This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH MANAGEMEN EMERGENCY SISTEM MUSKULOSKELETAL
“FRAKTUR”
DISUSUN OLEH :
Kelompok 5
1. AGUNG TRIWAHYUDI P27220011 1
2. CAHYA ARI WIDYA P27220011 1
3. DESY INDAH RATNAWATI P27220011 169
4. EKO YULIANTO P27220011 170
5. MEILINA P27220011
DIII BERLANJUT DIV KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2014
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai
di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan
dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur
terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini selain
menyebabkan fraktur, menurut WHO juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap
tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda.
Fraktur adalah salah satu gangguan musculoskeletal yang umum yang disebabkan
oleh trauma. Dengan semakin pesatnya kemajuan lalu lintas di Indonesia maka mayoritas
fraktur adalah akibat kecelakaan lalu-lintas. Kecelakaan lalu-lintas dengan kecepatan
tinggi sering menyebabkan trauma. dan kita harus waspada terhadap kemungkinan
polytrauma yang dapat mengakibatkan trauma organ-organ lain. Trauma-trauma lain
adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, kecelakaan domestik, dan
kecelakaan/cidera olahraga.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin meningkat
selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern manusia tidak akan
lepas dari fungsi normal system musculoskeletal. Salah satunya tulang yang merupakan
alat gerak utama pada manusia, namun dari kelainan ataupun ketidaksiplinan dari
manusia itu sendiri (patah tulang) fraktur adalah hilangnya kontinuitas jaringan tulang,
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun partial . fraktur
biasanya terjadi pada cruris, karena cruris sangat kurang di lindungi oleh jaringan lunak,
sehingga mudah sekali mengalami kerusakan (Rasjad, 1998).
Berbagai penelitian di Eropa, Amerika Serikat, dan Australia menunjukkan bahwa
resiko terjadinya patah tulang tidak hanya ditentukan oleh densitas massa tulang
melainkan juga oleh faktor-faktor lain yang berkaitan dengan kerapuhan fisik (frailty) dan
meningkatkannya resiko untuk jatuh. (Sudoyo: 2010)
Kematian dan kesakitan yang terjadi akibat patah tulang umumnya disebabkan
oleh komplikasi akibat patah tulang dan imobilisasi yang ditimbulkannya. Beberapa
diantara komplikasi tersebut adalah timbulnya dikubitus akibat tirah baring
berkepanjangan, perdarahan, trombosis vena dalam dan emboli paru; infeksi pneumonia
atau infeksi saluran kemih akibat tirah baring lama; gangguan nutrisi dan sebagainya.
(Sudoyo: 2010)
Walaupun dalam kasus yang jarang terjadi kematian, namun bila tidak ditangani
secara tepat atau cepat dapat menimbulkan komplikasi yang akan memperburuk keadaan
penderita. Sehingga perawat perlu memperhatikan langkah-langkah yang harus
diperhatikan dalam menangani pasien dengan kasus kegawat daruratan fraktur.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mampu menerapkan konsep asuhan keperawatan kegawat daruratan pada pasien
dengan fraktur
b. Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan konsep fraktur
2. Mampu menjelaskan konsep metodologi asuhan keperawatan kegawat daruratan
pada pasien fraktur.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya
yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Brunner&Suddarth: 2002). Fraktur adalah
pemisahan atau patahnya tulang (Doenges, 1999).
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma (Tambayong:
2000). Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
( Price, 1995).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang
disebabkan trauma atau tenaga fisik dan menimbulkan nyeri serta gangguan fungsi.
B. ETIOLOGI
1. Cidera atau benturan
2. Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena
tumor, kanker dan osteoporosis.
3. Fraktur beban
Fraktur beban atau fraktur kelelahan teradi pada orang-orang yang baru saja menambah
tingkat aktifitas mereka, seperti baru diterima dalam angkatan bersenjata atau orang-orang
yang baru mulai latihan lari.
4. Trauma
Dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi
miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras
(jalanan).
2. Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya
jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh. Ruang di tengah tulang-tulang
tertentu berisi jaringan hematopoietik, yang membentuk sel darah. Tulang juga merupakan
tempat primer untuk meyimpan dan mengatur kalsium dan pospat.
Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral dan
jaringan organik (kolagen, proteoglikan). Kalsium dan phospat membenuk suatu kristal
garam (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Matriks
organik tulang disebut juga sebagai suatu osteoid. Sekitar 70 % dari osteoid adalah kolagen
tipe 1 yang kaku dan memberikan ketegaran tinggi pada tulang. Materi organik lain yang
juga menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam hialuronat.
Hampir semua tulang berongga dibagian tengahnya. Struktur demikian
memaksimalkan kekuatan struktural tulang dengan bahan yang relatif kecil atau ringan.
Kekuatan tambahan diperoleh dari susunan kolagen danmineral dalam jaringan tulang.
Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau lameral. Tulang yang berbentuk anyaman
terlihat saat pertumbuhan cepat, seperti sewaktu perkembangan janin atau sesudah
terjadinya patah tulang, selanjutnya keadaan ini akan diganti oleh tulang yang lebih dewasa
yang berbentuk lameral. Pada orang dewasa tulang anyaman ditemukan pada insersi
ligamentum atau tendon. Tumor sarkoma osteogenik terdiri dari tulang anyaman . tulang
lameral terdapat seluruh tubuh orang dewasa.tulang lameral tersusun dari lempengan-
lempengan yang sangat padat, dan bukan merupakan suatu massa kristal. Pola susunan
semacam ini melengkapi tulang dengan kekuatan yang besar.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari 3 jenis sel: osteoblas,
osteosid dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1
dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang
disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas
mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorbsi.
Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang. Vitamin D dalam jumlah
besar dapat menyebabkan absorbsi tulang seperti yang terlihat pada kadar hormon
paratiroid yang tinggi. Bila tidak ada vitamin D hormon paratiroid tidak akan
menyebabkan absorbsi tulang. Vitamin D dalam jumlah yang sedikit membantu kalsifikasi
tulang, antara lain dengan meningkatlan absorbsi kalsium dan fosfat oleh usus halus.(Price
dan Wilson: 1995)
D. KLASIFIKASI FRAKTUR
1. Menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar di bagi
menjadi 2 antara lain:
a) Fraktur tertutup (closed)
Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar,
disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur
tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma,
yaitu:
i. Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
ii. Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
iii. Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
iv. Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman
sindroma kompartement.
b) Fraktur terbuka (opened)
Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit yang memungkinkan /
potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai
ke tulang yang patah. Derajat patah tulang terbuka :
i. Derajat I
Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen minimal. ii. Derajat II Laserasi > 2
cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen jelas.
iii. Derajat III
Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.
2. Menurut derajat kerusakan tulang dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Patah tulang lengkap (Complete fraktur)
Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan yang lainya, atau garis fraktur
melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya berubak
tempat.
b) Patah tulang tidak lengkap ( Incomplete fraktur )
Bila antara oatahan tulang masih ada hubungan sebagian. Salah satu sisi patah yang lainya
biasanya hanya bengkok yang sering disebut green stick. Menurut Price dan Wilson
( 2006) kekuatan dan sudut dari tenaga fisik,keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur
lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak
melibatkan seluruh ketebalan tulang.
3. Menurut bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma ada 5 yaitu:
a) Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya malintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung.
b) Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi juga.
c) Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya sepiral yang di sebabkan oleh trauma
rotasi.
d) Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
tulang kea rah permukaan lain.
e) Fraktur Afulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.
4. Menurut jumlah garis patahan ada 3 antara lain:
a) Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
b) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
c) Fraktur Multiple : fraktur diman garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama. (Mansjoer: 2000)
E. PATOFISIOLOGI
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka
bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di
kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel- sel darah putih
dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut
aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus.
Bekuan fibrin direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf
yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani dapat menurunkan asupan
darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol
pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan
berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot.
Komplikasi ini di namakan sindrom compartment (Brunner dan Suddarth, 2002).
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak
seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur
tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament dan
pembuluh darah ( Smeltzer dan Bare, 2001). Pasien yang harus imobilisasi setelah patah
tulang akan menderita komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan,
hilangnya kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh di
imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan kemampuan prawatan diri.
Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen- fragmen tulang di
pertahankan dengan pen, sekrup, plat, paku. Namun pembedahan meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan
lunak dan struktur yang seluruhnya tidak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau
mengalami kerusakan selama tindakan operasi (Price dan Wilson: 1995).