BAB IPENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANGPraktek keperawatan profesional yang
diterapkan di rumah sakit diharapkan dapat memperbaiki asuhan
keperawatan yang diberikan untuk pasien dimana lebih diutamakan
pelayanan yang bersifat interaksi antar individu. Pernyataan
tersebut juga sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan keperawatan
profesional yaitu memiliki otonomi, bertanggung jawab dan
bertanggung gugat (accountability), menggunakan metode ilmiah,
berdasarkan standar praktik dan kode etik profesi, dan mempunyai
aspek legal. MPKP merupakan suatu praktek keperawatan yang sesuai
dengan kaidah ilmu menejemen modern dimana kaidah yang dianut dalam
pengelolaan pelayanan keperawatan di ruang MPKP adalah pendekatan
yang dimulai dengan perencanaan. Perencanaan di ruang MPKP adalah
kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh personil (perawat)
ruang MPKP mulai dari kepala ruang, ketua tim dan anggota tim
(perawat asosiet). Dalam menerapkan praktek keperawatan profesional
karena bisa memberikan asuhan keperawatan yang terbaik kepada klien
namun karena berbagai kendala terutama reward yang belum didapatkan
dan dirasakan oleh perawat MPKP maka menjadikan motivasi dari
perawat menurun dan tidak bersemangat dalam menerapkan
MPKP.Pelayanan keperawatan yang diberikan di ruang MPKP memiliki
pedoman dan dasar yang dapat dipertanggungjawabkan bukan atas dasar
kehendak perawat sendiri dimana pelayanan yang diberikan
disesuaikan dengan masalah pasien sehingga asuhan keperawatan yang
diberikan dapat efektif dan efisien sesuai sasaran masalah yang
terjadi pada pasien. Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien
yaitu meliputi pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual jadi meliputi
segala aspek kehidupan dari pasien tersebut baik dari kesehatan
fisik/jasmaninya, pikirannya, interaksi sosialnya maupun
keagamaannya.Peningkatan mutu pelayanan keperawatan pada klien
secara profesional dapat membantu klien dalam mengatasi masalah
keperawatan yang dihadapi. Salah satu bentuk penataan sistem
pemberian pelayanan keperawatan adalah melalui pengembangan model
praktik keperawatan yang ilmiah dan sering disebut sebagai model
praktik keperawatan profesional (MPKP), (Sitorus, R &
Nurachmah, 2005). Salah satu metode yang diterapkan pada MPKP
adalah dengan memperhatikan seluruh kebutuhan maupun keluhan yang
dirasakan klien kemudian mendiskusikannya dengan tim keperawatan
untuk merencanakan pemecahan masalahnya.Profesionalisme dalam
pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan
fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini
dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar
perawat, maupun antar perawat dengan tim kesehatan lain. Salah satu
bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan keefektivitasannya adalah
saat pergantian shift atau operan. Di dalam shift atau operan juga
terdapat conference untuk membicarakan permasalahan atau kondisi
yang terjadi kepada pasien selam shift sebelumnya. Conference
sendiri dilaksakan sebelum dan sesudah operan.Selain itu, pelayanan
keperawatan lain yang perlu dikembangkan adalah dengan ronde
keperawatan. Dimana ronde keperawatan merupakan sarana bagi perawat
baik perawat primer maupun perawat assosiate untuk membahas masalah
keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan klien dan
seluruh tim keperawatan termasuk konsultan keperawatan. Berdasarkan
hasil observasi didapatkan bahwa Di ruang Flamboyan pernah
dilakukan ronde keperawatan oleh mahasiswa praktek manajemen dari
institusi lain namun perawat di Ruang Flamboyan belum pernah
melakukan ronde keperawatan.Melalui ronde keperawatan perawat dapat
meningkatkan kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotor. Salah
satu tujuan dari kegiatan ronde keperawatan adalah meningkatkan
kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
1.2 RUMUSAN MASALAH1.2.1 Bagaimana peran perawat saat operan
keperawatan dilakukan ?1.2.2 Bagaimana peran perawat saat pre post
conference ?1.2.3 Bagaimana peran perawat saat ronde keperawatan
?
1.3 TUJUAN 1.3.1 Tujuan UmumMahasiswa mampu memahami operan, pre
post conference dan ronde dalam keperawatan dengan menggunakan
fungsi manajemen sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
kepada klien secara profesional
1.3.2 Tujuan Khusus1.3.2.1 Menjelaskan konsep operan, pre post
conference dan ronde dalam keperawatan1.3.2.2 Menjelaskan tujuan
operan, pre post conference dan ronde dalam keperawatan1.3.2.3
Menejlaskan manfaat operan, pre post conference dan ronde dalam
keperawatan1.3.2.4 Menjelaskan alur atau pedoman pelaksanaan
operan, pre post conference dan ronde dalam keperawatan1.3.2.5
Menjelaskan evaluasi atau hasil yang diharapkan setelah melakukan
operan, pre post conference dan ronde dalam keperawatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 OPERAN KEPERAWATAN1. Pengertian operan jagaOperan jaga
adalah cara untuk menyampaikan dan menerima laporan yang berkaitan
tentang informasi tentang pasien. Dilaksanakan dengan seefektif
mungkin dengan singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, kolaboratif yang sudah dan belum dilakukan serta
perkembangan pasien pada saat itu. Informasi yang disampaikan harus
akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan
dengan sempurna (Nursalam, 2012).Operan adalah komunikasi yang
terjadi diantara dua shift keperawatan yang secara spesifik
bertujuan untuk memberikan informasi seputar kondisi pasien yang
sedang dalam perawatan. Pada banyak Rumah Sakit, operan dilakukan
sebanyak 3 kali sehari dan dianggap penting untuk menjaga
kontinuitas dan kualitas perawatan yang pasien terima
(Lamond,2000).Menurut STEPPS (2006, Friesen et all, 2008) operan
jaga mempunyai banyak istilah antara lain handover, handoff,
sign-over, cross-coverage dan shift report, tetapi semuannya
memiliki makna sama yaitu transfer informasi (bersama antara
perawat yang digantikan dengan yang mengantikan) selama pergantian,
proses operan jaga memberikan kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan, mengklarifikasi dan mengkonfirmasi semua informasi
tentang pasien.Informasi yang dikomunikasikan dalam operan meliputi
nama pasien, umur, diagnosis (Sherlock,1995), pergerakan pasien,
eliminasi, medikasi dan terapi medis (Lamond,2000). Rata rata lama
operan untuk masing masing shift adalah : dari shift malam ke shift
pagi 21 menit, dari shift pagi ke shift sore 42 menit dan dari
shift sore ke shift malam adalah 38 menit (Lamond, 2000).
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi operan jagaYuliyanto (2005,
Yuliastuti 2009) menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan dengan
operan jaga perawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung yaitu
jenis kelamin menunjukkan kecenderungan yang nyata dimana
kebanyakan perawat perempuan melaksanakan operan pasien dengan
baik, jadi lebih banyak perempuan yang menerapkan operan dengan
baik dibandingkan laki-laki, tingkat pendidikan yang semakin tinggi
akan melaksanakan operan jaga dengan baik, dukungan pimpinan yang
baik maka akan menghasilkan operan jaga yang baik, pengetahuan dan
sikap yang baik akan meningkatkan pelaksanaan operan jaga dengan
baik, ketersediaan protap akan meningkatkan pelaksaan operan dengan
baik serta dukungan teman sejawat yang baik akan meningkatkan
operan jaga dengan baik. Faktor yang terkuat dari enam faktor ada
empat yaitu jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan ketersediaan
protap.Penelitian Yuliastuti (2009) menyebutkan hal yang berlawanan
dengan penelitian yuliyanto (2005) yang menjelaskan tidak ada
hubungan yang bermakna antara karakteristik responden dengan
pelaksanaan operan jaga yaitu jenis kelamin, pendidikan,
ditambahkan lagi perawat yang pernah mendapatkan pelatihan operan
jaga, usia, status perkawinan, masa kerja dan umur. Faktor yang
mempengaruhi lainnya menurut Riesenberg, et al. (2010) dalam
penelitiannya menyebutkan hambatan yang dialami perawat dalam
melaksanakan operan jaga adalah hambatan komunikasi yaitu
ketidakpahaman perawat terhadap informasi yang seharusnya
disampaikan, kurangnya pendidikan, tidak adanya standar, kurangnya
pelatihan terkait operan jaga dan faktor manusia dinama emosi
seseorang akan mempengaruhi perilaku.
1. Tujuan operan jagaOperan jaga dalam tatanan pelayanan
kesehatan dan pelayanan keperawatan mempunyai mempunyai tujuan
utama yaitu memberikan informasi yang akurat mengenai pengobatan,
perawatan, pelayanan pasiean, kondisi terkini pasien, perubahan
yang sedang terjadi dan perubahan yang dapat diantisipasi (Cahyono,
2008). Friesen et all (2008) menambahkaan tujuan dilakukan operan
jaga adalah dalam upaya memberikan perawatan yang berkelanjutan dan
meningkatkan keselamatan pasien salah satunya dalam pemberian obat
selama perawatanMenurut Nursalam (2012) tujuan umum operan adalah
mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi
penting. Sedangkan tujuan khususnya adalah: Menyampaikan masalah,
kondisi, dan keadaan klien (data fokus). Menyampaikan hal-hal yang
sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada klien.
Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
1. Tipe operan pasienPelayanan keperawatan merupakan pelayanan
yang kompleks sehingga aktivitas operan pasien dalam pelayanan
kesehatan memiliki berbagai bentuk yang saling berhubungan dengan
tujuan meningkatkan keselamatan pasien yang akan didapat selama
dalam perawatan. Joint Commission Resources atau JCS (2007);
Cahyono (2008) menyebutkan Beberapa tipe operan pasien antara lain
:1. On call responsibility merupakan operan dalam bentuk
pertanggungjawaban terhadap informasi melalui telepon atau
informasi lisan.1. Critical report yaitu bentuk pencatatan dari
informasi hasil pemeriksaan penunjang, seperti catatan
laboratorium.1. Hospital to community handover yaitu bentuk operan
dari fasilitas pelayanan rumah sakit ke rumah atau fasilitas
pelayanan kesehatan di masyarakat.1. Perpindahan pasien pada
tingkat perawatan merupakan bentuk operan yang ditujukan pada
perpindahan pasien dari suatu level perawatan ke level perawatan
lainnya.1. Nursing shift merupakan bentuk operan yang berhubungan
dengan pergantian shift dalam pelayanan keperawatan seperti
pergantian dari dinas pagi ke dinas sore.1. Other transition in
care yang merupakan perpindahan dalam kegiatan pelayanan yang
bersifat sementara seperti ke pemeriksaan radiologi, fisiotherapy
atau ruang operasi.
Tahap dan kegiatan dari
operanTAHAPKEGIATANWAKTUTEMPATPELAKSA-NA
Persiapan 1. Operan dilaksanakan setiap pergantian shift1.
Prinsip operan terutama pada pasien baru masuk dan pasien yang
dilakukan operan kususnya pasien yang memiliki permasalahan yang
belum/dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih
lanjut.1. PP menyampaikan operan pada PP berikutnya. Hal yang perlu
disampaikan: Jumlah pasien; Identitas klien dan diagnosa medis Data
objektif subjektif Masalah keperawatan yang masih muncul Intervensi
yang sudah dan belum dilakukan Rencana umum dan persiapan yang
perlu dilakukan5 menitNurse stationPP dan PA
Pelaksanaan1. Kedua kelompok shift sudah siap1. Kelompok yang
akan bertugas menyiapkan buku catatan1. Karu membuka acara operan1.
Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan validasi mengenai hal yang dirasa kurang jelas1. Karu
atau PP menanyakan kebutuhan dasar pasien1. Penyampaian yang jelas,
singkat, padat1. Perawat yang melaksanakan operan mengkaji secara
penuh terhadap masalah keperawatan, kebutuhan dan tindakan yang
belum/sudah dilaksanakan1. Hal yang sifatnya khusus dan memerlukan
perincian yang matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk
kemudian diserah terimakan pada petugas berikunya1. Lama operan
tiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus.20
menitNers stationKaru, PP dan PA
Post Operan1. Diskusi1. Pelaporan untuk operan dituliskan secara
langsung pada format operan yang ditandatangani PP diketahui oleh
Karu1. Ditutup oleh Karu5 menitNurse stationKaru, PP, PA
Hal-hal yang perlu diperhatikan: 1. Dilaksanakan tepat pada saat
pergantian shift. 2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung
jawab atau penanggung 3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan
yang akan dinas 4. Informasi yang disampaikan harus akurat,
singkat, sistematis, dan menggambarkan kondisi pasien saat ini
serta menjaga kerahasiaan pasien. 5. operan harus berorientasi pada
permasalahan pasien. 6. Pada saat operan di kamar pasien,
menggunakan volume yang cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak
mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap
rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat klien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station (Nursalam, 2012)
Skema 1. Alur pelaksanaan operan jaga perawatPasien
Diagnosis medis dan masalah kolaboratifDiagnosis
keperawatan(didukung oleh data subjektif dan objektif)TindakanTelah
dilakukanBelum dilakukanPerkembangan (keadaan pasien)Masalah:1.
Teratasi1. Belum teratasi1. Teratasi sebagian1. Muncul masalah
baru
1. Evaluasi1. StrukturPada operan, sarana dan prasarana yang
menunjang telah tersedia antara lain : catatan operan, status
klien, dan kelompok sift operan. Kepala ruang selalu memimpin
kegiatan operan yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu malam
ke pagi, pagi ke sore. Kegiatan operan pada shift sore ke malam di
pimpin perawat primer yang bertugas saat itu.1. ProsesProses operan
dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh sluruh perawat
yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer
mengoperkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift.
Operan pertama dilakukan di nurse station kemudian ke ruang
perawatan pasien dan kembali lagi ke nurse station. Isi operan
mencakup jumlah pasien, diagnosis keperawatan, intervensi yang
belum atau sudah dilakukan. Setiap pasien tidak lebih dari lima
menit saat klarifikasi ke pasien.1. Hasil Operan dapat dilaksanakan
tiap pergantian shift. Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan
pasien. Komunikasi antar perawat berjalan baik.2.2 PRE POST
CONFERENCE2.2.1 Konsep Pre Post ConferenceConference adalah diskusi
kelompok tentang beberapa aspek klinik dan kegiatan konsultasi.
Conference dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien.Conference merupakan pertemuan tim yang
dilakukan setiap hari. Conference dilakukan sebelum atau setelah
melalukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas
perawatan pelaksanaan. Conference sebaiknya dilakukan di tempat
tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.Pre
conference merupakan komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shif tersebut yang
dipimpin oleh ketua tim ketua penanggung jawab tim. Jika yang dinas
pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan.
Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian),
dan tambahan rencana dari katim dan penaggung jawab (MPKP,
2006).Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shif dan sebelum shif berikutnya.
Isi post conference adalah hasil askep tiap perawat dan hal penting
untuk overan (tindak lanjut). Post conference di pimpin oleh katim
atau penaggung jawab tim (Modul MPKP, 2006).
2.2.2 Tujuan Pre Post Conference2.2.2.1 Tujuan UmumSecara umum
tujuan dari conference adalah unutk menganalisa masalah-masalah
secara kritis dan menjabarkan alternative penyelesaian masalah,
mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi
masukan unutk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat
meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan
merupakan cara efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (
McKeachie, 1962).Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian
asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan,
kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan ( T.M. Marelli, et.
Al, 1997).2.2.2.2 Tujuan Pre Conference1. Membantu untuk
mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan dan
merencanakan evaluasi hasil.2. Mempersiapkan hal-hal yang akan
ditemui di lapangan.3. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi
tentang keadaan pasien.2.2.2.3 Tujuan Post ConferenceUntuk
memberikan kesempatan, mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalh yang di jumpai.
2.2.3 Waktu Pelaksanaan Pre Post Conference2.2.3.1 Pre
ConferenceWaktu: Setelah overanTempat : Meja / Nurse StationPj:
Kepala tim atau penanggung jawab timKegiatan:1. Kepala tim atau
penanggung jawab tim membuka acara.2. Kepala tim atau penaggung
jawab tim menanyakan rencana harian masing-masing perawat
pelaksana.3. Kepala tim atau penaggung jawab tim memberikan masukan
dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat
ini.4. Kepala tim atau penaggung jawab tim membersihkan
reinforcement.5. Kepala tim atau penaggung jawab tim menutup
acara.2.2.3.2 Post ConferenceWaktu: Sebelum overran ke dinas
berikutnyaTempat: Meja / Nurse StationPj: Kepala tim atau penaggung
jawab timKegiatan :1. Kepala tim atau penaggung jawab tim membuka
acara.2. Kepala tim atau penanggung jawab tim menayakan kendala
asuhan yang telah diberikan.3. Kepala tim atau penaggung jawab tim
menanyakan tindakan lanjutan tentang keadaaan pasien, perencanaan
tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan.4. Yang
terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim.
2.2.4 Syarat Pelaksanaan Pre Post Conference2.2.4.1 Kepala tim
atau penaggung jawab tim membuka acara.2.2.4.2 Kepala tim atau
penanggung jawab tim menayakan kendala asuhan yang telah
diberikan.2.2.4.3 Kepala tim atau penaggung jawab tim menanyakan
tindakan lanjutan tentang keadaaan pasien, perencanaan tindakan
rencana dan data-data yang perlu ditambahkan.2.2.4.4 Yang terlibat
dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim.
2.2.5 Pedoman Pelaksanaan Pre Post Conference2.2.5.1 Sebelum
dimulai, tujuan conference harus dijelaskan.2.2.5.2 Diskusi harus
mencerminkan proses dan dinamika kelompok.2.2.5.3 Pemimpin
mempunyai peran untuk menjaga focus diskusi tanpa mendominasi dan
member umpan balik.2.2.5.4 Pemimpin harus merencanakan topic yang
penting secara periodik2.2.5.5 Ciptakan suasana diskusi yang
mendukung peran serta, keinginan mengambil tanggung jawab dan
menerima pendekatan serta pendapat yang berbeda2.2.5.6 Ruang
diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi2.2.5.7
Pada saat menyimpulkan conference ringkasan diberikan oleh pemimpin
dan kesesuaiannya dengan situasi lapangan
2.3 RONDE KEPERAWATAN 2.3.1 Konsep Ronde KeperawatanRonde
keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan
pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan
(Nursalam, 2002).
2.3.2 Tujuan Ronde Keperawatan2.3.2.1 Tujuan UmumMenyelesaikan
masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.2.3.2.2 Tujuan
KhususSetelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu :1.
Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan
masalah keperawatan klien.2. Memberikan tindakan yang berorientasi
pada masalah keperawatan klien3. Meningkatkan kemampuan validitas
data klien4. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa
keperawatan5. Meningkatkan kemampuan justifikasi6. Meningkatkan
kemampuan menilai hasil kerja
2.3.3 Manfaat Ronde KeperawatanManfaat dari Ronde Keperawatan
adalah sebagai berikut :2.3.3.1 Masalah pasien dapat teratasi
2.3.3.2 Kebutuhan pasien dapat terpenuhi2.3.3.3 Terciptanya
komunitas perawatan yang profesional2.3.3.4 Terjalinnya kerjasama
antar tim kesehatan2.3.3.5 Perawat dapat melaksanakan model
keperawatan dengan tepat dan benar
2.3.4 Kriteria Pasien untuk Ronde KeperawatanPasien yang dipilih
untuk yang dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki
kriteria sebagai berikut :2.3.4.1 Mempunyai masalah keperawatan
yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan
keperawatan.2.3.4.2 Pasien dengan kasus baru atau langka.
2.3.5 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan
PPvalidasi dataPenetapan PasienPersiapan Pasien : Inform
Concernt Hasil Pengkajian/ Validasi dataKesimpulan dan rekomendasi
solusi masalahPenyajianMasalahLanjutan-diskusi di Nurse
StationDiskusi PP-PP, Konselor,KARUTAHAP RONDE PADA BED KLIENTAHAP
PRA RONDETAHAP PASCA RONDETAHAP PELAKSANAAN DI NURSE STATION Apa
diagnosis keperawatan? Apa data yang mendukung? Bagaimana
intervensi yang sudah dilakukan? Apa hambatan yang ditemukan?
2.3.6 Hasil yang Diharapkan dari Ronde Keperawatan2.3.6.1
Struktur1. Persyaratan administratif (informed consent, alat,
dll)2. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan3. Persiapan dilakukan sebelumnya2.3.6.2 Proses1.
Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir2. Seluruh peserta
berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan2.3.6.3 Hasil 1. Pasien merasa puas dengan hasil
pelayanan2. Masalah pasien dapat teratasi3. Perawat dapat :a.
Menumbuhkan cara berfikir yang kritisb. Meningkatkan cara berfikir
yang sistematisc. Meningkatkan kemampuan validitas data pasiend.
Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatane.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien.
BAB IIIPEMBAHASAN
3.1 OPERAN KEPERAWATAN3.1.1 Peran Perawat secara Spesifik saat
Operan KeperawatanKaru : Memimpin dan membuka acara yang didahului
dengan doa dan kemudian mempersilahkan PP dinas sebelumnya untuk
melaporkan keadaan pasien selama bertugas kepada PP yang akan
berdinas selanjutnyaPerawat Primer dan perawat pelaksana :
Memberikan klarifikasi keluhan, intervensi keperawatan yang sudah
dan belum dilaksanakan, intervensi kolaboratif dan independen,
rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan serta hal yang
belum jelas atas laporan yang telah disampaikan. Setelah operan,
perawat primer menandatangani laporan operan dengan diketahui oleh
karu
3.2 PRE POST CONFERENCEAplikasi Pre Post conference sudah
dilaksanakan di sebagian rumah sakit di Indonesia. Namun, bagi
beberapa rumah sakit, hal tersebut belum dapat dilakukan. Seperti
di RSUD Blambangan Banyuwangi, selama menjalankan MPKP, pre post
conference belum dilaksanakan. Kendalanya adalah keterbatasan
tenaga perawat, sarana, dan prasarana. Dalam suatu penelitian yang
dilakukan oleh Ahmad Sigit Di RSUD Blambangan Banyuwangi diterapkan
kegiatan MPKP jiwa yaitu operan, pre post conference, iklim
motivasi, supervisi, delegasi dengan memberikan metode pelatihan,
pembimbingan, dan pendampingan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kepuasan kerja perawat. Perawat yang bekerja di institusi yang
menerapkan sistem MPKP kepuasan kerjanya terpenuhi karena adanya
kontinuitas perawatan,lebih bertanggungjawab, lebih memiliki
akuntabilitas terhadap pasien, dan meningkatkan kemampuan
komunikasi. Iklim motivasi kerja sangat dipengaruhi oleh kepala
ruangan dalam menciptakan kepuasan kerja. Kepuasan kerja dapat
dicapai seiring dengan peningkatan kemampuan pendelegasian.Hasil
penelitian adalah peningkatan kepuasan kerja perawat pelaksana yang
mendapat pengarahan dari kepala ruang dan kepala tim yang dilatih
fungsi pengarahan lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan
kepuasan kerja perawat pelaksana yang mendapat pengarahan dari
kepala ruang dan ketua tim yang tidak dilatih fungsi pengarahan.
Fungsi pengarahan bila dilaksanakan secara konsisten oleh kepala
ruang dan ketua tim, berpeluang meningkatkan kepuasan kerja.
3.2.1 Peran Perawat secara Spesifik saat Pre Post
ConferenceAdapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah
sebagai berikut : (ratna sitorus, 2006)1. Konferensi dilakukan
setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau
sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana1. Konferensi dihadiri
oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing masing1.
Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil
evaluasi dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam1.
Hal-hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi:1. Utama
klien1. Keluhan klien1. TTV dan kesadaran1. Hasil pemeriksaan
laboratorium dan diagnostic terbaru1. Masalah keperawatan1. Rencana
keperawatan hari ini1. Perubahan keadaan terapi medis1. Rencana
medis1. Perawat pelaksana mendiskusikan dan mengarahkan perawat
asosiet tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang
meluputi :1. Klien yang terkait dengan pelayanan seperti :
keterlambatan ,kesalahan, pemberian makan, kebisikan pengunjung
lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan1. Keteapan pemberian
infuse1. Ketetapan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan1.
Ketetapan pemberian obat/ injeksi1. Ketetapan pelaksanaan tindakan
lain1. Ketetapan dokumentasi1. Mengiatkan kembali standar prosedur
yang ditetapkan1. Mengiatkan kembali tentang
kedisiplinan,ketelitian,kejujuran dan kemajuan masing-masing
perawatan asosiet1. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan
masalah yang tidak dapat diselesaikan
3.3 RONDE KEPERAWATAN3.3.1 Peran Perawat secara Spesifik saat
Ronde Keperawatana. Peran perawat primer dan perawat assosiate
Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien. Menjelaskan
diagnosis keperawatan. Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
Menjelaskan hasil yang didapat Menjelaskan rasional (alasan ilmiah)
tindakan yang diambil Menggali masalah-masalah pasien yang belum
terkajib. Peran perawat konselor Memberikan justifikasi Memberikan
reinforcement Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi
keperawatan serta rasional tindakan Mengarahkan dan koreksi
Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
3.4 Aplikasi Kasus
BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN0. Operan merupakan penyampaian dan penerimaan
laporan yang berkaitan dengan pasien antara dua shift dengan tujuan
penyampaian diantaranya tindakan mandiri perawat yang sudah
dilakukan, tindakan kolaboratif serta perkembangan pasien. Operan
dilakukan secara efektif dan biasanya dilaksanakan 3 kali dalam
sehari dengan rata-rata estimasi waktu yang berbeda setiap shift
dan dipengaruhi oleh beberapa faktor.0. Pre-post conference
merupakan pertemuan tim atau diskusi kelompok yang dilakukan
sebelum atau setelah melakukan operan dinas pagi, sore atau malam.
Conference biasany dilakukan di suatu tempat khusus yang dimpimpin
oleh ketua tim. Preconference dilakukan setelah operan untuk
rencana kegiatan shift selanjutnya, post conference tentang hasil
kegiatan sepanjang shift. Tujuannya adalah untuk menganalisa
masalah dan menjabarkan alternatif penyelesainnya.0. Ronde
keperawatan merupakan kegiatan dengan tujuan mengatasi masalah
keperawatan dengan melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Ronde keperawatan memiliki tujuan
untuk menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir
kritis.4.2 SARANTindakan keperawatan berupa operan, pre-post
conference dan ronde keperawatan sangat berperan penting dalam
keberlangsungan kualitas pelayanan dan keberlangsungan kesehatan
dari pasien. Oleh karena itu, akan lebih baik jika seluruh rumah
sakit melakukan kegiatan tersebut dan dilakukan sesuai dengan
prosedur yang benar agar kualitas perawatan dapat terjaga
stabilitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin.2001. Dasar-dasar keperawatan professional. Jakarta
: widya MedikaCahyono. (2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien
dalam Praktek Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius.Friesen, A.M.,
White, V. S., & Byers, F.J. (2008). Handoffs : Implications For
Nurses. Dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2649/. Diperoleh
27 Februari 2014Joint Commission Resources. 2007. Improving
hand-off communication. Ed: Pillow M. JCR:U.S.A.
http://store.jointcommissioninternational.org/assets/1/14/VNM10_Sample_Pages.pdf.
Diperoleh 27 Februari 2014Lamond, Dawn. (2000). The Information
Content of the Nurse Change of Shift Report. Journal of Advance
Nursing.
http://www.york.ac.uk/res/dec/resources/papers/JAN2000.pdf.
Diperoleh 27 Februari 2014Nursalam .2002.Manajemen keperawatan :
aplikasi dalam praktek keperawatan professional. Jakarta:salemba
medikaNursalam. (2012). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam
Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba
Medika.Riesenberg, A, L., Leitzsch, J., & Cunningham, M.
(2010). Nursing handoffs : A systemic review of the literature :
surprisingly little is known about what constitutes best practice.
American Journal of Nursing, 110(4), 24-34.Yuliastuti, K. 2009.
Penerapan problem solving for better health (PSBH) untuk
mengembangkan proaktifitas perawat dalam melaksanakan operan pasien
di RSUD Tugurejo Semarang. Bogor: Program Pascasarjana Magister
Ilmu Keperawatan. (Dipublikasikan).