1 MAKALAH PERAN PENTING DIMENSI PENGGERAKAN (ACTUATING) DALAM MEMAJUKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA Disusun sebagai Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Administrasi dan Pengelolaan Sekolah Dosen Pengampu : Dr. Awalyah, M. Hum. Oleh: AGUS SAEFUDIN NIM 0102514057 MOH TAOEFIK NIM 0102514059 BONIFASIUS KOPONG TEKA NIM 0102514061 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN KONSENTRASI KEPENGAWASAN SEKOLAH UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG APRIL 2015
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
MAKALAH
PERAN PENTING DIMENSI PENGGERAKAN (ACTUATING)
DALAM MEMAJUKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Disusun sebagai Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Administrasi dan Pengelolaan Sekolah
Dosen Pengampu : Dr. Awalyah, M. Hum.
Oleh:
AGUS SAEFUDIN NIM 0102514057 MOH TAOEFIK NIM 0102514059 BONIFASIUS KOPONG TEKA NIM 0102514061
PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
KONSENTRASI KEPENGAWASAN SEKOLAH UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
APRIL
2015
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan banyak kenikmatan, utamanya nikmat iman, sehat, sempat dan diberi kekuatan
tetap setia mengabdi pada bidang pendidikan untuk berperan dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa. Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa pula makalah dengan judul “Peran
Penting Dimensi Penggerakan (Actuating) daam Memajukan Pendidikan di Indonesia”
dapat diselesaikan dengan baik dan sebagai bahan berbagi bagi kemajuan pendidikan di tanah
air tercinta Indonesia ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
Administrasi dan Pengelolaan Pendidikan dengan dosen pengampu Dr. Awalyah, M.Hum.
Banyak bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak dalam penyusunan makalah ini,
untuk itu disampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Awalyah, M.Hum yang telah memberikan bimbingan dan banyak ilmu tentang
administrasi dan pengelolaan pendidikan kepada kami;
2. Teman-teman mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan (Kepengawasan Sekolah) Program
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang merupakan mitra diskusi dan berbagi
pengalaman yang luar biasa, bersama kami mempunyai mimpi untuk pendidikan
Indonesia yang lebih baik lagi.
Semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan imbalan pahala yang berlipat dari
Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa sebagaimana kata pepatah tak ada gading yang
tak retak, makalah ini pun masih terdapat kekurangan. Saran dan masukan demi perbaikan
sangat dinantikan. Kami berharap semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita semua
dalam mengabdi bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Amin.
Semarang, 06 April 2015 Agus Saefudin / NIM. 0102514057 Moh. Toefik / NIM. 0102514059 Bonifasius Kopong T. / NIM. 0102514061
3
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul ..................................................................................... Kata Pengantar .................................................................................... Daftar Isi .............................................................................................. Abstrak ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... A. Latar Belakang .............................................................. B. Ruang Lingkup Pembahasan ......................................... C. Rumusan Masalah ........................................................ D. Tujuan .......................................................................... E. Manfaat ........................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... A. Pengertian, Tujuan, Fungsi Pokok dan Prinsip
Penggerakan (Actuating) ............................................... 1. Pengertian dan Ciri-ciri Penggerakan (Actuating) ... 2. Tujuan Penggerakan (Actuating) ............................. 3. Fungsi Pokok Penggerakan (Actuating) ................... 4. Prinsip Penggerakan (Actuating) .............................
B. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Fungsi Penggerakan (Actuating) ............................................... 1. Faktor Penghambat ................................................. 2. Faktor Pendukung ...................................................
C. Teknik-Teknik Penggerakan yang Efektif ....................... D. Pentingnya Penggerakan dalam Organisasi Pendidikan E. Mengaplikasikan Penggerakan (Actuating) dalam
Organisasi Pendidikan ................................................... F. Kunci Penggerakan Penggerakan (Actuating) dalam
Pendidikan .................................................................... 1. Pengarahan (Directing) ........................................... 2. Kepemimpinan (Leading) ........................................ 3. Fungsi Kepemimpinan ............................................. 4. Kepemimpinan Efektif ............................................. 5. Pengambilan Keputusan ......................................... 6. Motivasi .................................................................. 7. Teori Motivasi ......................................................... 8. Model Pendekatan Motivasi dalam Organisasi ...... 9. Komunikasi dalam Organisasi .................................
BAB III SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... A. Simpulan ...................................................................... B. Saran ............................................................................
Daftar Pustaka
i ii iii iv
1 1 3 4 4 4
5
5 5 7 9 9
11 11 11 14
15
17 18 21 25 26 27 30 33 40 41
48 48 49
4
ABSTRAK
PERAN PENTING DIMENSI PENGGERAKAN (ACTUATING)
DALAM MEMAJUKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Oleh:
Agus Saefudin, S.Pd. / NIM. 0102514057
Moh. Toefik / NIM. 0102514059
Bonifasius Kopong Teka / NIM. 0102514061
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah memberikan penjelasan tentang: (1)
pengertian, tujuan, fungsi pokok dan prinsip-prinsp penggerakan, (2) faktor-faktor
penghambat dan pendukung fungsi penggerakan, (3) teknik-teknik penggerakan yang efektif,
(4) pentingnya penggerakan dalam organisasi pendidikan, (5) mengaplikasikan penggerakan
dalam organisasi pendidikan, dan (7) kunci penggerakan dalam pendidikan.
Penggerakan pendidikan merupakan salah satu fungsi manajemen pendidikan yang
berhubungan dengan aktivitas manajerial dalam melaksanakan tugas execution. Penggerakan
pendidikan sangat terkait dengan penggunaan berbagai sumber daya organisasi sehingga
kemampuan memimpin, memberi motivasi, berkomunikasi yang efektif dan menciptakan
iklim serta budaya organisasi yang kondusif menjadi kunci penggerakan dalam mencapai
tujuan organisasi.
Kepemimpinan pendidikan berperan sangat penting dalam rangka mengarahkan dan
menggerakkan organisais pendidikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pengambilan
keputusan merupakan fungsi terpenting dari penggerakan (actuating), bahkan dapat
dikatakan bahwa inti dari organisasi adalah kepemimpinan dan inti dari kepemimpinan
adalam pengambilan keputusan (decision making). Motivasi memiliki arti penting dalam
menumbuhkan dan mempertinggi semangat kerja. Komunikasi adalah proses penyampaian
pesan dari satu orang kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, baik lisan,
tertulis, maupun isyarat.
Kata Kunci: manajemen pendidikan, penggerakan pendidikan, kepemimpinan, pengambilan
keputusan, motivasi, komunikasi
5
ABSTRACT
IMPORTANT ROLE OF ACTUATING DIMENSION
IN THE PROMOTION OF EDUCATION IN INDONESIA
By:
Agus Saefudin, S.Pd. / NIM. 0102514057
Moh. Toefik / NIM. 0102514059
Bonifasius Kopong Teka / NIM. 0102514061
The purpose of writing this paper is to provide explanation of: (1) definition, objectives, principal functions and the principles of mobilization, (2) inhibiting factors and supporting actuating functions, (3) the techniques of effective mobilization, (4) importance of mobilization in educational organizations, (5) apply mobilization in educational organizations, and (7) key mobilization in education.
Mobilisation of education is one of the functions of management education related to
managerial activity in task execution. Mobilisation of education is strongly associated with the use of a variety of organizational resources, so the ability to lead, motivate, communicate effectively and create a climate and organizational culture conducive be a key mobilization in achieving organizational goals.
Education leadership role is very important in order to steer and move organisais
education to achieve the expected goals. Decision-making is an important function of mobilization, it can be said that the core of the organization is the core of leadership and leadership is a decision making. Motivation has significance in growing and enhancing morale. Communication is the process of delivering a message from one person to another person, either directly or indirectly, whether oral, written, or gesture.
Keywords: education management, mobilization of education, leadership, decision making, motivation, communication
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bertolak dari asumsi bahwa life is education and education is life dalam arti
pendidikan sebagai persoalan hidup dan kehidupan maka diskursus seputar pendidikan
merupakan salah satu topik yang selalu menarik. Setidaknya ada dua alasan yang dapat
diidentifikasi sehingga pendidikan tetap up to date untuk dikaji. Pertama, kebutuhan
akan pendidikan memang pada hakikatnya krusial karena bertautan langsung dengan
ranah hidup dan kehidupan manusia. Membincangkan pendidikan berarti berbicara
kebutuhan primer manusia. Kedua, pendidikan juga merupakan wahana strategis bagi
upaya perbaikan mutu kehidupan manusia, yang ditandai dengan meningkatnya level
kesejahteraan, menurunnya derajat kemiskinan dan terbukanya berbagai alternatif opsi
dan peluang mengaktualisasikan diri di masa depan.
Dalam tataran nilai, pendidikan mempunyai peran vital sebagai pendorong
individu dan warga masyarakat untuk meraih progresivitas pada semua lini kehidupan.
Di samping itu, pendidikan dapat menjadi determinan penting bagi proses transformasi
personal maupun sosial. Dan sesungguhnya inilah idealisme pendidikan yang
mensyaratkan adanya pemberdayaan. Namun dalam tataran ideal, pergeseran
paradigma yang awalnya memandang lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial, kini
dipandang sebagai suatu lahan bisnis basah yang mengindikasikan perlunya perubahan
pengelolaan. Perubahan pengelolaan tersebut harus seirama dengan tuntutan zaman.
Situasi, kondisi dan tuntutan pasca booming-nya era reformasi membawa
konsekuensi kepada pengelola pendidikan untuk melihat kebutuhan kehidupan di masa
depan. Maka merupakan hal yang logis ketika pengelola pendidikan mengambil langkah
antisipatif untuk mempersiapkan diri bertahan pada zamannya. Mempertahankan diri
dengan tetap mengacu pada pembenahan total mutu pendidikan berkaitan erat dengan
manajemen pendidikan adalah sebuah keniscayaan.
7
Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah
persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Dari berbagai
pengamat dan analisis, ada berbagai faktor yang menyebabkan mutu pendidikan kita
mengalami peningkatan secara merata. Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan
pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau
input-output analisis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Kedua,
penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratis sentralistik, sehingga
peningkatan mutu sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan yang tergantung pada
keputusan birokrasi-birokrasi. Ketiga, minimnya peranan masyarakat khususnya orang
tua sisiwa dalam penyelenggaraan pendidikan, pratisipasi orang tua selama ini dengan
sebatas pendukung dana, tapi tidak dilibatkan dalam proses pendidikan seperti
mengambil keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas, sehingga sekolah tidak
memiliki beban dan tanggung jawab hasil pelaksanaan pendidikan kepada
masyarakat/orang tua sebagai stacheholder yang berkepentingan dengan pendidikan.
Keempat, krisis kepemimpinan, dimana kepala sekolah yang cenderung tidak
demokratis, sistem top down policy baik dari kepala sekolah terhadap guru atau
birokrasi diatas kepala sekolah terhadap sekolah.
Munculnya paradigma guru tentang manajemen berbasis sekolah yang
bertumpu pada penciptaan iklim yang demokratisasi dan pemberian kepercayaan yang
lebih luas kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan secara efisien dan
berkualitas. Kepemimpinan adalah cara seseorang pemimpin mempengaruhi perilaku
bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai
tujuanorganisasi. Gaya kepemimpinan yang kurang melibatkan bawahan dalam
mengambil keputusan maka akan mengakibatkan adanya disharmonisasi hubungan
anatara pemimpin dan yang dipimpin. Salah satu solusinya adalah dengan
dikeluarkannya UU No.32 tahun 2004 yaitu undang-undang otonomi daerah yang
kemudian diatur oleh PP No. 33 tahun 2004 yaitu adanya penggeseran kewenangan dan
pemerintah pusat ke pemda dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan
kecuali agama, politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan
fiskal.
8
Pemberian otonomi tersebut dimaksudkan agar lembaga sekolah memiliki
kebebasan dan kemandirian mengelola lembaganya agar mampu berkembang sesuai
dengan potensi dan kekhususan-kekhususan yang dimiliki daerah serta memiliki
relevansi yang tinggi dan kemanfaatan optimal bagi pembangunan di daerah.
Pemberian otonomi demikian dengan segala implikasinya dianggap merupakan langkah
maju yang bertujuan untuk menciptakan efektifitas penyelenggaraan pendidikan di
daerah dengan bersumber kepada pemanfaatan potensi, kekhasan, dan kreativitas dari
para penyelenggara pendidikan di daerah. Implementsi otonomi sekolah ini juga salah
satunya tercermin dengan diberlakukannya UU No. 20/2005 yang memberikan
kebebasan kepada sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri yang dikenal dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai ganti dari Kurikulum 2004. Untuk
kemudian direvisi dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2006, sampai pada diberlakukannya kurikulum 2013, yang sempat mengalami pro dan
kontra di kalangan masyarakat kependidikan dan non kependidikan.
Dengan adanya amanat otonomi dari undang- undang tersebut perangkat
manajemen di sekolah bukan lagi sekedar sebagai pelaksana dari birokrasi pusat
sebagaimana era sebelumnya, melainkan berposisi sebagai agen yang mandiri yang
bertanggung jawab atas pengelolaan sekolah sesuai dengan tugas dan fungsi
manajemen (planning, organizing, actuating, controlling) dengan memperhatikan
potensi dan kekhasan yang dimiliki. Penggerakan atau Actuating mempunyai arti dan
perananan yang sangat penting. Sebab diantara fungsi manajemen lainnya, maka
penggerakan merupakan fungsi secara langsung berhubungan dengan manusia
(pelaksana). Dengan fungsi penggerakan inilah, maka ketiga fungsi manajemen yang
lain baru efektif. Oleh karena itu penggerakan atau actuating sebagai salah satu fungsi
manajemen yang sangat layak untuk dikaji lebih jauh dalam makalah ini.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan dalam makalah ini meliputi :
1. Pengertian dari penggerakan (actuating), tujuan, fungsi pokok dan prinsip dalam
actuating.
2. Faktor-faktor penghambat dan pendukung serta teknik-teknik yang efektif dalam
penggerakan (actuating).
9
3. Pentingnya penggerakan (actuating) dalam organisasi Pendidikan.
4. Aplikasi penggerakan (actuating) dalam organisasi pendidikan.
5. Kepemimpinan sebagai faktor penting dalam rangka mengarahkan dan
menggerakkan organisais pendidikan.
6. Pengambilan keputusan sebagai fungsi terpenting dari penggerakan (actuating).
7. Motivasi yang memiliki arti penting dalam menumbuhkan dan mempertinggi
semangat kerja dalam penggerakan (actuating) pendidikan.
8. Komunikasi dalam kaitannya dengan usaha pengarahan dan pengorganisasian
dalam penggerakan (actuating) pendidikan.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah mengetahui:
1. Pengertian dari penggerakan (actuating), tujuan, fungsi pokok dan prinsip dalam
actuating.
2. Faktor-faktor penghambat dan pendukung serta teknik-teknik yang efektif dalam
actuating.
3. Pentingnya penggerakan (actuating) dalam organisasi Pendidikan.
4. Mengaplikasikan penggerakan (actuating) dalam organisasi pendidikan.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan :
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pentingnya penggerakan
(actuating) dalam pendidikan.
2. Mengetahui dan memahami pengaplikasian penggerakan (actuating) dalam
pendidikan.
3. Lebih meningkatkan jiwa manajemen pada diri kepala sekolah, guru dan pengawas
sekolah melalui fungsi penggerakan (actuating).
10
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN, TUJUAN, FUNGSI POKOK DAN PRINSIP PENGGERAKAN (ACTUATING)
1. PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI PENGGERAKAN (ACTUATING)
a. Pengertian Penggerakan (Actuating)
Fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry (Disingkat POAC)
dalam Mulyono (2008:23), yaitu “planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating (penggerakan), controlling (pengendalian)”. Dari
seluruh rangkaian proses manajemen, penggerakan (actuating) merupakan fungsi
manajemen yang paling utama, dan mempunyai arti serta perananan yang sangat
penting. Sebab dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak
berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung
dengan orang-orang dalam organisasi atau manusia (pelaksana). Dengan ini fungsi
penggerakan inilah, maka ketiga fungsi manajemen yang lain baru efektif.
Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan.
Maksudnya, suatu tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota kelompok
berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan tujuan organisasi. George R.
Terry (1986) mengemukakan bahwa, actuating merupakan usaha menggerakkan
anggota-anggota organisasi sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai sasaran organisasi dan sasaran anggota-anggota
organisasi tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-
sasaran tersebut. Jadi actuating adalah usaha menggerakkan seluruh orang yang
terkait, untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai
dengan bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dan benar. Actuating
merupakan fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan
pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok
mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi
sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar.
11
Sedangkan menurut Harold Koontz & Cyril O’Donnel, actuating adalah
directing and leading are the interpersonal aspec of commanding by which
subordinate are led to understand and contribute effectively and efficiency to
the attainment of enterprise objectives. Hal ini berarti bahwa pengarahan adalah
hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya
pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian
pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.
Pendapat lainnya, Actuating (penggerakan) yaitu: Actuating is setting all
members of the group towant to achieve the objektive willingly and keeping with
managerial planning and organizing efforts. Artinya Penggerakan adalah membuat semua
kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk
mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha pengorganisasian. (Hasibuan,
1995:176).
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan
upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui
berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan
kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Jadi
penggerakan merupakan kegiatan manajemen untuk menggerakan dan membuat
orang lain suka dan dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien, sehingga tindakan-tindakan yang telah
dilakukan menyebabkan suatu organisasi dapat berjalan.
Memang diakui bahwa usaha-usaha perencanaan dan pengorganisasian
bersifat vital, tetapi tidak akan ada output konkrit yang akan dihasilkan sampai kita
mengimplementasi aktivitas-aktivitas yang diusahakan dan yang diorganisasi.
Untuk maksud itu maka diperlukan tindakan penggerakan (actuating) atau usaha
untuk menimbulkan action. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam
penggerakan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi
untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) Merasa yakin akan mampu mengerjakan,
(2) Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) Tidak
sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau
mendesak, (4) Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan
dan (5) Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
12
b. Ciri – ciri Penggerakan
Di dalam Penggerakan upaya seorang pimpinan agar berhasil dalam
menjalankan pelaksanaan manajemen yang baik dan berkesinambungan
hendaknya mampu memahami kondisi dan situasi di dalam organisasi yang di
gerakkan. Di dalam menggerakkan sebuah organisasi, seorang pinpinan harus
mampu bertanggung jawab terhadap semua keputusan yang telah dibuat.
Adapun Ciri – ciri penggerakkan di dalam sebuah oraganisasi yaitu :
1) Upaya yang berlandaskan pengetahuan tentang kepemimpinan yang baik.
2) Mengacu pada perencanaan yang telah dibuat.
3) Adanya kemampuan untuk memimpin semua anggota organisasi.
4) Semua kegiatan – kegiatan oraganisasi di atur dengan baik.
5) Pemberian bimbingan, motivasi dan pengarahan yang baik.
2. TUJUAN PENGGERAKAN (ACTUATING)
Rangkaian tindakan atau program kerja yang telah ditentukan pada tahap
perencanaan kemudian diimplementasikan dalam kegiatan pelaksanaan.
Menggerakkan adalah sama artinya dengan pelaksanaan. Pelaksanaan adalah proses
dilakukan dan digerakkannya perencanaan. Fungsi pelaksanaan merupakan proses
manajemen untuk merealisasikan hal-hal yang telah disusun dalam fungsi
perencanaan. Fungsi actuating haruslah dimulai dari diri manager dengan
menunjukkan kepada staf bahwa dia memiliki tekat untuk mencapai kemajuan dan
peka terhadap lingkungannya. Ia harus memiliki kemampuan kerjasama, harus
bersikap obyektif.
Menurut Azwar (1996), Tujuan fungsi actuating (penggerakan) adalah :
a. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
b. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staf
e. Membuat organisasi berkembang lebih dinamis
13
Sedangkan Tujuan fungsi actuating (penggerakan), Menurut Winanti (2009) adalah :
a. Mengembangkan rasa tanggung jawab
Mengembangkan sikap pada bawahan untuk tidak menerima apabila tidak
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
b. Pemberian komando
Memberi perintah, instruksi, direktif, meminta laporan dan pertanggungjawaban,
memberi teguran dan pujian.
c. Mengadakan pengamatan atas pekerjaan dan aktivitas bawahan langsung,
d. Pemeliharaan moral dan disiplin
Mendidik serta memberi contoh kepada bawahan tentang apa yang baik dan patut
dilaksanakan, menjaga ketertiban, kesopanan dan kerukunan.
e. Komunikasi
Berbicara dengan bawahan, memberi penjelasan dan penerangan, memberikan
isyarat, meminta keterangan, memberikan nota, mengadakan pertemuan, rapat
briefing, pelajaran, wejangan dan sebagainya.
f. Human Relation
Memperhatikan nasib bawahan sebagai manusia dan selalu ada keseimbangan
antara kepentingan pribadi pegawai, mengembangkan kegembiraan dan
semangat kerja yang sebaik-baiknya dan kepentingan umum organisasi.
g. Leadership
Menunjukkan dan membuat bawahan merasa bahwa mereka dilindungi dan
dibimbing, bahwa mereka mempunyai seorang sumber pimpinan dan penerangan
dalam menghadapi kesulitan dan masalah pekerjaan maupun pribadi keluarga (inti
penggerakan).
h. Pengembangan Eksekutif
Berusaha agar setiap bawahan dapat mengambil keputusan sendiri yang tepat
dalam melaksanakan pekerjaan/tugas masing-masing, agar setiap bawahan
terbuka dan atas prakarsa sendiri selalu berusaha untuk menekan biaya,
memperkuat disiplin, meningkatkan mutu kerja dan sebagainya.
14
3. FUNGSI POKOK PENGGERAKAN (ACTUATING)
Adapun fungsi pokok penggerakan didalam manajemen adalah sebagai
berikut :
a. Mempengaruhi orang-orang supaya bersedia menjadi pengikut.
b. Menaklukkan daya tolak orang-orang
c. Membuat seseorang atau orang-orang suka mengerjakan tugas dengan lebih
baik.
d. Mendapatkan, memelihara dan memupuk kesetiaan pada pimpinan, tugas dan
organisasi tempat mereka bekerja.
e. Menanamkan, memelihara dan memupuk rasa tanggung jawab seorang atau
orang-orang terhadap Tuhan-nya, negara dan masyarakat.
4. PRINSIP PENGGERAKAN (ACTUATING)
Prinsip-prinsip penggerakan, Menurut Kurniawan (2009) sebagai berikut :
a. Memperlakukan pegawai dengan sebaik-baiknya.
b. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia.
c. Menanamkan pada manusia keinginan untuk melebihi.
d. Menghargai hasil yang baik dan sempurna.
e. Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih.
f. Memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup.
g. Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya.
Dalam manajemen, penggerakan ini bersifat sangat kompleks karena
disamping menyangkut manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari
manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang
berbeda-beda, memiliki pandangan serta pola hidup yang berbeda-beda pula. Oleh
karena itu, penggerakan yang dilakukan oleh pimpinan harus berpegang pada tiga
prinsip, menurut Haris (2011) yaitu :
a. Prinsip mengarah pada tujuan
Tujuan pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa
makin efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan anggota
terhadap usaha mencapai tujuan. Bisa saya contohkan dalam out bound adalah
15
pada saat kita akan melakukan kegiatan out bound masing-masing. Pengarahan
tidak dapat berdiri sendiri,artinya dalam melaksanakan fungsi pengarahan perlu
mendapatkan dukungan/bantuan dari factor-faktor lain, seperti perencanaan,
struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup, pengawasan yang efektif dan
kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan anggota.
b. Prinsip keharmonisan dengan tujuan
Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak
mungkin sama dengan tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian
dengan harapan tidak terjadi penyimpangan yang terlalu besar dan kebutuhan
mereka dapat dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan
perusahaan. Semua ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu.
Motivasi yang baik akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya
dengan cara yang wajar. Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat
bekerja dengan baik, dan pada saat itulah mereka menyumbangkan
kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Prinsip kesatuan komando
Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan
tangggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur
didalam melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu
pimpinan saja, maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi,
serta semakin besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.
Selain tiga prinsip diatas, hal yang tidak kalah pentingnya adalah ketika dalam
menggerakan orang-orang dalam suatu organisasi, perlu diingat prinsip-prinsip
lain sebagai berikut : a) efisien, b) komunikasi, c) jawaban terhadap pertanyaan
5W+1H (Who, Why, How, What , When, Where), dan d) penghargaan/insentif.
16
B. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG FUNGSI PENGGERAKAN
1. Faktor Penghambat
Beberapa halangan dalam menjalankan penggerakan :
a. Kendala-Kendala Pemilihan SDM
1) Standar Kemampuan SDM yang pasti belum ada, akibatnya informasi
kemampuan SDM hanya berdasarkan ramalan-ramalan (prediksi) saja yang
sifatnya subjektif. Hal ini menjadi kendala yang serius dalam pemilihan SDM
untuk menghitung potensi SDM secara pasti.
2) Manusia (SDM sebagai mahluk hidup tidak dapat dikuasai sepenuhnya seperti
mesin. Hal ini menjadi kendala PSDM, karena itu sulit memperhitungkan segala
sesuatunya dalam rencana. Misalnya, ia mampu tapi kurang mau melepaskan
kemampuannya.
3) Situasi SDM, Persediaan mutu, dan penyebaran penduduk yang kurang
mendukung kebutuhan SDM organisasi . Hal ini menjadi kendala proses PSDM
Bennis, Warren. 1994. Menjadi Pemimpin Efektif (On Becoming a Leader), Alih bahasa Anna W.Bangun. Jakarta. Elex Media Komputindo.
Covey, Stepehen R. 1997. The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang sangat efektif), edisi revisi, alih bahasa Drs, Budijanto. Jakarta. Binarupa Aksara.
Didin Kurniadi, dkk. 2014. Manajemen Pendidikan, Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
David, R. Fred. 2004. Konsep Manajemen Strategis, Edisi VII (terjemahan). Jakarta, PT Indeks.
George R.Terry, PhD. 1986. Azas ‐ azas Management . Alumni, Bandung.
Hasibuan, S.P. Malayu. 2001. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta. PT Bumi Aksara
Koontz, H., O’Donnell, C., & Weihrich, H. (1996), Manajemen/ Harold Koontz, Cyril O’Donnell, Heinz Weihrich,Ed : Gunawan Hutauruk. Jakarta. Erlangga.
Winanti dan Budiono. 2009. “Pengaruh Iklim Kerja, Kompensasi dan Kompetensi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai dan Dosen Pada STIE – STMIK Insan Pembangunan”. JOCE IP, Vol. 3 No. 1 September 2009
http://rahimart08095.blogspot.com/2015/03/makalah-ilmu-administrasi.html (di Unduh tanggal 1 April 2015)