MAKALAHSEDIAAN TETES MATA
DISUSUN OLEH:NAMANIMDhea Rizky138915Linda Sari138941Muhammad Tri
Sutrisno138949Selvia Dewi138977Syarifah Nurhayati138987Tia Utami
Rezeki138989Try Jurais138991Tri Yulia Indah Sari138993Yessi Dwi
Santi139005Zia Fahlefi139009
AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAKTAHUN 2014-201539
41
KATA PENGANTAR
BismillahirrahmanirrahimPuji syukur atas rahmat Allah SWT karena
berkat ridho dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya sehingga kami dapat menyusun makalah Teknologi
Sediaan Steril mengenai pokok bahasan Obat Tetes Mata. Semoga
penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat untuk tugas pada Mata
Kuliah Teknologi Sediaan Steril.Makalah ini disusun dengan tujuan
agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan khususnya pada
Teknologi Sediaan Steril. Makalah ini memuat tentang Obat Tetes
Mata yang menjelaskan tentang lebih lanjut mengenai sediaan tetes
mata dan persyaratan-persyaratan untuk obat tetes mata serta untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teknologi dan Formulasi Sediaan
Steril.Kamimenyadari sepenuhnya dalampenyusunannya makalah inimasih
jauh dari kata sempurna, itu semua tidak luput dari kodrat kami
sebagai manusia biasa yang tidak luput pula dari suatu kesalahan
dan kekeliruan. Sehingga kritikan dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca merupakan sesuatuyangberhargademiperbaikanke depannya.
Semogamakalahini bermanfaat bagi kita semua. Akhirnya kami
mengucapkan terima kasih.
Pontianak, November 2014
PenyusunDAFTAR ISI
KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN11.LATAR
BELAKANG12.RUMUSAN MASALAH13.TUJUAN14.MANFAAT2BAB II
PEMBAHASAN31.DEFINISI32.KEUNTUNGAN DAN
KERUGIAN4A.Keuntungan4B.Kerugian43.PENGGUNAAN OBAT TETES
MATA54.FAKTOR PENTING DALAM SEDIAAN TETES MATA5A.Syarat-syarat
sediaan tetes mata5B.Faktor penting5C.Pemilihan bentuk
zat6D.Suspensi mata7E.Karakteristik sediaan mata7F.Penggunaan tetes
mata95.PARAMETER SEDIAAN TETES MATA YANG
BAIK101.Kejernihan102.Stabilitas103.Tonisitas104.Viskositas115.Tambahan
(additives)116.Tetes mata harus steril117.Tetes mata harus
isotonis128.pH cairan mata139.pH sediaan tetes
mata1410.Pewadahan146.FORMULA UMUM16A.TEORI BAHAN
PEMBANTU16B.PERHITUNGAN22C.KAPASITAS DAPAR267.METODE
STERILISASI27A.Cara sterilisasi akhir27B.Cara
aseptik278.PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN309.PROSEDUR PEMBUATAN DAN
CARA STERILISASI30A.Prosedur pembuatan bahan pengental dan
pensuspensi30B.Prosedur pembuatan3110.PROSEDUR PEMBUATAN OBAT TETES
MATA (SUSPENSI)3211.EVALUASI SEDIAAN33A.Evaluasi fisik33B.Evaluasi
kimia34C.Evaluasi biologi3412.WADAH DAN
PENYIMPANAN3413.PENANANDAAN3514.NAMA SEDIAAN DI PUSTAKA3615.CONTOH
FORMULA PUSTAKA UMUM38BAB III
PENUTUP401.KESIMPULAN402.SARAN40DAFTAR PUSTAKA41
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANGMata merupakan organ yang peka dan penting
dalam kehidupan, terletak dalam lingkaran bertulang berfungsi untuk
member perlindungan maksimal dan sebagai pertahanan yang baik dan
kokoh. Penyakit mata dapat dibagi menjadi 4 yaitu, infeksi mata,
iritasi mata, mata memar dan glaucoma. Mata mempunyai pertahanan
terhadap infeksi karena secret mata mengandung enzim lisozim yang
menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu mengeleminasi
organism dari mata. Obat mata dikenal terdiri atas beberapa bentuk
sediaan dan mempunyai mekanisme kerja tertentu. Obat mata dibuat
khusus. Salah satu sediaan mata adalah obat tetes mata. Obat tetes
mata ini merupakan obat yang berupa larutan atau suspensi steril
yang digunakan secara local pada mata. Karena mata merupakan organ
yang paling peka dari manusia maka pembuatan larutan obat mata
membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai
isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet,
sterilisasi dan kemasan yang tepat. Hal-hal yang berkaitan dengan
syarat tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
2. RUMUSAN MASALAH1. Apa itu obat tetes mata ?2. Apa saja
keuntungan dan kerugian dari obat tetes mata ?3. Apa saja faktor
penting dalam obat tetes mata ?4. Apa saja evaluasi yang dilakukan
pada pembuatan obat tetes mata ?5. Kapan obat tetes mata dapat
digunakan ?6. Bagaimana prosedur pembuatan obat tetes
mata(suspensi) ?
3. TUJUANPenulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai sediaan tetes mata dan persyaratan-persyaratan
untuk obat tetes mata serta untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teknologi dan Formulasi Sediaan Steril.4. MANFAATDalam pembahasan
makalah ini dapat memberikan manfaat dalam memahami lebih lanjut
mengenai obat tetes mata baik itu larutan maupun suspense. Mata
berfungsi untuk member perlindungan maksimal dan sebagai pertahanan
yang baik dan kokoh.
BAB IIPEMBAHASAN
1. DEFINISIMenurut FI IV halaman 12, Larutan obat mata adalah
larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat
dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata.
Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal
toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar,
kebutuhan akan pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet)
sterilisasi dan kemasan yang tepat. Perhatian yang sama juga
dilakukan untuk sediaan hidung dan telinga. Menurut FI III halaman
10, Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau
suspensi yang digunaka dengan cara meneteskan obat pada selaput
lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata. Menurut DOM
Martin : Tetes mata adalah seringkali dimasukkan ke dalam mata yang
terluka atau kecelakaan atau pembedahan dan mereka kemudian secara
potensial lebih berbahaya daripada injeksi intavena.Menurut
Scovilles : Larutan mata merupakan cairan steril atau larutan
berminyak dari alkaloid garam-garam alkaloid, antibotik atau
bahan-bahan lain yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam mata.
Ketika cairan, larutan harus isotonik, larutan mata digunakan untuk
antibakterial, anstetik, midriatikum, miotik atau maksud diagnosa.
Larutan ini disebut juga tetes mata dan collyria (singular
collyrium).Menurut Parrot : Larutan mata (colluria) Obat yang
dimasukkan ke dalam mata harus diformulasi dan disiapkan dengan
pertimbangan yang diberikan untuk tonisitas, pH, stabilitas,
viskositas dan sterilisasi. Sterilisasi ini diinginkan karena
kornea dan jaringan bening ruang anterior adalah media yang bagus
untuk mikroorganisme dan masuknya larutan mata yang terkontaminasi
ke dalam mata yang trauma karena kecelakaan atau pembedahan dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan.Menurut Teks Book of
Pharmaceutics : Tetes mata adalah cairan steril atau larutan
berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam
saccus conjungtival. Mereka dapat mengandung bahan-bahan
antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi seperti
kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau obat
midriatik seperti atropin sulfat.Menurut Ansel INA : Dengan
definisi resmi larutan untuk mata adalah larutan steril yang
dicampur dan dikemas untuk dimasukkan dalam mata. Selain steril
preparat tersebut memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap
faktor-faktor farmasi seperti kebutuhan bahan antimikroba,
isotonisitas, dapar, viskositas dan pengemasan yang cocok.Sehingga
dapat disimpulkan bahwa sediaan obat mata merupakan sediaan steril,
yang terdiri dari bahan bahan berkhasiat obat dan bahan tambahan
dan membutuhkan perhatian khusus dalam pembuatannya terutama dalam
hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan
dapar, pengawet, sterilitas, serta kemasan yang tepat.Obat tetes
mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense, digunakan
untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata
disekitar kelopak mata dan bola mata. Sediaan ini diteteskan
kedalam mata sebagai antibacterial, anastetik, midriatik, miotik,
dan antiinflamas.
2. KEUNTUNGAN DAN KERUGIANA. Keuntungan Larutan mata memiliki
kelebihan dalam hal kehomogenan, bioavailabilitas dan kemudahan
penangananan. Suspensi mata memiliki kelebihan dimana adanya
partikel zat aktif dapat memperpanjang waktu tinggal pada mata
sehingga meningkatkan waktu terdisolusinya oleh air mata, sehingga
terjadi peningkatan bioavailabilitas dan efek terapinya.B. Kerugian
Volume larutan yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas ( 7
L) maka larutan yang berlebih dapat masuk ke nasal cavity lalu
masuk ke jalur GI menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak
diinginkan. Mis. -bloker untuk perawatan glaukoma dapat menjadi
masalah bagi pasien gangguan jantung atau asma bronkhial. Kornea
dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler
pada retina dan iris relatif non permeabel sehingga umumnya sediaan
untuk mata adalah efeknya lokal/topikal.
3. PENGGUNAAN OBAT TETES MATAObat-obat yang digunakan pada
produk optalmik dapat dikategorikan menjadi : miotik, midriatik,
siklopegik, anti-inflamatory agent, anti infeksi, anti galukoma,
senyawa diagnostik dan anestetik lokal. (Codex hal 160).
4. FAKTOR PENTING DALAM SEDIAAN TETES MATAA. Syarat-syarat
sediaan tetes mata Steril Isotonis dengan air mata, bila mungkin
isohidris dengan pH air mata. Isotonis = 0,9% b/v NaCl, rentang
yang diterima = 0,7 1,4 % b/v (Diktat hal 300) atau 0,7 1,5 % b/v
(Codex hal 163). pH air mata = 7,4 (Diktat hal 301) Larutan jernih,
bebas partikel asing dan serat halus. Tidak iritan terhadap mata
(untuk basis salep mata)B. Faktor pentingFaktor yang paling penting
dipertimbangkan ketika menyiapkan larutan mata adalah tonisitas,
pH, stabilitas, viskositas, seleksi pengawet dan sterilisasi.
Sayang sekali, yang paling penting dari itu dalah sterilitas yang
telah menerima sifat/perhatian dan farmasis dan ahli mata.Beberapa
faktor penting dalam obat tetes mata (Benny Logawa,39-40 ; Modul
praktikum teknologi sediaan likuida & semisolida, thn 2003 hal
24 25)) : Sterilitas sediaan dan adanya bahan pengawet untuk
mencegah kontaminasi mikroorganisme pada waktu wadah dibuka untuk
digunakan. Jika tidak mungkin dibuat isotonis dan isohiris maka
larutan dibuat hipertonis dan pH dicapai melalui teknik enhidri.
Adanya air mata yang dapat mempersingkat waktu kontak antara zat
aktif dengan mata (perlu penambahan bahan pengental). pH optimum
(pH zat aktif) lebih diutamakan untuk menjamin stabilitas sediaan.
Dapar yang ditambahkan mempunyai kapasitas dapar yang rendah
(membantu pelepasan obat dari sediaan), tetapi masih efektif
menunjang stabilitas zat aktif dalam sediaan. (modul praktikum tek.
sediaan likuida dan semi solida, 2003, p 24-25) Konsentrasi zat
aktif berpengaruh pada penetrasi zat aktif yang mengikuti mekanisme
absorpsi dengan cara difusi pasif. (modul praktikum tek. sediaan
likuida dan semi solida, 2003, p 24-25) Peningkat viskositas
dimaksudkan untuk meningkatkan waktu kontak sediaan dengan kornea
mata (modul praktikum tek. sediaan likuida dan semi solida, 2003, p
24-25) Beberapa larutan obat mata perlu hipertonik untuk
meningkatkan daya serap dan menyediakan kadar bahan aktif yang
cukup tinggi untuk menghasilkan efek obat yang cepat dan efektif.
Apabila larutan obat seperti ini digunakan dalam jumlah kecil,
pengenceran dengan air mata cepat terjadi sehingga rasa perih
akibat hipertonisitas hanya sementara. (FI IV hal 13) Pembuatan
obat mata dengan sistem dapar mendekati pH fisiologis dapat
dilakukan dengan mencampurkan secara aseptik: larutan obat steril
dengan larutan dapar steril. Walaupun demikian, perlu diperhatikan
mengenai kemungkinan berkurangnya kestabilan obat pada pH yang
lebih tinggi, pencapaian dan pemeliharaan sterilitas selam proses
pembuatan. Berbagai obat, bila didapar pada pH yang dapat digunakan
secara terapeutik, tidak akan stabil dalam larutan untuk jangka
waktu yang lama. Sediaan ini dibeku-keringkan dan direkonstitusikan
segera sebelum digunakan (misalnya asetilkolin klorida untuk
larutan obat mata). (FI IV hal 13)C. Pemilihan bentuk zatSebagian
besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata bersifat larut
air atau dipilih bentuk garamnya yang larut air. Sifat-sifat
fisikokimia yang harus diperhatikan dalam memilih garam untuk
formulasi larutan optalmik yaitu :1. Kelarutan2. Stabilitas3. pH
stabilitas dan kapasitas dapar4. Kompatibilitas dengan bahan lain
dalam formula.Sebagian besar zat aktif untuk sediaan optalmik
adalah basa lemah. Bentuk garam yang biasa digunakan adalah garam
hidroklorida, sulfat, dan nitrat. Sedangkan untuk zat aktif yang
berupa sam lemah, biasanya digunakan garam natrium (Codex hal
161).
D. Suspensi mataSuspensi dapat dipakai untuk meningkatkan waktu
kontak zat aktif dengan kornea sehingga memberi kerja lepas lambat
yang lebih lama (Ansel, 559). Menurut Codex, pemilihan bentuk
suspensi ( mis. Sediaan kortikosteroid) disebabkan :
Bioavailabilitas zat aktif yang rendah (karena kelarutan rendah)
dalam bentuk larutannya. Ketidakstabilan zat aktif dalam bentuk
larutan dapat menhasilkan hasil urai yang toksikKarena mata adalah
organ yang sangat sensitif, maka partikel-partikel dalam suspensi
dapat mengiritasi dan meningkatkan laju lakrimasi dan kedipan Maka
solusinya, digunakan partikel yang sangat kecil yaitu dengan
memakai zat aktif yang dimikronisasi (micronized).Masalah utama
suspensi optalmik adalah kemungkinan terjadinya perubahan ukuran
partikel menjadi lebih besar selama penyimpanan (agregasi). Untuk
sediaan suspensi, surfaktan diperlukan untuk membasahi zat aktif
hidrofob dan untuk memperlambat pengkristalan. Pensuspensi yang
biasa digunakan biasanya sama dengan bahan peningkat viskositas.E.
Karakteristik sediaan mata1. KejernihanLarutan mata adalah dengan
definisi bebas adari partikel asing dan jernih secara normal
diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan
tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan
untuk larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya.
pengerjaan penampilan dalam lingkungan bersih. Penggunaan Laminar
Air Flow dan harus tidak tertumpahkan akan memberikan kebersamaan
untuk penyiapan larutan jernih bebas partikel asing. Dalam beberapa
permasalahan, kejernihan dan streilitas dilakukan dalam langkah
filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa larutan
jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup. keduanya,
wadah dan tutup harus bersih, steril dan tidak tertumpahkan. Wadah
dan tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama
sepanjang penyimpanan. Normalnya dilakukan test sterilitas.2.
StabilitasStabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung
pada sifat kimia bahan obat, pH produk, metode penyimpanan
(khususnya penggunaan suhu), zaat tambahan larutan dan tipe
pengemasan.Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok
pada mata pada pH 6.8 namun demikian, pH stabilitas kimia (atau
kestabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau bulan. Dengan
obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1 tahun.
Sebaliknya pH 5, kedua obat stabil dalam beberapa tahun.Tambahan
untuk pH optimal, jika sensitivitas oksigen adalah satu faktor,
stabilitas adekuat diinginkan antioksidan. kemasan plastik,
polietilen densitas rendah Droptainer memberikan kenyamanan pasien,
dapat meningkatkan deksimental untuk kestabilan dengan pelepasan
oksigen menghasilkan dekomposisi oksidatif bahan-bahan obat.3.
Buffer dan PhIdealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang
ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4. Dalam prakteknya, ini
jarang dicapai. mayoritas bahan aktif dalam optalmologi adalah
garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. ini umumnya dapat
dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut suspensi biasanya
paling stabil pada pH asam.pH optimum umumnya menginginkan kompromi
pada formulator. pH diseleksi jadi optimum untuk kestabilan. Sistem
buffer diseleksi agar mempunyai kapsitas adekuat untuk memperoleh
pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. kapasitas
buffer adalah kunci utama, situasi ini.4. TonisitasTonisitas
berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam
larutan berair, larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain
ketika magnefudosifat koligatif larutan adalah sama. larutan mata
dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan 0,9%
laritan Na Cl.Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi
tonisitas daripada suatu waktu yang diusulkan. Maka biasanya dapat
mentoleransi larutan sama untuk range 0,5%-1,8% NaCl. Memberikan
pilihan, isotonisitas selalu dikehendaki dan khususnya penting
dalam larutan intraokuler. Namun demikian, ini tidak dibutuhkan
ketika total stabilitas produk dipertimbangkan.
5. ViskositasUSP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat
viskositas untuk memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk
absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa,
polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara
berkala untuk meningkatkan viskositas.Para peneliti telah
mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam
mata. umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan
meningkat lama kontak dalam mata.6. Additive/tambahanPenggunaan
bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun demikian
pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium
Bisulfat atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai
0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin.
Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga
digunakan. Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan
oksidasi epinefrin.Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi
hal yang sama. surfaktan nonionik, kelas toksis kecil seperti bahan
campuran digunakan dalam konsentrasi rendah khususnya suspensi dan
berhubungan dengan kejernihan larutan.Penggunaan surfaktan,
khususnya beberapa konsentrasi signifikan sebaiknya dengan
karakteristik bahan-bahah. surfaktan nonionik, khususnya dapat
bereaksi dengan adsorpsi dengan komponen pengawet antimikroba dan
inaktif sistem pengawet.Surfaktan kationik digunakan secara
bertahap dalam larutan mata tetapi hampir invariabel sebagai
pengawet antimikroba. benzalkonium klorida dalam range 0,01-0,02%
dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi. Benzalkonium klorida
sebagai pengawet digunakan dalam jumlah besar dalam larutan dan
suspensi mata komersial.F. Penggunaan tetes mata Cuci tangan Dengan
satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah Jika
penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika enates
dimasukkan ke dalam botol untuk membawa larutan ke dalam enates
Tempatkan penates di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata
bagian bawah sambil melihat ke atas jangan menyentuhkan enates pada
mata atau jari. Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata
tetap terbuka dan jangan berkedip paling kurang 30 detik jika
penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup
rapat.
5. PARAMETER SEDIAAN TETES MATA YANG BAIK1. KejernihanLarutan
mata adalah dengan definisi bebas dari partikel asing dan jernih
secara normal diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan
filtrasi dan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak
dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk
menghilangkannya.Pengerjaan penampilan dalam lingkungan
bersih.Penggunaan Laminar Air Flow dan harus tidak tertumpahkan
akan memberikan kebersamaan untuk penyiapan larutan jernih bebas
partikel asing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan
streilitas dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting
untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk
pembersihan wadah dan tutup. Keduanya, wadah dan tutup harus
bersih, steril dan tidak tertumpahkan.Wadah dan tutup tidak membawa
partikel dalam larutan selama kontak lama sepanjang penyimpanan.
Normalnya dilakukan test sterilitas.2. StabilitasStabilitas obat
dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan
obat,pH produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zat
tambahan larutan dan tipe pengemasan.3. TonisitasTonisitas berarti
tekanan yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan berair,
larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika
magnefudosifat koligatif larutan adalah sama. larutan mata
dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan 0,9%
laritan Na Cl.Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi
tonisitas daripada suatu waktu yang diusulkan. Maka biasanya dapat
mentoleransi larutan sama untuk range 0,5%-1,8% NaCl. Memberikan
pilihan, isotonisitas selalu dikehendaki dan khususnya penting
dalam larutan intraokuler. Namun demikian, ini tidak dibutuhkan
ketika total stabilitas produk dipertimbangkan.4. ViskositasUSP
mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk
memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan
aktivitasnya.Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol
dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk
meningkatkan viskositas.Para peneliti telah mempelajari efek
peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam mata.umumnya
viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama
kontak dalam mata.5. Tambahan (additives)Penggunaan bahan tambahan
dalam larutan mata diperbolehkan, namun demikian pemilihan dalam
jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau
metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya
dalam larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain
seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan.
Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi
epinefrin.6. Tetes mata harus sterilSterilisasi merupakan sesuatu
yang penting.Larutan mata yang dibuat dapat membawa banyak
organisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas
aeruginosa.Infeksi mata dari organisme ini yang dapat menyebabkan
kebutaan.Ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk nonsteril
di dalam mata ketika kornea dibuka.Bahan-bahan partikulat dapat
mengiritasi mata, ke tidak nyamanan pada pasien dan metode ini
tersedia untuk pengeluarannya Jika suatu batasan pertimbangan dan
mekanisme pertahanan mata, bahwa sediaan mata harus steril. air
mata, kecuali darah, tidak mengandung antibodi atau mekanisme untuk
memproduksinya. Oleh karena itu, mekanisme pertahanan utama melawan
infeksi mata secara sederhana aksi pertahanan oleh air mata, dan
sebuah enzim ditemukan dalam air mata (lizozim) dimana mempunyai
kemampuan untuk menghidrolisa polisakarida dari beberapa organisme
ini. Organisme ini tidak dipengaruhi oleh lizozim. satu yang paling
mungkin yang menyebabkan kerusakan mata adalah Pseudomonas
aeruginosa (Bacillus pyocyneas).Pseudomonas aeruginas (B.
pyocyaneus; P. pyocyanea; Blue pas bacillus) ini merupakan
mikroorganisme berbahaya dan upportunis yang tumbuh baik pada
kultur media yang menghasilkan toksin dan zat/produk antibakteri,
cenderung untuk membunuh kontaminan lain dan membiarkan Pseudomonas
aeruginosa untuk tumbuh pada kultur murni. Bacillus gram negative
menjadi sumber dari infeksi yang serius pada kornea. Ini dapat
menybabkan kehilangan penglihatan pada 24-48 jam. Pada konsentrasi
yang ditoleransi oleh jaringan mata, menunjukkan bahwa semua zat
antimikroba didiskusikan pada bagian berikut dapat tidak efektif
melawan beberapa strain dari organisme ini.Jika suatu batasan
pertimbangan dan mekanisme pertahanan mata, bahwa sediaan mata
harus steril.Air mata, kecuali darah, tidak mengandung antibody
atau mekanisme untuk memproduksinya.Oleh karena itu, mekanisme
pertahanan utama melawan infeksi mata secara sederhana aksi
pertahanan oleh air mata, dan sebuah enzim ditemukan dalam air mata
(lizozim) dimana mempunyai kemampuan untuk menghidrolisa
polisakarida dari beberapa organisme ini.Organisme ini tidak
dipengaruhi oleh lizozim.Satu yang paling mungkin yang menyebabkan
kerusakan mata adalah Pseudomonas aeruginosa (Bacillus
pyocyneas).7. Tetes mata harus isotonisIsotonisitas dalam larutan
mata. Ketika sekresi lakrimal sekarang dipertimbangkan untuk
mempunyai tekanan smotic yang sama sebagai cairan darah, dan
kemudian menjadi isotonis dengan 0,9% larutan natrium klorida,
perhitungan untuk penyiapan larutan mata isotonis telah
disederhanakan. Farmasis selanjutnya selalu menuntut, sebagai
bagian dari praktek profesionalnya, untuk menyiapkan larutan mata
yang isotonis (Scovilles : 234).Tonisitas adalah tekanan osmotik
yang diberikan oleh garam dalam larutan berair. Larutan mata adalah
isotonik dengan cairan lain ketika magnetudo sifat koligatif
larutan adalah sama. Larutan yang dipertimbangkan isotonik ketika
tonisitasnya sama dengan larutan NaCl 0,9%.Perhitungan isotonisitas
dalam suatu waktu mendapat penekanan yang lebih berat. Calon
farmasis harus diajarkan persyaratan yang lebih mendetail dan
peralatan untuk mencapai tonisitas, kadang-kadang kerusakan
disebabkan oleh faktor lain seperti sterilitas dan
stabilitas.Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas
daripada suatu waktu yang diusulkan. Mata biasanya dapat
mentoleransi larutan yang ekuivalen dalam rentang 0,5-1,8% NaCl.
Memberikan pilihan, isotonisitas selalu diinginkan dan khususnya
penting dalam larutan intraokuler. Namun demikian, ini tidak
dibutuhkan menjadi perkara yang berlebihan ketika total stabilitas
produk dipertimbangkan.Tonisitas berarti tekanan osmotik yang
dihasilkan oleh larutan dari keberadaan padatan terlarut atau tidak
larut. Cairan mata dan cairan tubuh lainnya memberikan tekanan
osmotik sama dengan garam normal atau 0,9% larutan NaCl. Larutan
yang mempunyai jumlah bahan terlarut lebih besar daripada cairan
mata disebut hipertonik. Sebaliknya, cairan yang mempunyai sedikit
zat terlarut mempunyai tekanan osmotik lebih rendah disebut
hipotonik. Mata dapat mentoleransi larutan yang mempunyai nilai
tonisitas dalam range dari ekuivalen 0,5% sampai 1,6% NaCl tanpa
ketidaknyamanan yang besar.Tonisitas pencuci mata mempunyai hal
penting lebih besar daripada tetes mata karena volume larutan yang
digunakan. Dengan pencuci mata dan dengan bantuan penutup mata,
mata dicuci dengan larutan kemudian overwhelming kemampuan cairan
mata untuk mengatur beberapa perbedaan tonisitas. Jika tonisitas
pencuci mata tidak mendekati cairan mata, dapat, menghasilkan nyeri
dan iritasi.Dalam pembuatan larutan mata, tonisitas larutan dapat
diatur sama cairan lakrimal dengan penambahan zat terlarut yang
cocok seperti NaCl. Jika tekanan osmotik dari obat diinginkan
konsentrasi melampaui cairan mata, tidak ada yang dapat dilakukan
jika konsentrasi obat yang diinginkan dipertahankan, ketika larutan
hipertonik. Contohnya 10 dan 30% larutan natrium sulfasetamid
adalah hipertonik, konsentrasi kurang dari 10% tidak memberikan
efek klinik yang diinginkan. Untuk larutan hipotonik sejumlah
metode disiapkan untuk menghitung jumlah NaCl untuk mengatur
tonisitas larutan mata, salah satu metodenya adalah metode
penurunan titik beku.8. pH cairan mataAda persetujuan umum tentang
konsentrasi ion hydrogen dari cairan lakrimal adalah mendekati
netral.Namun demikian, variasi nilai telah dilaporkan oleh beberapa
peneliti. Kemudian Hasford dan Hicks, Buchr dan Baeschlin, Feldman,
Dekking, Byleveld, van Grosz dan Hild dan Goyan dilaporkan telah
menemukan pH cairan mata berhubungan dengan darah. Yang lain telah
mendapatkan nilai yang berbeda: Gyorffy dari 6,3-8,4, Lipschultz
8,0, Oguchi dan Nakasima dari 8,4-8,6. Federsen-Bjergaard menemukan
pH cairan lakrimal dari sepuluh orang normal dan menemukan nilai
8,2. Dia membuat ketentuan dengan cara kolorimetri dan
elektrometri, dan ditemukan hasil yang sama pada kedua metode. Hind
dan Goyan dalam pekerjaan terakhir, menemukan pH air mata adalah
7,4. Berdasarkan hal itu, pH cairan lakrimal sekurang-kurangnya 7,4
dan mungkin lebih alkali. (Scovilles : 224).Konsentrasi ion
hidrogen dari cairan mata berkisar 7,2-7,4. Sekresi lakrimal
mempunyai nilai pH antara 7,2-7,4 dan mempunyai kapasitas membuffer
yang tinggi. Akibatnya, mata dapat mentoleransi larutan yang
mempunyai nilai pH dari 3,5-10, mereka tidak didapar dengan kuat
ketika cairan mata akan dengan cepat memperbaiki nilai pH normal
dari mata.9. pH sediaan tetes mataLarutan lakrimal normalnya pH 7,4
dengan rentang 5,2-8,3. Ini masih bisa ditoleransi oleh larutan
mata dengan range pH ini, disebabkan oleh (1) volume kecil larutan,
(2) buffer cairan mata, dan (3) peningkatan produksi air mata.
(Parrot : 223). Dalam banyak perumpamaan, kita dapat mencapai obat
dengan seratus kali lebih stabil pada pH 5,0 dan kemudian pH 7,0.
pH dari larutan mata sebaiknya antara 4,5 dan 9.10. PewadahanWadah
untuk larutan mata.Larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit
kecil, tidak pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang
lebih kecil. Botol 7,5 ml adalah ukuran yang menyenangkan untuk
penggunaan larutan mata. Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu
pengobatan akan dijaga oleh pasien dan meminimalkan jumlah
pemaparan kontaminasi. Botol lastic untuk larutan mata juga dapat
digunakan.Meskipun beberapa botol lastic untuk larutan mata telah
dimunculkan dalam pasaran, mereka masih melengkapi dan yang terbaik
adalah untuk menulis secara langsung produksi untuk menghasilkan
informasi teknik dalam perkembangan terakhir.Tipe wadah yang biasa
digunakan untuk tetes mata adalah vertikal dilipat ambar atau gelas
botol hijau layak dengan tutup bakelite yang membawa tube tetes
dengan sebuah pentil dan kemampuan untuk ditutup sebagaimana untuk
menahan mikroorganisme. Sifat-sifat yang penting sebagai berikut
:a. Mereka (wadah) dilengkapi dengan uji untuk membatasi alkali
gelas. Copper (1963) menunjukkan bahwa kadang-kadang botol dapat
dibebasalkalikan tetapi tube tetes tidak. Ini dapat dicontohkan
oleh tetes mata fisostigmin dalam larutan dalam botol tidak
berwarna tetapi pada tube tetes berwarna merah muda.b. Mereka
melindungi isi bahan terhadap cahaya. Banyak bahan obat sensitif
terhadap cahaya.c. Mereka mempunyai segel yang memuaskan. Norton
(1963) menunjukkan test warna.d. Pentil karet atau pentil dari
bahan-bahan lain adalah penyerap dan sebaiknya dijenuhkan dengan
pengawet yang digunakan dalam larutan mata dimana mereka
digunakan.e. Mereka menyiapkan penetes yang siap digunakan dan
melindungi terhadap kerusakan dan kontaminasi.f. Mereka dilengkapi
dengan pengaturan racun. Banyak obat mata adalah racun.g. Wadah non
gelas tidak bereaksi dengan obat-obat atau partikel lain yang
menjadi isi larutan.Wadah untuk larutan mata. Larutan mata
sebaiknya digunakan dalam unit kecil, tidak pernah lebih besar dari
15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. Botol 7,5 ml adalah
ukuran yang menyenangkan untuk penggunaan larutan mata. Penggunaan
wadah kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien
dan meminimalkan jumlah pemaparan kontaminasi.Botol plastik untuk
larutan mata juga dapat digunakan. Meskipun beberapa botol plastik
untuk larutan mata telah dimunculkan dalam pasaran, mereka masih
melengkapi dan yang terbaik adalah untuk menulis secara langsung
produksi untuk menghasilkan informasi teknik dalam perkembangan
terakhir.Larutan mata disiapkan secara terus-menerus dikemas dalam
wadah tetes (droptainers) polietilen atau dalam botol tetes gelas.
Untuk mempertahankan sterilitas larutan, wadah harus steril. Wadah
polietilen disterilkan dengan etilen oksida, sementara penetes
gelas dapat dengan dibungkus dan diotoklaf. Secara komersial
disiapkan unit dosis tunggal dengan volume 0,3 ml atau kurang
dikemas dalam tube polietilen steril dan disegel dengan
pemanasan.Wadah gelas sediaan mata tradisional dengan dilengkapi
penetes gelas telah dilengkapi hampir sempurna dengan unit penetes
polietilen densitas rendah yang disebut Droptainer. Hanya sejumlah
kecil wadah gelas yang masih digunakan, biasanya karena pembatasan
sterilitas. Larutan intraokuler volume besar 250-500 ml telah
dikemas dalam gelas, tetapi bahkan sediaan parenteral mulai dikemas
dalam pabrik khusus wadah polietilen/polipropilen. Satu yang masih
perlu dipikirkan adalah wadah plastik, biasanya polietilen densitas
rendah, adalah tidak dengan alat tergantikan dengan gelas. Wadah
plastik adalah permeabel terhadap beberapa bahan termasuk cahaya
dan air. Wadah plastik dapat mengandung variasi bahan-bahan
ekstraneous seperti bahan pelepas jamur, antioksidan, reaksi
quenchers dan yang mirip, siap dapat menggunakan plastik dalam
wadah larutan. Lem label, tinta dan warna juga dapat berpenetrasi
polietilen dengan cepat, sebaliknya bahan-bahan menguap dapat
menyerap dari larutan ke dalam atau melalui wadah plastik. Wadah
gelas memberikan bahan yang menyenangkan untuk penyiapan
terus-menerus larutan mata. Tipe I digunakan. Wadah sebaiknya
dicuci dengan air destilasi steril kemudian disterilisasi dengan
otoklaf. Penetes normalnya disterilkan dan dikemas dalam blister
pack yang menyenangkan
6. FORMULA UMUMR/Zat aktifBahan pembantu :PengawetPendapar
SurfaktanPengisotonisPeningkat viskositasAnti oksidanPensuspensi A.
TEORI BAHAN PEMBANTU1. PengawetLarutan obat mata dapat dikemas
dalam wadah takaran ganda bila digunakan secara perorangan pada
pasien dan bila tidak terdapat kerusakan pada permukaan mata. Wadah
larutan obat mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin
sterilitas pada pemakaian pertama. Sedangkan untuk penggunaan
pembedahan, disamping steril, larutan obat mata tidak boleh
mengandung antibakteri karena dapat mengiritasi jaringan mata. (FI
IV hal 13 & 14)Kontaminasi pada sediaan mata dapat menyebabkan
kerusakan yang serius, misalnya menyebabkan radang kornea mata.
Kontaminan yang terbesar adalah Pseudomonas aeruginosa. Pertumbuhan
bakteri bacillus Gram negatif ini terjadi dengan cepat pada
beberapa medium dan menghasilkan zat toksin dan anti bakteri.
Sumber bakteri terbesar adalah air destilasi yang disimpan secara
tidak tepat yang digunakan dalam pencampuran (AOC, 223).Organisme
lain yang bisa menghasilkan infeksi kornea seperti golongan proteus
yang telah diketahui sebagai kontaminan dalam larutan metil
selulosa. Selain bakteri, fungi juga merupakan kontaminan misalnya
Aspergillus fumigatus. Virus juga merupakan kontaminan seperti
herpes simplex, vaksin, dan moluscum contagiosum. Umumnya pengawet
tidak cocok dengan virus(AOC, 223 - 224).Mikroorganisme lain yang
dapat mengkontaminasi sediaan optalmik adalah Hemophillus
influenza, Hemophillus conjunctividis, Neisseria gonorrhoeae,
Neisseria meningitidis,dll (Repetitorium BL, 38).Pengawet yang
dipilih seharusnya mencegah dan membunuh pertumbuhan mikroorganisme
selama penggunaan. Pengawet yang sesuai untuk larutan obat tetes
mata hendaknya memiliki sifat sebagai berikut (AOC, 234) : Bersifat
bakteriostatik dan fungistatik. Sifat ini harus dimiliki terutama
terhadap Pseudomonas aeruginosa. Non iritan terhadap mata (jaringan
okuler yaitu kornea dan konjungtiva). Kompatibel terhadap bahan
aktif dan zat tambahan lain yang dipakai. Tidak memiliki sifat
alergen dan mensensitisasi. Dapat mempertahankan aktivitasnya pada
kondisi normal penggunaan sediaan.Golongan pengawet pada sediaan
tetes mata (DOM hal 148; Diktat kuliah teknologi steril, 291-293 ;
Codex, 161-165 ; Benny Logawa, 43) :jenis
konsentrasiinkompatibilitasketerngan
Senyawa amonium kuartener : Benzalkonium klorida0,004-0,02 %
(biasanya 0,01%)Sabun, surfaktan anionik, salisilat, nitrat,
fluorescein natrium.Paling banyak dipakai untuk sediaan optalmik.
.Efektivitasnya ditingkatkan dengan penambahan EDTA 0,02%.
Senyawa merkur nitrat : -fenil merkuri nitrat
-thiomersal0,1-0,005% 0,005%Halida tertentu dengan fenilmerkuri
asetatBiasanya digunakan sebagai pengawet dari zat aktif yang OTT
dengan benzalkonium klorida
Parahidroksi benzoat : nipagin, nipasolnipagin 0,18%+ nipasol
0,02%Ddiadsorpsi oleh makromolekul, interaksi dengan surfaktan
nonionikJarang digunakan; banyak digunakan untuk mencegah
pertumbuhan jamur, dalam dosis tinggi mempunyai sifat antimikroba
yang lemah.
Fenol : klorobutanol0,5-0,7%Stabilitasnya pH dependent;
aktivitasnya tercapai pada konsentrasi dekat kelarutan maxAkan
berdifusi melalui kemasan polietilen low-density
Alkohol aromatik : feniletil alkohol0,5-0,9% or 0,5%Kelarutan
dalam air rendahAkan berdifusi melalui kemasan polietilen
low-density, kadang2 digunakan dalam kombinasi dengan pengawet
lain.
Kombinasi pengawet yang biasanya digunakan adalah : Benzalkonium
klorida + EDTA Benzalkonium klorida +
Klorobutanol/feniletilalkohol/ fenilmerkuri nitrat Klorobutanol +
EDTA/ paraben Tiomerasol + EDTA Feniletilakohol + paraben2.
PengisotonisPengisotonis yang dapat digunakan adalah NaCl, KCl,
glukosa, gliserol dan dapar (Codex, 161-165). Rentang tonisitas
yang masih dapat diterima oleh mata : FI IV : 0,6 2,0% RPS dan RPP
: 0,5 1,8% AOC: 0,9 1,4%Codex dan Husa : 0,7 1,5% Tapi usahakan
berada pada rentang 0,6 1,5% (Diktat kuliah teknologi steril).
Hati-hati kalau bentuk garam zat aktif adalah garam klorida (Cl)
karena jka pengisotonis yang digunakan adalah NaCl dapat terjadi
kompetisi dan salting out.3. PendaparSecara ideal, larutan obat
mata mempunyai pH dan isotonisitas yang sama dengan air mata. Hal
ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4 banyak obat
yang tidak cukup larut dalam air. sebagian besar garam alkaloid
mengendap sebagai alkaloid bebas pada pH ini. Selain itu banyak
obat tidak stabil secara kimia pada pH mendekati 7,4 (FI III, 13).
Tetapi larutan tanpa dapar antara pH 3,5 10,5 masih dapat
ditoleransi walaupun terasa kurang nyaman. Di luar rentang pH ini
dapat terjadi iritasi sehingga mengakibatkan peningkatan lakrimasi
(Codex, 161-165). Rentang pH yang masih dapat ditoleransi oleh mata
menurut beberapa pustaka : 4,5 9,0 menurut AOC; 3,5 8,5 menurut FI
IV.Syarat dapar (Codex, 161-165) : Dapat menstabilkan pH selama
penyimpanan Konsentrasinya tidak cukup tinggi karena konsentrasi
yang tinggi dapat mengubah pH air mata.Menurut Codex, dapar yang
dapat dipakai adalah dapar borat, fosfat dan sitrat. Tapi
berdasarkan Suarat Edaran Dirjen POM tgl 12 Oktober 1999, asam
borat tidak boleh digunakan untuk pemakaian topikal/lokal karena
resiko toksisitasnya lebih besar dibandingkan khasiatnya untuk
penggunaan topikal. Jadi, dapar yang boleh digunakan untuk sediaan
optalmik hanya dapar fosfat dan sitrat.Dapar yang digunakan
sebaiknya adalah dapar yang telah dimodifikasi dengan penambahan
NaCl yang berfungsi untuk menurunkan kapasitas daparnya. Dapar
sitrat modifikasi Mc Ilvaine (Codex, 68)pHNa fosfat (Na2HPO4.12H2O)
g/LAsam sitrat (C6H8O7.H20) g/L
2,21,420,6
2,44,419,7
2,67,818,7
2,811,417,7
3,014,716,7
3,217,715,8
3,420,415,0
3,623,114,2
3,825,413,6
4,027,612,9
4,229,712,3
4,431,611,7
4,633,511,2
4,835,510,7
5,036,910,2
pHNa fosfat (Na2HPO4.12H2O) g/LAsam sitrat (C6H8O7.H20) g/L
5,238,49,7
5,439,99,3
5,641,58,8
5,843,38,3
6,045,27,7
6,247,37,1
6,449,66,5
6,652,15,7
6,855,34,8
7,059,03,7
7,262,32,7
7,465,11,9
7,667,11,3
7,868,60,9
8,069,70,58
4. Peningkat viskositasBeberapa hal yang harus diperhatikan pada
pemilihan bahan peningkat viskositas untuk sediaan optalmik adalah
( Codex, 161-165) Sifat bahan peningkat viskositas itu sendiri.
Mis. Polimer mukoadhesif ( asam hyaluronat dan turunannya;
carbomer) secara signifikan lebih efektif daripada polimer non
mukoadhesif pada konsentrasi equiviscous. Perubahan pH dapat
mempengaruhi aktivitas bahan peningkat viskositas. Penggunaan
produk dengan viskositas tinggi kadang tidak ditoleransi baik oleh
mata dan menyebabkan terbentuknya deposit pada kelopak mata; sulit
bercampur dengan air mata; atau mengganggu difusi obat.Penggunaan
peningkat viskositas dimaksudkan untuk memperpanjang waktu kontak
antara sediaan dengan kornea sehingga jumlah bahan aktif yang
berpenetrasi dalam mata akan semakin tinggi sehingga menambah
efektivitas terapinya ( Diktat kuliah teknologi steril,
303).Viskositas untuk larutan obat mata dipandang optimal jika
berkisar antara 15-25 centipoise (cps). Peningkat viskositas yang
biasa dipakai adalah metilselulosa 4000 cps sebanyak 0,25% atau 25
cps sebanyak 1%, HPMC, atau polivinil alkohol (Ansel, 548-552).
Menurut Codex, dapat digunakan turunan metil selulosa, polivinil
alkohol, PVP, dekstran and makrogol.Na CMC jarang digunakan karena
tidak tahan terhadap elektrolit sehingga kekentalan menurun; kadang
tidak tercampurkan dengan zat aktif (Diktat kuliah teknologi
steril, 303).Pada umumnya penggunaan senyawa selulosa dapat
meningkatkan penetrasi obat dalam tetes mata, demikian juga dengan
PVP dan dekstran. Jadi, pemilihan bahan pengental dalam obat tetes
mata didasarkan pada ( Diktat kuliah teknologi steril, 304):
Ketahanan pada saat sterilisasi, Kemungkinan dapat disaring,
Stabilitas, dan Ketidakbercampuran dengan bahan-bahan
lain.Pangental yang sering dipakai adalah : Metilselulosa, HPMC dan
PVP.5. Anti oksidanZat aktif untuk sediaan mata ada yang dapat
teroksidasi oleh udara. Untuk itu kadang dibutuhkan antioksidan.
Antioksidan yang sering digunakan adalah Na metabisulfit atau Na
sulfit dengan konsentrasi sampai 0,3%. Vitamin C (asam askorbat)
dan asetilsistein pun dapat dipakai terutama untuk sediaan
fenilefrin.Degradasi oksidatif seringkali dikatalisa oleh adanya
logam berat, maka dapat ditambahkan pengkelat seperti EDTA.
Penggunaan wadah plastik yang permeabel terhadap gas dapat
meningkatkan proses oksidatif selama penyimpanan (Codex, 161-165;
RPS, 1590).6. SurfaktanPemakaian surfaktan dalam obat tetes mata
harus memenuhui berbagai aspek (Diktat kuliah teknologi steril,
304) : Sebagai antimikroba (Surfaktan golongan kationik seperti
benzalkonium klorida, setil piridinium klorida, dll). Menurunkan
tegangan permukaan antara obat mata dan kornea sehingga
meningkatkan akti terapeutik zat aktif. Meningkatkan ketercampuran
antara obat tetes mata dengan cairan lakrimal, meningkatkan kontak
zat aktif dengan kornea dan konjungtiva sehingga meningkatkan
penembusan dan penyerapan obat. Tidak boleh meningkatkan
pengeluaran air mata, tidak boleh iritan dan merusak kormea.
Surfaktan golongan non ionik lebih dapat diterima dibandingkan
dengan surfaktan golongan lainnya.Penggunaan surfaktan dalam
sediaan optalmik terbatas karena bisa melarutkan bagian lipofil
dari mata. Surfaktan non ionik, yang paling tidak toksik
dibandingkan golongan lain, digunakan dalam konsentrasi yang rendah
dalam suspensi steroid dan sebagai pembantu untuk membentuk larutan
yang jernih.Surfaktan dapat juga digunakan sebagai kosolven untuk
meningkatkan solubilitas (jarang dilakukan). Surfaktan non ionik
dapat mengadsorpsi senyawa pengawet antimikroba dan
menginaktifkannya. (RPS, 1590)Menurut Codex, surfaktan non ionik
yang sering dipakai adalah Polisorbat 80 (Tween 80). Sedangkan
menurut Diktat kuliah teknologi steril dapat juga digunakan Tween
20, benzetonium klorida, miristil-gamma-picolinium klorida,
polioxil 40-stearat, alkil-aril-polietil alkohol, dioktil sodium
sulfosuksinat, dan lain-lain.
B. PERHITUNGAN1. Metode turunnya titik bekuTurunnya titik beku
serum darah atau cairan lakrimal sebesar -0,52C yang setara dengan
0,9% NaCl. Makin besar konsentrasi zat terlarut makin besar
turunnya titik beku.
METODE I (BPC): W = Jumlah (g) bahan pembantu isotoni dalam 100
ml larutana = Turunnya titik beku air akibat zat terlarut, dihitung
dengan memperbanyak nilai untuk larutan 1% b/vb = Turunnya titik
beku air yang dihasilkan oleh 1% b/v bahan pembantu isotonijika
konsentrasi tidak dinyatakan, a = 0 ( tidak ditambahkan
pengisotonis.
METODE II : Keterangan :Tb = turunnya titik beku larutan
terhadap pelarut murninyaK = turunnya titik beku pelarut dalam
MOLAR (konstanta Kryoskopik air = 1,86 yang menunjukkan turunnya
titik beku 1 mol zat terlarut dalam 1000 g cairan)m = Zat yang
ditimbang (g)n = jumlah ionM = berat molekul zat terlarutL = massa
pelarut (g) 2. Ekivalensi NaClDidefinisikan sebagai suatu faktor
yang dikonversikan terhadap sejumlah tertentu zat terlarut terhadap
jumlah NaCl yang memberikan efek osmotik yang sama. Misalnya
ekivalensi NaCl asam borat 0,55 berarti 1 g asam borat di dalam
larutan memberikan jumlah partikel yang sama dengan 0,55 g
NaCl.
METODE WELLS :
Keterangan :L = turunnya titik beku MOLALI = turunnya titik beku
akibat zat terlarut (oC)C = Konsentrasi molal zat terlarutOleh
karena itu zat aktif dengan tipe ionik yang sama dapat menyebabkan
turunnya titik beku molal yang sama besar, maka Wells mengatasinya
dengan menggolongkan zat-zat tersebut menjadi beberapa kelompok
sesuai dengan jumlah ion yang dihasilkan.
METODE LAIN : Keterangan :E = ekivalensi NaClL = turunnya titik
beku molalM = berat molekul zat.
3. Metode Liso (Diktat Kuliah Steril,166)
Rumus : Keterangan :Tf = penurunan titik bekuLiso= harga
tetapan; non elektrolit =1,86 ; elektrolit lemah =2 ; uni- univalen
=3,4 BM= berat molekulV= volume larutan dlm mlBerat= dalam gram zat
terlarut4. Metode white-Vincent (Diktat kuliah steril hal,
167)Tonisitas yang diinginkan ditentukan dengan penambahan air pada
sediaan parenteral agar isotonis. Rumus yang dipakai : V = w x E x
111,1Dengan V= volume dalam mlw = berat dalam gramE = ekivalensi
NaClContoh :R/ Phenacaine hidroklorida 0,06 grAsam borat 0,30
grAqua bidestilata steril ad 100 ml Maka : v= ( (0,06 x 0,20)+ (0,3
x 0,50)) x 111,1 ml= 18 mlJadi obat dicampur dengan air sampai 18
ml. Lalu tambah pelarut isotonis sampai 100 ml
5. Metode Sprowls (Diktat kuliah steril hal 167 )Merupakan
modifikasi dari metode White dan Vincent, dimana w dibuat tetap 0,3
gram, jadi : V = E x 33,33 ml Contoh perhitunganTonisitas Cara
EkivalensiRanitidin HCl27,9 mgNa2HPO4 anhidrat0,98 mgKH2PO41,5
mgAqua pro injection ad 1 ml
Ranitidin HCl 27,9 mg/ml= 2,79 g/100 ml = 2,79 % E 3% = 0,16 (FI
Ed. IV Hal. 1255 )Na2HPO4 anhidrat 0,98 mg/ml ~ (BM Na2HPO4
dihidrat / BM Na2HPO4 anhidrat) x 0,98= ( 159,96 / 141,96 ) x 0,98=
1,1 mg/ml= 0,11 g/100 ml= 0,11%E 0,5% = 0,44 (FI Ed. IV)KH2PO4 1,5
mg/ml = 0,15 g/100 ml= 0,15 %E 0,5% = 0,48 (FI Ed. IV)ZatEjumlah
zat dalam 100 ml (g)kesetaraan NaCl
Ranitidin HCl0,162,790,4464
Na2HPO4 dihidrat0,440,110,0484
KH2PO40,480,150,072
NaCl yang ditambahkan agar isotonis= 0,9 ( 0,4464 + 0,0484 +
0,0720 = 0,3332 g/ 100 mlNaCl yang ditambahkan dalam 1 ml = 3,3
mg/ml
Cara penurunan titik bekuZatTf Kons. Zat X Tf 1%
Ranitidin HCl0.12.790,4464
Na2HPO4 dihidrat0.240.110,0484
KH2PO40.250.150,072
jumlah0.3429.34
Tf isotonis = 0,52agar isotonis, Tf yang ditambahkan= 0,52 0,34=
0,18Setara dengan NaCl :( 0,18 / 0,52 x 0,9 g/100 ml )= 0,31 g/100
ml= 3,1 mg/mlJadi NaCl yang ditambahkan agar larutan isotonis
sebanyak 3,1 mg/ml
C. KAPASITAS DAPARKapasitas dapar adalah kemampuan tidak
berubahnya pH dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa.
Rumus : = B = 2,303 C Ka.[H3O+] pH { Ka + [H3O+] }2= kapasitas
daparB= perubahan konsentrasi asam atau basapH= perubahan pHC=
konsentrasi molar larutan daparKa= konstanta disosiasi larutan
daparKapasitas dapar dapat dihitung dengan persamaan
Henderson-Hasselbach : pH = pKa + log [gram] [gram]
Contoh perhitunganDapar Dalam 1 ml larutan mengandung Ranitidin
HCl, pH stabilitas = 6,7-7,3 di dapar pada pH = 7 ([H3O+] = 10 -7
)Dapar pospat pH = 6 8,2pKa 1 = 2,21pKa2 = 7,21pKa3 = 12,67Dapar
yang baik jika pH = pKa kurang lebih 1, maka dipilih H2PO4 dan HPO4
pKa2 = 7,21 (Ka = 6,3 . 10-8) Catatan : Kapasitas dapar yg umum
digunakan 0,01 = 2,303 C Ka.[H3O+] { Ka + [H3O+] }20,01 = 2,303 C
6,3 .10-8 . 10-7 (6,3 .10-8+ 10-7)2 C = 0,018 MpH = pKa + log [
garam ] [ asam ] 7 = 7,21 + log [ garam ] [ asam ][garam] = 0,62
[asam][asam] + [garam] = 0,0181,62 [asam] = 0,018[asam] = 1,1 .
10-2 mol/L = 1,1 . 10-5 mol/ml ( BM asam KH2PO4 = 141,96 )Massa
asam = 1,1 . 10-5 X 141,96 = 1,5 mg[garam] = 0,62 [asam] 6,89 . 10
-3 mol/L = 6,89 . 10 -6 mol/ml (BM Na2HPO4 anhidrat =
136,09)[garam] = 6,89 . 10-6 X 136,09 = 0,98 mgJadi dapar yang
digunakan adalah KH2PO4 1,5 mg/ml dan Na2HPO4 0,98 mg/ml7. METODE
STERILISASIAda dua metode pembuatan sediaan steril yaitu cara
sterilisasi akhir dan cara aseptikA. Cara sterilisasi akhirCara ini
merupakan cara sterilisasi umum dan paling banyak digunakan dalam
pembuatan sediaan steril. Zat aktif harus stabil terhadap molekul
air dan pada suhu sterilisasi. Sediaan disterilkan pada tahap
terakhir pembuatan sediaan. Semua alat setelah lubang-lubangnya
ditutup dengan kertas perkamen, disterilkan dengan cara sterilisasi
yang sesuai. B. Cara aseptikCara ini terbatas penggunaanya pada
sediaan yang mengandung zat aktif peka suhu tinggi dan dapat
mengakibatkan penguraian atau penurunan kerja farmakologinya.
Antibiotika dan beberapa hormon tertentu merupakan zat aktif yang
sebaiknya diracik secara aseptik. Cara aseptik bukanlah suatu
metode sterilisasi (Repetitorium Benny Logawa, hal 82) melainkan
suatu cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan mencegah
kontaminasi jasad renik dalam sediaan.Metode sterilisasi terutama
ditentukan oleh sifat sediaan tersebut. Jika memungkinkan,
penyaringan dengan penyaring membran steril merupakan metode yang
baik. jika dapat ditunjukkan bahwa pemanasan tidak mempengaruhi
stabilitas sediaan, sterilisasi obat dalam wadah akhir dengan
otoklaf juga merupakan pilihan baik. Pendaparan obat tertentu
disekitar pH fisiologis dapat menyebabkan obat tidak stabil pada
suhu tinggi. Penyaringan dengan menggunakan penyaring bakteri
adalah suatu cara yang baik untuk menghindari pemanasan, namun
perlu perhatian khusus dalam pemilihan, perakitan dan penggunaan
alat-alat. Sedapat mungkin gunakan penyaring steril 1x pakai. (FI
IV hal 13).Cara-cara sterilisasi (FI IV hal 1112)1. Sterilisasi Uap
Proses sterilisasi termal menggunakan uap jenuh di bawah tekanan
berlangsung di suatu bejana yang disebut otoklaf. Suatu siklus
otoklaf yang ditetapkan dalam farmakope, untuk media atau pereaksi
adalah selama 15 menit, 121oC, kecuali dinyatakan lain. Prinsip
dasar kerja alat: udara di dalam bejana diganti dengan uap jenuh,
dan hal ini dicapai dengan menggunakan alat pembuka atau penutup
khusus. (FI IV hal 1112)2. Sterilisasi Panas keringProses
sterilisasi termal untuk bahan yang tertera di farmakope dengan
menggunakan panas kering biasanya dilakukan dengan suatu proses
bets dalam suatu oven yang didesain khusus untuk tujuan tersebut.
Distribusi panas dapat berupa sirkulasi atau disalurkan langsung
dari suatu nyala terbuka. Suatu proses berkesinambungan sering
digunakan untuk sterilisasi dan depirogenisasi alat kaca sebagai
bagian dari sistem pengisian dan penutupan kedap secara aseptik
yang berkesinambungan dan terpadu. (FI IV hal 1112)3. Sterilisasi
GasPilihan untuk menggunakan sterilisasi gas sebagai alternatif
dari sterilisasi termal sering dilakukan jika bahan yang akan
disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada proses
sterilisasi uap atau panas kering. Bahan aktif yang umumnya
digunakan pada sterilisasi gas adalah etilen oksida. Keburukan dari
bahan ini adalah sangat mudah terbakar (walaupun sudah dicampur
dengan gas inert yang sesuai), bersifat mutagenik dan kemungkinan
adanya residu toksik dalam bahan yang disterilkan terutama yang
mengandung ion klorida. Proses sterilisasi umumnya berlangsung
dalam bejana yang bertekanan yang didesain sama seperti pada
otoklaf tetapi dengan tambahan bagian khusus yang hanya terdapat
pada alat sterilisasi yang menggunakan gas. Keterbatasan utama dari
proses sterilisasi etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas
tersebut untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam dari
bahan yang disterilkan. (FI IV hlm 1112 - 1113). Gas yang lain yang
dapat dipakai yaitu formaldehid (untuk lemari). 4. Sterilisasi
dengan Radiasi ionKeunggulan sterilisasi iradiasi meliputi
reaktivitas kimia rendah, residu rendah yang dapat diukur dan
kenyataan yang membuktikan bahwa variabel yang dikendalikan lebih
sedikit. Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi
radioaktif dari radioisotop (radiasi ) dan radiasi berkas
elektron.Iradiasi hanya menimbulkan sedikit kenaikan suhu tetapi
dapat mempengaruhi kualitas dan jenis plastik/kaca tertentu. (FI IV
hlm 1113)5. Sterilisasi dengan PenyaringanSterilisasi larutan yang
labil terhadap panas sering dilakukan dengan penyaringan
menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, sehingga mikroba yang
dikandung dapat dipisahkan secara fisika. Perangkat penyaring
umumnya terdiri dari suatu matriks berpori bertutup kedap atau
dirangkaikan pada wadah yang tidak permeabel. Efektivitas suatu
penyaring media atau penyaring substrat tergantung pada ukuran pori
bahan dan dapat tergantung pada daya absorbsi bakteri pada atau
dalam matriks penyaring atau bergantung pada mekanisme pengayakan.
Penyaringan untuk tujuan sterilisasi umumnya dilaksanakan
menggunakan rakitan yang memiliki membran dengan porositas nominal
0,2 m atau kurang. ( FI IV hlm 1114 - 1115).Metode
sterilisasimetode karakteristik zat aktif,
eksipien,wadahkerugian
Sterilisasi basah (autoklaf)Tahan panas (121oC selama 15 menit)
dan tahan lembab, cairan bercampur dengan air, wadah dapat ditembus
oleh airTidak depirogenasi
Sterilisasi panas kering (oven)Tahan panas (170oC selama 1 jam)
tidak tahan lembab, cairan tidak bercampur dengan airDapat
depirogenasi
Filtrasi menggunakan membranTidak tahan panas berbentuk cairan
tidak dapat digunakan untuk wadah Tidak depirogenasi, kemungkinan
terjadi absorbsi zat pada membran dan leaching membran
Irradiasi (gamma, elektron)Memiliki ikatan molekul stabil
terhadap radiasiTidak depirogenasi, mahal dan dapat merusak ikatan
molekul beberapa zat
Sterilisasi gasWasah polimer harus permeabel terhadap udara,uap
air,gas
8. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGANAkan dibuat sediaan tetes mata
dengan kekuatan sediaan % dengan volume mL/botolJumlah yang akan
dibuat :a. Untuk keperluan tugas = b. Untuk keperluan evaluasi = 60
wadahEvaluasi fisika:uji kejernihan (3); penetapan bahan partikulat
(2); penentuanbobotjenis dan pH (4); penentuan volume terpindahkan
(30);penentuanviskositas dan aliran (10); volume sedimentasi
(10);penampilan,kemampuan redispersi, penentuan homogenitas dan
penentuandistribusi ukuran partikel (1).Evaluasi kimia:identifikasi
dan penetapan kadar (5)Evaluasi biologi :uji sterilitas (20); uji
efektivitas pengawet (5).Jadi jumlah sediaan yang dibuat = .
Botol.
9. PROSEDUR PEMBUATAN DAN CARA STERILISASIA. Prosedur pembuatan
bahan pengental dan pensuspensi1) HPMCHPMC didispersikan dan
dihidrasi dalam air sebanyak 20-30% dari jumlah air yang
dibutuhkan. Lalu HPMC yang telah dihidrasi ini ditambahkan ke dalam
air sambil terus diaduk dan dipanaskan pada suhu 80-90oC. Untuk
mencapai volume yang diinginkan dapat ditambahkan air dingin.2)
Metil selulosaDalam air dingin metilselulosa akan mengembang dan
berdispersi perlahan membentuk dispersi koloid yang opalesence dan
kental.B. Prosedur pembuatanTahap pembuatan sediaan tetes mata :
(Modul Praktikum Teknologi Sediaan Likuida dan Semisolida, Revisi
2003,hal 25) Timbang semua bahan pada kaca arloji sesuai dengan
formula dan segera dilarutkan dengan menggunakan aquabides
secukupnya. Jika terdapat beberapa bahan maka segera larutkan satu
bahan sebelum menimbang bahan berikutnya. Masukkan semua bahan ke
dalam gelas piala yang dilengkapi batang pengaduk, dan tambahkan
aquabides hingga larut, bilas kaca arloji dengan aquabides minimal
dua kali. Setelah semua bahan larut, tuang larutan tersebut ke
dalam gelas ukur hingga volume tertentu di bawah volume akhir yang
diinginkan (misal akan dibuat larutan 100 mL, maka larutan dalam
gelas ukur diatur tepat 75 mL). Basahi terlebih dahulu kertas
saring lipat rangkap 2 dengan menggunakan aquabides. Air pembasah
ditempatkan dalam satu Erlenmeyer. Saring larutan dalam gelas ukur
ke dalam Erlenmeyer bersih dan steril melalui corong dan kertas
saring yang telah dibasahi. Bilas gelas piala dengan aquabides,
tuang hasil bilasan ke dalam gelas ukur hingga tepat 25 mL (contoh)
dan saring ke dalam Erlenmeyer yang berisi filtrat larutan
sebelumnya. Saring kembali larutan yang telah tersaring melalui
saringan G3 ke dalam kolom reservoir. Pengemasan dilakukan sesuai
dengan proses sterilisasi sediaana. Sterilisasi akhir terhadap
bahan yang tahan suhu sterilisasi : Jika sterilisasi adalah
sterilisasi akhir maka larutan hasil penyaringan dengan saringan G3
diisikan ke dalam botol/vial yang sesuai dengan volumenya.
Botol/vial ditutup dengan tutup karet, diikat dengan simpul
champagne kemudian disterilkan (autoklaf). Setelah disterilkan,
larutan dituang ke dalam buret steril dan diisikan ke dalam botol
tetes steril yang telah dikalibrasi. Pengisian dilakukan secara
aseptik. Pasang tutup botol yang telah disiapkan.b. Sterilisasi
dengan cara filtrasi Jika sterilisasi dilakukan dengan cara
filtrasi maka setelah ad volume, larutan langsung difiltrasi dengan
penyaring bakteri. Setelah filtrasi, larutan diisikan ke dalam
botol tetes yang telah dikalibrasi secara aseptik. Pasang tutup
botol yang telah disiapkan.. Kemas botol vial dalam dos dan beri
etiket luar. Lakukan evaluasi mutu terhadap sediaan10. PROSEDUR
PEMBUATAN OBAT TETES MATA (SUSPENSI)Suspensi dengan pembawa air1.
Suspending agent dikembangkan dalam air panas lalu dicampur dengan
wetting agent, bahan pengawet dan bahan pembantu lainnya. Sterilkan
bersama dalam otoklaf.2. zat berkhasiat yang telah ditimbang
digerus berturut-turut dalam mortar steril dan dicampur dengan
pembawa yang telah disterilkan tadi (dalam keadaan dingin) sedikit
demi sedikit sambil digerus.3. suspensi ini dituang ke dalam gelas
ukur yang dilengkapi batang pengaduk dan volume akhir dicapai
dengan menambahkan air steril.4. Sambil diaduk suspensi yang sudah
homogen dituang ke dalam wadah tetes mata yang telah dikalibrasi.
Catatan :Pembuatan suspensi obat mata (mikronisasi) : Suspensi obat
mata dibuat secara aseptik, diisikan langsung dari gelas ukur ke
dalam botol steril yang telah dikalibrasi. Tutup dengan pipet
tetesnya kemudian dipasang.Penandaan pada etiket harus tertera
Tidak boleh digunakan lebih dari 1 bulan setelah tutup dibukaCara
sterilisasi alat (Benny Logawa-Buku Penuntun Praktikum hal.44)nama
alatcara sterilisasiwaktu
sendok porselenoven 170C1 jam
spatel logsm
Pinset
batang pengaduk
Krusentang
Erlenmeyer
gelas ukur
pipet ukur
pipet tetes
Corong
gelas ukurautoklaf 121C15 menit
kertas saring
kertas perkamen
kain kasa
Kapas
saringan G3
slang karet buret
jarum buret
Zalfkaart
pakaian kerja
sarung tangan
alas kaki
cawan penguapoven 170C1 jam
kaca arloji
gelai piala
Erlenmeyer
Kolom
corong serbuk
ayakan B40
Buretlarutan fenol 5%24 jam
mortir dan stemperdibakar dengan spiritus 96%
peralatan bebas pirogenoven 170C2 jam
11. EVALUASI SEDIAANA. Evaluasi fisika. Uji kejernihan (FI IV
hal 998)b. Penentuan bobot jenis (FI IV , hal 1030)c. Penentuan pH
(FI IV , hal 1039)d. Penentuan bahan partikulat (FI IV , hal 981)e.
Penentuan volume terpindahkan (FI IV , hal 1089)f. Penentuan
viskositas dan aliran (Diktat praktikum farmasi fisika hal 9, 10,
14)g. Volume sedimentasi (Lihat sediaan suspensi)h. Kemampuan
redispersi (Lihat sediaan suspensi)i. Penentuan homogenitas (Lihat
sediaan suspensi)j. Penentuan distribusi ukuran partikel (Lihat
sediaan suspensi) Catatan : evaluasi f-j untuk OTM Suspensi!B.
Evaluasi kimia Identifikasi Penetapan kadar Penentuan potensi
(untuk antibiotik)C. Evaluasi biologi1. Uji sterilitas (Lihat
sediaan injeksi)2. Uji efektivitas pengawet (FI IV , hal
854-855).
12. WADAH DAN PENYIMPANAN(Codex, 166-167)Saat ini wadah untuk
larutan mata yang berupa gelas telah digantikan oleh wadah plastik
feksibel terbuat dari polietilen atau polipropilen dengan built-in
dropper.Keuntungan wadah plastik : Murah, ringan, relatif tidak
mudah pecah Mudah digunakan dan lebih tahan kontaminasi karena
menggunakan built-in dropper. Wadah polietilen tidak tahan autoklaf
sehingga disterilkan dengan iradiasi atau etilen oksida sebelum
dimasukkan produk secara aseptik.Kerugian wadah plastik : Dapat
menyerap pengawet dan mungkin permeabel terhadap senyawa volatil,
uap air dan oksigen. Jika disimpan dalam waktu lama, dapat terjadi
hilangnya pengawet, produk menjadi kering (terutama wadah dosis
tunggal) dan produk teroksidasi.Persyaratan kompendial Farmakope
Eropa dan BP mensyaratkan wadah untuk tetes mata terbuat dari bahan
yang tidak menguraikan/merusak sediaan akibat difusi obat ke dalam
bahan wadah atau karena wadah melepaskan zat asing ke dalam
sediaan. Wadah terbuat dari bahan gelas atau bahan lain yang cocok.
Wadah sediaan dosis tunggal harus mampu menjaga sterilitas sediaan
dan aplikator sampai waktu penggunaan. Wadah untuk tetes mata dosis
ganda harus dilengkapi dengan penetes langsung atau dengan penetes
dengan penutup berulir yang steril yang dilengkapi pipet
karet/plastic (BP 2002 vol2 1869).Penyimpanan (BP 2002 vol2 1869)
Tetes mata disimpan dalam wadah tamper-evident. Kompatibilitas dari
komponen plastik atau karet harus dicek sebelum digunakan. Wadah
untuk tetes mata dosis ganda dilengkapi dengan dropper yang bersatu
dengan wadah. Atau dengan suatu tutup yang dibuat dan disterilisasi
secara terpisah.
13. PENANANDAANFarmakope Eropa dan BP mengkhususkan persyaratan
berikut pada pelabelan sediaan tetes mata. Label harus mencantumkan
nama dan konsentrasi pengawet antimikroba atau senyawa lain yang
ditambahkan dalam pembuatan. Untuk wadah dosis ganda harus
mencantumkan batas waktu sediaan tersebut tidak boleh digunakan
lagi terhitung mulai wadah pertama kali dibuka (waktu yang
menyatakan sediaan masih dapat digunakan setelah wadah dibuka).
Kecuali dinyatakan lain lama waktunya tidak boleh lebih dari 4
minggu (BP 2002 vol2 1868) Wadah dosis tunggal karena ukurannya
kecil tidak dapat memuat indikasi dan konsentrasi bahan aktif.
Label harus mencantumkan nama dan konsentrasi zat aktif, kadaluarsa
dan kondisi penyimpanan Untuk wadah dosis tunggal, karena ukurannya
kecil hanya memuat satu indikasi bahan aktif dan kekuatan/potensi
sediaan dengan menggunakan kode yang dianjurkan, bersama dengan
persentasenya. Jika digunakan kode pada wadah, maka pada kemasan
juga harus diberi kode (BP 2002 vol2 1869).Untuk wadah sediaan
dosis ganda, label harus menyatakan perlakuan yang harus dilakukan
untuk menghindari kontaminasi isi selama penggunaan (BP 2002 vol2
1869).Labelling (BP 2002 vol2 1869).Label harus mencantumkan :1.
Nama dan persentase zat aktif.2. Tanggal dimana sediaan tetes mata
tidak layak untuk digunakan lagi.3. Kondisi penyimpanan sediaan
tetes mata.Untuk wadah dosis ganda, label harus menyatakan bahwa
harus dilakukan perawatan tertentu untuk mencegah kontaminasi isi
sediaan selama penggunaan.
14. NAMA SEDIAAN DI PUSTAKAA. FI IVatropine sulfat (hal.116)
pilokarpin nitrat(677)gentamisin sulfat (407) sulfasetamida natrium
(764)homatropin hidrobromida (431) timolol maleat
(792)kloramfenicol (191) tropikamida (808)pilokarpin HCl (676)B. FI
IIItropikamida (619)C. Fornas 1978adrenalina (121)hiosina
(159)antazolina nafasolina (30)homatropina (148) atropine
(32)kloramfenicol (65)basitrasina neomisina (37) kortison
(87)betametason fosfat (48)sulfasetamida (276)deksametason
neomisina (96)oksitetrasiklina (223)dwizolina (30)perak proteina
(31)epinefrina (121)pilokarpina HCl(246)fenilefrina
(241)pilokarpina nitrat (246)fisostigmina salisilatprednison fosfat
(252)fisostigmina sulfat (243)skopolamina (159)hidrokortison
(151)tropikamida (298)D. BP 2002Adrenalin/Epinefrin (1919)Alkalin
(2231)Atropin (1947)Betametason (1967)Betaxolol (lar. 1971, susp
1972)Carteolol (1995)Kloramfenikol (2013)Cyclopentolate
(2080)Dipivefrine (2108)Fluorescein (2166)Fluorometholone
(2168)Flurbiprofen (2174)Fusidic Acid (2185)Gentamicin
(2189)Homatropine (2213)Hyoscine (2230)Hypromellose
(2231)Idoxuridine (2235)Levobunolol (2270)Light liquid paraffin
(2370)Neomycin (2338, 2220)Norfloxacin (2349)Oxybuprocaine
(2360)Phenilephrine (2385)Pilocarpine hydrochloride
(2390)Pilocarpine nitrate (2390)Prednisolone sodium phosphate
(2404)Proxymetacaine (2421)Sodium chloride (2447)Sodium citrate
(2449)Sodium cromoglicate (2450)Zinc sulphate (2521)
E. USB 27Echothiophate iodide (683)Emedastine (700)Epinephrine
bitartrate (714)Epinephrine (712)Epinephryl borate (714)Eucatropine
HCl (775)Fluorescein sodium & benoxinate HCl
(814)Fluorometholone (819)Fluorometholone acetate & tobramycin
(susp 1860)Flurbiprofen sodium (836)Gentamycin sulfate
(861)Glycerin (876)Homatropine HBr (912)Hydrocortisone acetat (susp
927)Hydrxyamphetamine HBr (939)Hypromellose (952)Idoxuridine
(960)Levobunolol HCl (1077)Metilselulosa (1208)Naphazoline HCl
(1282)Natamycin (susp 1287)Ofloxacin (1356)Oxymetazoline HCl
(1383)Phenylephrine HCl (1473)Physostigmine salicylate
(1486)Pilocarpine HCl (1491)Pilocarpine nitrate (1492)Prednisolone
sodium Phsphate (1543)
15. CONTOH FORMULA PUSTAKA UMUMAULTON 1. Hidrikortison asetat
0.5 GmMethocel 15 cps0.1 GmSodium karboksimetil sellulosa0.5
GmBenzil alcohol 0.5 mlBenzalkonium klorida1 : 10,000Air suling
steril ad100.0 ml2. Larutan mata terramycin5mlPer ml5 mlTerramycin
(oxytetraciclyne) hydroclorida cocok pada formula kering dan
mengandung 25 mg pada 62.5 mg sodium klorida dan 25 mg sodium borat
dan ditambahkan 5 ml air suling steril. Larutan ini stabil selama 2
hari pada temperatur refrigerator.3. Pontocaine hydroclorida0.50
GmPotassium asam phosphat0.43 GmDisodium phosphat anhidrat0.57
GmSodium klorida0.34 GmLarutan zepiran klorida 1 : 10,000 ad 100.00
ml2 drop pada masing-masing mata selama sakit.4. Diisopropil
fluorophosphat0.1 %Minyak kacang steril, ad4.0 mDFP ini sangat
tidak stabil pada keadaan lembab dan berair. DFP digunakan sebagai
miotik pada pengobatan glaucoma.5. Atropin sulfat1.00 GmSodium asam
phosphat anhidrat0.56 Gm Disodium phosphat anhidrat0.28 Gm Sodium
klorida0.36 GmLarutan benzalkonium klorida 1 : 10,000 ad 100.00
ml0.14 m sodium klorida setara dengan 1 Gm atropin sulfat.6.
fluoresen sodium2 Gmlarutan metiolat 1: 100020 mlbuffer phasphat
steril 7.4, ad100 ml7. ammonium tartrat5 Gm air suling steril 100
mlBAB IIIPENUTUP
1. KESIMPULANDari pembahasan diatas dapat dilihat bahwa obat
tetes mata harus lah : Steril Isotonis dengan air mata, bila
mungkin isohidris dengan pH air mata. Isotonis = 0,9% b/v NaCl,
rentang yang diterima = 0,7 1,4 % b/v (Diktat hal 300) atau 0,7 1,5
% b/v (Codex hal 163). pH air mata = 7,4 (Diktat hal 301) Larutan
jernih, bebas partikel asing dan serat halus. Tidak iritan terhadap
mata (untuk basis salep mata)Formulasi suspensi obat mata dapat
dibuat jika diperlukan untuk membuat produk yang bertujuan
meningkatkan waktu kontak kornea, atau diperlukan untuk obat tidak
larut atau tidak stabil dalam pembawa air.2. SARANSebelum
memberikan larutan atau suspense oftalmik sebaiknya pengguna
mencuci tangan sampai bersih. Selama penanganan dan pemberian obat
ata, harus berhati-hati agar penetes tidak berkontak dengan mata,
kelopak mata, atau permukaan lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI
press Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI Anonim. 1995. Farmakope Indonesia ediai IV.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI Pharmacopee Ned edisi V Anonim.
Farmakope Herbal Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM
Pres Badan Pengawas Obat dan Makanan. ISFI. 2006. ISO Indonesia,
volume IV. Jakarta: PT. Anem Kosong Anem (AKA). Departement of
pharmaceutical Science. 1982. Martindale the Extra Pharmacoeia 28th
edition. London: The Pharmaceutical Press. Departemen Kesehatan RI.
1978. Formularium Nasional edisi II. Jakarta Hardjasaputra, S. L.
Purwanto, Dr. dkk. 2002. Data Obat di Indonesia (DOI), edisi 10.
Jakarta: Grafidian medi press. (#Akfar PIM/2010) Lachman dkk. 1994.
Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI Press Martindale,
The Extra Pharmacopeia Twenty-eight Edition. The Parmaceutical
Press,London. 1982. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta: PT
Infomaster. Soetopo dkk. 2002. Ilmu Resep Teori. Jakarta :
Departemen Kesehatan Voigt. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.
Yogyakarta : UGM Press Van Duin. 1947. Ilmu Resep. Jakarta :
Soeroengan Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of
Pharmaceutical excipients.Ed II.1994.London; The Pharmaceutical
Press.