Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit TB Paru merupakan penyakit menular yang menyebabkan kematian dan merupakan penyebab kematian ketiga di indonesia (Depkes RI, 2005). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua kelompok usia. Bahkan peringkat pertama penyebab kematian kematian penyakit menular, jumlah pasiennya sekitar 500.000 orang/tahun, dengan kematian sebesar 175.000/tahun, khususnya didaerah pedesaan miskin dan daerah kumuh perkotaan yang rawan kuman (Famy, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan di 15 propinsi di Indonesia menunjukkan angka rata-rata kesakitan sebesar 2,55 permil bagi seluruh Indonesia, dengan angka tertinggi di Sumatera Utara sebesar 4,4 permil, Sulawesi Selatan 4,7 permil dan 0,8 permil di Bali sebagai angka terendah, sedangkan angka kematian antara tahun 1980 sampai dengan 1986 bergeser dari 5,3% menjadi 5,1% (Famy, 2009). Kusnindar (1990) menjelaskan hasil survei rumah tangga pada tujuh propinsi, bahwa secara keseluruhan penyakit TB Paru merupakan 5,1% dari semua kejadian penyakit dan pola penyakit TB Paru menunjukkan paling besar pada umur antara 15 sampai 54 tahun. Sekitar World Health Organization (WHO) 1
23

Makalah TB Paru

Jul 15, 2016

Download

Documents

Ikhwan Sahputra

TB Paru
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah TB Paru

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit TB Paru merupakan penyakit menular yang menyebabkan kematian dan

merupakan penyebab kematian ketiga di indonesia (Depkes RI, 2005). Hasil Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa penyakit TB Paru

merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran

pernapasan pada semua kelompok usia. Bahkan peringkat pertama penyebab kematian

kematian penyakit menular, jumlah pasiennya sekitar 500.000 orang/tahun, dengan kematian

sebesar 175.000/tahun, khususnya didaerah pedesaan miskin dan daerah kumuh perkotaan

yang rawan kuman (Famy, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan di 15 propinsi di Indonesia menunjukkan angka rata-rata

kesakitan sebesar 2,55 permil bagi seluruh Indonesia, dengan angka tertinggi di Sumatera

Utara sebesar 4,4 permil, Sulawesi Selatan 4,7 permil dan 0,8 permil di Bali sebagai angka

terendah, sedangkan angka kematian antara tahun 1980 sampai dengan 1986 bergeser dari

5,3% menjadi 5,1% (Famy, 2009).

Kusnindar (1990) menjelaskan hasil survei rumah tangga pada tujuh propinsi, bahwa secara

keseluruhan penyakit TB Paru merupakan 5,1% dari semua kejadian penyakit dan pola

penyakit TB Paru menunjukkan paling besar pada umur antara 15 sampai 54 tahun. Sekitar

World Health Organization (WHO)

B. Tujuan.

1. Untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang TB Paru.

2. Untuk menjelaskan gejala-gejala dan orang-orang yang berisiko menderita TB Paru.

3. Menjelaskan cara perawatan, pengobatan, dan pencegahan TB Paru.

4. Menjelasakan permasalahan yang ada di masyarakat akibat TB Paru.

1

Page 2: Makalah TB Paru

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Basil Mycobacterium

Tuberculosis atau basil tuberkel yang tahan asam. Penularannya melalui udara apabila orang

yang menderita TBC dalam paru-paru atau tenggorokan batuk, bersin atau berbicara sehingga

kuman/basil dilepaskan ke udara. Kuman/basil dapat bertahan beberapa jam dalam suhu

kamar/lingkungan rumah, maka jika ada orang disekitar penderita maka kuman/basil akan

mudah menular ke semua orang disekitarnya/yang kontak dengan penderita. Kebanyakan

orang mendapat/tertular kuman TBC adalah orang yang sering berada di dekat penderita,

seperti anggota keluarga, teman atau rekan kerja. Karena orang yang terdekat dan paling

sering kontak/berkomunikasi dengan penderita adalah keluarganya, maka orang mengetahui

dan menduga penyakit TBC adalah penyakit keturunan dan sulit untuk disembuhkan.

Sehingga perlu adanya pemahaman dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh penderita dan

keluarga untuk mencegah penularan/penyebaran penyakit.

Meskipun penderita tinggal di lingkungan yang kurang sehat dan kondisi sosial

ekonomi yang kurang mendukung diharapkan penderita dan orang-orang yang ada

disekitarnya/keluarga melaksanakan perilaku hidup sehat/tindakan-tindakan pencegahan

dengan benar sesuai anjuran/arahan petugas puskesmas  dalam upaya menekan semakin

meningkatnya angka kesakitan dan kematian yang disebabkan TBC Paru di masyarakat.

Misalnya dengan cara penemuan kasus secara dini dengan mengenal tanda dan gejala TBC,

minum obat secara teratur, menutup mulut waktu bersin/batuk, tidak meludah disembarang

tempat, menjemur tempat tidur penderita, meningkatkan ventilasi dan pencahayaan rumah

penderita (membuka pintu dan jendela terutama saat pagi, pemasangan genteng kaca karena

kuman TBC akan mati jika terpapar sinar matahari/sinar ultra violet) dan memisahkan alat-

alat yang telah digunakan penderita karena kemungkinan sudah terkena basil TBC yang dapat

menular pada orang lain, serta menerapkan pola hidup sehat dalam masyarakat dengan

mengkonsumsi makanan bergizi.

Riskesda (2008:105) prevalensi TB paru cenderung meningkat sesuai bertambahnya

usia dan prevalensi tertinggi pada usia lebih dari 65 tahun. Prevalensi TB Paru 20% lebih

tinggi pada laki-laki dibanding perempuan dan tiga kali lebih di pedesaan dibandingkan

2

Page 3: Makalah TB Paru

perkotaan dan empat kali lebih tinggi pada pendidikan rendah dibandingkan di pendidikan

tinggi. Dalam Gerdunas-TBC, (2002c: 3) Penularan TBC akan lebih mudah terjadi jika

terdapat dalam situasi hunian padat (overcrowding) , sosial ekonomi yang tidak

menguntungkan (social deprivation), lingkungan pekerjaan dan perilaku hidup tidak sehat

dalam masyarakat. Depkes RI, (2008: 5). Yang beresiko tertular TBC Paru diantaranya

orang-orang yang kontak fisik secara dekat dengan penderita, orang-orang tua, anak-anak,

orang-orang bertaraf hidup rendah dan memiliki akses rendah terhadap fasilitas kesehatan

serta orang-orang yang sedang sakit dan turun daya tahan kekebalan tubuhnya. Faktor  yang

mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang

rendah diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS. Resiko penularan setiap tahun di

Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi ( Annual Risk of Tuberculosis Infection =

ARTI ) antara 1-3%  dan 50 persennya dengan BTA positif.

Adanya kontak dengan BTA positif dapat menjadi sumber penularan yang berbahaya

karena berdasarkan penelitian akan menularkan sekitar 65% orang di sekitarnya (Depkes

IDAI, 2008: 12). Kasus seperti ini sangat infeksius dan dapat menularkan penyakit melalui

batuk, bersin dan percakapan, juga peralatan yang terkontaminasi kuman TBC. Semakin

sering dan lama kontak, makin besar pula kemungkinan terjadi penularan. Sumber penularan

bagi bayi dan anak yang disebut kontak erat, adalah orangtuanya, orang serumah atau orang

yang sering berkunjung. Bakteri ini sangat lambat pertumbuhannya, mereka memecah diri

setiap 16-20 jam. Matinya juga sangat lambat, perlu waktu sedikitnya 6 bulan bagi obat-

obatan yang ada untuk membunuh seluruh bakteri. Dengan pengobatan TBC  yang lama dan 

perlu adanya ketelatenan dari penderita untuk tetap teratur mengkonsumsi obat yang

diberikan (Obat Anti Tuberkulosis/OAT). Kuman TBC hanya dapat dibasmi dengan obat-

obatan (program DOTS yang memerlukan Pengawas Minum Obat/PMO untuk

mengawasi/mengingatkan penderita minum obat) yang disertai makan makanan bergizi serta

pola hidup sehat. Sehingga selama terapi perlu adanya pemahaman bahwa masih ada

kemungkinan terjadi penularan pada orang disekitarnya/khususnya keluarga jika tidak

dilakukan tindakan pencegahan penularannya baik oleh penderita maupun orang disekitarnya

khususnya keluarga untuk mendukung terlaksananya program terapi. Depkes (2008: 3)

Sekitar 75% Pasien TB adalah kelompok usia paling produktif secara ekonomis (15-50

tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3-

4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar

20-30%. Jika dia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatan sekitar 15 tahun.

3

Page 4: Makalah TB Paru

Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial

stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Depkes (2008: v) Kerugian yang diakibatkan

sangat besar, bukan hanya aspek kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial maupun

ekonomi. Dengan demikian TB merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan

meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Karenanya perang terhadap TB

berarti pula perang terhadap kemiskinan, ketidakproduktifan dan kelemahan akibat TB.

Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency.

Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada

tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut

regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh

kasus di dunia.

Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita

TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.

Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh

tuberkulosis.

Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di

Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani

pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan

penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah.

Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan

pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti,

karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau

menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu

pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR ( multi drugs resistance ),

kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya sehingga

diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi pengentasan tuberkulosis di

Indonesia.

Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC" oleh sebab pada 24 Maret

1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai penyebab

tuberkulosis yang ditemukannya.

4

Page 5: Makalah TB Paru

B. Klasifikasi

Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis

Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis

Tuberkulosis pada sistem saraf

Tuberkulosis pada organ-organ lainnya

Tuberkulosis millier

C. Patofisiologi

Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis.

Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo

Actinomycetales. kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis,

M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis

merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai.

M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak

membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti

bakteri lainnya, misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna

oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh

karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa

mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia,

Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada

dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di

bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi

efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel

mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M.

tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofaga.

5

Page 6: Makalah TB Paru

D. Masalah Turberkulosis

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium

tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian

akibat TB diseluruh dunia.  Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB

didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB

lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.

Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis

(15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu

kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan

rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan

pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan

dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:

Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara negara yang

sedang berkembang.

Kegagalan program TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh:

Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan

Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat,

penemuan kasus /diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin penyediaannya,

tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar, dan sebagainya).

Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat yang tidak standar,

gagal menyembuhkan kasus yang telah didiagnosis)

Salah persepsi terhadap manfaat  dan efektifitas BCG.

Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis

ekonomi atau pergolakan masyarakat.

Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur

umur kependudukan.

Dampak pandemi HIV.

6

Page 7: Makalah TB Paru

Situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang

tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara

dengan masalah TB besar (high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993,

WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency).

Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB. Koinfeksi

dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan. Pada saat yang sama,

kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug resistance = MDR) semakin

menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada

akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani.

Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB

di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien

sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun

ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar

110 per 100.000 penduduk.

E. Tuberkulosis Dan Kejadiannya

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB

(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga

mengenai organ tubuh lainnya.

Cara penularan

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.

Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk

percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

percikan dahak.

Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam

waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar

matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa

jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.

Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan

dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin

menular pasien tersebut.

7

Page 8: Makalah TB Paru

Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh

konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru

dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari

pasien TB paru dengan BTA negatif.

Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu

tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahun.

ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.

Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.

Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.

Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000

terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun.

Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif.

Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya

tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).

HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat  bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit

TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler

(cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic), seperti

tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa

mengakibatkan kematian.

Risiko menjadi sakit TB

Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan

meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.

Faktor risiko kejadian TB, secara ringkas digambarkan pada gambar berikut:

8

Page 9: Makalah TB Paru

Riwayat alamiah pasien TB yang tidak diobati.

Pasien yang tidak diobati, setelah 5 tahun, akan:

50% meninggal

25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi

25% menjadi kasus kronis yang tetap menular

F.Diagnosis

Simtoma klinis

Diagnosa tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan

jasmani, pemeriksaan bakteriologi , radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan

gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori

atau gejala gejala yang erat hubungannya dengan organ pernapasan ( sedang gejala lokal lain

sesuai akan sesuai dengan organ yang terlibat )

Gejala respiratori ialah batuk lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah. Bisa juga

nyeri dada dan sesak napas.

9

Page 10: Makalah TB Paru

Gejala sistemis antara lain Demam , badan lemah yang disebut sebagai malaise, keringat

malam, anoreksia dan berat badan menurun menjadi semakin kurus. Gejala respiratori

sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung

dari luas lesi, sehingga pada kondisi yang gejalanya tidak jelas sehingga terkadang pasien

baru mengetahui dirinya terdiagnosis Tuberkulosis saat medical check up.

G. Pengobatan TB Paru

Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak

menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC

(gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan

pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.

1. Pencegahan (profilaksis) primer

Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+).

INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-).

Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber

penularan TB aktif sudah tidak ada.

2. Pencegahan (profilaksis) sekunder

Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC.

Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :

o Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.

Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir,

sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.

o Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin

dan Kanamisin.

10

Page 11: Makalah TB Paru

Dosis obat antituberkulosis (OAT)

Obat Dosis harian

(mg/kgbb/hari)

Dosis 2x/minggu

(mg/kgbb/hari)

Dosis 3x/minggu

(mg/kgbb/hari)

INH 5-15 (maks 300 mg) 15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg)

Rifampisin 10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)

Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)

Etambutol 15-25 (maks. 2,5 g) 50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)

Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)

Sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami

perubahan manajemen operasional, disesuaikan dengan strategi global yanng

direkomendasikan oleh WHO. Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti Indonesia �

WHO joint Evaluation dan National Tuberkulosis Program in Indonesia pada April 1994.

Dalam program ini, prioritas ditujukan pada peningkatan mutu pelayanan dan penggunaan

obat yang rasional untuk memutuskan rantai penularan serta mencegah meluasnya resistensi

kuman TBC di masyarakat. Program ini dilakukan dengan cara mengawasi pasien dalam

menelan obat setiap hari,terutama pada fase awal pengobatan.

Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali

diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas dalam sistem

pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi penduduk

dapat mengakses pelayanan DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan

langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan" setiap hari.

Indonesia adalah negara high burden, dan sedang memperluas strategi DOTS dengan

cepat, karenanya baseline drug susceptibility data (DST) akan menjadi alat pemantau dan

indikator program yang amat penting. Berdasarkan data dari beberapa wilayah, identifikasi

dan pengobatan TBC melalui Rumah Sakit mencapai 20-50% dari kasus BTA positif, dan

lebih banyak lagi untuk kasus BTA negatif. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka

11

Page 12: Makalah TB Paru

banyak pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam kegagalan pengobatan,

dan mungkin menimbulkan kekebalan obat.

Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya

implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap OAT

akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat MDR (Multi-drugs Resistant).

Untuk kasus MDR-TB dibutuhkan obat lain selain obat standard pengobatan TBC yaitu obat

fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin (hanya sangat disayangkan

bahwa obat ini tidak dianjurkan pada anak dalam masa pertumbuhan).

Pengobatan TBC pada orang dewasa

Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3

Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari

(tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam

seminggu (tahap lanjutan).

Diberikan kepada:

Penderita baru TBC paru BTA positif.

Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.

Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3

Diberikan kepada:

Penderita kambuh.

Penderita gagal terapi.

Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.

Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3

Diberikan kepada:

Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.

12

Page 13: Makalah TB Paru

Pengobatan TBC pada anak

Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:

1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH

+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol

bila diduga ada resistensi terhadap INH).

2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama,

kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan

(ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).

Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis

maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.

Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:

TB tidak berat

  INH : 5 mg/kgbb/hari

  Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari

TB berat (milier dan meningitis TBC)

  INH : 10 mg/kgbb/hari

  Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari

  Dosis prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)

13

Page 14: Makalah TB Paru

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah

penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini

paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh

lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui

menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks

Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa

terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari

setengah kasus.

Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency.

Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada

tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut

regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh

kasus di dunia.

Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita

TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.

Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh

tuberkulosis.

Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di

Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani

pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan

penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah.

Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan

pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti,

karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau

menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu

pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR ( multi drugs resistance ),

14

Page 15: Makalah TB Paru

kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya sehingga

diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi pengentasan tuberkulosis di

Indonesia

Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC" oleh sebab pada 24 Maret

1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai penyebab

tuberkulosis yang ditemukannya.

B. SARAN

Untuk Orang yang berisiko tinggi terkena tuberkulosis antara lain adalah orang –

orang yang tinggal dalam rumah/ruangan yang ventilasinya buruk, orang yang berhubungan

dekat dengan penderita tuberkulosis, sebelumnya pernah terserang penyakit tersebut, orang

yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah (penderita malnutrisi, kanker, atau

penyakit lain yang mengganggu sistem kekebalan tubuh), dan pecandu obat atau alkohol.

Penyakit ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita, dan lebih banyak menyerang

kulit berwarna daripada orang kulit putih.

Sebaiknya orang yang terkena atau terinfeksi TB Paru melakukan Perawatan

tuberkulosis selain dengan terapi obat termasuk antibiotik, juga harus banyak istirahat,

ruangan cukup cahaya dan ventilasi, udara harus segar, mengkonsumsi makanan sehat,

bergizi, dan seimbang. Salah satu tindakan pencegahan tuberkulosis adalah dengan vaksinasi

BCG, walaupun vaksinasi tersebut tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi tetapi dapat

membantu menurunkan risiko terkena tuberkulosis yang hebat.

15

Page 16: Makalah TB Paru

DAFTAR PUSTAKA

http://Google.co.id

http://Wikipedia.co.id

16