PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIBUDAYA dan SCIENCE FOR ALL MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran yang dibimbing oleh Drs. Pudyo Susanto, M.Pd. Oleh MERRY CHRISTIANI 130351603600 Kls A / Off A UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Desember 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIBUDAYA
dan
SCIENCE FOR ALL
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Belajar dan Pembelajaran
yang dibimbing oleh Drs. Pudyo Susanto, M.Pd.
Oleh
MERRY CHRISTIANI
130351603600
Kls A / Off A
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Desember 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Untuk mengatasi berbagai konflik horizontal, pendidikan berperan
membentuk pandangan siswa mengenai kehidupan dan meningkatkan
penghargaan terhadap keberagaman. Pendidikan multikultural di Indonesia
menghadapi tiga tantangan mendasar.
Pertama, fenomena homogenisasi terjadi dalam dunia pendidikan akibat
tarik ulur antara keunggulan dan keterjangkauan. Para siswa terkelompokkan
dalam sekolah-sekolah sesuai latar belakang sosio-ekonomi, agama, dan etnisitas.
Tiap hari anak-anak bergaul dan berinteraksi hanya dengan teman segolongan.
Jika interaksi di luar sekolah juga demikian, pengalaman anak-anak untuk
memahami dan menghargai perbedaan menjadi amat langka.
Tantangan kedua dalam pendidikan multikultural adalah Science for all.
Penelitian saya atas Science for all menganalisis bahwa dalam sekolah SMP
Laboratorium UM menjalankan program sekolah Inklusif sehingga siswa yang
berkebutuhan khusus seperti penyandang autis dan tuna rungu dapat bersekolah
bersama siswa normal lainnya. Siswa yang kurang mampu pun dapat bersekolah
dengan adanya bantuan dana BOS dari pemerintah.
Pendidikan multibudaya, pada hakekatnya merupakan kelas berisi siswa
dengan beragam etnis, bahasa, sosial, gender, maupun kepandaian; kesadaran
bahwa di benua lain (selain Eropa) ada metode Ilmiah lain dan temuan Sains
lainnya; pendidikan Sains masa kini adalah “Science Teaching for All Children”.
Model pembelajarannya mengangkat isu sains kontekstual/ STS; Hands-on
activity (siswanya belajar langsung dengan pengalaman langsung); Inquiry-based
Learning Experince; Cooperative learning. Namun pembelajaran ini sulit
diterapkan karena sulitnya komunikasi antara pendidik dengan peserta didik
terutama peserta didik yang berkebutuhan khusus.
Komunikasi adalah sarana yang dapat mempermudah interaksi antar
manusia di seluruh dunia. Sekarang ini komunikasi dan pendidikan merupakan
bagian yang penting dan tidak terpisahkan dalam perkembangan sains dan
teknologi. Pendidikan sebagai upaya untuk membantu manusia mencapai realitas
diri dengan mengoptimalkan semua potensi kemanusiaan. Kecendrungan ke masa
yang akan datang adalah pendidikan untuk semua.
(Educational for All) yang tidak diskriminatif. Sesuai dengan Undang-
undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang
mengamanatkan agar setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan (Depdiknas, 2003: 1), artinya tidak ada diskriminasi
perlakuan pendidikan termasuk bagi anak penyandang ketunaan (tunanetra,
tunarungu, tunagrahita, tunadaksa dan tunalaras) dan anak yang berkesulitan
belajar, seperti kesulitan membaca, menulis dan berhitung. Proses belajar
bertujuan untuk mencapai perubahan tingkah laku dan mengoptimalkan potensi
diri masing-masing anak.
Sekolah sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap pendidikan
anak, diharapkan mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut
dalam diri anak, sehingga mampu mengatasi kesulitan dalam belajar IPA. Saat ini
di Kota Malang ada beberapa sekolah inklusif yang menerima anak berkebutuhan
khusus, salah satunya adalah SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang.
Sekolah ini menerima seorang anak tuna rungu dan lainnya anak autis dengan
ragam yang berbeda. Sekolah ini baru 4 tahun menjadi sekolah inklusif dan telah
meluluskan satu siswa penyandang autis.
Autisme adalah kombinasi dari beberapa kelainan perkembangan otak.
Masalah yang dihadapi anak autis antara lain : masalah komunikasi, sosialisasi,
kelainan pengindraan, bermain dan perilaku. Kondisi anak autis yang mengalami
masalah perkembangan kompleks sangat membutuhkan penanganan khusus
dalam pembelajaran IPA dan kesehariannya.
Menurut Lerner (Mulyono Abdurrahman, 2003: 227) adalah kesulitan
tentang symbol, nilai tempat, perhitungan, penggunaan media yang keliru dan
tulisan yang tidak terbaca, benda-benda konkrit di sekitar siswa atau penggunaan
media pembelajaran.
SMP Laboratorium UM dalam pembelajaran IPA, anak dikenalkan dengan
cara demonstrasi bila dirasa materi yang diajarkan terlalu rumit untuk siswa,
dengan sistem satu guru untuk banyak siswa. Untuk siswa autis yang sulit
berkomunikasi, menggunakan shadow untuk membantunya belajar. Untuk siswa
tuna rungu menggunakan alat bantu pendengaran untuk belajarnya.
Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pembelajaran berbasis multibudaya dan Science for All di SMP
Laboratorium UM terutama pada siswa berkebutuhan khusus.
1.2.Rumusan Masalah
1) Apa pengertian pembelajaran multibudaya ?
2) Apa pengertian, penyebab, dan karakteristik autis ?
3) Bagaimana perlakuan terhadap anak autis ?
4) Bagaimana pendekatan pembelajaran bagi anak autis ?
5) Bagaimana model pelayanan pendidikan bagi anak autis ?
6) Bagaimana pelaksanaan kegiatan belajar mengajar anak autis ?
7) Bagaimana hambatan proses belajar mengajar dan solusinya ?
1.3.Tujuan
1) Mengetahui pengertian pembelajaran multibudaya
2) Mengetahui pengertian, penyebab, dan karakteristik autis
3) Mengetahui perlakuan terhadap anak autis
4) Mengetahui pendekatan pembelajaran bagi anak autis
5) Mengetahui model pelayanan pendidikan bagi anak autis
6) Mengetahui pelaksanaan kegiatan belajar mengajar anak autis
7) Mengetahui hambatan proses belajar mengajar dan solusinya
BAB II
ISI
2.1. Pengertian Pembelajaran Multibudaya
Pembelajaran adalah usaha dan proses untuk menjadikan siswa belajar
aktif dan efektif atau meningkatkan keefektifan belajar. Pembelajaran, membuat
lingkungan/ menciptakan lingkungan sehingga membuat belajar menjadi efektif.
Multibudaya adalah terdiri dari banyak budaya yang berkumpul dalam suatu
waktu dan ruang yang sama. Pembelajaran multibudaya adalah usaha untuk
menjadikan siswa belajar aktif dan efektif belajar dimana siswa itu sendiri berasal
dari berbagai budaya yang berbeda.
Pendidikan multibudaya yang pada hakekatnya :
Kelas berisi siswa yang beragam etnis, bahasa, sosial, gender, maupun
kepandaian
Kesadaran bahwa di benua lain (selain Eropa) ada metode Ilmiah lain dan
temuan Sains lainnya
Pendidikan Sains masa kini adalah “Science Teaching for All Children”
Pendidikan multibudaya diusahakan pada sekolah-sekolah yang siswanya
multi-etnik.
Model Pembelajaran pada Pendidikan Multibudaya :
Mengangkat isu sains kontekstual/ STS
Hands-on activity (siswanya belajar langsung dengan pengalaman
langsung)
Inquiry-based Learning Experince
Cooperative learning
Dalam pembelajaran tidak terlepas dari keragaman budaya yang dimiliki
oleh peserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat, yaitu keragaman
dalam hal bahasa, etnis, cara hidup, nilai-nilai, dan adat istiadat yang berlaku
dalam masyarakat. Dalam pembelajaran tidak terlepas dari unsur kebudayaan,
karena:
1. kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks;
2. kebudayaan merupakan prestasi manusia yang material;
3. kebudayaan dapat berbentuk fisik;
4. kebudayaan dapat berbentuk perilaku;
5. kebudayaan merupakan realitas yang objektif;
6. kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia yang terasing.
Berdasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang beragam kompleks dan
terintegrasi, dalma proses pembelajaran harus menggunakan multi disipliner,