BAB IIPEMBAHASAN
Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan
oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya.
Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan,
memungkinkan setiap sel sendiri-sendiri melangsungkan proses
metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan
dalam bentuk karbondioksida ( CO2 ) dan air ( H2O )
dihilangkan.Pernafasan ialah proses ganda, yaitu terjadinya
pertukaran gas didalam jaringan atau pernafasan dalam dan yang
terjadi di dalam paru-paru bernama pernafasan luar. Udara ditarik
kedalam paru-paru pada waktu menarik nafas dan didorong keluar
paru-paru pada waktu megeluarkan nafas.Ada dua cara pernfasan yang
dikenal yakni pernafasan mulut dan pernafasan hidung. Perbedaan
kedua pernafasan tersebut adalah :1. Pernafasan MulutSebagian besar
menggunakan mulut untuk menghisap oksigen. Dengan cara ini akan
menghasilkan sedikit energi, sedang untuk menghasilkan energi
tersebut akan menguras banyak energi yang ada pada tubuh kita.
Contohnya penggunaan cara pernafasan ini adalah nafas ngos-ngosan.
Kelemahan bernafas menggunakan mulut : Dalam jangka pendek :a.
Mulut keringb. Nafas bauc. Tidur kurang nyenyak Dalam jangka
panjang dapat menyebabkan terganggungya amandel dan kelenjar gondok
sehingga dapat terjadi penyumbatan lebih lanjut pada saluran udara
bagian atas. Ketika mengambil oksigen melalui hidung maka oksigen
akan melewati selaput lendir dan masuk ke dalam sinus sehingga
menghasilkan oksida nitrat yang dibutuhkan tubuh untuk semua otot
polos, seperti jantung dan pembuluh darah. Jadi ketika tidak
bernafas melalui hidung, darah sebenarnya tidak mendapatkan semua
oksigen yang diperlukan untuk brfungsi dengan baik. Menurut
Jefferson dalam jurnal General Dentistry, bernafas melalui mulut
merupakan penyebab masalah kesehatan dan perilaku yang sering
diabaikan, terutama pada anak usia sekolah. Anak-anak yang bernafas
melalui mulut cepat merasa lelah, mudah marah, dan tidak bisa
berkonsentrasi dengan baik. Bila kebiasaan bernapas lewatmulut
sudah parah, anak bisa mengembangkan apa yang disebut long face
syndrome (sindrom wajah panjang), yaitu wajah menjadi sempit dan
fitur wajah sangat tidak menarik. Selain itu, sindrom ini juga
membuat amandel menjadi bengkak. Kadang-kadang posisi rahang juga
menjadi aneh untuk menjalankan fungsi mendapatkan banyak oksigen ke
dalam tubuh. Ini bisa terjadi pada orang dewasa, tetapi lebih
sering pada anak-anak.2. Pernafasan HidungMenggunakan hidung
sebagai alat utama penghisap oksigen, sedang mulut tertutup rapat.
Dengan cara ini akan menghasilkan energi yang cukup besar dan akan
menggunakan relatif sedikit energi yang ada dalam tubih
kita.Kebihan bernafas melalui hidung : Menghangatkan suhu
udaraDidalam hidung terdapat pembuluh darah yang banyak dan tipis,
dengan kondisi seperti itu udara dapat menjadi hangat karena
terkena panas yang diberikan darah. Walaupun udara yang kita hirup
dingin, di dalam hidung melalui sebuah proses dapat menjadi hangat,
karena pembuluh darah tadi membesar dan memberikan panas yang
lebih, sehingga dapat menghangatkan udara yang masuk. Menyaring
debu dan kotoranSaat menghirup udara sesampainnya di hidung akan di
saring oleh lendir dan didalam hidung juga ada bulu-bulu yang dapat
menyaring udara. Melembabkan udaraLendir dalam hidung dapat
melembabkan udara, bahkan dalam satu hari ada sekitar satu liter
lendir yang ada pada hidung, lendir itu membuat air menguap sehinga
udara menjadi lembab.Berdasarkan letaknya, system pernapasan
dibedakan menjadi dua yaitu sistem pernafasan atas dan sistem
pernafasan bawah. Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung,
faring dan laring. Sementara sistem pernafasan bawah terdiri dari
trakea, bronkus, bronkioli, paru-paru, dan alveoli.2.1 Sistem
pernafasan atas
Hidung Secara anatomi, hidung adalah penonjolan pada vertebrata
yang mengandung nostril, yang menyaring udara untuk pernafasan.
Hidung merupakan saluran hidung yang pertama, mempunyai dua lubang,
yang dipisahkan oleh sekat hidung. Bagian luar dinding hidung
terdiri dari kulit, lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan
tulang rawan, lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang
berlipat-lipat yng dinamakan konka hidung (konka nasalis)
(Syaifudin, 1995).Fungsi hidung : Selaput lendirBerfungsi menangkap
benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Rambut pendek dan
tebalBerfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara.
Konka dengan banyak kapiler darahBerfungsi menghangatkan udara yang
masuk. Kelenjar minyak (kelenjar sebasea) Kelenjar keringat
(kelenjar sudorifera) Terdapat struktur - septum nasi - chonca
nasalis superior, medius, inferior- meatus nasi superior, medius,
inferior
Sinus paranasal Sinus maxillaris Sinus ethmoidalis Sinus
frontalis Sinus sphenoidalis
FaringFaring terletak di belakang mulut, tempat yang dilewati
oleh udara, makanan, dan air. Faring merupakan percabangan 2
saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan
dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang (Sloane,
2004). nasopharynx Oropharynx laryngopharynx Persilangan jalan
napas dan makan
LaringLaring merupakan kotak suara tempat diproduksi suara.
Terletak di depan bagian terendah pharynx sebagian besar dilapisi
oleh epitel respiratorius, terdiri atas sel-sel silinder bersilia.
Terdapat pita suara yang tersusun dari tulang rawan aritenoid
(Setiadi, 2007).
2.2 Sistem pernafasan bawah
TrakheaTrakhea sering disebut juga sebagai tenggorokan,
merupakan sebuah pipa udara yang mempunyai ruas-ruas menyerupai
tumpukan cincin. Saluran ini menuju ke arah bronkus. Trakea adalah
tabung fleksibel dengan panjang kurang lebih 10 cm dan lebar 2,5
cm. Dinding trakea tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang
rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini
berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran
pernapasan (Guyton, 1977).
BronkusMerupakan saluran yang membawa udara dari trakhea menuju
ke paru-paru. Bronchus primarius : bronchus primarius dextra lebih
vertikal dan lebih besar bronchus primarius dextra 3 bronchus
secundus ( lobaris) bronchus segmantalis bronchus primarius
sinistra 2 bronchus secundus bronchus segmentalis (Sloane,
2004).
BronkioliMerupakan cabang dari bronkus yang berada di dalam
paru-paru.
Paru-paruParu-paru adalah organ pada sistem pernapasan
(respirasi) dan berhubungan dengan sistem peredaran darah
(sirkulasi) vertebrata yang bernapas dengan udara. Fungsinya adalah
menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah.
Prosesnya disebut "pernapasan eksternal" atau bernapas. Paru-paru
juga mempunyai fungsi nonrespirasi. Istilah kedokteran yang
berhubungan dengan paru-paru sering mulai di pulmo-, dari kata
Latin pulmones untuk paru-paru (Pearce, 2002). Berlokasi di rongga
dada di atas diafragma yang berbentuk kubah Dikelilingi oleh suatu
membran serupa kantong dengan cairan di dalamnya, yang disebut
kantong pleura Alveoli (blind sacs) dikelilingi oleh jaringan
kapiler yang banyak dan merupakan tempat pertukaran udara paru-paru
kiri mempunyai 2 lobus yang dipisahkan oleh fisura obliqua. Terdiri
dari : lobus superior dan lobus inferior lingula. paru-paru kanan
mempunyai 3 lobus yang dipisahkan oleh fisura obliqua dan fisura
horizontalis.Terdiri dari lobus superior, lobus medius dan lobus
inferior .
Struktur paru-paru : Alveolus sacus alveolaris duct. alveolaris
brhonchiolus respiratorius bronchiolus terminalis
bronchiolus.Capiler a. pulmonalis melepaskan CO2Capiler v.
pulmonalis mengambil O2
Pleura : Pembungkus pulmo Dua lapis : pleura parietal et viseral
Ruang diantaranya : Cavum pleura
Pleural cavity and lungs Gambar atas bagian anterior Gambar
bawah bagian posterior
AlveoliAlveoli merupakan sejumlah kantung udara yang terdapat di
dalam paru-paru. Dinding alveoli ini tipis dan menopang
jaringan-jaringan kapiler, yaitu saluran halus yang berisi darah.
Udara menembus dinding alveoli pada batas antara paru-paru dan
kapiler darah (Syaifuddin, 1995).
Rongga Thorax Costae Mm. intercostalis
Otot Nafas (Diafragma) Pembatas cavum thorax dan abdominal
Terdiri : pars muscularis dan pars tendinea Kontraksi
mendatarinspirasi Relaksasimencembungekspirasi
Otot diaphragma melakukan 75% ventilasi, sisanya oleh otot nafas
sekunder : intercostali,. sterno-cleido-mastoidus, sealenus. Otot
expirasi sekunder adalah otot-otot dinding perut. Gangguan otot
dijumpai pada amstenia gravis atau penggunaan obat pelumpuh otot
(muscle-relaxant) selama anestesi. Pada respitionary distress
(sesak nafas berat) tubuh menggunakan otot-otot nafas disebut
dengan akan tampak gerakan pada otot-otot leher, wajah dan
sela-sela iga Penderita yang sudah memakai otot natas sekunder
sebenarnya sudah perlu bantuan nafas buatan mekanik
(Syaifuddin,1995). 2.3 Sistem PernapasanBerdasarkan proses
inspirasi dan ekspirasi, mekanisme pernapasan dibagi atas
pernapasan dada dan pernapasan perut.2.3.1 Pernapasan Dada Sistem
pernapasan dada adalah sistem pernapasan yang terjadi akibat
aktivitas kontraksi dan relaksasi otot antar tulang rusuk. Sistem
pernafasan dada terdiri dari 2 tahap, yaitu: Tahap Inspirasi, yaitu
kondisi di mana otot antartulang rusuk berkontraksi sehingga tulang
rusuk terangkat, rongga dada membesar dan paru-paru mengembang. Hal
ini mengakibatkan tekanan udara di dalam rongga dada lebih kecil
dari tekanan atsmosfer sehingga udarayang kaya okan oksigen
terhisap masuk kedalam paru-paru melalui saluran pernafasan. Tahap
Ekspirasi, tahap eskpirasi disebut juga fase relaksasi, yaitu
kondisi dimana otot antara tulang rusuk kembali ke posisi semula,
rongga dada kembali mengecil dan paru-paru mengempis. Kondidi ini
menyebabkan tekanan rongga dada meningkat dan lebih tinggi dari
tekanan atsmosfer sehingga udara dalam paru-paru mengalir keluar
melalui saluran pernafasan (Syaifuddin,1995).
2.3.2 Sistem Pernafasan Perut Sistem pernafasan perut adalah
sistem pernafasan yang bergantung pada aktivitas diafragma.
Pernafasan perut juga dibedakan menjadi 2 tahap, yaitu: Tahap
Inspirasi, yaitu keadaan dimana otot diafragma berkontraksi,
sehingga rongga dada membesar dan paru-paru mengembang, tekanan
udara turun sehingga udara dari luar dapat masuk kedalam paru-paru
melalu saluran pernafasan. Tahap Ekspirasi adalah kondisi dimana
otot diafragma berelaksasi dan otot dinding perut berkontraksi
sehingga otot diaframa kembali ke posisi semula. Akibatnya rongga
dada mengecil, paru-paru mengepis, tekanan udara dalam paru-paru
meningkat sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon
dioksida terhembus keluar melalui saluran pernafasan
(Syaifuddin,1995).
2.3.3 Volume Udara Pernapasan Dalam keadaan biasa, orang dewasa
normal menghirup dan menghembuskan udara 500 cc yang disebut volume
tidal. Setelah melakukan pernapasan biasa, kita masih dapat
menghirup udara sekuat-kuatnya sebanyak 1500 cc. yang disebut
volume cadangan inspirasi dan menghembuskan udara sekuat-kuatnya
hingga 1500 cc yang disebut volume cadangan ekspirasi. Volum udara
, volume tidal, volume cadangan inspirasi, volume cadangan
ekspirasi mencapai 3500-4000 cc, yang disebut kapasitas vital
paru-paru. Setelah menghembuskan napas sekuat-kuatnya, didalam
paru-paru masih tersisa udara sebanyak 1000 cc yang disebut sebagai
volume residu. Jumlah keseluruhan udara yang tertampung secara
maksimal dalm paru-paru disebut kapasitas total paru-paru (Pearce,
2002).2.3.4 Frekuensi Pernapasan Pada orang dewasa normal,
frekuensi pernapasan berkisar antara 15-18 tiap menit. Faktor yang
mempengaruhi frekuensi pernapasan adalah.1. Umur Semakin
bertambahnya umur seseorang mengakibatkan frekuensi pernapasan
menjadi semakin lambat. Pada usia lanjut, energiyang dibutuhkan
lebih sedikit dibandingkan pada saat usia pertumbuhan, sehingga
oksigen yang diperlukan relatif lebih sedikit. 2. Jenis KelaminPada
umumnya, laki-laki lebih banyak membutuhkan energi. Oleh karena
itu, laki-laki memerlukan oksigen yang lebih banyak daripada
wanita.3. Suhu TubuhManusia memiliki suhu tubuh yang konstan
berkisar antara 36-37C karena manusia mampu mengatur produksi panas
tubuhnya dengan meningkatkan laju metabolismenya, sehingga
kebutuhan oksigen akan meningkat. 4. Posisi TubuhPosisi tubuh akan
mempengaruhi banyaknya otot yang bekerja. Misalnya pada saat
berdiri, otot akan berkontraksi, sehingga oksigen yang dibutuhkan
lebih banyak dan laju pernapasan pun akan meningkat dibandingkan
pada saat orang duduk (Syaifuddin,1995).Pernapasan atau pertukaran
gas pada manusia berlangsung melalui dua tahap yaituRespirasi
Eksternal dan Respirasi Internal. 1. Respirasi Eksternal Pernapasan
luar merupakan pertukaran gas di dalam paru-paru. Dengan kata lain,
pernapasan luar merupakan pertukaran gas (O2 dan CO2) antara udara
dan darah. Pada pernapasan luar, darah akan masuk ke dalam kapiler
paru-paru yang mengangkut sebagian besar karbon dioksida sebagai
ion bikarbonat (HCO3) dengan persamaan reaksi seperti berikut, (H+)
+ (HCO3) => H2 + CO3. Sisa karbon dioksida berdifusi keluar dari
dalam darah dan melakukan reaksi sebagai berikut: H2CO3 => H2O +
CO2. Selama pernapasan luar, di dalam paru-paru akan terjadi
pertukaran gas yaitu CO2 meninggalkan darah dan O2 masuk ke dalam
darah secara difusi. Terjadinya difusi O2 dan CO2 ini karena adanya
perbedaan tekanan parsial. Tekanan udara luar sebesar 1 atm (760
mmHg), sedangkan tekanan parsial O2 di paru-paru sebesar 160 mmHg.
Tekanan parsial pada kapiler darah arteri 100 mmHg, dan di vena 40
mmHg. Hal ini menyebabkan O 2 dari udara berdifusi ke dalam darah.
Sementara itu, tekanan parsial CO2 dalam vena 47 mmHg, tekanan
parsial CO2 dalam arteri 41 mmHg, dan tekanan parsial CO2 dalam
alveolus 40 mmHg. Adanya perbedaan tekanan parsial tersebut
menyebabkan CO2 dapat berdifusi dari darah ke alveolus (Pearce,
2002).
2. Respirasi Internal Pada pernapasan dalam darah masuk ke dalam
jaringan tubuh, oksigen meninggalkan hemoglobin dan berdifusi masuk
ke dalam cairan jaringan tubuh. Reaksinya sebagai berikut, HbO2
=> Hb + O2. Difusi oksigen keluar dari darah dan masuk ke dalam
cairan jaringan dapat terjadi, karena tekanan oksigen di dalam
cairan jaringan lebih rendah dibandingkan di dalam darah. Hal ini
disebabkan karena sel-sel secara terus menerus menggunakan oksigen
dalam respirasi selular. Dari proses pernapasan yang terjadi di
dalam jaringan menyebabkan terjadinya perbedaan komposisi udara
yang masuk dan yang keluar paru-paru (Pearce, 2002).Tekanan parsial
O2 pada kapiler darah nadi 100 mmHg dan tekanan parsial O2 dalam
jaringan tubuh kurang dari 40 mmHg. Sebaliknya tekanan karbon
dioksida tinggi, karena karbon dioksida secara terus menerus
dihasilkan oleh sel-sel tubuh. Tekanan parsial CO2 dalam jaringan
60 mmHg dan dalam kapiler darah 41 mmHg. Hal inilah yang
menyebabkan O2 dapat berdifusi ke dalam jaringan dan CO2 berdifusi
ke luar jaringan. Dalam keadaan biasa, tubuh kita menghasilkan 200
ml karbon dioksida per hari (Setiadi, 2007).Pertukaran gas antara
O2 dan CO2 terjadi melalui proses difusi, berlangsung di alveolus
dan di sel jaringan tubuh. Proses difusi berlangsung sederhana,
yaitu hanya dengan gerakan molekul-molekul secara bebas melalui
membran sel dari konsentrasi tinggi atau tekanan tinggi menuju ke
konsentrasi rendah atau tekanan rendah. Faktor-faktor yang
mempenaruhi difusi gas melintasi membran sel adalah tekanan parsial
gas (tekanan gas tertentu, misalnya tekanan oksigen saja terhadap
tekanan seluruh udara), permeabilitas membran respirasi, luas
permukaan membran respirasi, kecepatan sirkulasi darah di paru-paru
dan, reaksi kimia yang terjadi di dalam darah (Setiadi, 2007).
O2 masuk ke dalam tubuh melalui inspirasi dari rongga hidung
sampai alveolus. Di alveolus terjadi difusi O2 ke kapiler paru-paru
yang terletak di dinding alveolus. Masuknya O2 dari
luar(lingkungan) menyebabkan tekanan parsial O2 atau PO2 di
alveolus lebih tinggi dibandingkan dengan PO2 di kapiler paru-paru.
Oleh karena itu, O2 akan bergerak dari alveolus menuju kapiler
paru-paru, yang disebabkan proses difusi selalu terjadi dari daerah
yang bertekanan parsial tinggi ke daerah yang bertekanan parsial
rendah.Oksigen di kapiler arteri diikat oleh eritrosit yang
mengandung hemoglobin sampai menjadi jenuh. Makin tinggi tekanan
parsial oksigen di alveolus, semakin banyak oksigen yang terikat
oleh hemoglobin dalam darah. Hemoglobin terdiri dari empat sub
unit, setiap sub unit terdiri dari bagian yang disebut heme. Di
setiap pusat heme terdapat unsur besi yang dapat berikatan dengan
oksigen, sehingga setiap molekul hemoglobin dapat membawa empat
molekul oksigen berbentuk oksihemoglobin. Reaksi antara hemoglobin
dan oksigen berlangsung secara reversibel (bolak-balik) yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pH, suhu, konsentrasi O2
dan CO2, serta tekanan parsial.Reaksi pengikatan O2 oleh Hb adalah
sebagai berikut:Hb + O2HbO2Arah reaksi tersebut ke kiri bila
terjadi di jaringan tubuh, dan ke kanan bila di jaringan
paru-paru.Hemoglobin akan mengangkut O2 ke jaringan tubuh kemudian
berdifusi masuk ke sel-sel tubuh. Di dalam sel-sel tubuh atau
jaringan tubuh, O2 digunakan untuk proses respirasi di dalam
mitokondria sel. Semakin banyak O2 yang digunakan oleh sel-sel
tubuh, maka semakin banyak CO2 yang terbentuk dari proses
respirasi. Hal tersebut menyebabkan tekanan partial CO2 atau PCO2
dalam sel-sel tubuh lebih tinggi dibandingkan PCO2 dalam kapiler
vena sel-sel tubuh. Oleh karenanya CO2 dapat berdifusi dari sel-sel
tubuh ke dalam kapiler vena sel-sel tubuh, kemudian akan di bawa
oleh eritrosit menuju ke paru-paru. Di paru-paru terjadi difusi CO2
dari kapiler vena menuju alveolus. Proses tersebut terjadi karena
tekanan parsial CO2 pada kapiler vena lebih tinggi dari pada
tekanan parsial CO2 dalam alveolus.Bila pengangkutan O2 terutama
dilaksanakan oleh Hb, maka pengangkutan CO2 dilakukan oleh plasma
darah. CO2 dapat larut dengan baik di dalam plasma darah dan
membentuk asam karbonat:Akibat terbentuknya asam karbonat tersebut,
pH darah menurun sampai 4,5, karena H2CO3 sebagai suatu senyawa
yang labil akan mengurai dan meningkatkan kadar ion H+ darah. Jadi
CO2 diangkut oleh darah dalam bentuk ion HCO3. Proses pengangkutan
dengan pengubahan secara bolak-balik dari CO2 menjadi H2CO3 dan
sebaliknya dipercepat oleh enzim karbonat anhidrase.Pertukaran gas
antara oksigen dan karbon dioksida terjadi melalui proses difusi.
Proses tersebut terjadi di alveolus dan di sel jaringan tubuh.
Proses difusi berlangung sederhana, yaitu hanya dengan gerakan
molekul-molekul secara bebas melalui membrane sel dari konsentrasi
tinggi atau tekanan tinggi ke konsentrasi rendah atau tekanan
rendah (Sloane, 2004).Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui
inspirasi dari rongga hidung sampai alveolus. Di alveolus oksigen
mengalami difusi ke kapiler arteri paru-paru. Masuknya oksigen dari
luar menyebabkan tekanan parsial oksigen (PO2) di alveolus lebih
tinggi dibandingkan dengan PO2 di kapiler arteri paru-paru. Karena
proses difusi selalu terjadi dari daerah yang bertekanan tinggi ke
derah bertekanan rendah, oksigen akan bergerak dari alveolus menuju
kapiler arteri paru-paru (Sloane, 2004).Oksigen di kapiler arteri
diikat oleh eritrosit yang mengandung hemoglobin sampai jenuh.
Makin tinggi tekanan parsial oksigen di alveolus, semakin banyak
oksigen yang terikat oleh hemoglobin dalam darah. Oksigen yang
berikatan dengan hemoglobin akan membentuk oksihemogblobin (Sloane,
2004).Reaksi antara hemoglobin dan oksigen berlangsung secara
reversible (bolak-balik) yang dipengaruhi oleh beberapa factor,
yaitu suhu, pH, konsentrasi oksigen dan karbon dioksida, serta
tekanan parsial (Sloane, 2004).Hemoglobin akan mengangkut oksigen
ke jaringan tubuh yang kemudian akan berdifusi masuk ke sel-sel
tubuh untuk digunakan dalam proses respirasi. Di dalam sel-sel
tubuh atau jaringan tubuh, oksigen digunakan untuk proses respirasi
di dalam mitokondria sel. Semakin banyak oksigen yang digunakan
oleh sel-sel tubuh, semakin banyak karbondioksida yang terbentuk
dari proses respirasi. Hal tersebut menyebabkan tekanan parsial
karbon dioksida atau PCO2 dalam sel-sel tubuh lebih tinggi
dibandingkan PCO2 dalam kapiler vena sel-sel tubuh. Oleh karena
itu, karbon dioksida dapat berdifusi dari sel tubuh ke kapiler vena
sel tubuh yang kemudian akan dibawa oleh eritrosit menuju
paru-paru. Di paru-paru terjadi difusi CO2 dari kapiler vena menuju
alveolus. Proses tersebut terjadi karena tekanan parsial CO2 pada
kapiler vena lebih tinggi daripada tekanan parsial CO2 dalam
alveolu. Karbondioksida ahirnya akan dikeluarkan dari tubuh melalui
ekspirasi.2.3.5 Pertukaran Gas Oksigen dan Karbondioksida dalam
TubuhPertukaran gas atau difusi gas respirasi disebabkan karena
adanya perbedaan tekanan udara baik oksigen atau
karbondioksida.Faktor-faktor yang menentukan difusi gas respirasi
melintasi membra alveolus dan kapiler darah yaitu sebagai
berikut:a) Permeabilitas epithelium /membran respirasi. Jika
membran semakin permeable maka semakin cepat proses difusi.b) Luas
permukaan epithelium/membran respirasi. Semakin luas membran
respirasinya, maka semakin cepat proses difusi berlangsung.c)
Tekanan parsial gas yang bergantung pada persentasenya dalam
seluruh bagian udara, semakin tinggi tekanan parsial, maka semakin
cepat proses difusi berlangsung.d) Kecepatan sirkulasi darah di
paru-paru atau insang. Semakin cepat peredaran darah maka semakin
cepat pula proses difusinya.e) Kecepatan reaksi kimia yang terjadi
di dalam darah. Semakin cepat reaksi yang terjadi maka semakin
cepat pula preses difusinya.2.4 Gangguan pada Sistem Respirasi
1. Sinusitis, yaitu infeksi pada bagian sinus. Infeksi ini
terjadi ketika saluran hidung yang mengarah ke sinus tersumbat
(Abercrombie, 1993).2. Tonsilitis, yaitu infeksi pada bagian tonsil
sehingga meradang dan membengkak. Peradangan dan pembengkakan
tonsil yang terjadi di daerah pangkal faring disebut amandel. jika
terjadi pada nasofaring disebut adenoid (Campbell, 1997).3.
Laringitis, yaitu infeksi pada daerah laring yang menyebabkan suara
parau atau serak (Abercrombie, 1993).
4. Bronkitis akut, yaitu infeksi pada daerah bronkus yang
biasanya didahului oleh infeksi saluran respirasi bagian atas oleh
virus yang diikuti dengan infeksi bakteri (Campbell, 1997).5.
Pneumonia, yaitu infeksi pada paru-paru yang disebabkan oleh virus
dan bakteri sehingga bronkus dan alveolus berisi banyak cairan.
Kondisi ini mengakibatkan terganggunya proses pertukaran udara
(Campbell, 1997).6. Tuberkulosis atauTBC, yaitu infeksi pada
paru-paru yang disebabkan oleh bakteriMycobacterium tuberkulosis
(Campbell, 1997).7. Bronkitis kronis, yaitu tersumbatnya saluran
udara oleh cairan mukus sehingga suplai udara ke paru-paru
terganggu (Abercrombie, 1993).8. Emfisema, yaitu gangguan pada
paru-paru yang ditandai dengan rusaknya dinding-dinding alveolus
sehingga kemampuan pertukaran udara menjadi berkurang (Abercrombie,
1993).9. Asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronik saluran
napas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi (nafas berbunyi
ngik-ngik), sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama
malam menjelang dini hari. Gejala tersebut terjadi berhubungan
dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali
bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan. Seperti
diketahui, saluran napas manusia bermula dari mulut dan hidung,
lalu bersatu di daerah leher menjadi trakea (tenggorok) yang akan
masuk ke paru. Di dalam paru, satu saluran napas trakea itu akan
bercabang dua, satu ke paru kiri dan satu lagi ke paru kanan.
Setelah itu, masing-masing akan bercabang-cabang lagi, makin lama
tentu makin kecil sampai 23 kali dan berujung di alveoli, tempat
terjadi pertukaran gas, oksigen (O2 ) masuk ke pembuluh darah, dan
karbon dioksida (CO2 ) dikeluarkan (Abercrombie, 1993).10. Kanker
paru-paru, lebih banyak dialami pria dibandingkan wanita. Penyebab
kanker ini salah satunya dipicu oleh kebiasaan merokok dalam jangka
waktu yang lama, baik aktif maupun pasif (Abercrombie, 1993).11.
Flu, yaitu penyakit yang ditandai dengan rongga hidung berlendir,
batuk, dan demam. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi
virusInfluenza (Abercrombie, 1993).
DAFTAR PUSTAKAAbercrombie, M., M. Hickman, M.h. Johnson, dan M.
Thain. 1993. Kampus Lengkap Biologi. Jakarta: Erlangga.Campbell, N.
1997. Biology. Fourth Edition. California: The Benjamin/Cimmings
Publishing Company, Inc.Syaifuddin. 1995. Anatomi Fisiologi untuk
Siswa Perawat. Jakarta : EGC.Guyton, Arthur C dan John E Hall.
1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGCPearce, Evelyn C. 2002.
Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia.Sloane,
Ethel. 2004.Anatomi dan Fisiologi Manusia Untuk Pemula.Jakarta:
EGCSetiadi. 2007. Anatomi Fisiologi Manusia. Graha Ilmu
Yokyakarta.