7/31/2019 makalah repoduksi
1/27
Reproduksi 2 Page 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kelahiran bayi prematur merupakan masalah sosial ekonomi kesehatan masyarakat yang
utama di negara maju maupun berkembang. Menurut penelitian Dwi Retnoningrum, kejadian
bayi prematur di Indonesia tahun 2003 sebesar 90 per 1000 kelahiran. Di Amerika Serikat dan
Amerika Utara kejadian kelahiran prematur ini mencapai 10% sedangkan di Inggris mencapai
6,7% dari jumlah seluruh kelahiran. Definisi kelahiran bayi prematur dapat dikatakan sebagai
berat badan bayi yang lahir kurang dari 2500 gram dan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
( http://repository.usu.ac.id) .
Sekitar 25 persen kasus kelahiran prematur terjadi tanpa disertai faktor risiko yang diketahui.
Berbagai macam faktor telah dihubungkan dengan kelahiran bayi prematur. Keadaan ini dapat
dipengaruhi oleh usia ibu hamil yang terlalu tua (>34 tahun) dan terlalu muda (
7/31/2019 makalah repoduksi
2/27
Reproduksi 2 Page 2
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan bayi prematur?
1.3Tujuan1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan tindakan asuhan keperawatan kasus berat badan lahir rendah pada bayi
prematur dengan tepat.
1.3.2 Tujuan Khusus1. Mengidentifikasi definisi bayi prematur.2. Mengidentifikasi etiologi bayi prematur.3. Mengidentifikasi manifestasi klinis bayi prematur.4. Mengidentifikasi patofisiologi bayi prematur.5. Mengidentifikasi penatalaksanaan bayi prematur.6. Mengidentifikasi pemeriksaan diagnostik bayi prematur.7. Mengidentifikasi komplikasi bayi prematur.8. Mengidentifikasi prognosis bayi prematur.9. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada bayi premature.
1.4ManfaatMenambah pengetahuan mahasiswa tentang konsep teori dan asuhan keperawatan pada klien
dengan bayi prematur.
7/31/2019 makalah repoduksi
3/27
Reproduksi 2 Page 3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bayi baru lahir prematur adalah bayi yang dilahirkan sebelum umur gestasi 37 minggu.
Karena dilahirkan sebelum waktunya maka ada beberapa risiko penyakit yang mungkin terjadi.
Kebanyakan bayi dilahirkan pada usia kehamilan penuh yaitu sekitar 38-42 minggu, organ
tubuhnya sudah berkembang sepenuhnya. Namun tak sedikit bayi yang lahir sebelum waktunya.
Lebih dari 90 persen bayi prematur yang lahir dengan berat 800 gram atau lebih bisa bertahan
hidup, sedangkan jika beratnya sekitar 500 gram atau lebih hanya memiliki 40-50 persen
kesempatan hidup. Bayi yang lahir prematur memang memiliki risiko kesehatan karena organ
tubuhnya belum berkembang secara optimal.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan 37
minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong 2004)
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelu minggu ke 37, dihitung dari mulai hari
pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek. (Nelson. 1998 dan
Sacharin, 1996)
Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara
bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya
peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.
2.2 Klasifikasi
a. Prematuritas murniMasa kehamilan kurang dari 37 minggug dengan BB sesuai dengan gestasi atau yang
disebut neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK)
b. Bayi small for gestasional age (SGA)Yaitu berat bayi lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA sendiri terdiri atas tiga
jenis
1. Simetris (intrauterus for gestasional age)
7/31/2019 makalah repoduksi
4/27
Reproduksi 2 Page 4
Yaitu terjadi gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang
lama
2. AsimetrisYaitu terjadi deficit nutrisi pada fase akhir kehamilan
3. DismaturBayi yang beratnya kurang dari semestinya menurut masa kehamilannya (KMK) /
Small for Gestasional Age (SGA)
(Mitayani. Asuhan Keperawatan 2009)
2.3 Etiologi
1. Komplikasi obstetria. Multiple gestasionb. Incompetencec. Prematur rupture of membraned. Pregnancy induce hypertention (PIH)e. Plasenta previaf. Ada riwayat kelahiran prematur
2. Komplikasi medisa. Diabetes gestasionalb. Hipertensi kronisc. Infeksi traktus urinarius
3. Faktor ibua. Penyakit : hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia gravidarum,
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, infeksi akut, serta kelainan
kardiovaskuler.
b. Usia ibu : angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahundan multi gravid yang jarak kelahirannya terlalu dekat.
c. Keadaan social ekonomi : keadaan ini sangat berpengaruh terhadap timbulnyaprematuritas, hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan
antenatal yang kurang.
7/31/2019 makalah repoduksi
5/27
Reproduksi 2 Page 5
d. Kondisi ibu saat hamil : peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan ibu yangperokok.
4. Faktor janinHidramnion/polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan janin.
(Mitayani. Asuhan Keperawatan 2009)
2.4 Manifestasi klinis
1. Berat badan kurang dari 2500 gram.2. Panjang badan kurang dari 45cm.3. Lingkar dada kurang dari 30cm, lingkar kepala kurang dari 33cm.4. Masa gestasi kurang dari 37 minngu.5. Kepala lebih besar daripada tubuh.6. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.7. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan sering
mendapat serangan apnea.
(Mitayani. Asuhan Keperawatan 2009)
2.5 Masalah yang terdapat pada pada bayi prematur
1. Masalah FisiologisBayi baru lahir preterm berisiko karena system organ yang imatur dan kurangnya
cadangan yang adekuat. Bayi baru lahir inikurang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang diperlukan untuk kelancaran adaptasi terhadap kehdupan ekstrauteri,
yang membuatnya mengalami masalah kesehatan dan daya tahan. Berbagai masalah
fisiologis merupakan dampak langsung dari hal tersebut.
2. Masalah PernapasanSalah satu masalah yang paling umum adalah kesulitan bernapas dan paling sering
disebabkan oleh sindrom distress pernapasan (RDS). Dalam kondisi ini paru-paru bayi belum
berkembang sepenuhnya sehingga tidak cukup menghasilkan zat penting yang disebut
7/31/2019 makalah repoduksi
6/27
Reproduksi 2 Page 6
surfaktan. Untuk menanganinya biasanya bayi dibantu dengan mesin pernapasan atau
ventilator untuk sementara atau penggunaan surfaktan buatan.
Apnea adalah masalah kesehatan umum pada bayi prematur, hal ini terjadi karena kurang
matangnya daerah di otak yang mengendalikan dorongan untuk bernapas. Biasanya bayi
berhenti bernapas, denyut jantung yang berkurang dan kulit bisa menjadi pucat, ungu atau
biru untuk sementara. Untuk menanganinya cukup merangsang bayi untuk memulai kembali
bernapas, tapi jika terlalu sering terjadi kemungkinan diperlukan obat-obatan. Pencetus
terjadinya apnea pada neonatus dicetuskan oleh gangguan sebagai berikut :
1. Ketidakstabilan suhu2. Masalah system saraf pusat3. Obat(maternal atau janin)4. Infeksi5. Gangguan metabolic6. Asfiksia neonatus7. Distensi abdomen
Semua bayi baru lahir yang beresiko harus dipantau dengan monitor apnea selama 2
minggu pertama kehidupannya. Penggunaan stimulasi taktil dan perubahan posisi untuk
menghindari obstruksi faring dengan hiperfleksi leher terbukti bermanfaat dalam menangani
dan mencegah episode apnea. Teknik penatalaksanaan lain meliputi CAP nasal rendah
sampai 5 H2O, tempat tidur air, dan stimulant pernafasan seperti teofilin atau kafein (Klaus
et al, 1993 dalam Boback).
3. Masalah GastrointestinalMaturitas saluran GI tercapai pada usia gestasi 36 sampai 38 minggu. Oleh karena itu,
saluran GI pada bayi baru lahir preterm tidak sama fungsinya dengan saluran GI pada bayi
yang baru lahir aterm. Faktor berikut ini yang mempengaruhi fungsi GI pada bayi preterm :
a. Tidak ada koordinasi antara mengisap dan menelan sampai usia gestasi 34 sampai35 minggu.
b. Sfingter jantung tidak adekuatc. Waktu pengosongan lambung lambatd. Penurunan absorpsi lemake. Pencernaan protein tidak komplet
7/31/2019 makalah repoduksi
7/27
Reproduksi 2 Page 7
f. Motilitas menurun atatu tidak terkoordinasi (Bucuvalas et al., 1992 dalamBoback)
4. Masalah kardiovaskulerDefek kardiovaskuler yang paling banyak terjadi pada bayi preterm adalah duktus
arteriosus. Ductus arteriosus adalah pembuluh darah pendek yang menghubungkan pembuluh
darah utama untuk memasok dari paru-paru ke aorta (pembuluh darah utama yang
meninggalkan jantung). Fungsinya pada bayi yang belum lahir adalah memungkinkan darah
untuk melewati paru-paru, karena oksigen untuk darah berasal dari ibu. Pada bayi, pembuluh
darah ini cukup panjang dan akan segera menutup setelah lahir. Tapi pada bayi prematur
kadang tetap terbuka, sehingga menyebabkan kesulitan bernapas dan terkadang gagal
jantung.
5. Masalah HatiHati bayi baru lahir preterm yang belum sempurna menimbulkan masalah yang serius
selama neonatus. Sekitar 80 persen bayi prematur mengalami kondisi hiperbilirubin. Pada
bayi baru lahir preterm, kadar bilirubin meningkat dengan cepat dari bayi cukup bulan karena
ketidakmampuan hati memproses bilirubin, sehingga mengembangkan penyakit kuning.
Selain itu bilirubin yang tinggi juga bisa menyebabkan kerusakan otak, karenanya bayi
prematur dengan penyakit kuning harus terus dipantau dan ditangani dengan cepat. Kadar
protein serum lebih rendah, defisiensi faktor pembekuan darah,dan defisiensi konjugasi dan
detoksifikasi obat tertentu semuanya terjadi akibat imaturitas hati.
6. Masalah imunologiDari lima immunoglobulin utama (Ig), hanya IgM yang diproduksi oleh bayi baru lahir.
IgG tidak menembus plasenta dengan jumlah yang cukup sampai usia gestasi 34 minggu, hal
tersebut dapat membahayakan bayi baru lahir preterm.
7. Masalah Sistem Saraf PusatTahap pertimbangan system saraf pada saat lahir bergantung pada tingkat maturitas. Janin
telah memiliki sebagian besar neuronnya pada usia gestasi 18-20 minggu. Membran dasar
kapiler otak berada pada ketabalan minimal dibandingkan otak orang dewasa. Fenomena ini
mungkin merupakan sebuah faktor yang menyebabkan bayi baru lahir preterm mengalami
perdarahan subependimial dan IVH.
7/31/2019 makalah repoduksi
8/27
Reproduksi 2 Page 8
Masalah lain berhubungan dengan tingkat maturasi system saraf menurut jumlah minggu
gestasi. Sedikit ekspresi wajah dapat diamati pada usia gestasi sebelum 30 sampai 32
minggu. Sedikit tangisan spontan terjadi sebelum 30 sampai 32 minggu. Sejak saat ini, rasa
lapar diekspresikan dengan tangisan. Mengisap non nutritive secara berirama dapat diamati
hanya setelah usia gestasi 33 minggu. Sistem pendengaran mulai berfungsi dari gestasi 26
minggu. Respons pendengaran yang konsisten dapat diamati pada usia gestasi 32 sampai 34
minggu. Peningkatan gradual tonus otot terjadi sejalan dengan peningkatan usia gestasi.
Sejalan dengan meningkatannya tonus otot, ekstremitas secara bertahap mengambil posisi
fleksi. Perubahan postur dan sifat ekstremitas yang fleksibel ini merupakan bagian dari
penilaian pengkajian usia gestasi. Pada usia 36 minggu, gerakan otot menjadi lebih
terkoordinasi (Hack,1992 dalam Boback)
8. Masalah GinjalPada bayi baru lahir preterm, ginjal dan struktur urinarius yang terkait belum cukup
matur. Ginjal tidak dapat memekatkan urine dengan baik atau mengekskresi sejumlah besar
cairan. Lebih lanjut lagi, ekskresi obat memerlukan waktu yang lebih lama. Efisiensi laju
filtrasi glomerulus sejalan dengan usia gestasi. Kapasitas pendaparan ginjal rendah, dengan
penurunan ekskresi bikarbonat dan asam, yang menyebabkan neonatus mengalami asidosis
(Spitzer,1992 dalam Boback).
Kulit bayi baru lahir preterm tipis, transparan dan diselimuti dengan verniks dalam
jumlah besar. Terdapat laju kehilangan cairan yang tidak disadari (IWL) yang tinggi,
terutama pada bayi baru lahir yang berusia kurang dari 30 minggu. Oleh karena itu, kulit bayi
baru lahir preterm menyerap zat kimia dengan cepat sehingga tindakan pencegahan harus
dilakukan dengan mengoleskan salep topical dan larutan yang menutupi kulit. Akhirnya,
kulit sangat rentan terhadap kerusakan akibat perekat sehingga kecermatan harus dilakukan
dalam hal jumlah dan jenis perekat yang digunakan untuk pemasangan monitor dan peralatanlain pada kulit. Penggunaan plester pada kulit harus dihindari sebisa mungkin, karena
pelepasannya dapat mudah merusak epidermis yang rentan.
9. Masalah Integumen
7/31/2019 makalah repoduksi
9/27
Reproduksi 2 Page 9
Mandi harus diminimalkan karena akan menghancurkan lapisan PH asam dri kulit.
Daerah tonjolan tulang harus dilindungi dengan sering mengubah posisi, menggunakan kulit
domba kasur air, dan balutan membrane semipermeabel, seperti Opsite atau Tegaderm
(Loisel et al, 1994 dalam Boback).
10.Masalah SuhuBayi baru lahir premature mengalami kesulitan untuk mengatur suhu tubuhnya. Faktor-
faktor berikut ini meningkatkan masalah pengaturan suhu pada bayi baru lahir prematur :
a. Penurunan insulasi lemakb. Pengurangan cadangan lemak coklatc. Perbandingan antara area permukaan yang luas terhadap berat badand. Asupan kalori yang tidak adekuate. Postur ekstremitas ekstensif. Kemampuan yang tidak efektif untuk meningkatkan konsumsi oksigeng. Kemnampuan pengaturan suhu yang belum sempurnah. Peningkatan kehilangan cairan yang tidak disadarii. Peningkatan kandungan air tubuh (Thomas, 1994 dalam Boback).
2.6 Masalah kesehatan khusus pada bayi prematur
Bayi baru lahir (preterm) beresiko mengalami masalah kesehatan khusus yang terjadi
sebagai akibat langsung dari imaturitas dan kurangnya cadangan. Masalah kesehatan ini
memerlukan pengkajian dan pengobatan yang cepat untuk meningkatkan kemungkinan hidup
bayi tersebut. namun demikian, sekalipun dapat bertahan hidup, pengaruh ekonomi, emosional,
dan jangka panjang berhubungan dengan pengobatan dan asuhan yang diperlukan.
a. Sindrom Distres PernapasanSebelumnya disebut dengan membrane hialin, sindrom distress pernapasan tipe I adalah
penyakit perkembangan bayi baru lahir preterm yang seusai dengan usia gestasi.
Diperkirakan 20.000 30.000 BBL menderita RDS setiap tahun di amerika serikat. RDS
merupakan penyebab gawat pernapasan yang paling banyak terjadi pada neonatus, hampir
sebagian besar terjadi pada BBL premature. Meskipun kemajuan teknologi asuhan telah
7/31/2019 makalah repoduksi
10/27
Reproduksi 2 Page 10
memperbaiki prognosis BBL tersebut, RDS tetap menjadi penyebab utama kematian
neonates.
b. Displasia BronkopulmonalDysplasia bronkopulmonal (BPD) adalah gangguan paru kronis yang signifikan pada
neonates. Etiologi dari gangguan ini bersifat multifactor, tetapi paling sering terjadi akibat
imaturitas pulmonal, defisiensi surfaktan, cedera paru akut, toksisitas oksigen, dan
bronkotrauma.
c. PneumotoraksPneumotoraks adalah komplikasi yang mungkin terjadi pada ventilasi yang dibantu dan
PEEp. Tanda-tanda klinisnya menunjukkan perburukan kondisi yang cepat dan tiba-tiba,
terutama pada bayi baru lahir yang menderita penyakit pernapasan. Takipnea, ngorok, pucat,
atau sianosis dapat terjadi. Bunyi napas berkurang, Apeks jantung dapat bergeser menjauh
dari sisi paru yang terganggu. Bradikardia dan hipotensi dapat terjadi.
d. Retinopati PrematuritasRetinopati premsturitas (ROP) adalah penyakit yang didapat yang menyebabkan cedera
mata atau kebutaan pada bayi baru lahir yang berat badan lahirnya rendah. Meskipun
pemberian oksigen dihubungkan dengan terjadinya penyakit ini, tapi faktor lain juga
berperan pada terjadinya penyakit ini. Perburukan penyakit memiliki rentang dari dilatasi dan
terpilinnya pembuluh darah retina sampai ablasio retina.
e. Hemoragi IntraventrikularMasalah utama pada bayi baru lahir adalah Hemoragi Intraventrikular (IVH). IVH adalah
penyebab utama kematian. Kerusakan pada bayi yang dapat bertahan hidup memiliki rentang
dari tanpa kerusakan sampai kerusakan berat. IVH lebih sering terjadi pada laki
laki, bayi
baru lahir yang mengalami retardasi pertumbuhan,dan yang menderita RDS (Dietch, 1993
dalam Boback). Gangguan ini bersifat multifactor dan dapat berhubungan dengan berbagai
faktor intravascular, vascular, dan ekstravaskular.
f. Duktus Arteriosus Yang Paten
7/31/2019 makalah repoduksi
11/27
Reproduksi 2 Page 11
Patensi duktus arteriosus lebih banyak terjadi pada bayi baru lahir preterm. Duktus
arteriosus pada janin adalah penghubung antara arteri pulmonalis dan aorta, yang berfungsi
sebagai pintas untuk paru dan kemungkinan sebagai penerima volume darah dari ventrikel
kiri. Pada bayi baru lahir cukup bulan, duktus arteriosus menutup secara bertahap. Penutupan
awal atau fungsional terjadi pada 24 jam pertama. Penutupan akhir atau anatomi jaringan
terjadi dalam beberapa hari. Pada bayi baru lahir preterm, hal tersebut dapat terjadi, tetapi
dengan waktu yang lebih lama, pada saat usia dan berat badan mendekati bayi baru lahir
cukup bulan.
g. Enterokolitis NekrotikansEnterokolitis Nekrotikan (NEC) , suatu penyakit pada neonates yang dicirikan dengan
nekrosis usus. 80% klien menderita NEC adalah bayi baru lahir preterm dengan berat badan
lahir rendah atau sangat rendah (MacKendrik et al.,1993 dalam Boback).
2.7 Komplikasi
a. Sindrom aspirasi mekonium ( menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi)b. Hipoglikemi simptomatikc. Penyakit membrane hialind. Asfiksia neonatorume. Hiperbilirubinemia
2.8 Penatalaksanaan
a. Pastikan bayi tetap terjaga hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti, dangunakan topi untuk menghindari adanya kehilangan panas.
b. Pantau frekuensi pernafasan, terutama dalam 24 jam pertama guna mengetahui sindromaspirasi mekonium/sindrom gangguan pernapasan idiopatik.
c. Pantau suhu di sekitar bayi, jangan sampai bayi kedinginan.d. Motivasi ibu untuk menyusui dalam 1 jam pertama.e. Jika bayi haus, beri makanan dini (early feeding) yang berguna untuk mencegah
hipoglikemi.
7/31/2019 makalah repoduksi
12/27
Reproduksi 2 Page 12
f. Jika bayi sianosis atau sulit bernafas (frekuensi kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali permenit, beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong).
g. Cegah terjadinya infeksi akibat immunoglobulin G (IgG) dari ibu ke janin terganggu.h. Periksa kadar gula darah setiap 8-12 jam.(Mitayani. Asuhan Keperawatan 2009)
7/31/2019 makalah repoduksi
13/27
Reproduksi 2 Page 13
WOC BBL PREMATUR
Komplikasi Obstetri
1. Multiple gestation2. Inkompeten3. Pregnancy induce hypertention (PIH)4. Plasenta previa5. Riwayat kelahiran prematur
Komplikasi medis
1. Diabetesgestasional
2. Hipertensi kronis3. Infeksi traktus
urinarius
Factor ibu
1. Penyakit penyerta2. Usia ibu3. Keadaan social ekonomi4. Kondisi ibu saat hamil
Faktor janin
1. Hidramnion2. Kehamilan ganda3. Kelainan janin
Rahim ibu tidak
mampu melindungi
dan memenuhi nutrisi
janin
Kondisi janin dan fisik
ibu melemah
Kondisi kandungan
sangat beresiko
Mengganggu
pertumbuhan dan
perkembangan janin
Imaturitas pada
berbagai organ janin
Terjadi persalinan
sebelum waktunya
Kehamilan tidak dapat
dipertahankan
Bayi Prematur
7/31/2019 makalah repoduksi
14/27
Reproduksi 2 Page 14
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Jalan nafas lebih
sering kolaps dan
mengalami obstruksi
Defisiensi kadarsurfaktan pada
bayi
Penurunan
jumlah alveoli
fun sional
MK : Gangguan
Pertukaran Gas
Perfusi ke
jaringan dan
organ
terganggu
Kapiler-kapiler
mudah rusak
Penurunan
metabolisme
tubuh
Penurunan
kemampuan untuk
mencerna protein
Ketidakmatura
system ginjal
Tidak bisa
mengekskre
metabolit, ur
dan obat-
obatan
Aliran oksigen ke
seluruh tubuh
tidak maksimal
MK : Pola
nafas tidak
efektif
MK :Termoregulasi
tidak efektif
MK : nutrisi kurang
dari kebutuhanMK : Resiko ti
kekurangan vo
cairan
Ketidakmaturan
sistem saraf
pusat
Terjadi
kerusakan
pada proses
koagulasi
Pusat
pengaturan
suhu di otak
Kehilangan
panas
berlebih
MK : Resiko
perubahan suhu
7/31/2019 makalah repoduksi
15/27
Reproduksi 2 Page 15
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Ny.W umur 24 tahun, seorang primigravida, datang ke Rumah Sakit Bersalin Aisyah
pada tanggal 19 agustus 2011, Pukul 09.00 WIB. Ibu mengeluhkan rasa mulas dan nyeri perut
bagian bawah dan mengeluarkan cairan pervaginam berupa lendir bercampur darah. Usia
kehamilan 30 minggu. Ny.W mempunyai riwayat hipertensi kronis dan menderita diabetes saat
hamil.Klien mengatakan takut dan cemas mengenai kondisi kandungannya.
Tanggal Pengkajian : 23 Agustus 2011 Jam : 09.15 wib
3.1 Pengkajian
A.Data Subjektif
I. Biodata
Nama Ibu : Ny. W Nama suami : Tn. B
Umur : 24 th Umur : 28 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa: Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan: SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Semolowaru Alamat : Semolowaru
II. Keluhan Utama
Ibu hamil anak pertama, usia kehamilan 30 minggu, ibu mengeluhkan rasa mulas dan
nyeri perut bagian bawah dan mengeluarkan cairan pervaginam berupa lendir bercampur
darah.
7/31/2019 makalah repoduksi
16/27
Reproduksi 2 Page 16
III. Riwayat Menstruasi
a. HaidMenarche : 13 th Teratur/tidak : tidak teratur
Siklus : 28 hari Sifat darah : encer
Lamanya : 7-9 hari Disminorhoe : tidak
Banyaknya : 2 x ganti pembalut
b. Status PerkawinanKawin : Iya 1x dengan suami sekarang
Usia kawin pertama : 22 th
Lamanya perkawinan 2 th
c. Riwayat Kehamilan SekarangGPA : G1 P0 A0
ANC : 1x di Bidan
Imunisasi : Sudah mendapat TT1
Keluhan : Ibu mengeluh nyeri di bagian perut bawah dan mengeluarkan cairan
pervaginam lendir bercampur darah.
d. Riwayat KbPernah mendengar tentang KB : pernah
Pernah menjadi akseptor KB : pernah
Alat kontrasepsi yang digunakan : tidak
Alasan berhenti menjadi akseptor KB : ingin punya anak
IV. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit pribdai yang pernah di alami : tidak adab. Operasi yang pernah dialami : tidak adac. Riwayat penyakit dalam keluarga : Hipertensi dan DMd. Keturunan kembar : tidak ada
V. Data Kesehatan Sehari-hari
a. Nutrisi makan : 3x sehari, porsi sedang (makan hanya seadanya)b. Eliminasi, pola BAB : 1-2x sehari, pola BAK : 5-10x seharic. Olahraga yang sering dilakukan : tidak pernah
7/31/2019 makalah repoduksi
17/27
Reproduksi 2 Page 17
d. Istirahat tidur siang : 2 jam, tidur malam : 7 jam, Personal hygiene mandi : 2xsehari, sikat gigi : setiap kali selesai makan
VI. Data Psikososial
a. Alasan datang ke petugas kesehatan : ingin memeriksakan kehamilannya dan ibu cemasdan gelisah jika harus menghadapi persalinan karena kehamilan yang kurang cukup bulan
dan takut terjadi masalah pada janinnya.
b. Harapan terhadap persalinan : normalc. Rencana tempat persalinan : Rumah sakitd. Persiapan yang telah di lakukan : biayae. Rencana menyusui : ASI ekslusiff. Rencana perawatan anak : rawat sendirig. Rencana jumlah anak : 2
B. DATA OBJEKTIF
I. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Kurang Baik TB : 155 cm
Kesadaran : Composmentis BB Sebelum hamil : 50 kg
TD : 140/90 mmHg(100/70mmHg) BB Saat hamil : 60 kg
Nadi : 86 x/menit Temp : 36,2 C
RR : 22 x/menit
7/31/2019 makalah repoduksi
18/27
Reproduksi 2 Page 18
II. Pemeriksaan Obstetrik
a. InspeksiKepala: Rambut bersih tidak ada ketombe, mata konjungtiva merah muda dan
sklera bening, tidak ada chloasma, mulut/gigi bersih tidak ada caries dan
stomatitis, terdapat edema pada ekstremitas bawah.
Leher: kelenjar tyroid tidak ada pembesaran, tumor tidak ada. Payudara:
pembesaran simetris, areola mammae coklat, puting susu menonjol, colostrum
tidak ada.
Perut: pembesaran perut sesuai umur kehamilan, linea nigra, striae livide.
Ekstremitas tungkai simetris, edema ada pada ekstremitas bawah.
Ada perdarahan pervaginam.
b. Palpasii. Leopold I : TFU 3 jari bawah Px
ii. Leopold II : Bagian terbesar janin berada disebelah kanan perut ibu danbagian terkecil janin berada di sebelah kiri ibu
iii. Leopold III : Presentasi kepalaiv. Leopold IV : Bagian terendah sudah masuk PAP
Mc Donald : TFU : 02 minggu
TBJ : (TFU11) x 155 = (3011) x 155 = 2945 gram
c. Auskultasii. Lokasi DJJ : 2 jari dibawah pusat disebelah kanan perut ibu.
ii. Frekuensi DJJ :135 x/menitd. Perkusi
Reflek patella ka/ki : + (positif)
e. Pemeriksaan dalamPerineum : Tidak kaku
Dinding Vagina : Cekung
Ujung sacrum : Masih teraba
Portio : Masih tebal
Konsistensi : Lembut
Pembukaan : 3 cm
7/31/2019 makalah repoduksi
19/27
Reproduksi 2 Page 19
Dilatasi serviks : 30%
Ketuban : Cairan berkurang
Penurunan kepala : Hodge III, 3/5
III. Pemeriksaan Laboratorium
HB : 11 gr %, Gol Darah : A, Urine Glukosa : (-), Protein : +2, Alb : 2,5 gr/dl
3.2 Pemeriksaan fisik
a. Sirkulasi1. Nadi apical mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal (120160 detik per
menit)
2. Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus arteriosus (PDA)b. Pernapasan
1. Dangkal, tidak teratur, terjadi pernapasan diafragmatik intermiten atau periodic (40-60 kali/menit)
2. Pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal,3. Adanya bunyi ampela pada auskultasi menandakan RDS
c. Neurosensori1. Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan karena ketidakadekuatan
pertumbuhan tulang mungkin terlihat.
2. Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung pendek mencuat,bibir atas tipis, dan dagu maju.
3. Tonus otot tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah dan atas sertaketerbatasan gerak.
d. Makanan/cairan1. Disproporsi berat badan dibanding panjang dan lingkar kepala.2.
Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan subkutan.
3. Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha.e. Keamanan
1. Suhu berfluktuasi dengan mudah2. Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan.
7/31/2019 makalah repoduksi
20/27
Reproduksi 2 Page 20
3. Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar tali pusat denganwarna kehijauan.
f. Seksualitas1. Labia minora mungkin lebih besar dari labia mayora dan klitoris menonjol.2. Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak pada skrotum.
3.3 Pemeriksaan diagnostik
a. Jumlah darah lengkap : penurunan pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan anemiaatau kehilangan darah.
b. Dektrosik : menyatakan hipoglikemic. Analisis gas darah (AGD) : menentukan derajat keparahan distress pernapasan bila ada.d. Elektrolit serum : mengkaji adanya hipokalsemiae. Bilirubin : mungkin meningkat pada polisitemiaf. Urinalisis : mengkaji homeostasisg. Jumlah trombosit : trombositopenia mungkin menyertai sepsish. EKG, EEG, USG, angiografi : defek congenital atau komplikasi.
3.3 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. Data subjektif: ibu
mengatakan bayi sering
mengalami sesak nafas.
Data objektif : defisiensi
kadar surfaktan
Imaturitas pada bayi
Penurunan jumlah alveoli
fungsional
Defisiensi kadar surfaktan pada
bayi
Jalan nafas lebih sering kolaps
dan mengalami obstruksi
Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas
7/31/2019 makalah repoduksi
21/27
Reproduksi 2 Page 21
2. Data subjektif: ibu
mengatakan bayinya susah
bernafas.
Data objektif : RR=50x per
menit
Perfusi ke jaringan dan organ
terganggu
Aliran oksigen ke seluruh tubuh
tidak maksimal
Pola nafas tidak efektif
Pola nafas tidak efektif
3. Data subjektif : -
Data objektif: tidak maturnya
organ bayi
Ketidakmaturan SSP
Terjadi kerusakan pada proses
koagulasi
Termoregulasi tidak efektif
Termoregulasi tidak efektif
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi,imaturitas otot arteriol pulmonal.
2.
Pola nafas inefektif berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan, keterbatasanperkembangan otot, kelelahan, depresi obat dan ketidak seimbangan metabolic
3. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan perkembangan system saraf pusatimatur.
3.5 Intervensi Keperawatan
1. Diagnose keperawatan : Gangguan pertukaran gas berhubungan denganketidakseimbangan perfusi ventilasi, imaturitas otot arteriol pulmonal.
Kriteria hasil : mempertahankan kadar PO2/CO2 dalam batas normal,
mendekati RDS minimal dengan penurunan kerja pernafasan dan tidak
ada morbiditas.
7/31/2019 makalah repoduksi
22/27
Reproduksi 2 Page 22
No TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
1.
2.
3.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mandiri
Tinjau ulang informasi yang
berhubungan dengan kondisi bayi,
seperti lama persalinan, tipe kelahiran,Apgar skor, dan obat-obatan ibu yang
digunakan selama kehamilan ataukelahiran.
Perhatikan usia gestasi, berat badan,dan jenis kelamin.
Kaji status pernapasan, perhatikantanda-tanda distres pernapasan (mis.,
takipnea, pernapasan cuping hidung,mengorok, retraksi, ronki, ataukrekels).
Gunakan pemantau oksigen transkutan
atau oksimeter nadi.
Hisap hidung dan orofaring dengan
hari-hati, sesuai kebutuhan.
Pertahankan kenetralan suhu dengan
suhu tubuh pada 36oC
Pantau masukan dan keluaran cairantimbang berat badan sesuai indikasi
berdasarkan protokol.
Kolaborasi
Pantau pemeriksaan laboratorium
dengan tepat (Hb/Ht).
Tinjau ulang seri sinar x dada.
Persalinan yang lama meningkatkan risiko
hipoksia, dan depresi penapasan dapat terjadi
setelah pemberian atau penggunaan obat oleh ibu.
(Catatan: Pemberian kosteroid pada ibu dalamminggu 1 kelahiran membantu mengembangkan
maturitas paru bayi dan produksi surfaktan.)
Neonatus lahir sebelum gestasi minggu ke-30dan/atau berat badan kurang dari 1500 g berisiko
tinggi terhadap rerjadinya RDS.
Takipnea menandakan distres pernapasan.Pernapasan mengorok menunjukkan upaya untuk
mempertahankan ekspansi alveolar. Pernapasancuping hidung adalah mekanisme kompensasiuntuk menambah diameter hidung dan
meningkatkan masukan oksigen. Krekels/ronki
dapat menandakan vasokontriksi pulmonal.
Memberikan pemantauan noninvasif konstan
terhadap kadar oksigen.
Untuk mempertahankan kepatenan jalan napas,
khususnya pada bayi yang menerima ventilasiterkontrol.
Stres dingin meningkatkan konsumsi oksigen dapat
meningkatkan asidosis bayi, dan selanjutnyakerusakan produksi surfaktan.
Dehidrasi merusak kemampuan jalan napas untukmembersihkan saat mukus menjadi kental.
Penurunan berat badan dan peningkatan keluaran
urin dapat menandakan fase diuretik dari RDS.
Dapat menurunkan kapasitas pembawa oksigen
darah.
Atelektasis, kongesti, bronkogram udara me-
nunjukkan terjadinya RDS.
7/31/2019 makalah repoduksi
23/27
Reproduksi 2 Page 23
2. Diagnosa : Pola nafas inefektif berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan,keterbatasan perkembangan otot, kelelahan, depresi obat dan ketidak seimbangan
metabolik.
Kriteria hasil : mempertahankan pola nafas periodic (periode apneik 5-10 detik diikuti
periode pendek ventilasi cepat) dengan membrane mukosa merahmuda dan frekuensi jantung normal HR 60-100/ mnt.
No Intervensi Rasional
1.
2.
3.
4.
5.
6.
MandiriKaji frekuensi pernapasan dan pola pernapasan.
Perhatikan adanya apnea dan perubahan frekuensijantung, tonus otot, dan warna kuit berkenaan
dengan prosedur atau perawatan. Lakukan
pemantauan jantung dan pernapasan yang kontinu.
Hisap jalan napas sesuai kebutuhan.
Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan
yang dapat memperberat depresi pernapasan padabayi.
Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang
dengan gulungan popok di bawah bahu untukmenghasilkan sedikit hiperekstensi.
Berikan rangsang taktil yang segera (misal
gosokan punggung bayi) bila terjadi apnea.
KolaborasiBerikan oksigen, sesuai indikasi,. (Rujuk pada
Membantu dalam membedakan
periode perputaran pernapasannormal dari serangan apneik sejati,
yang terutama sering terjadi sebelum
gestasi minggu ke-30.
Menghilangkan mukus yang
menyumbat jalan napas.
Magnesium sulfat dan narkotik
menekan pusat pernapasan danaktivitas SSP.
Posisi ini dapat memudahkan
pernapasan dan menurunkan episodeapneik, khususnya pada adanya
hipoksia, asidosis metabolik, atauhiperkapnia.
Merangsang SSP untuk
meningkatkan gerakan tubuh dan
kembalinya pemapasan spontan.
Perbaikan kadar oksigen dan
9.
10.
Berikan oksigen sesuai dengan
kebutuhan.
Berikan obat-obatan sesuai indikasiNatrium bikarbonat Surfaktan(artifisial atau eksogen).
Hipoksemia dan asidemia dapat berlanjut
menurunkan produksi surfaktan, meningkatkan
tahanan vaskular pulmonal dan vasokontriksi, dan
menyebabkan duktus arteriosus tetap terbuka.
Mungkin diberikan pada kelahiran atau setelahdiagnosis RDS untuk menurunkan beratnyakondisi dan komplikasi yang berhubungan.
7/31/2019 makalah repoduksi
24/27
Reproduksi 2 Page 24
7.
DK: Pertukaran Gas, kerusakan).
Berikan obat-obatan, sesuli indikasi :
Natrium bikarbonat.
Antibiotik.
Kalsium glukonat.
.
Aminofilin.
karbondioksida dapat meningkatkan
fungsi pernapasan.
Memperbaiki asidosis.
Mengatasi infeksi pernapasan atausepsis.
Hipokalsemia mempredisposisikan
bayi pada apnea.
Dapat meningkatkan aktivitas pusat
pernapasan dan menurunkan
sensitivitas terhadap karbondioksida,menurunkan frekuensi apnea.
3. Diagnosa : Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan perkembangan systemsaraf pusat imatur.
Kriteria hasil : Mempertahankan suhu tubuh 35oC - 36 oC
No Intervensi Rasional
1.
2.
3.
4.
5.
6.
MandiriKaji suhu dengan sering.
Kurangi pemajanan pada aliran udara.
Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah.
Pertahankan kepala bayi tetap tertutup.
Pertahankan kelembaban relatif 50%-80%
Oksigen lembab hangat 88'F-93"F (31'C-34C).
Perhatikan adanya takipnea atau apnea, sianosis
umum, akrosianosis, atau kulit belang,
bradikardia, menangis buruk, atau letargi.
Kaji keluaran dan berat jenis urin.
Hipotermia membuat bayi cenderung
pada stres dingin.
Menurunkan kehilangan panas karena
konveksi/konduksi. Membatasi
kehilangan panas melalui radiasi.
Menurunkan kehilangan melalui
evaporasi.
Mencegah evaporasi berlebihan,
menurunkan kehilangan cairan yang
tidak kasatmata.
Tanda-tanda ini menandakan stres
dingin, yang meningkatkan konsumsi
oksigen dan kalori serta membuat bayicenderung pada asidosis.
Penurunan haluaran dan peningkatanberat jenis urin dihubungkan dengan
penurunan perfusi ginjal selama periode
stres dingin.
7/31/2019 makalah repoduksi
25/27
Reproduksi 2 Page 25
7.
8.
KolaborasiPantau pemeriksaan laboratorium, sesuai
indikasi (misal GDA, glukosa serum, elektrolit,
dan kadar bilirubin).
Berikan obat-obatan, sesuai indikasi:Fenobarbital.
Natrium bikarbonat.
Peningkatan kadar bilirubin indirek
dapat terjadi karena pelepasan asam
lemak dari metabolisme lemak coklat,dengan asam lemak bersaing dengan
bilirubin pada bagian ikatan di albumin.Asidosis metabolik dapat juga terjadipada hipertermia.
Membantu mencegah kejang berkenaan
dengan perubahan fungsi SSP yang
disebabkanoleh hipertermia.
Memperbaiki asidosis, yang dapat
terjadi pada hipotermia dan hipertermia.
7/31/2019 makalah repoduksi
26/27
Reproduksi 2 Page 26
BAB 4
PENUTUP
4.1KesimpulanBayi baru lahir prematur adalah bayi yang dilahirkan sebelum umur gestasi 37 minggu.
Karena dilahirkan sebelum waktunya maka ada beberapa risiko penyakit yang mungkin terjadi.
Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi
dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan
morbilitas dan mortalitas neonatus. Beberapa etiologi penyebab timbulnya BBLR premature
adalah Komplikasi obstetric, Komplikasi medis, Faktor ibu
Masalah kesehatan khusus yang dapat terjadi pada bayi prematur adalah sindrom distress
pernafasan, dysplasia bronkopolmunal, pneumothorak, retinopati prematuritas, Hemoragi
Intraventrikular, Duktus Arteriosus Yang Paten, Enterokolitis Nekrotikans.
4.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan profesional, perawat hendaknya dapat memberikan asuhan
keperawatan pada bayi lahir premature untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi.
Sehingga dapat terwujud kesehatan ibu dan bayi secara optimal.
7/31/2019 makalah repoduksi
27/27
DAFTAR PUSTAKA
Boback. 2004. Keperawatan Maternitas, Edisi 4. EGC : Jakarta.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2001.Rencana Perawatan Maternal/Bayi,edisi 2. EGC : Jakarta.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta
Saccharin, Rossa M. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. EGC :Jakarta
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak (untuk perawat dan bidan). Salemba
Medika: Jakarta.
Http://repository.usu.ac.id
http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/