keadan baik, nadi, dan TD normal dan tidak ada keluhan sakit kepala.
2.1.8 MEKANISME PERSALINAN
1. Turunnya Kepala
Turunnya kapala dapat dibagi dalam :
Masuknya kepala dalam pintu atas panggul
Masuknya kepala pada pintu atas pangul pada primigravida terjadi pada bulan
terakhir kehamilan, tetapi pada multigravida baru terjadi pada permulaan
persalinan. Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul biasanya dengan
sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan.Kalau sutura sagitalis
terdapat di tengah – tengah jalan lahir, ialah tepat di antara symphysis dan
promontorium, maka dikatakan kepala dalam “ synclitismus “.Jika sutura
sagitalis agak ke depan mendekati symphysis atau agak ke belakang mendekati
promontorium, maka “ asynclitismus “.Jika sutura sagitalis mendekati
symphysis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan “
asynclitismus anterior “ dan Jika sutura sagitalis mendekati promontorium dan
os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang “ asynclitismus
posterior “
Majunya Kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi pada kala II, sedangkan pada
multigravida majunya kepala dan masuknya kepala terjadi bersamaan.Yang
menyebabkan majunya kepala ialah :
a. Tekanan cairan intrauterin
b. Tekanan langsung oleh fundus pada bokong
c. Kekuatan mengejan
d. Melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim.
2. Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga UUK lebih rendah dari
UUB. Keuntungan dari bertambahnya fleksi adalah bahwa ukuran kepala yang lebih
Page 20
21
kecil melewati jalan lahir : diameter suboccipito bregmatica (9,5 cm) menggantikan
suboccipito frontalis (11 cm).Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan
sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, cerviks, dinding
panggul atau dasar panggul
3. Putaran Paksi Dalam
Pemutaran dari bagian depan sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar
ke depan ke bawah symphysis. Putaran paksi adalah suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang
tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan
majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai ke Hodge III, terkadang
sampai kepala didasar panggul.
4. Ekstensi
Kepala harus melakukan ekstensi karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah ke depan dan atas untuk melaluinya. Pada kepala bekerja dua
kekuatan, yang satu mendesak kebawah dan yang lainnya disebabkan tahanan dasar
panggul yang menolaknya ke atas, maka lahirlah berturut – turut pada pinggir atas
perineum UUB, dahi, hidung, mulut, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
Subocciput yang menjadi pusat pemutaran disebut “ hypomochlion “.
5. Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak
untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischiadicum sepihak.
6. Expulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi
hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan
selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
Page 21
21
2.1.9 58 LANGKAH APN (ASUHAN PERSALINAN NORMAL)
Tujuan Asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,melalui upaya yang
terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).
Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa: Setiap intervensi yang di aplikasikan
dalam Asuhan Persalinan Normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat
tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan.
58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN) :
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
dan memasukkan alat suntik sekali pakai 2 ½ ml ke dalam wadah partus set
3. Memakai celemek plastik
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun danair
mengalir
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin
dan letakkan kembali kedalam wadah partus set
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan dari vulva
ke perineum
8. Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
dan membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5% .
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai, pastikan DJJ
dalam batas normal (120-160 x/menit)
Page 22
21
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, jongkok dan mengambil posisi nyaman, jika ibu
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk
bersih untuk mengeringkan bayi pada perut ibu
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putar paksi luar secara spontan
22. Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan
kepada ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan lembut gerakan kepala ke arah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
gerakan ke arah atas dan distal untuk melakukan bahu belakang
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dandan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri diantara lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
Page 23
21
Apakah bayi menangis kuat
Apakah bayi bernafas tanpa kesulitan?
Apakah bayi bergerak aktif?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering dan membiarkan bayi di atas perut ibu
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan t idak ada lagi bayi dalam uterus
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit pascapersalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara dua klem tersebut
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorsokranial. Jika plasenta t
idak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
Page 24
21
37. Melakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati.
Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan
kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan
masukkan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri anterolateral
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
Page 25
21
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pascapersalinan
50. Memeriksa kembali untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58. Melengkapi partograf
Page 26
21
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta
dan selaput janin dari tubuh ibu.
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2006).
3.2 SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini. Kami menyadari tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya , karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi
yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap agar para pembaca yang budiman bisa memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini
berguna bagi kami pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya
dan kedepannya lebih baik lagi.
Page 27
21
DAFTAR PUSTAKA
Saefuddin, AB.2002, Buku Acuan Pelayanan Maternal dan Neonatal,2002, hal 100
Rohani ,reni ,marisah, Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan , 2011, salemba medika ,
jakarta
Asri dwi, clervo cristine , Asuhan Persalinan Normal ,2010, Nuha medika , yogjakarta.
Cunningham, gant, Leveno, glistrep, hauth, wenstrom, Obstetri Williams edisi 10, penerbit
buku kedokteran EGC, jakarta.
Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR, Maternal & Neonatal Care,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002