Top Banner
BAB II PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Batak adalah nama sebuah suku bangsa di Indonesia,suku ini kebanyakan bermukim di Sumatera Utara, namun ada sebagian yang tinggal di perbatasan propinsi Aceh dan Sumatera Barat. Mayoritas orang Batak beragama Kristen dan Islam, tetapi ada pula yang masih menganut kepercayaan animism (disebut Parmalim). Secara geografis orang Batak dapat dibagi menjadi 5 sub etnis yaitu : a. Batak Karo, suku ini mendiami dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu dan sebagian dari daerah Dairi, b. Batak Simalungun, suku ini mendiami Kabupaten Simalungun, c. Batak Pakpak, suku ini mendiami daerah induk Dairi, dan Aceh Selatan, d. Batak Toba, suku ini mendiami daerah Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara, sebagian Tapanuli Tengah, e. Batak Mandailing, suku ini mendiami daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Kotamadya Padang Sidempuan, sebagian Tapanuli Tengah, serta sebagian Pasaman di Sumatera Barat. B. Sejarah Batak Versi sejarah mengatakan si Raja Batak dan rombongannya datang dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 Km arah Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang.Versi lain mengatakan, dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke 1
60

Makalah Kebudayaan Batak

Jan 27, 2016

Download

Documents

Lily

Tugas Budnus
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Kebudayaan Batak

BAB II

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Batak adalah nama sebuah suku bangsa di Indonesia,suku ini kebanyakan bermukim di Sumatera Utara, namun ada sebagian yang tinggal di perbatasan propinsi Aceh dan Sumatera Barat. Mayoritas orang Batak beragama Kristen dan Islam, tetapi ada pula yang masih menganut kepercayaan animism (disebut Parmalim).

Secara geografis orang Batak dapat dibagi menjadi 5 sub etnis yaitu :

a. Batak Karo, suku ini mendiami dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu dan sebagian dari daerah Dairi,

b. Batak Simalungun, suku ini mendiami Kabupaten Simalungun,c. Batak Pakpak, suku ini mendiami daerah induk Dairi, dan Aceh Selatan,d. Batak Toba, suku ini mendiami daerah Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli

Utara, sebagian Tapanuli Tengah,e. Batak Mandailing, suku ini mendiami daerah Kabupaten Tapanuli Selatan,

Mandailing Natal, Kotamadya Padang Sidempuan, sebagian Tapanuli Tengah, serta sebagian Pasaman di Sumatera Barat.

B. Sejarah Batak

Versi sejarah mengatakan si Raja Batak dan rombongannya datang dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 Km arah Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang.Versi lain mengatakan, dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba.Diperkirakan si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13). Raja Sisingamangaraja XII salah satu keturunan si Raja Batak yang merupakan generasi ke-19 (wafat 1907), maka anaknya bernama si Raja Buntal adalah generasi ke-20.

Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan COLA dari India menyerang SRIWIJAYA yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang TAMIL di Barus. Pada tahun 1275 MOJOPAHIT menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar rahun 1.400 kerajaan NAKUR berkuasa di sebelah timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.Dengan memperhatikan tahun tahun dan kejadian di atas diperkirakan : si Raja Batak adalah seorang aktivis kerajaan dari Timur danau Toba (Simalungun sekarang), dari Selatan danau Toba (Portibi) atau dari Barat danau Toba (Barus) yang mengungsi ke pedalaman, akibat terjadi konflik dengan orang orang Tamil di Barus.

Akibat serangan Mojopahit ke Sriwijaya, si Raja Batak yang ketika itu pejabat Sriwijaya yang ditempatkan di Portibi, Padang Lawas dan sebelah timur Danau Toba (Simalungun)Sebutan Raja kepada si Raja Batak diberikan oleh keturunannya karena

1

Page 2: Makalah Kebudayaan Batak

penghormatan, bukan karena rakyat menghamba kepadanya. Demikian halnya keturunan si Raja Batak seperti Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan dsb, meskipun tidak memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang diperintah.

Selanjutnya menurut buku TAROMBO BORBOR MARSADA anak si Raja Batak ada 3 (tiga) orang yaitu :

- GURU TETEABULAN- RAJA ISUMBAON- TOGA LAUT

7 Falsafah Batak

Ada tujuh falsafah hidup yang menjadi pedoman dan pegangan hidup orang batak toba dalam acara adat,keagamaan, pesta dan kegiatan lainnya yaitu:

1. MARDEBATA Mempunyai kepercayaan kepada Tuhan. Dahulu disebut Ompu Mulajadi

na Bolon.2. MARPINOMPAR

Memiliki keturunan. Setiap marga Batak menghendaki adanya keturunan sebagai generasi penerus, terlebih kepada anak laki-laki. Anak laki-laki ini nantinya yang membawa marga sehingga  silsilah tidak putus atau hilang.

3. MARTUTUR Mempunyai kekerabatan atau keluarga. Hal ini dikuatkan dengan Dalihan

Natolu.4. MARADAT

Mempunyai adat istiadat yang erat aplikasinya dengan Dalihan Natolu.5. MARPANGKIRIMON

Mempunyai cita-cita dan ambisi mencapai Hamoraon, hagabeon dan hasangapon.

6. MARPATIK Mempunyai aturan dan undang-undang yang mengikat semua masyarakat

Batak untuk tidak bersikap semena-mena.7. MARUHUM

Mempunyai hukum undang-undang yang dbaku ditetapkah oleh raja huta(raja kampung) berdasarkan musyawarah  yang harus dihormati dan dituruti oleh semua pihak.Hal ini dikuatkan dengan umpasa dibawah ini :Tungko naso boi butbuton, gadu-gadu naso boi sosaUhum naso boi muba, patik naso boi muse

2

Page 3: Makalah Kebudayaan Batak

Dalihan Natolu

Dalihan Natolu adalah filosofis atau wawasan social-kulturan yang menyangkut masyarakat dan budaya Batak. Dalihan Natolu menjadi kerangka yang meliputi hubungan-hubungan kerabat darah dan hubungan perkawinan yang mempertalikan satu kelompok. Dalam adat batak, Dalihan Natolu ditentukan dengan adanya tiga kedudukan fungsional sebagai suatu konstruksi social yang terdiri dari tiga hal yang menjadi dasar bersama.

Ketiga tungku tersebut adalah:

1. Somba Marhula-hula Hormat kepada Hula-hula.

Hula-hula adalah kelompok marga istri, mulai istri kita, kelompok marga ibu(istri bapak, kelompok marga istri opung, dan beberapa generasi; kelompok marga istri anak, kelompok marga istri cucu, kelompok marga istri saudara dan seterusnya dari kelompok dengan dongan tubu. Hula-hula ditengarai sebagai sumber berkat. Hula-hula sebagai sumber hagabeon/keturunan. Keturunan diperoleh dari seorang istri yang berasal dari hula-hula. Tanpa hula-hula tidak ada istri, tanpa istri tidak ada keturunan.

2. Elek Marboru Sikap membujuk/mengayomi wanita dan lemah lembut terhadap

boru(perempuan).Berarti rasa sayang kepada boru tidak disertai maksud tersembunyi dan pamrih. Boru adalah anak perempuan kita atau kelompok marga yang mengambil istri dari anak kita(anak perempuan kita). Sikap lemah lembut terhadap boru perlu, karena dulu borulah yang dapat diharapkan mengerjakan sawah di lading. Tanpa boru, mengadakan pesta suatu hal yang tidak mungkin dilakukan.

3. Manat Mardongan Tubu Bersikap hati-hati terhadap teman semarga.

Suatu sikap berhati-hati terhadap sesama marga untuk mencegah salah paham dalam pelaksanaan acara adat. Hati-hati dengan teman semarga. Kata orang tua “hau na jonok bon a boi marsiogoson” yang berarti kayu yang dekatlah yang dapat bergesekan. Ini menggambarkan bahwa begitu dekat dan seringnya hubungan terjadi, hingga dimungkinkan terjadi konflik, konflik kepentingan, kedudukan, dan lain-lain.

3

Page 4: Makalah Kebudayaan Batak

Inti ajaran Dalihan Natolu adalah kaidah moral berisi ajaran saling menghormati (masipasangapon) dengan dukungan kaidah moral : saling menghargai dan menolong. Dalihan Natolu menjadi media yang memuat azas hokum yang objektif.

B. Batak karo

Suku Karo adalah salah suku bangsa yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Suku ini merupakan salah satu suku terbesar dalam Sumatera Utara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama Kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Tanah Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo atau Cakap Karo. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas. Karo dianggap sebagai bagian dari suku kekerabatan Batak, seperti kekerabatan Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Simalungun, Batak Pak-Pak atau Dairi, dan Batak Karo. Namun kebanyakan masyarakat suku Karo menggap bahwa mereka bukanlah bagian dari kekerabatan Batak tersebut, tetapi Karo adalah suku yang berdiri sendiri.

Kabupaten Tanah Karo

Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Tanah Karo. Kota yang terkenal dengan di wilayah ini adalah Brastagi dan Kabanjahe. Brastagi merupakan salah satu kota turis di Sumatera Utara yang sangat terkenal dengan produk pertaniannya yang unggul. Salah satunya adalah buah jeruk dan produk minuman yang terkenal yaitu sebagai penghasil Markisa Jus yang terkenal hingga seluruh nusantara. Mayoritas suku Karo bermukim di daerah pegunungan ini, tepatnya di daerah Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak yang sering disebut sebagai atau "Taneh Karo Simalem". Banyak keunikan-keunikan terdapat pada masyarakat Karo, baik dari geografis, alam, maupun bentuk masakan. Masakan Karo, salah satu yang unik adalah disebut terites. Terites ini disajikan pada saat pesta budaya, seperti pesta pernikahan, pesta memasuki rumah baru, dan pesta tahunan yang dinamakan -kerja tahun-. Trites ini bahannya diambil dari isilambung sapi/kerbau, yang belum dikeluarkan sebagai kotoran.Bahan inilah yang diolah sedemikian rupa dicampur dengan bahan rempah-rempah sehingga aroma tajam pada isi lambung berkurang dan dapat dinikmati. Masakan ini merupakan makanan favorit yang suguhan pertama diberikan kepada yang dihormati.

Marga

Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau adat yang dikenal dengan nama merga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu. Merga disebut untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan yang disebut beru. Merga atau beru ini disandang di belakang nama seseorang. Merga dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok, yang disebut dengan merga silima. Kelima merga tersebut adalah:

1. Karo-karo: Barus, Bukit, Gurusinga, Kaban, Kacaribu, Surbakti, Sinulingga, Sitepu, Sinuraya, Sinuhaji, Ketaren, dll. (berjumlah 18)

2. Tarigan: Bondong, Ganagana, Gerneng, Purba, Sibero, dll. (berjumlah 13)

4

Page 5: Makalah Kebudayaan Batak

3. Ginting: Munthe, Saragih, Suka, Ajartambun, Jadibata, Manik, dll. (berjumlah 16)

4. Sembiring: Sembiring si banci man biang (sembiring yang boleh makan anjing): Keloko, Sinulaki, Kembaren, Sinupayung (Jumlah = 4); Sembiring simantangken biang(sembiring yang tidak boleh makan Anjing): Brahmana, Depari, Meliala, Pelawi, dll. (berjumlah 15)

5. Perangin-angin: Bangun, Sukatendel, Kacinambun, Perbesi, Sebayang, Pinem, Sinurat, dll. (berjumlah 18)

Keterangan:

Total semua submerga adalah 84.

Kelima merga ini masih mempunyai submerga masing-masing. Setiap orang Karo mempunyai salah satu dari merga tersebut. Merga diperoleh secara turun termurun dari ayah. Merga ayah juga merga anak. Orang yang mempunyai merga atau beru yang sama, dianggap bersaudara dalam arti mempunyai nenek moyang yang sama. Kalau laki-laki bermarga sama, maka mereka disebut (b)ersenina, demikian juga antara perempuan dengan perempuan yang mempunyai beru sama, maka mereka disebut juga (b)ersenina. Namun antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bermerga sama, mereka disebut erturang, sehingga dilarang melakukan perkawinan, kecuali pada merga Sembiringdan Peranginangin ada yang dapat menikah di antara mereka.

Rakut Sitelu

Hal lain yang penting dalam susunan masyarakat Karo adalah rakut sitelu atau daliken sitelu (artinya secara metaforik adalah tungku nan tiga), yang berarti ikatan yang tiga. Artirakut sitelu tersebut adalah sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) bagi orang Karo. Kelengkapan yang dimaksud adalah lembaga sosial yang terdapat dalam masyarakat Karo yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu:

1. kalimbubu2. anak beru3. senina

Kalimbubu dapat didefinisikan sebagai keluarga pemberi isteri, anak beru keluarga yang mengambil atau menerima isteri, dan senina keluarga satu galur keturunan merga atau keluarga inti. dll

Tutur Siwaluh

Tutur siwaluh adalah konsep kekerabatan masyarakat Karo, yang berhubungan dengan penuturan, yaitu terdiri dari delapan golongan:

1. puang kalimbubu2. kalimbubu

5

Page 6: Makalah Kebudayaan Batak

3. senina4. sembuyak5. senina sipemeren6. senina sepengalon/sedalanen7. anak beru8. anak beru menteri

Dalam pelaksanaan upacara adat, tutur siwaluh ini masih dapat dibagi lagi dalam kelompok-kelompok lebih khusus sesuai dengan keperluan dalam pelaksanaan upacara yang dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:

1. Puang kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu seseorang2. Kalimbubu adalah kelompok pemberi isteri kepada keluarga tertentu,

kalimbubu ini dapat dikelompokkan lagi menjadi: Kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua, yaitu kelompok

pemberiisteri kepada kelompok tertentu yang dianggap sebagai kelompok pemberi isteri adal dari keluarga tersebut. Misalnya A bermerga Sembiring bere-bere Tarigan, maka Tarigan adalah kalimbubu Si A. Jika A mempunyai anak, maka merga Tarigan adalah kalimbubu bena-bena/kalimbubu tua dari anak A. Jadi kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua adalah kalimbubu dari ayah kandung.

Kalimbubu simada dareh adalah berasal dari ibu kandung seseorang. Kalimbubu simada dareh adalah saudara laki-laki dari ibu kandung seseorang. Disebut kalimbubu simada dareh karena merekalah yang dianggap mempunyai darah, karena dianggap darah merekalah yang terdapat dalam diri keponakannya.

Kalimbubu iperdemui, berarti kalimbubu yang dijadikan kalimbubu oleh karena seseorang mengawini putri dari satu keluarga untuk pertama kalinya. Jadi seseorang itu menjadi kalimbubu adalah berdasarkan perkawinan.

3. Senina, yaitu mereka yang bersadara karena mempunyai merga dan submerga yang sama.

4. Sembuyak, secara harfiah se artinya satu dan mbuyak artinya kandungan, jadi artinya adalah orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim yang sama. Namun dalam masyarakat Karo istilah ini digunakan untuk senina yang berlainan submerga juga, dalam bahasa Karo disebut sindauh ipedeher (yang jauh menjadi dekat).

5. Sipemeren, yaitu orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara kandung. Bagian ini didukung lagi oleh pihak siparibanen, yaitu orang-orang yang mempunyai isteri yang bersaudara.

6. Senina Sepengalon atau Sendalanen, yaitu orang yang bersaudara karena mempunyai anak-anak yang memperisteri dari beru yang sama.

7. Anak beru, berarti pihak yang mengambil isteri dari suatu keluarga tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung karena mengawini wanita keluarga tertentu, dan secara tidak langsung melalui

6

Page 7: Makalah Kebudayaan Batak

perantaraan orang lain, seperti anak beru menteri dan anak beru singikuri.Anak beru ini terdiri lagi atas: Anak beru tua, adalah anak beru dalam satu keluarga turun temurun.

Paling tidak tiga generasi telah mengambil isteri dari keluarga tertentu (kalimbubunya). Anak beru tua adalah anak beru yang utama, karena tanpa kehadirannya dalam suatu upacara adat yang dibuat oleh pihak kalimbubunya, maka upacara tersebut tidak dapat dimulai. Anak beru tua juga berfungsi sebagai anak beru singerana (sebagai pembicara), karena fungsinya dalam upacara adat sebagai pembicara dan pemimpin keluarga dalam keluarga kalimbubu dalam konteks upacara adat.

Anak beru cekoh baka tutup, yaitu anak beru yang secara langsung dapat mengetahui segala sesuatu di dalam keluarga kalimbubunya. Anak beru sekoh baka tutup adalah anak saudara perempuan dari seorang kepala keluarga. Misalnya Si A seorang laki-laki, mempunyai saudara perempuan Si B, maka anak Si B adalah anak beru cekoh baka tutup dari Si A. Dalam panggilan sehari-hari anak beru disebut juga bere-bere mama.

8. Anak beru menteri, yaitu anak berunya anak beru. Asal kata menteri adalah dari kata minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta membantu tugas kalimbubunya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat. Ada pula yang disebut anak beru singkuri, yaitu anak berunya anak beru menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam konteks upacara adat.

Rumah Adat Dan Bangunan Khas Karo

Dalam suku Karo, begitu banyak seni bangunan yang dihasilkan. Bukan semata rumah adat tetapi juga banyak lain. Pada dasarnya fungsi dari bangunan lain itu, tidak jauh beda dengan fungsi rumah adat si waluh jabu tersebut.Berikut adalah Beberapa jenis karya seni bangunan lain dalam masyarakat Karo.

1. GeritenGeriten adalah rumah kecil yang beratap ijuk berbentuk segi empat dengan empat tiang setinggi l.k. 6 m. Bagian bawah dapat digunakan sebagai tempat duduk dan di sebelah atas khusus untuk tengkorak para leluhur yang disimpan dalam kotak-kotak khusus.

7

Page 8: Makalah Kebudayaan Batak

2. JamburBangunan agak luas beratap ijuk, yang digunakan sebagai tempat musyawarah keluarga atau ke kerabat atas dasar Dalinken Si Telu. Dan dewasa ini sudah digunakan untuk pesta karo, baik suka cita/ perkawinan dan sebagainya atau duka cita.

3.BatangBatang merupakan tempat padi atau yang sama fungsinya dengan lumbung padi.

4. Lige-ligeLige-lige merupakan suatu bangunan yang dibuat dari kayu dan bambu, bersegi empat, dengan tinggi k.l. 15 meter dan di sekelilingnya dipasang daun muda enau (janur). Ini merupakan tempat yang digunakan untuk kuburan bagi para leluhur yang telah mati dan dikuburkan kembali. Acara di tempat ini digunakan dengan menggunakan gendang serune untuk acara tari-tarian atau acara adatnya.

5. KalimbabanKalimbaban memiliki bentuk yang hampir sama dengan lige-lige tepi kalimbaban

8

Page 9: Makalah Kebudayaan Batak

lebih besar. Dan upacara adat penguburan leluhur pun lebih besar dari pada upacara narik lige-lige.

6. Sapo gunungAdalah bangunan kecil seperti rumah yang dibangun beratap ijuk digunakan sebagai tempat mayat yang diusung dari rumah duka ke kuburan.

7. LipoAdalah bangunan berbentuk rumah kecil beratap ijuk sebagai kandang ayam dan burung peliharaan.

Pakaian Adat

Pakaian adat suku karo biasanya digunakan sebagai pakaian pernikahan. Sang wanita mengenakan kebaya berwarna merah, sama seperti busana pengantin Batak pada umumnya. Di leher terpasang kalung Bura Sidiberu yang menambah keanggunan mempelai. Perhiasan lainnya yaitu cincin Tapak Sulaiman yang unik.Di bagian bawah, pengantin wanita mengenakan Gatip dan Uis Nipis (kain sejenis ulos yang merupakan kain tenun khas Karo). Tak lupa selop berwarna senada yaitu merah (boleh diganti dengan warna emas atau hitam). Busana yang dipakai pengantin pria hampir sama dengan busana pengantin Batak umumnya. Setelan jas dan kemeja putih menjadi busana utama. Sedangkan pelengkapnya adalah kalung Bura Sidilaki, Gelang Sidilaki dan Uis (kain sejenis ulos). Tak lupa, Gatip (kain penutup kaki yang dipasang di pinggang) dengan motif sama dengan

pengantin wanita.

Makanan Khas

01. CimpaKue ini terbuat dari beras ketan sebagai bahan utama dan diisi dengan gula yang di campur dengan kelapa parut. Kue dibungkus mengunakan daun pisang atau sering disebut Daun Singkut. Kue Khas Suku Karo ini biasa di sajikan bila ada pesta-pesta,

9

Page 10: Makalah Kebudayaan Batak

baik itu pesta pertemuan keluarga (Perpulungen), sampai pesta adat yang besar seperti perkawinan atau kerja tahun(Merdang merdem).

02. TeritesMakanan Khas Masyarakat karo ini terbilang yang paling unik, dimana makan ini terbuat dari berbagai jenis sayuran dan berisikan oleh jeroan atau bagian dalam Sapi, Kerbau, atau kambing. Bahan dasar dari makanan ini adalah rumput yang terdapat pada perut besar Sapi, Kerbau, atau Kambing.

Rumput yang digunakan belum menjadi kotoran karena rumput ini diambil bukan dari usus besarnya atau bagian sistem pencernaan. Rumput ini masih segar karena ketika kerbau atau sapi memakan rumput maka rumput yang baru di mamah di mulut akan ditelan dan dimasukan kedalam lumbung penyimpanan (perut besar) dimana kemudian akan di mamah kembali baru rumput tersebut akan di masukan kebagian pencernaan. Nah di kantung penyimpanan itulah rumput tersebut di ambil.

Terites ini merupakan makanan khas yang biasanya dibuat atau di sajikan pada saat pesta besar seperti Merdang Merdem (Pesta Panen Tahunan) sama halnya dengan cimpa.

03. Cipera

10

Page 11: Makalah Kebudayaan Batak

Masakan khas Karo ini terbuat dari potongan ayam kampung dan dimasak dengan tepung jagung sampai empuk dan berkuah kental. Kuah kental ini bercitarasa pedas karena memakai cabe rawit dan sedikit asam. Selain di campur ayam, cipera ini juga dipadukan dengan jamur.

04. Tasak TeluTasak Telu merupakan masakah khas Karo yang berarti “tiga masakan” yang terdiri dari masakan ayam rebus yang dicampur dengan berbagai bumbu. Air rebusannya disisihkan dan disajikan sebagai kuah atau sup. Ayam rebusnya yang termasuk jeroannya dipotong-potong untuk disajikan. Bila dikehendaki, ayam rebus ini dapat dimasak lagi sebentar dengan darah ayam. Dalam bahasa setempat, darah disebut dengan istilah “getah”.

Bagian tulang-tulangnya dimasak lagi dengan sebagian kuah dan dicampur dengan cipera. Dengan tambahan bumbu-bumbu, campuran ini menjadi kuah kental yang gurih. Kuah kental ini – sebagai elemen kedua dari sajian ayam tasak telu – nanti diguyurkan pada ayam rebus ketika menyantapnya.

Elemen ketiganya adalah cincang sayur. Berbagai sayur rebus – kacang panjang, batang pisang, jantung pisang, daun pepaya, daun singkong, tauge – diurap dengan parutan kelapa berbumbu.

05. Kidu-KiduMerupakan makanan khas karo yang terbuat dari ulat sagu. Makanan ini dimasak dengan bumbu bawang merah dan putih, cabai, tomat minyak makan dan garam. Tak jarang pula masakan ini ditambah dengan beberapa buah andaliman untuk menambah rasa khasnya.

11

Page 12: Makalah Kebudayaan Batak

Karya Seni Suku KaroSebagai masyarakat yang telah menetap, tentu saja, masyarakat Karo juga telah menghasilkan karya-karya sebagai apresiasi jiwa seninya. Hal ini tentu tampak dari hasil karya seninya. Beberapa karya seni yang berkembang dalam masyarakat Karo adalah Seni suara, Seni gerak, Seni tenun, Seni bangunan, dan Seni sastra.

01. Seni Suara (Erkata Gendang)Diketahui bahwa sebelum tahun 1800-an suku Karo belum mengenal seni suara secara mendalam. Namun, setelah melalui perjalanan waktu yang panjang, muncullah tanda-tanda nyata seni suara tersebut. Sebagai awalnya, masih berupa vokal panjang seperti memanggil seseorang , memanggil binatang peliharaan, menghalau burung, dan lain sebaginya. Dapat dikatakan suara-suara tersebut bersahut-sahutan dan ditemukan nada tertentu. Dari suara yang bersahut-sahutan timbullah seni suara walaupun masih belum memiliki tempo dan nada yang biasa. Dan, ketika satu lagu muncul maka lagu-lagu lainnya juga akan turut mengikut. Kemudian seiring berjalannya waktu timbullah orang yang memiliki keahlian menyanyi dan menggelutinya sebagai profesi yang kerap dipanggil sebagai perende-ende. Lagu ini masih berbau sedih dan digunakan untuk mengantar suatu cerita, doa, dan syukur, serta masih sejenis baik yang dinyanyikan oleh wanita maupun pria.

02. Seni Gerak/ Tari (Landek/ Perkolong-kolong)Dalam bahasa Karo, tari disebut landek. Pola dasar dari tari Karo ialah: posisi tubuh, gerakan tangan, gerakan naik turun (endek) disesuaikan dengan tempo gendang dan gerak kaki. Pola dasar tari itu harus pula ditambah variasi tertentu sehingga tarian tersebut menarik dan indah.

12

Page 13: Makalah Kebudayaan Batak

Tari tradisional Karo dilihat dari bentuk dan acara penampilannya dapat dibedakan atas tugas jenis yakni:

1. Tari yang berkaitan dengan adatTari yang berkaitan dengan adat ialah tari yang dibawakan sewaktu adanya kegiatan adat. Misalnya, pada acara memasuki rumah baru disertai pemukulan gendang, pesta perkawinan, acara kematian, dan lain sebaginya. Tari adat biasanya dilakukan bersama kelompok marga atau kelompok sangkep nggeluh. Titik berat dalam penampilan tari pada acara adat ialah keseragaman dan kesopanan tanpa mengabaikan unsur keindahan. Hal tersebut dikarenakan tari dan gendang peranannya ialah untuk mengantarkan kelompok yang menari menyampaikan sepatah kata bagi keluarga yang mengadakan acara adat. Jadi tari yang dibawakan bukan untuk hiburan namun disisi lalin sebagai pelengkap kata dan untuk menarik perhatian semua orang yang hadir.

2. 2. Tari yang berkaitan dengan religiTari yang berkaitan dengan religi biasanya dibawakan oleh datu (guru) yang pada saat-saat tertentu boleh diikuti oleh keluarga pelaksana acara religi. Tari yang dibawakan oleh datu, dukun, atau guru, disesuaikan dengan tari khusus bercorak religi, seperti: Tari Mulih-mulih, tari Tungkat, tari Erpangir ku Lau, tari Baka, tari Begu Deleng, tari Muncang, dan sebagainya. Semua gerakan tarian religi gerakannya disesuaikan dengan pengiring dan guru yang melakonkannya seperti kebiasaan di samping tekanan ilmu dan roh pengikutnya. Jadi jelas bahwa gerakan itu tidak merupakan gerakan yang teratur berdasarkan tata cara secara umum.

3. Tari yang berkaitan dengan hiburanTari yang berkaitan dengan hiburan dapat digolongkan sebagai tari umum. Penampilan tari itu agak luwes namun tidak terlepas dari unsur kehormatan, keserasian, dan keindahan. Tari yang sifatnya hiburan dibawakan oleh sepasang atau lebih muda-mudi, biasa juga dilakukan secara kelompok (aron). Tari yang bersifatnya hiburan mencakup bermacam jenis tari. Tari Topeng (gundala-gundala) salah satu tari yang dibawakan penari khusus yang berpengalaman. Tari Gundala-gundala tidak hanya menunjukkan gerak tetapi juga mengandung unsur ceria.

03. Seni Tenun (Mbayu)

13

Page 14: Makalah Kebudayaan Batak

Pakaian tradisional Karo merupakan salah satu unsur kebudayaan Karo pakaian Karo memiliki banyak ragan dan tentu saja guna yang berbeda juga. Pakaian ini di tenun oleh para wanita Karo dengan menggunakan kembaya (semacam kapas) yang dijadikan benang dan dicelup dengan alat pewarna yang dibuat dari bahan kapur, abu dapur, kunyit, dan telep (semacam tumbuhan).Secara umum pakaian tradisional Karo dapat dibagi tiga bagian, yaitu: pakaian sehari hari, pakaian untuk pesta, dan pakaian kebesaran. Pakaian sehari terdiri dari pakaian untuk pria yaitu batu gunting cina lengan panjang, tutup kepala yang disebut tengkuluk atau bulang serta sarung. Sedangkan untuk wanita terdiri dari baju kebaya leher bulat, sarung (abit), tutup kepala (tudung), dan kain adat bernama Uis Gara yang diselempangkan. Pakaian pesta hampir sama dengan pakaian sehari-hari. Hanya saja, pakaian pesta lebih bersih atau baru dan dikenakan dengan sopan. Dan, pakaian kebesaran terdiri dari pakaian-pakaian yang lengkap serta digunakan pada saat pesta seperti pesta perkawinan, memasuki rumah baru, upacara kematian, dan pesta kesenian.

Ragam atau jenis pakaian tradisional Karo ialah sebagai berikut :1. Uis Arinteneng

Uis Arinteneng terbuat dari kapas atau kembayat yang ditenun. Warnanya hitam pekat hasil pencelupan yang disebut ipelabuhken. Pakaian ini digunakan untuk alas pinggan pasu-pasu tempat Emas Kawin, alas pinggan pasu tempat makanan bagi pengantin sewaktu acara mukul (acara makan bersama) pada malam setelah selesai pesta adat, sebagai pembalut tiang pada peresmian atau acara memasuki adat rumah, dan membayar hutang adat kepada kalimbubu dalam acara kematian.

2. Uis JuluBahannya sama dengan bahan Uis Arinteneng. Warnanya hitam dengan corak garis-garis putih berbentuk liris. Keteng-keteng-nya berwarna merah dan hitam disebut Keteng-ketang Bujur. Ada yang disebut keteng-keteng sirat yang diberi ragam corak ukiran. Pinggir ujungnnya memilii rambut (jumbai). Pakaian ini diguanakan sebagai gonje (sarung laki-laki), membayar hutang adat (maneh-maneh), nambari (mengganti) pakaian orang tua laki-laki, dan untuk selimut (cabin).

14

Page 15: Makalah Kebudayaan Batak

3. Uis TebaHampir sama dengan sama dengan uis julu. Perbedaannya ialah garis-garis Uis Teba agak jarang sedangkan Uis Julu agak rapat. Warnanya hitam, pinggiran ujungnya memiliki rambu/jumbai. Pakaian ini juga diketeng-keteng, warnanya merah putih ada juga yang berukir dan tebal. Pakaian ini digunakan untuk maneh-maneh; bagi perempuan yang meninggal, tudung bagi perempuan, mengganti pakaian orang tua (bagi ibu), dan alas pinggan tempat emas kawin sewaktu melaksanakan pembayaran kepada pihak mempelai perempuan.

4. Uis Batu Jala, dan pakaian-pakaian yang lain seperti Uis Kelam-kelam, Uis Beka Buluh, Uis Gobar Dibata, Uis Pengalkal, Gatib Gewang, Uis Kapal Jongkit, Gatip Cukcak, Uis Gara-Gara, Uis Perembah, Uis Jujung-Jujungen, Uis Nipes Ragi Mbacang, uis Nipes Padang Rusak, Uis Nipes Mangiring, dan Uis Nipes Benang Iring.

04. Seni Ukir

Walaupun kehidupan masyarakat Karo pada waktu dulu dalam keadaan serba sederhana, namun beberapa orang seniman mampu menyumbangkan karyanya. Karya itu umumnya dimulai dengan sederhana dan dengan maksud untuk menolak bala, menangkal roh jahat, dan untuk dipercaya memiliki kemampuan pengobatan. Kemudian dalam perkembangannya dari waktu ke waktu, kebiasaan membuat ukiran tersebut tidak lagi dipandang dari segi kekuatan daya penangkalnya. Lukisan itu telah dipandang sebagai suatu yang memiliki

15

Page 16: Makalah Kebudayaan Batak

keindahan sehingga dikembangkan sebagai karya seni. Paling tidak ada empat tempat karya seni ini ditempatkan, yaitu: pada bangunan tradisional Karo (rumah adat, jambur, geriken, dan gereta guro-guro aron), pada benda-benda pecah-belah (gantang beru-beru, cimba lau, abal-abal, busan, petak, tagan, kampil, dan alat kesenian), pada pakaian adat Karo (uis kapal, uis nipes, dan baju), dan pada berbagai benda perhiaan (gelang, cincin, kalung, pisau, ikat pinggang, dan lain sebagainya).Bila dilihat dari bentuk nama ukiran Karo, beberapa di antaranya tercipta atas dorongan dan pengaruh lingkungan alam, manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Hal ini dapat dibuktikan atas adanya bentuk dan nama ukiran tersebut. Ragam ornamen Karo relatif banyak beberapa di antaranya adalah: tupak salah silima-lima, tupak salah sipitu-pitu, desa siwaluh, panai, bindu metagah, bindu matoguh, tapak raja Sulaiman, pantil manggus, indung-indung simata, tulak paku petundal, lipan nangkih tongkeh, kite-kite perkis, tutup dadu/cimba lau, cenkili kambing, Ipen-ipen, lukisan suki, pucuk merbung bunga bincole, surat buta, pengretret, bendi-bendi (pengalo-ngalo), embun sikawiten, pucuk tenggiang, litab-litab lembu, lukisan tonggal, keret-keret ketadu, taruk-taruk, kidu-kidu, lukisan pendamaiken, bulang binara, tanduk kerbau payung, bunga gundur, raja Sulaiman, bunga lawang, tudung teger, lukisan umang, lukisan para-para (gundur mangalata), embun sikawiten II, tulak paku, lukisan kurung tendi, osar-osar, ukiren sisik kaperas, galumbang sitepuken, ukiren kaba-kaba, likisen tagan, dan masih banyak lagi jenis ornamen yang lain.

05. Seni MusikDi samping hasil karya seni yang telah diterangkan di atas, seni musik juga berkembang dalam masyarakat Karo. Sebagaimana diketahui, bahwa masyarakat Karo sejak dahulu telah mengenal seni musik. Identitas masyarakat Karo juga terbukti dari berbagai jenis alat musik. Seni musik tersebut dibuat dari bahan-bahan yang dapat diperoleh dari alam sekitar.Gendang Karo disebut dengan lima sedalinen artinya seperangkat gendang yang terdiri dari lima bagian.

16

Page 17: Makalah Kebudayaan Batak

Bagian itu adalah:1. Gendang Indungnya

Gendang ini terbuat dari kayu pohon nangka dengan cara melobanginya dari pangkal sampai ke ujung dan dimainkan oleh seorang penabuh. Kemudian lubang pada kedua ujung pangkalnya ditutup dengan kulit napuh (kancil) dan antara bingkai yang satu dan yang lainnya diikat dengan tali. Bingkai gendang tersebut berguna untuk menciptakan tinggi rendahnya suara pukulan. Alat pemukulnya terdiri dari dua buah pemukul yang terbuat dari kayu.

2. Gendang anaknyaGendang anakna hampir sama dengan gendang indungnya. Hanya saja, gendang anaknya terdiri dari dua gendang besar dan kecil. Si penabuh memukulnya dengan satu pemukul untuk menabuh yang besar dan satu lagi untuk menabuh yang kecil.

3. Gung (gong)Gong terbuat dari sejenis logam kuningan atau kangsa. Gong tersebut termasuk besar, garis menengah lingkarannya kira-kira 75 cm dan dipegang oleh seorang tenaga.

17

Page 18: Makalah Kebudayaan Batak

4. Penganak (gong kecil)Bentuk dan bahan penganak sama dengan gong. Hanya saja, gong (gung) lebih besar dari pada penganak. Garis tengahnya kira-kira 20 cm.

5. SarunaiSarunai adalah salah satu jenis alat musik tiup. Benda in terbuat dari pohon saluntam (semacam perdu) yang dilubangi dari ujung pangkal yang satu ke ujung pangkal yang lain dan diberi lobang pengatur suara.

C. Batak Pakpak

Suku Batak Pakpak adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Pulau Sumatera Indonesia. Tersebar di beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara dan Aceh, yakni di Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten

18

Page 19: Makalah Kebudayaan Batak

Humbang Hasundutan, Tapanuli Tengah (Sumatera Utara), Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam (Provinsi Aceh)

Dalam administrasi pemerintahan, suku Pakpak banyak bermukim di wilayah Kabupaten Dairi di Sumatera Utara yang kemudian dimekarkan pada tahun 2003 menjadi dua kabupaten, yakni:

1. Kabupaten Dairi (ibu kota: Sidikalang)2. Kabupaten Pakpak Bharat (ibu kota: Salak)

Suku bangsa Pakpak kemungkinan besar berasal dari keturunan tentara kerajaan Chola di India yang menyerang kerajaanSriwijaya pada abad 11 Masehi.

Pembagian Sub-suku

Suku Pakpak terdiri atas 5 subsuku, dalam istilah setempat sering disebut dengan istilah Pakpak Silima Suak yang terdiri dari:

1. Pakpak Klasen, berdomisili di wilayah Parlilitan yang masuk wilayah kabupaten Humbang Hasundutan dan wilayah Manduamas yang merupakan bagian dari kabupaten Tapanuli Tengah.

2. Pakpak Simsim, berdiam di kabupaten Pakpak Bharat.3. Pakpak Boang, bermukim di propinsi Aceh yaitu di kabupaten Aceh

Singkil dan kota Subulussalam. Suku Pakpak Boang ini banyak disalahpahami sebagai suku Singkil.

4. Pakpak Pegagan, bermukim di Sumbul dan sekitarnya di Kabupaten Dairi.5. Pakpak Keppas, bermukim di kota Sidikalang dan sekitarnya di Kabupaten

Dairi. Anakampun Angkat Bako Bancin Banurea Berampu Berasa Beringin Sitakar Solin

Berutu Bintang Boang Manalu Capah Cibro Gajah Manik Gajah Kabeaken Sambo Saraan

Kesogihen Kaloko Kombih Kudadiri Lingga Maha Maharaja Manik Sikettang Sinamo

Matanari Meka Maibang Padang Padang

Batanghari (BTH) Pasi Penarik

Pinayungan

Marga Pakpak

19

Page 20: Makalah Kebudayaan Batak

Suku bangsa Pakpak diikat oleh struktur sosial yang dalam istilah setempat dengan sulang silima. Sulang silima terdiri dari lima unsur yakni:

1. Sinina tertua (Perisang-isang (keturunan atau generasi tertua)

2. Sinina penengah (Pertulan tengah (keturunan atau generasi yang di tengah)

3. Sinina terbungsu (perekur-ekur = keturunan terbungsu)

4. Berru (kerabat penerima gadis)

5. Puang (kerabat pemberi gadis)

Kelima unsur ini sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan dalam berbagai aspek kehidupan terutama dalam sistem kekerabatan, upacara adat maupun dalam konteks komunitas lebbuh atau kuta. Artinya ke lima unsur ini harus terlibat agar keputusan yang diambil menjadi sah secara adat.

Upacara adat Pakpak dinamakan dengan istilah kerja atau kerja-kerja. Namun saat ini sering juga digunakan istilah pesta. Upacara adat tersebut terbagi atas dua bagian besar yakni:

1. Upacara yang terkait dengan suasana hati gembira dinamakan kerja baik;

2. Upacara dalam suasana tidak gembira dinamakan kerja jahat.

Contoh kerja baik adalah: merbayo (upacara perkawinan), menanda tahun (upacara menanam padi), merkottas (upacara untuk memulai sesuatu pekerjaan yang beresik0) dan lain-lain. Contoh kerja jahat adalah mengrumbang dan upacara mate ncayur ntua (upacara kematian).

Busana Dan Perlengkapan Pakaian Adat Pakpak

A. Pakaian Adat Pakpak Untuk Pria

1. BAJU MERAPI-API

Baju model melayu leher bulat berwarna hitam yang dibubuhi atau dihiasi dengan manik-manik (Api-api). Jenis kain yang umum digunakan sejenis beludru namun belakangan lebih disesuaikan dengan model dan jenis kain terbaru. Ada beberapa variasi lain yang melekat dan pada leher dan ujung lengan terdapat warna merah putih.

2. BULANG-BULANG

Bulang-bulang Adalah penutup kepala, sebuah lambang kehormatan dan kewibawaan, dibetuk sedemikian rupa dari bahan oles perbunga mbacang.

Menteri Kelautan dan Perikanan RI Saat Mengenakan Baju Adat Pakpak pada saat pembukaan pekan raya Sumut (PRSU) tahun 2011 di Medan | Photo: Antara Sumut

3. CELANA PANJANG

20

Page 21: Makalah Kebudayaan Batak

Celana panjang berwarna hitam, sama dengan kemeja pada ujungnya juga terdapat variasi warna merah dan putih. Ukurannya umumnya tidak sampai menyentuh ujung kaki melainkan berada pada posisi tanggung, seperti celana yang biasa digunakan oleh atil silat atau karate.

4. SARUNG (OLES SIDOSDOS)

Celana panjang hitam kemudia ditutupi oleh oles sidosdos secara melingkar dengan ujung yang terbuka didepan.

5. BORGOT

Kalung yang terbuat dari emas, baik emas murni atau perak dilapisi emas. Sangat tergantung pada kemampuan ekonomi pemilik atau penggunanya. Rangkaian emas yang diikat dengan benang Sitellu rupa dan diujungnya terdapat mata kalung bergambar kepala kerbau. Rangkaiannya terdiri dari 32 keping

6. SABE-SABE

Oles Polang-polang atau pada pemakai yang punya keberadaan lebih tinggi oles Gobar, diletakkan pada bahu sebelah kanan terurai dari belakang hingga kedepan. Oles dilipat dan disesuaikan dengan corak oles.

7. REMPU RIAR

Sejenis pisau yang dibungkus dengan sarung yang diliti atau dilapisi emas atau perak (riar=uang jaman dahulu). Diselipkan di pinggang melalui rante abak.

8. RANTE ABAK

Ikat pinggang dan dahulu terbuat dari perak, tetapi lazim pula menggunakan oles diikat untuk memperkuat posisi sarung oles sidosdos dan memperindah penampilan, serta menggambarkan pula kewibawaan dan keberadaan penggunanya.

9. UCANG

Anyaman daun pandan (legging) berbentuk tas dihiasi dengan manik-manik dengan tali terbuat dari kain berwarna merah. Bisa dilatakkan pada bahu sebelah kiri namun sesekali juga dipegang oleh pemakai.

10. TONGKET

Tongkat yang sering juga dinamai tongket balekat, terbuat dari kayu berkwalitas tinggi, pada kepala dan batangnya terukir dengan gerga pakpak. Beberapa bukunya diikat dengan bahan emas, perak, atau loyang.

B. Pakaian Adat Pakpak Untuk Wanita

21

Page 22: Makalah Kebudayaan Batak

1. BAJU MERAPI-API

Baju modelleher segitiga berwarna hitam yang dibubuhi atau dihiasi dengan manik-manik (Api-api). Jenis kain yang umum digunakan sejenis beludru namun belakangan lebih disesuaikan dengan model dan jenis kain terbaru. Berebda dengan pria variasi warna merah putih tidak ditemukan, namun disekitar lengan atas terdapat manik-manik dengan gambar terlihat seperti kepala kerbau. Demikian juga pada ujung lengan. Kancing yang digunakan pada kemeja ini berbentuk bulat melingkat berlobang dengan ukuran jari-jari 3 Cm

2. SARUNG (OLES PERDABAITAK)

Hampir sama dengan Pria, oles perdabaitak dililit pada pinnggang secara melingkar.

3. SAONG

Tutup kepala yang dibentuk sedemikian rupa dengan oles silima takal. Pada wanita muda dibentuk lonjong dengan sudut runcing kebelakang, dengan rambu yang terurai di dahi. Namun pada usia dewasa bentuknya lebih sederhana dengan rambu terurai kebelakang.

4. LEPPA-LEPPA

Kalung wanita dengan bentuk dan bahan yang sama dengan pria. Bedanya dengan pria barangkali karena tidak ata mata kalung sebagaimana yang terdapat pada borgot. Jumlah rangkainnya juga berbeda dan cenderung lebih pendek.

5. RANTE ABAK

Ikat pinggang dan dahulu terbuat dari perak, tetapi lazim pula menggunakan oles diikat untuk memperkuat posisi sarung oles sidosdos dan memperindah penampilan, serta menggambarkan pula kewibawaan dan keberadaan penggunanya.

6. RABI MUNDUK

Sejenis Pisau yang terbuat dari besi dengan ujung pisau melingkar kecil keatas, gagangnya (sukul) terbuat dari jenis kayu berkwalitas tinggi, berukir dan ujungnya dililiti emas atau perak.

7. PAPUREN

Sejenis sumpit dari rajutan atau anyaman daun pandan dilapisi dengan api-api (manik-manik). Sama dengan pria sumpit ini juga bertali berwarna merah.

8. CULAPAH

Kotak kecil tempat tembakau dengan bahan yang terbuat bdari emas, perak atau loyang berukir sesuai gerga atau ornamen Pakpak yang ada. Ukurannya lebih kurang 6 x 8 cm.

22

Page 23: Makalah Kebudayaan Batak

9. KANCING EMMAS

Kancing bulat (berbentuk lingkaran) namun dengan lobang ditengah. Jari-jari lebih kurang 3-4 cm. Terbuat dari emas, perak atau logam yang dilapisi emas. Fungsinya sebagai hiasan, dan menutupi kancing sebenarnya. Artinya umumnya tidak berfungi sebagai kancing dalam artian yang sebenarnya, hanya merupakan assesories semata.

Alat Musik Tradisonal Pakpak

Orang Pakpak memiliki ensambel musik, baik tetabuhan (drum chime), yakni genderang si sibah (gendang sembilan), yang terdiri dari sembilan gendang satu sisi yang ditempatkan dalam satu rak. Gendang yang dipukul dengan stik (pemukul) ini selalu dipakai untuk mengiringi upacara adat. Di suku Pakpak upacara adat selalu terbagi dua: untuk keriaan, dan sebaliknya, untuk kedukaan. Musik (genderang) memegang peranan penting dalam keduanya.

Selain drum chime, orang Pakpak juga memiliki alat musik sejenis xylophone, yang mereka sebut kalondang. Ciri khas kalondang ini adalah dimainkan dengan mengikuti melodi yang sama dengan vokal, tapi si pemain selalu punya ruang untuk berimprovisasi.

Kemudian ada juga kecapi, serta gong (aerofon, recorder). Lalu lobat dan sordam (end-blown flute) sebagai instrumen solo. Terkadang digunakan juga memang dalam ensambel musik.

Lobat biasanya dimainkan perkemenjen (penyadap getah kemenyan). Selain memainkan alat musik ini lazimnya mereka juga menyanyikan odong-odong. Senandung ini liriknya diciptakan sendiri, biasanya bermuatan keluh kesah hidup, atau kerinduan kepada anak-istri di kampung. Odong-odong selalu dinyanyikan di atas pohon, sambil menyadap kemenyan dengan perkakas khusus; perkakas sadap itu yang dipakai sebagai musik iringan dengan memukul-mukulkannya ke pohon kemenyan.

Sordam lebih banyak digunakan seseorang saat rehat tatkala mermakan (menggembalakan ternak di padang rumput). Di samping alat musik tersebut masih ada ensambel musik genderang si pitu, yang terdiri dari 7 buah gendang (drum set) yang diletakkan pada satu rak.

Sordam juga digunakan sebagai medium untuk memasuki ruang berdimensi lain agar bisa berkomunikasi dengan roh para leluhur. ’Orang pintar’ yang sedang memanggil arwah misalnya, banyak yang menggunakan sordam saat pembukaan upacara. Biasanya setelah memainkan alat tiup bersuara sangat pilu ini mereka akan bisa memasuki dimensi lain. Jawaban dari alam lain pun bisa didapat. Acara seperti ini sering diadakan saat mencari orang hilang.

Dalam upacara duka, genderang berperan penting. Berbagai jenis irama gendang akan disesuaikan dengan kebutuhan saat upacara. Bunyi-bunyian tetabuh itu baku sifatnya; tanpa improvisasi atau variasi bunyi. Ini berbeda dengan musik saat keriaan. Biasanya, untuk mengiringi tatak (tarian), genderang digabung dengan kalondang. Yang terakhir ini, lebih leluasa diimprovisasikan; pemainnya biasanya banyak memanfaatkan ruang kosong di antara notasi dengan menyusupkan bunyi-bunyian varian. Bahkan dalam perkembangannya, lagu-lagu populer Pakpak pun bisa diiringi genderang yang dikawinkan dengan kalondang.

Yang menjadi ciri khas musik Pakpak adalah nada-nadanya kebanyakan minor. Tentu saja susunan notasinya menjadi cukup romantis.

23

Page 24: Makalah Kebudayaan Batak

Di luar musik-musik yang pakem atau standar ini, khazanah musik tradisional Pakpak masih berisikan ragam bentuk nyanyian yang dilantunkan di acara-acara penting. Salah satunya, ya odong-odong tadi: nyanyian perkemenjen yang notasinya selalu minor, lirik-liriknya selalu pilu, sarat rindu dan harapan.

Nyanyian merupakan unsur penting dalam folklor Pakpak. Sitagandera, misalnya, sebuah cerita yang wajib diketahui semua orang Pakpak, selalu disajikan dalam bentuk nyanyian. Kalimat datar dalam bentuk tutur, sebutan lainnya: narasi, hanya pengantar cerita; selebihnya nyanyian. Tidak semua orang bisa menceritakan Sitagandera dengan baik dan sempurna. Sebab tak semua orang mampu melantunkan ceritanya.

Musik Populer

Tentu saja orang Pakpak mengapresiasi musik populer juga. Sebagian pesar pencipta lagu Pakpak populer tak jelas alias no name (nn). Terlepas dari itu, apa yang diciptakan para komposer Pakpak sejak dulu sudah mencirikan kepakpakan mereka. Selain menggunakan lirik berbahasa Pakpak, nada minor yang mendominasi menjadi cirinya. Karya generasi awal (tidak ada catatan ihwal batas tahun yang pasti) seperti lagu Pantar Silang, Tiris Mo Lae Bengkuang, Teddoh Mulak, Tangis Anak Melumang, dan Tanoh Simsim cukup melegenda. Dari generasi berikutnya muncul Cikala Le Pongpong, lagu yang akhirnya melampaui wilayah Pakpak dan menembus dunia industri.

Belakangan musik tradisional Pakpak mulai tergerus oleh kemajuan teknologi, Alhasil pada upacara kematian pun genderang sudah berganti menjadi keyboard tunggal. Genderang dimainkan tanpa menghadirkan genderang dan penabuhnya. Caranya? Ya suaranya yang sudah direkam diprogram ke keyboard. Itu yang dibunyikan.

Musik populer Pakpak masih tertinggal dari segi teknologi dan kemampuan mengolah komposisi serta aransemen kekinian. Jika dibandingkan dengan musik populer suku lain di negeri ini, Pakpak jauh ketinggalan. Bisa jadi hal ini disebabkan karena tak adanya pembuka jalan. Di sisi lain para praktisi musik populer Pakpak itu sendiri terpaku pada trend musik populer kawasan paling dekat: Toba dan Karo. Jadilah irama Melayu (dangdut) merajai musik populer Pakpak, atau pelantunan berformat trio, sebagaimana pada musik-musik pop Toba.

D. Batak Toba

Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang wilayahnya meliputi Balige, Porsea, Parsoburan, Laguboti, Ajibata, Uluan, Borbor, Lumban Julu, dan sekitarnyaSecara umum orang Batak Toba menyebut dirinya keturunan raja (anak ni raja). Karena itu mereka semua adalah raja. Namun yang dimaksud adalah raja dalam arti kehormatan.

Orang Batak Toba mengenal jenis kepemimpinan sebagai berikut :1.    Raja Huta, yakni pemimpin tertinggi di dalam satu huta atau kampung pemukiman. Secara

tradisi biasanya pendiri kampung dipilih rakyatnya menjadi raja huta. Kemudian ditentukan siapa yang menjadi raja pandua atau raja kedua (wakil raja).

2.    Raja Horja, yaitu raja yang memimpin beberapa huta (kampung) yang bergabung menjadi satu horja. Raja dipilih dari para raja huta yang bergabung dalam federasi Horja. Demikian juga wakilnya. De Boer menyebutkan bahwa raja horja adalah kesatuan kolektif pemimpin horja yang bernama raja parjolo, raja partahi dan raja pandapotan.

24

Page 25: Makalah Kebudayaan Batak

3.    Raja Bius, yaitu raja yang memimpin upacara di dalam satu persekutuan bius. Raja bius dipilih dari setiap kumpulan horja. Dinamakan juga Raja Pandapotan dipilih dalam satu rapat warga. Dia berkemampuan memimpin dan menyelenggarakan upacara keagamaan bersama raja parbaringin. Bila dia menyelenggarakan pesta bius, maka raja-raja pandapotan yang lain diundang untuk berpartisipasi.

4.    Raja Parbaringin yaitu terdiri dari empat orang yang dipilih anggota masyarakat dari tiap-tiap bius marga dalam satu rapat khusus. Raja-raja ini merupakan pemimpin-pemimpin upacara kepercayaan keagamaan.

5.    Raja Maropat (Toba), adalah para pemimpin yang secara struktural dibentuk oleh Raja Sisingamangaraja XII, sebagai orang yang sangat dipercayainya dalam segala hal. Mereka berfungsi mewakili Raja Sisingamangaraja dalam pesta bius untuk minta hujan, melawan penyakit kolera atau cacar, maupun pesta taon atau mamele taon yang diselenggarakan sekali setahun saat panen perdana.

Kultur Atau Budaya Batak Toba1. Perkawinan

Proses perkawinan dalam adat kebudayaan Batak Toba menganut hukum eksogami (perkawinan di luar kelompok suku tertentu). Ini terlihat dalam kenyataan bahwa dalam masyarakat Batak Toba: orang tidak mengambil isteri dari kalangan kelompok marga sendiri (namariboto), perempuan meninggalkan kelompoknya dan pindah ke kelompok suami, dan bersifat patrilineal, dengan tujuan untuk melestarikan galur suami di dalam garis lelaki. Hak tanah, milik, nama, dan jabatan hanya dapat diwarisi oleh garis laki-laki.

Ada 2 (dua) ciri utama perkawinan ideal dalam masyarakat Batak-Toba, yakni :1. Berdasarkan rongkap ni tondi (jodoh) dari kedua mempelai.2.  Mengandaikan kedua mempelai memiliki rongkap ni gabe (kebahagiaan,

kesejahteraan), dan demikian mereka akan dikaruniai banyak anak.

Berdasarkan jenisnya ritus atau tata cara yang digunakan, perkawinan adat Bata Toba dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan:A . Unjuk: ritus perkawinan yang dilaksanakan berdasarkan semua prosedur adat Batak Dalihan Na Tolu. Inilah yang disebut sebagai tata upacara ritus perkawinan biasa (unjuk).

25

Page 26: Makalah Kebudayaan Batak

B . Mangadati: ritus perkawinan yang dilaksanakan tidak berdasarkan adat Batak Dalihan Na Tolu, sehingga pasangan yang bersangkutan mangalua atau kawin lari, tetapi ritusnya sendiri dilakukan sebelum pasangan tersebut memiliki anak. C . Pasahat sulang-sulang ni pahoppu: ritus perkawinan yang dilakukan di luar adat Batak Dalihan Na Tolu, sehingga pasangan bersangkutan mangalua dan ritusnya diadakan setelah memiliki anak.

2. Mamaholi (Kelahiran)

Mamoholi disebut manomu-nomu yang maksudnya adalah menyambut kedatangan (kelahiran) bayi yang dinanti-nantikan itu. Disamping itu juga dikenal istilah lain untuk tradisi ini sebagai mamboan aek ni unte yang secara khusus digunakan bagi kunjungan dari keluarga hula-hula/tulang.

Pada hakikatnya tradisi mamoholi adalah sebuah bentuk nyata dari kehidupan masyarakat Batak tradisional di bona pasogit yang saling bertolong-tolongan (masiurupan). Seorang ibu yang baru melahirkan di kampung halaman, mungkin memerlukan istirahat paling tidak 10 hari sebelum dia mampu mempersiapkan makanannya sendiri. Dia masih harus berbaring di dekat tungku dapur untuk menghangatkan badanya dan disegi lain dia perlu makanan yang cukup bergizi untuk menjamin kelancaran air susu (ASI) bagi bayinya.

Kunjungan pihak hulahula/tulang untuk menyatakan sukacita dan rasa syukur mereka atas kelahiran cucu itu adalah sesuatu yang khusus. Mungkin mereka akan datang beberapa hari setelah kelahiran bayi itu dalam rombongan lima atau enam keluarga yang masing-masing mempersiapkan makanan bawaannya, sehingga dapat dibayangkan berapa banyak makanan yang tersedia sekaligus.

Untuk menyambut dan menghormati kunjungan hulahula itu maka tuan rumah pun mengundang seluruh keluarga sekampungnya untuk bersama-sama menikmati makanan yang dibawa oleh rombongan hulahula itu. Setelah makan bersama, anggota rombongan hulahula akan menyampaikan kata-kata doa restu semoga si bayi yang baru lahir itu sehat-sehat, cepat besar dan dikemudian hari juga diikuti oleh adik-adik laki-laki maupun  perempuan.

3. Kematian

Dalam tradisi Batak, orang yang mati akan mengalami perlakuan khusus, terangkum dalam sebuah upacara adat kematian. Upacara adat kematian tersebut diklasifikasi berdasar usia dan status si mati. Untuk yang mati ketika masih dalam kandungan (mate di bortian) belum mendapatkan perlakuan adat (langsung dikubur tanpa peti mati). Tetapi bila mati ketika masih bayi (mate poso-poso), mati saat anak-anak (mate dakdanak), mati saat remaja (mate bulung), dan mati saat sudah dewasa tapi belum menikah (mate ponggol), keseluruhan kematian tersebut mendapat perlakuan adat : mayatnya ditutupi selembar ulos (kain tenunan khas masyarakat Batak) sebelum dikuburkan. Ulos penutup

26

Page 27: Makalah Kebudayaan Batak

mayat untuk mate poso-poso berasal dari orang tuanya, sedangkan untuk mate dakdanak dan mate bulung, ulos dari tulang (saudara laki-laki ibu) si orang mati.

Upacara adat kematian semakin sarat mendapat perlakuan adat apabila orang yang mati:1. Telah berumah tangga namun belum mempunyai anak (mate di paralang-alangan / mate punu),2. Telah berumah tangga dengan meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil (mate mangkar),3. Telah memiliki anak-anak yang sudah dewasa, bahkan sudah ada yang kawin, namun belum bercucu (mate hatungganeon),4. Telah memiliki cucu, namun masih ada anaknya yang belum menikah (mate sari matua), dan5. Telah bercucu tidak harus dari semua anak-anaknya (mate saur matua).

Mate Saurmatua menjadi tingkat tertinggi dari klasifikasi upacara, karena mati saat semua anaknya telah berumah tangga. Memang masih ada tingkat kematian tertinggi diatasnya, yaitu mate saur matua bulung (mati ketika semua anak-anaknya telah berumah tangga, dan telah memberikan tidak hanya cucu, bahkan cicit dari anaknya laki-laki dan dari anaknya perempuan). Namun keduanya dianggap sama sebagai konsep kematian ideal (meninggal dengan tidak memiliki tanggungan anak lagi).

Rumah Adat Batak Toba

Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera Utara. Rumah ini tidak memiliki sekat atau kamar sehingga keluarga tinggal dan tidur bersama. Rumah Balai Batak Toba juga dikenal sebagai Rumah Bolon. Bagi masyarakat Batak, rumah ini tampak seperti seekor kerbau yang sedang berdiri. Pembangunan rumah adat suku Batak ini dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat Batak. Rumah ini berbentuk seperti rumah panggung yang disangga oleh beberapa tiang penyangga. Tiang penyangga rumah biasanya terbuat dari kayu. Rumah Balai Batak Toba mempunyai bahan dasar dari kayu. Menurut kepercayaan masyarakat Batak, rumah ini terbagi ke dalam tiga bagian yang mencerminkan dunia atau dimensi yang berbeda-beda. Bagian pertama yaitu atap rumah yang diyakini mencerminkan dunia para dewa. Bagian kedua yaitu lantai rumah yang diyakini mencerminkan dunia manusia. Bagian yang ketiga adalah bagian bawah rumah atau kolong rumah yang mencerminkan dunia kematian.

27

Page 28: Makalah Kebudayaan Batak

Pakaian Adat Batak Toba

Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera utara. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain. Cara membuat ulos serupa dengan cara membuat songket khas Palembang, yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin.

Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, namun kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk sovenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden.

Ulos juga kadang-kadang diberikan kepada sang ibu yang sedang mengandung supaya mempermudah lahirnya sang bayi ke dunia dan untuk melindungi ibu dari segala mara bahaya yang mengancam saat proses persalinan.

Sebagian besar ulos telah punah karena tidak diproduksi lagi, seperti Ulos Raja, Ulos Ragi Botik, Ulos Gobar, Ulos Saput (ulos yang digunakan sebagai pembungkus jenazah), dan Ulos Sibolang.

Mangulosi adalah suatu kegiatan adat yang sangat penting bagi orang batak. Dalam setiap kegiatan seperti upacara pernikahan, kelahiran, dan dukacita ulos selalu menjadi bagian adat yang selalu di ikut sertakan.

28

Page 29: Makalah Kebudayaan Batak

Menurut pemikiran moyang orang batak, salah satu unsur yang memberikan kehidupan bagi tubuh manusia adalah “kehangatan”. Mengingat orang-orang batak dahulu memilih hidup di dataran yang tinggi sehingga memiliki temperatur yang dingin.

Demikian juga dengan huta/kampung yang ada di daerah tapanuli umumnya di kelilingi dengan pepohonan bambu. Dimana memiliki kegunaan bukan hanya sebagai pagar untuk menjaga serangan musuh saja, namun juga menahan terjangan angin yang dapat membuat tubuh menggigil kedinginan.

Ada 3 hal yang di yakini moyang orang batak yang memberi kehidupan bagi tubuh manusia, yaitu : Darah, Nafas dan Kehangatan. Sehingga “rasa hangat” menjadi suatu kebutuhan yang setiap saat di dambakan.

Ada 3 “sumber kehangatan” yang di yakini moyang orang batak yaitu : matahari, api dan ulos. Matahari terbit dan terbenam dengan sendirinya setiap saat. Api dapat di nyalakan setiap saat, namun tidak praktis untuk di gunakan menghangatkan tubuh, misalnya besarnya api harus di jaga setiap saat sehingga tidur pun terganggu. Namun tidak begitu halnya dengan Ulos yang sangat praktis digunakan di mana saja dan kapan saja.

Ulos pun menjadi barang yang penting dan di butuhkan semua orang kapan saja dan di mana saja. Hingga akhirnya karena ulos memiliki nilai yang tinggi di tengah-tengah masyarakat batak. Dibuatlah aturan penggunaan ulos yang di tuangkan dalam aturan adat, antara lain :

Ulos hanya di berikan kepada kerabat yang di bawah kita. Misalnya Natoras tu ianakhon (orang tua kepada anak).

Ulos yang di berikan haruslah sesuai dengan kerabat yang akan di beri ulos. Misalnya Ragihotang diberikan untuk ulos kepada hela (menantu laki-laki).

Sedangkan menurut penggunaanya antara lain :

Siabithonon (dipakai ke tubuh menjadi baju atau sarung) digunakan ulos ragidup, sibolang, runjat, jobit dan lainnya.

Sihadanghononhon (diletakan di bahu) di gunakan ulos Sirara, sumbat, bolean, mangiring dan lainnya.

Sitalitalihononhon (pengikat kepala) di gunakan ulos tumtuman, mangiring, padang rusa dan lain-lain.

Alat Musik Tradisional Batak Toba

29

Page 30: Makalah Kebudayaan Batak

Tari Tor Tor

Tortor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Secara fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan tortor adalah sebuah media komunikasi, di mana melalui gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara.

Tortor dan musik gondang ibarat koin yang tidak bisa dipisahkan. Sebelum acara dilakukan terbuka terlebih dahulu tuan rumah (Hasuhutan) melakukan acara khusus yang dinamakan Tua ni Gondang, sehingga berkat dari gondang sabangunan.

Setiap penari tortor harus memakai ulos dan mempergunakan alat musik/gondang (Uninguningan).

Ada banyak pantangan yang tidak diperbolehkan saat manortor, seperti tangan si penari tidak boleh melewati batas setinggi bahu ke atas, bila itu dilakukan berarti si penari sudah siap menantang siapa pun dalam bidang ilmu perdukunan, atau adu pencak silat (moncak), atau adu tenaga batin dan lain-lain.

Tari tortor digunakan sebagai sarana penyampaian batin baik kepada roh-roh leluhur dan maupun kepada orang yang dihormati (tamu-tamu) dan disampaikan dalam bentuk tarian menunjukkan rasa hormat.

30

Page 31: Makalah Kebudayaan Batak

E. Batak Simalungun

Batak Simalungun adalah salah sub Suku Bangsa Batak yang berada di provinsi Sumatera Utara, Indonesia, yang menetap diKabupaten Simalungun dan sekitarnya. Beberapa sumber menyatakan bahwa leluhur suku ini berasal dari daerah India Selatan. Sepanjang sejarah suku ini terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Marga asli penduduk Simalungun adalah Damanik, dan 3 marga pendatang yaitu, Saragih, Sinaga, dan Purba. Kemudian marga marga (nama keluarga) tersebut menjadi 4 marga besar di Simalungun.

1. Asal-usulTerdapat berbagai sumber mengenai asal usul Suku Simalungun, tetapi sebagian

besar menceritakan bahwa nenek moyang Suku Simalungun berasal dari luar Indonesia.Kedatangan ini terbagi dalam 2 gelombang 

a) Gelombang pertama (Simalungun Proto ), diperkirakan datang dari Nagore (India Selatan) dan pegunungan Assam (India Timur) di sekitar abad ke-5, menyusuriMyanmar, ke Siam dan Malaka untuk selanjutnya menyeberang ke Sumatera Timur dan mendirikan kerajaan Nagur dari Raja dinasti Damanik.

b) Gelombang kedua (Simalungun Deutero), datang dari suku-suku di sekitar Simalungun yang bertetangga dengan suku asli Simalungun.

Pada gelombang Proto Simalungun di atas, Tuan Taralamsyah Saragih menceritakan bahwa rombongan yang terdiri dari keturunan dari 4 Raja-raja besar dari Siam dan India ini bergerak dari Sumatera Timur ke daerah Aceh, Langkat, daerah Bangun Purba, hingga ke Bandar Kalifah sampai Batubara. Kemudian mereka didesak oleh suku setempat hingga bergerak ke daerah pinggiran danau Toba dan Samosir.

Pustaha Parpandanan Na Bolag (pustaka Simalungun kuno) mengisahkan bahwa Parpandanan Na Bolag (cikal bakal daerah Simalungun) merupakan kerajaan tertua di Sumatera Timur yang wilayahnya bermula dari Jayu (pesisir Selat Malaka) hingga ke Toba. Sebagian sumber lain menyebutkan bahwa wilayahnya meliputi Gayo dan Alas di Aceh hingga perbatasan sungai Rokan di Riau. Kini, di Kabupaten Simalungun sendiri, Akibat derasnya imigrasi, suku Simalungun hanya menjadi mayoritas di daerah Simalungun Atas.

2. Bahasa dan aksara

Suku Simalungun menggunakan Bahasa Simalungun (bahasa simalungun: hata/sahap Simalungun) sebagai bahasa Ibu. Derasnya pengaruh dari suku-suku di sekitarnya mengakibatkan beberapa bagian Suku Simalungun menggunakan bahasa Melayu, Karo, Batak, dan sebagainya. Penggunaan Bahasa Batak sebagian besar disebabkan penggunaan bahasa ini sebagai bahasa pengantar oleh penginjil RMG yang menyebarkan agama Kristen pada Suku Ini. Aksara yang digunakan suku Simalungun disebut aksara Surat Sisapuluhsiah

3. Kepercayaan

Bila diselidiki lebih dalam suku Simalungun memiliki berbagai kepercayaan yang berhubungan dengan pemakaian mantera-mantera dari "Datu" (dukun) disertai persembahan

31

Page 32: Makalah Kebudayaan Batak

kepada roh-roh nenek moyang yang selalu didahului panggilan kepada Tiga Dewa yang disebut Naibata, yaitu Naibata di atas (dilambangkan dengan warna Putih), Naibata di tengah (dilambangkan dengan warna Merah), dan Naibata di bawah (dilambangkan dengan warna Hitam). 3 warna yang mewakili Dewa-Dewa tersebut (Putih, Merah dan Hitam) mendominasi berbagai ornamen suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan rumahnya.

Orang Simalungun percaya bahwa manusia dikirim ke dunia oleh naibata dan dilengkapi dengan Sinumbah yang dapat juga menetap di dalam berbagai benda, seperti alat-alat dapur dan sebagainya, sehingga benda-benda tersebut harus disembah. Orang Simalungun menyebut roh orang mati sebagai Simagot. Baik Sinumbah maupun Simagot harus diberikan korban-korban pujaan sehingga mereka akan memperoleh berbagai keuntungan dari kedua sesembahan tersebut.

Ajaran Hindu dan Budha juga pernah memengaruhi kehidupan di Simalungun, hal ini terbukti dengan peninggalan berbagai patung dan arca yang ditemukan di beberapa tempat di Simalungun yang menggambarkan makna Trimurti (Hindu) dan Sang Buddha yang menunggangi Gajah (Budha).

4. Marga

Terdapat empat marga asli suku Simalungun yang populer dengan akronim SISADAPUR, yaitu:

Sinaga Saragih Damanik Purba

Keempat marga ini merupakan hasil dari “Harungguan Bolon” (permusyawaratan besar) antara 4 raja besar untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan (marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh).

5. Hasil Kebudayaan

Hasil kebudayaan suku batak simalungun sangat beragam. Meskipun demikian suku batak simalungun tetap memiliki ke-khas-an tersendiri yang membedakan suku batak simalungun ini dengan suku batak yang lain.

a. Pakaian adat

Sama seperti suku-suku lain di sekitarnya, pakaian adat suku Simalungun tidak terlepas dari penggunaan kain Ulos (disebut Uis di suku Karo). Kekhasan pada suku Simalungun adalah pada kain khas serupa Ulos yang disebut Hiou dengan berbagai ornamennya.

Ulos pada mulanya identik dengan ajimat, dipercaya mengandung "kekuatan" yang bersifat religius magis dan dianggap keramat serta memiliki daya istimewa untuk memberikan perlindungan. Menurut beberapa penelitian penggunaan ulos oleh suku bangsa Batak, memperlihatkan

32

Page 33: Makalah Kebudayaan Batak

kemiripan dengan bangsa Karen di perbatasan Myanmar, Muangthai dan Laos, khususnya pada ikat kepala, kain dan ulosnya.

Secara legenda ulos dianggap sebagai salah satu dari 3 sumber kehangatan bagi manusia (selain Api dan Matahari), namun dipandang sebagai sumber kehangatan yang paling nyaman karena bisa digunakan kapan saja (tidak seperti matahari, dan tidak dapat membakar (seperti api). Seperti suku lain di rumpun Batak, Simalungun memiliki kebiasaan "mambere hiou" (memberikan ulos) yang salah satunya melambangkan pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada penerima Hiou. Hiou dapat dikenakan dalam berbagai bentuk, sebagai kain penutup kepala, penutup badan bagian bawah, penutup badan bagian atas, penutup punggung dan lain-lain.

Hiou dalam berbagai bentuk dan corak/motif memiliki nama dan jenis yang berbeda-beda, misalnya Hiou penutup kepala wanita disebut suri-suri, Hiou penutup badan bagian bawah bagi wanita misalnya ragipanei, atau yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari yang disebut jabit. Hiou dalam pakaian penganti Simalungun juga melambangkan kekerabatan Simalungun yang disebut tolu sahundulan, yang terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (abit).

Menurut Muhar Omtatok, Budayawan Sumatera Utara, awalnya Gotong (Penutup Kepala Pria Simalungun) berbentuk destar dari bahan kain gelap ( Berwarna putih untuk upacara kemalangan, disebut Gotong Porsa), namun kemudian Tuan Bandaralam Purba Tambak dari Dolog Silou juga menggemari trend penutup kepala ala melayu berbentuk tengkuluk dari bahan batik, dari kegemaran pemegang Pustaha Bandar Hanopan inilah, kemudian Orang Simalungun dewasa ini suka memakai Gotong berbentuk Tengkuluk Batik.

b. Tari tradisional

Toping-toping dan tangis tangis adalah jenis tarian tradisional dari suku Batak Simalungun yang dilaksanakan pada acara duka cita di kalangan keluarga Kerajaan. Toping-toping atau huda-huda ini terdiri dari 3 (tiga)m bagian, bagian pertama yaitu huda-huda yang dibuat dari kain dan memiliki paruh burung enggang yang menyerupai kepala burung enggang yang konon menurut cerita orang tua bahwa burung enggang inilah yang akan membawa roh yang telah meninggal untuk

menghadap yang kuasa, bagian yang kedua adalah manusia memakai topeng yang disebut topeng dalahi dan topeng ini dipakai oleh kaum laki-laki dan wajah topeng juga menyerupai wajah laki-laki dan kemudia topeng daboru dan yang memakai topeng ini adalh perempuan karena topeng ini menyerupai wajah perempuan (daboru). Pada tanggal 06 s/d 08 Agustus 2009 tepatnya di Kota Perdagangan Pematang Siantar diadakan acara yang disebut dengan Pasta Rondang Bintang, acara ini dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya. Dalam acara ini digelar berbagai kegiatan seni dan budaya diantaranya berbagai jenias tari daerah Simalungun, Festival Lagu daerah, permainan tradisional (Jelengkat atau enggrang) dan Festival Toping-toping dan tangis-tangis.

Festival toping-toping dan tangis-tangis ini diadakan pada acara Pesta Rondang Bintang dengan tujuan untuk mengangkat dan mengembangkan kembali peranan toping-toping atau tangis-tangis yang biasanya dilaksanakan pada saat acara duka cita di daerah Simalungun. Pada

33

Page 34: Makalah Kebudayaan Batak

Zaman dahulu penampilan huda-huda atau toping-toping dan tangis-tangis hanya dilaksanakan dikalangan keluarga kerajaan saja dan karena sekarang keberadaannya sudah tidak ada lagi, maka akan diaktifkan kembali dalam kehidupan sehari hari. Dari sekian lama Pesta Rondang Bintang dilaksanakan baru kali ini diadakan festival toping-toping dan tangis-tangis karena dari pengamatan dan pantauan dilapangan sudah sangat jarang dan biasanya acara ini juga dilaksanakan jika orang yang punya hajatan adalah orang yang sudah saur matua atau orang yang sudah lengkap anak, cucu dari masa tuanya.

c. Rumah adat

Seperti halnya masyarakat Batak di Sumatra Utara, pada umumnya memiliki peninggalan bersejarah yang sangat berharga, yaitu rumah tradisional adat, yang lebih dikenal dengan sebutan "Rumah Bolon".Rumah Bolon, seperti artinya Rumah Besar, memang berukuran sangat besar apabila dibandingkan dengan rumah-rumah modern masa sekarang. Bentuk yang besar, merupakan sebuah Istana bagi sang pemimpin masyarakat Simalungun di masa lalu, sekaligus menjadi simbol status sosial

masyarakat Simalungun. Saat ini keberadaan Rumah Bolon tidak banyak yang bisa ditemui, yang tersisa saat ini kebanyakan menjadi objek wisata di Sumatra Utara.

Rumah Bolon sebagai rumah yang berbentuk panggung, memiliki kolong (bagian bawah rumah) dengan tinggi dua meter. Kolong tersebut biasanya dimanfaatkan sebagai menyimpan hewan ternak, seperti babi, ayam, dan kerbau. Pada masa lalu, hewan yang utama dipelihara adalah kerbau. Karena cukup tinggi, maka dibantu dengan tangga dengan jumlah anak tangganya selalu ganjil. Untuk memasuki rumah tersebut harus menunduk karena pintunya agak pendek dan berukuran kecil, kurang dari satu meter. Ini menandakan bahwa seseorang harus menghormati tuan rumah dengan cara menunduk saat memasukinya, sibaba ni aporit, yang artinya menghormati pemilik rumah.

Pintu masuk rumah adat ini, memiliki dua macam daun pintu, yaitu daun pintu yang horizontal dan vertikal. Tapi saat ini telah banyak mengalami perubahan, sehingga daun pintu yang horizontal tidak digunakan lagi. Ruangan dalam rumah adat merupakan ruangan terbuka tanpa sekat kamar. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada pembagian ruangan. Dalam rumah adat ini pembagian ruangan dibatasi oleh adat mereka yang kuatPada bagian depan Rumah Bolon, tepatnya di atas pintu terdapat gorga, sebuah lukisan berwarna merah, hitam, dan putih. Biasanya terdapat lukisan hewan seperti cecak, ular, kambing ataupun kerbau.

Arsitektur Simalungun memiliki ciri khas khusus pada bangunan, yaitu konstruksi bagian bawah atau kaki bangunan berupa susunan kayu glondongan yang masih bulat-bulat, dengan cara silang menyilang dari sudut ke sudut. Ciri khas lainnya adalah bentuk atap di mana pada anjungan diberi limasan berbentuk kepala kerbau lengkap dengan tanduknya.Di samping itu pada bagian-bagian rumah lainnya diberi hiasan berupa lukisan-lukisan yang

34

Page 35: Makalah Kebudayaan Batak

berwarna-warni yaitu merah, putih dan hitam. Ragam hias Rumah Bolon antara lain hiasan Sulempat pada tepian dinding bagian bawah, hiasan saling berkaitan. Kemudian hiasan hambing marsibak yaitu kambing berkelahi. Hiasan Sulempat dan Hambing Marsibak menggambarkan kehidupan yang saling terkait sehingga melahirkan kekuatan dan kesatuan yang tidak tergoyahkan. Hiasan pada bagian tutup keyong dengan motif segitiga, motif cecak, ipan-ipan serta motif ikal yang menyerupai tumbuhan menjalar. Biasanya pada bagian ini diberi hiasan kepala manusia yang disebut bohi-bohi, sebagai pengusir hantu. Seperti halnya hiasan ipan-ipan yang menggambarkan segi-segi runcing mempunyai maksud untuk menghambat hantu-hantu yang akan masuk rumah.

Gambar lambang hewan pada dekorasi Rumah Bolon memiliki makna yang dalam. Pada gorga yang dilukis gambar hewan cicak bermakna, orang batak Simalungun mampu bertahan hidup di manapun meski dia merantau ke tempat yang jauh sekalipun. Hal ini adalah ciri khas masyarakat batak pada umumnya yang memiliki rasa persaudaraan yang sangat kuat dan tidak terputus antar sesama sukunya. Sedangkan gambar kerbau bermakna sebagai ucapan terima kasih atas bantuan kerbau telah membantu manusia dalam pekerjaan ladang masyarakat.

Atap yang menjadi pelindung rumah memiliki ciri khas yang unik. Dua ujung lancip di depan dan di belakang. Namun ujung pada bagian belakang lebih panjang agar keturunan dari yang memiliki rumah lebih sukses nantinya.

d. Makanan khas daerah simalungun

Berikut ini adalah makanan-makanan khas yang hanya terdapat di daerah simalungun sebagai hasil kebudayaan masyarakat batak simalungun.

1. Dayok nabiaturSetiap suku tentunya memiliki makanan khasnya masing masing. Demikian pula

dengan Simalungun, ada beberapa jenis makanan yang merupakan khas dari Simalungun. Salah satu diantaranya adalah Dayok Nabinatur, jika diartikan secara langsung ke dalam bahasa Simalungun, Dayok Nabinatur bisa diartikan , Ayam (Dayok) yang disusun secara Teratur (Nabinatur). Pengertian dari “disusun” yaitu cara memotong bagian tubuh  dari ayam yang teratur dan disusun dalam sebuah tempat penghidang dengan susunan yang teratur layaknya seperti susunan Ayam tersebut ketika masih hidup. Dayok Nabinatur biasanya dihidangkan pada saat acara-acara adat ataupun acara keluarga.

2. NitakNitak adalah sejenis kudapan khas daerah simalungun. Nitak berbahan dasar dari

beras yang ditumbuk. Bahan campuran lain untuk membuat nitak adalah garam, lada hiam, jahe merah, gula merah, dan kelapa. Kesemua bahan tersebut ditumbuk hingga

35

Page 36: Makalah Kebudayaan Batak

halus dan dicampur sampai adonan menjadi kalis. Nitak hanya disajikan pada saat acara acara tertentu seperti, pesta perkawinan, pembabtisan dan juga acara adat. Nitak dipercaya oleh masyarakat simalungun sebagai pembawa keberuntungan

F. Batak Mandailing

Suku batak mandailing merupakan nama suku bangsa yang mendiami kabupaten Mandailing Natal,Kabupaten Padang Lawas,Kabupaten Padang Lawas Utara,dan sebagian Kabupaten Tapanuli Selatan,Sumatera Utara. Orang Mandailing juga menyebar hingga ke wilayah provinsi Sumatra Barat, seperti di kabupaten Pasaman dan kabupaten Pasaman Barat. Suku Mandailing memiliki adat, budaya dan bahasa sendiri. Mereka berbicara dalam bahasa Mandailing. Bahasa Mandailing sendiri sangat berkerabat dengan bahasa Batak Angkola dan Batak Toba. Dilihat dari tradisi budaya, adat dan bahasa terdapat keterkaitan erat di masa lalu antara suku Batak Mandailing dengan suku Batak Angkola, Toba dan Padang Lawas.

Menurut suatu versi bahwa Mandailing itu berasal dari kata “Mandahiling” yang terdiri dari dua suku kata yaitu "Mandala" dan "Holing", yang diduga berawal dari suatu nama daerah di bawah kekuasaan sebuah kerajaan, yaitu Kerajaan Kalingga. Kerajaan Kalingga adalah sebuah kerajaan dari India yang pernah berdiri di wilayah suku Batak Mandailing. Suku Mandailing adalah perpaduan dua suku besar yang ada di Sumatera Utara yaitu Suku Batak Toba dan Batak Angkola ditambah lagi dengan budaya Minangkabau.

A. Adat Istiadat

Adat istiadat suku Mandailing diatur dalam Surat Tumbaga Holing (Serat Tembaga Kalinga), yang selalu dibacakan dalam upacara-upacara adat. Orang Mandailing mengenal

36

Page 37: Makalah Kebudayaan Batak

tulisan yang dinamakan Aksara Tulak-Tulak, yang merupakan varian dari aksara Proto Sumatera, yang berasal dari huruf Pallawa

B. Kekerabatan

Suku Mandailing sendiri mengenal paham kekerabatan, baik patrilineal maupun matrilineal. Dalam sistem patrilineal, orang Mandailing mengenal marga. Masyarakat mandailing mengikuti keturunan bapak. Hal ini menyebabkan hanya anak lelaki saja yang akan menjadi penyambung marga bapaknya, yakni akan mewariskan marga tersebut kepada anak-anaknya. Di Mandailing hanya dikenal belasan marga saja berbeda di Batak, yang mengenal hampir 500 marga.

Marga-marga di Mandailing, antara lain :1. Hasibuan 6. Batu Bara  11. Lubis2. Nasution 7. Mardia 12. Daulae3. Matondang  8. Parinduri 13. Lintang 4. Dalimunte 9. Tanjung 5. Rangkuti 10. Pulungan

C. KesenianTari tor-tor merupakan kesenian yang dimiliki suku batak. Batak mandailing juga

memiliki gordang sambilan. Gordang sambilan adalah jenis alat musik pukul seperti Bedug yang berjumlah sembilan dengan ukuran yang berbeda. Alat ini di pakai pada waktu penikahan keturunan kerajaan dan juga di lakukan pada saat malam lebaran.

D. Sosial BudayaSuku Mandailing, menganggap diri sebagai kaum Batak yang lebih sopan santun. Mereka

juga berpegang teguh pada ciri khas kaum Batak secara keseluruhan (keahlian memimpin, kecerdasan, kesetiaan terhadap marga/kaum). Keturunan (marga) merupakan hal yang sangat penting bagi orang Batak.

37

Page 38: Makalah Kebudayaan Batak

Mandailing mengenal nilai-nilai luhur yang disebut dengan holong dohot domu. Holong berarti saling menyayangi sesama dan berbuat baik kepada orang lain. Domu berarti persatuan dari penduduk yang dianggap satu huta dan satu keturunan. Domu dianggap sudah dibawa sejak lahir (na ni oban topak), juga disebut dengan surat tumbaga holing naso ra sasa, sesuatu yang sudah terpatri dalam hati dan tidak dapat dihapus.Nilai-nilai itu dianggap falsafah hidup Mandailing.

Suku Angkola-Mandailing hidup dalam satu kumpulan desa yang disebut "huta". Secara tradisional, huta memegang kekuasaan atas tanah dan hanya mengijinkan anggota huta untuk bercocok tanam. Para anggota dapat memakai/menggarap tanah sebagai milik tetapi tidak diperkenankan menjualnya tanpa seijin huta. Ijin ini didapat dalam suatu kebiasaan, upacara perundingan. Sebuah kampung orang Mandailing dihuni oleh kelompok kerabat keturunan

pendiri kampung, yang memerintah, kelompok kerabat pemberi wanita (mora), dan kelompok kerabat yang menerima wanita (anak boru). Ketiganya membentuk bagan struktur sosial orang Mandailing, sebagaimana orang Batak pada umumnya, yaitu Dalihan na Tolu.

E. Agama/kepercayaan

Hampir seluruh suku Batak Mandailing penganut agana Islam dan banyak kegiatan tradisional (adat) mereka yang bernafaskan Islam. Bagi mereka Islam bukan hanya sekedar agama tetapi juga gaya hidup berpolitik.

F. Rumah Adat Batak Mandailing

BagasGodang merupakan rumah berarsitektur Mandailing dengan konstruksi yang khas. Berbentuk empat persegi panjang yang disangga kayu-kayu besar berjumlah ganjil. Ruang terdiri dari ruang depan, ruang tengah, ruang tidur, dan dapur. Terbuat dari kayu, berkolong dengan tujuh atau sembilan anak tangga, berpintu lebar dan berbunyi keras jika dibuka. Kontruksi atap berbentuk tarup silengkung dolok, seperti atap pedati. Satu kompleks dengan Bagas Godang terdapat Sopo Godang, Sopo Gondang, Sopo Jago, dan Sopo Eme. Keseluruhan menghadap ke Alaman Bolak.

38

Page 39: Makalah Kebudayaan Batak

Alaman Bolak adalah sebuah bidang halaman yang sangat luas dan datar. Selain berfungsi sebagai tempat prosesi adat, juga menjadi tempat berkumpul masyarakat. Sering juga disebut alaman bolak silangse utang. Maksudnya, siapapun yang lari kehalaman ini mencari keselamatan, ia akan dilindungi raja.

Sopo Godang adalah tempat memusyawarahkan peraturan adat. Selain itu, tempat ini juga dijadikan untuk pertunjukan kesenian, tempat belajar adat dan kerajinan, bahkan juga tempat musyafir bermalam. Berbagai patik, uhum, ugari dan hapantunan lahir dari tempat ini. Juga

disiapkan untuk menerima tamu-tamu terhormat. Dirancang berkolong dan tidak berdinding agar penduduk dapat mengikuti berbagai kegiatan di dalamnya. Karenanya Sopo Godang juga disebut Sopo Sio Rangcang Magodang, inganan ni partahian paradatan, parosu-rosuan ni hula dohot dongan. Artinya, Balai Sidang Agung, tempat bermusyawarah melakukan sidang adat, menjalin keakraban para tokoh terhormat dan para kerabat. Sopo Jago adalah tempat naposo bulung duduk-duduk sambil menjaga keamanan desa.Sopo Gondang adalah tempat menyimpan Gorgang Sambilan atau alat-alat seni kerajaan lain. Alat-alat itu biasanya dianggap sakral.Sopo eme atau hopuk adalah tempat menyimpan padi setelah dipanen, lambang kemakmuran bagi huta.

G. Pakaian Adat Batak Mandailing

Pengantin pria menggunakan busana :• Ampu atau penutup kepala dengan bentuk khas Mandailing/Angkola yang terbuat dari kain dan

bahan lain. Diberi ornamen warna emas makna simbolik sebagai lambang keagungan orang yang memakainya. •Warna hitam ampu mengandung fungsi magis sedangkan warna emas mengandung lambang

kebesaran. • Bagian samping kanan ampu yang salah satu ujungnya mengarah ke atas dan satu lagi ke

bawah mengandung arti bahwa yang paling berkuasa adalah Tuhan dan manusia pada akhirnya mati dan dikubur. • Pada masa dahulu, pengantin pria kadang kadang mengenakan tutup kepala yang dinamakan

serong barendo yang terbuat dari kain warna hitam yang diberi renda atau rumbai-rumbai.

39

Page 40: Makalah Kebudayaan Batak

H. Makanan Khas Batak Mandailing

1) Gule Bulung Gadung

Masakan ini salah satu masakan paling enak yang sangat di sukai orang Mandailing. Ini terbuat dari daun singkong muda di tumbuk ditambah lasiak lamot (cabe rawit) serta di tambah arias,rimbang (tekokak) yang di masak bersama dengan santan kelapa.

2) Gule AsomGule Asom ini terbuat dari cabe,bawang,ikan basah

yang di tambah dengan asom Jorbing, dll

a. Boyom.Ini terbuat dari ikan basah biasanya ikan capet (sepat)

ikan aruting (Gabus) ikan piri-

piri,haporas,incor,sulum ,burirak,tingkalang,baung,inggit-inggit,ikan patima yang di masak dengan daun pisang di tambah dengan daun kunyit,bawang prei, serta ciak-ciak (daun

sereh),lalu di bakar di makan dengan pisang bakar.

3) Sambal Tuk-Tuk

40

Page 41: Makalah Kebudayaan Batak

Ini terbuat dari ikan Asin yang dibakar bisa berupa Aso-aso,ikan tori,balanak dll yang di tuk-tuk (tumbuk) dicampur dengan cabe,bawang,asam,dan garam.

41

Page 42: Makalah Kebudayaan Batak

G. Penampilan Kelompok

1. Lagu Alusi Au

Alusi au, alusi ahu... Alusi au, alusi ahu..

Marragam-ragam do anggo sitta sitta dihita manisia.

Marasing-asing do anggo pangidoan diganup-ganup jolma.

Hamoraon hagabeon hasangapon ido di lului na deba.

Dinadeba asalma tarbarita goarna tahe.

Anggo di au tung asing do sitta sitta asing pangidoanku.

Mansai ambal pe unang pola mangisat, hamu tahe di au.

Sasude na nahugoari i da dai saut di au.

Sitta sitta di au tung asing situtu do tahe.

Tung holong ni roham i sambing do na huparsitta sitta.

Tung denggan ni basam, lagumi do nahupaima ima.

Asi ni roham ma ito, unang loas au maila.

Beha roham, dok ma hatam, alusi au.

Alusi au, alusi ahu.

Alusi au, alusi ahu.

Terjemahanya dalam bahasa indonesia :

Jawablah Aku... Jawablah Aku...

Bermacam-ragam cita-cita pada kita manusia

Berbeda-beda pula harapan pada setiap orang

Kekayaan keberhasilan kehormatan itulah yang dicari sebagian

orang

Bagi sebagian orang lagi yang penting namanya masyur

Walau ngaco-pun tidak perlu kamu mengejek aku

Semuanya yang kusebutkan itu tiada yang kesampaian padaku

Cita-cita padaku sungguh sangat berbeda

Sungguh kasih sayangmu semata yang kucita-citakan

Sungguh keramahanmulah yang kunanti-nantikan

Belas-kasihmulah adik, jangan biarkan aku malu

Bagaimana perasaan hatimu, katakanlah, Jawablah Aku

Jawablah Aku... Jawablah Aku...... Jawablah Aku... Jawablah

Aku...

2.Pos ni Uhur

(ref)Pos ni uhur mai da botou

manadingkon au sonon da

rugi iluhku mambur

mardingat janji na dob salpu, o tene botou

(bait1)Nasuan ma timbahou

dua gantang sadari, o tene botou

naubah ma parlahou

ulang songon sapari, o tene botou

(ref 2x) Pos ni uhur mai da botou

manadingkon au sonon da

rugi iluhku mambur

mardingat janji na dob salpu, o tene botou

(bait2)sahei boras ni loging

boras sabur-saburan, o tene botou

sahei ma lobei doding

horas hita ganupan, o tene botou

(ref)Pos ni uhur mai da botou

manadingkon au sonon da

rugi iluhku mambur

mardingat janji na dob salpu, o tene botou

Terjemahanya dalam bahasa indonesia :

(Reff)teganya engkau sayang

meninggalkan aku seperti ini

rugi air matakau berjatuhan

mengingat janji yang sudah lewat, oh sayangku

(bait1)di tanam tembakau

duagantang sehari, oh sayang

kita ubah lah sifat kita

jangan seperti yang dulu, oh sayangku

(bait2)sahei beras loging,

beras untuk dat, oh sayang

sampai disini dulu lagunya

mudah-mudah kita semua baik-baik saja , oh sayangku

42

Page 43: Makalah Kebudayaan Batak

Bab III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sumatera Utara adalah provinsi dimana terdapat suku batak. Banyak yang

mengira suku batak haya terdiri memang satu suku saja, akan tetapi setelah kita

bahas dalam makalah ini, kita jadi tahu bahwa suku batak itu memiliki sub-suku,

seperti batak karo, batak pak-pak, batak mandailing, batak toba, dan batak

simalungun. Sebenaranya masih banyak suku-suku lain yang mendiami provinsi

Sumatera Utara, akan tetapi kelima sub-suku batak tadi merupakan suku dengan

kelompok paling besar di Sumatera Utara. Begitu banyak perbedaan yang

mencolok maupun kemiripan yang terjadi antar kebudayaan tiap suku tersebut.

Mulai dari upacara adat, baju adat, makanan khas, musik daerah, ulos, tari-tarian

dan lain sebagainya.

B. Saran

Dengan adanya penugasan penampilan dan pembuatan makalah ini diharapkan

mahasiswa PKN STAN bisa semakin memahami dan mempelajari kebudayaan

Indonesia terutama suku Batak. Sehingga tercapailah kelestarian budaya daerah,

keharmonisan hidup oleh para generasi muda, dan membuat masyarakat Indonesia

saling mengerti, peduli,dan mempelajari antar suku di Indonesia yang penuh

keanekaragaman budaya ini. Terima kasih.

43