BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila taraf hidup masyarakat meningkat, ditambah dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka dapat memberikan dampak yang sangat luas bagi masyarakat. Dampak yang timbul antara lain angka kejangkitan dan kematian penyakit-penyakit infeksi menurun, sedangkan insidensi penyakit lain (misalnya kardiovaskuler) meningkat. Dampak lainnya ialah usaha harapan hidup menjadi lebih meninggi dan jumlah anggota masyarakat yang berusia lanjut lebih banyak (Mangunegoro, 1992). Dengan pertambahan umur, ditambah dengan adanya faktor-faktor lingkungan yang lain, terjadilah perubahan anatomik-fisiologik tubuh. Pada tingkat awal perubahan itu mungkin merupakan homeostasis martial, kemudian bisa timbul homeostasis abnormal atau reaksi adaptasi dan paling akhir terjadi kematian sel (Kumar et al, 1992). Salah satu organ tubuh yang mengalami perubahan anatomik-fisiologik akibat bertambahnya usia seseorang adalah sistem pernafasan. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apabila taraf hidup masyarakat meningkat, ditambah dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka dapat
memberikan dampak yang sangat luas bagi masyarakat. Dampak yang
timbul antara lain angka kejangkitan dan kematian penyakit-penyakit infeksi
menurun, sedangkan insidensi penyakit lain (misalnya kardiovaskuler)
meningkat. Dampak lainnya ialah usaha harapan hidup menjadi lebih
meninggi dan jumlah anggota masyarakat yang berusia lanjut lebih banyak
(Mangunegoro, 1992).
Dengan pertambahan umur, ditambah dengan adanya faktor-faktor
lingkungan yang lain, terjadilah perubahan anatomik-fisiologik tubuh. Pada
tingkat awal perubahan itu mungkin merupakan homeostasis martial,
kemudian bisa timbul homeostasis abnormal atau reaksi adaptasi dan paling
akhir terjadi kematian sel (Kumar et al, 1992).
Salah satu organ tubuh yang mengalami perubahan anatomik-
fisiologik akibat bertambahnya usia seseorang adalah sistem pernafasan.
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994).
Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat
timbul pula penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Umumnya,
penyakit-penyakit yang diderita kelompok usia lanjut merupakan kelanjutan
penyakit yang diderita sejak umur muda, akibat dari gejala sisa penyakit
yang pernah diderita sebelumnya, penyakit akibat kebiasaan- kebiasaan
tertentu di masa lalu (misalnya kebiasaan merokok, minum alkohol dan
sebagainya dan penyakit-penyakit yang mudah terjadi akibat usia lanjut.
1
Penyakit-penyakit paru yang diderita kelompok usia lanjutjuga mengikuti
pola penyebab atau kejadian tersebut (Mangunegoro, 1992).
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu untuk memahami
perubahan sistem pernafasan dan dampaknya pada lansia serta asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini antara lain, yaitu untuk
memahami :
a. Pengertian lansia.
b. Pengertian proses penuaan (proces ageing).
c. Fungsi normal dari sistem pernafasan pada manusia.
d. Perubahan struktur dan fungsi sistem pernafasan yang terjadi pada
lansia.
e. Perubahan psikososial dan spiritual yang dialami lansia akibat
adanya perubahan struktur dan fungsi sistem pernafasan.
f. Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada lansia dengan
masalah perubahan sistem pernafasan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Proses Penuaan Pada Sistem Pernafasan
2.1.1 Pengertian Proses Penuaan
Lanjut usia merupakan tahap akhir dari proses penuaan.
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa
tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan
keberhasilannya. Sedangkan menurut (Prayitno dalam Aryo (2002)
dalam buku Keperawatan Gerontik edisi 2) mengatakan bahwa
setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang
yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan
tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok kehidupannya
sehari-hari.
Pada Lansia, menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki dari atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang di derita (Nugroho, 2000 dalam buku
Keperawatan Gerontik edisi 2)
Pada orang orang sehat, perubahan anatomik fisiologik
tersebut merupakan bagian dari proses menua, Usia Ianjut bukanlah
merupakan penyakit, tetapi merupakan tahap lanjut dari suatu
kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh
untuk beradaptasi terhadap stres atau pengaruh lingkungan. Proses
menua melandasi berbagai kondisi yang terjadi pada usia lanjut
(Kumar et al, 1992. Di dalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi
Martono. 1999)
Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi
tubuh adalah disebabkan oleh proses menua dan bukan disebabkan
oleh penyakit yang menyertai proses menua, ada 4 kriteria yang
3
harus dipenuhi (Widjayakusumah, 1992. R Didalam buku R.Boedi-
Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999) :
1. Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifat
universal, artinya umum terjadi pada setiap orang.
2. Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti
perubahan fungsi sel dan jaringan disebabkan oleh penyimpangan
yang terjadi di dalam sel dan bukan oleh faktor luar.
3. Proses menua terjadi secara progresif, berkelanjutan, berangsur
Iambat dan tidak dapat berbalik lagi.
4. Proses menua bersifat proses kemunduran atau kerusakan (injury).
2.1.2 Fungsi Normal Sistem Pernafasan
Pernafasan (respirasi) merupakan peristiwa menghirup udara
dari luar yang mengandung O2 (oksigen) kedalam tubuh serta
menghembuskan CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi
keluar dari tubuh. Adapun guna pernafasan banyak sekali
diantaranya: mengambil O2 yang kemudian dibawa keseluruh tubuh
untuk mengadakan pembakaran, mengelurakan CO2 sebagai sisa dari
pembakaran karena tidak digunakan lagi oleh tubuh dan
menghangatkan dan melembabkan udara.
Saluran pernafasan mulai dari atas secara berturut-turut adalah :
a. Hidung (Nasal)
Merupakan saluran udara yang pertama, yang terdiri dari 2
kavum nasi, dipisah kan oleh septum nasi. Didalamnya terdapat
bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan
kotoran. Bagia luar terdiri dari kulit, lapisan tengah terdiri dari
otot-otot dan tulang rawan. Dasar dari rongga hidung dibentuk
oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung berhubungan
dengan sinus para nasalis. Adapun fungsi dari nasal ini sebagai
saluran udara pernafasan, penyaring udara pernafasan yang
dilakukan bulu-bulu hidung, dapat menghangatkan udara oleh
mukosa serta membunuh kuman yang masuk bersamaan dengan
4
udara pernapasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput
lendir (mukosa) atau hidung.
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan nafas dan
pencernaan. Terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang
rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Ke
atas berhubungan dengan rongga hidung dengan perantaraan
lubang (koana), kedepan berhubungan dengan rongga mulut.
Rongga faring terbagi atas tiga bagian: nasofaring, orofaring dan
laringofaring.
c. Laring
Laring merupakan lanjutan dari pharing yang terletak
didepan oesophagus. Bentuknya seperti kotak segi tiga dengan
sebelah samping mendatar dan didepan menonjol. Laring ini
dibentuk oleh tulang rawan yang dihubungkan oleh jaringan ikat,
pada laring terdapat selaput pita suara.
d. Trachea
Trachea merupakan lanjutan dari laring, dibentuk oleh
cincin tulang rawan yang berbentuk huruf C. Diantara tulang
rawan dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot polos yang
panjangnya 11,2 cm, lebarnya ± 2cm. Mulai dari bawah laring
segitiga vertebra thorakalis V dan akan bercabang menjadi
bronchus kiri dan kanan. Trachea juga dilapisi oleh selaput lendir
(mukosa) yang mempunyai epitel torak yang berbulu getar.
Permukaan mukosa ini selalu basah oleh karena adanya kelenjar
mukosa. Trachea berfungsi untuk menyaring debu-debu yang
halus dari udara pernafasan. Otot polos pada dinding trachea
dapat berkontraksi sehingga saluran akan menyempit sehingga
timbul sesak nafas.
e. Bronchus
Bronchus merupakan cabang trachea sehingga vertebra
thorakalis V yaitu terdiri dari bronchus kiri dan brochus kanan.
5
Bronchus ini dibentuk oleh cincin tulang rawan yang ukurannya
lebih kecil dari trachea yang dilapisi oleh selaput lendir.
Perbedaan bronchus kiri dan bronchus kanan adalah: bronchus
kiri lebih kecil, horizontal dan lebih panjang sedangkan bronchus
kanan lebih besar, vertikal dan lebih pendek.
f. Bronchiolus
Bronchiolus merupakan cabang dari bronchus yang mana
struktur sama dengan brochus hanya saja ukuran dan letaknya
berbeda. Bronchiolus sudah memasuki lobus paru-paru
sedangkan bronchus masih di luar paru-paru. Bronchiolus akan
bercabang lagi menjadi bronchiolus terminalis yang strukturnya
sama dengan Bronchiolus dan letaknya lebih dalam di jaringan
paru-paru. Diujungnya baru terdapat rongga udara yaitu alveolus
dan dinding dari alveolus merupakan jaringan paru-paru.
g. Paru-paru
Paru-paru (pulmo) terletak dalam rongga dada yang terdiri
dari paru kiri dan kanan, diantara paru kiri dan kanan terdapat
jantung, pembuluh darah besar trachea, bronchus dan esophagus.
Di sebelah depan, belakang dan lateral paru-paru berkontak
dengan dinding dada, sebelah bawah berkontak dengan
diafragma dan sebelah medial adalah tempat masuk bronchus
kiri, kanan dan tempat masuk pembuluh darah arteri dan vena
pulmonalis. Bentuk dari paru ini seperti kubah (segitiga) yang
puncaknya disebut apek pulmonum dan alasnya disebut basis
pulmonal.
Jaringan paru-paru ini bersifat elastis sehingga dapat
mengembang dan mengempis pada waktu bernafas. Didalam
paru-paru terdapat kantong-kantong udara (alveolus), alveolus ini
mempunyai dinding yang tipis sekali dan pada dindingnya
terdapat kapiler-kalpiler pembuluh darah yang halus sekali
dimana terjadi difusi oksigen dan CO2. Jumlah alveolus ini ± 700
juta banyaknya dengan diameter 100 micron. Luasnya
6
permukaan dari seluruh membran respirasi ini kalau direntang
adalah 90 m2 atau ± 100 kali luas tubuh, akan tetapi hanya 70 m2
yang dipergunakan untuk pernafasan selebihnya tidak
mengembang.
Setiap paru-paru dilapisi oleh membran serosa rangkap
dua yaitu pleura. Selaput ini merupakan jaringan ikat yang terdiri
dari dua lapisan yaitu pleura viseral yang langsung melengket
pada dinding paru-paru, masuk kedalam fisura dan memisahkan
lobus satu dengan yang lainnya, membran ini kemudian dilipat
kembali sebelah tampuk paru-paru dan membentuk pleura
parietalis dan melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura yang
melapisi iga-iga adalah pleura kostalis, bagian yang menutupi
diafragmatika dan bagian yang terletak dileher adalah pleura
servicalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat yang
disebut dengan membran supra renalis (fasia gison) dan diatas
membran ini terletak arteri subklavia.
Diantara kedua lapisan pleura ini terdapat eksudat untuk
melicinkan permukaannya dan menghindari gesekan antara paru-
paru dan dinding dada sewaktu bernafas. Dalam keadaan normal
kedua lapisan ini satu dengan yang lain erat bersentuhan. Ruang
atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata, tetapi
dalam keadaan tidak normal udara atau cairan akan memisahlkan
kedua pleura dan ruangan diantaranya akan menjadi lebih jelas.
Pernafasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen
dengan karbon dioksida yang terjadi pada paru-paru. Adapun
tujuan pernafasan adalah memenuhi kebutuhan jaringan terhadap
oksigen dan mengeluarkan sisa pembakaran berupa
karbondioksida dari jaringan.Pernafasan menyangkut dua proses:
1. Pernafasan luar (eksternal) adalah: Absorbsi O2 dari luar
masuk kedalam paru-paru dan pembuangan CO2 dari paru-
paru keluar.
7
2. Pernafasan dalam (internal) ialah: Proses transport O2 dari
paru-paru ke jaringan dan transport CO2 dari jaringan ke
paru-paru.
Pernafasan melalui paru-paru (internal), oksigen
diambil melalui mulut dan hidung pada saat pernafasan
dimana oksigen masuk melalui trachea sampai ke alveoli
berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli
memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus
membran diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung
dan dari jantung dipompakan keseluruh tubuh.
Sementara itu karbondioksida sebagai sisa metabolisme
dalam tubuh akan dipisahkan dari pembuluh darah yang telah
mengumpulkan karbondioksida itu dari seluruh tubuh
kedalam saluran nafas.
2.1.3 Perubahan Fungsi Dan Struktur Sistem Pernafasan Yang Terjadi
Pada Lansia
1. Perubahan Anatomik sistem pernafasan
Adapun bagian yang mengalami perubahan adalah:
a. Dinding dada: tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang-
tulang rawan mengalami osifikasi.
b. Otot-otot pernafasan: mengalami kelemahan akibat atrofi.
c. Saluran nafas: akibat kelemahan otot berkurangnya jaringan
elastis bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus
mengecil, cincin-cincin tulang rawan bronkus mengalami
pengapuran.
d. Struktur jaringan parenkim paru: bronkiolus, duktus
alveolaris dan alveolus membesar secara progeseif terjadi
emfisema senilis.
8
Sedangkan menurut Stanley, 2006 dalam buku Fisiologi
Manusia dan Mekanisme Penyakit, mengatakan bahwa
perubahan anatomi yang terjadi pada sistem respiratory akibat
penuaan sebagai berikut:
a) Paru-paru kecil dan kendur.
b) Hilangnya recoil elastic.
c) Pembesaran alveoli.
d) Penurunan kapasitas vital: penurunan PaO2 dan residu.
e) Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi.
f) Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi
pengembangan.
g) Hilangnya tonus otot thoraks, kelemahan kenaikan dasar
paru.
h) Kelenjar mucus kurang produktif.
i) Penurunan sensitivitas sfingter esophagus.
j) Penurunan sensitivitas kemoreseptor.
2. Perubahan-perubahan fisiologik sistem pernafasan
a. Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada,
maupun rongga dada akan merubah mekanika pernafasan,
amplitudo pernafasan menjadi dangkal sehingga akan timbul
keluhan sesak bernafas.
b. Distribusi gas: perubahan struktur anatomik saluran gas akan
menimbulkan penumpukan udara dalam alveolus (air
traping) ataupun gangguan pendistribusian oksigen.
c. Volume dan kapasitas paru menurun.
d. Gangguan transport gas: pada usia lanjut terjadi penurunan
PaO2 secara bertahap, yang penyebabnya terutama
disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2 dalam darah dari
alveoli (difusi) dan transport O2 ke jaringan-jaringan
berkurang, terutama saat melakukan olahraga.
9
e. Gangguan perubahan ventilasi paru: akibat adanya penurunan
kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral ataupun
pusat-pusat pernafasan pada medulla oblongata dan pons.
Sedangkan menurut Stokslager, 2003 dalam buku Fisiologi
Manusia dan Mekanisme Penyakit perubahan fisiologis pada
sistem pernapasan sebagai berikut:
a. Pembesaran hidung akibat pertumbuhan kartilago yang
terus-menerus.
b. Atrofi umum tonsil.
c. Deviasi trakea akibat perubahan di tulang belakang yang
menua.
d. Peningkatan diameter dada anteropsterior sebagai akibat
perubahan metabolisme kalsium dan kartilago iga.
e. Kekakuan paru: penurunan jumlah dan ukuran alveolus.
f. Kiposis.
g. Degenerasi atau atrofi otot pernapasan.
h. Penurunan kapasitas difusi.
i. Penurunan kekuatan otot inspirasi dan ekspirasi: penurunan
kapasitas vital.
j. Degenerasi jaringan paru, yang menyebabkan penurunan
kemampuan recoil elastis paru dan peningkatan kapasitas
residual.
k. Ventilasi buruk pada area basal (akibat tertutupnya jalan
napas) yang mengakibatkan penurunan area permukaan
untuk pertukaran gas dan pertukaran tekanan oksigen.
l. Penurunan saturasi oksigen sebesar 5%.
m. Penurunan cairan respiratorik sekitar 30%, peninggian
resiko infeksi paru dan sumbat mukus.
n. Toleransi rendah terhadap oksigen.
10
3. Perubahan Fisik Sistem Pernafasan Pada Lansia
a. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga
volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan
cepat dan dangkal.
b. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi
batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
c. Penurunan aktivitas paru (mengembang dan
mengempisnya) sehingga jumlah udara pernafasan yang
masuk ke paru mengalami penurunan, jika pada pernafasan
yang tenang kira-kira 500 ml.
d. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas
permukaan normal 50 m²), menyebabkan terganggunya
proses difusi.
e. Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg
menggangu proses oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2
tidak terangkut semua ke jaringan.
f. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam
arteri juga menurun yang lama-kelamaan menjadi racun
pada tubuh sendiri.
g. Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret
dan corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga
potensial terjadinya obstruksi.
2.1.4 Perubahan Psikososial Dan Spiritual Yang Dialami Lansia Akibat
Adanya Perubahan Fungsi dan Struktur Tubuh
1. Perubahan-perubahan Psikososial
a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya
dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan.
Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami
kehilangan-kehilangan, antara lain :
o Kehilangan finansial (income berkurang).
11
o Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang
cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).
o Kehilangan teman atau kenalan atau relasi.
o Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of
mortality).
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah
perawatan bergerak lebih sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic
deprivation).
e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit dan
bertambahnya biaya pengobatan.
f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan
dengan teman-teman dan family.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap
gambaran diri dan perubahan konsep diri.
2. Pengaruh Proses Penuaan Pada Fungsi Psikososial
a. Perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan