BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGKehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau
280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm
ialah usia kehamilan antar 38 sampai 42 minggu dan ini merupakan
perode terjadinya persalian normal. Namun, sekitar 3,4-14% atau
rata-rata 10 % kehimlan berlangsung smapi 42 minggu atau lebih.
Angka ini bervariasi dari beberapa peneliti bergantung pada
kriteria yang dipakai.Kehamilan postterm terutama berpengaruh
terhadap janin meskipun hal ini masih banyak diperdebatkan.Dalam
kenyataannya, kehamilan postterm mempunyai pengaruh
terhadappengembangan janin sampai kematian janin. Ada janin yang
dalam masa kehamilan 42 minggu atau lebih berat badannya menigkat
terus, ada yang tidak bertambah, ada yang lahir dengan berat badan
kurang dari semestinya, atau meninggal dalam kandungan karena
kekurangan zat makanan dan oksigen. Kehamilan postterm mempunyai
hubungan erat dengan mortalitas, morbiditas perinatal ataupun
maksomia.Persalinan prematur merupakan penyebab utama yaitu 60-80%
morbiditas dan mortalitas neonatal di seluruh dunia.Indonesia
memiliki angka kejadian prematur sekitar 19% dan merupakan penyebab
utama kematian perinatal. Kelahiran di Indonesia diperkirakan
sebesar 5.000.000 orang per tahun, maka dapat diperhitungkan
kematian bayi 56/1000 KH, menjadi sekitar 280.000 per tahun yang
artinya sekitar 2,2-2,6 menit bayi meninggal. Penyebab kematian
tersebut antara lain asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%), BBLR
(15-20%), trauma persalinan (2-7%), dan cacat bawaan (1- 3%)
(3).Penyebab persalinan prematur yaitu iatrogenik (20%), infeksi
(30%), ketuban pecah dini saat preterm (20-25%), dan persalinan
preterm spontan (20-25%).Secara teoritis faktor risiko prematur
dibagi menjadi 4 faktor, yaitu faktor iatrogenik, faktor maternal,
faktor janin, dan faktor perilaku.Faktor iatrogenik merupakan
faktor dari kesehatan medis.Faktor maternal meliputi riwayat
prematur sebelumnya, umur ibu, paritas ibu, plasenta previa,
kelainan serviks (serviks inkompetensi), hidramnion, infeksi intra
amnion, hipertensi dan trauma.Faktor janin meliputi kehamilan
kembar (gemelli), janin mati (IUFD), dan cacat bawaan (kelainan
kongenital).Faktor perilaku meliputi ibu yang merokok dan minum
alcohol (3).Kelahiran premature terjadi setelah usia gestasi 20
minggu, tetapi sebelum awal minggu ke-37. Seluruh insiden.Kelahiran
prematur merupakan penyebab dua pertiga kematian bayi, separuh
kematian ini berkaitan dengan bayi berberat badan 1500 gram atau
kurang (3).
B. TUJUANTujuan dari pembuatan makalah ini, agar mahasiswa
dapat:1. Menjelaskan definisi postmatur, etiologi, patofisiologi
& patogenesis, tanda dan gejala pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan, komplikasi, prognosispostmatur dan prematur.2.
Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien deangan persalinan dan
kelahiran postmatur dan prematur.
C. RUMUSAN MASALAHAdapun rumusan masalah yang terdapat dalam
makalah ini, antara lain :1. Apa yang dimaksud dengan postmatur dan
prematur?2. Apa etiologi penyakit postmatur dan prematur?3.
Bagaimana patofisiologi & patogenesis untuk postmatur dan
prematur?4. Apa tanda dan gejala postmatur dan prematur?5. Apa saja
Pemeriksaan Diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui
postmatur dan premature?6. Apa saja penatalaksanaan pasien dengan
postmatur dan prematur?7. Bagaimana komplikasi dan prognosis
postmatur dan prematur?
BAB IIPEMBAHASAN
1. PREMATUR
A. Definisi Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai
setiap saat setelahawal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu
gestasi ke-37.Persalinan prematur merupakan persalinan yang terjadi
pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau
dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Masalah utama dalam
persalinan prematur adalah perawatan bayinya, semakin muda usia
kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitasnya (3).
B. EtiologiPenyebab sekitar 50% kelahiran prematur tidak
diketahui.Namun, sepertiga persalinan prematur terjadi setelah
ketuban pecah dini (PROM).Komplikasi kehamilan lain, yang
berhubungan dengan persalinan prematur, meliputi kehamilan
multijanin, hidramnion, serviks tidak kompeten, plasenta lepas
secara premature, dan infeksi tertentu (seperti polinefritis dan
korioamnionitis) (3).Faktor risiko persalinan dan kelahiran
prematur telah diidentifikasi dan beberapa kategori factor risiko
ini umumnya disepakati oleh petugas kesehatan professional.Kategori
ini terdiri dari risikodemografik, risiko medis, risiko kehamilan
saat ini dan risiko perilaku dan lingkungan (3).Iritabilitas uterus
dan kejadian yang merangsang kontraksi uterus, seperti aktivitas
seksual, defisiensi progesterone, ketidakadekuatan volume plasma,
dan infeksi tertentu, misalnya Chlamydia, bisa terlibat dalam
awitan persalinan prematur.Pengaruh factor-faktor risiko ini belum
dipahami dengan jelas (3).
C. PatofisiologiPersalinan preterm dapat diperkirakan dengan
mencari faktor resiko mayor atau minor. Faktor resiko minor ialah
penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan
lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10
batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus
pada trimester I lebih dari 2 kali.Faktor resiko mayor adalah
kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka
lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau
memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus
pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm
sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat
operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.Pasien tergolong resiko
tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau bila ada
2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya.
D. Manifestasi klinisManifestasi klinis adalah (4) :a. Kontraksi
uterus teratur 3 5 menit selama 45 detik dalam waktu sekurangnya 2
jam.b. Fase aktif meningkat, intensitas dan frekuensinya ketika
pasien beraktivitas.c. Terjadi tanda gejala mayor dan minord. Usia
kehamilan 20 37 minggue. Taksiran berat janin sesuai usia kehamilan
20 37 mingguf. Biasanya presentasi abnormal
E. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang adalah (1) :1.
Laboratorium Pemeriksaan kultur urine Pemeriksaan gas dan pH darah
janin Pemeriksaan darah tepi ibu: Jumlah lekosit C-reactive protein
. CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi akut dan
dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi
polisakarida somatik nonspesifik kuman Pneumococcus yang disebut
fraksi C. CRP dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1,
IL-6, TNF. 2. Amniosentesis Hitung lekosit Pewarnaan Gram: bakteri
(+) pasti amnionitis Kultur Kadar IL-1, IL-6 ( ) Kadar glukosa
cairan amnion,( ).3. Pemeriksaan ultrasonografi Oligohidramnion :
Goulk dkk. (1985) mendapati hubungan antara oligohidramnion dengan
korioamnionitis klinis antepartum. Vintzileos dkk. (1986) mendapati
hubungan antara oligohidramnion dengan koloni bakteri pada amnion.
Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks
< 3 cm (USG) , dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm.
Sonografi serviks transperineal lebih disukai karena dapat
menghindari manipulasi intravagina terutama pada kasus-kasus KPD
dan plasenta previa. Kardiotokografi : kesejahteraan janin,
frekuensi dan kekuatan kontraksi.
F. PenatalaksanaanPematangan paru janin (4).a. Pemberian
kortikosteroid. Terbukti menurunkan kejadian RDS (Respiratory
Distress Syndrome) bila diberikan pada umur kehamilan 28-34 minggu
dan 24 jam sebelum persalinan.b. Pemberian surfaktan. Hasilnya
sangat baik dalam menurunkan kematian, namun harganya sangat
mahal.Bila kontraksi rahim tidak dapat dihentikan dan persalinan
prematur tak dapat dicegah, pimpinan partus prematurus harus sebaik
mungkin. Tujuannya ialah untuk menghindarkan truma bagi janin yang
akan dilahirkan (4).a. Partus tidak boleh berlangsung terlalu lama,
tetapi sebaliknya jangan pula terlalu cepatb. Jangan memecahkan
ketuban sebelum pembukaan lengkapc. Buatlah episiotomi medialisd.
Jika persalinan harus diselesaikan, pilih forseps daripada
ekstraksi vakume. Jangan menggunakan narkosisf. Tali pusat secepat
mungkin digunting untuk menghindarkan ikterus neonatorum yang
beratBila tempat persalinan tidak mempunyai fasilitas untuk merawat
bayi prematur, ibu dengan risiko tinggi harus dirujuk sebelum
persalinan terjadi.Rahim ibu adalah inkubator yng terbaik (4).Ibu
hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm akibat
amnionitis dan yang mengalami gejala persalinan preterm membakat
harus ditangani seksama untuk meningkatkan keluaran neonatal
(1).Pada kasus-kasus amnionitis yang tidak mungkin ditangani
ekspektatif, harus dilakukan intervensi, yaitu dengan (1) :1.
Akselerasi pematangan fungsi paru Terapi glukokortikoid, misalnya
dengan betamethasone 12 mg im. 2 x selang 24 jam. Atau
dexamethasone 5 mg tiap 12 jam (im) sampai 4 dosis. Thyrotropin
releasing hormone 400 ug iv, akan meningkatkan kadar
tri-iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi surfaktan.
Suplemen inositol, karena inositol merupakan komponen membran
fosfolipid yang berperan dalam pembentukan surfaktan.2. Pemberian
antibiotikaMercer dan Arheart (1995) menunjukkan bahwa pemberian
antibiotika yang tepat dapat menurunkan angka kejadian
korioamnionitis dan sepsis neonatorum. Diberikan 2 gram ampicillin
(iv) tiap 6 jam sampai persalinan selesai (ACOG). Setelah itu
dilakukan deteksi dan penanganan terhadap faktor risiko persalinan
preterm, bila tidak ada kontra indikasi, diberi tokolitik.3.
Pemberian tokolitik Nifedipin 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum
40 mg/6 jam. Umumnya hanya diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3 x
10 mg. Golongan beta-mimetik SalbutamolPer infus: 20-50 g/menitPer
oral : 4 mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau : TerbutalinPer
infus: 10-15 g/menitSubkutan: 250 g setiap 6 jamPer oral : 5-7.5 mg
setiap 8 jam (maintenance) Efek samping :Hiperglikemia,
hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi miokardial, edema paru
Magnesium sulfat Parenteral :4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30
menit infus 2-4gr/jam (maintenance) Efek samping :Edema paru,
letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada ibu dan
bayi).Ritrodin (Yutopar) adalah obat -simpatomimetik pertama dan
merupakan satu-satunya obat yang disetujui FDA untuk digunakan di
Amerika Serikat.Obat ini digunakan untuk menghambat persalinan
prematur.Ritrodin bertindak sebagai reseptor adrenergik tipe II
yang menyebabkan relaksasi otot uterus, vasodilatasi,
bronkodilatasi, dan glikogenolisis otot. Penurunan kadar kalium
dalam serum menyebabkan aritmia. Dosis awal biasanya diberikan
secara intravena.Setelah kondisi wanita tersebut stabil, terapi
dilanjutkan secara intramuscular dan/atau oral.Dosis ini ditentukan
oleh petugas kesehatan dan berdasarkan respons wanita tersebut
terhadap medikasi (3).Kontraindikasi penggunaan ritrodin meliputi
penyakit maternal, yang meliputi penyakit kardiovaskular,
preeklamsia berat, perdarahan anterpartum berat, korioamnionitis,
dan hipertiroid. Kematian janin dan usia gestasi kurang dari 20
minggu, yang bisa dipastikan dengan scanning ultrasound, merupakan
dua kontraindikasi yang berhubungan dengan janin (3).Komplikasi
kardiopulmoner mungkin terjadi, oleh karena itu, pengkajian dan
pemantauan yang cermat merupakan hal yang penting.Akibat efek
kardiopulmoner yang mungkin timbul, elektrokardiogram dapat
diprogramkan sebelum terapi. Sebuah monitor jantung untuk ibu bisa
digunakan untuk mempertahankanpengkajian yang berkelanjutan untuk
takikardia dan aritmia (3).Obat lain yang diselidiki untuk
menangani persalinan prematur meliputi antagonis prostaglanding,
indometasin, agens antiinflamasi buakn-steroid (naproksen dan
salisilat). Meskipun obat-obatan ini efektif untuk merelaksasi
uterus, kekhawatiran tentang efek potensial pada janin dan
perdarahan membatasi penggunaannya (3).
G. KomplikasiPada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi
endometrium lebih sering terjadi mengakibatkan sepsis dan lambatnya
penyembuhan luka episiotomi. Bayi-bayi preterm memiliki risiko
infeksi neonatal lebih tinggi; Morales (1987) menyatakan bahwa bayi
yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki risiko
mortalitas 4 kali lebih besar, dan risiko distres pernafasan,
sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan
intraventrikuler 3 kali lebih besar (1).
H. Asuhan Keperawatan Pre MaturA. Pengkajian1. Masalah yang
berkaitan dengan ibu2. Bayi pada saat kelahirana. Umur kehamilan
biasanya antara 24-37 minggu.b. Rendahnya BB pada saat kelahiran,
SGA atau terlalu besar dibanding umur kehamilan. BB biasanya <
2500 gram.c. Kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak
ada.d. Kepala relatif lebih besar dibanding badan, 3 cm >
dibanding lebar dada.e. Kelainan fisik yang mungkin terlihat, nilai
apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang
parah, 4-6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal.- KardiovaskularDenyut
jantung rata-rata 120 sampai 160 x/mnt.
- Gastro intestinal1. Penonjolan abdomen, pengeluaran mekonium,
biasanya terjadi dalam waktu 12 jam.2. Reflek menelan dan mengisap
lemah.3. Ada atau tidak ada anus.4. Ketidaknormalan konginital
lain. - Integumen1) Kulit yang berwarna merah muda atau merah
kekuning-kuningan, sianosis atau campuran bermacam warna.2) Vernik
kaserosa sedikit, dengan rambut lanugo diseluruh tubuh.3) Kurus dan
kulit tampak transparan, halus dan mengkilap.4) Edema yang
menyeluruh atau di bagian tertentu yang terjadi pada saat
kelahiran.5) Kuku pendek belum melewati ujung jari.6) Rambut jarang
atau mungkin tidak ada sama sekali.7) Petekie atau ekimosis.
- Muskulo skeletal1. Tulang kartilago telingan belum tumbuh
dengan sempurna, lembut dan lunak.2. Tulang tengkorak dan rusuk
lunak.3. Gerakan lemah dan tidak aktif atau letargik.
- Neurologis1) Reflek dan gerakan TD tes neurologis tampak tidak
resisten, gerak reflek hanya berkembang sebagian.2) Menelan,
mengisap dan batuk sangat lemah atau tidak efektif.3) Tidak ada
atau menurunnya tanda neurologis: mata mungkin tertutup atau
mengatup apa bila umur kehamilan belum mencapai 25 sampai 26
minggu.4) Suhu tubuh tidak stabil, biasanya hipotermia, gemetar,
kejang dan mata berputar-putar. Biasanya bersifat sementara, tetapi
mungkin juga ini mengindikasikan adanya kelainan neurologis.
- ParuJumlah pernafasan biasanya antara 40-60 per menit
diselingi dengan periode apnea, pernafasan yang tidak teratur,
dengkuran, retraksi (intercostal, suprasternal, substernal)
terdengar suaran gemerisik.
-GinjalBerkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran, ketidakmampuan
untuk melarutkan ekskresi ke dalam urine.
-Reproduksi1.Bayi perempuan: klitoris yang menonjol dengan
labium mayora yang belum berkembang.2.Bayi laki-laki: Scrotum yang
belum berkembang sempurna dengan rugae yang kecil, testis tidak
turun kedalam skrotum.
B.Diagnosa KeperawatanDiagnosa yang mungkin muncul pada bayi
premature :1. Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan simpanan glikogen, zat besi dan kalsium yang
tidak cukup dan penipisan persedian karena metabolik yang tinggi,
tingginya kebutuhan, asupan kalori yang tidak mencukupi dan
hilangnya kalori.Tujuan : Meningkatan dan menjaga asupan kalori dan
status gizi bayi. Intervensi:a.Awasi reflek mengisap dan kemampuan
menelan bayi. Rasional : agar pernafasan terkendali dengan baik.b.
Awasi dan hitung kebutuhan kalori bayi. Rasional : agar kebutuhan
nutrisi bayi terpenuhi dengan baik.c.Mulai pemberian ASI atau susu
dengan botol 2-6 jam setelah kelahiran, mulai dengan 3-5 ml, setiap
pemberian dengan interval 3 jari, pemberian bisa ditambah bila bayi
menunjukkan toleransi yang baik. Rasional : Agar terpenuhinya
kebutuhan bayi.
d.Timbang bayi setiap hari, bandingkan berat badan dengan asupan
kalori yang diberikan. Rasional : Untuk menentukan jumlah asupan
yang tepat atau kebutuhan peningkatan asupan.e.Beri minum ASI
langsung ke ibunya jika reflek mengisap dan menelan kuat. Rasional
: agar kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi dengan baik.
2. Resiko tinggi gawat nafas yang berhubungan dengan ketidak
matangan paru karena kurang produksi surfactan.Tujuan: Menjaga dan
memaksimalkan fungsi paru.Intervensi:a. Kumpulkan data penilaian
yang berkaitan dengan kegawatan pernafasan: Riwayat ibu atas
penggunaan obat-obat atau kondisi tidak normal selama kehamilan dan
proses kelahiran. Kondisi bayi saat kelahiran, nilai apgar,
resusitasi (dilakukan atau tidak). Pernafasan: frekuensi,
kedalaman, kemudahan, takipnea, dengan frekuensi > 60 kali per
menit. Dengkuran ekspirasi, pernafasan cuping hidung atau retraksi
dengan penggunaan otot-otot eksesoris (interkostal, suprasternal,
atau substernal). Sianosis ketika menghirup udara kamar, penurunan
suara nafas. Rasional : untuk mencegah kegawatdarutan saat
bernafas
b.Waspada episode apnea yang berlangsung > 20 detikCatat
hal-hal: Letargi, posisi dan aktivitas sebelum dan sesudah periode
apnea (sambil tiduran atau menyuap), berbaring miring, telungkup
atau posisi terlentang, sumbatan jalan nafas disebabkan oleh masker
di atas hidung. Distensi abdomen. Suhu dan sianosis. Lamanya
periode apnea. Penyebab apnea, seperti: stress, demam, sepsis,
kegagalan pernafasan. Hasil hitung sel darah, kultur darah, sinar x
dada, dan kajian analisa gas darah jika ada.Rasional : untuk
mencegah apneac.Memberi dan memantau bantuan pernafasan sebagai
berikut: Berikan oksigen yang hangat dan sudah diatur
kelembabannya. Periksa oksigen setiap 1 jam. Rubah posisi setiap 1
jam Isap lendir dengan hati-hati dari mulut selama < 5 menit.
Jaga suhu lingkungan yang netral. Posisikan bayi tengkurap atau
terlentang dengan bantalan kecil di bawah bahu atau posisi
berbaring miring dengan kepala sedikit diangkat. Rangsang bayi
dengan cara tepukan lembut pada telapak kaki, tangan dan punggung,
kemudian tubuh, wajah, lengan dan tungkai.Rasional : Untuk membantu
proses respirasd. Pantau kajian analisa gas darah Rasional : untuk
mengetahui asidosis pernafasan dan metabolis.e.Persiapkan dan
lakukan terapi farmacologi, seperti teofilim IV, awasi tingkat
darah setiap sampai 2 hari Rasional : untuk deteksi adanya
keracunan.
3. Resiko tinggi hipotermi atau hipertermia yang berhubungan
dengan prematuritas atau perubahan suhu lingkungan. Tujuan :
Menjaga suhu lingkungan netral. Intervensi :a. Jaga temperatur
ruangan perawatan 250C.Rasional : untuk mencegah terjadinya
hipotermi atau hipertermib. Ukur suhu rectal bayi terlebih dahulu,
baru kemudian suhu axila setiap 2 jam atau setiap kali
diperlukan.Rasional : uintuk mengetahui keadaan bayi apakah
hipotermi atau hipertermic. Lakukan prosedur penghangatan setelah
bayi lahir.Rasional : untuk mencegah hipotermid. Tempatkan bayi di
bawah penghangatan radian warmar atau inkubator jika
diperlukan.Rasional : untuk mencegah hipotermie. Hindari
menempatkan bayi kontak dengan sumber panas atau sumber dingin,
hindari juga udara panas dan udara dingin, lakukan juga
perlindungan Rasional : untuk menjaga panas tubuh, seperti menjaga
agar kulit bayi tetap kering, dan menjaga agar kepala bayi
tertutup.
I. Prognosis Sebagian besar bayi yang meninggaldalam 28 hari
pertama mempunyai bobot yang kurang dari 2500 gram pada saat lahir.
Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi-bayi premature.
Gangguan respirasi menyebabkan 44% kematian yang terjadi pada umur
kurang dari 1 bulan. Jika berat bayi kurang dari 1000 gram, angka
kematian ini naik menjadi 74%. Karena lunaknya tulang tengkorak dan
immaturitas jaringan otak, bayi premature lebih rentan terhadap
kompresi kepala. Pada pusat pelayanan yang maju dengan fasilitas
yang optimal, bayi yang lahir dengan berat badan 2000-2500 gram
mempunyai harapan hidup lebih dari 97%, 1500-2000 gram lebih dari
90%, dan 1000-1500 gram sebesar 65-80%.
2. POSTMATUR
A. DefinisiKeadaan postmatur adalah keadaan kehamilan yang
berlangsung melebihi 42 minggu, dengan kata lain kehamilan
memanjang, kehamilan lewat bulan, kehamilan postterm, dan
pascamaturitas.Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi antepartum,
harus dibedakan dengan sindrom pasca maturitas, yang merupakan
kondisi neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru
lahir.Keakuratan dalam memperkirakan usia kehamilan meningkat pesat
sejak adanya USG yang makin banyak digunakan. Kisaran optimum
variasi lama gestasi pada manusia belum diketahui hingga kini, Dan
penetapan dua minggu melewati taksiran persalinan (TP) masih
berubah- ubah.Meskipun insidensi kehamilan lewat bulan relatif
rendah, beberapa studi menunjukkan bahwa sebagian besar induksi
yang dijadwalkan dengan indikasi kehamilan lewat bulan faktanya
kurang dari 42 minggu berdasarkan hitungan dengan USG.Akibatnya
induksi yang menjadi bersifat relatif.
B. EtiologiEtiologinya masih belum pasti. Faktor yang
dikemukakan adalah hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat
turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan
uterus terhadap oksitosin berkurang. Diduga adanya kadar kortisol
yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan
insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan
lewat waktu.Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42
minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari
menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga
spasme arteri spiralis plasenta.Akibatnya dapat terjadi gangguan
suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin
intrauterin.Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air
ketuban juga berkurang karena mulai terjadi
absorpsi.Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik
untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup
tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
C. Patofisiologi & PatogenesisBebebrapa teori yang diajukan
pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan postterm sebagai
akibat gangguaan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori
diajukan antara lain sebagai berikut.i. Pengaruh
progesteronePenurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya
merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu
proses biomolekular pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas
uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa
terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya
pengaruh progesterone.ii. Teori OksitosinPemakain oksitosin untuk
induksi persalinan pada kehamilan postterm member kesan atau
dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan
penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut
diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan possterm.iii.
Teori kortisol/ ACTH janin.Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai
pemberi tanda untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga
akibat peningkatan tiba-tiba kadaar kortisol plasma janin. Kortisol
janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh
terhadap peningkatan produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan
janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak
adanya kelenjar hipopisis pada janin akan menyebabkan kortisol
janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat
berlangsung lewat bulan.iv. Saraf uterusTekanan pada ganglion
servikalis dari pleksus frankenhauser akan membangkitkan kontraksi
uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini,
seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah
masih tinggi pada ke semuanya diduga sebagai penyebab terjadinya
kehamilan post matur.v. HerediterBeberapa penulis menyatakan bahwa
seorang ibu yang mengalami kehamilan post matur mempunyai
kecenderungan untuk kelahiran lewat bulan pada kehamilan
berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip Cunningham, menyatakan
bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan post matur saat
melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya
akan mengalami kehamilan post matur. D. Tanda Dan GejalaKehamilan
dapat dinyatakan sebagai kehamilan postmatur bila didapat 3 atau
lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan sbb: Telah lewat 36 minggu
sejak kehamilan positif Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama
dengan Doffler Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin
pertama kali Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama
kali dengan stetoskop Laennec
E. Pemeriksaan DiagnostikBeberapa kasus yang dinyatakan sebagai
kehamilan postmatur merupakan kesalahan dalam menentukan umur
kehamilan.Kasus kehamilan postmatur yang tidak dapat ditegakkan
secara pasti diperkirakan sebesar 22%.Dalam menentukan diagnostic
kehamilan postmatur disamping dari riwayat haid, sebaiknya dilihat
pula hasil pemeriksaan antenatal.Diagnosis kehamilan postmatur
tidak sulit untuk ditegakkan bilamana hari pertama haid terakhir
(HPHT) diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid yang dapat
dipercaya, diperlukan kriteria antara lain: Penderita harus nyakin
betul dengan HPHTnya Siklus 28 hari dan teratur. Tidak minum pil
antihamil setidaknya 3 bulan terakhir.Riwayat pemeriksaan
antenatalberupa : Tes kehamilan. Bila pasien melakukan pemeriksaan
tes imunologik sesudah terlambat 2 minggu, maka dapat diperkirakan
kehamilan memang telah berlangsung 6 minggu. Gerak janin. Gerak
janin atau quickening pada umumnya dirasakan ibu pada umur
kehamilan 18-20 minggu. Pada primigravida dirasakan sekitar umur
kehamilan 18 minggu sedangkan pada multigravida 16 minggu. Deyut
jantung janin (DJJ). Dengan stateskop Leannic dapat didengar mulai
umur kehamilan 18-20 minggu sedangkan dengan Doffler dapat
terdengar pada usia kehamilan 10-12 minggu.Dalam trisemester
pertama tpemeriksaan tinggi fundus uteri serial dalam sentimeter
dapat bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara berulang tiap
bulan.Lebih dari 20 minggu tinggi fundus uteri dapat menentukan
umur kehamilan secara kasar.Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
dengan cara :i. Pemeriksaan rontgenologik dapat dijumpai pusat
pusat penulangan pada bagian distal femur, baguan proksimal tibia,
tulang kuboid diameter biparietal 9,8 atau lebih.Cara ini sekarang
jarang dipakai selain karena dalam pengenalan pusat penulangan
sering kali sulit, juga pengaruh radiologi yang kurang baik
terhadap janin.ii. USG.Ketetapan usia gestasi sebaiknyamengacu pada
hasil pemeriksaan USG pada trimester pertama. Bila telah dilakukan
pemeriksaan USG terutama sejak trimester pertama, hampir dapat
dipastikan usia kehamilan. Pada trimester pertama pemeriksaan
panjang kepala-tungging (crown-ramp length/ CRL) memberikan
ketepatan kurang lebih empat hari dari taksiran persalinan.Pada
umur kehamilan sekitar 16-26 minggu, ukuran diamter biparietal dan
panjang femur memberikan ketepatan sekitar7 hari dari taksiran
persalinan.Selain CRL, diameter biparietal dan panjang femur,
beberapa parameterdalam pemeriksaan USG juga dapat dipakai seperti
lingkaran perut, lingkaran kepala, dan beberapa rumus yang
merupakan perhitungan dari beberapa hasil pemeriksaan parameter
tersebut di atas. Sebaliknya, pemeriksaan sesaat setelah trimester
III dapat dipakai untuk menentukan berat janin, keadaan air
ketuban, ataupun keadaan plasenta yang sering berkaitan dengan
kehamilan postmatur tetapi sukar untuk memastikan usia
kehamilan.iii. Pemeriksaan sitologik air ketuban: air ketuban
diamabiil dengan amniosenteris baik transvaginal maupun
transabdominal, kulit ketuban akan bercmapur lemak dari sel sel
kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36
minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru Nil,
maka sel sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga. Melebihi
10% = kehamilan diatas 36 minggu Melebihi 50% = kehamilan diatas 39
mingguiv. Amnioskopi, melihat derajat kekeruhan air ketuban,
menurut warnanya karena dikeruhi mekonium.v. Kardiotografi,
mengawasi dan membaca denyut jantung janin, karena insufiensi
plasevi. Uji oksitosin ( stress test), yaitu dengan infus tetes
oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika
ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan
berbahaya dalam kandungan.vii. Pemeriksaan kadar estriol dalam
urinviii. Pemeriksaan pH darah kepala janinix. Pemeriksaan sitoloi
vagina
F. PenatalaksanaanDua prinsip pemikiran dalam penatalaksanaan
medis kehamilan postterm yaitu dengan penatalaksanaan
antisipasi-antisipasi kesejahteraan janin dengan meningkatkan
pengkajian dan intervensi jika hanya terdapat indikasi dan
penatalaksanaan aktif-induksi persalinan pada semua wanita yang
usia kandungannnya melebihi 42 minggu. dengan pertimbangan kondisi
janin yang cukup baik / optimal. Ada berbagai variasi kemungkinan
penatalaksanaan antisipasi dan penatalaksanaan aktif, antara lain
pertimbangan kesiapan serviks (skor bishop), perkiraan berat badan
janin (dengan manuver leopot, sonogram, atau keduanya),
kesejahteraan janin, pilihan wanita yang bersangkutan, volume
cairan amnion, riwayat kebidanan sebelumnya, status medis ibu, dan
metode induksi sesuai pertimbangan. Variabel yang sangat
memberatkan adalah usia gestasi janin, karena term yang berkembang
cenderung mempertimbangkan usia kehamilan sebagai suatu rangkaian
yang kontinu. Penatalaksanaan aktif versus penatalaksanaan
antisipatif tergantung reabilitas kriteria yang digunakan dalam
menentukan usia kehamilan.Para klinisi sejak lama menyadari
perlunya mempercepat persalinan jika terdapat kondisi obstetri dan
medis yang mengancam ibu dan janin. Sebelum ada metode yang
diterima untuk induksi persalinan seksio sesaria merupakan
satu-satunya cara yang dapat diterima untuk mengatasi maslaah
ini.Keputusan untuk mempercepat persalinan harus selalu ditetapkan
dengan membandingkan resiko dan manfaat masing masing
penatalaksanaan tersebut.Secara umum metode induksi yang paling
efektif adalah dengan meningkatkan denyut jantung janian dan
hiperstimulasi pada uterus.Induksi persalinan juga diperkirakan
komplikasinya. Induksi persalian dikaitkan dengan peningkatan
anastesia epidural dalam seksio sesaria untuk wanita primigravida
yang usia kehamilanyya lebih dai 41 minggu dan taksiran berat jain
3800 gram atau lebih.Pada kenyataannya induksi persalian
meningkatkan resiko distress janin, seksio sesaria, infeksi dan
perdarahan sangat mengejutkan bagi masyarakat awam.kehamilan lebih
bulan akan meningkatkan resiko lahir mati, cairan bercampur,
mekonium sindrom aspirasi mekonium pada neonatus, distosia bahu
jika janin makrosomia.Indikasi untuk induksi persalinan meliputi
hasil uji janin meragukan (skor profil biosfik rendah),
oligohidramnion, preeklamsi yang cukup parah menjelah cukup bulan,
diabetes dependent, IUGR menjelang usia cukup bulan, dan riwayat
lahir mati pada kehamilan cukup bulan. Adapun penatalaksanaan
antisipasi pada usia kehamilan lewat bulan antara 40 hingga 42
minggu antara lain: Kaji kembail TP wanita sebagai titik tengah
dalam kisaran waktu 4 minggu (40+minggu) Kaji kembali bersama
wanita rencana penanganan kehamilan lewat bulan, dokumentasikan
rencana yang disepakati (40+ minggu) Uji kembali nonstress awal
(Nonstress test, NST) dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat
kemilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan. Lakukan
pengukuran volume cairan amnion (Amniotic fluid volume, APV) dua
kali dalam seminggu, yang dimulai saat kehamilan berusia 41 minggu
dan berlanjut hingga persalinan. Lakukan uji profil biofisik
lengkap dan konsultasikan dengan dokter untuk hasil NST yang
nonreaktif atau APV yang rendah. Jika kelainan berlanjut hingga 42
minggu dan perkiraan usia kehamilan dapat diandalkan mulai
penanganan aktif mengacu pada protokol.Penatalaksanaan aktif pada
kehamilan lewat bulan berupa induksi persalinan.Pada tahun 1970-an
terdapat meningkatnya kesadaran terhadap mordibitas kehamilan lewat
bulan. Beberapa pihak mengajukan keberatan terhadap induksi
persalinan karena tidak alami dan dapat meningkatkan bahaya.Namun
walaupun banyak pihak yang menentang induksi persalinan dan tidak
adanya standardisai kriteria, praktik induksi telah banyak
meningkat selama satu dekade terakhir.Menurut American college of
obstetricians dan Gynecologist, hasil yang diharapkan dari induksi
persalinan adalah ibu dapat melahirkan bayi pervaginam setelah
kontraksi distimulasi sebelum persalinan spontan terjadi. Meski
metode induksi sekarang diutamakan pada induksi kontarkasi uterus,
namun peran servik sangat penting yang aktivitasnya tidak
sepenuhnya dipengaruhi uterus.Penggunanaan obat berpusat pada
oksitosin sejak tahun 1960-an dan prostaglandin sejak tahun
1970-an. Pengaturan dosis, dan cara pemberian dan waktu pemberian
untuk semua metode hingga kini masih dalam penelitian,Untuk
menghasilkan persalinan yang aman, keberhasilan induksi persalinnan
setelah servik matang dapat dicapai dengan menggunakan
prostaglandin E2 (PGE2) bersama oksitosin, dan prostaglandin
terbukti lebih efektif sebagai agens yang mematangkan seriks
dibanding oksitosin.Metode lain yang digunakan untuk menginduksi
persalinan ( misalnya minyak jarak, stimulasi payudara, peregangan
servik secara mekanis), memiliki kisaran keberhasilan secara
beragam dan atau sedikit penelitian untuk menguatkan
rekomendasinya. Metode hormon untuk induksi persalinan :1)
Oksitosin yang digunakan melalui intravena (atas persetujuan FDA
untuk induksi persalinan). Dengan catatan servik sudah matang.2)
Prostaglandin, dapat digunakan untuk mematangkan servik sehingga
lebih baik dari oksitosin namun kombinasi keduanya menunjukkan hal
yang positif.a) Misprostol : Merk dagang cytotec. Suatu tablet
sintetis analog PGE1 yang diberikan intravagina ( disetujui FDA
untuk mencegah ulkus peptikum, bukan untuk induksi)b) Dinoproston
Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia dalam dosis 10
mg yang dimasukkan ke vagina (disetujui FDA untuk induksi
persalinan pada tahun 1995) Merk dagang predipil. Suatu sintetis
preparat PGE2 yang tersedia dalam bentuk jel0,5 mg deng diberika
intraservik (disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun1993)
Mifepriston 9 RU 486, antagonis reseptor progesterone(disetujui FDA
untuk aborsi trimester pertama, bukan untuk induksi) tersedia dalam
bentuk tablet 200 mg untuk diberikan per oral. Metode non hormon
Induksi persalinan1) Pemisahan ketubanProsedurnya dikenal dengan
pemisahan atau mengusap ketuban mengacu pada upaya memisahkan
membran amnion dari bagian servik yang mudah diraih dan segmen
uterus bagian bawah pada saat pemeriksaan dalam Dengan tangan
terbungkus sarung tangan bidan memeriksa wanita untuk menentukan
penipisan serviks, pembukaan dan posisi lazimnya.Perawatan
dilakukanan untuk memastikan bahwa bagian kepala janin telah
turun.Pemeriksaan mengulurkan jari telunjuk sedalam mungkin melalui
os interna, melalui ujung distal jari perlahan antara segmen uterus
bagian bawah dan membaran.Beberapa usapan biasanya efektif untuk
menstimulasi kontaksi awal reguler dalam 72 jam.Mekanisme kerjanya
memungkinkan melepaskan prostaglandin ke dalam sirkulasi
ibu.Pemisahan hendaknya jangan dilakukan jika terdapat ruptur
membran yang tidak disengaja dan dirasa tidak aman baik bagi ibu
maupun bagi janin.Pemisahan memban servis tidak dilakukan pada
kasus kasus servisitis, plasenta letak rendah, maupun plasenta
previa, posisi yang tidak diketahui, atau perdarahan pervaginam
yang tidak diketahui.2) AmniotomiPemecahan ketuban secara sengaja
(AROM). Saat dikaukan bidan harus memeriksa dengan teliti untuk
mengkaji penipisan servik, pembukaanm posisi,, dan letak bagian
bawah. Presentasi selain kepala merupakan kontrainsdikasi AROM dan
kontraindikasi lainnya ketika kepala belum turun, atau bayi kecil
karena dapat menyebabkan prolaps talipusat.Meskipun amniotomi
sering dilakukan untuk menginduksi persalinan, namun hingga kini
masih belum ada studi prospektif dengan desain tepat yang secara
acak menempatkan wanita pada kelompok tertentu untuk mengevaluasi
praktik amniotomi ini.3) Pompa Payudara dan stimulasi
puting.Penggunaan cara ini relatif lebih aman kerna menggunakan
metode yang sesuai dengan fisiologi kehamilan dan persalinan.
Penangannya dengan menstimulasi selama 15 menit diselingi istirahat
dengan metode kompres hangat selama 1 jam sebanyak 3 kali
perhari.
4) Minyak jarakIngesti minyak jarak 60 mg yang dicampur dengan
jus apel maupun jus jeruk dapat meningkatkan angka kejadian
persalinan spontan jika diberikan pada kehamilan cukup bulan.
5) Kateter forey atau Kateter balon.Secara umum kateter
dimasukkan kedalam servik kemudian ballon di isi udara 25 hingg 50
mililiter untuk menjaga kateter tetap pada tempatnya.Beberapa uji
klinis membuktikan bahwa teknik ini sangat efektif.6) Aktifitas
seksual.Jika bidan tidak merasa bahwa penatalaksanaan aktif pada
persalinan lewat bula diindikasikan, protokol dalam memuat panduan
rekomendasi yang mencakup pemberian, wakru, dosis, dan langkah
kewaspadaan.Sementara pada penatalaksanaan antisipasi, bidan
dianjurkan mendokumentasikan secara teliti rencana penatalaksanaan
yang disepakati bersama oleh wanita.Bidan maupun wanita harus
memahami secara benar standar perawatan setempat untuk menangani
kehamilan lewat bulan.Wanita sebaiknya diberi tahu jika terdapat
status yang tidak mencakup pada penggunaan resep, dan bidan harus
tetap merujuk pada literatur terkini seputar penanganan kehamilan
lewat bulan.
G. KomplikasiKemungkinan komplikasi pada bayi premature:
Hipoksia Hipovolemia Asidosis Sindrom gawat napas Hipoglikemia
Hipofungsi adrenal
H. AsuhanKeperawatanPost MaturA. Pengkajian1. Identitas bayi /
ibu.2. Riwayat penyakit.a.Riwayat penyakit sekarang. Bayi lahir
dengan usia kehamilan ibu lebih dari 42 minggu dan tidak merasakan
adanya tanda-tanda bayi mau lahir.b.Riwayat penyakit dahulu.
Kemungkinan ibu pernah mengalami kehamilan lama seperti yang
dialami sekarang, riwayat haid ibu, penyakit yang diderita ibu yang
berkaitan dengan kehamilannya.c.Riwayat penyakit keluarga. Apakah
ada dalam keluarga yang pernah melahirkan bayi post term.3.
Pengkajian fisik. Respirasi : bisa terjadi asfiksia. Kulit :
berkeriput, pucat disertai deskuamasi, verniks kaseosa dan lanugo
berkurang. Nutrisi : kurus, tampak kurang gizi.
B. Diagnosa KeperawatanDiagnosis bayi postmatur pasca
persalinan, dengan memperhatikan tanda-tanda postmaturitas yang
dapat dibagi dalam 3 stadium :1) Stadium I: Kulit tampak kering,
rapuh dan mudah mengelupas (maserasi), verniks kaseosa sangat
sedikit sampai tidak ada.2) Stadium II: Keadaan kulit seperti
stadium I disertai dengan pewarnaan kulit yang kehijauan oleh
mekoneum yang bercampur air ketuban.3) Stadium III: Terdapat
pewarnaan kekuningan pada kuku dan kulit janin serta pada jaringan
tali pusat. Pada saat persalinan, penting dinilai keadaan cairan
ketuban. Jika telah terjadi pewarnaan mekonium (kehijauan) atau
bahkan pengentalan dengan warna hijau kehitaman, begitu bayi lahir
harus segera dilakukan resusitasi aktif. Idealnya langsung
dilakukan intubasi dan pembilasan trakhea.
Diagnosa yang mungkin muncul pada bayi postmatur : 1. Gangguan
pemenuhan kebutuhan O2 berhubungan dengan asfiksia berat/ringan,
pernafasan tidak teratur, pernafasan cuping hidung, cyanosis, ada
lendir pada hidung dan mulut.Setelah dilakukan tindakan keperwatan
selama 2 x 24 jam pasien mampu memenuhi :Kebutuhan O2 bayi
terpenuhi Kriteria:- Pernafasan normal 40-60 kali permenit.-
Pernafasan teratur.- Tidak cyanosis.- Wajah dan seluruh tubuh
Berwarna kemerahan (pink variable).- Gas darah normal PH = 7,35
7,45 PCO2 = 35 mm Hg PO2 = 50 90 mmHg Intervensi :a. Letakkan bayi
terlentang dengan alas yang data, kepala lurus, dan leher sedikit
tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu
bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm 1.Rasional : Memberi rasa
nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang dapat mengurangi
kelancaran jalan nafas.b Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila
perlu.Rasional : Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari
lendir untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna.c.Observasi
gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jamRasional :
Deteksi dini adanya kelainan.d.Kolaborasi dengan team medis dalam
pemberian O2 dan pemeriksaan kadar gas darah arteri.Rasional :
Menjamin oksigenasi jaringan yang adekuat terutama untuk jantung
dan otak. Dan peningkatan pada kadar PCO2 menunjukkan
hypoventilasi. 2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan suhu
tubuh diatas normal, tali pusat layu, ada tanda-tanda infeksi,
abnormal kadar leukosit, kulit kuning, riwayat persalinan dengan
ketuban mekonical.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
24 jam tidak menunjukkan terjadi komplikasi (infeksi)Kriteria :-
Tidak ada tanda-tanda infeksi.- Tidak ada gangguan fungsi
tubuh.Intervensi : a.Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam
memberikan asuhan keperawatan. Rasional : Pada bayi baru lahir daya
tahan tubuhnya kurang / rendah.b.Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan. Rasional : Mencegah penyebaran infeksi
nosokomial.c.Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi
(kamar bayi). Rasional : Mencegah masuknya bakteri dari baju
petugas ke bayi.d Lakukan perawatan tali pusat dengan triple dye 2
kali sehariRasional : Mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat
pengeringan tali pusat karena mengandung anti biotik, anti jamur,
desinfektan.e.Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan lingkungan bayi.
Rasional : Mengurangi media untuk pertumbuhan kuman. f. Observasi
tanda-tanda infeksi dan gejala cardinal. Rasional : Deteksi dini
adanya kelainan. g.Hindarkan bayi kontak dengan sakit. Rasional :
Mencegah terjadinya penularan infeksi. h.Kolaborasi dengan team
medis untuk pemberian antibiotik. Rasional : Mencegah infeksi dari
pneumonia.i.Siapkan pemeriksaan laboratorat sesuai advis dokter
yaitu pemeriksaan DL, CRP. Rasional : Sebagai pemeriksaan
penunjang.
I. PrognosisBeberapa ahli dapat menyatakan kehamilan lewat bulan
bila lebih dari 41 minggu karena angka mordibitas dan mortalitas
neonatus meningkat setelah usia 40 minggu. Namun kurang lebih 18 %
kehamilan akan berlanjut melebihi 41 minggu hingga 7% akan menjadi
42 minggu bergantung pada populasi dan kriteria yang
digunakan.Pengaruh peristiwa ini terhadap Ibu distosis karenaaksi
uterus tidak terkoordinir,janin besar, danmoulding kepala kurang.
Maka akan sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia
uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum.Hal ini akan
menaikan angka mordibitas dan mortalitas. Sedangkan terhadap janin,
jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali
lebih besar dari kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan
menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin
bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada
yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa
terjadi kematian janin dalam kandungan.Kemungkinan komplikasi pada
bayi postmatur antara lain berupa hipoksia, hipovolemia, asidosis,
sindrom gawat napas, hipoglikemia, hipofungsi adrenal.
BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN1. Persalinan prematur adalah persalinan yang
dimulai setiap saat setelahawal minggu gestasi ke-20 sampai akhir
minggu gestasi ke-37.2. Penyebab sekitar 50% kelahiran prematur
tidak diketahui. Namun, sepertiga persalinan prematur terjadi
setelah ketuban pecah dini (PROM).3. Keadaan postmatur adalah
keadaan kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu, dengan kata
lain kehamilan memanjang, kehamilan lewat bulan, kehamilan
postterm, dan pascamaturitas.4. Penyebab terjadinya postmatur
adalah karena adanya pengaruh hormon progesteron, hormon oksitosin,
kortisol/ACTH janin, saraf uterus, atau dapat juga karena faktor
hereditas.
B. SARANKarena kondisi kehamilan premature dan postmatur ini
dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi,
maka hendaknya dilakukan himbauan kepada ibu hamil untuk selalu
memeriksakan kondisi kehamilannya secara berkala. Dengan itu
diharapkan bahwa petugas kesehatan khususnya perawat akan dapat
mendeteksi kehamilan postmatur secara dini dan mempersiapkan proses
kelahiran yang aman (safety labor).
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, Gary, dkk.2006. Obstetri William ed.21. Jakarta
:EGC.2. Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta :EGC.3.
Prawiroharjo, Sarwono.2003. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.4. Varney, Helen Dkk.2007. Buku Ajar
Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta :EGC.5. Manuaba, Ida Bagus Gede.
1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta : Arcan.6. Bobak
IM, Lowdermilk DL, Jensen MD. 2005. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Jakarta : EGC.7. Wiley, Blackwell. Nursing Dianoses
Definition and Classification 2009-2011. 2009. United States of
America: Mosby Elsevier.8. Moorhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson
E. 2009. Nursing Outcome Classification (NOC) Fourth Edition.
United States of America: Mosby Elsevier.9. Bulechek GM, Butcher
HK, Dochterman JM. 2009. Nursing Interventions Classification (NIC)
Fifth Edition. United States of America: Mosby Elsevier.