Page 1
MAKALAH PSIKO NEURO IMUNOLOGI TENTANG
KETAHANAN DAN DAMPAK PASAR GELAP SMARTPHONE
DI INDONESIA
Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah PNIYang di bimbing oleh Prof.Taat Suhartono Putra
Oleh : Kelompok 4 (IKP 2A)
Anggota kelompok :
Fajriansyah (1311B0048) Muhlisin Nalahuddin (1311B0031) Ratih Setyaningrum (1311B0034) Mustamim (1311B0032)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES SURYA MITRA HUSADA
1
Page 2
KEDIRI
2014
DAFTAR ISI
Daftar isi ____________________________________________________ 2
BAB I. PENDAHULUAN _______________________________________ 3
1.1. Latar Belakang
Permasalahan____________________________ 3
1.2. Rumusan Masalah_____________________________________
4
1.3. Tujuan______________________________________________
4
1.4. Manfaat_____________________________________________
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA__________________________________ 6
2.1. Sejarah Pajak di
Indonesia______________________________ 6
2.2. Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)______________ 7
2.3. Objek Pajak Pertambahan
Nilai__________________________ 7
2.4. Barang Kena Pajak dan
Pengecualiannya__________________ 8
2.5. Jasa Kena Pajak dan
Pengecualiannya_____________________ 9
BAB III. KERANGKA KOSEPTUAL_____________________________ 10
2
Page 3
3.1. Kerangka Konsep_____________________________________10
BAB IV. PEMBAHASAN_______________________________________ 11
4.1. Penyebab ___________________________________________
11
4.2. Dampak ____________________________________________
12
4.3. Penanggulangan______________________________________
12
BAB V. PENUTUP____________________________________________ 14
5.1. Kesimpulan__________________________________________
14
5.2. Saran_______________________________________________
14
DAFTAR PUSTAKA___________________________________________ 15
LAMPIRAN : ALUR PIKIR ILMIAH____________________________ 16
3
Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Di Indonesia terdapat begitu banyak jenis pajak, pajak
menjadi salah satu penambah pendapatan Negara yang sangat
besar. Salah satu jenis pajak yang menyumbang pendapatan besar
bagi negara adalah pajak pertambahan nilai (PPN).Tetapi
sekarang ini banyak barang yang beredar di Indonesia tanpa
membayar pajak pertambahan nilai (PPN). Padahal umumnya barang
yang beredar merupakan brand bermerek yang apabila di total
pajaknya dapat dikategorikan nominalnya sangat besar. Contoh
brand ternama yang banyak beredar tanpa pajak adalah
Samsung,Aple,Blackberry,I-phone,HTC,Acer,Google,Sony,Army dan
masih banyak lagi.
Yang lebih parahnya hal ini dilakukan oleh anak bangsa
ini sendiri. Barang-barang seperti ini sangat mudah untuk
ditemui. Banyak situs-situs online maupun jejaring sosial yang
dikelola oleh anak bangsa ini sendiri yang menawaran berbagai
macam barang dengan brand ternama,tapi dengan harga yang jauh
lebih murah tentunya. Biasanya barang-barang seperti ini di
situs jual beli di sebut dengan barang BM (Black Market).
Faktanya,salah satu operator selular (telkomsel) pada tahun
2013 mempublikasikan bahwa pengguna BB Z10 di Indonesia 50%
nya adalah pengguna barang BM. Hal ini ini diketahui karena
pada saat di deteksi 50 % BB Z10 tersebut terdaftar di central
Inggris (bukan di Indonesia) dan yang kedua melalui pemasaran
BB Z10 di Indonesia hanya tersedia 5000 unit saja,tapi
4
Page 5
faktanya yang terdaftar di operator Telkomsel pengguna BB Z10
(saat itu) sudah mencapai 10.000 unit.
Lantas pertanyaannya darimana mereka mendapatkan barang-
barang ini ? Jawabannya mudah,barang-barang ini diperoleh dari
negeri seberang ( ex : Malaysia dan Singapura ). Barang-barang
ini lalu diseludupkan melalui perbatasan Negara (ex :
Batam,Tenggarong). Setelah itu barang akan di pasarkan melalui
internet dan disebarkan ke seluruh agen atau resseler di
seluruh Indonesia.
Black market merugian negara dengan nilai sangat besar.
Untuk menanggulangi masalah ini diperlukan perbaikan sistem
khusunya di perbatasan dan pengawasan Bea Cukai. Perbaikan
sistem ini dapat dilakukan melaui diperkuatnyakeamanan di
setiap perbatasan yang rawan untuk dilalui atau dilewati
penyeludupan barang-barang dari luar Indonesia dan memperketat
masuknya barang melaui Bea Cukai.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.
Mengapa marak beredar barang seludupan/BM di Indonesia ?
Bagaimana dampak BM terhadap sektor pajak di Indonesia ?
Bagaimana cara penanggulangan yang harus dilakukan ?
1.3 Tujuan
Umum
5
Page 6
Menjelaskan maraknya smartphone tidak berpajak yang
beredar di pasar gelap Indonesia
Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini dapat
dijabarkan sebagai berikut.
Menjelaskan sebab maraknya beredar barang seludupan/BM di
Indonesia.
Menjelaskan dampak BM terhadap sektor perpajakan di
Indonesia.
Menjelaskan cara penanggulangan yang harus dilakukan.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini sebagai berikut.
a. Manfaat Akademis
Bagi kalangan yang membutuhkan informasi tentang
RencanaPenerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), diharapkan
makalah ini dapat memperluas dan menambah pengetahuan
tentang RealisasiPenerimaaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan juga untuk mengetahui dampak dari pasar gelap bagi
sektor perpajakan di Indonesia , serta dapat digunakan
sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
b. Manfaat Umum
6
Page 7
Manfaat umum dari makalah ini adalah memberikan
pengetahuan bagi khalayak umum tentang dampak dan cara
penanggulangan/antisipasi perdagangan bebas/BM di
Indonesia.
7
Page 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Pajak di Indonesia
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama
diIndonesia, di samping sumber minyak bumi dan gas alam yang
sangat penting peranannya bagi kelangsungan hidup bangsa
Indonesia. Sejak tahun 1950, Indonesia telah memungut pajak
atas lalu lintas barang di dalam masyarakat, yaitu Pajak
Peredaran (Barang) yang dalam tahun 1951 diganti dengan Pajak
Penjualan. Pajak ini dipertahankan sampai tahun 1985, untuk
kemudian diganti dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada
tahun 1984. Pajak tersebut secara tidak langsung memberikan
hasil yang berarti bagi kas negara. Namun bentuk pajak
tersebut sudah agak ketinggalan dalam masyarakat dengan
perkembangan teknologi dan perekonomian yang semakin maju.
Seiring bergulirnya era reformasi, paling tidak
mengakibatkan perubahan sosial ekonomi, dan ini berakibat pula
pada perubahan perpajakan yang pernah dilakukan belum dapat
menampung perkembangan dunia usaha. Dalam memenuhi kebutuhan
inilah dilakukan penyempurnaan perundangundangan tentang Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan Jasa dan Pajak. Penjualan
atas Barang Mewah, yaitu Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000.
Undang-undang ini menitikberatkan pada peningkatan atas
kepastian hukum,keadilan, legalitas dan kesederhanaan.
Jika ditinjau dari elemen pembentukan harga, terdapat
perbedaan pengertian harga berdasarkan pajak (PPN) dengan yang
umum yang berlaku di pasar. Misalnya, dalam harga jual,
8
Page 9
berarti belum termasuk unsur pajak di dalamnya. Sedangkan di
pasar, harga adalah keseluruhan elemen (termasuk pajak) yang
menentukan harga jual suatu barang, yang siap untuk dijual.
Besarnya sama dengan uang yang dikeluarkan oleh masyarakat
untuk memperoleh barang tersebut.
Namun demikian, persoalan penting yang selalu timbul
dalam sistem perpajakan adalah keadilan distribusi beban pajak
pada berbagai golongan pendapatan dalam masyarakat. Pada
umumnya keadilan dalam sistem pajak selalu didasarkan pada
tolok-ukur kemampuan seseorang untuk membayar pajak, atau
dengan kata lain didasarkan pada tingkat pendapatanatau
pengeluarannya. Idealnya, sistem pajak yang ada dapat
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang,
semakin besar proporsi beban pajak yang harus ditanggungnya.
Tidak sebaliknya, Peningkatakan pajak malah mengakibatkan
beban rakyat bertambah. Seperti terlihat dari rencana
penerimaan pajak tahun 2003. Salah satu sumber peningkatan
penerimaan adalah rencana mencabut pembebasan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) atas barang strategis seperti listrik.
Dampaknya dapat ditebak, pembengkakan tagihan rekening pada
masyarakat. Ini melengkapi penderitaan atas kenaikan tarif
secara berkala, dan jelas-jelas yang paling kena imbasnya
adalah masyarakat miskin. Peluang itu terbuka, jika PPN
ditinjau dari keadilan distribusi beban pajak. Pengenaan tarip
pajak yang sama untuk setiap jenis komoditi menyebabkan
golongan masyarakat berpendapatan rendah terkena proporsi
beban pajak yang sama atau justru lebih tinggi dibandingkan
dengan golongan masyarakat berpendapatan tinggi. Apabila hal
9
Page 10
ini terjadi berarti sistem pajak pertambahan nilai justru
tidak mencerminkan keadilan.
2.2 Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Peraturan perundang-undangan yang mengatur pajak
pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah
(PPnBM) adalah UU No. 8 Tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa
atas Penjualan Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan UU
No. 11 Tahun 1994 dan diubah lagi dengan UU No. 18 Tahun 2000.
2.3. Objek Pajak Pertambahan Nilai
PPN dikenakan atas :
1. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak. Syarat-syaratnya adalah :
a. Barang Berwujud yang diserahkan merupakan BKP.
b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP tidak
berwujud.
c. Penyerahan dilakukan di dalam Derah Pabean.
d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
2. Impor BKP.
3. Penyerahan JKP yang dilakukan di dalam Daerah Pabean oleh
Pengusaha Kena Pajak. Syarat-syaratnya adalah :
a. Jasa yang diserahkan merupakan JKP
b. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean
c. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya
10
Page 11
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daeraah Pabean.
5. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean.
6. Ekspor Bkp oleh Pengusaha Kena Pajak.
7. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan
yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.
8. Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak unutk
diperjualbelikan (bukan inventory) oleh PKP, sepanjang Pajak
Masukan yang dibatar pada saat perolehannya menurut
ketentuan dapat dikreditkan.
2.4. Barang Kena Pajak dan Pengecualiannya
Barang kena pajak (BKP) adalah barang berwujud yang
menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau
barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang
dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN. Pengecualian BKP
Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali UU
menetapkan sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikenakan PPN
ditetapkan dengan PP didasarkan atas kelompok-kelompok barang
sebagai berikut :
a. Barang hasil pertambangan, penggalian, dan pengeboran yang
diambil langsung dari sumbernya, seperti :
Minyak mentah (crude oil)
Gas bumi
Panas bumi
11
Page 12
Pasir dan kerikil
Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara, dan
Biji besi, biji timah, biji tembaga, biji nikel, dan biji
perak serta biji bauksit.
b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
rakyat banyak, seperti :
Beras
Gabah
Jagung
Sagu
Kedelai
Garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium.
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung, dan sejenisnya meliputi makanan dan minuman
baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, tidak termasuk
makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga
atau catering.
2.5. Jasa Kena Pajak dan Pengecualiannya
Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan
berdasarkan suatau perikatan atau perbuatan hukum yang
menyebabkan suatau barang atau fasilitas atau kemudahan atau
hak tersedia unutk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan unutk
menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan
dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan
UU PPN. Pengecualian JKP.
Pada dasarnya semua jasa dikenakan pajak, kecuali yang
ditentukan lain oleh UU PPN. Jenis jasa yang tidak dikenakan
12
Page 13
PPN ditetapkan dengan PP didasarkan atas kelompok-kelompok jasa
sebagai berikut :
a. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik,
b. Jasa di bidang pelayanan sosial,
c. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko,
d. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha
dengan hak opsi,
e. Jasa di bidang keagamaan,
f. Jasa di bidang pendidikan,
g. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang tidak dikenakan
pajak totonan termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak
bersifat komersial, seperti :
Pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan secara
Cuma-Cuma.
h. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan,
seperti : penyiaran radio dan televisi yang dilakuakn oleh
instansi pemerintah atau swasta yang bukan bersifat iklan
dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.
i. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan diair, seperti :
jasa angkutan umum di darat, di laut, di danau, dan di
sungai yang dilakukan oleh Pemerintah atau swasta.
j. Jasa di bidang tenaga kerja,
k. Jasa di bidang perhotelan,
l. Jasa disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum, meliputi jasa-jasa yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah, seperti : pemberian
Izin Mendirikan Bangunan, Pemberian Izin Usaha Perdagangan,
13
Page 14
pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pembuatan Kartu Tanda
Penduduk.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam makalah ini sebagai berikut.
Topik utama dalam kerangka di atas adalah maraknya
smartphone tidak berpajak beredar di Indonesia melalui Pasar
gelap. Dari topik tersebut akan dibahas mengenai 3 poin utama
yang menjadi rumusan masalah,yaitu sebagai berikut .
a) Penyebab
14
PASAR GELAP / BLACK MARKETDI INDONESIA
PENANGGULANGANDAMPAK
SMARTPHONE TIDAK BERPAJAK BEREDARDI INDONESIA
PENYEBAB
Page 15
Membahas mengenai mengapa bisa terjadi perdagangan gelap
di Indonesia ( fokus pada latar belakang atau penyebab
BM / perdagangan gelap di Indonesia).
b) Dampak
Membahas mengenai dampak-dampak yang diakibatkan pada
sektor pajak / penghasilan negara.
c) Penaggulangan
Membahas mengenai bagaimana upaya yang dapat ditempuh
untuk menanggulangi BM di Indonesia,setidaknya
meminimalisir BM di Indonesia.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Penyebab Maraknya BM
PasarGelap/ Black Market/ BM (kadang-kadang dikenal
sebagai ekonomi bawah
tanah atau hitam) adalah perdagangan barang dan jasa yang
bukan merupakan bagian resmi dari ekonomi suatu negara,
barang- barang darisuatu negara diselundupkan masuk kenegara
lain sehingga pajak tidak dibayar, atau kegiatan illegal,dalam
kasus ini kita tekankan pada barang barang elektronik seperti
smartphone dengan brand Samsung,Apple,Nokia dan Blackberry.
(Wikipedia Indonesia)
Alasan pertama mengapa barang BM banyak beredar di
Indonesia karena sektor kegiatan ini (khusunya untuk
Handphone/smartphone) dianggap sesuai dengan hukum ekonomi
15
Page 16
yang menyatakan “ Apabila Barang Sedikit dan minat konsumen
tinggi terhadap barang tersebut,maka harga akan naik pula” dan
hukum yang lainnya yang menyatakan “mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya.”
Dari kedua hukum Ekonomi di atas memang sah saja apabila
kebanyakan orang lebih memilih barang BM daripada barang
resmi,karena dengan pertimbangan harga yang lebih
murah,memuaskan kebutuhan dan mendapatkan barang yang sama
persis tanpa ada beda dari pabrikan asalnya (bedanya hanya
seludupan). Bayangkan saja hanya dengan harga setengahnya
konsumen dapat mendapatkan barang yang diinginkan. Siapa pun
kiranya pasti akan tertarik dengan hal seperti ini.
Alasan yang kedua adalah adanya keterlibatan pihak bea
cukai dalam memasok baang-barang ini. Secara teori barang yang
di datangkan dari luar negeri pasti akan melewati bea cukai.
Tidak mungkin hal hal seperti ini tidak diketahui oleh pihak-
pihak bea cukai,pastinya sudah ada permainan antara pemasok
dan oknum bea cukai tersebut. Buktinya pada pemberitaan salah
satu media ( antaranews.com ,bulan Januari 2014 ) terdapat 4
orang pihak bea cukai provinsi Riau yang terbukti bersalah
karena ikut terlibat dalam penyeludupan puluhan I-phone S5
dari Malaysia dan Singapura.
Alasan yang ketiga adalah kesadaran konsumen yang rendah.
Ada pepatah yang mengatakan “ada gula,ada semut.” Artinya
walaupun ada barang BM dimana-mana,tapi apabila ada rasa
kesadaran dan nasionalisme yang baik (dengan membeli barang
resmi berarti bayar pajak dan membantu perekonomian negara )
16
Page 17
maka dengan sendirinya barang-barang seludupan akan berkurang
dengan sendirinya.
Alasan yang terakhir yaitu tidak adanya ketegasan dari
pihak pemerintah mengenai konsumen yang suka membeli barang-
barang BM. Harus adanya pemberian shock terapy pada para
konsumen di Indonesia untuk masalah seperti ini.
4.2. Dampak BM
Untuk dampak utama pasar gelap / BM khusunya smartphone
adalah berkurangnya pendapatan negara dari PPN (Pajak
pertambahan Nilai) dan PPNBM (Pajak Pertambahan Nilai Barang
Mewah ).
Kerugian negara akibat penggunaan faktur transaksi
negara yang tidak semestinya (menggelapkan PPN) pada rentan
tahun 2008-2013 sekitar 150 triliun (Harian Antara,16 Januari 2013).
Mereka menggunakan faktur untuk memanipulasi pajak saja
kerugian negara sudah mencapai 150 triliun,apalagi barang BM
yang murni tidak ada bayar pajak sama sekali. Untuk meraba
hitungan kasar kerugian negara selama 1 tahun dari BM
smartphone dapat kita gunakan hitungan kasar berdasarkan data
survei LSM KAMPAR (pada tahun 2012 di Jakarta) yang menyatakan
bahwa 92,5% atau 9,25 juta smartphone yang beredar merupakan
barang BM,hanya 7,5% atau 750.000 unit smartphone melalui
produsen import resmi.
Dari survei di atas dapat dibayangkan berapa besar
potensi penerimaan pajak smartphone yang harusnya diterima
17
Page 18
oleh negara hilang dengan percuma karena peredaran pasar
gelap/BM yang merajalela.
4.3. Penanggulangan
Upaya-upaya penanggulangan makin beredar luasnya brang BM
di indonesia dapat dilakukan hal-hal berikut ini
(menghilangkan total itu tidak bisa,tapi cara ini setidaknya
dapat meminimalisir jumlah barang BM di Indonesia)
Merevisi undang-undang kepabeanan.
Diharapkan undang-undang kepabeanan yang direvisi akan
lebih bertindak tegas dalam menuntut pelaku sehingga
dikenakan sanksi yang setimpal. Ini merupakan salah satu
bentuk wujud peran serta pemerintah dan turut serta
meningkatkan kinerja aparat khususnya.
Peningkatan controlling di bagian beacukai,
Hal ini dilakukan supaya dapat meminimalisir praktik
penyelundupan barang untuk black market maupun gray
market. Dalam melakukan controlling alangkah baiknya
tidak hanya melibatkan bagian beacukai saja, tetapi juga
melibatkan pihak kepolisian sehingga kinerja dari tim
beacukai juga dapat diawasi dengan mudah.
Meningkatkan kesadaran para pelaku perdagangan
internasional
18
Page 19
Tujuannya adalah meningkatkan esensi perdagangan
internasional dan daya saing tiap Negara agar
terpenuhinya kebutuhan tiap Negara.
Mengurangi potensi penyalahgunaan petikemas yang sering
digunakan untuk menyelundupkan barang
Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang mudarat barang
BM dan potensi kerugian negara yang ditimbulkan,karena
pajak nantinya akan digunakan untuk kepentingan kita
bersama.
Memberikan tindakan hukum kepada para distributor dan
konsumen barang BM. Tindakan hukum ini tujuannya
memerikan shock terapi,yang diharapkan dapat menimbulkan
efek jera bagi para pelaku kegiatan BM.
19
Page 20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Beredarnya barang BM khusunya smartphone di Indonesia
karena beberapa alasan.Pertama,karena sesuai dengan hukum
ekonomi yang menyatakan ”mendapatkan keuntungan sebesar-
besarnya dari modal yang sekecil-kecilnya.” Jadi dengan begitu
timbullah minat masyarakat untuk mendapatkan brang bermerek
dengan harga yang jauh lebih murah. Kedua,karena adanya
keterlibatan pihak Bea cukai dalam pemasukan barang-barang
tersebut. Ketiga,karena rendahnya kesadaran tentang pentingnya
pajak bagi negara. Keempat,karena rendahnya penegasan hukum
bagi konsumen maupun distributor barang BM tersebut.
Dampak beredarnya smartphone BM di Indonesia adalah
membuka lahan yang yang luas bagi orang-orang tamak (karena
tidak membayar pajak) untuk memasarkan dan mendapat keuntungan
yang sangat besar. Dampak kedua yaitu menghilangkan potensi
tambahan pajak negara.
Untuk menanggulangi (minimal mengurangi) beredarnya
smartphone BM di Indonesia dapat dilakukan cara sebagai
berikut.
Merevisi undang-undang kepabeanan
Peningkatan controlling di bagian beacukai,
Meningkatkan kesadaran para pelaku perdagangan
internasional
20
Page 21
Mengurangi potensi penyalahgunaan petikemas yang sering
digunakan untuk menyelundupkan barang
Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang mudarat barang
BM dan potensi kerugian negara yang ditimbulkan.
5.2. Saran
Kepada semua khalayak mari kita biasakan membeli barang
yang resmi ( say no to Smartphone BM ),karena dengan hal ini
beratikita semua membantu membangun Indonesia yang lebih baik.
Indonesia yang lebih baik bukan hanya untuk kita sekarang,tapi
juga untuk anak cucu dan penerus kita dikemudian.
.
21
Page 22
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2013. PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 10%. Direktorat Wajib
Pajak : Jakarta.
Waluyo,2010. PERPAJAKAN INDONESIA. Salemba Empat : Jakarta.
22
Page 23
ALUR PIKIR ILMIAH ( API )
1. TOPIK
PNI-Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
2. FENOMENA
Maraknya smartphone tidak berpajak yang beredar di pasar
gelap Indonesia.
3. MASALAH
Maraknya smartphone tidak berpajak yang beredar di pasar
gelap Indonesia belum dapat dijelaskan.
4. TUJUAN UMUM
Menjelaskan maraknya smartphone tidak berpajak yang
beredar di pasar gelap Indonesia.
5. KERANGKA KONSEP
Adapun kerangka konsep yang akan di bahas dalam makalah
ini sebagai berikut.
23
PASAR GELAP / BLACK MARKETDI INDONESIA
PENYEBAB PENANGGULANGANDAMPAK
Page 24
6. TUJUAN KHUSUS
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini dapat dijabarkan
sebagai berikut.
Menjelaskan sebab maraknya beredar barang seludupan/BM di
Indonesia ?
Menjelaskan dampak BM terhadap sektor perpajakan di
Indonesia ?
Menjelaskan cara penanggulangan yang harus dilakukan ?
7. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.
Mengapa marak beredar barang seludupan/BM di Indonesia ?
Bagaimana dampak BM terhadap sektor pajak di Indonesia ?
Bagaimana cara penanggulangan yang harus dilakukan ?
8. MANFAAT
Adapun manfaat dari makalah ini sebagai berikut.
a. Manfaat Akademis
Bagi kalangan yang membutuhkan informasi tentang
Rencana Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
diharapkan makalah ini dapat memperluas dan menambah
pengetahuan tentang Realisasi Penerimaaan Pajak
24
SMARTPHONE TIDAK BERPAJAK BEREDARDI INDONESIA
Page 25
Pertambahan Nilai (PPN) dan juga untuk mengetahui dampak
dari pasar gelap bagi sektor perpajakan di
Indonesia ,serta dapat digunakan sebagai masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
b. Manfaat Umum
Manfaat umum dari makalah ini adalah memberikan
pengetahuan bagi khalayak tentang dampak dan cara
penanggulangan/antisipasi perdagangan gelap/BM di
Indonesia.
9. JUDUL
Tema dalam makalah ini mengenai pajak dan judul yang
kami angkat adalah Ketahanan dan Dampak Pasar Gelap
Smartphone di Indonesia.
25