MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKANBAB X: KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI
PENDIDIKAN
Disusun Oleh:Kelompok 7 Vertika Rumtyastuti(11304241001) Dyah
Aniza Kismiati(11304241005) Inawati Mulyani(11304241011)
Zuchdiawati Luthfi Utami(11304241020) Wea Tyas Shalikhah
(11304241024) Putri Wijayanti(11304241038)
Prodi: Pendidikan Biologi Subsidi 2011
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2013MAKALAH MANAJEMEN
PENDIDIKANBAB X: KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI PENDIDIKAN
A. DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
1. PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINANSetiap bicara kepemimpinan,
pertanyaan yang selalu saja muncul adalah Pemimpin itu dilahirkan
atau diciptakan?. Tidak ada jawaban tunggal atas pertayaan tersebut
yang dapat memuaskan semua orang, karena memang sampai sekarang dan
mungkin untuk sepanjang jaman terbagi ke dalam 3 aliran sesuai
dengan teori lahirnya kepemimpinan.1) Teori Genetis: Pemimpin
adalah dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan sejak
lahir yang diperoleh secara genetik dari orang tuanya.2) Teori
Sosial: Pemimpin tidak dilahirkan, tidak ada bakat pemimpin.
Pemimpin dibentuk melalui pendidikan dan pengalaman.3) Teori
Ekologis (menggabungkan teori i dan ii): Untuk menjadi pemimpin
yang berhasil mana kala memiliki bakat yang dibawa sejak lahir dan
pengetahuan serta keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan
dan pelatihan intensif.Istilah pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin
pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama pimpin. Namun
demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin
adalah suatu peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam
peran formal belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan
belum tentu mampu memimpin. Adapun istilah Kepemimpinan pada
dasarnya berhubungan dengan keterampilan, kecakapan dan tingkat
pengaruh yang dimiliki oleh orang yang bukan pemimpinan. Sedangkan
istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran
seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain
dengan berbagai cara. Terdapat definisi kepemimpinan menurut
beberapa ahli:1) Menurut George Terry, kepemimpinan adalah
keseluruhan aktivitas untuk mempengaruhi serta menggiatkan orang
dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan.2) Menurut Stogdill,
kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas
kelompok yang terorganisir dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan
kelompok (Stogdill).3) Menurut Drs. Ngalim Purwanto, kepemimpinan
adalah tindakan/perbuatan di antara perseorangan dan kelompok yang
menyebabkan baik orang seorang maupun kelompok maju ke arah
tujuan-tujuan tertentu.4) Menurut sumber dari seorang ahli yang
mendefinisikan kepemimpinan, seperti George R. Terry (1977: 410
411), yang mengatakan bahwa:Leadership is the relationship in which
one person or the leader, influence other to work together
willingly on related task to attain that which the leader
desires.5) Menurut Andrew Sikula (1992: 117), yang mengatakan
bahwa:Leadership in an administration process that involves
directing the affairs and actions of others.6) Menurut Bafadal
(2003), kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses
mempengaruhi, mendorong, mengajak, menggerakkan dan menuntun orang
lain dalam proses kerja agar berpikir, bersikap, dan bertindak
sesuai dengan aturan yang berlaku dalam rangka mencapai tujuan yang
telah di tetapkan. Dengan demikian pada hakikatnya proses
kepemimpinan dapat muncul bila terdapat unsur-unsur berikut: Orang
yang memimpin; Orang-orang yang dipimpin; Kegiatan atau tindakan
penggerakan untuk mencapai tujuan; dan Tujuan yang ingin dicapai
bersama.Dari sekian banyak definisi kepimpinan tertentu
masing-masing definisi berbeda menurut sudut pandang penulisnya.
Namun demikian, terdapat kesamaan yang esensi yaitu mengandung
makna proses mempengaruhi orang lain untuk melakukan atau berbuat
seperti yang pemimpin kehendaki demi mencapai tujuan bersama yang
telah ditetapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah ilmu dan seni mempengaruhi orang atau kelompok
orang untuk berfikir dan bertindak melalui perilaku yang positif
dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan
efisien.
2. TINJAUAN SINGKAT PERKEMBANGAN TEORI KEPEMIMPINANTerdapat
kajian mengenai teori kepemimpinan, yaitu:a) Teori Pembawaan / The
Trait Theory (1940-an)
Teori ini beranggapan bahwa apa yang membuat seorang pemimpin
berhasil (efektif) bersumber dari kepribadian (personality)
pemimpin itu sebagai seorang insan. Penganut teori ini berusaha
mengidentifikasikan ciri-ciri seorang pemimpin yang berhasil dan
yang tidak berhasil melalui sifat-sifat pemimpin. Sifat-sifat
tersebut antara lain intelektual, hubungan sosial, keadaan
emosional, keadaan fisik, imajinasi, kekuatan imajinasi dan
sebagainya yang di perkirakan merupakan sifat-sifat yang dimiliki
seorang pemimpin.Pada dasarnya teori ini memiliki beberapa
kelemahan, di antaranya sebagai berikut: Tidak adanya penyesuaian
atau kesamaan mengenai perincian sifat-sifat yang dimaksud. Terlalu
sulit untuk menetapkan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Situasi dan kondisi tertentu memerlukan sifat-sifat
pemimpin yang tertentu pula.
b) Teori Perilaku / Behaviorist Theories
Teori ini lebih terfokus kepada tindakan-tindakan yang dilakukan
pemimpin daripada memperhatikan atribut yang melekat pada diri
seorang pemimpin. Pendekatan teori ini didasarkan pada pemikiran
bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya
bersikap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan. Gaya bersikap
dan bertindak (perilaku) akan nampak dari cara mempengaruhi orang
lain. Dengan demikian pendekatan ini bertitik tolak dari pemikiran
bahwa kepemimpinan sangat erat dengan fungsi utama kepemimpinan,
yaitu menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan.Ada 2
kecenderungan perilaku kepemimpinan, yaitu:1) Perilaku yang
cenderung bersifat konsiderasi (consideration)Perilaku kepemimpinan
konsederasi adalah perilaku pemimpin yang berorientasi pada anak
buah. Perilaku ini mempunyai sifat seperti ramah-tamah, membela
bawahan, memikirkan kesejahteraan anak buah, dan lain-lain.2)
Perilaku yang cenderung bersifat inisiasi (initiating
structure)Perilaku kepemimpinan inisiasi adalah perilaku pemimpin
yang sangat berorientasi dan mementingkan tercapainya tujuan
organisasi. Perilaku ini mempunyai sifat : selalu mengkritik
bawahan, selalu memerintah, selalu memberi tahu, standar pekerjaan
keras, dan selalu mengawasi anak buah.
Kedua perilaku kepemimpinan ini tidak saling tergantung
(independent) artinya pelaksanaan perilaku yang satu tidak
mempengaruhi pelaksanaan perilaku yang lain.Dari teori inilah lahir
konsep tentang Managerial Grid oleh Robert Blake dan Hani Mouton
yang menjabarkan kisi-kisi 4 gaya kepemimpinan, yaitu:1)
Improverished Management / Gaya Miskin atau Tandus (Gaya
1.1)Manajemen yang paling rendah (minim) terhadap pekerjaan yang
harus dikerjakan dan semangat kerja para bawahan yang bekerja.2)
Country-Club Management / Gaya Perkumpulan (Gaya 1.9)Manajemen yang
penuh perhatian terhadap kebutuhan orang-orang sehingga suasana
organisasi menjadi bersahabat dan menyenangkan namun yang berkait
dengan pelaksanaan tugas rendah (rileks).3) Autocratic Task
Managers / Gaya Tugas (Gaya 9.1)Manajemen yang sangat menekankan
pada pelaksanaan tugas sehingga efektivitas dan efisiensi dapat
dicapai namun sedikit perhatian pada unsur manusianya.4) Team
Managers / Gaya Tim (Gaya 9.9)Manajemen yang sekaligus
memperhatikan 2 unsur yaitu produksi dan manusia, pencapaian tujuan
diwujudkan dengan memberikan kepercayaan dan kemerdekaan terhadap
orang-orang lewat regulasi tertentu (standar yang ditetapkan).
Gambar 1. Kisi-Kisi Manajemen (Managerial Grid)(Robert Blake
& Jane Mouton, 1964)
c) Studi Kepemimpinan Kontingensi / Situational Theory
(Fiedler)
Teori ini berpandangan bahwa ada 2 hal esensial yang perlu
diperhatikan dalam kepemimpinan, yaitu:1) Situasi yang berbeda
harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda,2)
Menentukan gaya kepemimpinan yang paling tepat untuk situasi
tertentu.Dengan demikian pemimpin yang baik menurut teori ini
adalah pemimpin yang dapat mengubah gaya kepemimpinan sesuai dengan
situasi yang ada dan memperlakukan bawahan sesuai kondisi bawahan
yang memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-beda.Banyak
lahir gaya kepemimpinan yang dihasilkan dari studi kepemimpinan
kontingensi ini. Satu diantaranya yang sangat terkenal adalah yang
dikemukakan oleh Hersey dan Balanchart berikut ini:
Gambar 2. Kepemimpinan Situasional (Haersey dan Blanchart)
Situational Leadership Model atau SLM memberi penekanan pada
lebih pada pengikut dan tingkat kematangan mereka. Para pemimpin
diharapkan dapat menilai dengan tepat atau menilai secara intuitif
tingkat kematangan dari pengikut mereka dan menggunakan gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kematangan tersebut
(Ivancevich, dkk. 2007)Ada dua tipe kesiapan yang dipandang penting
yaitu pekerjaan dan psikologis. Seorang yang memiliki kesiapan
kerja tinggi memiliki pengetahuan dan kemampuan melakukan tugas
mereka tanpa perlu arahan dari manajer. Seorang yang tingkat
kesiapan psikologis yang tinggi memiliki tingkat motivasi diri dan
keinginan untuk melakukan kerja berkualitas tinggi. Orang ini juga
tidak membutuhkan supervise.Hersey dan Blanchard mengggunakan
penelitian OSU (Ohio State University) untuk kemudian mengembangkan
4 gaya kepemimpinan yang bisa dipakai oleh para pemimpin, antara
lain:1) Telling menyuruh, pemimpin menetapkan peran yang diperlukan
untuk melakukan suatu tugas dan memerintahkan para pengikutnya apa,
dimana, bagaimana dan kapan melakukan tugas tersebut.2) Selling
menjual, yaitu pemimpin memberikan intruksi terstruktur, tetapi
juga bersifat supportif.3) Participating berpartisipasi, yaitu
pemimpin dan para pengikutnya bersama-sama memutuskan bagaimana
cara terbaik menyelesaikan suatu pekerjaan.4) Delegating delegasi,
yaitu pemimpin tidak banyak memberikan arahan yang jelas dan
spesifik ataupun dukungan pribadi kepada para pengikutnyaGaya
kepemimpinan yang tepat akan tergantung pada orang atau kelompok
yang dipimpin. Teori Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard
mengidentifikasi empat tingkat Kematangan, antara lain:1) Rendah
(M1 atau R1), yaitu karyawan yang tidak memiliki keterampilan
khusus yang diperlukan untuk pekerjaan, tidak mampu dan tidak mau
melakukan atau mengambil tanggung jawab untuk pekerjaan atau
tugas.2) Rendah ke Sedang (M2 atau R2), yaitu bawahan yang tidak
dapat mengambil tanggung jawab untuk tugas yang dilakukan, namun
mereka bersedia bekerja pada tugas. Mereka adalah pemula tapi
memiliki antusiasme dan motivasi.3) Sedang ke Tinggi (M3 atau R3),
yaitu karyawan yang berpengalaman dan mampu melakukan tugas tetapi
tidak memiliki keyakinan atau kemauan untuk mengambil tanggung
jawab.4) Tinggi (M4 atau R4), yaitu bawahan yang berpengalaman pada
tugas, dan nyaman dengan kemampuan mereka sendiri untuk
melakukannya dengan baik. Mereka mampu dan bersedia untuk tidak
hanya melakukan tugas, tetapi untuk mengambil tanggung jawab untuk
tugas tersebut.Sebenarnya, perkembangan dari teori-teori di atas
adalah sebuah proses pencarian formulasi sistem kepemimpinan yang
aktual dan tepat untuk diterapkan pada zamannya. Dengan kata lain,
perkembangan teori tersebut merupakan sebuah upaya untuk mencari
sistem kepemimpinan yang efektif dan strategis. Dalam perkembangan
terakhir, muncul pendekatan kepemimpinan transformasional yang
dilawankan dengan kepemimpinan transaksional.Hersey dan Blanchard
terus bekerjasama dalam pengembangan teori sampai dengan tahun
1977. Setelah keduanya sepakat untuk menjalankan masing-masing
perusahaannya, pada akhir tahun 1970, Hersey berubah nama dari
Situational Leadership Theory menadi Situational Leadership,
sedangkan Blanchard menawarkan Kepemimpinan Situasional menjadi
Pendekatan Situasional untuk Mengelola Orang atau Situational
Approach to Managing People. Blanchard dan rekan-rekannya terus
merevisi Pendekatan Situasional untuk Mengelola Orang, dan pada
tahun 1985 diperkenalkan Kepemimpinan Situasional II (SLII).Akan
tetapi, Ivancevich (2007) mencatat bahwa pengetesan terhadap model
ini masih sangat terbatas. Bahkan, Marshal Sashkin dan Molly G.
Sashkin (2003) mempertanyakan bagaimana pemimpin dapat mengubah
atau mengadaptasi gaya kepemimpinan mereka, dan memyesuaikan dengan
pengikut atau kelompok. Apakah orang-orang dalam posisi memimpin
dapat sedemian adaptif?Menurut Kreitner dan Kinicki (2005) teori
ini tidak didukung secara kuat oleh penelitian ilmiah, dan
inkonsistensi hasil penelitian mengenai kepemimpinan situasional
ini dinyatakan oleh Kreitner dan Kinicki (2005) dalam berbagai
penelitian sehingga pendekatan ini tidaklah akurat dan sebaiknya
hanya digunakan dengan catatan-catatan khusus.Blanchard merespon
beberapa kritik terhadap SLT dengan merevisi model awalnya dan
mengubah beberapa istilah. Sebagai contoh, perilaku tugas, perilaku
direktif, dan relasi dirubah menjadi perilaku supportif. Keempat
gaya kepemimpinan tersebut sekarang disebut sebagai S1 = directing,
S2 = Coaching, S3 = Supporting, dan S4 = Delegating. Kesiapan
(maturiry) selanjutnya disebut tingkat perkembangan dari pengikut
yang selanjutnya dimaknakan sebagai tingkat kompetensi dan komitmen
pengikut untuk melakukan tugas (Ivancevich, dkk. 2007).
Gambar 3. Situational Leadership II yang telah dimodifikasi oleh
Blanchard.
3. KEPEMIMPINAN KHAS INDONESIA Ada banyak konsep kepemimpinan
khas Indonesia yang telah berkembang dan menjadi rujukan, ajaran,
dan/atau pedoman dalam sikap tata perilaku hidup, khususnya bagi
para pemimpin, baik pemimpin formal maupun informal, di Indonesia.
Beberapa konsep kepemimpinan khas Indonesia antara lain:
a. Hasta BrataAjaran kepemimpinan Hasta Brata berasal dari
India, di mana kemudian dikembangkan melalui dunia pewayangan oleh
masyarakat Indonesia Jawa. Ajaran ini berisi 8 (delapan) wejangan
atau nasehat Prabu Ramawijaya dari Kerajaan Ayodya kepada Raden
Wibisono, yang akan memimpin Kerajaan Alengka setelah selesainya
perang besar antara Rama melawan Rahwana. Konon menurut cerita,
ketika Raja Rama meninggal, tersebar tersebar kabar, bahwa mahkota
beliau yang memiliki delapan permata telah hilang. Semua orang jadi
sibuk mencari. Termasuk Arjuna. Dan dalam pencarian yang sia-sia,
akhirnya Arjuna memberanikan dirinya bertanya kepada gurunya, agar
diberikan wangsit untuk kemana mencarinya. Sang guru lalu tertawa,
kemudian menjelaskan bahwa delapan permata itu cuma simbol belaka.
Delapan permata itu disebut Hasta Brata, di mana hasta berarti
delapan dan brata berarti langkah. Hasta Brata, merupakan delapan
langkah bagaimana seorang pemimpin harus bertindak. Secara singkat,
ajaran Hasta Brata merupakan pengejawantahan (manifestasi) dari
Tuhan Yang Maha Esa di alam semesta ini berupa sifat-sifat atau
unsur alam semesta, antara lain:1) Tanah atau BumiSifat dari tanah
adalah murah dan senantiasa memberi, dalam arti apa saja yang
ditanam pasti akan tumbuh berbuah berlipat ganda bagi yang
menanamnya. Bahkan, kekayaan yang terkandung di dalam tanah jika
diolah akan menambah kesejahteraan pengolahnya. Tanah juga memiliki
sifat ajeg, teguh dan kuat, sabar dan menerima segalanya, tidak
pernah mengeluh dibebani apapun dan tidak membeda-bedakan, serta
menerima apa saja yang jatuh di atasnya, meskipun itu adalah
sesuatu yang baik, yang buruk, yang suci, yang sedap, atau yang
lainnya. Sifatnya tegas, konstan, konsisten, dan apa adanya. Bumi
menawarkan kesejahteraan bagi seluruh makhluk hidup yang ada di
atasnya. Pemimpin seharusnya memiliki watak dan perilaku seperti
tanah atau bumi, yakni teguh, sabar, serta tidak cengeng, juga
tidak pandang bulu, tidak pilih kasih, dan tidak membeda-bedakan.2)
ApiApi memiliki sifat membakar, panas tetapi suci. Sifat pemimpin
seharusnya mencontoh api, yaitu berani membakar
kekurangan-kekurangan saat diperlukan dan memperbaiki kembali serta
menggodok yang baru dan lebih baik, sesuai keperluan. Jika terdapat
resiko yang mungkin dapat merusak organisasi, kemampuan untuk
merusak dan menghancurkan resiko tersebut sangat membantu untuk
kelangsungan hidup organisasi. Pemimpin harus selalu tampil
berwibawa serta berani menegakkan hukum dan kebenaran secara tegas
dan tuntas tanpa pandang bulu.3) AnginAngin merupakan udara yang
bergerak, ada di mana saja. Angin selalu berada di segala tempat,
tanpa membedakan dataran tinggi atau rendah, daerah kota maupun
pedesaan, orang kaya maupun orang miskin. Seorang pemimpin,
meskipun kehadirannya tidak disadari, harus beradi di manapun di
saat ia dibutuhkan. Pemimpin juga tidak boleh pernah lelah bergerak
mengawasi orang yang dipimpinnya. Ia harus senantiasa memastikan
bahwa keadaan baik-baik saja, dan tidak hanya mengandalkan laporan
bawahan, yang bisa saja direkayasa. Seorang pemimpin sudah
semestinya mencontoh angin, yaitu selalu dekat dengan rakyat atau
anak buah tanpa membedakan derajat dan martabatnya, sehingga secara
langsung dapat mengetahui keadaan dan keinginan rakyat atau anak
buahnya.4) AirSifat air adalah warata maratani, artinya air itu
dapat menjadi rata dan bersimbah ke mana-mana secara seimbang. Air
dapat mengalir sampai jauh, dari tempat yang tinggi ke tempat yang
rendah. Meskipun wadahnya berbeda-beda, air selalu mempunyai
permukaan yang datar. Pemimpin harus memiliki watak seperti air,
yang berprinsip keadilan dan sama rata, kesamaan derajat, dan
kedudukan. Pemimpin wajib untuk mengusahakan meratanya kemakmuran,
keselamatan, dan kesejahteraan anak buahnya. Seorang pemimpin
haruslah menempatkan semua anak buahnya pada derajat dan martabat
yang sama di hatinya.Selain itu, sifat dasar air adalah menyucikan,
hal ini berarti pemimpin harus bersih dan mampu membersihkan
dirinya dan lingkungannya dari hal yang kotor dan dapat
mengotori.5) Angkasa atau SamuderaKeberadaan angkasa mempunyai
kekuasaan yang tak terbatas sehingga mampu menampung apa saja yang
datang padanya. Sedangkan laut atau samudera berisfat lapang, luas,
menjadi muara dari banyak aliran sungai. Dari kedua unsur ini, maka
seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan batin dan kemampuan
mengendalikan diri yang kuat, sehingga dengan sabar mampu menampung
pendapat anak buahnya yang bermacam ragamnya, sesuai keperluan,
prestasi, dan posisi masing-masing. Bahkan, pemimpin harus mampu
menampung berita apapun mengenai dirinya, baik yang positif maupun
negatif, tanpa kehilangan pengamatan diri, sabar, dan tawakal.
Pemimpin sudah semestinya bersifat lapang dada dalam menerima
banyak masalah dari anak buah. Pemimpin harus menyikapi
keanekaragaman anak buah sebagai hal yang wajar dan menanggapi
dengan kacamata dan hati yang bersih.6) BulanSifat bulan adalah
memberikan sinar terang pada waktu malam, dengan cahaya yang sejuk
dan tidak menyilaukan. Berdasarkan sifat bulan, pemimpin harus
memberi kesempatan di kala glap, memberi kehangatan di kala susah,
memberi solusi saat masalah, dan menjadi penengah di tengah
konflik. Seorang pemimpin wajib memberikan sinar yang menimbulkan
semangat serta rasa percaya diri dan terlindung dari anak buahnya
dari situasi yang pada suatu saat mengalami krisis, kesusahan
lahir-batin. Pemimpin juga wajib memberikan pelajaran-pelajaran,
penerangan, yang mengangkat bawahannya dan gelapnya kebodohan.7)
MatahariMatahari merupakan sumber energi yang menopang kehidupan di
bumi yang membuat semua makhluk hidup tumbuh dan berkembangan.
Matahari selalu memberi penerangan (di kala siang), kehangatan,
serta energi yang merata di seluruh pelosok bumi. Seorang pemimpin
hendaknya memberi semangat, membangkitkan motivasi dan memberi
kemanfaatan pengetahuan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin
harus senantiasa mendorong dan menumbuhkan daya hidup rakyat atau
anak buahnya untuk membangun lembaganya, dengan memberikan bekal
lahir dan batin untuk mampu berkarya.8) BintangSebagai benda
langit, dalam kurun waktu yang lama, bintang senantiasa mempunyai
tempat yang tetap di langit sehingga dapat menjadi pedoman arah
(kompas). Seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan rakyat atau
anak buahnya, serta tidak ragu menjalankan keputusan yang telah
disepakati, dan tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang diduga akan
menyesatkan. Selain menjadi panutan, pemimpin juga harus memberi
petunjuk bagi orang yang dipimpinnya dan memiliki pendirian yang
teguh, tidak boleh berpindah-pindah karena harus dapat menjadi
pedoman arah dalam melangkah.
Apabila seorang pemimpin mampu mendalami dan melaksanakan ajaran
tersebut, maka ia akan memiliki kepemimpinan yang kuat serta dapat
menjadi pemimpin yang efektif dalam mengembangkan dan menggerakkan
organisasi yang dipimpinnya menuju kemajuan dan keberhasilan dalam
mencapai tujuannya. Bahkan, dengan melaksanakan ajaran Hasta Brata,
ajaran ini dapat membantu pemimpin mengatasi keadaan yang tidak
menentu, bahkan krisis, jika datang ke dalam organisasi yang
dipimpinnya.
b. Kepemimpinan PancasilaPara pemimpin saat ini dan masa depan
harus memiliki kemampuan untuk mempersatukan orang-orang dengan
kompetensi yang berbeda dari berbagai latar belakang budaya.
Tantangan globalisasi membuat setiap perusahaan harus siap untuk
menghadapi persaingan lintas negara. Hanya pemimpin yang siap
mengatasi tantangan multicultural-lah yang mampu dan memiliki daya
saing dalam situasi ini.Pancasila memiliki esensi untuk menyatukan
orang-orang dari berbagai latar belakang etnis, budaya, agama, dan
bahasa. Nilai-nilai Pancasila mampu membuat keselarasan dari
perbedaan yang ada. Komitmen dari setiap orang diperlukan untuk
mempertahankan keberadaannya. Hal ini dapat diwujudkan dengan
membangun rasa saling percaya yang menjadi dasar kesatuan dalam
keragaman.Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila adalah:1)
Adanya keyakinan tentang satu Tuhan, apa pun latar belakang agama
di masing-masing individu. Perbedaan adalah suatu kekayaan dan
keindahan yang harus disyukuri oleh satu sama lain.2) Penerimaan
dan hak yang sama sebagai perwujudan keadilan dengan menghormati
dan menghargai satu sama lain.3) Rasa persatuan yang timbul dari
perbedaan yang ada di mana saling menghormati dan mempercayai satu
sama lain adalah hal yang harus dikedepankan.4) Aktivitas yang
berorientasi pada orang-orang yang dilandaskan dengan keputusan
terbaik melalui sistem demokrasi.5) Keadilan bagi semua pemangku
kepentingan sebagai bagian dari dampak utama atas keberadaan
entitas.Kelima prinsip Pancasila ini adalah DNA Kepemimpinan yang
dihidupi oleh para pemimpin yang dapat di wujud nyatakan melalui
teladan, motivasi, dan dorongan kepada orang-orang yang mereka
pimpin, seperti yang kita kenal melalui apa yang Ki Hadjar
Dewantara asaskan lewat tiga kalimat, yaitu: 1) Ing Ngarsa Sung
TuladhaSecara harfiah, prinsip ini memiliki arti di depan memberi
teladan. Seorang pemimpin haruslah mampu menjadikan dirinya pola
anutan dan ikutan (modelling) bagi orang-orang yang dipimpinnya,
lewat tutur kata, sikap, dan perbuatan.2) Ing Madya Mangun
KarsaPrinsip ini secara harfiah memiliki arti di tengah membangun
karsa atau inisiatif. Maksudnya, seorang pemimpin harus mampu
membangkitkan semangat berswakarsa atau berinisiatif dan berkreasi
pada orang-orang yang dipimpinnya.3) Tut Wuri HandayaniSecara
harfiah, prinsip ini berarti mengikuti dari belakang dengan
memberikan bimbingan. Seorang pemimpin haruslah mampu mendorong
orang-orang yang dipimpinnya agar berani berjalan di depan dan
bertanggung jawab.
Dengan berpegangan pada prinsip-prinsip kepemimpinan sebagaimana
dipaparkan di atas, diharapkan proses kemajuan masyarakat dapat
berjalan dengan laras dan manusiawi. Norma-norma kepemimpinan
lainnya yang relevan dan sangat mendukung ketiga prinsip
kepemimpinan di atas serta sesuai dengan nilai-nilai luhur
Pancasila adalah:1) Berwibawa (terutama karena integritas
pribadinya yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila),2) Jujur,3)
Terpercaya,4) Bijaksana,5) Mengayomi,6) Berani mawas diri,7) Mampu
melihat jauh ke depan,8) Berani dan mampu mengatasi kesulitan,9)
Bersikap wajar,10) Tegas dan bertanggung jawab atas putusan yang
diambil,11) Sederhana,12) Penuh pengabdian terhadap tugas,13)
Berjiwa besar,14) Mempunyai sikap ingin tahu (suatu pendorong untuk
kemajuan).Terdapat satu lagi konsep kepemimpinan khas Indonesia, di
mana Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), yang sekarang
bernama Tentara Nasional Indonesia (TNI), telah berhasil merumuskan
gaya kepemimpinan yang lengkap dan sistematis, bernama Sebelas Azas
Kepemimpinan, yang mencakup Trilogi Kepemimpinan Ki Hadjar
Dewantara. Sebelas Azas tersebut antara lain:1) Taqwa, yakni
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepada-Nya.2) Ing
Ngarsa Sung Tulada, yaitu memberi suri tauladan di hadapan anak
buah.3) Ing Madya Mangun Karsa, yaitu ikut bergiat serta menggugah
semangat di tengah-tengah anak buah.4) Tut Wuri Handayani, yaitu
mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak buah.5)
Waspada Purba Wisesa, yaitu selalu waspada mengawasi, serta sanggup
dan memberi koreksi kepada anak buah.6) Ambeg Parama Arta, yaitu
dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.7) Prasaja,
berupa tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan.8)
Satya, yaitu sikap loyal yang timbal balik, dari atasan terhadap
bawahan dan dari bawahan terhadap atasan dan ke samping.9) Gemi
Nastiti, yaitu kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan
dan pengeluaran segala sesuatu kepada yang benar-benar
diperlukan.10) Belaka, yaitu berupa kemauan, kerelaan dan
keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya.11)
Legawa, yakni kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya
menyerahkan tanggung jawab dan kedudukan kepada generasi
berikutnya.Meskipun Sebelas Azas Kepemimpinan tersebut khusus untuk
kalangan ketentaraan, namun karena lengkap dan berlandaskan
nilai-nilai dari Pancasila, maka konsep ini sangat patutu untuk
dijadikan pedoman bagi para pemimpin non-TNI (pemimpin sipil).
Kesebelas azas tersebut dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai
seorang pemimpin. Pemimpin yang baik adalah seseorang yang di dalam
tutur kata, sikap, dan perbuatannya merefleksikan kesebelas azas
tersebut. Ada banyak kemungkinan bahwa seorang pemimpin tidak bisa
memenuhi semua azas yang telah disebutkan, akan tetapi jika semakin
banyak yang dilaksanakan maka akan menjadi semakin tinggi pulalah
nilai kepemimpinan seseorang.
4. KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN YANG EFEKTIFKepemimpinan dalam
menejemen pendidikan merupakan faktor kunci kebersilan dalam suatu
organisasi. Kepemimpinan menjadi inti dalam suatu menejemen
pendidikan. Kepemimpinan akan berjalan efektif dan efisien manakala
dilakasanakan oleh pemimpin yang jujur, bertanggung jawab,
transparan, cerdas, memahami tugas dan kewajiban, memahami anggota,
memotivasi, dan berbagai sifat yang baik dalam diri seorang
pemimpin. Pemimpin harus memiliki kemampuan mempengaruh diri dan
orang lain melalui keteladanan serta nilai juga prinsip yang akan
membawa kebaikan dan kebahagiaan. Kepemimpinan boleh jadi adalah
suatu proses pemberian pengaruh yang tidak memaksa, pemimpin akan
memiliki pengikut secara sukarela yang melaksanakan tugasnya dengan
keahlian dan intelektual sebagai sumber kekuasaan. Kekuasaan
tersebut pada nantinya akan digunakan untuk memelihara feksibilitas
dan memperkenalkan perubahan. Berikut adalah beberapa ide atau
gagasan dari sejumlah tokoh mengenai kepemimpinan yang
efektif.Plato Parapemimpin yang efektif adalah philosopher raja
Weber Para pemimpin yang efektif adalah power wielders, individu
yang menggunakan manipulasi, eksploitasi, dan tipu daya untuk
mencapai tujuan mereka sendiri.
Taylor Para pemimpin yang efektif akan melihat manajemen sebagai
ilmu.
dePree Para pemimpin yang efektif melihat manajemen sebagai
seni.
DruckerPara pemimpin yang efektif mampu melaksanakan fungsi
manajemen: perencanaan, pengorganisasian, mengarahkan , dan
pengukuran.
Mc GregorPara pemimpin yang efektif memahami sisi manusia dari
perusahaan
Likert Para pemimpin yang efektif mampu membangun system
manajemen yang efektif.
Blake and Mouton IacoccaPara pemimpin yang efektif memiliki gaya
kepemimpinanan yang mencerminkan kepedulian terhadap produksi orang
lain.
Block Pemimpin yang efektif adalah mengembangkan
orang-orang.
Kanter Para pemimpin yang efektif adalah memberdayakan orang
lain.
Bennis dan nanusPemimpin yang efektif adalah master
perubahan.
Burns Para pemimpin yang efektif mempunyai visi dan mampu
menerjemahkan visi ke dalam tindakan.
Deming Para pemimpin yang efektif mampu mengangkat pengikut ke
dalam diri mereka lebih baik. Para pemimpin efektif membantu orang
lain melakukan pekerjaan yang berkualitas.
Menerut Tnnenbaum dan Schmit, karakteristik kepemimpinan efektif
meliputi1. Mengembangkan, melatih, dan mengayomi bawahan.2.
Berkomunikasi secara efektif dengan bawahan.3. Memberi informasi
kepada bawahan mengenai apa yang perusahaan harapkan dari mereka.4.
Menetapkan standar hasil kerja yang tinggi.5. Mengenali bawaan
beserta kemampuannya.6. Memberi peranan kepada para bawahan dalam
proses pengambilan keputusan.7. Selalu memberi informasi kepaa
bawahan mengenai kondisi perusahaan.8. Waspada pada kondisi mora
perusahaan dan selalu berusaha untuk meningkatkannya.9. Bersedia
melakukan perubahan dalam melakukan sesuatu.10. Menghargai prestasi
bawahan.Perlu proses yang panjang untuk dapat menjadi pemimpin yang
efektif. Menyadari hal ini, perusahaan atau lembaga-lembaga
mengadakan berbagai pelatihan dan pendidikan khusus untuk memenuhi
keberadaan pemimpin yang memiliki kapabilitas dan kemampuan yang
sesuai dengan kriteria di atas.Selain itu, menurut Quirke (1995),
pemimpin efektif memiliki 5 tahapan yang harus dilalui yaitu
kesadaran, pemahaman, dukungan, keterlibatan, dan komitmen. Keadaan
akan adanya perubahan berarti seorang pemimpin memiliki kemampuan
untuk menyadari, memahami, memberi dukungan, melibatkan diri, dan
memiliki komitmen terhadap perubahan-perubahan yang mungkin
terjadi. Operasionalisasi upaya peningkatan keefektifan
kepemimpinan, organisasi dapat mengadopsi strategi yang disebut
creative strategies for improving leadership effectiveness mencakup
menciptakan substitusi dan mengembangkan ke arahan dan daya dukung
pemimpin.a. Menciptakan substitusi untuk arahan dan daya dukung
pemimpin mencakup:a. Mengembangkan system kolegial bimbingan:i.
Penilaian rekan untuk meningkatkan penerimaan umpan balik oleh
bawahan.ii. Lingkaran kualitas untuk meningkatkan kontrol staf
terhadap kualitas produksi.iii. Jaringan dukung rekan: system
mentorb. Meningkatkan organisasi berorientasi kinerjai. System
penghargaan organisasi secara otomatisii. Program pengelompokkan
manajemen berdasarkan sasaraniii. Pernyataan misi perusahaan dan
kode etik.c. Meningkatkan ketersediaan staf administrasii.
Pelatihan personil yang terspesialisasiii. Pemecahan masalah untuk
permasalahan hubungan manusiaiii. Penasihat teknis untuk membantu
operator produksi.d. Meningkatkan profesionalitas bawahani.
Pengaturan staf berdasarkan profesionalisme karyawanii.
Pengembangan rencana untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman
karyawaniii. Mendorong partisipasi aktif dalam asosiasi
professional.e. Mendesain ulang pekerjaan untuk meningkatkani.
Umpan balik kenerja dari tugas.ii. Memperhatikan ideology untuk
pekerjaan.f. Memulai kegiatan tim building untuk mengembangkan
keterampilan menejemen dari kelompok sepertii. Memecahkan masalah
berkaitan dengan pekerjaan sendiriii. Menyelesaikan konflik
interpersonal diantara anggotaiii. Memberikan dukungan
interpersonal antar anggotab. Menciptakan pengembangan untuk arahan
dan daya dukung pemimpina. Meningkatkan persepsi bawahan terhadap
pengaruh pemimpin/keahlian.i. Menyediakan hal terbaik yang terlihat
pada pemimpin.ii. Berikan pentingnya tanggung jawab pemimpin dalam
organisasi.iii. Membangun citra pemimpin melalui publikasi in house
dan sarana lainnyab. Membangun iklim organisasii. Hadiah terhadap
kemenangan kecil untuk meningkatkan kepercayaan bawahanii. Tekankan
upacara dan mitos untuk mendorong keterpaduan dan norma kerja
tinggic. Meningkatkan ketergantungan bawahan pada pemimpini.
Membuat krisis yang membutuhkan tindakan segeraii. Kenaikan
centrality pemimpin dalam memberikan informasiiii. Hilangkan
pendekatan one over oned. Meningkatkan daya posisi pemimpini.
Perubahan arah untuk meningkatkan status.ii. Meningkatkan daya
hadiahiii. Hilangkan sumber daya kasare. Buat kelompok kerja
kohesif dengan norma kinerja tinggii. Menyediakan pengaturan fisik
konduktif untuk kerja timii. Mendorong partisipasi bawahan dalam
pemecahan masalah kelompokiii. Meningkatkan status kelompokiv.
Membuat persaingan antar golongan.Kepala sekolah yang efektif harus
mampu mengetahui yaitu:i. Mengapa pendidikan yang baik diperlukan
di sekolah?ii. Apa yang diperlukan untuk meningkatkan mutu
sekolah?iii. Bagaimana mengelola sekolah untuk mencapai prestasi
terbaik?Kemampuan untuk menguasai jawaban ketiga pertanyaan ini
sudah cukup untuk menjadi cerminan apakah seseorang layak untuk
dikatakan menjadi pemimpin yang efektif ataukan tidak. Secara umum
ciri dan perilaku kepala sekolah efektif dapat dilihat dari tiga
hal pokok yaitu Kemampuan berpegang pada citra atau visi lembaga
dalam menjalankan tugas. Menjadikan visi sekolah sebagai pedoman
dalam mengelola dan memimpin sekolah. Memfokuskan aktivitas pada
pembelajaran dan kinerja guru di kelas.Ada berbagai pendapat
mengenai kepemimpinan yang efektif. Berdasarkan riset-riset di
Negara maju, ciri kepala sekolah efektif dapat dicirikan sebagai
berikut.a. Kepala sekolah efektif memiliki visi kuat tentang masa
depan sekolahnya, dan ia mendorong semua staf untuk mewujudkan visi
tersebut.b. Kepala sekolah efektif memiliki harapan tinggi terhadap
prestasi siswa dan kinerja staf.c. Kepala sekolah efektif tekun
mengamati para guru di kelas dan memberikan baik yang positif dan
konstruktif dalam rangka memecahkan masalah dan memperbaiki
pembelajaran.d. Kepala sekolah efektif mendorong pemanfaatan waktu
secara efisien dan merancang langkah-langkah untuk meminimalisasi
kekacauan.e. Kepala sekolah efektif mampu memanfaatkan
sumber-sumber material dan personil secara kreatif.f. Kepala
sekolah efektif memantau peristiwa prestasi siswa secara individual
dan kolektif dan memanfaatkan informasi untuk mengarahkan
perencanaan instruksional.Indikator muru kepemimpinan efektif untuk
kepala sekolah adalah sebagai berikuta. Pengambilan keputusan
diambil secara partisipatifb. Pengambilan keputusan bersifat
objektif sesuai kebutuhan di lapanganc. Pengambilan keputusan
relevan dengan kondisi siswad. Terjadi keakraban antara kepala
sekolah, guru, staf, dan siswa di sekolahe. Kepala sekolah terbuka
menerima kritik dan saranf. Kepala sekolah terbuka terhadap
pembaharuan-pembaharuan dalam sistem pendidikang. Ada kejelasan
pendelegasian tugas antara kepala sekolah, guru dan stafh. Kepala
sekolah memberi kesempatan yang sama ke semua guru dan staf untuk
mengembangkan dirii. Kepala sekolah memiliki visi, misi dan tujuan
ke depan yang jelas (kepala sekolah visioner)Pemimpin pendidikan
perlu memiliki integrasi ketrampilan teknis, pedagogis,
professional, dan manajerial, sebagaimana Hugher (1988) uraikan
sebagai professional as administrator yang mencakup dualitas peran
sebagai pimpinan eksekutif dan pimpinan secara professional. Untuk
menjadi pemimpin pendidikan efektif harus mampu mengkombinasikan
dan menciptakan sinergi kedua aspek tersebut. Pemimpin pendidikan
harus mampu menggunakan berbagai sumber daya material adan manusia
sevata kreatif, melibatkan semua anggota organiasasi sesuai dengan
peran masing masing dalan pengambilan kebijakan sekolah yang
professional, harapan tinggi warga sekolah, dan budaya sekolah yang
positif merupakan faktor penentu efektivitas sekolah.
B. KONSEP DASAR SUPERVISI PENDIDIKANSupervisi dalam bidang
pendidikan berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui
peningkatan dan pembinaan kualitas guru secara profesional sehingga
tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien.
1. PENGERTIAN SUPERVISI PENDIDIKANSecara etimologis supervisi
berasa dari bahasa Inggris, to supervise, mengawasi. Dalam Merriam
Websters Collegiate Dictionary disebutkan bahwa supervisi adalah a
critical watching and directing. Wiles dan Bondi (1986: 9)
menterjemahkan supervisi sebagai suatu fungsi kepemimpinan umum
yang mengkoordinir dan mengelola aktivitas sekolah yang berkaitan
dengan pembelajaran.Menurut Neagley (1980) supervisi adalah
pelayanan kepada guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan
instruksional, belajar dan kurikulum. Supervisi diartikan sebagai
bantuan, pengarahan, bimbingan kepada guru-guru dalam bidang
instruksional, belajar dan kurikulum. Robbins (1981) mengemukakan
bahwa supervisi itu sebagai kegiatan pengarahan langsung terhadap
kegiatan-kegiatan bawahan. Menurut Robbins yang dapat memberikan
pengarahan tersebut hanyalah administrator terdepan saja. Dan
supervisi tidak hanya berlaku dibidang pendidikan namun juga
berlaku di bidang lain.Purwanto (1987) berpendapat, supervisi ialah
suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para
guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara
efektif.Sedangkan Boardman menyebutkan supervisi adalah salah satu
usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secara kontinyu
performansi guru-guru di sekolah baik secara individual maupun
secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran dengan demikian mereka dapat
menstmulir dan membimbing pertumbuan tiap-tiap murid secara
kontinyu, serta mampu dan lebih cakap berpartsipasi dlm masyarakat
demokrasi modern. Boardman. Melihat supervisi sebagai lebih sanggup
berpartisipasi dlm masyarakat modern. Supervisi adalah pengawasan
professional dalam bidang akademik, dijalankan berdasarkan
kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang kerjanya, memahami tentang
pembelajaran lebih mendalam dari sekedar pengawas biasa. Supervisi
pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada
pengkajian peningkatan situasi belajar mengajar, memberdayakan guru
dan mempertinggi kualitas mengajar.Lucio dan Mc Neil (1978)
mendefinisikan tugas supervisi yang meliputi:1) Tugas perencanaan,
yaitu untuk menetapkan program,2) Tugas admisnistrasi, yaitu tugas
untuk pengambilan keputusan 3) Pengkoordinasian lewat
pertemuan-pertemuan untuk mencari perbaikan kualitas pengajaran4)
Partisipasi secara langsung dalam pengembangan kurikulum, yaitu
merumuskan tujuan, membuat penuntun mengajar bagi guru, dan memilih
isi pengalaman belajar5) Melaksanakan demonstrasi mengajar untuk
guru-guru6) Melaksanakan penelitian
2. TUJUAN SUPERVISI PENDIDIKANTujuan utama supervisi adalah
memperbaiki pengajaran (Neagly & Evans, 1980; Oliva, 1984; Hoy
& Forsyth, 1986; Wiles dan Bondi, 1986; Glickman, 1990). Tujuan
umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan
kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan
kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan
proses belajar mengajar. Secara operasional dapat dikemukakan
beberapa tujuan konkrit dari supervisi pendidikan yaitu: 1)
Meningkatkan mutu kinerja guru, Membantu guru dalam memahami tujuan
pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut,
Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami
keadaan dan kebutuhan siswanya, Membentuk moral kelompok yang kuat
dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama
secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan
lainnya, Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya
meningkatkan prestasi belajar siswa, Meningkatkan kualitas
pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat
pengajaran, Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan
teknologi yang dapat membantu guru dalam pengajaran, Sebagai salah
satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi
guru,2) Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna
dan terlaksana dengan baik,3) Meningkatkan keefektifan dan
keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan
siswa,4) Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam
mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya
siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang
diharapkan,5) Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga
tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan
meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan
lulusan.
3. PRINSIP- PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKANSupervisi adalah
pembinaan ke arah perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada
umumnya dan situasi belajar mengajar khususnya. Pembinaan yang
dimaksud adalah pembinaan yang dapat memperbesar dan mengembangkan
kesanggupan anggota staf untuk dapat memecahkan permasalahan yang
dihadapi dalam tugasnya.Bagi supervisor, prinsip supervisi
pendidikan merupakan pedoman untuk bertindak, atau pokok-pokok yang
harus dipegang dalam melaksanakan tugasnya. Menurut NA.Ametembun
(1981: 12), ada dua prinsip supervisi pendidikan yaitu prinsip
fundamental dan prinsip praktis. Prinsip praktis dibedakan menjadi
dua yaitu prinsip praktis yang positif dan yang negatif. Sedangkan
menurut Soekarto Indrafachrudi (1994:72) mengemukakan adanya
prinsip supervisi pendidikan yang asasi yaitu pancasila dan dua
prinsip lain yaitu prinsip positif dan prinsip negatif. Prinsip
positif yaitu prinsip yang patut kita ikuti, sedangkan prinsip
negatif adalah prinsip yang sebaiknya kita hindari. Dalam uraian
lebih lanjut dijelaskan bahwa prinsip positif meliputi:1) Supervisi
dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif.2) Supervisi bersifat
kreatif dan konstruktif.3) Supervisi harus scientific dan
efektif.4) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada
guru.5) Supervisi harus berdasarkan pada kenyataan.6) Supervisi
harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru untuk
mengadakan self-evaluation.Dari prinsip-prinsip positif ini,
Soekarto Indrafachrudi melengkapinya dengan gambar sebagai
berikut:Demokrasi dan kooperatif
Self evaluation supervisi positifkreatif dan konstruktif
Objektif scientific dan efektif
Rasa aman
Gambar 4. Prinsip Supervisi Positif.Prinsip yang negatif
meliputi: 1) Seorang supervisor tidak boleh bersifat otoriter.2)
Seorang supervisor tidak boleh mencari kesalahan guru.3) Seorang
supervisor bukan inspektur yang bertugas memeriksa pelaksanaan
suatu keputusan atau peraturan.4) Seorang supervisor tidak boleh
menganggap dirinya lebih tinggi dari pada guru.5) Seorang
supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal-hal yang
kecil dalam cara guru mengajar.6) Seorang supervisor tidak boleh
lekas kecewa jika mengalami kegagalan.OtoriterMudah kecewacari
kesalahanSupervisi negatif
Terlalu mendetailinspektur
Rasa tinggi diriGambar 5. Prinsip Supervisi Negatif.
Sehubungan dengan prinsip supervisi ini Piet Sahertian dan Frans
Mahameru (1982:80)serta Suharsimi Arikunto (1982) mengemukakan
beberapa prinsip supervisi pendidikan sebagai berikut:1) Ilmiah
yang mencangkup: Sistematis, yaitu dilaksanakan secara teratur ,
berencana, dan kontinyu. Objektif, artinya data yang didapatkan
haruslah data yang nyata bukan data yang bersifat penafsiran.
Menggunakan alat (instrumen) yang dapat memberi informasi sebagai
umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar
mengajar.2) Demokratis. Maksudnya menjunjung tinggi asas
musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup
menerima pendapat orang lain. 3) Kooperatif, maksudnya seluruh staf
dapat bekerja sama sehingga tercipta situasi yang baik.4)
Konstruktif dan kreatif, yaitu mampu membina dan menciptakan
situasi yang memungkinkan untuk mengembangkan potensi-potensi
secara optimal.5) Kontinyu yaitu bahwa supervisi perlu dilaksnakan
secara terus-menerus.Sejalan dengan pendapat tersebut, Suharsimi
Arikunto (1982), mengemukakan prinsip-prinsip supervisi pendidikan,
walaupun tidak persis sama namun pada dasarnya mencangkup
unsur-unsur yang sama.
C. TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN
1. BATASAN TEKNIK SUPERVISIKegiatan supervisi dapat dilaksanakan
melalui berbagai proses pemecahan masalah pengajaran, untuk
mengubah proses belajar mengajar menjadi kegiatan yang efektif dan
efisien. Dengan demikian ciri utama supervisi adalah adanya
perubahan. Sekolah juga harus mengalami perubahan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Perubahan ini dapat
dilakukan antara lain melalui berbagai usaha inovasi dalam
pengembangan kurikulum, kegiatan pendidikan dan latihan jabatan
guru (Sutjipto, 1992: 133).Perubahan merupakan suatu keharusan,
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, baik karena tuntutan internal
maupun eksternal. Ada dua jenis supervisi sehubungan dengan
perubahan ini:1) Supervisi traktif yaitu supervisi yang hanya
berusaha melakukan perubahan sedikit-sedikit , karena ingin menjaga
kontinuitas. Supervisi traktif ini berusaha merubah situasi dengan
sedikit demi sedikit agar tidak terjadi gejolak bagi guru-guru.
Dengan perubahan sedikit-sedikit ini diharapkan guru tanpa terasa
dapat menuju perubahan yang besar. Ini membuktikan waktu yang lama.
2) Supervisi dinamik, yaitu supervisi yang berusaha mengubah atau
mengganti secara intensif cara-cara lama yang dianggap sudah usang
atau tidak sesuai. Kenyataanya, dalam pelaksanaan supervisi tidak
selalu terjadi secara mutlak pada kutub traktif dan atau kutub
dinamik, tetapi yang akan terjadi adalah diantara kedua kutub
tersebut . Sehubungan dengan hal tersebut, maka supervisosr dapat
memilih metode mana yang akan digunakan untuk melaksanakan
supervisi. Metode yang digunakan oleh para pakar untuk melaksanakan
supervisi disebut oleh Made Pidarta dengan teknik supervisi (Made
Pidarta, 1986:225). Gambar di bawah ini menunjukkan adanya kegiatan
yang terjadi diantara kedua kutub:
Gambar 6. Jenis Orientasi Supervisi dan Kontinum Traktif dan
DinamikMenurut Oteng Sutisna mengemukakan prinsip dalam pelaksanaan
kegiatan supervisi, yaitu:1) Supervisi merupakan bagian integral
dari program pendidikan yang bersifat kooperatif dan
mengikutsertakan2) Semua guru memerlukan dan berhak atas bantuan
supervisi3) Supervisi hendaknya disesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan perseorangan dari personil sekolah4) Supervisi hendaknya
membantu menjelaskan tujuan-tujuan dari sasaran-sasaran
pendidikan5) Supervisi hendaknya membantu memperbaiki sikap dan
hubungan dari semua anggota staf sekolah6) Tanggung jawab bagi
pengembangan program supervisi berada pada kepala sekolah bagi
sekolahnya.7) Efektivitas program supervisi hendaknya dinilai
secara periodik.Menurut E. Mulyasa, prinsip-prinsip supervisi
antara lain:1) Hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkis;2)
Dilaksanakan secara demokratis;3) Berpusat pada tenaga kependidikan
(guru);4) Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan
(guru);5) Merupakan bantuan profesional.
2. KLASIFIKASI TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKANPiet Sahertian dan
Frans Mataheru (1986) mengemukakan teknik-teknik supervisi
pendidikan sebagai berikut:1) Teknik bersifat individu Kunjungan
kelas Observasi kelas Percakapan pribadi Saling mengunjungi kelas
Menilai diri sendiri2) Teknik bersifat kelompok Pertemuan orientasi
guru baru Panitia penyelenggara Rapat guru Studi kelompok antar
guru Diskusi kelompok Tukar menukar pengalaman Lokakaryaa Diskusi
panel Seminar Simposium Demonstration teaching Perpustakaan jabatan
Buletin supervisi Membaca langsung Mengikuti kursus Organisasi
jabatan Perjalanan sekolah Curriculum laboratory
Menurut Sahertian ada beberapa teknik supervisi pendidikan
sebagai berikut:a. Teknik Individual (Individual Technique)Teknik
individual ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan,
teknik ini digunakan apabila masalah yang dihadapi bersifat pribadi
apalagi khusus atau secret. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
antara lain:a. Kunjungan Kelasd.Kunjungan antar Kelasb. Observasi
Kelase. Menilai Diri Sendiric.Pertemuan Individu
a. Kunjungan kelas (classroom visitation)Kunjungan kelas ialah
kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh supervisor (kepala
sekolah, penilik, atau pengawas) untuk melihat atau mengamati
pelaksanaan proses pembelajaran sehingga diperoleh data untuk
tindak lanjut dalam pembinaan selanjutunya. Tujuannya adalah untuk
mengobservasi bagaimana guru mengajar dan menolong para guru untuk
mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi. Fungsi kunjungan
kelas antara lain untuk mengoptimalkan cara belajar mengajar yang
dilaksanakan para guru dan membantu mereka untuk menumbuhkan
profesi kerja secara optimal. b. Observasi kelas (classroom
observation)Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan
ketika supervisor yang secara aktif mengikuti jalannya kunjungn
kelas ketika proses sedang berlangsung.Tujuannya untuk memperoleh
data yang subjektif mengenai aspek situasi dalam proses
pembelajaran yang diamati, mempelajari praktek-praktek pembelajaran
setiap pendidik dan mengevaluasinya, menemukan kelebihan dan sifat
yang menonjol pada setiap pendidik, menemukan kebutuhan para
pendidik falam menunaikan tugasnya, memperoleh bahan-bahan dan
informasi guna penyusunan program supervise, serta mempererat dan
memupuk integritas sekolah. Aspek-aspek yang diobservasi antara
lain: Usaha dan aktifitas guru-siswa dalam proses pembelajaran.
Cara penggunaan media pembelajaran. Reaksi mental para peserta
didik dalam proses pembelajaran. Keadaan media yang digunakan.
Lingkungan social, fisik sekolah, baik di dalam maupun di luar
kelas dan factor-faktor penunjang lainnya. Alat-alat observasi
meliputi Check-List, yakni alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam melengkapi keterangan-keterangan yang lebih obyektif
terhadap situasi pembelajaran dalam kelas.c. Pertemuan Individu
)IndividualConference(Yaitu percakapan pribadi antara supervisor
dengan seorang guru mengenai usaha-usaha untuk memecahkan
problematika yang dihadapi oleh seorang pendidik.Tujuannya: Memupuk
dan mengembangkanpembelajaran yang lebih baik. Memperbaiki
kelemahan dan kesalahan yang sering dialami.Jenis-jenis Pertemuan
Pribadi antara lain: Classroom Conference, percakapan di kelas
ketika para peserta didik tidak berada di dalam kelas. Office
Conference, percakapan yang dilakukan di ruang kepala sekolah atau
ruang guru. Casual Conference, percakapan yang dlaksanakan secara
kebetulan.d. Saling Mengunjungi Kelas (Intervisitation)Saling
mengunjungi antar rekan guru yang satu dengan guru yang lain yang
sedang mengajar. Keuntungan-keuntungan: Memberikan kesempatan pada
guru untuk mengamati rekan lain yang sedang mengajar. Membantu guru
untuk mendapatkan pengalaman yang sangat berguna mengenai teknik
dan metode pembelajaran dalam kelas. Memberikan motivasi terhadap
aktivitas mengajar. Menciptakan suasana kewajaran dalam berdiskusi
mengenai masalah yang dihadapi.Jenis-jenis kunjungan antar kelas:
Kunjungan intern, kunjungan yang berlangsung di sekolah yang sama.
Kunjungan ekstern, kunjungan yang berlangsung antar sekolah lain.e.
Menilai diri sendiri (Self Evaluation)Salah satu tindakan atau
tugas yang paling sukar dilakukan oleh para pemimpin terutama bagi
seorang guru adalah melaksanakan penilaian terhadap dirinya sendiri
dengan melihat kemampuannya sendiri dalam menyajikan bahan
pelajaran. Untuk mengukur kemampuan pengajarannya, kita bisa
melihat dari kemampuan para peserta didiknya dan juga penilaian
terhadap diri sendiri merupakan teknik yang dapat membantu guru
dalam memaksimalkan pengajarannya.
b. Teknik KelompokTeknik kelompok adalah teknik yang digunakan
bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam suatu
kelompok. Beberapa orang yang diduga memiliki masalah dikelompokkan
secara bersama kemudian diberi pelayanan supervise sesuai dengan
permaslahan yang mereka hadapi. Banyak bentuk-bentuk dalam teknik
yang bersifat kelompok ini, namun di antaranya yang lebih umum
adalah sebagai berikut:- Pertemuan Orientasi bagi Guru Baru -
Demonstrasi Mengajar- Rapat Guru - Perpustakaan Jabatan-
Kepanitiaan - Bulletin Supervisi- Diskusi - Membaca Langsung-
Seminar - Mengikuti Kursus- Tukar Menukar Pengalaman - Laboratorium
Kurikulum- Lokakarya (Workshop) - Organisasi Jabatan - Diskusi
Panel - Perjalanan Sekolah untuk staff- Simposium
Berikut adalah uraiannya:1) Pertemuan Orientasi Sekolah bagi
Guru Baru (Orientation Meeting for New Teacher), yakni pertemuan
yang bertujuan khusus mengantar guru-guru untuk memasuki suasana
kerja yang baru. Beberapa hal yang disajikan adalah: System kerja
sekolah yang dimaksud. Proses dan mekanisme administrasi organisasi
sekolah.2) Rapat Guru, diadakan untuk membahas masalah-masalah yang
terjadi pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Yang
bertujuan untuk: Menyatukan pandangan-pandangan dan pendapat guru
tentang konsep umum maupun metode metodeuntuk mencapai tujuan
pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama. Mendorong guru
untuk melaksanakan tugasnya dan mendorong kemajuan mereka.3)
Lokakarya (Workshop), adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kesanggupan berpikir dan bekerja bersama-sama menangani masalah
teoritis maupun praktis untuk meningkatkan kualitas serta
profesionaliasme seorang pendidik. Ciri-ciri workshop meliputi:
Masalah yang dibahas bersifat lefe centered dan muncul dari
peserta. Cara pemecahan masalahnya dengan musyawarah dan
penyelidikan. Menggunakan resource person dan resource materials
yang memberi bantuanyang besar dalam emncapai hasil yang
maksimal.Prosedur Pelaksanaan Workshop: Merumuskan tujuan workshop
(out put yang dicapai). Merumuskan pokok masalah. Menentukan
prosedur pemecahan masalah. Menentukan alat dan bahan perlengkapan
workshop. Merumuskan kesulita-kesulitan yang dihadapi. Merumuskan
kesimpulan dan saran-saran.4) Diskusi Panel, adalah suatu bentuk
diskusi yang dipentaskan di hadapan sejumlah partisipan atau
pendengar untuk memecahkan suatu problema dan para panelis terdiri
dari orang-orang yang dianggap ahli dalam lapangan yang
didiskusikan.Tujuannya: Untuk menjajaki suatu masalah secara
terbuka agar memperoleh lebih banyak pengetahuan mengenai maslah
yang dihadapi dari berbagai sudut pandang. Untuk menstimulir para
partisipan agar mengarahkan perhatian terhadap masalah yang dibahas
melalui dimanika kelompok sebagai hasil interaksi dari para
panelis.5) Symposium, adalah suatu pertemuan untuk meninjau
aspek-aspek suatu pokok masalah untuk mengumpulkan beberapa sudut
pandang mengenai suatu masalah. Tujuaanya adalah untuk mengumpulkan
dan membandingkan beberapa sudut pandang yang berbeda-beda tentang
suatu problema.6) Penataran-penataran. Teknik supervisi kelompok
yang dilakukan melalui penataran-penataran sudah banyak dilakukan.
Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran
tentang metodologi pengajaran, dan penataran tentang administrasi
pendidikan. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada
umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala
sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak
lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktekkan
oleh guru-guru.
Dilihat dari banyaknya guru yang disupervisi, teknik supervisi
dapat dibedakan menjadi dua yaitu individu dan kelompok. Teknik
supervisi individu digunakan jika supervisor melaksanakan pembinaan
terhadap seorang guru. Teknik supervisi kelompok digunakan jika
supervisor melaksanakan tugas pembinaan terhadap sekelompok guru
untuk mencapai tujuan supervisi pengajarannya yaitu memperbaiki
situasi belajar mengajar.
Situasi B-MGuruTdk. LangsungTdk. LangsungTek. LangsungTek.
LangsungTek. IndividuTek. KelompokMembina dgnSupervisi
Gambar 7. Bagan Teknik Pembinaan Untuk GuruBeberapa contoh
supervisor yang jelek, dikemukakan oleh Dersal yang dikutip dari
Made Pidarta (Made Pidarta 1986: 226-227):1) Memperingatkan dan
menegur dengan suara keras di hadapaan orang lain.2) Pilih kasih
terhadap orang-orang tertentu dalan unit kerja.3) Kurang tahu
mengenai seluk beluk pekerjaanya.4) Batas waktu penyelesaian
pekerjaan tidak ditentukan sebelumnya.5) Tidak mau mengakui
kesalahan sendiri.6) Selalu mencari kesalahan yang dibuat anak
buahnya.7) Tidak mempercayai anak buahnya secara penuh.8) Pegawai
dibuat sebagai kambing hitam walaupun yang salah supervisor.9)
Terlalu sombong menonjolkan diri bahwa dialah kepalanya.10) Hampir
tidak pernah membuat keputusan yang tegas dan jelas.Contoh-contoh
tersebut diatas diharapkan mampu menyadarkan supervisor akan
kesalahannya.Beberapa teknik supervisi yang biasanya digunakan oleh
guru :1) Kunjungan kelas2) Percakapan pribadi3) Rapat sekolah4)
Pendidikan in-service.Supervisor dapat memilih dan menentukan
teknik yang lebih sesuai atau cocok untuk diterapkan pada
kasus-kasus tertentu yang dihadapi, serta memperhatikan situasi dan
kondisi sekolah yang dibinanya. Atas dasar pengalaman, pengetahuan,
keterampilan, dan kejelian supervisor dalam memilih teknik
supervisi diharapkan tujusn pendidikan dapat tercapai secara
efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Kepemimpinan Pancasila. Diakses dari
http://www.indoleadership.com/ leadership/kepemimpinan-pancasila,
pada tanggal 22 Oktober 2013.Ivancevich, J.M. Konopaske, R.,
Matteson., M.T. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta:
Erlangga.Kholik, Abdul. 2011. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan.
Diakses dari
http://akholik.wordpress.com/2011/05/06/prinsip-prinsip-supervisi-endidikan,
tanggal 22 Oktober 2013. Kreitner, R dan Kinicki, A. 2005. Perilaku
Organisasi. Jakarta: Salemba EmpatRifati Al Hamidy. 2012. Supervisi
Pendidikan:Teknik-teknik Supervisi Pendidikan. Diakses dari
http://rifaty.blogspot.com/2012/10/teknik-teknik-supervisi-pendidikan.html,
tanggal 22 Oktober 2013.Robbins., S dan Judge. 2007. Perilaku
Organisasi. Jakarta: Salemba EmpatTentara Republik Indonesia. 2013.
Sebelas Asas Kepemimpinan. Diakses dari http://www.tni.
mil.id/pages-8-11-asas-kepemimpinan.html, tanggal 22 Oktober
2013.Tim Dosen Ap. 2010. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY
Press.Yukl. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta:
Index4