KEBUDAYAAN BATAK Mata Kuliah Budaya Nusantara Dosen : Bpk. Ichsan Pribadi NAMA ANGGOTA (Kelas II-C) : Andreas Martin (08330005009) Debrian Ruhut Saragih (08330004915) Harkita Okky Sinaga (08330004941) Irvan Abdillah Sembiring (08330004952) SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA SPESIALISASI PENILAI/PBB 2009
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEBUDAYAAN BATAK
Mata Kuliah Budaya Nusantara
Dosen : Bpk. Ichsan Pribadi
NAMA ANGGOTA (Kelas II-C) :
Andreas Martin (08330005009)
Debrian Ruhut Saragih (08330004915)
Harkita Okky Sinaga (08330004941)
Irvan Abdillah Sembiring (08330004952)
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
SPESIALISASI PENILAI/PBB
2009
DAFTAR ISI
BAB I IDENTIFIKASI .............................................................................................................................3
1.1 PENGERTIAN KEBUDAYAAN BATAK ................................................................................................3 1.2 SUKU-SUKU BATAK ....................................................................................................................4 1.3 WILAYAH BERMUKIM .................................................................................................................4 1.4 FALSAFAH BATAK ......................................................................................................................6 1.5 BATAK PADA ERA MODERN ..........................................................................................................6
BAB II MATA PENCAHARIAN ..............................................................................................................7
BAB III SISTEM KEKERABATAN DAN KEMASYARAKATAN ...................................................................8
3.1 NILAI BUDAYA ..........................................................................................................................8 3.2 MARGA DAN TAROMBO .............................................................................................................8
3.2.1 Dalihan Natolu ...............................................................................................................9 3.2.2 Paratur ni parhundulon ..................................................................................................9 3.2.3 Nama-nama partuturon dan bagaimana memanggilnya.............................................. 11
BAB IV PRODUK BUDAYA ................................................................................................................. 14
4.1 ADAT ISTIADAT BATAK.............................................................................................................. 14 4.2 ALAT-ALAT RUMAH TANGGA YANG DIPAKAI OLEH NENEK MOYANG SUKU BATAK ................................. 18 4.3 MUSIK, PAKAIAN ADAT DAN TARIAN BATAK .................................................................................. 19
BAB V PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI .................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 22
3
BAB I
IDENTIFIKASI
1.1 Pengertian Kebudayaan Batak
Batak adalah nama sebuah suku di
Indonesia. Suku ini kebanyakan bermukimdi
SumatraUtara. Mayoritas orang Batak beragama
Kristen dan Islam. Tetapi dan ada pula yang
menganut kepercayaan animisme (disebut
Parmalim).Yang dimaksud dengan kebudayaan
Batak yaitu seluruh nilai-nilai kehidupan suku
bangsa Batak diwaktu-waktumendatang
merupakan penerusan dari nilai kehidupan lampau dan menjadi faktor penentu sebagai
identitasnya. Refleksi dari nilai-nilai kehidupan tersebut menjadi suatu ciri yang khas bagi suku
bangsa Batak yakni : Keyakinan dan kepercayaan bahwa ada Maha Pencipta sebagai Tuhan yang
menciptakan alam semesta beserta segala sesuatu isinya, termasuk langit dan bumi. Untuk
mewujudkan keseimbangan dalam menjalankan nilai-nilai kehidupan sebagai mahluk sosial yang
selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, Tuhan Maha Pencipta sebagai titik orientasi
sipritualnya, alam lingkungan sebagai objek integritasnya suku bangsa Batak telah dinaungi
Patik. Patik berfungsi sebagai batasan tatanan kehidupan untuk mencapai nilai-nilai kebenaran.
Patik ditandai dengan kata Unang, Tongka, Sotung, Dang Jadi. Sebagai akibat dari penyimpangan
tatanan kehidupan yang dimaksud dibuatlah Uhum atau Hukum.Uhum/Hukum ditandai oleh
kata; Aut, Duru, Sala, Baliksa, Hinorhon, Laos, Dando, Tolon, Bura dsb. Didalam menjalankan
kehidupan suku bangsa Batak terutama interaksi antara sesama manusia dibuatlah nilai-nilai
antara sesama, etika maupun estetika yang dinamai Adat. Suku bangsa Batak mempunyai system
kekerabatan yang dikenal dan hidup hingga kini yakni Partuturon. Peringatan untuk tidak
melanggar Patik itu ditegaskan dengan kata Sotung. Dan mengharamkan segala aturan untuk
dilanggar dikatakan dengan kata Subang.
Makna Kebudayaan Batak
Tata nilai kehidupan suku Batak di dalam proses pengembangannya merupakan pengolahan
tingkat daya dan perkebangan daya dalam satu sistem komunikasi meliputi :
a. Sikap Mental (Hadirion)
Sikap mental ini tercermin dari pepatah : babiat di harbangan, gompul di alaman.
Anak sipajoloon nara tu jolo.
4
b. Nilai Kehidupan (Ruhut-ruhut Ni Parngoluon)
Pantun marpangkuling bangko ni anak na bisuk. Donda marpangalaho bangkoni boru na uli.
(pantun hangoluan tois hamagoan).
Cara Berpikir (Paningaon)
Raja di jolo sipatudu dalan hangoluan. (didepan kita sebagai panutan)
Raja di tonga pangahut pangatua, pangimpal, pangimbalo (ditengah kita sebagai
pemersatu).
Raja di pudi siapul natangis sielek na mardandi. (dibelakang kita sebagai penopang orang
yang jatuh) .
Cara Bekerja (Parulan)
Mangula sibahen namangan (mengerjakan apa yang mau dimakan)
Maragat bahen siinumon (menampung apa yang mau diminum)
Logika (Ruhut, Raska, Risa)
Aut so ugari boru Napitupulu na tumubuhon au, dang martulang au tu Napitupulu (jika
masih satu keturunan/marga, maka kita akan lebih menghormatinya)
Etika (Paradaton)
Tinintip sanggar bahen huru-huruan
Nisungkun marga asa binoto partuturon
Estetika (panimbangion)
Hatian sora monggal ninggala sibola tali
1.2 Suku-suku Batak
Suku Batak terdiri dari beberapa sub suku yang berdiam di wilayah Sumatera Utara, Kota
Subulussalam, Aceh Singkil dan Aceh Tenggara. Sub suku Batak adalah: Suku Alas, Suku
Kluet,Suku Karo , Suku Toba , Suku Pakpak , Suku Dairi , Suku Simalungun , Suku Angkola ,
Suku Mandailing.
1.3 Wilayah Bermukim
Dalam tata pemerintahan Republik Indonesia yang
mengikuti tata pemerintahan Kolonial Belanda, setiap sub
suku berdiam dalam satu kedemangan yang kemudian
dirubah menjadi Kabupaten setelah Indonesia merdeka.
Sub suku Batak Toba berdiam di Kabupaten
Tapanuli Utara yang wilayahnya meliputi Ajibata
(berbatasan dengan Parapat), Pulau Samosir, Pakkat, serta
Sarulla. Empat tahun terakhir ini, Kabupaten Tapanuli
Utara sendiri telah dimekarkan menjadi beberapa
5
Kabupaten yakni Kabupaten Tapanuli Utara (ibukota Tarutung), Kabupaten Toba Samosir
(ibukota Balige), Kabupaten Samosir (ibukota Pangururan), Kabupaten Humbang (ibukota
Siborong-borong), Kabupaten Humbang Hasundutan (ibukota Dolok Sanggul).
Sub suku Batak Karo mayoritas berdiam di Kabupaten Karo dengan ibukota Kabanjahe,
namun sebagian juga tersebar di Kabupaten Langkat dan Deli Serdang. Mereka yang bermukim di
wilayah Kabupaten Karo kerap disebut sebagai Karo Gunung, sementara yang di Kab. Langkat
dan Deli Serdang kerap disebut dengan Karo Langkat.
Sub suku Batak Alas bermukim di wilayah Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. Populasi mereka meningkat paska Perang Aceh dimana pada masa
perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Belanda, suku Batak Toba selalu mengirimkan bala
bantuan. Setelah perang usai, mereka banyak yang bermukim di wilayah Aceh Tenggara.
Sub suku Batak Pakpak terdiri atas 5 sub Pakpak yaitu Pakpak Kelasen, Pakpak Simsim,
Pakpak Boang, Pakpak Pegagan, bermukim di wilayah Kabupaten Dairi yang kemudian
dimekarkan pada tahun 2004 menjadi dua kabupaten yakni: Kabupaten Dairi (ibukota
Sidikalang)dan Kabupaten Pakpak Bharat (ibukota Salak). Suku Batak Pakpak juga berdomisili
di wilayah Parlilitan yang masuk wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan dan wilayah
Manduamas yang merupakan bagian dari Kabupaten Tapanuli Tengah.Suku Pakpak yang tinggal
diwalayah tersebut menamakan diri sebagai Pakpak Kelasan. Dalam jumlah yang sedikit, suku
Pakpak juga bermukim di wilayah Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam.
Sub suku Batak Simalungun mayoritas bermukim di wilayah Kabupaten Simalungun
(ibukota Pematang Siantar) namun dalam jumlah yang lebih kecil juga bermukim di kabupaten
Serdang Bedagai dan Kabupaten Asahan.
Sub suku Batak Mandailing dan Angkola bermukim di wilayah Kabupaten Tapanuli
Selatan (ibukota Padang Sidempuan) dan Kabupaten Mandailing Natal (sering disingkat dengan
Madina dengan ibukota Penyabungan). Kabupaten ini berdiri sejak tahun 1999 setelah dimekarkan
dari Kabupaten Tapsel. Sementara itu, Kabupaten Tapanuli Tengah (ibukota Sibolga) sejak dulu
tidak didominasi oleh salah satu sub suku batak. Populasi Batak Toba cukup banyak ditemui di
daerah ini, demikian juga dengan Batak Angkola dan Mandailing. Dalam jumlah yang kecil,
Batak Pakpak juga bermukim di daerah ini khususnya Kota Barus. Hal ini dimungkinkan karena
Tapanuli Tengah terletak di tepi Samudera Hindia yang menjadikannya sebagai pintu masuk dan
keluar untuk melakukan hubungan dagang dengan dunia internasional. Salah satu kota terkenal
yang menjadi bandar internasional yang mencapai kegemilangannya sekitar abad 5 SM-7 SM
adalah Kota Barus.
6
1.4 Falsafah Batak
Secara umum, suku Batak memiliki falsafah adat Dalihan Na Tolu yakni Somba Marhula-
hula (hormat pada pihak keluarga ibu/istri) Elek Marboru (ramah pada keluarga saudara
perempuan) dan Manat Mardongan Tubu (kompak dalam hubungan semarga). Dalam kehidupan
sehari-hari, falsafah ini dipegang teguh dan hingga kini menjadi landasan kehidupan sosial dan
bermasyarakat di lingkungan orang Batak.
1.5 Batak Pada era modern
Sejarah Batak modern dipengaruhi oleh dua agama samawi yakni Islam dan Kristen. Islam
makin kuat pengaruhnya pada saat Perang Padri, melalui aktivitas dakwah yang dilakukan para
da'i dari dari negeri Minang. Perluasan penyebaran agama islam juga pernah memasuki hingga ke
daerah Tapanuli Utara dibawah pimpinan Tuanku Rao dari Sumatera Barat, namun tidak begitu
berhasil. Islam lebih berkembang di kalangan Batak Mandailing dan sebagian Batak Angkola.
Agama Kristen baru berpengaruh di kalangan Batak Angkola dan Toba setelah beberapa kali misi
Kristen yang dikirimkan mengalami kegagalan. Misionaris yang paling berhasil adalah I.L.
Nommensen yang melanjutkan tugas pendahulunya menyebarkan agama Kristen di wilayah
Tapanuli. Ketika itu, masyarakat Batak yang berada di sekitarTapanuli, khususnya Tarutung,
diberi pengajaran baca tulis, keahlian bertukang untuk kaum pria dan keahlian menjahit serta
urusan rumah tangga bagi kaum ibu. Pelatihan dan pengajaran ini kemudian berkembang hingga
akhirnya berdiri sekolah dasar dan sekolah keahlian di beberapa wilayah di Tapanuli. Nommensen
dan penyebar agama lainnya juga berperan besar dalam pembangunan dua rumah sakit yang ada
saat ini, RS Umum Tarutung dan RS HKBP Balige, yang sudah ada jauh sebelum Indonesia
merdeka. Sementara itu, perkembangan pendidikan formal juga terus berlanjut hingga dibukanya
sebuah perguruan tinggi bernama Universitas HKBP I.L. Nommensen (UHN) tahun 1954.
Universitas ini menjadi universitas swasta pertama yang ada di Sumatra Utara dan awalnya hanya
terdiri dari Fakultas Ekonomi dan Fakultas Theologia.
7
BAB II
MATA PENCAHARIAN
Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladangLahan didapat dari
pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mendapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya.
Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan. Perternakan juga salah satu mata
pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek.
Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba. Sektor kerajinan juga
berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar, yang ada kaitanya dengan
pariwisata.
8
BAB III
SISTEM KEKERABATAN DAN KEMASYARAKATAN
3.1 Nilai Budaya
1. Kekerabatan
Nilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalian
Na Talu, dimana seseorang harus mencari jodoh diluar kelompoknya, orang-orang dalam satu
kelompok saling menyebut Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis
untuk diperistri disebut Hula-hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut Boru.
Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan yang disebut
Huta atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu
marga. Ada pula kelompok kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral
keturunan pendiri dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya
nama marga. Klen kecil tadi merupakan kerabat patrilineal yang masih berdiam dalam satu
kawasan. Sebaliknya klen besar yang anggotanya sdah banyak hidup tersebar sehingga tidak
saling kenal tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu
disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat