1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di penghujung abad lalu, Indonesia mengalami perubahan besar yaitu proses reformasi ekonomi dan demokratisasi dalam bidang politik. Tidak begitu lama kemudian, tepatnya pada tahun 2000, para pimpinan dunia bertemu di New York dan menandatangani “Deklarasi Milennium” yang berisi komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan. Komitmen tersebut diterjemahkan menjadi beberapa tujuan dan target yang dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). MDGs adalah sebuah paradigma pembangunan yang berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar manusia dan akan menjadi landasan pembangunan di abad millennium. Pencapaian sasaran MDGs menjadi salah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di penghujung abad lalu, Indonesia mengalami perubahan besar yaitu proses
reformasi ekonomi dan demokratisasi dalam bidang politik. Tidak begitu
lama kemudian, tepatnya pada tahun 2000, para pimpinan dunia bertemu di
New York dan menandatangani “Deklarasi Milennium” yang berisi
komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan
kemiskinan. Komitmen tersebut diterjemahkan menjadi beberapa tujuan dan
target yang dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). MDGs
adalah sebuah paradigma pembangunan yang berpihak pada pemenuhan hak-
hak dasar manusia dan akan menjadi landasan pembangunan di abad
millennium. Pencapaian sasaran MDGs menjadi salah satu prioritas utama
bangsa Indonesia. Pencapaian tujuan dan target tersebut bukanlah semata-
mata tugas pemerintah tetapi merupakan tugas seluruh komponen bangsa
(Bappenas, 2008).
Komitmen Indonesia untuk mencapai tujuan MDGs mencerminkan komitmen
negara untuk menyejahterakan rakyatnya sekaligus menyumbang pada
kesejahteraan masyarakat dunia. Berkenaan dengan itu maka MDGs
merupakan acuan penting dalam penyusunan dokumen Rencana
2
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 dan 2010-
2014, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahunan, dan dokumen Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) (Bappenas, 2011).
Dalam memenuhi komitmen tersebut Indonesia menghadapi tantangan global
yang tidak ringan. Perdagangan bebas, harga minyak yang masih meningkat
yang diikuti oleh subsidi BBM yang semakin membengkak, perubahan iklim
dan pemanasan global dan dampaknya pada harga pangan yang semakin
mahal, mewarnai dinamika sosial dan ekonomi pembangunan nasional
(Bappenas, 2011).
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai
oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat dan berperilaku hidup
sehat, memiliki kemampuan untuk mengjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat yang setinggi-
tingginya di seluruh republik Indonesia. Gambaran masyarakat di Indonesia
di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan
tersebut dirumuskan sebagai INDONESIA SEHAT 2015.
Indonesia Sehat 2015 merupakan rumusan yang dibuat dalam rangka
mewujudkan Tujuan Pembangunan Milenium (Milennium Development
Goals) bidang kesehatan. Melihat komitmen dari berbagai bangsa terkait
MDG’s, pembangunan kesehatan di Indonesia juga menitikberatkan sasaran
terhadap acuan yang digarap pada MDGs. Sehingga visi Indonesia 2015
3
dengan misi yang dirumuskan dalam empat komponen misi pembangunan,
telah merumuskan tujuan kebijakan pembangunan kesehatan melalui paket
program MDGs. Sehingga dalam makalah ini kami mengangkat topik
mengenai menuju Indonesia sehat 2015/ Millenium Development Goals yang
akan membahas secara rinci mengenai sasaran, waktu dan target yang terukur
mengenai delapan paket rumusan pembangunan (Bappenas, 2008).
I.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui sejarah singkat MDG’s di dunia dan di Indonesia.
2. Mengetahui tujuan, target, dan indikator delapan rumusan pembangunan
dalam MDG’s.
3. Mengetahui pencapaian sasaran, strategi, dan status pencapaian MDG’s di
Indonesia.
4
BAB II
ISI
2.1. Sejarah singkat MDG’s
Belakangan ini sering disuarakan kembali istilah MDGs. MDGs adalah
kependekan dari Millennium Development Goals atau bila diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia berarti Sasaran Pembangunan Millennium.
Millenium Development Goals (MDGs) pada dasarnya mewujudkan
komitmen internasional yang dibuat di Perserikatan Bangsa-Bangsa Dunia
pada konferensi Summits dan global sepanjang tahun 1990-an, seperti KTT
Dunia untuk Anak, Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua 1990
di Jomtien, Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan 1992 di
Rio de Janeiro, dan KTT Dunia untuk Pembangunan Sosial 1995 di
Copenhagen. Kemudian, pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) bulan September 2000 di New York,
sebanyak 189 negara anggota PBB yang sebagian besar diwakili oleh kepala
pemerintahan, termasuk presiden Indonesia, sepakat untuk menandatangi
Deklarasi Milenium yang diadopsi dari komitmen sebelumnya. Deklarasi
Milenium inilah yang berisi Millenium Development Goals (MDGs)
(Supriyadi A, 2009).
Deklarasi ini menghimpun komitmen para pemimpin dunia yang tidak
pernah ada sebelumnya untuk menangani isu perdamaian, keamanan,
program, PMTCT; Pengurangan dampak buruk pada penyalahguna NAPZA
suntik atau Penasun (Sedyaningsih E.R, 2012).
Sementara terkait Pengendalian Malaria, dalam posisi on track karena angka
kejadian malaria per 1000 penduduk menunjukkan kecenderungan menurun.
Sedangkan, untuk pengendalian TB, sasaran menurunkan kasus baru
tuberkulosis justru sudah tercapai (Sedyaningsih E.R, 2012).
27
Program untuk HIV/AIDS di Puskesmas Karang Anyar belum dapat berjalan
karena belum tersedianya prasarana yang mendukung dan hingga saat ini
belum tercatat mengenai penderita HIV/AIDS yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Karang Anyar. Sedangkan untuk malaria, tidak pernah ditemukan
kasus dikarenakan Karang Anyar bukan daerah endemis malaria. Oleh karena
itu, dalam setiap pelaporan selalu ditulis nihil.
Untuk program TB, Puskesmas Karang Anyar sudah memiliki sistem yang
cukup baik. Namun, target penjaringan pasien dengan TB sebesar 70% belum
terpenuhi hingga Mei 2014, baru 24 % yakni dari 1128 pasien suspek TB,
didapatkan 118 pasien dengan BTA (+). Program pengobatan TB bagi pasien
dengan BTA (+) juga sudah berlangsung cukup baik. Didukung pula dengan
Unit PAL yang dimiliki oleh Puskesmas Karang Anyar sebagai prasarana
konsultasi dan edukasi pasien dan keluarganya.
Terkait target MDG-7 yaitu Akses Air Bersih Pada Rumah Tangga, Menkes
menyatakan masih dalam posisi off track. Pencapaian MDG-7 ini sangat
penting bagi kesehatan masyarakat, karena kualitas air dan sanitasi
merupakan faktor risiko berbagai penyakit menular (Endang Rahayu
Sedyaningsih, 2012).
2.5. Ringkasan Status Pencapaian MDG’s di Indonesia
A. TUJUAN 1: MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN
Upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia menunjukkan kemajuan
yang berarti dan ini sudah sesuai dengan target MDGs yang ditunjukkan
dengan menurunnya proporsi penduduk yang hidup di bawah garis
28
kemiskinan nasional dari 15,10 persen (tahun 1990) menjadi 12,49 persen
(2011) dan Indeks Kedalaman Kemiskinan dari 2,70 menjadi 2,08 pada
periode yang sama. Laju pertumbuhan PDB per tenaga kerja meningkat
dari 3,52 persen (tahun 1990) menjadi 5,04 persen (tahun 2011). Di
samping itu, terjadi penurunan proporsi penduduk yang menderita
kelaparan dari tahun 1989 ke tahun 2010 yang ditunjukkan dengan
prevalensi balita dengan berat badan rendah dari 31,00 persen menjadi
17,91 persen, serta proporsi penduduk dengan asupan kalori kurang dari
1400 Kkal/kapita/hari dari 17,00 persen (tahun 1990) menjadi 14,65
persen (tahun 2011).
B. TUJUAN 2: MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA
Upaya pencapaian pendidikan dasar untuk semua telah sejalan dengan
sasaran MDGs, hal ini ditunjukkan dengan sudah diterapkannya
pendidikan dasar 9 tahun di Indonesia. Pada tahun 2011, angka partisipasi
murni SD telah mencapai 95,55 persen; proporsi murid kelas I yang
berhasil mencapai kelas VI adalah 96,58 persen; dan angka melek huruf
penduduk usia 15-24 tahun, perempuan sudah mencapai 98,75 persen dan
laki-laki mencapai 98,80 persen.
C. TUJUAN 3: MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Upaya untuk mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
sebagian besar telah mencapai sasaran MDGs tahun 2015. Pada tahun
2011, Rasio APM perempuan/laki-laki di tingkat SD adalah 98,80; di
29
tingkat SMP adalah 103,45; dan di tingkat pendidikan tinggi adalah 97,82.
Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-
24 telah mencapai 99,95 persen pada tahun yang sama.
Sementara sasaran yang sejalan dengan target MDGs adalah untuk rasio
APM perempuan/laki-laki di SMA telah mencapai 101,40 pada tahun
2011. Di bidang ketenagakerjaan, terlihat adanya peningkatan kontribusi
perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian, yaitu 36,67
persen pada tahun 2011. Di samping itu, proporsi kursi yang diduduki
perempuan di DPR juga mengalami peningkatan, menjadi 18,4 persen
(2011).
D. TUJUAN 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK
Upaya untuk menurunkan angka kematian anak sudah sejalan dengan
sasaran MDGs. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan angka kematian
balita dari 97 (tahun 1991) menjadi 44 per seribu kelahiran hidup (tahun
2007); penurunan angka kematian bayi dari 68 menjadi 34 per seribu
kelahiran; dan neonatal dari 32 menjadi 19 per seribu kelahiran.
Sedangkan proporsi anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak
meningkat dari 44,50 persen (tahun 1991) menjadi 87,30 persen (tahun
2011).
E. TUJUAN 5: MENINGKATKAN KESEHATAN IBU
Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih telah berhasil
ditingkatkan dari 40,70 persen (tahun 1992) menjadi 81,25 persen (tahun
2011), namun di sisi lain angka kematian ibu baru dapat ditekan dari 390
30
(tahun 1991) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (tahun 2007).
Sementara itu angka pemakaian kontrasepsi bagi perempuan menikah usia
15-49 tahun dengan cara modern meningkat dari 47,10 persen (tahun
1991) menjadi 60,42 persen (tahun 2011).
F. TUJUAN 6: MEMERANGI HIV DAN AIDS, MALARIA DAN
PENYAKIT MENULAR LAINNYA
Upaya mengendalikan penyebaran, menurunkan jumlah kasus baru dan
mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV dan AIDS masih
memerlukan upaya keras, inovatif, dan kreatif untuk mencapainya.
Prevalensi HIV dan AIDS masih cukup tinggi yaitu 0,30 persen pada
tahun 2011, selain itu akses terhadap ARV sudah mencapai 84,10 persen
dari penduduk terinfeksi HIV dan AIDs lanjut.
Angka kejadian malaria menurun pesat dari 4,68 (tahun 1990) menjadi
1,75 per 1.000 penduduk (tahun 2011). Sementara itu, angka kejadian
Tuberkulosis sudah berhasil mencapai target MDGs 2015 pada tahun 2011
yaitu dari 343 (1990) menjadi 189 kasus per 100.000 penduduk/tahun.
G. TUJUAN 7: MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Sebagian besar sasaran untuk memastikan kelestarian lingkungan hidup
masih memerlukan upaya keras untuk mencapainya. Rasio luas kawasan
tertutup pepohonan terhadap luas daratan menurun dari 59,97 persen pada
tahun 1990 menjadi 52,52 persen pada 2010, sedangkan jumlah emisi CO
meningkat dari 1.377.983 Gg CO2e (2000) menjadi 1.791.372 GgCOe
(2005). Lebih lanjut, proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan
31
terhadap sumber air minum layak meningkat dari 37,73 persen (1993)
menjadi 42,76 persen (2011), sedangkan untuk fasilitasi sanitasi dasar
layak dari 24,81 persen (1993) menjadi 55,60 persen (2011).
H. TUJUAN 8: MEMBANGUN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK
PEMBANGUNAN
Sistem keuangan dan perdagangan Indonesia kini semakin terbuka,
berbasis peraturan, dapat diprediksi dan tidak diskriminatif. Hal ini diukur
dari indikator keterbukaan ekonomi yang ditunjukkan dengan peningkatan
rasio ekspor dan impor terhadap PDB dari 41,60 persen tahun 1990
menjadi 45,00 persen tahun 2011. Sedangkan rasio pinjaman luar negeri
terhadap PDB menurun dari 24,59 persen pada tahun 1996 menjadi 8,28
persen pada tahun 2011.
Proporsi penduduk yang memiliki telepon seluler meningkat dari 14,79
persen pada tahun 2004 menjadi 103,90 persen pada tahun 2010. Namun
pada tahun 2011 proporsi rumah tangga dengan akses internet baru
mencapai 26,21 persen dan proporsi rumah tangga yang memiliki
komputer pribadi baru mencapai 12,30 persen pada tahun 2011.
32
Tinjauan Status Pencapaian MDG’s di Indonesia
33
34
35
36
Untuk mewujudkan tercapainya target MDGs, terutama di bidang kesehatan,
dirumuskanlah INDONESIA SEHAT 2015. Sasaran pembangunan kesehatan
menuju Indonesia sehat 2015 adalah : (Syafrudin, 2009)
a. Perilaku hidup sehat.
Meningkatnya secara bermakna jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri
dan melahirkan ditolonh oleh tenaga kesehatan, jumlah bayi yang
memperoleh imunisasi lengkap, jumlah yang memperoleh ASI eksklusif,
jumlah anak balita yang ditimbang setiap bulan, jumlah pasangan usia subur
(PUS), peserta keluarga berencana (KB), jumlah penduduk dengan makan
dengan gizi seimbang, jumlah penduduk yang memperoleh air bersih, jumlah
37
penduduk buang air besar dijamban, jumlah pemukiman bebas vector dan
rodent, jumlah rumah yang mempunyai syarat kesehatan, jumlah penduduk
berolahraga, dan istirahat teratur, jumlah keluarga dengan komunikasi
internal dan eksternal, jumlah keluarga yang menjalankan ajaran agama
dengan baik, jumlah penduduk yang tidak merokok dan tidak minum-
minuman keras, jumlah penduduk yang tidak berhubungan seks diluar nikah
serta jumlah penduduk yang menjadi peserta JPKM.
b. Lingkungan sehat
Meningkatnya secara bermakna jumlah wilayah/kawasa sehat, tempat-tempat
umu sehat, tempat pariwisata sehat, tempat kerja sehat, rumah dan banguna
sehat, sarana sanitasi, sarana air minum,sarana pembungan limbah, serta
berbagai standard an peraturan perundang-undangan yang mendukung
terwujudnya lingkungan sehat.
c. Upaya kesehatan
Meningkatkan secara bermakna jumlah sarana kesehatan yang bermutu,
jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan, penggunaan obat generik dalam
pelayanan kesehatan, penggunaan obat secara rasional, memanfaatkan
pelayanan promotif dan preventif, biaya kesehatan yang dikelola secara
efisien, serta ketersediaan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
d. Manajemen pembangunan kesehatan
Meningkatnya secara bermakna sistem informasi pembangunan kesehatan,
kemampuan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, pembangunan
kesehatan, kepemimpinan dan manajemen kesehatan, peraturan perundang-
38
undangan yang mendukung pembangunan kesehatan, kerjasama lintas
program dan sektor.
e. Derajat kesehatan
Meningkatnya secara bermakna umur harapan hidup, menurunya angka
kematian ibu dan bayi, menurunnya angka kesakitan beberapa penyakit
penting, menurunya angka kecacatan dan ketergantungan serta meningkatnya
status gizi masyarakat, menurunya angka infertilitas. (Syafrudin, 2009)
Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada
dasar-dasar tersebut diatas, maka penyelenggaraan tersebut diatas, maka
penyelenggaraan upaya kesehatan perlu memperhatikan kebijakan umum yang
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Meningkatkan kerjasama lintas sektor
Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan, kerjasama
lintas sektor merupakan hal yang utama, dan karena itu perlu digalang serta
mantapkan secara seksama, sosialisasi masalah-masalah kesehatan kepada
sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan berkala. Kerjasama lintas
sektor haus mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
serta melandaskan dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan
kesehatan.
b. Peningkatan perilaku, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan swasta
Masyarakat dan swasta perlu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan. Dalam kaitan ini perilaku hidup manusia sejak usia dini melalui
berbagai kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, sehingga
39
menjadi bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kemandirian untuk hidup sehat. Peran
masyarakat dalam pembangunan kesehatan terutama melalui penerapan
konsep pembangunan kesehatan masyarakat tetap didorong atau bahkan
dikembangkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan serta kesinambungan
upaya kesehatan.
c. Peningkatan kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan, lingkungan yang sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari
resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia.
Upaya ini perlu untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan pemerintah
dan masyarakat dalam merencanakan pembangunan berwawasan kesehatan.
Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-tempat umum
serta tempat pariwisata ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan
mutu air yang memenuhi persyaratan terutama perpipaan, penerbitan tempat
pembuangan sampah, penyediaan sarana pembuangan air limbah serta
berbagai sarana sanitasi lingkunan lainnya. Kualitas air, udara dan tanah
ditingkatkan untuk menjamin hidup sehat dan produktif sehingga masyarakat
terhindar dari keadaan yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan. Untuk itu
diperlukan peningkatan dan perbaikan peraturan perundang-undangan,
pendidikan lingkungan sehat sejak dari usia muda serta pembakuan standar
lingkungan.
40
d. Peningkatan upaya kesehatan
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,
dan berkesinambungan, melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan serta upaya
khusus melalui pelayanan kemanusiaan dan darurat atau krisis. Selanjutnya,
pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terus menerus
diupayakan. Dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat
selama krisis ekonomi, upaya kesehatan diprioritaskan untuk mengatasi
dampak krisis disamping tetap mempertahankan peningkatan pembangunan
kesehatan. Perhatian khusus dalam mengatasi dampak krisis diberikan kepada
kelompok berisiko dari keluarga-keluarga miskin agar derajat kesehatannya
tidak memburuk dan tetap hidup produktif. Pemerintah bertanggungjawab
terhadap biaya pelayanan kesehatan untuk penduduk miskin.
Setelah melewati krisis ekonomi status kesehatan masyarakat diusahakan
ditingkatkan melaui pencegahan dan pengurangan morbiditas, mortalitas dan
kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak balita, dan wanita
hamil, melahirkan dan masa nifas, melalui upaya peningkatan (promosi)
hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan serta
pengobatan penyakit dan rehabilitasi. Prioritas utama diberikan kepada
penanggulangan penyakit menular dan wabah cenderung meningkat.
e. Peningkatan sumber daya kesehatan
Peningkatan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan
kesehatan dan diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan
terampil sesuai pengembangan ilmu dan tekhnologi, beriamn dan bertakwa
41
kepada tuhan yang maha esa, seta berpegang teguh pada pengabdian bangsa
dan Negara dan etika prfesi. Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah
serta mutu tenaga kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu
melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam perencanaan tenaga kesehatan
perlu diutamakan penentuan kebutuhan tenaga di berbagai Negara diluar
negri dalam rangka globalisasi. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM), yakni cara pelayanan kesehatan melaui pembayaran secara praupaya
dikembangkan terus untuk menjamin terselenggaranya pemeliharaan
kesehatan yang lebih merata dan bermutu dengan raga yang terkendali. JPKM
diselenggarakan sebagai upaya bersama antara masyarakat, swasta, dan
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan biaya pelayanan kesehatan yang terus
meningkat.Tarif pelayanan kesehatan perlu disesuaikan atas dasar nilai jasa
dan barang yang diterima oleh anggot masyarakat yang memperoleh
pelayanan. Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui system
JPKM yang disubsidi oleh pemerintah bersamaan dengan itu dikembangkan
pula asuransi sebagai pelengkap / pendamping JPKM. Pengembangan
asuransi kesehatan berada dibawah pembinaan pemerintah dan asosiasi
peransuran. Secara bertahap puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah
akan dikelola secara swadana.
f. Peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan
terutama melalui peningkatan secara strategis dalam kerja sama antara sektor
kesehatan dan sektor lain yang terkait, dan antara berbagai program kesehatan
42
serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan sendiri. Manajemen
upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
dan penilaian diselengarakan secara sistematik untuk menjamin upaya
kesehatan yang terpadu dan menyeluruh. Manajemen terebut didukung oleh
sistem informasi yang handal guna menghasilkan pengambilan keputusan dan
cara kerja yang efisien. Sistem informasi tersebut dikembangkan secara
komprehensif diberbagai tingkat administrasi kesehatan sebagai bagian dari
pengembangan administrasi modern. Organisasi departemen kesehatan perlu
disesuaikan kembali dengan fungsi – fungsi : regulasi, perencanaan nasional,
pembinaan dan pengawasan.
g. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
Penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan
secara terarah dan bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan,
utamanya untuk mendukung perumusan kebijaksanaan, membantu
memecahkan masalah kesehatan dan mengatasi kendala didalam pelaksanaan
program kesehatan. Penelitian dan pengembangan kesehatan akan terus
dikembangkan melalui jaringan kemitraan dan di desentralisasikan sehingga
menjadi bagian penting dari pembanguna kesehatan daerah.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan, gizi, pendayagunan obat, pengembangan
obat asli Indonesia, pemberantasan penyakit dan perbaikan lingkungan.
Penelitian yang berkaitan dengan ekonomi kesehatan dikembangkan unutuk
mengoptimalkan pemanfaatan pebiayaan kesehatan dari pemerintah dan
43
swasta, serta meningkatkan kontribusi pemerintah dalam pembiayaan
kesehatan yang masih terbatas.
h. Peningkatan lingkungan sosial budaya
Selain berpengaruh positif globalisai juga menimbulkan perubahan sosial dan
budaya masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap pembangunan
kesehatan. Untuk itu sangat diperlukan peningkatan kesehatan sosial dan
budaya masyarakat melalui penungkatan sosio-ekonomi masyarakat, sehingga
dapat mengambil manfaat yang sebesar – besarnya sekaligus meminimalkan
dampak negatif dari globalisasi.
44
BAB III
KESIMPULAN
1. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan perwujudan dari
komitmen internasional pada konferensi Summits dan global sepanjang tahun
1990-an yang kemudian disepakati dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Milenium Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) bulan September 2000 di New
York oleh sebanyak 189 negara anggota PBB.
2. MDGs terdiri dari 8 tujuan, 20 target, serta 60 indikator.
3. Delapan tujuan pokok MDGs adalah pengetasan kemiskinan dan kelaparan,
pemerataan pendidikan dasar, mendukung persamaan gender dan
pemberdayaan perempuan, mengurangi angka kematian anak, mengurangi
angka kematian ibu, perlawanan terhadsp HIV/AIDS, malaria dan penyakit
menular lainnya, menjamin daya dukung lingkungan hidup, mengembangkan
kemitraan global untuk pembangunan.
4. Pencapaian tujuan MDGs dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama,
tujuan yang telah berhasil dicapai . Kedua, tujuan yang menunjukkan
kemajuan bermakna dan diharapkan dapat dicapai pada atau sebelum tahun
2015. Ketiga, tujuan yang masih memerlukan upaya keras untuk
mencapainya.
5. Strategi untuk mewujudkan tercapainya target MDGs merupakan
implementasi dari Inpres No. 3 Tahun 2010, dan terutama di bidang
kesehatan, dirumuskanlah INDONESIA SEHAT 2015.
45
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 2008. Laporan Millenium Development Goals (MDG) Indonesia. http://www.bappenas.go.id/node/44/942/laporan-millenium-development-goals-mdg-indonesia/. Diakses tanggal 02 Juli 2014.
Bappenas. 2011. Laporan Millenium Development Goals (MDG) Indonesia.. http://www.bappenas.go.id/laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia-2011__20130517105523__3790__0. Diakses tanggal 02 Juli 2014
Sedyaningsih, Endang Rahayu. 2012. Capai Target MDG’s Demi Terwujudnya Derajat Kesehatan Masyarakat Yang Tinggi. http://www.depkes.go.id/ index.php/berita/press-release/1802-capai-target-mdgs-demi-terwujudnya-derajat-kesehatan-masyarakat-yang-tinggi.html. . Diakses tanggal 02 Juli 2014.
Supriyadi, A. 2009. MDG,Kesehatan Masyarakat serta keadaannya di Indonesia. http://recyclearea.wordpress.com/2009/10/05/mdgkesehatan-masyarakat-serta-keadaannya-di-indonesia/. Diakses tanggal 02 Juli 2014.
Syafrudin, SKM. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Trans Info Media : Jakarta.
UNV. 2011. Tujuan Pembangunan Milenium. http://www.undp.or.id /unv/id/resources_mdg.html .Diakses tanggal 02 Juli 2014.