BAB I PENDAHULUAN Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha. berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi menjadi dua jenis, yaitu: Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor. Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP. Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot. Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis, merokok, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang
rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti
punggung bagian atas dan pangkal paha. berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi menjadi
dua jenis, yaitu: Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa
nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang
berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena
osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor. Gaya
berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat mengakibatkan rasa nyeri
pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu
valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan
berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP. Kehamilan
dan obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh
gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan
lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.
Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis, merokok,
pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk
lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial. Sifat dan karakteristik nyeri yang
dirasakan pada penderita LBP bermacam-macam seperti nyeri terbakar, nyeri tertusuk, nyeri
tajam, hingga terjadi kelemahan pada tungkai. Nyeri ini terdapat pada daerah lumbal bawah,
disertai penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain sakroiliaka, koksigeus, bokong, kebawah
lateral atau posterior paha, tungkai, dan kaki.
1
BAB II
SKENARIO KASUS
Anda sebagai dokter yang bertugas di UGD RS di Jakarta Selatan kedatangan seorang
perempuan Ny. Rita umur 37 tahun dengan keluhan nyeri hebat pada pinggang bawah, bokong
dan nyeri menjalar ke tungkai. Nyeri yang dirasakan Ny. Rita sangat hebat setelah menggendong
anaknya yang berumur 5 tahun kemarin. Nyeri pinggang, rasa baal dan merasa lemah ditungkai
sudah berlangsung selama 2 tahun hilang timbul yang berlangsung dalam beberapa minggu
sampai beberapa bulan kemudian sembuh dan timbul kembali. Nyeri dirasakan bertambah berat
selama 2 bulan terutama saat mau duduk dan mau berdiri. Akhir-akhir ini ia mulai merasakan
nyeri menjalar sepanjang tungkai kiri nyeri makin bertambah bila pasien duduk atau saat berdiri
membungkuk, bersin, batuk atau tertawa dan kekuatan otot tungkai kiri agak lemah disertai rasa
baal.
Ny. Rita bekerja sebagai tukang jahit sidebuah perusahaan konveksi sejak umur 25 tahun. Pasien
tidak pernah merasa jatuh atau tertabrak kendaraan selama ini. BAB dan BAK pasien tidak
terganggu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Tinggi badan : 165cm
Berat badan : 80kg
Nadi : 70x/menit, regular
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Suhu : 36,5oC
Pernapasan : 18x/menit, regular
Kesadaran : komposmentis
Kepala : normocephalic
Leher : gerakan normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada kaku kuduk
Cor/pulmo : normal
2
Abdomen : lemas, tidak ada nyeri tekan, tidak kembung, tidakada hepatosplenomegali
atau massa
Tulang belakang : lurus / tidak ada skoliosis, ada nyeri tekan region lumbal bawah,
bokong dan region glutea kiri, nyeri lebih berat bila pasien duduk dengan melakukan
gerakan antefleksi batang badan dan menjalar ke belakang tungkai kiri.
Ekstremitas atas : gerakan normal, tidak ada rasa nyeri
Ekstremitas bawah : simetris, gaya jalan kelihatan normal, kekuatan otot kiri 4;kanan 5,
nyeri tungkai atas kiri sisi dorsal bila fleksi pasif pada articulation coxae kiri dengan
tungkai bawah dalam keadaan lurus hanya terbatas 40 derajat karena sakit, nyeri
bertambah bila dilakukan dorsofleksi pada pergelangan kaki kiri. Nyeri tungkai atas kiri
sisi dorsal bila tungkai kanan difleksi pasif pada articulation coxae kanan dengan tungkai
bawah dalam keadaan lurus. Tidak didapatkan nyeri pada saat tungkai kiri dilakukan
fleksi, abduksi dan eksorotasi. Sensibilitas dorsum pedis dan olantar pedis kiri berulang;
yang kanan normal. Refleks fisiologis KPR normal; dan APR kiri menurun, kanan
normal. Refleks patologis -/-.
Pada pemeriksaan neurologic :
Papil : bulat, isokor, reflex cahaya langsung +/+, tidak langsung +/+
Gerakan kedua bola mata : normal
Nervi 1 s/d 12 : normal
Tidak terdapat kaku kuduk
Ekstremitas atas : gerakan bahu, siku, pergelangan tangan dan lengan bawah bilateral
normal, tidak ada deformitas atau nyeri tekan
Status neurologic ekstremitas superior : kekuatan otot 5/5, tidak ada nyeri tekan atau rasa
baal
Status neurologic ekstremitas inferior : kekuatan otot 5/4, nyeri bertambah hebat bila
dilakukan gerak fleksi tungkai atas dalam keadaan tungkai bawah dalam keadaan
diluruskan digerakkan fleksi pasif pada articulatio coxae kiri hanya terbatas 40 derajat
Koordinasi dan keseimbangan baik
Reflex fisiologis kanan normal, APR kiri menurun
Reflex patologis -/-
3
Pemeriksaan MRI
4
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Untuk menentukan diagnosis yang tepat pada pasien kasus ini, dilakukan hal-hal sebagai
Pengertian MRI ((Magnetic Resonance Imaging) adalah satu cara pemeriksaan khusus diagnostic dalam ilmu kedokteran yang menggunakan medan magnet yang besar dan menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dalam tiga potongan yaitu aksial, sagital dan koronal
Tujuan Untuk menilai medulla spinalis thorakalis-lumbalis, canalis spinais, radiks, conus medularis, discus dan foramen intervertebralis, facet joint, ligamentum, tulang dan jaringan lunak paravertebrae.Kebijakan .Pemeriksaan dilakukan atas permintaan dokter.
IndikasiKontraindikasi Hanya pada pasien yang dilakukan dengan menggunakan
kontras media dan alergi kontras.Prosedur Persiapan Persiapan pemeriksaan umum :
1. Sebaiknya jangan makan kenyang sebelum pemeriksaan.
2. Jangan memakai perhiasan atau bahan make up dengan kadar logam tinggi.
3. Semua bahan logam, kartu kreedit, kartu telepon dan lain-lain yang sejnis supaya dilepas sebelum masuk ke dalam ruang pemeriksaan.
4. Sebelum masuk ke ruang pemeriksaan penderita melakukan pengosongan buli terlebih dahulu.
5. Pasien salin dengan baju yang telah disediakan
Persiapan pemeriksaan khusus :1. Tidak dapat dilakukan pada penderita yang memakai alat pacu jantung, protese dengan kandungan logam, operasi klips ataupun alat-alat lainnya yang berada di dalam tubuh yang mengandung logam.
2. Kehamilan dalam trimester I.
3. Penderita dengan alat batu ventilator tidak dapat masuk kedalam ruang MRI.
4. Selama dalam pemeriksaan pasien harus dalam keadaan diam atau bergerak sedikit mungkin.
Teknik. Pasien dalam posisi supine dengan daerah thorakal atau lumbal di dalam coil dan dipasang marker bila diperlukan..
Teknik pengambilan foto.
18
a. Tripilot.b. T2 sagital tebal irisan 4,5 mm dengan interslice 0,5 mm.c. T1 sagitald. T2 multiaxial dengan tebal irisan 5 mm dengan interslice 0,5
mm.e. T1 multi axial.f. Myelo coronal.g. Myelo sagital .h. T1 axiall, sagital dan koronal dengan kontras pada kasus
tumor ataupun abses paravertebrae.Prosedur TindakanPenilaian Dilakukan oleh dokter spesialis radiology.
Dibuatkan expertise yang ditandatangani oleh dokter spesialis radiology sesuai dengan keadaan pasien.
Lama Tindakan Kurang dari 30 menit tergantung dari pemeriksaan dan kondisi pasien.
Komplikasi Tidak ada komplikasi yang berat kecuali jika ada reaksi alergi pada pemberian kontras media.
WewenangUnit Yang MengerjakanDokumen Terkait Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
A. Ischialgia dan Low Back Pain
Soemarmo Markam (1982) mendefinisikan ischialgia sebagai gejala nyeri yang timbul akibat
perangsangan nervus ischiadicus. Low back pain merupakan gejala nyeri akibat perangsangan medulla
spinalis atau radiks nervi spinalis pada segmen lumbal IV, V, dan Sacral I. Rangsangan ini disebabkan
oleh penonjolan nucleus pulposus pada keadaan hernia. Pada keadaan ini timbul rasa nyeri dan
kesemutan sepanjang cabang saraf yang tertekan. Kamus Kedokteran (1983) mendefinisikan ischias
sebagai sengan pangkal paha atau nyeri di daerah pangkal paha (nervus ischiadicus). Mahar Mardjono
dan Priguna Sidharta (1978) mendefinisikan ischialgia sebagai nyeri yang berpangkal pada daerah
lumbosakralis yang menjalar ke pantat dan selanjutnya ke bagian posterolateral tungkai atas, bagian
lateral tungkai bawah, serta bagian lateral kaki. Menurut atlas Sobotta 91985) nervus ischiadicus
terletak antara musculus piriformis dan musculus obturatorius internus. Orang awam sering
menyebutnya 5 dengan pantat bagian tengah dan samping. Pada individu yang aktif berjalan, sendi yang
19
banyak mendapatkan pembebanan adalah sendi panggul, sehingga aliran darah banyak terkonsentrasi
pada daerah tersebut. Aliran darah diperbanyak dengan maksud menyediakan oksigen agar produksi
energi dapat berjalan lancar, namun aliran tersebut justru menyebabkan bengkak. Pembengkakan juga
disebabkan oleh menumpuknya hasil sisa metabolisme (myogelosis). Karena musculus piriformis dan
musculus obturatorius internus membengkak maka nervus ischiadicus akan terjepit. Nervus ischiadicus
merupakan saraf motoris perifer yang apabila terganggu akan terjadi gejala kelumpuhan atau kelemahan
pada otot yang dipersarafinya. Kelemahan tersebut bersifat lemas (flaksid) atau menurunnya tonus otot
(hipotoni atau bahkan atoni). Refleks otot juga akan menghilang. Nervus ischiadicus juga mengandung
serabut sensorik dari radiks dorsalis Lumbal IV sampai dengan Sakral III. Bagian distalnya bercabang
dua yaitu nervus tibialis dan nervus peroneus komunis. Permukaan anteroeksternal dari tungkai bawah
dan dorsum pedis merupakan kawasan nervus peroneus, sedangkan telapak kaki, tumit, dan permukaan
tepi luar kaki termasuk kawasan sensorik nervus tibialis. Nyeri tekan sepanjang perjalanan nervus
ischiadicus dapat ditimbulkan pada ischialgia akibat Hernia Nucleus Pulposus (HNP), artritis
sakroiliaka, koksitis, dan neuritis primer nervus ischiadicus.
Nyeri radikuler HNP disebabkan oleh menonjolnya nucleus pulposus ke dalam kanalis
vetebralis akibat proses degeneratif dari anulus fibrosus atau ligamentum flavum. Keadaan tersebut
disebabkan oleh adanya gaya yang6 menekan pada discus intervertebralis yang dapat terjadi sewaktu
mengangkat barang berat, jatuh terpelanting, atau ayunan kepala (whip lash). HNP lebih sering terjadi
pada daerah lumbal bawah daripada cervical. Pada lumbal bawah antara L4-L5 dan S1, serta korpus
lumbalis terbawah. Tempat penonjolan nucleus pulposus bervariasi. Karena itu radiks dorsalis dapat
tertekan dari samping, dari medial atau posterior. Manifestasi dari gangguan radiks bervariasi pula antara
nyeri radikuler, paraesthesia, atau hipesthesia radikuler. Penekanan terhadap radiks dorsalis yang masih
utuh dan berfungsi baik mengakibatkan timbulnya nyeri radikuler. Jika penekanan sudah menimbulkan
pembengkakan radiks dorsalis, bahkan kerusakan struktural yang lebih berat, maka gejala yang timbul
adalah hipethesia atau anaesthesia radikuler.
20
Diagnosa Banding
Diagnosa banding dari berbagai macam ischialgia didasarkan terutama pada anamnesa. Pada umumnya
ischialgia karena HNP timbul setelah beberapa lama menderita low back pain. Sakit pinggang sering
dihubungkan dengan trauma seperti mengangkat benda berat atau jatuh terpeleset. Jika sebab dari
ischialgia itu arthritis sakroiliaka, maka faktor beban berlebihan pada permukaan vertebra mudah
ditemukan, seperti misalnya penderita yang sedang hamil atau setelah melahirkan. Akibat lesi pada
komponen nervus ischiadicus, berbagai pola gangguan somestesia dapat ditemukan sesuai dengan
kawasan sensorik saraf tepi yang merupakan cabang terakhir dari nervus ischiadicus. Nervus ischiadicus
dapat mengalami kerusakan karena serabut sensorik dari S1 sampai S3 terganggu. Nyeri dan paraesthesia
/ hipesthesia terasa di kawasan nervus kutaneus femoris posterior dan dari nervus ischiadicus.
Nervus peroneus sering terganggu karena letaknya dekat tepi dan tulang fibula. Pada lesi di pangkal
nervus ischiadicus pun otot dan kulit yang dipersarafi nervus peroneus akan terganggu. Karena nervus
tibialis merupakan cabang tepi nervus ischiadicus, maka pada lesi di nervus ischiadicus gangguan
somestesia ditemukan juga di kawasan nervus tibialis. Dalam perjalanannya ke tepi ia bercabang dua
yang masing-masing dinamakan nervus tibialis anterior dan posterior.
Kondisi ischialgia menyebabkan pasien kesulitan untuk melakukan gerakan jongkok,
membungkuk, maupun timpuh (duduk diatas kedua kaki) akibat gangguan tonus otot. Tonus otot diatur
oleh sel-sel khusus yang disebut spindle otot yang berada di jaringan otot. Dari spindle ini keluar saraf-
saraf sensori aferen yang menuju medulla spinalis dan berakhir di kornu motoris. Daro kornu motoris
berjalan saraf eferen kembali ke spindle otot. Rusaknya arkus refleks akan menyebabkan otot menjadi
lemas atau flaksid.
Aktivitas refleks tonus ini dihambat oleh saraf yang berjalan di dalam traktus piramidalis. Bila
traktus piramidalis mengalami kerusakan, hambatan ini berkurang sehingga tonus meninggi dan
terjadilah kekakuan otot. Pada otot tungkai, otot-otot ekstensor lebih kuat daripada otot fleksor. Pada
21
kelumpuhan sentral maka otot terfiksasi dalam sikap ekstensi pada sendi lutut. Pada tungkai bawah, otot
fleksor lebih kuat daripada otot ekstensor, sehingga pada gangguan traktus piramidalis , kaki tertekuk
kearah telapak kaki. Dengan adanya semua gejala ini akan menyebabkan cara berdiri dan cara jalan yang
khas pada penderita ischialgia.
Dengan mekanisme pathologi yang sama, gejala untuk ischialgia terjadi juga pada low back pain,
hanya ada beberapa gejala tambahan yang terkonsentrasi pada pinggang bawah. Gejala tersebut adalah
rasa kaku, nyeri, dan gangguan gerak pada daerah panggul. Hal ini disebabkan karena sumber nyeri pada
low back pain terjadi lebih tinggi yaitu di segmen lumbal IV, V, dan Sakral I.
B. Teori Nyeri
Semua rangsang yang menimbulkan jejas terhadap jaringan tubuh akan menimbulkan rasa nyeri,
misalnya tusukan jarum pada kulit, sayatan pada kulit, kulit terbakar, membeku karena dingin atau
tersiram air keras. Jejas tersebut dapat dianggap sebagai suatu keadaan biokimia yang tidak wajar yang
dapat menjadi rangsang protopatik, seperti acetylcholine, 5-hydroxytryptamin,
histamine, bradikinin, dan berbagai polipeptida. Intensitas rangsang protopatik terendah yang dapat
menimbulkan nyeri (ambang rangsang nyeri) kira-kira sama untuk setiap orang, tetapi berbagai keadaan
dapat merubah kesabaran akan nyeri.
Berbagai teori tentang nyeri telah banyak diperkenalkan, namun yang sangat sering dianut adalah
teori dari Melzack-Wall yang dikenal sebagai „gate controle system“. Pada hakekatnya teori tersebut
memperjelas apa yang pernah dikatakan oleh Mahar Mardjono bahwa „Nyeri dalam semua modalitasnya
harus dianggap ssebagai hasil pengolahan dari suatu perangsangan di berbagai tingkat Susunan Saraf
Pusat. Dengan demikian impuls nyeri dapat diperlancar atau dihambat pada sinaps-sinaps yang
merupakan tempat pertemuan antara 9impuls dari berbagai sumber. Impuls yang menyimpangkan
22
perhatian merupakan impuls inhibisi terhadap penyaluran impuls nyeri. Sebaliknya impuls emosi
mempermudah dan memperlancar pengiriman impuls nyeri. Dengan teori ini dapat dimengerti adanya
berbagai macam keanehan, misalnya tidak merasakan nyeri meskipun berjalan diatas api arang yang
bernyala.
Sinaps ditempat impuls nyeri dapat dihambat atau diperlancar oleh impuls inhibisi dan eksitasi.
Pengaturan inhibisi dan eksitasi diumpamakan sebagai pintu gerbang (gate) oleh Melzack-Wall.
Inhibisi dan eksitasi berlaku baik bagi impuls afferent maupun eferen. Impuls yang menghambat dan
memperlancar bersumber pada psike atau keadaan fikiran. Dengan demikian nyeri bergantung pada
proses badaniah dan rohaniah serta bersifat subyektif. Jenis nyeri dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. nyeri superfisial: nyeri ini bersifat tajam dan jelas terlokalisasi. Nyeri ini khas untuk nyeri akibat
perangsangan langsung terhadap alat perasa protopatik pada kulit atau perangsangan terhadap ganglion
saraf sensorik perifer serta saraf otak. Tergolong dalam nyeri superfisialis ialah nyeri neuralgia, dan
nyeri akibat proses infeksi.
2. nyeri viseralis: nyeri ini timbul akibat perangsangan serabut saraf sensorik yang terletak di berbagai
organ dalam, yang biasanya bersifat difus serta tak tajam. Lokalisasi nyeri yang kurang terbatas ini
disebabkan oleh lintasan afferen perifer yang mencakup kawasan sensorik yang luas, dengan banyak
lintasan melalui ganglion autonom yang akhirnya berkonvergensi ke nervus vagus. 10
3. nyeri proyeksi (reffered pain): nyeri ini dirasakan di permukaan tubuh, bersifat difus dan menjemukan
(pegal, penat). Nyeri ini sering merupakan manifestasi perangsangan terhadap organ dalam. Misal abses
pada hepar dapat menimbulkan penat pada daerah bahu kanan, atau nyeri apendisitis dapat dirasakan
pada daerah epigastrium. Fenomena ini mungkin disebabkan oleh adanya suatu pooling dari neuron-
neuron kedua yang menerima impuls dari berbagai sumber impuls nyeri. Nyeri visceral yang timbul
karena kontraksi otot polos pada dinding organ dalam yang berbentuk tubulus, seperti usus, kandung
empedu, dan ureter sangat tajam dan kuat. Nyeri ini disebut kolik
23
4. nyeri organ dalam nonviseral dan otot serta jaringan penunjang: nyeri timbul akibat
perangsangan serabut saraf afferen yang mensarafi organ dalam nonviseral, seperti misalnya isi kepala,
otot skeletal serta jaringan penunjang. Nyeri dapat bersifat superficial maupun dalam, dan dapat
dirasakan sebagai penat, pegal yang tajam dan kuat, tetapi lokasinya difus.
Dasar dari penggolongan berbagai modalitas nyeri tersebut adalah anatomi dari struktur yang
sensitif terhadap rangsang nyeri dan lintasan perifer maupun sentral yang menyalurkan dan mengolah
impuls protopatik.
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)
I. PENGERTIAN
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus inter vertabralis dengan piotusi dan
nukleus kedalam kanalis spinalis pumbalis mengakibatkan penekanan pada radiks atau cauda
equina.
HNP adalah suatu penekanan pada suatu serabut saraf spinal akibat dari herniasi dan nucleus
hingga annulus, salah satu bagian posterior atau lateral (Barbara C.Long, 1996).
II. ANATOMI FISIOLOGI
Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical tang terbenteng dari dasar
otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital magnum, masuk kekanalis sampai
setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan kanan)
yang terdiri atas :
1.8 pasang saraf cervical.
2.15 pasang saraf thorakal.
3.5 pasang saraf lumbal
4.5 pasang saraf sacral
5.1 pasang saraf cogsigeal.
Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian bagian yaitu substansia grisea
24
(badan kelabu) dan substansia alba. Substansia grisea mengelilingi kanalis centralis sehingga
membentuk kolumna dorsalis, kolumna lateralis dan kolumna ventralis. Kolumna ini menyerupai
tanduk yang disebut conv. Substansia alba mengandung saraf myelin (akson).
Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus vertebra yang berdekatan,
sendi antar arkus vertebra, sendi kortovertebralis, dan sendi sakroiliaka. Ligamentum
longitudinal dan discus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra yang berdekatan
Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra sakralis terdapat discus
intervertebralis. Discus discus ini membentuk sendi fobrokartilago yang lentur antara dua
vertebra. Discus intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok : nucleus pulposus di tengah dan
annulus fibrosus disekelilingnya. Discus dipisahkan dari tulang yang diatas dan dibawanya oleh
lempengan tulang rawan yang tipis.
Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat semigetalin, nucleus ini
mengandung berkas-berkas kolagen, sel jaringan penyambung dan sel-sel tulang rawan. Juga
berperan penting dalam pertukaran cairan antar discus dan pembuluh-pembuluh kapiler.
III. ETIOLOGI
1.Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra.
2.Spinal stenosis.
3.Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.
4.Pembentukan osteophyte.
5.Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan
berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus.
IV. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala :
1.Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas.
2.Nyeri tulang belakang
3.Kelemahan satu atau lebih ekstremitas
4.Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap.
Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus yang mengalami
25
herniasasi didikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis yang terkena
oleh diskus yang mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri kedaerah tersebut, matu
rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui
adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan
intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme
otot), akan berkurang jika tirah baring.
V. PATOFISIOLOGI
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus, kandungan air
diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor dan
mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi nukleus purpolus
melalui anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling
besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih mobil ke yang kurang mobil
(Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5 sampai S1. arah
herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal
miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus
antara L 5 dan S 1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein
yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat,
menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak langsung
pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi nucleus pulposus
(HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui robekan