EKSPLORASI SPASIAL CENDAWAN TANAH PADA SEKITAR RHIZOSFER TANAMAN JAMBU METE (Anacardium occidentale L.) DI KARANGASEM DAN BULELENG-BALI Ni Luth Desy Wulandari, Meitini W.Proborini, I Ketut Sundra Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Udayana MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Biologi Oleh HANI SURYANI 1101145027
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EKSPLORASI SPASIAL CENDAWAN TANAH PADA SEKITARRHIZOSFER TANAMAN JAMBU METE (Anacardium
occidentale L.) DI KARANGASEM DAN BULELENG-BALI
Ni Luth Desy Wulandari, Meitini W.Proborini, IKetut Sundra
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Udayana
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Seminar Pendidikan Biologi
Oleh
HANI SURYANI
1101145027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIJURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA2014
ABSTRAK
Penelitian telah dilaksanakan yang bertujuanuntuk mengetahui total koloni, keanekaragaman,dantingkat penyebaran cendawan tanah yang terdapat padarizosfer perkebunan jambu mete(Anacardium occidentale L.)di Sukadana Karangasem dan Sendang Buleleng. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan(Oktober 2012 – Januari 2013). Sampel dari dua lokasiberbeda di Sukadana Karangasem dan Sendang Buleleng,masing-masing lokasi diambil dari 5 titik yang berbeda.Hasil data yang diidentifikasi jenis cendawan secaradeskripsi. Data total koloni yang dikuantifikasi denganrumus yang telah ditetapkan. Hasil penelitian teridentifikasi 11 jeniscendawan pada kedua lokasi yang berbeda yaitu :Aspergilus flavus, A. niger, A. parasiticus, Botrytis cinera,Cladosporium sphaeospermum, Fusarium sporotrichioides, P.brevicompactum, P. citrinum, P. chrysogenum, Rhizopus stolonifer,dan Synchephalastrum racemosum. Hasil perhitungan totalkoloni cendawan yang didapatkan di Sukadana Karangasemdengan total rata-rata adalah 33,6 x 103 – 35 x103CFU/g, sedangkan lokasi Sendang Buleleng 22,6 x 103 –37,6 x 103 CFU/g. Tingkat penyebaran cendawan diKarangasem adalah tergolong seragam (0,85) dan diBuleleng tergolong mengelompok (1,03).Kata kunci: Rhizosfer mete, keanekaragaman cendawan,Karangasem, Buleleng-Bali
[i]
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................... iDAFTARISI....................................................................................................... iiBAB I. PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah........................................................................... 1
B. IdentifikasiMasalah................................................................................ 4
C. RumusanMasalah................................................................................... 4
D. PembatasanMasalah .............................................................................. 4
[ii]
E. TujuanPenelitian..................................................................................... 5
F. HipotesisPenelitian................................................................................. 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian
Teori .............................................................................................6
tumbuhan, karena Allah menciptakan alam dan isinya
semua mempunyai hikmah yang sangat besar dan semua
tidak ada yang sia-sia. Allah berfirman dalam Al-Qur’an
Surat As-Sajadah ayat 27 :“Dan apakah mereka tidak
memperhatikan, bahwasanya kami menghalaukan (awan yang
mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu kami
tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya
makan hewan ternak mereka sendiri. Maka apakah mereka
tidak memperhatikan?”.(Surat As-Sajadah : 27). Ayat ini
menjelaskan bahwa Allah Swt menciptakan hewan dan
tumbuhan untuk kepentingan manusia. Manusia tidak hanya
menikmati apa yang diciptakan Allah Swt , manusia juga
harus mempunyai kemauan untuk berfikir dan berusaha
dalam meningkatkan kualitas ciptaan-Nya dan
menggembangkan menjadi suatu ilmu pengetahuan.
[1]
Cendawan mempunyai peranan penting dalam
pembentukan tanah karena berbagai jenis cendawan dapat
melapukan daya lapuk yang kuat terhadap sisa-sisa
tanaman, jika cendawan sampai pada siklus hidupnya
yang terakhir maka bahan yang dikandungnya akan sangat
bermanfaat dalam memperkaya tanah dengan bahan organik.
1
Cendawan tanah banyak memiliki peranan penting
dalam dekomposer tanah (Gandjar dkk., 2006). Kelompok
cendawan anggota ordo Peronosporales, Mucorales, dan
beberapa dari kelas Ascoycetes atau Deuteromycetes yang
bersifat saprofit ditanah. Menurut Dharmaputra dkk.,
1989 Cendawan di rizosfer berbentuk miselium,spora
(konidia), dan khlamidospora. Miselium berfungsi untuk
melakukan aktifitas metabolisme. Populasi cendawan di
rizosfer biasanya lebih banyak dan beragam dibandingkan
pada tanah bukan rizosfer(Lynch 1990; Carlile et
al.2001).
1 A.G. Kartasapoetra & Mul Mulyani Sutedjo.1991.PENGANTAR ILMUTANAH. Jakarta : Rineka Cipta. hlm 14
[2]
Menurut Novriani dan Madjid (2009) terjadinya
interaksi antara mikroorganisme dengan tanaman pada
rizosfer dapat bersifat simbiosa mutualisme, paratisme,
atau kompetisi. Interaksi tersebut dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, baik interaksi yang menguntungkan
atau merugikan tanaman.
Interaksi antara mikroorganisme dengan tanaman
(baik yang menguntungkan maupun merugikan) akan
berkompetisi pada lingkungan tersebut disertai oleh
pengaruh faktor eksternal dan faktor internal. Kedua
faktor tersebut akan memberikan reaksi yang berbeda
terhadap tumbuhan tanaman. Menurut Darmawijaya(1990)
perbedaan tekstur tanah dapat berpengaruh terhadap
jumlah populasi dan keanekaragaman mikroorganisme
disekitarnya(cendawan dan bakteri) maupun
makroorganisme(fauna tanah). Perbedaan lokasi tersebut
sangat berkaitan dengan struktur tanah sehingga adanya
perbedaan pada kedua lokasi. Sampel tanah yang diambil
dari Buleleng mempunyai tekstur tanah lempung berdebu.
[3]
Tanah merupakan kumpulan benda alam di permukaan
bumi, yang dapat menompang pertumbuhan tanaman. Tekstur
tanah menunjukan perbandingan butir-butir pasir, debu
dan liat di dalam tanah.2
Menurut Hanafiah dkk.,(2005) tanah-tanah lempung
berdebu memiliki sifat tanah seperti berikut : tekstur
licin, membentuk butiran/menggumpal keras, mengkilat,
dan memiliki ruang pori yang berukuran kecil, sehingga
menyebabkan tanah-tanah tersebut pada waktu musim hujan
sangat liat dan pada waktu musim kemarau sangat keras.
Sampel tanah di Karangsem dengan kondisi tanah lempung
berpasir. Menurut Hanafiah dkk.,(2005) tanah-tanah
lempung berpasir memiliki sifat tanah seperti berikut:
Tekstur kasar, membentuk butiran yang agak keras tetapi
mudah hancur, tidak melekat, memiliki ruang pori yang
berukuran besar.
Perkebunan tanaman jambu mete merupakan
perkebunan tanaman konservasi untuk memperbaiki lahan
kritis. Karena tanaman jambu mete mempunyai sifat yang2 Sarwono Hardjowigeno. 1993. KLAFISIKASI TANAH DAN PEDOGENESIS. Bogor: Akademik Pressindo. hlm 4
[4]
tahan kering dan dikembangkan sebagai bagian dari
tanaman reboisasi lahan-lahan kritis.3
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan
di atas, penulis ingin meneliti jenis-jenis cendawan
apa saja yang terdapat pada rizosfer perkebunan tanaman
jambu mete (Anacardium occidentale L.) pada kedua
lokasi tersebut.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Adanya faktor pengaruh terhadap jumlah populasi
dan keanekaragaman cendawan.
2. Keanekaragaman jenis dan tingkat penyebaran
cendawan yang ada di perkebunan tanaman jambu
mete.3 Gamal Nasir. 2012. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Jambu Mete Tahun 2013. hlm 1
[5]
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
permasalahan yang dapat dirumuskan pada penelitian ini
adalah :
1. Apa yang mempengaruhi jumlah populasi dan
keanekaragaman cendawan?
2. Bagaimana keanekaragaman jenis dan tingkat
penyebaran cendawan yang ada di perkebunan
tanaman jambu mete?
D. Pembatasan Masalah
Untuk lebih mempertajam permasalahan yang akan
dikaji di dalam penelitian ini, perlu adanya pembatasan
masalah, yaitu :
1. Penelitian ini difokuskan pada keanekaragaman
jenis dan tingkat penyebaran cendawan tanah yang
terdapat pada rizosfer perkebunan jambu mete
(Anacardium occidentale L.) di Sukadana Karangasem
dan Sendang Buleleng.
[6]
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk
mengetahui total koloni, keanekaragaman,dan tingkat
penyebaran cendawan tanah yang terdapat pada rizosfer
perkebunan jambu mete ( Anacardium occidentale L.) di
Sukadana Karangasem dan Sendang Buleleng.
F. Hipotesis Penelitian
H0 : Keanekaragaman dan tingkat penyebaran cendawan
tanah pada rhizosfer tidak berpengaruh terhadap
faktor lingkungan.
Ha : Keanekaragaman dan tingkat penyebaran cendawan
tanah pada rhizosfer berpengaruh terhadap faktor
lingkungan.
[7]
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Botani Jambu Mete
Jambu mete merupakan komoditi ekspor yang
banyak manfaatnya, keseluruhan dari jambu mete
bisa dimanfaatkan yaitu mulai dari akar, batang,
biji, daun dan buahnya. Biji mete dapat digoreng
menjadi makanan yang memiliki gizi tinggi, buah
mete dapat diolah menjadi beberapa macam bentuk
olahan seperti selai mete, anggur mete dan manisan
kering. Akar jambu mete berkhasiat sebagai pencuci
perut, daun jambu mete yang masih muda dapat
[8]
dimanfaatkan sebagai lalap sedangkan kulit kayu
jambu mete mengandung cairan berwarna coklat yang
berfungsi untuk bahan tinta atau bahan pewarna. 4
“Jambu mete tersebar di seluruh Nusantara
dengan nama berbeda-beda (di Sumatera Barat:
jambu erang/jambu monye, di Lampung dijuluki
gayu, di daerah Jawa Barat dijuluki jambu mede,
di Jawa Tengah dan Jawa Timur diberi nama jambu
monyet, di Bali jambu jipang atau jambu dwipa, dan
di Sulawesi Utara disebut buah yaki.”5
Beberapa syarat tumbuh pada tanaman jambu mete :
a. Iklim
1) Tanaman jambu mete sangat menyukai sinar
matahari. Apabila tanaman jambu mete
4 Dewi Sulistyawati & Sri Mulyati. 2009. Uji Aktivitas Anti Jamur InfusaDaun Jambu Mete Terhadap Candida albicans. hlm 485 Jambu Mete. hlm 1. Di akses dihttp://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/jambu_mete.pdf padatanggal 04 April 2014.
cendawan di rizosfer perkebunan jambu mete pada kedua
lokasi (Sukadana Karangasem dan Sendang Buleleng) dapat
digunakan seperti rumus pola penyebaran yang ada
dibawah ini :
Rumus
VM
=√∑ X2−¿¿¿¿¿¿
Keterangan : V = Varian
M = Mean/rata-rata individu
N = Jumlah spesies
X = Jumlah individu masingmasing spesies
(Odum, 1993).
E. Metode penelitian
[20]
1. Pengambilan sampel pada metode jelajah atau
eksplorasi yaitu menentukan titik-titik
pengambilan sampel ( secara acak dengan cara
membuat pengundian yang ditentukan pada lima titik
pengambilan sampel).
2. Isolasi cendawan dilakukan dengan metode pour plate
(Pelczar dan Chan, 2006).
3. Untuk mengetahui penyebaran jenis-jenis cendawan
di rizosfer perkebunan jambu mete pada kedua
lokasi (Sukadana Karangasem dan Sendang Buleleng)
dapat digunakan seperti rumus pola penyebaran.
[21]
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Total Koloni Cendawan
Hasil perhitungan total koloni di rizosfer
perkebunan jambu mete pada lokasi Karangasem adalah
antara 33,6 x 103 - 35 x 103 CFU/g, sedangkan lokasi
Buleleng 22,6 x 103 - 37,6 103CFU/g. Data selengkapnya
ditampilkan pada Tabel 3 di bawah ini :
Tabel 1.Total rata-rata koloni cendawan pada semuatitikpada kedua lokasi (Karangasem dan Buleleng)
Lokasi Sampel/Total Rata-rata Koloni
No Karangasem Total Buleleng Total
[22]
Koloni Koloni
1. KM1 35 x 103 BL1 35,3 x 103
2. KM2 33,3 x 103 BL2 22,6 x 103
3. KM3 34 x 103 BL3 34,3 x 103
4. KM4 32,6 x 103 BL4 36 x 103
5. KM5 34,3 x 103 BL5 37,6 x 103
Keterangan :KM1 = Karangasem titik 1 BL1 = Bulelelng titik 1KM2 = Karangasem titik 2 BL2 = Bulelelng titik 2KM3 = Karangasem titik 3 BL3 = Bulelelng titik 3KM4 = Karangasem titik 4 BL4 = Bulelelng titik 4KM 5 = Karangasem titik 5 BL5 = Bulelelng titik 5
Hasil penelitian menunjukan data tertinggi dan
terendah rata-rata total koloni cendawan yang tumbuh di
cawan petri pada masing-masing lokasi Karangasem dan
Buleleng dengan menggunakan pengenceran 103. Total
koloni cendawan tertinggi terdapat pada KM5 (lokasi
Karangasem titk 5) sebesar 34,3 x 103 CFU/g dan BL5
(lokasi Buleleng titk 5) sebesar 37,6 x 103 CFU/g.
Total cendawan terendah terdapat pada KM4
(lokasi Karangasem titik 4) yaitu 32,6 x 103 CFU/g dan
BL2 (lokasi Buleleng titik 2) yaitu 22,6 x 103 CFU/g
(Tabel 1). Tinggi dan rendahnya total koloni cendawan
[23]
yang didapat pada lokasi Karangasem dan Buleleng,
disebabkan karena tidak meratanya penyebaran spora
cendawan pada saat pengambilan sampel tanah dimasing-
masing titik tersebut. Hasil pengamatan lapangan dan
hasil analisis tanah yang telah diujikan dapat
mempengaruhi total koloni cendawan yang didapatkan pada
kedua lokasi. Hal ini karena faktor lingkungan dan
ketersediaan unsur hara pada masing-masing titik yang
berperan terhadap pertumbuhan cendawan tersebut.
Menurut Tarigan (1988) pertumbuhan mikroba dipengaruhi
oleh lingkungan, baik faktor biotik maupun abiotik.
Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
eksplorasi jenis-jenis cendawan tanah secara periodik,
sehingga dapat diketahui jenis cendawan apa yang lebih
dominan.
[44]
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, H. K. 2005. Aflatoxin and Food Safety. CRC Press,Taylor & Francis Group: London.
Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi 3 (tiga).Terjemahan oleh Munsir Busnia, Gadjah Mada Umniversity Press.Yogyakarta.
Altas Indonesia dan Dunia. 2007. Edisi 33. PustakaAgung Harapan. Surabaya.
Baker KF, RJ Cook. 1974. Biological Control of Plant Pathogens.WH. Freeman: San Francisco.
Barker, K.R. and W.W. Weeks. 1991. Relationships between soiland levels of Meloidogyne incognita and tobacco yield and quality. Journal ofNematology 23(1): 82-90 Cayanto, D. 2010. Uji Mikroba Aspergillusniger dan Penicillium citrinum Sebagai Mikroba Antagonis terhadapPatogen Embun Tepung (Podosphaera leucotricha) Tanaman Apel Secara in vitro. http://www.shvoong.com.
Chanway, C.P. (1997). Inoculation of Tree Roots withPlant Growth Promoting Bacteria: An Emerging technology for reforestation,ForestScience.
Gandjar, Indrawati & Wellyzar Sjamsuridzal. 2006.Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Hanafiah. K. A., Iswandi A., A. Napoleon dan Nuni G.2005. Biologi Tanah Dan Limbah. Jakarta.
Hedayati, M. T., Pasqualotto, A. C., Warn, P. A.,Bowyer, P., Denning. D. W. 2007. Aspergillus flavus : human pathogen, allergen, andmycotoxin producer. Microbiology 153: 1677- 1692.
Hyakumachi, M and M Kubota. 2003. Fungi as plant growthpromoter and disease suppressor. Pp. 101- 110 In: FungalBiotechnology in Agricultural, Food and Environmental Application. Arora D. K. (ed)Marcel Dekker.
Isroi. S. 2006. Penelitian Mikroba. Balai PertanianBioteknology. Bogor. http://[email protected];Isroi@ Ipard.co [ 10April 2007] Jeger MJ. 2001. Biotic interaction and plant-pathogenassociation. In: Jeger MJ, Spence NJ. Biotic Interaction in Plant. PathogenAssociation. CABL publishing: New York (USA).
Kawuri, R., Y. Ramona., I.B.G Darmayasa. 2007. PenuntunPraktikum Mikrobiologi Umum Untuk Study Farmasi F MIPA UNUD.
Michael, P. E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladangdan Laboratorium.Universitas Indonesia, Jakarta.
Novriani dan A. Madjid. 2009. Dasardasar Ilmu Tanah. ProspekPupuk Hayati Mikoriza. Bahan Kuliah Untuk Mahasiswa FakultasPertanian. Universitas Brawijaya Perss: Malang.
Odum, E.P, 1993. Dasar-dasar ekologi. Edisi ketiga. GadjahMada University Press.Yogyakarta.
Pitt, J. I., A. D. Hocking. 2006. Penicillium and relatedgenera. Di dalam: C. W. Blackburn (ed). Food Spoilage Microorganisms.Woodhead: CRC Press.
Proborini, M. W. 2002. Penuntun Praktikum Mikologi.Laboratorium Taksonomi Tumbuhan dan Mikologi Jurusan Biologi FakultasMatematika Dan Universitas Udayana . Bukit Jimbaran.
Purwaningsih, Sri. 2005. Isolasi, Enumerasi, dan KarakterisasiBakteri Rhizobium dari Tanah Kebun Biologi Wamena, Papua. Jurnal Biodiversitas.Vol.6(2)82- 84.
Rao, N.S.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan PertumbuhanTanaman Edisi kedua Penerbit Universitas Indonesia, UI Press.Jakarta.
Rukmana, Rachmad dan Saputra. 1997. Penyakitpenyakittanaman Hortikultura
dan Teknik Pengendalian. Kanisius :Yogyakarta.
Scheidegger ,K. A., Payne, G. A. 2003. Unlocking the secretsbehind secondary metabolism: a review of Aspergillus flavus from pathogenicity tofunctional genomics. Journal Toxicol. 22: 423 – 459.
Scott, J.A. Bess Wong, Richard C. Summerbell, and WendyA. Untereiner. 2007. A. survey of Penicillium brevicompactum and P. biolowiezensefrom indoor environments, with commentary on the taxonomy of theP.brevicompactum group1. Botany 86: 732-741Syarief, R., L. Egad an C.C Nurwitri. 2003. MikotoksinBahan Pangan. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Wahyuaskari 2010. Habitat Mikroba Di Tanah Available http://wahyuaskari.wordpress.com/akademik/tanah-sebagai-habitat mikroorganisme/pengaruhmikroba- terhadap-pertumbuhantanaman/ Opened : 01.06.2013
Waksman SA. 1952. Soil Mikrobiology. John Willey & John:New York.
Waty. R. 2012. Potensi Aspergillus niger dan Penicillium spp.Sebagai Endosimbion Pelarut Fosfat Pada Akar Serealia (Skirpsi).Institut Pertanian Bogor: Bogor.