BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan tantangan besar bagi dunia, sehingga masalah kesehatan termuat dalam 10 masalah yang dihadapi dunia di abad 21 ini. Lebih spesifiknya mengenai ancaman pandemi dan penyakit menular. Di Indonesia sendiri banyak factor yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, diantaranya masalah perilaku kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan. Perilaku kesehatan bila mengacu pada penelitian Hendrik L. Blum di Amerika Serikat memiliki urutan kedua faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat setelah faktor lingkungan. Di Indonesia justru factor perilaku kesehatanlah yang diduga menjadi factor utama masalah kesehatan yang merupakan akibat dari masih rendahnya pengetahuan kesehatan dan faktor kemiskinan. Kondisi tersebut mungkin terkait tingkat pendidikan yang 1 | Analisis Penyakit Pneumonia di Suku Baduy Dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan tantangan besar bagi dunia, sehingga masalah
kesehatan termuat dalam 10 masalah yang dihadapi dunia di abad 21 ini. Lebih
spesifiknya mengenai ancaman pandemi dan penyakit menular. Di Indonesia sendiri
banyak factor yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, diantaranya masalah
perilaku kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan.
Perilaku kesehatan bila mengacu pada penelitian Hendrik L. Blum di
Amerika Serikat memiliki urutan kedua faktor yang mempengaruhi status kesehatan
masyarakat setelah faktor lingkungan. Di Indonesia justru factor perilaku
kesehatanlah yang diduga menjadi factor utama masalah kesehatan yang merupakan
akibat dari masih rendahnya pengetahuan kesehatan dan faktor kemiskinan. Kondisi
tersebut mungkin terkait tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan
masyarakat untuk berperilaku sehat. Karena terbentuknya perilaku diawali dengan
pengetahuan tentang objek yang kemudian menimbulkan respon terhadap objek
tersebut.
Perilaku kesehatan sangat mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat
yang sedang menjadi prioritas utama pemerintah. Masih banyak masyarakat
Indonesia yang belum sadar bahkan belum peduli terhadap kondisi kesehatan
lingkungan dan diri sendiri. Akibatnya banyak masalah kesehatan yang bermunculan.
Apalagi di daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau oleh petugas kesehatan.
Lingkungan yang tidak teratur dan minimnya tenaga kesehatan dapat memicu
1 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
terjadinya penyebaran penyakit yang mewabah atau di sebut kejadian luar biasa.
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No.
451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa.
Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
• Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal
• Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
• Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).Jumlah
penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
2 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
BAB II
PERMASALAHAN
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka
kematiannya tinggi. Di Negara maju seperti Amerika dan Kanada dan Negara Negara
Eropa saja penyakit ini cukup meresahkan. Di Amerika Serikat tercatat dua juta
sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000
orang. Indonesia sendiri pada tahun 2011 tercatat sebagai Negara dengan
berdasarkan World Pneumonia Day (WPD).
Sri Rezeki Hadinegoro, Ketua Peneliti Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran UI mengungkap, pneumonia saat ini menjadi penyebab utama
kematian pada balita. "Di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian terbaru, sekitar 33
persen dari 1.200 anak sehat yang dilakukan pengambilan apusan, mengandung
kuman s pneumonia di nasofaringnya," kata Sri Rezeki Hadinegoro di Jakarta, Senin
(1/10).
Di dunia, setiap tahunnya terjadi 156 juta kasus pneumonia baru di seluruh
dunia, dan penyakit tersebut telah merenggut nyawa 1,5 juta anak usia di bawah lima
tahun. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah
kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka
kematian. Kasus pneumonia ditemukan paling banyak meyerang anak balita.
Menurut laporan WHO, sekitar 800.000 hingga 1 juta anak meninggal dunia taiap
tahun akibat pneumonia. Bahkan UNICEF dan WHO menyebutkan pneumonia
sebagai kematian tertinggi anak balita, melebihi penyakit-penyakit lain seperti
campak, malaria serta AIDS.
3 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
Menurut profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 pneumonia menempati
peringkat 10 dalam daftar 10 besar penyakit rawat inap 2010 dengan jumlah kasus
9.340 untuk laki-laki dan 7.971 untuk perempuan. Dengan presentasi masing masing
53,59% dan 46,05%. Jumlah pasien keluar 17.311, dan pasien meninggal 1.315
orang.
Masih menurut Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011 yang di
keluarkan Kementrian Kesehatan Indonesia, Jumlah kasus pneumonia pada balita
menurut kelompok umur tahun 2011 tercatat sebanyak 157.249 kasus yang
menyerang anak usia dibawah 1 tahun, 301.217 kasus menyerang anak usia 1-4
tahun untuk pneumonia biasa dan 10.770 kasus usia dibawah 1 tahun dan 10.797
kasus usia 1-4 tahun untuk pneumonia berat. Dengan jumlah keseluruhan kasus
168.019 untuk usia dibawah 1 tahun dan 312.014 kasus pada anak usia 1-4 tahun
yang tersebar di 33 provinsi. Tercatat 480.033 kasus pneumonia muncul di
Indonesia, dengan Case Fatality Rate sebanyak 0,21% untuk anak usia dibawah 1
tahun,dan 0,08% untuk anak usia 1-4 tahun yang tersebar di 33 provinsi. Jika di
urutakan menurut banyaknya kasus, Jawa Barat menempati posisi pertama dengan
168.146 kasus, disusul Jawa Timur sebanyak 73.786 kasus, DKI Jakarta sebanyak
40.296 di urutan ketiga, NTB sebanyak 32.669 kasus di urutan ke-empat, dank e-
lima di tempati Jawa Tengah sebanyak 18.477 kasus. Berdasarkan Case Fatality
Rate, Banten menduduki poisisi pertama dengan 115 orang meninggal, disusul NTB
dengan 78 orang, Jawa Barat 76 orang, Sumatera Selatan 64 orang, dan Sumatera
Utara 56 orang.
Dilihat dari data, pneumonia merupakan penyakit penyebab kematian yang
utama. Sayangnya, penyebab kematian utama pada balita ini termasuk dalam
kelompok pembunuh yang terlupakan karena kurangnya edukasi dan tingkat
4 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
kesadaran yang rendah dari masyarakat. Contoh kasus pneumonia yang isunya
termasuk dalam kategori Kejadian Luar Biasa terjadi di Baduy, Kabupaten Lebak,
Provinsi Banten. Kasus ini terjadi sekitar bulan Januari – Maret 2011. Dalam rentang
1,5 bulan terakhir, ada empat anak meninggal di Kampung Cibeo karena radang
paru-paru (bronkopneumonia). Selain itu, 13 anak di Baduy Dalam yang menderita
bronkopneumonia dan 27 anak lainnya yang menderita batuk disertai demam dan
sesak nafas. Rentang umur anak-anak Baduy Dalam yang menderita radang paru-
paru adalah 1 sampai 11 tahun. Perut anak-anak itu buncit, tulang rusuknya tampak,
dan nafasnya tersenggal-senggal. Dalam masalah pneumonia ini, ada beberapa point
yang memerlukan penjabaran, yaitu:
1. Pneumonia
2. Masyarakat Baduy
3. Analisis Pneumonia di Suku Baduy
5 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pneumonia
3.1.1 Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh
gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit
ISPA (P2ISPA) semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun
bronchopneumonia disebut pneumonia (Depkes RI, 2002).
Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas
cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan
napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk
balita umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu
menit, balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per
menit, dan umur kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit
(Depkes, 1991).
3.1.2 Penyebab Pneumonia
Sebagian besar penyebab Pneumonia adalah mikroorganisme (virus, bakteri).
Dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin,
atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam
saluran pernapasan (aspirasi).
6 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan
golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya
(komplikasi). Mikroorganisme tersering sebagai penyebab Pneumonia adalah virus,
terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%. Sedangkan golongan
bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus
influenzae type b (Hib).
Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian
terjadi penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke jaringan
(parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah
(Setiowulan, 2000).
Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab pneumonia menurut Depkes
RI (2004) antara lain:
a. Status gizi bayi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran
yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck.
2000 : 1).
Klasifikasi status gizi pada bayi berdasarkan Kartu Menuju Sehat
adalah:
1) Gizi Lebih
2) Gizi Baik
3) Gizi kurang
4) Gizi buruk
7 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
b. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah
ketuban pecah dini dan persalinan preterm (Setiowulan.2000).
c. Kondisi sosial ekonomi orang tua
Kemampuan orang tua dalam menyediakan lingkungan tumbuh yang
sehat pada bayi juga sangat mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia.
Klasifikasi kesejahteraan keluarga adalah :
1) Keluarga sejahtera yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki hubungan yang serasi, selaras. dan seimbang antar anggota,
serta antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya
2) Keluarga sejahtera I yaitu keluarga yang kondisi ekonominya baru
bisa memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum
mampu memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya.
3) Keluarga pra sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya, belum mampu melaksanakan ibadah berdasarkan
agamanya masing-masing, memenuhi kebutuhan makan minimal dua
kali sehari, pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah,
dan bepergian, memiliki rumah yang bagian lantainya bukan dari
tanah, dan belum mampu untuk berobat di sarana kesehatan modern
(BKKBN, 2002).
d. Lingkungan tumbuh bayi
8 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
Lingkunngan tumbuh bayi yang mempengaruhi terhadap terjadinya
pneumonia adalah kondisi sirkulasi udara dirumah, adanya pencemaran udara di
sekitar rumah dan lingkungan perumahan yang padat (www.infokes.com, 2006).
e. Konsumsi ASI
Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi imunitas bayi,
bayi yang diberi ASI secara eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh yang
lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif.
3.1.3 Klasifikasi Pneumonia
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi pneumonia sebagai
berikut:
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding
dada kedalam (chest indrawing).
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat
c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
(Rasmailah, 2004).
3.1.4 Tanda dan Gejala Klinis Pneumonia
Tanda-tanda Pneumonia sangat bervariasi, tergantung golongan umur,
mikroorganisme penyebab, kekebalan tubuh (imunologis) dan berat ringannya
penyakit.
Pada umumnya, diawali dengan panas, batuk, pilek, suara serak, nyeri
tenggorokan. Selanjutnya panas makin tinggi, batuk makin hebat, pernapasan cepat
9 | A n a l i s i s P e n y a k i t P n e u m o n i a d i S u k u B a d u y D a l a m
(takipnea), tarikan otot rusuk (retraksi), sesak napas dan penderita menjadi kebiruan
(sianosis). Adakalanya disertai tanda lain seperti nyeri kepala, nyeri perut dan
muntah (pada anak di atas 5 tahun).
Pada bayi (usia di bawah 1 tahun) tanda-tanda pnemonia tidak spesifik, tidak
selalu ditemukan demam dan batuk.
Selain tanda-tanda di atas, WHO telah menggunakan penghitungan frekuensi
napas per menit berdasarkan golongan umur sebagai salah satu pedoman untuk
memudahkan diagnosa Pneumonia, terutama di institusi pelayanan kesehatan dasar